Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Daun pandan wangi dibuat serbuk simplisia melalui beberapa proses yaitu

pengumpulan bahan, sortasi basah, pencucian, pengeringan dan penggilingan.

Sortasi basah dilakukan dengan memisahkan daun yang masih utuh dengan daun

yang robek atau rusak, tidak dilakukan pemisahan terhadap benda asing karena

pada proses pemanenan sudah melalui proses pemilihan sehingga tidak terdapat

benda-benda asing. Pencucian daun pandan wangi dilakukan pada tempat yang

cukup bukan menggunakan air mengalir karena daun yang digunakan banyak,

tetapi untuk memastikan daun bersih dilakukan pembilasan sebanyak 2 kali.

Pengeringan daun pandan wangi dilakukan secara alami yaitu dengan diangin-

anginkan ditempat yang teduh, tidak dibawah sinar matahari langsung karena

dikhawatirkan kandungan zat aktif didalam daun pandan wangi akan rusak.

Pengeringan daun pandan wangi pada penelitian ini dilakukan selama 5 hari

karena pada saat pengeringan cuaca yang kurang mendukung. Sortasi kering pada

penilitian ini tidak dilakukan karena sudah melalui proses sortasi basah dan

pencucian sehingga daun sudah bersih dan terpisah dari benda-benda asing, serta

tidak dilakukan pengepakan karena daun selanjutnya akan digiling dan langsung

diekstraksi. Dari daun pandan wangi yang dikeringkan sebanyak 500g diperoleh

berat keringnya mencapai 210g, sehingga dapat diperoleh persentase bobot kering

terhadap bobot basah sebesar 42% (lampiran 1) . Selanjutnya daun pandan wangi

kering digiling dengan menggunakan blender hingga menjadi serbuk simplisia


dan ditimbang, beratnya menjadi 180g,, hal ini menunjukan terjadinya penyusutan

dari berat kering 210


10g setelah diserbuk menjadi 180g.. Berat serbuk mengalami

penyusutan dimungkinkan akibat dari proses penggilingan dimana pada saat

penggilingan serbuk banyak yang terbang ketika blander dibuka selain itu adanya

serbuk yang hilang atau tertinggal pada alat blender tersebut.

Serbuk yang diperoleh kemudian dilakukan identifika


identifikasi secara

mikroskopis.

Tabel 5. Identifikasi serbuk daun pandan wangi.


NO. Sampel Literatur (MMI jilid V hal Keterangan

380)

1. Berkas

pembuluh

2. Epidermis

atas dengan

stomata.

3.

-mesofil.
4. -hablur

kalsium

oksalat

bentuk

kubus dan

rafida.

Berdasarkan hasil uji mikroskopis yang telah dilakukan terdapat

kecocokan antara sampel dengan literatur.

Daun pandan wangi yang telah menjadi serbuk simplisia kemudian

diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dan soxhletasi.


soxhletasi Maserasi

merupakan penyarian yang sederhana dan soxhletasi merupakan penyarian yang

berkesinambungan, meski menghasilkan ekstrak yang lebih pekat dan murni tapi

cara penyarian ini tidak cocok digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas

karena
rena pemanasan yang terus menerus. Padaa proses maserasi digunakan 50g

serbuk simplisia dan 200 mL etanol 70% sebagai cairan penyarinya. Penggunaan

etanol 70% karena etanol harganya terjangkau dan etanol tidak menyebabkan

pembengkakan membran sel dan memperbaiki


memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut.

Keuntungan lainnya adalah sifatnya yang mampu mngendapkan albumin dan

menghambat kerja enzim dan etanol 70% sangat efektif dalam menghasilkan

jumlah bahan aktif yang optimal. Waktu lamanya Maserasi berbeda-beda,


berbeda

masing-masing
masing farmakope mencantumkan 4-10
4 10 hari. Dalam penelitian ini

dilakukan selama 5 hari karena menurut pengalaman, 5 hari telah memadai untuk
kemungkinan berlangsungnya proses yang menjadi dasar dari cara ini yaitu

melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak yang terbentuk pada

saat penghalusan sehinga keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada

bagian dalam sel dengan yang ke dalam cairan telah tercapai maka proses difusi

segera berakhir. Proses dilanjutkan dengan pemerasan dan penguapan dengan

menggunakan cawan uap yang mula-mula ditimbang berat cawan kosongnya, hal

ini dilakukan untuk menghitung rendemen dan berat ekstrak hasil penguapanya.

