Anda di halaman 1dari 16

TEORI DISTRIBUSI YUSUF QORDHAWI PADA PENDISTRIBUSIAN ZAKAT

FITRAH DI DESA PANAAN, KEC PALENGAAN KAB.PAMEKASAN


Siti Maisaroh
Magister Ekonomi Syariah IAIN MADURA
Email: Sarachzoe24@gmail.com

Abstract : Zakat merupakan bagian dari mekanisme keagamaan yang bertujuan untuk
pemerataan pendapatan dan mensejahterakan masyarakat, Islam telah mengatur sedemikian
rupa tentang zakat fitrah dan cara pendistribusiannya termasuk Ashnaf yang berhak menerima
zakat tersebut, bahkan dizaman Rasulullah zakat sangat diperhatikan sampai-sampai Rosulullah
membentuk sebuah Baitul Maal yang khusus mengelola harta dan menugaskan sahabat
sahabatnya seperti Umar bin Khotob, Ali bin Abi Tholib dan lain-lain mereka diberi tugas untuk
mengumpulkan zakat dari umat Islam yang memiliki kewajiban berzakat. Yusuf Qordhawi
berpendapat bahwa pendistribuaisan zakat harus mengutamakan yang fakir miskin, satu
wilayah dan didistribusikan secara adil (sesuai dengan kebutuhan Ashnaf, bukan sesuai jumlah
ashnaf).
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan
jenis empiris yang menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan
adalah primer yaitu masyarakat Panaan melalui wawancara langsung secara acak, dan data
sekunder adalah literatur, karya-karya yang berkaitan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana cara distribusi zakat fitrah
di desa Panaan?, 2) Bagaimana analisis teori distribusi yusuf Qordhawi pada pendistribusian
zakat fitrah desa Panaan ?
Hasil penelitian ini terdapat tiga poin yaitu: 1) Distribusi zakat fitrah di Desa Panaan
murni dilaksanakan secara mandiri dan mustahik juga ditentukan berdasarkan kehendak
muzakki. 2) Distribusi zakat fitrah di Desa Panaan memang tidak menyalahi aturan syariat
namun kurang merata dan hanya tertumpuk di beberapa masyarakat, sehingga zakat yang
seharusnya mensejahterakan dikhawatirkan menimbulkan kecemburuan sosial. 3) Distribusi
zakat fitrah di Desa Panaan, belum sesuai dengan teori distribusi Yusuf Qardhawi, sebab tidak
adanya Amil khusus maka Prinsip pemerataan dan keadilan tidak terkoodinir.
Kata Kunci: Teori Distribusi, Yusuf Qordhawi, Zakat Fitrah,

1
I. PENDAHULUAN
BAZ menangani zakat maal (harta)dan zakat fitrah secara nasional . untuk membantu
kinerja BAZ maka dibentuk Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan ada pula Unit Pengumpulan
Zakat (UPZ) agar dapat menjangkau pengumpulan dan pendistribusian zakat di daerah-daerah.
Namun keberadaan lembaga-lembaga ini tidak menjamin semua daerah di Indonesia
terjangkau, masih banyak desa-desa yang tidak memiliki Amil Zakat khusus yang berfokus
mengumpulkan dan mendistribusikan zakat di daerah tersebut. Hal ini menyebabkan daerah-
daerah pedesaan tetap mempertahankan tradisi pendistribusian zakatnya secara mandiri, ada
pula daerah yang memang tidak menerima adanya Amil Zakat khusus demi mempertahankan
pendistribusian zakatnya secara mandiri.
Desa Panaan merupakan salah satu desa yang tidak memiliki Amil Zakat Khusus (Nurul
Arifin, Kaur Desa Panaan, Wawancara 14 Oktober 2023 M), namun banyak kelompok yang
berinisiatif untuk mengumpulkan dana infaq dari masyarakat Panaan dalam rangka perbaikan
masjid, kegiatan social dan kepentingan lainnya,sementara kegiatan zakat dilakukan secara
mandiri oleh masyarakat itu sendiri dengan berpegang pada Syariat Islam. Masyarakat Desa
Panaan tahun 2021 berjumlah 4.771 Jiwa pada tahun 2023 ini tentunya bertambah karena
angka kematian lebih rendah dari angka kelahiran dalam kurun waktu dua tahun ini (Nurul
Arifin, Kaur Desa Panaan, Wawancara 14 Oktober 2023 M).1 Dari total masyarakat panaan masih
banyak masyarakat yang terdata tidak mampu (Abd Rohem, Pamong Dusun Karang Anom,
Wawancara 13 Oktober 2023 M). Dengan jumlah masyarakat yang ada prospek zakat fitrah
diperkirakan cukup tinggi dan seharusnya dapat mensejahterakan kondisi masyarakat banyak.
Berdasarkan hal ini peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana penditribusian zakat fitrah di
Desa Panaan, dan bagaimana analisis teori ditribusi Yusuf Qardhawi pada pendistribusian
zakat fitrah di desa Panaan. Penulis memberi judul penelitian ini “ TEORI DISTRIBUSI
YUSUF QARDHAWI PADA PENDISTRIBUSIAN ZAKAT FITRAH DI DESA PANAAN”
mengingat penting juga mengetahui prinsip pemerataan dan keadilam distribusi zakat agar
tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

