Anda di halaman 1dari 3

Dinamika kelompok sengaja ditumbuh kembangkan, karena dinamika kelompok adalah

interaksi interpersonal yang ditandai dengan semangat, kerja sama antar anggota kelompok,
saling berbagi pengetahuan, pengalaman dan mencapai tujuan kelompok. Interaksi yang
interpersonal inilah yang nantinya akan mewujudkan rasa kebersamaan di antara anggota
kelompok, menyatukan kelompok untuk dapat lebih menerima satu sama lain, lebih saling
mendukung dan cenderung untuk membentuk interaksi yang berarti dan bermakna di dalam
kelompok. Dinamika kelompok sebagai suatu bidang terapan yang dimaksudkan untuk
peningkatan pengetahuan tentang sifat/ciri kelompok, hukum perkembangan, interelasi
dengan anggota, dengan kelompok lain, dan dengan anggota yang lebih besar.

Pendapat lain dikemukakan Shaw (1981) dalam buku Group Dynamics yang menjabarkan
sifat-sifat kelompok yang meliputi:
a. Adanya persepsi tiap anggota yang didasarkan asumsi bahwa tiap orang sadar akan
hubungan dengan orang lain.
b. Adanya tujuan yang hendak dicapai.
c. Adanya motivasi dimana anggota kelompok menginginkan kepuasan terhadap
kebutuhannya dari kelompok yang dimasukinya.
d. Adanya interdependensi, yaitu saling tergantung antar anggota.
e. Adanya interaksi yang meupakan suatu bentuk actual dari interdependensi dimana
tiap anggota saling berkomunikasi.
f. Adanya organisasi.

Kelompok Primer dan Sekunder


Kelompok primer memiliki anggota yang jumlahnya kecil yang memiliki kriteria dimana
antar anggotanya memiliki perasaan kebersamaan, loyalitas, keakraban, dan mempunyai
tanggapan yang sama terhadap nilai-nilai yang dianut anggotanya. Anggota dalam kelompoj
primer saling berhubungan secara langsung, intim, akrab, bersifat lebih personal, ikatannya
bersifat emosional karena anggotanya berhubungan dengan fisik langsung( (tatap muka),
seperti dalam keluarga atau kolega.
Kelompok sekunder memiliki pola hubungan antar anggota kelompok yang kurang erat
dikarenakan anggota dalam kelompok sekunder berhububungan lebih pada secara impersonal
(tidak bersifat pribadi) dengan peran yang jelas dan interaksinya selalu berorientasi pada
tujuan, meskipun kedua-duanya memiliki tujuan yang sama (Sudjarwo, 2011).
Kelompok Formal dan Informal
Kelompok formal memiliki pola interaksi berdasarkan pada pertimbangan objektif rasional.
Kelompok ini bersifat struktural dengan kewenangan dan tanggung jawab yang mengikuti
hirarki organisasi karena dibentuk untuk melaksanakan tugas fungsi organisasi sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
Kelompok informal terbentuk dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan
seseorang. Anggota kelompoknya tidak diangkat, melaikan ditentukan oleh daya tarik
bersama antara individu dan kelompok. Menurut Munandar (2001) kelompok informal terdiri
atas kelompok kepentingan dan persahabatan.

Kelompok Terbuka dan Tertutup


Kelompok terbuka mempunyai rasa tanggap terhadap perubahan dan pembaruan. Kelompok
terbuka bebas menerima dan melepas anggotanya, maka ide-ide baru yang dibawa oleh
anggota baru tersebut umumnya dapat diterima organisasi. Kelompok ini banyak berfikir
tentang masa sekarang dan masa depan yang dekat dikarenakan kelompok ini menerima ide
baru untuk pengembangan dan perubahan maka perencaaan jangka pendek lebih efektif.
Kelompok tertutup berusaha tetap menjaga kestabilan, sehingga kecil kemungkinan dapat
menerima perubahan dan pembaruan. Kelompok tertutup sedikit sekali menerima dan
melepaskan anggota secara bebas, cenderung tidak bersedia menerima ide-ide dari anggota
baru, cenderung memikirkan perencanaan jangka panjang karena perubahan ide-ide baru
relative tidak dapat diterima oleh kelompok ini.

Berdasarkan Produktivitas

Johnson (2012) membagi kelompok yang bergantung pada lima unsur dasar berupa rasa
saling ketergantunagn yang positif, pertanggung-jawaban individu, interaksi yang memajukan
kelompok, penggunaan keterampilan kelompok yang sesuai, dan proses dalam kelompok.
Johnson membagi kelompok berdasarkan tingkat produktivitas y9ang dikategorikan sebagai
berikut:
Kelompok Pseudo, dimana para anggota telah memutuskan untuk bekerja sama tetapi tidak
seorangpun tertarik untuk menjalankannya karena anggota lebih produktif jika bekerja
sendiri. Contohnya persaingan antar anggota untuk mendapatkan bonus dalam sebuah tim
penjualan.
Kelompok Tradisional, dimana para anggota setuju untuk bekerja sama, tetapi ketika mereka
melihat hanya sedikit kruntungan jika menjalankannya maka mereka menjalankan
pekerjaannya sendiri-sendiri walaupun berinteraksi. Contohnya kelompok belajar yang
dibentuk oleh guru, dimana di dalamnya terdapat beberapa murid yang aktif menyelesaikan
tugas kelompok, dan terdapat juga murid yang tidak melakukan apapun.
Kelompok Efektif, dimana para anggota bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yakin bahwa mereka dapat mencapai tujuan mereka, jika anggota lainnya juga
mencapai tujuan mereka. Sehingga para anggota kelompok berkomitemen pada tujuan umum
untuk memaksimalkan kesuksesan diri sendiri dan juga anggota lain.
Kelompok Prestasi Tinggi, merupakan sebuah kelompok efektif dimana telah tercipta
komitmen untuk saling percaya, saling menghargai, dan saling peduli diantara para anggota
dalam rangka mencapai kesuksesan kelompok.

Anda mungkin juga menyukai