Diuapkan dengan menggunakan kompor spiritus sampai ekstak menjadi kental

dengan ekstak yang telah kental dilakukan uji bebas etanol. Dengan

mencampurkan ekstrak dengan beberapa tetes asam sulfat pekat dan asam cuka

encer kemudian dipanaskan diapi bebas. Hasil positif tidak mengandung etanol

dengan tidak terdapat bau ester. Ekstrak kental hasil dari penguapan sebesar

19,93Gram (didapat dari = (berat cawan+ekstrak kental) – berat cawan kosong),

sehingga diperoleh rendemen ekstrak sebesar 39,86 % (lampiran 1). Ekstrak

kental tersebut kemudian diencerkan dengan aquadest dan diambil konsentrasi

yang berbeda-beda untuk digunakan pada pengujian efektivitas antibakteri.

Proses soxhletasi digunakan 50g serbuk simplisia dan 200 mL etanol 70%

sebagai cairan penyarinya. Proses ini dilakukan sampai cairan dalam alat soxhlet

menjadi jernih agar zat aktif terlarut sempurna kurang lebih selama 5 jam.

Sirkulasi atau turunnya cairan melalui pipa sifon menuju labu alas bulat terjadi

sebanyak lebih dari 30 kali sirkulasi. Pada proses soxhletasi ini menghasilkan

campuran ekstrak dan etanol sebesar 129,6778g. Proses dilanjutkan dengan

penguapan dengan menggunakan cawan uap yang mula-mula ditimbang berat


cawan kosongnya, hal ini dilakukan yaitu untuk menghitung rendemen dan berat

ekstrak hasil penguapan. Diuapkan dengan mengguakan kompor spiritus sampai

ekstak menjadi kental dengan ekstak yang telah kental maka kandungan etanolnya

sudah tidak ada, ekstrak kental hasil dari penguapan sebesar 18,29g (didapat dari

= (berat cawan+ekstrak kental) – berat cawan kosong), sehingga diperoleh

rendemen ekstrak sebesar 36,59 % (lampiran 1). Ekstrak kental tersebut kemudian

diencerkan dengan aquadest dan diambil konsentrasi yang berbeda-beda untuk

digunakan pada pengujian efektivitas antibakteri ekstrak daun pandan wangi

(lampiran 2).

Uji kandungan etanol pada ekstrak dilakukan dengan menggunakan asam

sulfat pekat dan asam cuka encer, jika (+) mengandung etanol maka akan

terbentuk esther yang ditandai dengan adanya bau.

Reaksi yang dihasilkan adalah:

H2SO4

CH3CH2OH + CH3COOH CH3COOCH3CH2 + H2 (1)


Etanol Asam cuka Etil asetat

Sebelum dilakukan pengujian efektivitas antibakteri, dilakukan Uji tanin

terlebih dahulu, pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji warna

dengan menggunakan pereaksi FeCl3. Terbentuk endapan berwarna hitam

kehijauan karena adanya reaksi antara tannin dengan FeCl3. Hal tersebut
memberikan informasi bahwa ekstrak daun pandan wangi (+) mengandung tanin.

Reaksi yang dihasilkan adalah:

Gambar 14. Reaksi antara tannin dengan FeCl3

Gambar 15. Hasil Uji tanin

Dilanjutkan Uji flavonoid, pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan uji warna dengan menambahkan ammoniak encer dan asam

hidroklorida. Terbentuk warna coklat karena adanya reaksi antara flavonoid

dengan ammoniak encer. Hal tersebut memberikan informasi bahwa ekstrak daun

pandan wangi (+) mengandung flavonoid. Reaksinya adalah:


HCl
+ NH4OH +Cl2-
NH3

Gambar 16. Reaksi antara flavoniod dengan ammoniak encer.