1
Data Kaur Desa Panaan
2
II. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi dan yuridis yang merupakan
penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini berlokasi di Desa Panaan Kecamatan Palengaan
Kabupaten Pamekasan Provinsi Jawa Timur.
Sumber data dari penelitian ini adalah data primer yaitu masyarakat desa Panaan
kecamatan Palengaan kabupaten Pamekasan. Pada penelitian ini, data primer diperoleh dari
responden secara langsung melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
masyarakat desa Panaan secara acak mulai tanggal 11 Oktober 2023 sampai 18 Oktober 2023
untuk menunjang keakuratan data. Sedangkan sumber data sekunder, peneliti memperoleh
data dari buku/literatur, situs internet serta informasi dari yang terkait.
Teknik dan instrument pengumpulan data terbagi dua yaitu penelitian kepustakaan (
Library Research) dan penelitian Lapangan (Field Research). Penelitian kepustakaan
dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari beberapa literatur kepustakaan, menelaah
bacaan-bacaan, karya tulis ilmiah dan media cetak yang terkait dengan masalah yang diteliti.
Penulis menempuh dua cara dalam penelitian ini yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak
langsung
Sedangkan penelitan lapangan (Field Research) peneliti terlibat langsung di lokasi
penelitian sehingga data yang diperoleh adalah data konkret yang ada hubungannya dengan
pembahasan ini. Teknik perolehan data yang digunakan peneliti adalah: Interview
(wawancara), Observasi dan Dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data dengan
menggunakan teknik analisi Induktif deduktif.

III. Pembahasan
A. TEORI ZAKAT DAN TEORI DISTRIBUSI YUSUF QARDHAWI
1) Pengertian Zakat Fitrah
Zakat dari kata az-zakah menurut Bahasa merupakan kata Masdar dari kata zaka
yang berarti tumbuh, bersih, berkembang dan berkah.2 Sedangkan menurut istilah fikih

2
Syeikh Syamsuddin Abu Abdillah, Fathul Qorib, Terj, Abu H.F Ramadhan B.A,cet.1 (Surabaya: Mutiara
Ilmu,2005),131.
3
adalah menyerahkan sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah kepada orang yang
berhak menerimnaya3. Beberapa ulama menyebutkan zakat adalah kewajiban atas orang
lain4. Dalam fiqhuz Zakaah DR. Yusuf Qordhawi menjelaskan bahwa zakat disebabkan oleh
Futhur (buka puasa) pada bulan Ramadhan atau disebut juga sedekah fitrah.5
Dalam al-Qur’an zakat begitu strategis, terlihat dari banyaknya ayat dalam al-Qur’an
yang menyandingkan perintah zakat dengan perintah sholat yaitu sebanyak 32 ayat.6
2. Dasar Hukum Zakat Fitrah
Zakat fitrah disyariatkan pada tahun kedua Hijriah bulan Sya’ban untuk menjadi
pensuci bagi orang yang berpuasa dari perbuatan ataupun perkataan yang sia-sia yang
mungkin saja dilakukan saat berpuasa Ramadhan, selain itu juga menjadi penolong bagi
kehidupan orang fakir dan orang-orang yang berhajat. Sebagaimana ayat yang berbunyi

                  

“ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Qs at-
Taubah: 103)7
Tidak hanya perintah zakatnya saja yang diatur dalam al-Qur’an tapi juga target
distribusi dari zakat itu diatur dengan rinci didalam al-Qur’an sehingga umat islam memiliki
pedoman yang nyata dalam pelaksanaannya, hal ini terdapat dala surah at-Taubah ayat 60
yang berbunyi

            

            

