Anda di halaman 1dari 9

Komunika: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol.

07(01): 16-24
ISSN: 2621-1645 2020

doi: 10.22236/komunika.v7i1.5562

Penggunaan Bahasa Verbal pada Kelompok Suporter Sepakbola


Indonesia (Studi Etnografi Komunikasi pada Suporter The Jak Mania)
Martin Prasetyo1 * Eko Digdoyo2
1
Prodi Ilmu Komunikasi, FISIP UHAMKA, Jl. Limau II, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Indonesia, 12130
2
Prodi Ilmu Komunikasi, FISIP UHAMKA, Jl. Limau II, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Indonesia, 12130
* Email Korespondensi: ekodigdoyo77@yahoo.co.id

ABSTRAK
Kata kunci: Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bahasa verbal dipergunakan oleh
Bahasa kelompok suporter The Jak Mania. Penelitian ini menggunakan paradigma
Etnografi konstruktivime dan teori speech code. Teori ini di g un a ka n un t u k menjawab tentang
Jakmania
Komunikasi keberadaan kode bicara dalam kelompok suporter The Jak Mania yang memiliki ciri
khas yang membedakannya dengan kelompok lain. Pendekatan yang digunakan
kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data
meggunakam: observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan studi
dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suporter The Jak Mania
sesungguhnya tidak menciptakan bahasa atau kode khas secara resmi, tetapi
bahasa atau kode khas itu dibentuk oleh para pendiri, ketua umum, leader dan anggota
untuk mempermudah mereka dalam berkomunkasi, sehingga menjadi efektif. Bahasa
atau kode khas itu sering digunakan dan bisa bertahan, karena m er e ka m em a h a m i
maknanya ya n g t el a h disepakati bersama. Dalam membuat bahasa dan kode khas
tersebut, suporter The Jak Mania membuatnya dengan makna y a n g kreatif,
inovatif dan mempunyai nilai motivasi.

ABSTRACT
Keyword: The purpose of this study is to find out how verbal language is used by The Jak Mania’
Communication supporter groups and forms of verbal language. This study uses a constructivism
Etnografi paradigm. The theory used in this research is speech code theory. This theory tries to
Jakmania
Language answer the existence of a speech code in the group of supporters of The Jak Mania which
has a characteristic that distinguishes it from other groups. The approach used in this
study is qualitative, descriptive research type and using ethnographic communication
methods. Data collection techniques for participant observation, in-depth interviews and
documentation. The results of this study indicate that supporters of The Jak Mania
actually do not officially issue specific languages or codes, but that specific language or
codes are formed from the founders, chairmen, leaders and members to facilitate
communication so that they become effective. Typical language or code is often used and
can survive because of its meaning and mutual agreement. In making the distinctive
language and code, supporters of The Jak Mania make it meaningfully creative,
innovative and have motivational value.
dibentuk dalam sejumlah komponen yang
PENDAHULUAN
berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan
Manusia sebagai mahluk sosial yang (Chaer, 2010). Bahasa itu alat yang
senantiasa berinteraksi dengan sesamanya, digunakan manusia untuk saling
maka manusia membutuhkan komunikasi berkomunikasi atau berinteraksi, bisa lewat
antara satu sama lain dalam kegiatan tulisan atau lisan dengan tujuan
bersosialisasi. Berkomunikasi sebenarnya menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau
mengharapkan atau bertujuan terjadinya perasaan kepada lawan bicara atau orang lain
perubahan sikap atau tingkah laku orang lain (Chaer, 1994). Pendapat tersebut diperkuat
untuk memenuhi harapan sebagaimana pesan oleh Liliweri (2003) dan Litlejohn dan Karen
tersebut disampaikan. (2011).
Salah satu faktor yang mendukung Dalam olahraga sepakbola, bahasa
terjadinya komunikasi adalah bahasa. Bahasa menjadi hal terpenting dikarenakan untuk
adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu berkomunikasi atau berinteraksi dalam

