Oleh :
SELLA AMANDA
D1A018009
B-2018
1. Pendekatan Sosiologis
1.1. Tujuan Kelompok
Tujuan kelompok merupakan hasil akhir yang ingin dicapai baik materi
maupun sosial. Menurut Tika (2010) menyebutkan bahwa tujuan merupakan
penjabaran lebih lanjut dari misi utama kelompok. Adanya tujuan akan
menggerakan anggota dalam kegiatan yang sama, maka anggota seharusnya
mengetahui tujuan. Tujuan kelompok yaitu hasil akhir yang ingin dicapai, baik
berupa suatu obyek (materi) atau keadaan serta keinginan-keinginan lain yang
diinginkan, dan dapat memuaskan semua anggota kelompok yang bersangkutan
(Pratisthita dkk, 2014).
Suatu organisasi atau kelompok memiliki tujuan yang ingin dicapai pada saat
terbentuknya organisasi atau kelompok tersebut. Tujuan yang ingin dicapai tiap
kelompok berbeda, bergantung pada dari golongan mana kelompok tersebut berasal
dan berada (Suryani, 2017). Tujuan kelompok merupakan hasil akhir yang ingin
dicapai, baik berupa suatu obyek atau keadaan serta keinginan-keinginan lain yang
diinginkan dan dapat memuaskan semua anggota kelompok (Andarwati dkk, 2012).
Menurut Leilani dan Hasan (2016) menyebutkan bahwa tujuan kelompok selalu
dijadikan kerangka dalam setiap pengambilan keputusan. Tujuan kelompok
sebaiknya dibuat dengan jelas, sesuai, dan dapat dengan mudah dipahami oleh
anggota kelompok. Tujuan harus mencerminkan keinginan dan kemauan anggota
dalam kelompok sehingga dapat terbentuk kelompok tersebut.
1.4. Kekuasaan
Menurut Paramita (2013) kekuasaan adalah kapasitas atau kemampuan untuk
menghasilkan dampak atau akibat pada orang lain. Kekuasaan yaitu kewenangan
yang memungkinkan seseorang mengerakan orang lain untuk mencapai tujuan
bersama. Hal ini sesuai dengan pendapat Diniyati (2011), menyatakan bahwa
kewenangan yaitu yang memungkinkan seseorang menggerakan orang lain
melaksanakan sesuatu kegiatan demi tercapainya suatu tujuan atau keinginannya
yang selalu diingikan oleh para anggota kelompok tersebut.
Menurut Sutoyo (2009), kekuasaan sosial adalah keseluruhan dari kemampuan,
hubungan dan proses yang menghasilkan ketaatan dari pihak lain untuk tujuan yang
ditetapkan pemegang kekuasaan. Kekuasaan merupakan hak untuk mengatur orang
lain. Menurut Winarno (2009), kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan
pengaruh pada orang lain yaitu kemampuan untuk mengubah sikap individu atau
kelompok.
1.5. Kepercayaan
Kepercayaan dalam kelompok diperlukan agar tercipta rasa saling
menghargai, keterkaitan antar satu dengan yang lain sehingga dapat diterima
sebagai suatu kebenaran untuk mencapai tujuan. Kepercayaan setiap anggota akan
selalu berusaha menunjukan perilaku tertentu dan di lain pihak akan saling menjaga
agar anggota lain tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang menyimpang dari
kepercayaan mereka, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai seperti yang
diharapkan (Falo, 2016). Kepercayaan setiap anggota akan selalu berusaha
menunjukan perilaku
tertentu dan di lain pihak akan saling menjaga agar anggota lain tidak melakukan
kegiatan-kegiatan yang menyimpang dari kepercayaan mereka, sehingga tujuan
yang diinginkan dapat dicapai seperti yang diharapkan (Mulwati, 2017).
Menurut Tjahyadi (2010), kepercayaan merupakan segala sesuatu yang
secara akal atau perasaan diterima sebagai kebenaran untuk mencapai tujuan.
Bekerjasama dalam kelompok dilakukan untuk menggabungkan semua elemen
dalam kelompok untuk mencapai tujuan dan dibutuhkan adanya kepercayaan antar
satu dengan yang lain. Bekerja sama dalam sebuah kelompok memerlukan
kepercayaan antara anggota dengan aggota lain dan kepercayaan terhadap
kelompok tersebut (Raharso, 2011). Individu (anggota) dalam unit kerja yang sama
dapat memercayai nilai-nilai yang berbeda, terutama karena tidak dapat melihat
nilai-nilai secara langsung (Budiningsih, 2010).