Gambar 17. Hasil Uji flavonoid

Dan terakhir Uji saponin, pada penelitian ini dilakukan dengan mengocok

secara vertikal tabung reaksi hingga terbentuk busa yang stabil hal ini terjadi

karena saponin dapat menurunkan tegangan permukaan. Hal tersebut memberikan

informasi bahwa ekstrak daun pandan wangi (+) mengandung saponin.

Gambar 18. Hasil Uji saponin

Kandungan inilah yang diketahui memiliki daya antibakteri, adapun

peranan flavonoid sebagai antibakteri merupakan kelompok fenol yang


mempunyai kecenderungan menghambat aktivitas enzim mikroba, pada akhirnya

mengganggu proses metabolism. Saponin merupakan zat yang dapat

meningkatkan permeabilitas membran sehingga terjadi hemolisis sel. Sedangkan

tannin bekerja sebagai antibakteri dengan membentuk ikatan yang stabil dengan

protein sehingga terjadi koagulasi protoplasma bakteri (Nirkham dan Basjir:2012).

Setelah diketahui bahwa ekstrak daun pandan wangi (+) mengandung tanin,

flavonoid dan saponin maka pengujian daya hambat ekstrak daun pandan wangi

terhadap bakteri Bacillus subtilis dapat dilakukan.

Pada proses sterilisasi, untuk mempertahankan suhu 1210C dengan

tekanan 2 atm selama 15 menit dilakukan dengan cara katup pada tutup autoklaf

dibuka secara perlahan sedikit demi sedikit agar suhunya tidak terus naik, syarat

15 menit tersebut tertera pada farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995.

Pada cara pembuatan NA sesuai dengan jalannya penelitian dilakukan

pengecekan dan pengaturan pH. Pada saat pengecekan pH diperoleh pHnya sudah

sesuai yaitu pH=7 (netral) sehingga tidak perlu diatur pHnya dengan

menambahkan NaOH ataupun KCl, hal ini dikarenakan dengan menimbang bahan

dan membuat medium secara benar maka pHnya sudah sesuai sehingga tidak

perlu diatur kembali. Pembuatan media ini menghasilkan 300 mL Nutrien Agar,

yang dituangkan pada masing-masing tabung reaksi sebanyak 10-15 mL. media

NA yang digunakan untuk pembiakan sebanyak 5 tabung. Medium NA digunakan

sebagai medium penyegar untuk bakteri.


Pada pembuatan media BHI saat pengecekan pH pertama, kondisi pH

sudah sesuai yaitu pH netral (pH=7). Pada pengecekan pH yang kedua yaitu

setelah penambahan dekstrosa, kondisi pH juga sesuai sehingga tidak perlu diatur

pHnya. Hal ini dikarenakan dengan menimbang bahan dan membuat medium

secara benar maka pHnya sudah sesuai sehingga tidak perlu diatur kembali.

Pembuatan media ini menghasilkan 300 mL BHI yang kemudian dituang pada

masing-masing tabung reaksi sebanyak 15 mL, media BHI yang digunakan untuk

penyuburan sebanyak 5 tabung. Medium BHI digunakan sebagai medium

pembiakan bakteri. Pada pembuatan media MHA juga dilakukan dengan tetap

mengontrol pH. Pada saat pengecekan pH diperoleh pHnya sudah sesuai yaitu

pH=7 (netral) sehingga tidak perlu diatur pHnya dengan menambahkan NaOH

ataupun KCl, hal ini dikarenakan dengan menimbang bahan dan membuat

medium secara benar maka pHnya sudah sesuai sehingga tidak perlu diatur

kembali. Pembuatan media ini menghasilkan 300 mL MHA yang kemudian

dituang pada masing-masing petri sebanyak 20-25 mL. Medium MHA digunakan

sebagai medium pengujian efektivitas antibakteri daun pandan wangi. media

untuk pengujian sebanyak 9 petridish, 3 petridish untuk ekstrak maserasi, 3

petridish untuk ekstrak soxhlet dan 3 petridish untuk kontrol positf dan negatif.