Email: komunika@uhamka.ac.id 16
Komunika: Jurnal Ilmu Komunikasi

suatu pertandingan sepakbola. Dalam menjawab masalah penggunaan bahasa


lintasan sejarah sepakbola Indonesia verbal pada kelompok suporter sepakbola
dimulai sejak tahun 1894, saat Indonesia Indonesia, studi etnografi komunikasi pada
masih dijajah oleh pemerintah Hindia Suporter The Jak Mania. Penulis mengambil
Belanda. Persatuan Sepakbola Indonesia obyek Suporter The Jak Mania, sebab suporter
Jakarta atau yang dikenal dengan nama sepak bola memiliki fanatisme dalam bentuk
Persija pada awalnya bernama VIJ etnis dan bahasa. Untuk itu dengan
(Voetbalbond Indonesia Jacatra) yang menggunakan paradigma konstruktivime dan
berdiri sejak 28 November 1928. Pada pendekatan speech code theory. Pendekatan
tahun 1997 saat Sutiyoso atau yang teori ini berusaha menjawab tentang
sering akrab dipanggil Bang Yos dilantik keberadaan kode bicara dalam kelompok
menjadi gubenur baru DKI Jakarta. suporter The Jak Mania yang memiliki ciri
Bang Yos saat itu memiliki niatan khas yang membedakannya dengan kelompok
untuk membangkitkan dan menghidupkan lain.
kembali sepakbola Jakarta dan mempunyai
tim yang membanggakan warganya. Salah METODE PENELITIAN
satu yang terjadi perubahan dalam hal Dalam kajian ini, peneliti
suporter, tepat 19 desember 1997
menggunakan pendekatan penelitian
kelompok suporter The Jak Mania berdiri kualitatif. Data kualitatif adalah data yang
dan mendukung kesebelasan sepakbola berbentuk kata-kata, kalimat-kalimat, narasi-
Persija Jakarta. Saat sekretariat The Jak narasi yang diuraikan berdasarkan studi kasus
Mania berada di GOR Soemantri, tertentu dan dilengkapi dengan makna-makna
Kuningan dikarenakan Stadion Lebak simbol tertentu. Data tersebut berhubungan
Bulus digusur. Saat itu The Jak Mania dengan kategorisasi, karakteristik berwujud
sudah memiliki kordinator wilayah pertanyaan atau berupa kata-kata
(Korwil) sebanyak 64 yang tersebar di (Kriyantono, 2010).
beberapa wilayah Jakarta, Jawa Barat, Alasan peneliti menggunakan
Tangerang dan Jawa Tengah sedangkan pendekatan kualitatif, sebab penelitian yang
untuk subkorwil hampir menyeluruh di dilakukan tujuannya adalah untuk
berbagai wilayah Indonesia. Semakin mengetahui realitas mengenai penggunaan
banyaknya anggota The Jak Mania dari
bahasa verbal pada kelompok suporter The
berbagai wilayah di Indonesia semakin Jak Mania. Data yang tersusun diharapkan
banyak pula bahasa serta istilah-istilah untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang
dan kode-kode pembicaraan baru yang sedalam-dalamnya (kualitas) bukan
muncul dan dipergunakan. banyaknya data (kuantitas), sehingga
Keberadaan kelompok suporter penelitian yang peneliti lakukan hanya bisa
sepakbola menarik untuk diteliti, karena menggunakan penelitian kualitatif serta
kelompok suporter sepakbola memiliki melalui pengumpulan data wawancara
penggunaan bahasa yang tidak disadari mendalam dan observasi dengan objek
membentuk suatu budaya baru. Di suporter penelitian terkait Bungin (2007).
sepakbola latar belakang budaya dapat menjadi Penelitian tentang studi etnografi
hambatan berkomunikasi antar sesama,
komunikasi terhadap penggunaan bahasa
apalagi dalam perbedaan berbahasa, tetapi dalam kelompok suporter The Jak Mania
terciptanya bahasa yang dibuat mereka sendiri umumnya masih jarang dilakukan oleh peneliti
dalam sebuah kelompok suporter dapat lain. Guna menghasilkan penelitian yang
menjadikan terciptanya persaudaraan dan obyektif dan mendalam, maka seringkali
kedekatan satu sama lain. Berdasarkan peneliti turut melakukan aktivitas informan
latarbelakang tersebut, maka masalah yang
( participan observation). Hasil wawancara
perlu dijawab dalam kajian ini adalah mendalam penulis dengan tiga informan
bagaimana penggunaan bahasa verbal pada diperkuat dengan dokumentasi yaitu berupa
kelompok suporter sepakbola Indonesia, studi rekaman hasil wawancara dan berupa foto
etnografi komunikasi pada Suporter The Jak ketika melakukan wawancara. Peneliti
Mania ? melakukan observasi langsung dari tempat
Tujuan kajian ini adalah untuk