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,

3
Ibid,.
4
Abu Bakar Jabir al-Jaziri, Pola Hidup Muslim, (Bandung: Remaja Risdakarya, 1997),232.
5
Yusuf Qardhawi, Pedoman Zakat, ( Jakarta : Lintera Antara Nusa, 1996), cet.ke-V,h.920.
6
Didiek Ahmad Supadie, Sistem Lembaga Keuangan Ekonomi Syariah Dalam Pemberdayaan ekonomi Rakyat,
(Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2013), 41
7
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan terjemahnya,(Bandung:Syaamil,2005),203.
4
pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana (Qs. At-Taubah: 60)8
Dalam al-Qur’an tersebut dijelaskan tentang orang yang berhak menerima zakat
ialah: 1. orang fakir: orang yang Amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga
untuk memenuhi penghidupannya. 2. orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya
dan dalam Keadaan kekurangan. 3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk
mengumpulkan dan membagikan zakat. 4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk
Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah. 5. memerdekakan
budak: mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir. 6.
orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan
tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan
umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya. 7. pada
jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. di
antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-
kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. 8. orang yang
sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam
perjalanannya.
Sedangkan dalam kitab Fathul Qorib dijelaskan bahwa Zakat dibagikan kepada 8
golongan yaitu:
1. Fakir menurut ukuran mustahik zakat yaitu orang yang papa tidak mempunyai
pekerjaan dalam memenuhi hajat atau kebutuhan sehari-hari terlantar, tidak pernah
cukup (sama sekali tak berharta).
2. Miskin adalah orang yang memiliki uang atau sumber penghasilan tapi hidupnya
dibawah cukup. Misal butuh 10 hanya memperoleh 7.
3. Amil zakat adalah orang yang diberi tugas menarik zakat lalu menyalurkan kepada
mustahik
4. Muallaf adalah orang yang baru masuk Islam (imannya masih lemah) mereka diberi
zakat agar hati mereka lunak karenanya)

8
Ibid,. 185
5
5. Riqab adalah budak yang telah dibebaskan dengan cara dibeli dari pemiliknya.
6. Gharim adalah orang yang menanggung beban hutang,
7. Sabilillah (orang yang berjuang dijalan Allah) maka tidak termasuk mereka yang digaji
setiap bulan akan tetapi mereka yang benar-benar berjuang dijalan Allah.
8. Ibnu Sabil adalah musafir yang melewati daerah tertentu yang masyarakatnya
memperhatikan wajib zakat. Dengan catatan tujuan musafir itu bukan untuk maksiat
melainkan ada keperluan penting.
3. Teori Distribusi Yusuf Qardhawi
a. Mengutamakan Distribusi Domestik
Hal pertama dalam langkah pendistribusian zakat adalah dengan melakukan
distribusi lokal atau dengan kata lain lebih mengutamkan penerimaan zakat yang
berada dalam lingkungan terdekat dengan lembaga zakat, dibandingkan
pendistribusiannya untuk wilayah lainnya, hal ini lebih dikenal dengan sebutan
“centralistic” atau yang berhubungan dengan lingkungan sekitar. Setiap gabungan desa
yang bersebelahan dengan wilayah pusat harus diutamakan dibandingkan daerah lain
yang juga terdapat cabang dari lembaga tersebut. Kelebihan sistem centralistic dalam
pengalokasian zakat memudahkan pendistribusiannya ke provinsi. Hampir setiap
negara Islam mulai pengalokasian zakat dari pusat lalu meluas hingga mencakup
banyak daerah.

Sedangkan kelebihan yang ada pada lembaga cabang di setiap daerah,


dikembalikan pendistribusiannya kepada lembaga pusat agar lebih dapat membantu
daerah lain yang hanya mengumpulkan zakat dalam skala kecil. Dimana daerah
tersebut mungkin lemah dalam pendanaan akibat sedikitnya zakat yang ada. Dan bisa
jadi disana pun bisa dilaksanakan proyek pengatasan kemiskinan melalui penerimaan
zakat. Dan ini merupakan pollecy yang bijaksana lagi adil, serta sejalan dengan
perkembangan sistem keuangan dan manajemen administrasi pada masa ini.