Sedangkan pada proses inokulasi atau pembuatan inokulum dilakukan sesuai

dengan jalannya penelitian.

Keasaman atau kebasaan sangat penting untuk diperhatikan karena

biasanya peningkatan suhu dapat meningkatkan disosiasi asam. larutan nutrien

ditentukan pHnya sewaktu berada dekat dengan titik didihnya dapat menjadi basa
bila menjadi dingin. Pengaruh yang beraneka ragam yang tidak menguntungkan

itu lebh menonjol bila berada dalam keadaan asam. misalnya koagulasi protein

oleh panas timbul lebih cepat dalam larutan asam. itulah sebabnya pH medium

pembiakan mikrobiologi harus ditentukan secara teliti. pH yang digunaknan

tergantung pada jenis organisme. Biasanya digunakan pH 7.0 tetapi umumnya

berada diantara 6.5-8.0 dan untuk beberapa spesies bahkan bisa lebih (Irianto

2006:123).

Pada pembuatan sumuran saat pengujian daya hambat bakteri dibuat

dengan alat boor prop dimana yang digunakan hanya satu alat sehingga digunakan

boor prop yang sama untuk membuat semua lubang. Dengan satu boor prop yang

digunakan untuk semua lubang maka boor prop yang telah digunakan dalam

pembuatan sumuran sebelumnya harus dibersihkan terlebih dahulu untuk

membuat sumuran berikutnya, untuk mencegah terjadinya kontaminasi.

Pada petridish yang masing-masing terdiri dari 3 sumuran yaitu untuk

ekstrak dengan konsentrasi 20%, 40%, dan 60%. 1 petridish terdiri dari

amoxicillin 0,5% sebagai kontrol positif dan aquadest sebagai kontrol negatif.

Pemilihan amoxicillin sebagai kontrol positif karena amoxicillin mudah didapat

dan amoxicillin merupakan antibiotic spectrum luas yang mampu menghambat

bakteri gram positif dan gram negatif. Pemberian masing-masing ekstrak dan

aquadest dilakukan dengan menggunakan pipet volume 1 ml. Untuk mengetahui

daya tampung dari masing-masing sumuran terlebih dahulu dilakukan percobaan

pada media kosong yang dibuat lubang dengan meneteskan aquadest diperoleh

daya tampung maksimalnya sebesar 0,3 mL sehingga pada penetesan ekstrak


diambil 0,2 mL, karena dikhawatirkan jika meneteskan dengan volume 0,3 mL

atau lebih maka akan meluap, yang akan mempengaruhi daerah hambat atau

pertumbuhan dari bakteri Bacillus subtilis. Setelah selesai ekstrak, aquadest dan

amoxicillin diteteskan pada sumuran maka dilanjutkan dengan proses inkubasi

dengan menggunakan inkubator pada suhu 370C selama 24 jam.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terlihat adanya daerah

bening yang tampak di sekitar lubang pada media agar dimana daerah bening

tersebut merupakan daerah hambat ekstrak daun pandan wangi terhadap

pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis.

40%

20% 60%

40%
40% 60%

60%
20% 20%

Gambar 19. Daerah hambat efektivitas antibakteri ekstrak


maserasi terhadap koloni bakteri Bacillus subtilis.
60%

40% 20%

40%
40%
60%

60%

20% 20%

Gambar 20. Daerah hambat efektivitas antibakteri ekstrak


soxhletasi terhadap koloni bakteri Bacillus
subtilis.

kontrol positif

kontrol negatif

Gambar 21. Daerah hambat efektivitas antibakteri kontrol positif


dan negatif terhadap koloni bakteri Bacillus subtilis.