17
Komunika: Jurnal Ilmu Komunikasi

para anggota The Jak Mania berkumpul di 3 Rojali (Rombongan Rojali


Sekretariat The Jak Mania yang beralamat di Jak Liar) merupakan
Gor Soemantri Brodjonegoro dan di Stadion suporter yang
saat pertandingan Persija Jakarta (Patriot dianggap
Candrabaga Bekasi). membuat resah
Dapat disimpulkan bahwa bahasa atau dan membuat
kode khas kelompok suporter The Jak Mania ulah yang
itu tidak harus dipaksakan untuk mengerti merugikan
karena bahasa itu mudah untuk dipahami Persija Jakarta
dan diingat. Bahasa itu sangat beragam dan maupun The
tidak hanya satu (Chaer, 1994). Bahasa Jak Mania itu
didefinisikan sebagai seperangkat simbol, sendiri.
dengan aturan untuk mengkombinasikan 4 Jak Mania 12 Merupakan
simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan sebuah bentuk
dipahami suatu komunitas (Mulyana, 2008). apresiasi dan
Dalam proses wawancara, penulis penghargaan
mengajukan beberapa pertanyaan, sehingga yang diberikan
maksud dari bahasa verbal tersebut. Dengan
oleh Persija
adanya kelompok suporter The Jak Mania, Jakarta untuk
penulis mendapatkan beberapa bahasa dan
suporternya.
kode khas suporter The Jak Mania, seperti Nomor
Sajete (Salam Jempol Telunjuk), Jak Angel,
punggung
Rojali (Rombongan Jak Liar), Jakmania 12,
12 pun tidak
Jak Mania Outsiders, Satu Jakarta Satu, SFO dipakai oleh
(Spirit From Outsider), Aing Persija, Jak pemain Persija
Lapak. Semakin bertambahnya suporter The Jakarta, karena
Jak Mania pasti bahas itu akan bertambah telah
juga tetapi bahasa nantinya bertambah harus sepenuhnya
memiliki nilai kreatif, inovatif dan menjadi milik
mempunyai nilai motivasi untuk Persija The Jak Mania.
Jakarta dan The Jak Mania. Berikut ini adalah
penjelasan contoh bentuk verbal berikut
maknanya yang umum dipergukan oleh The
Jak Mania.

No Bahasa verbal Maknanya

1 Sajete (Salam Sajete ini


Jempol Telunjuk) menjadi bahasa
serta salam
khas suporter
The Jak Mania
untuk saling
sapa

2 Jak Angel Sebutan Jak


Mania bagi
kaum
perempuan di
suporter The Jak
Mania

18
Komunika: Jurnal Ilmu Komunikasi

5 Satu Jakarta Satu Kalimat sebuah 8 Aing Persija Kata Aing


ajakan untuk Persija
menyatukan memiliki
seluruh anak makna, yakni
muda Jakarta identitas untuk
yang sering The Jak Mania
terlibat tawuran yang berasal
antar sekolah, dari wilayah
antar wilayah Jawa Barat,
padahal kita walaupun
semua sama- notabene
sama berasal wilayah mereka
dari satu masih
wilayah, yakni merupakan
Kota Jakarta. wilayah
Satu Jakarta mayoritas
Satu juga pendukung
sebuah kalimat Persib Bandung
untuk tapi mereka
menyatukan The secara tidak
Jak Mania yang sembunyi-
terdiri dari sembunyi
berbagai menyatakan
kalangan dukungannya
masyarakat di terhadap Persija
Jakarta yang Jakarta
heterogen dan 9 Jak Lapak Jak Lapak ini
sekaligus suporter Persija
memotivasi ke Jakarta yang
Persija Jakarta menawarkan
supaya menjadi atribut atau
juara satu. pernak-pernik
6 Jak Mania Outsiders Pendukung bertemakan
Persija Jakarta Persija Jakarta
yang berada di serta The Jak
luar kota Mania yang
Jakarta yang biasanya berada
setia dalam di sekitaran
mendukung Stadion saat
Persija Jakarta Persija Jakarta
bertanding bertanding,
sedangkan saat
7 SFO (Spirit From Untuk Persija Jakarta
Outsiders) membakar tidak
semangat dalam bertanding, Jak
mendukung Lapak ini
Persija Jakarta berjualan di
walaupun bukan tokonya
berdomisili di masing-masing
wilayah Jakarta. yang tersebar di
wilayah
Jabodetabek.