1.6. Sanksi
Sanksi diberikan kepada suatu individu agar dapat lebih disiplin dalam
melakukan segala hal. Sanksi adalah sistem penghargaan atau hukuman terhadap
perilaku kelompok atau anggota kelompok (Azhari, 2016). Dengan adanya sanksi di
dalam kelompok setiap anggota diharapkan akan menunjukan perilaku atau
melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah disepakati. Sanksi adalah sistem
penghargaan atau hukuman terhadap perilaku kelompok atau anggota kelompok
(Wahid, 2010). Dengan adanya sanksi di dalam kelompok setiap anggota diharapkan
akan menunjukan perilaku atau melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah
disepakati. Hukuman (punishment) adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah
tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku secara umum (Andarwati
dkk, 2012). Dalam hal ini, hukuman diberikan ketika sebuah tingkah laku yang tidak
diharapkan ditampilkan oleh orang yang bersangkutan atau orang yang
bersangkutan tidak memberikan respon atau tidak menampilkan sebuah tingkah
laku yang diharapkan. Dinamika kelompok tidak terlepas dari adanya tekanan
baik dari luar
maupun dari dalam. Adanya tekanan dari penerapan sanksi juga dapat memacu
semangat anggota dalam mencapai tujuan (Makawekes dkk, 2016). Menurut Falo
(2016), dalam menjalankan organisasi diperlukan sebuah aturan dan hukum yang
berfungsi sebagai alat pengendali agar kinerja pada organisasi tersebut dapat
berjalan dengan baik.
1.7. Norma
Norma adalah aturan atau patokan (baik tertulis atau tidak tertulis) yang
berfungsi sebagai pedoman bertindak atau juga sebagai tolok ukur benar atau
salahnya suatu perbuatan. Norma itu lebih untuk dimengerti dengan rasio,
sedangkan nilai itu untuk ditangkap (dirasakan) dan dihayati (dialami) dengan hati
nurani (Suryani, 2017). Rosita (2011), menyatakan bahwa norma sebagai keyakinan
umum dalam kelompok mengenai perilaku, sikap serta persepsi yang sesuai. Adapun
dua bentuk norma yaitu norma deksriptif dan norma perspektif.
Mardikanto (2016) mengatakan bahwa norma adalah yang mencerminkan
bagaimana orang-orang dalam kelompok dari waktu ke waktu datang untuk
mengembangkan standar yang berfungsi sebagai kerangka acuan bagi perilaku
dan persepsi. Norma berkembang karena adanya interaksi antar anggota kelompok.
Norma dalam dinamika kelompok perlu dikembangkan dan ditaati oleh seluruh
anggota kelompok. Menurut Abdullah (2013), norma mencerminkan bagaimana
orang-orang dalam kelompok dari waktu ke waktu datang untuk mengembangkan
standar yang berfungsi sebagai kerangka acuan bagi perilaku dan persepsi.
1.8. Perasaan
Perasaan adalah tanggapan emosional dari anggota kepada kelompoknya.
Semakin besar perasaannya terhadap kelompok yang dia ikuti maka akan semakin
besar pula pengorbanannya terhadap kelompok tersebut. Perasaan menunjukkan
suasana batin yang lebih tenang, tersembunyi dan tertutup sedangkan emosi
menggambarkan suasana batin yang lebih dinamis, bergejolak, dan terbuka, karena
menyangkut ekspresi-ekspresi jasmaniah yang bisa diamati (Diniyati, 2011).
Perasaan selalu saja menyertai dan menjadi bagian dari emosi.
Perasaan dan emosi seseorang bersifat subyektif dan temporer yang muncul
dari suatu kebiasaan yang diperoleh selama masa perkembangannya melalui
pengalaman dari orang-orang dan lingkungannya (Leilani dan Hasan, 2016). Menurut
Winarno (2009), kelompok yang memiliki ikatan sosial-emosionalnya tinggi
cenderung mengembangkan pikiran kelompok. setiap anggotanya kelompok selalu
dituntut untuk mematuhi semua aturan dan melaksanakan kegiatan dengan benar
agar dapat memuaskan semua anggota yang lain (Hartinah, 2009).
1.9. Fasilitas
Fasilitas dalam suatu kelompok dapat dibagi menjadi sarana dan prasarana
pendukung yang membantu anggota kelompok dalam mencapai tujuan. Salah satu
sarana yang penting adalah teknologi. Nuryanti dan Dewa (2011) menyatakan
bahwa teknologi mampu mendorong perubahan tatanan kelembagaan di pedesaan
dan perubahan kelembagaan akan berdampak pada struktur tenaga kerja dan
pendapatan masyarakat pedesaan. Fasilitas menjadi sarana yang mempermudah
akses anggota kelompok dalam mencapai tujuan. Sudjana (2006) menegaskan
bahwa kemudahan dalam akses yaitu sesuatu yang memiliki nilai yang diperlukan
oleh kelompok untuk dapat melakasanakan kegiatan demi tercapainya tujuan.