Berdasarkan gambar hasil pengamatan di atas maka dapat diperoleh daerah

hambat bakteri, kemudian


emudian daerah hambat tersebut diukur dengan menggunakan
jangka sorong dan diperoleh diameter (d) sumuran sebesar 0,6 cm maka jari-jari

(r) sumuran = 0,3 sehingga luas (L) sumuran = 0,2826 cm2 (lampiran 4).

Sedangkan data diameter dan luas total (daerah hambat + daerah sumuran) dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 6. Diameter dan Luas Total uji antibakteri ekstrak maserasi dan
soxhletasi daun pandan wangi terhadap koloni bakteri Bacillus
subtilis

konsentrasi ekstrak (%)


20% 40% 60%
Metode Replikasi D L D L D L

(Cm) (Cm2) (Cm) (Cm2) (Cm) (Cm2)

Maserasi 1 1.1 0.9498 1.4 1.5386 1.6 2.0096

2 1.3 1.3266 1.4 1.5386 1.5 1.7662

3 1.1 0.9498 1.5 1.7662 1.7 2.2686

Rata-rata 1.16 1.0754 1.43 1.6144 1.6 2.0148

Soxhletasi 1 1.0 0.75 1.3 1.3266 1.4 1.5386

2 0.9 0.5024 1.3 1.3266 1.5 1.7662

3 0.85 0.5671 0.9 0.5024 1.2 1.1304

Rata-rata 0.916 0.8565 1.16 1.0518 1.36 1.9339

Aquadest 1 0 0 0 0 0 0

Amoxicilin 1 2.6 5.3066 2.6 5.3066 2.6 5.3066

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada ekstrak maserasi dengan

konsentrasi 40% dan 60% diperoleh diameter yang sama yaitu 1,5 cm. Pada
ekstrak soxhletasi dengan konsentrasi 60% diperoelh diameter 1,2 Cm lebih kecil

dibandingkan pada konsentrasi 40% yaitu 1,3 cm. dan pada ekstrak soxhletasi

20% diperoleh diameter 1.0 Cm lebih besar dibandingkan pada konsentrasi 40%

yaitu 0.9 Cm. hal ini terjadi karena pertumbuhan pertahanan bakteri tergantung

pada pengaruh luar seperti makanan (nutrisi), atmosfer, suhu, lengas, konsentrasi

ion hydrogen, cahaya dan berbagai zat kimia yang dapat menghambat atau

membunuh.

Menurut kebiasaannya, kebutuhan berbagai jenis bakteri itu berlainan ada

yang dapat hidup dalam lingkungan yang luas ada pula yang hanya terbatas pada

lingkungan yang sempit terutama yang termasuk dalam golongan yang hidup

sebagai parasit pada manusia atau hewan.

Untuk menciptakan keadaan lingkungan yang tepat sebagai pengganti

keadaan di alam tidak mudah sehingga seringkali sifat bakteri itu berubah bila

telah lama hidup (Irianto, 2006).

Setelah diperoleh data luas sumuran dan luas daerah total maka untuk

memperoleh luas daerah/daya hambat yang ditampakan dengan daerah bening

dicari dengan rumus :

Luas Daerah hambat = Luas total - Luas sumuran

Dari rumus luas daerah hambat tersebut maka diperoleh luas daerah

hambat bakteri pada tabel dibawah ini :


Tabel 7. Luas Daerah Hambat Ekstrak Daun pandan wnagi Terhadap
Bakteri Bacillus subtilis (dalam cm2)

Luas daerah hambat ekstrak daun pandan wangi

Metode Replikasi (cm2)

20% 40% 60%

Maserasi 1 0.6672 1.256 1.727

2 1.0440 1.256 1.4836

3 0.6672 1.4836 1.986

Σ 2.3784 3.9956 5.1966

X 0.7928 1.3318 1.7322

Soxhletasi 1 0.4674 1.0440 1.256

2 0.2198 1.0440 1.4836

3 0.2845 0.2198 0.8478

Σ 0.9717 2.3078 3.5874

X 0.3239 0.7692 1.1958

Keterangan : Daerah hambat = daerah bening = daya hambat

Berdasarkan tabel di atas semakin besar ekstrak daun pandan wangi semakin besar

pula luas daerah hambatnya. Data luas daerah hambat yang diperoleh kemudian

dianalisa dengan menggunakan SPSS 15.Uji ANOVA dilakukan bertujun untuk

menguji kebenaran dari hipotesis penelitian.