19
Komunika: Jurnal Ilmu Komunikasi

HASIL DAN PEMBAHASAN tanpa terlebih dahulu memastikan


Speech Code Theory status dari lawan bicaranya.
Teori ini dilandaskan atas kajian Mereka harus meyakini bahwa
etnografi kebudayaan. Melalui pola pikir yang atau setidaknya mengetahui latar
dikembangkan yaitu setiap komunitas belakang lawan bicaranya, dari
memiliki ciri khas yang membedakannya etnis apa, status sosialnya hingga
dengan komunitas lain, salah satunya yaitu tempat tinggalnya.
kode berbicara dalam proses komunikasi 2. Proposisi kedua
(Goldberg, 2006). Teori ini juga berusaha Sementara dalam substansi kode
menjawab tentang keberadaan kode berbicara, Philipsen menekankan
berbicara dalam suatu budaya, cara adanya pengaruh psikologi,
ditemukannya dan bagaimana maknanya sosiologi maupun retorika yang
(Effendy, 2007). membangun kode berbicara itu.
Sebuah penggambaran dua keluarga Psikologi menurut Philipsen, tiap-
dari dua komunitas yang berbeda tiap kode berbicara “pokok
merupakan perumpamaan awal yang bisa pembicaraan” alami tentang
mendapatkan pencitraan utuh tentang teori individu secara khusus. Sosiologi,
kode berbicara menurut Gery Philipsen ini. Philipsen menulis bahwa suatu
Penelitian yang dilakukan selama kurang tiga kode berbicara menyediakan suatu
tahun ini ia melibatkan dirinya pada sistem jawaban tentang hubungan
komunitas pekerja di Chicago, Teamsterville. antara pribadi dan orang lain,
Hasilnya ia menemukan adanya kekhasan, yang dapat dilihat/dicari dan
dalam hal ini penggunaan dan pengucapan sumber daya simbolis apa yang
bahasa, yang digunakan oleh komunitas dapat dengan efektif dalam
Teamsterville yang sangat berbeda sekali mebcari hubungan itu. Dalam
dengan kebiasaan umum yang dengan konteks retorika, Philipsen
komunitas Nacirema (dalam Griffin, 2012). menggunakannya pengertian
penemuan kebenaran yang ganda
Kode Berbicara dan pendekatan membujuk. Hal ini
Philipsen mengemukakan lima dapat dijelaskan bahwa perilaku
proposisi yang dapat menjelaskan tentang teori individu dalam komunitas
ini, yaitu: kekhasan kode berbicara, substansi Teamsterville dibentuk secara unik
kode berbicara, interpretasi kode berbicara, oleh kebiasaan-kebiasaan yang ada
pemetaan kode berbicara serta kekuatan kode dalam komunitas tersebut.
berbicara. Gambaran pribadi yang
1. Proposisi pertama “sempurna” bagi komunitas
Dalam kekhasan kode berbicara Teamsterville apabila ia
philipsen menegaskan bahwa mematuhi/mengikuti aturan-aturan
setiap budaya yang terbentuk, baik yang berlaku dikomunitas ini.
itu budaya yang ada di komunitas Ada pembagian kelas yang sangat
ataupun lokal maupun komunitas mencolok di komunitas ini.
umum, memiliki kode berbicara Sementara bagi komunitas
tertentu. Ketika anda memasuki Nacirema individu memiliki
komunitas kalangan pekerja kebiasaan yag unik dan berbeda
Teamsterville, Philipsen dari individu lainnya. Meski
menemukan adanya kosakata, secara umum ada aturan-aturan
ungkapan, maupun tata bahasa sosial yang berlaku, akan tetapi
yang sangat sama sekali berbeda individu berkembang sesuai
dengan apa yang selama ini dengan caranya tersendiri.
dipahaminya bahkan kebiasaan Individu dinilai tidak dari
yang berlaku umum. Salah penampakan luar semata
satunya adalah kebiasaan melainkan dari apa yang terpancar
penduduk di Teamsterville untuk dari dalam individu itu sendiri.
tidak memulai sebuah percakapan 3. Proposisi ketiga
20
Komunika: Jurnal Ilmu Komunikasi