Sejalan dengan zakat fitrah yang didistribusikan di wilayah di mana zakat


tersebut dikumpulkan. Namun para ulama berbeda pendapat dalam pendistribusian
uangnya, apakah didistribusikan dimana harta itu didapati atau dimana pemiliknya
tinggal? Akan tetapi satu pendapat masyhur mengugkapkan bahwa pendistribusian

6
zakat tergantung dimana harta itu berada dan bukan di mana pemiliknya tinggal.9

Dari sini, maka disepakati bawasannya pendistribusian zakat dilakukan di


tempat di mana zakat tersebut dikumpulkan. Apabila ternyata zakat hanya
dipergunakan sebagian saja atau tidak sama sekali karena tidak ada lagi dan tidak di
temukan orang yang berhak menerimanya di daerah tersebut, maka di bolehkan zakat
tersebut didistribusikan di luar daerah tersebut , baik dengan menyerahkan penangan
kepada pimpinan negara atau kepada lembaga zakat pusat untuk di distribusikan
kepada daerah terdekat yang membutuhkannya.

b. Pendistribusian yang Merata


Salah satu pendistribusian yang baik adalah adanya keadilan yang sama di
antara semua golongan yang telah Allah tetapkan sebagai penerima zakat, juga
keadilan bagi setiap individu di setiap golongan penerima zakat. Yang kami maksud
adil disini bukanlah ukuran yang sama dalam pembagian zakat di setiap golongan
penerimanya, ataupun di setiap individunya. Sebagaimana yang di katakan Imam
Syafi’i yang dimaksud adil disini adalah dengan menjaga kepentingan masing-masing
penerima zakat dan juga maslahah bagi dunia islam. Kaidah-kaidah dasar yang harus
diikuti sesuai dengan perkataan yang rajih dalam pendistribusian kepada golongan dan
individu penerima zakat adalah sebagai berikut:
a) Bila zakat yang dihasilkan banyak, Seyogyanya setiap golongan
mendapatkan bagian sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Tidak
diperbolehkan untuk mengharamkan suatu golongan tertentu untuk tidak
mendapatkan bagiannya, khususnya apabila di dapati golongan yang tersebut
sangat membutuhkannya, merupakan tanggung jawab pemimpin dalam
pengumpulan dan pendistribusiannya dengan baik kepada setiap penerima
zakat.
b) Pendistribusianya haruslah menyeluruh kepada delapan golongan yang telah
ditetapkan. Tidak menjadi satu ketentuan untuk menyamakan kadar dan
bagian zakat yang sama pada setiap golongan. Namun semua itu dilihat dan

9
Yusuf Al-Qardhawi, Spektrum Zakat Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan (Jakarta: Zikrul Hakim, 2005),
139.
7
ditentukan berdasarkan jumlah dan kebutuhan. Bisa jadi dalam satu daerah
terdapat seribu fakir, tapi tidak ditemukan di dalam Gharim (orang yang
10
berhutang demi kebaikan) ataupun ibnu sabil kecuali sepuluh orang saja.
Lalu bagaimana mungkin menyamakan antara bagian yang seribu orang ini
dengan yang hanya sepuluh orang? Karena itu pendapat, bahwa yang
diungkapkan oleh Malik dan juga ibnu shihab bawasannya pendistribusian
zakat tergantung pada jumlah dan kebutuhannya karena satu golongan yang
memiliki jumlah banyak dan yang lebih banyak dibandingkan golongan
lainnya, bertentangan dengan apa yang di ungkapkan oleh para ulama
Syafi’iyah.11
c) Diperbolehkan untuk memberikan semua bagian zakat kepada bebrapa
golongan penerima zakat saja, apabila didapati bahwa kebutuhan yang ada
pada golongan tersebut memerlukan penanganan secara khusus.
Sebagaimana pendistribusian zakat kepada delapan golongan penerima zakat
tidak selamanya harus sama kadarnya diantara individu yang menerima.
Namun diperbolehkan untuk melebihkan bagian kepada beberapa individu
sesuai dengan kebutuhannya, karena sesungguhnya kebutuhan yang ada pada
setiap individu berbeda satu dengan yang lainnya. Akan tetapi hal penting
dari semua ini adalah dengan menjadikan kelebihan tersebut apabila memang
dilakukan karena adanya kepentingan dan kebutuhan yang jelas dan bukan
karena hawa nafsu. Juga dengan tidak merugikan individu lainnya dari setiap
golongan yang ada.
d) Menjadikan golongan fakir miskin sebagai golongan pertama yang menerima
zakat, karena memenuhi kebutuhan mereka dan membuatnya tidak
bergantung kepada orang lain adalah maksud dan tujuan di wajibkan zakat.
Bahkan Rasulullah Saw tidak menyebutkan golongan penerima zakat lainnya
selain golongan fakir miskin dalam pembicaraanya dengan Mu’adz:
”mengambil zakat dari orang kaya ada di antara mereka dan kemudian
menyerahkan kepada orang fakir yang ada di antara mereka”. Ini semua di