Tabel 8. Anova ekstrak maserasi

Keterangan Dk JK MK F hitung F tabel Sig.


dkpembilang 2 1.333 .667 15.660 5.14 .004
dkpenyebut 6 .255 .043
Total 8 1.589
Keterangan
Ho= tidak ada efektivitas antibakteri pada ektrak maserasi daun pandan wangi.
Ha= ada efektivitas antibakteri pada ektrak maserasi daun pandan wangi.

Pada table uji statistik anova diperoleh P value 0,004 jika kurang dari atau

sama dengan 0,05. Maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukan ada

efektivitas antibakteri pada ektrak maserasi daun pandan wangi. Yang beda nyata

dengan taraf kesalahan 5% untuk konsiden interval 95% yaitu nilai total tingkat

kesalahan terendah dan tertinggi pada tiga konsentrasi dengan tiga replikasi.

Tabel 8. Anova ekstrak soxhletasi

Keterangan Dk JK MK F hitung F tabel Sig.


dkpembilang 2 1.140 .570 5.934 5.14 .05
dkpenyebut 6 .693 .116
Total 8 1.834
Keterangan
Ho= tidak ada efektivitas antibakteri pada ektrak soxhletasi daun pandan wangi.
Ha= ada efektivitas antibakteri pada ektrak soxhletasi daun pandan wangi.

Pada tabel uji statistik anova diperoleh P value 0,05 jika kurang dari atau

sama dengan 0,05. Maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukan ada

efektivitas antibakteri pada ektrak maserasi daun pandan wangi. Yang beda nyata

dengan taraf kesalahan 5% untuk konsiden interval 95% yaitu nilai total tingkat

kesalahan terendah dan tertinggi pada tiga konsentrasi dengan tiga replikasi.
1.7500

Mean of Hasil_esktak_maserasi
1.5000

1.2500

1.0000

0.7500

20% 40% 60%


konsentrasi

Gambar 22. Grafik ekstrak maserasi

1.2000

1.0000
Mean of Hasil_ekstrak_soxhletasi

0.8000

0.6000

0.4000

0.2000

20% 40% 60%


konsentrasi

Gambar 23. Grafik ekstrak soxhletasi

Pada grafik diatas dapat disimpulkan bahwa konsentrasi yang memberikan

efek optimal didapat pada konsentrasi 60%

Berdasarkan data-data yang ada, efektivitas antibakteri yang lebih baik

didapat pada ekstrak maserasi, hal ini kemungkinan dikarenakan kandungan zat

aktif pada ekstrak maserasi lebih banyak dibandingkan dengan ekstrak soxhletasi.

Perbedaan ini terjadi karena ekstrak soxhletasi mengalami pemanasan yang terus

menerus dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama kemungkinan zat aktif
yang terkandung dalam daun pandan yang berkhasiat sebagai antibakteri seperti

tannin, saponin, dan flavonoid mengalami kerusakan dalam pemanasan sehingga

dapat menurunkan efek antibakterinya. Penurunan efek antibakteri karena

pemanasan belum dapat dijelaskan dengan pasti karena dalam penelitian ini belum

dilakukan karakterisasi dan identifikasi golongan dan jenis komponen dalam

masing-masing ekstrak. Dan konsentrasi optimal didapat pada konsentrasi 60%

hal ini dikarenakan kandungan zat aktif pada konsentrasi 60% lebih banyak

dibandingkan pada konsentrasi 20% dan 40%, jadi semakin tinggi konsentrasi

ekstrak maka efektivitas antibakterinya semakin tinggi.

Anda mungkin juga menyukai