Philipsen menginterpretasi kode yang terlalu memfokuskan diri pada fisik


berbicara sebagai satu kesatuan bahasa saja. Definisi etnografi komunikasi
yang utuh. Artinya kode berbicara itu sendiri adalah pengkajian peranan bahasa
ini akan berlaku apabila ada dalam perilaku komunikaif suatu masyarakat,
kesamaan persepsi antara yaitu cara-cara bagaimana bahasa
komunikan dan komunikator. dipergunakan dalam masyarakat yang
Kode berbicara ini akan muncul berbeda-beda kebudayaannya (Goldberg,
apabila ada interaksi yang sangat 2006).
efektif antara komunikan dan
komunikator. Artinya Philipsen Analisis Kaitan Etnografi Komunikasi pada
menegaskan bahwa interpretasi The Jak Mania
dari kekhasan kode berbicara itu Dalam buku Metode Etnografi
tergantung dari hubungan di Komunikasi Suatu Pengantar dan Contoh
antara dua individu atau lebih Penelitiannya, Kuswarno (2011:11)
yang didukung dengan adanya menjelaskan mengenai etnografi komunikasi.
kedekatan, keterbukaan, dan Studi etnografi adalah pengembangan dari
dukungan pembicaraan. Dengan antropologi linguistik yang dipahami dalam
demikian, kode berbicara akan konteks komunikasi. Studi ini diperkenalkan
berlaku ketika “apa yang pertama kali oleh Dell Hymes pada tahun
disampaikan‟ sudah dipahami oleh 1962, sebagai kritik terhadap ilmu linguistik
individu-individu yang saling yang terlalu memfokuskan diri pada fisik
berinteraksi tersebut; berasal dari bahasa saja. Definisi Etnografi komunikasi
lingkungan sosial maupun budaya itu sendiri adalah pengkajian peranan bahasa
yang sama. dalam perilaku komunikaif suatu masyarakat,
4. Proposisi keempat yaitu cara-cara bagaimana bahasa
Selanjutnya ketika berbicara dipergunakan dalam masyarakat yang
tentang pemetaan kode berbicara, berbeda-beda kebudayaannya (Wirawan,
Philipsen menggambarkan bahwa 2001).
kode berbicara itu sendiri muncul Berdasarkan hasil penelitian terdahulu
dari pencitraan publik atau (Ismawati (2007) lebih fokus pada Adaptasi
komunitas yang saling Komunikasi Verbal pada Mahasiswa
berinteraksi satu dengan yang Pendatang terhadap Etnis Sunda dalam
lainnya. Kode berbicara dengan Mewujudkan Komunikasi Antar Prbadi
pengertian lain dipetakan dalam yang Efektif. Sementara itu, Bagja (2009)
pembicaran itu sendiri. lebih menyoroti Etnografi Komunikasi
5. Proposisi kelima terhadap Penggunaan Bahasa dalam Kaskus
Philipsen menegaskan bahwa kode (Forum Jual Beli). Dari kedua hasil penelitian
berbicara dengan segala yang tersebut berkaitan dengan etnografi
dimaknainya dalam kondisi tertentu komunikasi dalam kontek penelitian ini.
akan mampu memprediksi, Untuk itu, komunikasi yang dilakukan
memberikan gambaran, oleh kelompok suporter The Jak Mania adalah
menjelaskan hingga mengontrol dengan menggunakan bahasa atau kode khas
keadaan dari proses komunikasi. seperti, Sajete (Salam Jempol Telunjuk), Jak
Angel (JA), Rojali (Rombongan Jak Liar),
Etnografi Komunikasi Jakmania12, Jakmania Outsiders (JO), Satu
Dalam buku Metode Etnografi Jakarta Satu (SJS), Spirit From Outsiders
Komunikasi Suatu Pengantar dan Contoh (SFO), Aing Persija (AJ), d a n Jak Lapak
Penelitiannya, Kuswarno (2011:11) (JL).
menjelaskan mengenai etnografi komunikasi. Seluruh kegiatan komunikasi tersebut
Studi etnografi adalah pengembangan dari merupakan kegiatan yang telah biasa mereka
antropologi linguistik yang dipahami dalam lakukan ketika bertemu dengan teman-teman
konteks komunikasi. Studi ini diperkenalkan The Jak Mania lainnya atau saat sedang
pertama kali oleh Dell Hymes pada tahun berintreaksi di media sosial. Jika mereka
1962, sebagai kritik terhadap ilmu linguistik berada di lingkungan sehari-hari