10
Ibid, 140.
11
Ibid, 141.
8
dasari dengan pandagan bahwa golongan ini adalah golongan yang paling
penting dan perlu di perhatikan secara insentif.
e) Seyogyanya mengambil pendapat Imam Syafi’i dalam menentukan bagian
maksimal untuk diberikan kepada petugas zakat, baik yang bertugas dalam
mengumpulkan maupun yang mendistribusikannya. Imam Syafi’i
menentukannya dengan ukuran harga atau gaji yang diambil dari hasil zakat
dan tidak boleh mengambil lebih dari ukuran yang telah ditentukan.12
Yusuf Al-Qardhawi menyebut keadilan distributif karena keadilan yang
berhubungan dengan distribusi jasa dan kemakmuran menurut kerja dan
kemampuan.

B. Distribusi Zakat Fitrah di Desa Panaan, Kec. Palengaan Kab. Pamekasan


Masyarakat memilih untuk membayar zakat fitrahnya sebagaimana kebiasaan-
kebiasaan mereka dahulu. Mereka membayar zakat fitrahnya dengan mendistribusikan
sendiri zakat fitrah tersebut kepada orang-orang yang mereka anggap lebih berhak
menerimanya. Ini tidak dapat dipungkiri dan sangat sulit berubah di dalam tatanan
masyarakat karena ini sudah menjadi kebiasaan turun temurun. Hal ini disebabkan karena
dulu, pengelolaan zakat fitrah tidak ada yang mengorganisir. Jadi sepenuhnya dibebaskan
kepada masyarakat, kepada siapa zakat fitrahnya akan didistribusikan.
Terhadap situasi ini Ustadz Wafir (tokoh masyarakat, pemilik lembaga Paud al-
Qomariyah) berkomentar “ di Desa ini masyarakat sudah terbiasa langsung memberikan
zakatnya kepada mustahik dan itu boleh menurut hukum asalkan sesuai dengan ketentuan
syariah artinya diberikan kepada yang berhak menerima zakat, namun saya lihat terkadang
cara pendistribusian langsung ini malah tidak tepat sasaran karena kadang diberikan pada
orang yang cukup mampu ( menengah ke atas diantara masyarakat panaan), jika melihat pada
hal ini saya lebih setuju ada Amil zakat walaupun sampai saat ini tidak ada yang berinisiatif
untuk mendirikan Lembaga Amil Zakat atau paling tidak bertugas sebagai Amil Zakat di
desa Panaan dengan harapan pendistribusian zakat lebih merata.(Ustadz Wafir, Tokoh
Masyarakat, wawancara langsung, Panaan, 15 Oktober 2023)

12
Ibid,151.
9
Ustadz Abd Wasik (Tokoh Masyarakat, Pemilik Langgher Konah) juga menuturkan
tentang tradisi zakat fitrah di Desa Panaan “sejak zaman dulu mulai dari tetua sebelumnya
masyarakat desa sekitar sini memang sudah memberikan zakat fitrahnya kesini, dulu orang-
orang masih awam mengenai zakat fitrah, yang diketahui hanya kewajiban mengeluarkan
zakat fitrahnya, jadi sejak tanggal 1 Ramadhan sudah ada yang datang kesini untuk berzakat,
namun saya belum menerima, saya tampung berasnya dulu saya arahkan ke muzakki untuk
pulang nanti sekitar tanggal 16 akan saya panggil, memang agak ribet kepada saya namun
hal ini perlu, agar zakat fitrah yang dikeluarkan menjadi lebih sempurna, sebenarnya waktu
yang wajib mengeluarkan zakat fitrah di tanggal satu Syawal sebelum sholat ied atau di
malam takbiran tapi kan tidak mungkin saya terima pada waktu tersebut karena banyak orang
yang berzakat fitrah kesini. Seiring berjalannya waktu sudah banyak majlis majlis pengajian
di desa Panaan dan Alhamdulilah pemahaman masyarakat terhadap hukum sudah meningkat
pesat”. (Ustadz Abd. Wasik, Tokoh Masyarakat, wawancara langsung, Panaan,15 Oktober 2023)
Ada beberapa kalangan yang menjadi sasaran distribusi langsung zakat fitrah
masyarakat ini, anataranya:

1) Dukun Anak. Dukun anak menjadi sasaran distribusi langsung zakat fitrah
masyarakat Desa Panaan.Masyarakat berangggapan bahwa anak yang baru
lahir itu belum lunas fitrahnya sehingga anak ini zakat fitrahnya mesti
diberikan kepada dukun anaknya. Sama halnya dengan masyarakat yang
memiliki anak dan belum mengaji. Zakat fitrah anak mereka akan
didistribusikan langsung kepada dukun anak yang bersangkutan. Ada
beberapa dukun anak yang menjadi sasaran distribusi langsung zakat fitrah
masyarakat memiliki kondisi kehidupan yang mapan, bahkan lebih mapan
kehidupannya dibandingkan masyarakat yang mendistribusikan langsung
zakat fitrah kepadanya.

2) Guru Ngaji. Ketika sudah umur sekitar 3-4 tahun anak-anak desa panaan
sudah mulai dimasukkan ke langgher untuk belajar mengaji dan sejak saat
itu biasanya orang tua si anak akan mendistribusikan zakat fitrah anak
tersebut kepada guru ngajinya. Ini dilakukan oleh masyarakat yang
anaknya sedang mengaji di l a n g g h e r ( L a n g g a r / s u r a u ) b a h k a n
meski anak tersebut sudah tamat ngaji namun belum menikah. Ada juga
10
masyarakat yang sudah tua mendistribusikan zakat fitrahnya kepada guru
ngaji waktu mereka masih kecil walaupun guru ngaji tersebut saat ini sudah
tidak lagi mengajar, mereka menyebutnya ghuruh Tolang (Guru Pertama).
Diantara guru ngaji ini, ada beberapa yang tergolong mampu. Di Desa
panaan terdapat 11 langgher (tempat anak-anak mengaji) dengan rincian 1.
Dusun Bata-Bata 1 Langgar, 2. Dusun Tengah 2 langgar, 3. Dusun
Morsongai 1 langgar, 4. Dusun Karang anom 4 langgar dan 5. Dusun Pakes
3 langgar.13 (Wawancara pada tanggal 12 Oktober 2023 di Desa Panaan)

3) Menyerahkan kepada pemilik lembaga. Desa Panaan termasuk desa yang


didalamnya terdapat banyak pesantren/lembaga hampir disemua dusun ada
yaitu14 :

NAMA
NO NAMA DUSUN
PESANTREN/LEMBAGA

1 Bata-Bata PP. Mambaul Ulum Bata-Bata

PP. Al-Amin Gudang


2 Tengah
Paud Al-Qomariyah

LPI. Baitul Hikmah


3 Karang Anom
SDN Panaan

4 Pakes PP. Darul Ulum

5 Morsongai Paud Pahlawan

Dan beberapa masyarakat mendistribusikan zakat fitrah anaknya ke


lembaga tempat anak tersebut bersekolah dengan pemikiran waktu
pengeluaran zakat fitrah adalah kesempatan untuk Nyabis (bertemu) kepada
pemilik lembaga karena dihari hari biasa tanpa keperluan tertentu akan
sungkan untuk datang ke lembaga, tapi tidak semua Lembaga ini ,emjadi
sasaran distribusi zakat fitrah desa Panaan.