Wahid (2010) menambahkan bahwa fasilitas harus menyangkut wahana ataupun
suatu hal yang perlu untuk tercapainya tujuan kelompok.
2. Pendekatan Psikososial
2.1. Tujuan Kelompok
Menurut King (2010), setiap kelompok apapun bentuknya tetap memiliki
tujuan yang hendak dicapai dari aktivitas berkelompok tersebut. Tujuan kelompok
sebagai suatu keadaan dimasa mendatang yang diinginkan oleh anggota-anggota
kelompok dan dapat melakukan berbagai tugas kelompok dalam rangka mencapai
keadaan tersebut. Tujuan kelompok yang jelas sangat diperlukan agar anggota dapat
berbuat sesuatu sesuai dengan kebutuhan kelompok. Tujuan kelompok harus
mendukung tercapainya tujuan anggota kelompok yang menyebabkan dinamika
semakin kuat (Koranti, 2013).
Tujuan kelompok yang jelas sangat diperlukan agar anggota dapat berbuat
sesuatu sesuai dengan kebutuhan kelompok. Keadaan ini menyebabkan kuatnya
dinamika kelompok. Selain itu tujuan kelompok harus mendukung tercapainya
tujuan anggota kelompok (Djati, 2015). Menurut Utami (2010), tujuan kelompok
yang telah dirumuskan harus sesuai dengan dimensi waktu, karena tujuan terkait
dengan rincian jenis dan kegiatan anggota dalam melaksanakan tujuan tersebut,
serta jenis dan kegiatan terkait dengan dimensi waktu. Tujuan kelompok dapat
tercapai maka diperlukan suatu umpan balik yang membantu.
Abdullah, S. 2013. Potensi dan Kekuatan Modal Sosial Dalam Suatu Komunitas. Socius
12(1):15-21.
Diniyati, D. 2011. Dinamika Kelompok Tani Hutan Rakyat: Studi Kasus di Desa
Kertayasa, Baja dan Sukorejo. Jurnal Psikologi. 1(5): 224-234.
Evantri, I. 2013. Study Solidaritas Sosial (Kasus Lembaga SAR UNHAS). Skripsi. Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Makassar.
Falo, M. 2016. Kajian Dinamika Kelompok Tani Usaha Ternak Sapi Potong di
Kelompok Tani Nekmese Desa Manusasi Kecamatan Miomaffo Barat. Portal
Jurnal Unimor 1(1): 15-18.
Hapsari, N. S. dan B. Yonata. 2014. Keterampilan Kerjasama saat Diskusi Kelompok
Siswa Kelas XI IPA pada Materi Asam Basa Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif di SMA Kemala Bhayangkara 1 Surabaya. Journal
Of Chemical Education 3(2):25-35.
Koranti, K. 2013. Analisis Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal terhadap Minat
Berwirausaha. Jurnal Administrasi Bisnis 7(1):1-8.
Leilani, A., dan O. D. S. Hasan. 2016. Analisis Dinamika Kelompok Pada Kelompok
Tani Mekar Sari Desa Purwasari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Jurnal
Penyuluhan Pertanian 1(1): 18-27.
Mustafa, H., 2011. Perilaku Manusia dalam Perspektif Psikologi. Jurnal Administrasi
Bisnis, VII(2), pp. 143-156.
Nuryanti, S., dan Dewa, K.S.S. 2011. Peran Kelompok Tani dalam Penerapan
Teknologi Pertanian. Forum Penelitian Agro Ekonomi. 29 (2) : 115-128.
Pratisthita, R. N., M. Mumun, dan H. Siti. 2014. Peran Modal Sosial dalam
Menunjang Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah (Studi Kasus di
Kelompok 3 Tpk Pulosari Pangalengan). Jurnal Ilmu Ternak 1(10):52-57.
Purba, D. E. 2016. Pengaruh Kepribadian dan Komitmen Organisasi terhadap
Organizational Citizenship Behavior. Jurnal Sosial Humaniora 8(3):105-111.
Qurohman, T. 2010. Sekolah Elit Sebagai Alat Reproduksi Kesenjangan Sosial. Skripsi.
Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Tjahyadi, R. I. 2010. Brand Trust dalam Konteks Loyalitas Merek : Peran Karakteristik
Merek, Karakteristik Perusahaan, dan Karakteristik Hubungan Pelanggan-
Merek. Jurnal Manajement 6(1):65-78.
Wahid, A. 2010. Dinamika Kelompok Tani pada Kegiatan Retabilitasi Hutan dan
Lahan.Desalasiwala, Kabupaten Sidrop staff pengajar Fakultas Teknis. Jurnal
Hutan dan Masyarakat 3(2): 12-21.