21
Komunika: Jurnal Ilmu Komunikasi

menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa istilah khas seperti Sajete (Salam Jempol
pergaulan Jakarta yang mudah dipahami oleh Telunjuk), Jak Angel (Suporter wanita
lawan bicaranya, sedangkan untuk Jak Mania pendukung Persija Jakarta), Rojali
Outsiders yang berasal dari wilayah geografis (Rombongan Jak Liar), Jakmania12 (untuk
yang sama akan berkomunikasi dengan The Jak Mania sebagai pemain Persija ke-
bahasa daerah asalnya. 12), Jakmania Outsiders (sebutan The Jak
Komunikasi The Jak Mania yang Mania yang berdomisili diluar Jakarta), Aing
terbilang dinamis, komunikatif dan efektif Persija (Saya Persija). Kode- kode tersebut
dapat mempermudah dalam proses merupakan contoh kode khas kelompok
komunikasi. Bahasa ini digunakan dan suporter The Jak Mania dalam
disepakati bersama oleh kelompok suporter berkomunikasi.
The Jak Mania, pada akhirnya bahasa ini Pada proposisi kedua, khususnya
berkembang dan terus memproduksi bahasa- substansi kode berbicara, Philipsen
bahasa yang baru sesuai dengan menekankan adanya pengaruh psikologi,
perkembangan zaman. sosiologi maupun retorika yang membangun
Sebagaimana dikemukakan oleh kode berbicara itu (menurut Philipsen dalam
Vardiansyah (2008), isu dasar etnografi Griffin, 2012: 424). Contohnya dalam
komunikasi adalah bahasa, budaya dan sosiologi yang berhubungan dengan bahasa
komunikasi. Ketiga isu tersebut menurut ini yakni akan menjadi pembendaharaan
penulis sesuai dengan apa yang dikaji di dalam kosa kata bahasa baru dikalangan
kelompok suporter The Jak Mania. Ketika masyarakat. Untuk psikologi, kode SFO atau
berbicara mengenai bahasa dan kode khas Aing Persija ini akan menjadi tambahan
yang terdapat di suporter The Jak Mania, semangat yang di bawa oleh The Jak Mania
akan muncul dalam benak seseorang bahasa yang berdomisili diluar Jakarta untuk
yang terbilang unik dan komunikatif. Bahasa mendukung Persija Jakarta bertanding. Untuk
tersebut digunakan dalam komunikasi antar retorika, gaya bahasa yang diucap oleh
The Jak Mania. Cara berkomunikasi dengan pendiri dan ketua maupun leader akan
bahasa yang unik, membuat kelompok menjadi bahasa yang cepat tersebar karena
suporter The Jak Mania memiliki karakter mudah diterima oleh The Jak Mania. Kemudia
yang khas dan memiliki budaya sendiri. pada proposisi ketiga, Philipsen
menginterpretasi kode berbicara sebagai satu
Analisis Speech Code Theory (Teori Kode kesatuan yang utuh. Artinya kode berbicara
Bicara) dan Hubungannya dengan ini akan berlaku apabila ada kesamaan
Kelompok Suporter The Jak Mania persepsi antara komunikan dan komunikator
Penulis menggunakan Speech Code (Philipsen dalam Griffin, 2012).
Theory sebagai grand theory dalam Bahasa dan kode khas kelompok
penelitian ini. Teori kode bicara dilandaskan suporter The Jak Mania yang dapat
atas kajian etnografi atau kebudayaan. disalahartikan oleh masyarakat atau
Melalui pola pikir yang dikembangkan kelompok lain yang belum paham yaitu
yaitu setiap komunitas memiliki ciri khas Rojali (Rombongan Jak Liar) menjadi rokok
yang membedakannya dengan komunitas jarang beli atau rombongan jarang beli.
yang lain, salah satunya yaitu kode bicara Selanjutnya pada proposisi keempat, ketika
dalam proses komunikasi. Philipsen berbicara tentang pemetaan kode berbicara,
menemukan lima proposisi yang dapat Philipsen menggambarkan bahwa kode
menjelaskan tentang teori tersebut, yaitu; pada berbicara itu sendiri muncul dari pencitraan
proposisi pertama kekhasan kode berbicara publik atau komunitas yang saling berinteraksi
philipsen menegaskan bahwa setiap b udaya satu dengan yang lainnya (menurut Philipsen
yang terbentuk, baik itu budaya yang ada di dalam Griffin, 2012).
komunitas ataupun lokal maupun komunitas Pemetaan kode bicara dalam kelompok
umum, memiliki kode berbicara tertentu suporter The Jak Mania contohnya adalah
(Philipsen, dalam Griffin, 2012). kode Rojali yang dapat menjadikan citra
Dalam hal ini kelompok suporter The buruk untuk Persija Jakarta dan The Jak
Jak Mania juga memiliki kekhasan kode Mania. Kode Jak Mania Outsiders, SFO dan
bicara seperti penggunaan kata atau istilah- Aing Persija ini adalah kode khas untuk