4) Tetangga/saudara yang dianggap kurang mampu. Akhir akahir ini sedikit

13
Data Kaur Desa Panaan
14
Ibid.
11
demi sedikit masyarakat mulai paham bahwa zakat fitrah yang paling utama
adalah diberikan kepada fakir miskin, sehingga di desa panaan ini sudah
banyak masyarakat yang lebih mengutamakan memberikan zakatnya
kepada fakir miskin. Walaupun pendistribusian zakat fitrah kepada tetangga
berdasarkan pada kedekatan hubungan kekeluargaan atau hubungan
pertemanan, bukan berdasrkan pada sebarapa butuh mustahik tersebut.
Dari empat kelompok yang menjadi target distribusi masyarakat dalam
mendistribusikan zakatnya yang paling diutamakan masyarakat adalah guru ngaji, pemilik
Lembaga, dukun anak kemudian tetangga yang dianggap kurang mampu. Dan menurut peneliti
sangat disayangkan karena tetangga yang kurang mampu justru menjadi opsi terakhir, karena
guru ngaji dan kelompok yang disebutkan peneliti terkadang lebih mampu dari yang memberi
zakat.
Sebagian masyarakat mengeluarkan zakat fitrah berupa makanan pokok yaitu beras 3
kg/ 1 gantang, sebagian yang lain mengeluarkan zakat fitrah berupa uang seharga beras 1
gantang dengan akad membeli beras kepada calon mustahik. Besaran uang yang digunakan
untuk zakat fitrah umumnya Rp. 40.000, namun ada beberapa masyarakat yang membeli beras
dengan harga Rp. 30.000- Rp.50.000 .Masyarakat desa Panaan mulai mengeluarkan zakat
fitrah umumnya tanggal 20 Ramdhan sampai tanggal 1 Syawal sebelum sholat ied, namun ada
beberapa masyarakat yang mulai mengeluarkan zakat pada awal ramadhan agar cepat selesai
kewajibannya, menyikapi hal ini Ust. Abd Wasik biasanya mengarahkan masyarakat untuk
menyerahkan zakatnya setelah tanggal 16 ramadhan atau sekalian di malam takbiran ( tanggal
1 Syawal) agar lebih sempurna secara hukum. Ketika muzakki menyerahkan zakat fitrahnya
kepada mustahik, maka mustahik akan memberi suatu barang kepada muzakki seperti Kripik,
jajanan kering ataupun hal lainnya.
Hasil wawancara tentang pendistribusian zakat fitrah di Desa Panaan saya rangkum
dalam table 1.1 untuk mempermudah menganalisis data yaitu:

12
TABEL 1.1 DISTRIBUSI ZAKAT FITRAH DESA PANAAN

BENTUK
NO MUZAKKI MUSTAHIK KETERANGAN WAKTU
ZAKAT
1 Wazali Ummi Kulsum Dukun Anak Uang 50.000 Tanggal 16
2 Moh. Sapi’ Ummi Kulsum Dukun Anak Beras Tanggal 16
3 Roni Ummi Kulsum Dukun Anak Uang 50.000 Tanggal 16
4 Salsabila Bun Madjasin Dukun Anak Beras Tanggal 26
5 Habibi Hamideh Dukun Anak Beras Tanggal 21
6 Ali Fikri K. Udi Guru Ngaji Beras Tanggal 21
7 Yanti Salamah Istru Guru Ngaji Beras Tanggal 25
8 Toyyib K. Tolak Guru Ngaji Beras Tanggal 21
9 Maniyah Ny. Nurjati Guru Ngaji Uang 40.000 Tanggal 25
10 Moh Raji Ny. Nurjati Guru Ngaji Uang 40.000 Tanggal 25
11 Rumniyah Ny. Nurjati Guru Ngaji Uang 40.000 Tanggal 21
12 Hodaifah Ny. Nurjati Guru Ngaji Beras Tanggal 21
13 Hendra Ust. Jalil Guru Ngaji Beras Tanggal 16
14 Muazah Ust. Jalil Guru Ngaji Beras Tanggal 20
15 Rohmah Ust. Jalil Guru Ngaji Beras Tanggal 21
16 Aisyah Ust. Jalil Guru Ngaji Beras Tanggal 21
17 Bahrul Ust. Jalil Guru Ngaji Beras Tanggal 18
Istri pendiri LPI. Tanggal 20
18 Dasuki Ny. Hosiyah Beras
Baitul Hikmah
Khoirul Ust. Anak pendiri LPI. Tanggal 23
19 Beras
Umam Darussalam Baitul Hikmah
Moh. Tanggal 18
20 Mad Raji Kurang Mampu Beras
Dahrah
21 Mattali Mad Raji Kurang Mampu Beras Tanggal 20
22 Nur Jannah Mad Raji Kurang mampu Beras Tanggal 16
23 Fitriyah Mad Raji Kurang Mampu Beras Tanggal 17
24 Toyyibah Mad Raji Kurang Mampu Beras Tanggal 20

13
25 Rahbini Mad Raji Kurang Mampu Beras Tanggal 25
26 Faiz Hanipah Kurang mampu Beras Tanggal 27
27 Dewi Hanipah Kurang Mampu Beras Tanggal 27
28 Syafi’ Hanipah Kurang Mampu Beras Tanggal 17
29 Jufri Hanipah Kurang Mampu Beras Tanggal 20
30 Ahmad Rokayyah Kurang Mampu Beras Tanggal 16
31 Ilham Hoseh Kurang Mampu Beras Tanggal 16
32 Ulfa Halima Kurang Mampu Beras Tanggal 20
33 Yoga Sanuji Kurang Mampu Beras Tanggal 21
34 Aisyah 2 Saribeh Kurang Mampu Beras Tanggal 21
Pendiri LPI. Tanggal 21
35 Ilyas K. Mastupah Beras
Baitul Hikmah

