Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 2

. Protagonis :

 Muhammad Hilman
 Andi Muhammad Kahfi hasit
 Alam zainal
 Muhammad Dicky octora
 Andi Muhammad Ridwan Sali

Antagonis :

 Alfian Rabsyah
 Laode Muhammad ridho yosua malik

. Figuran :

 Azkiya lietasya talib


 Muh imamul muttaqin
 Prima handika maesa nugraha
 Arya dias pradika
DIALOG

(Narator di sebuah panti asuhan terdapat 6 orang sahabat, mereka telah bersama sejak bayi, walaupun
mereka bukan saudara kandung tapi mereka saling menyayangi satu sama lain, yang tertua bernama
Alam, anak kedua bernama Ridwan, yang ketiga bernama Dicky, yang keempat bernama Hilman dan
yang paling bungsu adalah Kahfi.)

SCENE 1

Dicky : (memenangkan permainan Uno) Yess menangka.

Hilman : yah Kau mi sede, nddak bosan ko itu menang Dicky ??

Alam : kau mo main sendiri deh Dicky, ehh... juara dua (sembari mengangkat kedua tangan ke atas).

Hilman : iya ndak dikasih kodong, bemana Ridwan

Ridwan : sudah sudah permainan Ji biasa aja itu menang kalah, juara tiga...

Hilman : wetss Uno.., ada kartumu kahfi??

(Kahfi menggelengkan kepala)

Hilman : yahahaha, ke empatka, yaaa Kahfi kalah lagi, ndak capek ko kalah Kahfi ahahah

Kahfi : ndak mauma saya deh bosan ma, kalah truss ja, (sembari berdiri meninggalkan meja).

(Imam datang menghampiri ketiga mereka)

Imam : eh kalian lagi bikin apa, serunya kelihatan

Kahfi : main Uno Pak tapi malas ma main, kalah truss jki, baru dia ketawai Ki lagi.

Imam : Eh kalian nddak boleh gitu, KLO adeknya kalah harusnya di ajarin lagi, di suport lagi,jangan
diketawain

(Smua anak-anak menunduk dan menyadari kesalahan mereka)


Imam : Kahfi juga..... nddak bolehki bgitu, yang namanya permainan wajar itu menang kala, kalau
menang alhamdulillah, kalau kalah cobaki lagi "sembari menenangkan Kahfi.”

Kahfi : tapi pak ..

Imam : sudah kalian bersaudara harus saling menyayangi satu sama lain

Alam : tapi kita bukan saudara

(Imam terdiam sejenak, dan bersedih)

Alam : eh bukan begitu maksudku pak, minta maafka (alam mendekati imam)

Imam : (imam memegang pundak alam) iya nak, saya tau kalian bukan saudara kandung , tapi itu bukan
alasan untuk tidak menyayangi satu sama lain, kalian itu sudah bapak rawat dari kecil.

(Kahfi berjalan mendekati imam)

Kahfi : (memeluk imam) pak jangki sedih. klo saya menangis kita yang kasih diam ka, Klo kita yang
menangis siapa yang bisa kasih diamki

Imam : tidak sedihja nak, kalau pun kalian tidak menerima ikatan persaudaraan kalian, harusnya
kebersamaan kalian dari kecil sudah membentuk ikatan persahabatan di antara kalian, itu sudah cukup
nak

Dicky : iya pak pasti selalu jki bersama, dan pasti akan melindungiki satu sama lain

Ridwan : iya pak

Kahfi : ayo mi pale mainki lagi (sembari berjalan kembali ke tempat permainan, tetapi langkahnya
terhenti saat azkiya datang)

SCENE 2

Azkiya : (masuk ke tempat bermain sambil membawa makanan) makan dulu nak sebentar lagi baru
lanjut mainnya
Kahfi : YEAYYYY MAKANNNNN…-!

Dicky : ehh makannn?, ayo kak ridwan, alam, hilman makan dulu.

Ridwan : okee sebelum makan.. satu orang pimpin doa duluuu

Hilman : coba dek kahfi pimpin dulu dekk.

Kahfi : ( memimpin doa makan), wih enak ini masakannya ibuu

Alam : beh iya kesukaan ku lagi ini ayam gorenggg, nyam nyamm

(anak anak makan sambil diskusi tentang kesalahan yang mereka lakukan kepada ibu dan bapak panti)

Ridwan : Lain kali janganmi main lari larian lagi,nda enak sama ibu kalau berulah terus. Alam juga lain kali
kalau mau bicara sama bapak yang sopan

Alam : iya kakak minta maafka karena bicara sembarangan

Dicky : Habis ini minta maafmki deh

Hilman : Iya minta maafmki saja semua

Azkiya: (masuk dan menghampiri anak anak) kalau selesaimi makan, bawa piringnya kedalam supaya
dicuci

Kahfi : Ibu selesaimki makan janganki dlu prgi

(anak anak saling melihat satu sama lain)

Ridwan : Ibu maafka karena nda bisa jaga yang lain, dan tadi juga alam keras ki suara nya ke bapak, na
bikin sakit hati bapak anak anak)

Kahfi : ihh bukan salaahnya kak ridwwan buu, salah bta semua karena main lari-lari tadi buu,

Alam : minta maafka ibu karena tadi sembarang sebilang sampe-sampe sedih bapak

(anak anak yang lain menyahut) : iya bu minta maafki semua

SCENE 3

Para penculik berkumpul di markasnya membicarakan rencana yang sebentar lagi akan mereka lakukan,
mereka membuat rencana untuk menculik
Laode : banyak-banyak harus di dapat ini, susah hidup, apa mo di makan

Alfian : knapa kita nddak cari kerja lain, kenapa kita nddak cari kerja halal saja

Laode : woii!! Simpan itu halal mu, mantan napi kek kita ini tidak di terima di Masyarakat

Alfian : truss Moko apa!! Moko kek gini truss

Laode : klo nddak, nddak Moko ikut sya mo pale sendiri, pergi mko!!

Alfian : sekali ini pale, sya bantuko, apa rencanamu, siapa Moko culik.

Laode : siapa saja, kita tangkap to baru kita peras orang tuanya.

Alfian : Klo nddak bagaimana, Klo orang tuanya nddak mampu bemana

Laode : ya kita suruhki ngemis, we kalo miskin orangtuanya, malas tongi itu polisi bergerak.

Alfian : (Alfian merasa khawatir) tapi tetapki harus hati hati, ini polisi lagi sering2 nya tangkap orang kek
kita

Laode : aduh polisi lagi polisi lagi, itu polisi tidak pernaki dia jalani hidup kek kita, tapi intinya jangki
takut, yang penting harus Ki buat rencana sebaik baiknya, klo bagus rencanata itu polisi tidak bisa tau
gerak gerikta, tapi bemana??

Alfian : bemana klo anak panti saja kita ambil

Laode : hmm..... Bmana??

Alfian : iya anak panti, klo anak panti di culik nddak ada juga yang peduli

Laode : bagus-bagus, tapi itu anak panti biasanya dan pasti di awasi sama ibu pantinya

Alfian : anu gampang, mi itu

Laode : sama iya, ambilki anak yang tidak berdaya cuy, nddak Mauka rencana ta gagal hanya gara-gara
anak yang susah di atur

Alfian : oke gampangmi itu

Laode : jadi gas??

Alfian : gas kan

Anda mungkin juga menyukai