22
Komunika: Jurnal Ilmu Komunikasi

para The Jak Mania yang berdomisili 3. Munculnya dan berkembangnya


diluar kota Jakarta. Jak Lapak juga kode khas bahasa dan kode-kode khas
dari kelompok suporter The Jak Mania yang kelompok suporter The Jak Mania
berjualan merchandise di sekitaran Stadion. bukanlah suatu yang negatif dan
Bahasa-bahasa tersebut hasil dari interaksi merusak bahasa Indonesia selama
antar The Jak Mania yang senantiasa digunakan oleh anggota kelompok
menggunakan kode tersebut. untuk berkomunikasi dengan sesama
Kemudian proposisi kelima, Philipsen anggota kelompok demi lancarnya
menegaskan bahwa kode berbicara dengan komunikasi antar The Jak Mania.
segala yang dimaknainya dalam kondisi 4. Bahasa kelompok suporter The
tertentu akan mampu memprediksi, Jak Mania termasuk pemodern
memberikan gambaran, menjelaskan hingga bahasa yaitu bertambahnya
mengontrol keadaan dari proses komunikasi pembendaharaan kosa kata dan
(menurut Philipsen dalam Griffin, 2012). pengakroniman. Adanya bahasa
Melalui kode-kode khas kelompok suporter dan kode-kode khas tersebut dapat
The Jak Mania tersebut proses komunikasi menambah pembendaharaan bahasa
menjadi mudah, effisien, efektif dan Indonesia.
komunikatif karena bagi mereka para The 5. Dalam membuat bahasa dan kode-
Jak Mania menggunakan istilah tersebut kode khas tersebut bisa bertambah,
lebih menyenangkan karena lebih praktis. tetapi bahasa itu harus yang
kreatif, inovatif dan mempunyai
Kesimpulan nilai motivasi.
Berdasarkan pembahasan hasil
penelitian studi etnografi komunikasi Rekomendasi
terhadap penggunaan bahasa verbal pada 1. Kepada peneliti berikutnya diharapkan
kelompok suporter sepakbola Indonesia (studi muncul penelitian serupa dengan
etnografi komunikasi pada suporter The Jak menggunakan pendekatan kajian
Mania) dapat ditarik kesimpulan sebagai lainnya, sehingga dapat menjadi salah
berikut: satu bobot pengembangan keilmuan,
1. Dalam bahasa sehari-hari khususnya ilmu komunikasi.
menggunakan bahasa Indonesia, 2. Bagi kreator atau inisiator kreasi bahasa
bahasa pergaulan Jakarta dan bahasa suporter, diharapkan memunculkan
daerah untuk The Jak Mania yang bahasa suporter yang positif, tanpa
berada di luar kota Jakarta. Untuk merugikan kelompok atau etnis
berinteraksi dan berkomunikasi tertentu, sehingga tidak terjadi konflik
sesama The Jak Mania menggunakan yang berlatar belakang bahasa suporter.
kode bicara untuk mempererat 3. Melalui komunikasi kajian etnografi
kebersamaan dan memperbesar rasa komunikasi, diharapkan dapat
persaudaraan. memperkuat ikatan suporter yang tidak
2. Suporter The Jak Mania sendiri menimbulkan fanatisme negatif
tidak mengeluarkan bahasa atau terhadap kelompok suporter lain.
kode khas secara resmi tetapi bahasa
atau kode khas itu bermunculan dari References
para pendiri, ketua umum, leader dan Bagja, Komaruddin. 2009. Etnografi
anggota untuk mempermudah dalam Komunikasi terhadap Penggunaan
berkomunkasi sehingga menjadi Bahasa dalam Kaskus (Forum Jual Beli),
efektif. Bahasa atau kode khas itu Skripsi. Jakarta: UHAMKA.
sering digunakan dan bisa bertahan Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif
Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
karena paham dengan maknanya
dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana
dan disepakati bersama apalagi Prenada Media Group.
mereka sama-sama merasakan makna Bungin, Burhan. 2013. Sosiologi Komunikasi:
bahasa tersebut dalam menyaksikan Teori, Paradigma, dan Diskursus
pertandingan Persija Jakarta. Teknologi Komunikasi di Masyarakat.