C. Analisis Teori Distribusi Yusuf Qordhawi Pada Pendistribusian Zakat Fitrah Desa
Panaan

Pendistribusian zakat fitrah berdasarkan prisip domestic (kewilayahan) desa Panaan


sudah terlaksana karena memang dari tetua-tetua sebelumnya zakat fitrah masyarakat
didistribusikan kepada sesama warga Panaan, maka dapat dipastikan bahwa teori distribusi
Yusuf Qordhawi berlaku di desa panaan.
Terkait teori distribusi Yusuf Qordhawi tentang prinsip pemerataan dan keadilan
distribusi belum berlaku di Desa Panaan. Pendistribusian zakat fitrah di desa Panaan
dilakukan secara mandiri masyarakat mendistribusikan zakatnya kepada mustahik yang
dikehendaki, dalam pendistribusiannya masyarakat mengutamakan status social mustahik
bukan mengutamakan status ekonominya, umumnya masyarakat memprioritaskan mustahik
yang berstatus Guru ngaji, sedangkan tetangga yang kurang mampu menjadi prioritas
terakhir.
Tidak adanya amil khusus di desa Panaan mengakibatkan tidak terkodinernya
pendistribusian zakat fitrah sehingga terjadi penumpukan zakat dibeberapa orang yang
dikhawatirkan menimbulkan kecemburuan social di masyarakat (lihat table 1.1), padahal

14
kalau melihat pemikiran Yusuf Qordhawi pendistribusian zakat fitrah melalui proses
pemetaan mustahik sehingga terdapat keadilan dalam distribusinya.
Adil yang dimaksud dalam teori Yususf Qordhawi bukan berarti kedelapan mustahik
yang terdapat dalam al-Qur’an harus mendapatkan zakat fitrah semua, melainkan
mengutamakan fakir miskin terlebih dahulu setelah itu jika ada mustahik lain selain fakir
miskin dan zakat fitrahnya masih ada maka boleh membagikan kepada mustahik tersebut,
karena sejatinya zakat fitrah berprinsip kewilayahan, pemerataan dan keadilan menurut
Yusuf Qardhawi bertujuan untuk memperpendek jarak antara si kaya dan si miskin sehingga
jurang diantara keduanya tidak terlalu lebar.

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil temuan penulis tentang distribusi zakat fitrah di Desa Panaan
dilakukan secara mandiri dan tidak menyalahi aturan Syariat baik dalam hal target zakat
fitrahnya, barang yang dizakatkan dan waktu mengeluarkan zakatnya namun baik secara
hukum islam ataupun Teori distribusi Yusuf Qardhawi pendistribusian zakat fitrah mandiri
di Desa Panaan kurang merata dan teori Yusuf Qardhawi tidak berlaku pada
pendistribusian zakat fitrah di Desa Panaan, hal ini dikhawatirkan menimbulkan
kecemburuan sosial bagi masyarakat lainnya, maka akan lebih baik jika ada petugas khusus
yang melakukan pengumpulan zakat dan mendistribusikannya kepada masyarakat dengan
catatan berpegang pada data mustahik dari desa Panaan.

V. DAFTAR PUSTAKA

Abu Abdillah ,Syamsuddin. Fathul Qorib, Terj, Abu H.F Ramadhan B.A. cet.1,Surabaya:
Mutiara Ilmu, 2003.
Jabir al-Jaziri,Abu Bakar. Pola Hidup Muslim, Bandung: Remaja Risdakarya,1997.
Qardhawi ,Yusuf, Pedoman Zakat,cet.v,Jakarta :Lintera Antara Nusa, 1996.
Ahmad Supadie ,Didiek, Sistem Lembaga Keuangan Ekonomi Syariah Dalam
Perberdayaan Ekonomi Rakyat, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,2013.
Agus Thayib Afifi dan Shabira Ika, Kekuatan Zakat, cet.1, Jakarta: Pustaka Albana, 2010.
jatim.kemenag.go.id,Undang-undang,/bosd1397464066.pdf,( diakses 16 Oktober 2023).

15
cnbcindonesia.com,news,20230119080431-4-406648,kategori miskin di RI pengeluaran-
di-bawah-rp-17851---hari, (diakses 17 Oktober 2023).
Admin jatim, jatim.kemenag.go.id/berita/9981/mui-sarankan-zakat-fitrah-3-kg, (diakses
17 Oktober 2023).

16

Anda mungkin juga menyukai