23
Komunika: Jurnal Ilmu Komunikasi

Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Media Group.


Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum, Jakarta: PT. Kuswarno, Engkus. 2011. Etnografi
Rineka Cipta. Komunikasi Suatu Pengantar dan
Chaer, Abdul & Agustina, Leonie. 2010. Contoh Penelitiannya. Bandung: Widya
Sosiolinguistik Perkenalan Awal, Jakarta: Padjajaran.
PT. Rineka Cipta. Liliweri, Alo. 2003. Makna Budaya Dalam
Effendy, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Teori dan Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta:
Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra LKis.
Aditya Bakti. Litlejohn, Stephen & Foss, Karen. 2011. Teori
Goldberg, Alvin A. 2006. Komunikasi Komunikasi: Theories of Human
Kelompok : Proses Diskusi dan Communication. Jakarta: Salemba
Penerapannya. Humanika.
Jakarta: Universitas Indonesia. Mulyana, Deddy & Rakhmat, Jalaluddin. 1990.
Griffin, EM. 2012. A first look at Communication Komunikasi Antarbudaya. Bandung: PT.
Theory, New York: Hill Companies. Remaja Rosdakarya.
Ismawati. Ainul. 2007. Adaptasi Komunikasi Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi Suatu
Verbal pada Mahasiswa Pendatang Pengantar. Bandung: PT. Remaja
terhadap Etnis Sunda dalam Rosdakarya.
Mewujudkan Komunikasi Antar Prbadi Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu
yang Efektif (Studi Kasus Mahasiswa Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Pendatang STISI di Pondok Aswaja Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat Ilmu
Kiara Condong, Bandung, Jawa Barat. Komunikasi Suatu Pengantar. Jakarta:
Skripsi. Jakarta: UHAMKA. PT. Indeks.
Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik Praktis Riset Wirawan, Sarlito. 2001. Psikologi Sosial. Jakarta:
Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Balai Pustaka.

© 2020 Oleh authors. Lisensi KOMUNIKA: Jurnal Ilmu Komunikasi, Uhamka, Jakarta. Artikel ini bersifat open access yang didistribusikan
di bawah syarat dan ketentuan Creative Commons Attribution (CC-BY) license (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/).

24

Anda mungkin juga menyukai