Anda di halaman 1dari 7

Pada waktu itu rakyat Indonesia tidak bisa pergi ke sekolah.

Mereka dipaksa
bekerja dan pendapatan mereka diambil oleh Tentara Belanda atau yang sering disebut
dengan Komunis. Rakyat jelata yang menentang aturan komunis, akan disiksa,
dibunuh, bahkan dibakar rumahnya. Penderitaan masyarakat Indonesia benar-benar
tragis saat itu. Para Komunis terlalu kejam.
(suasana rakyat jelata sedang bekerja disawah…)
Sesekali mereka istirahat pun dengan sembunyi-sembunyi dari pengawasan komunis. 

Naufal : “haduhh.. pegal sekali, panaass… hauss..”


Asmadi : (melihat Naufal lalu mengajak rekannya Yulianti beristirahat pula)
“Yuli, istirahat sebentar yuk, kita sudah seharian bekerja tanpa istirahat”
Yulianti : “tapi nanti kalau komunis tau kita istirahat, kita akan dipukul dan disiksa”
Asmandi : ”mereka tidak terlihat kok. Kemarilah”
Yulianti : “Baiklah”

Begitu satu persatu mereka mulai kelelahan, Para komunis yang mengetahui
itupun marah dan memukuli mereka secara membabi buta. Komunis berlari dan
menghajarnya satu persatu.

Rizki : “apa-apaan ini?!! Kalian malah malas-malasan!! Ayo kerja!!

Edo : “Tapi kami hanya ingin istirahat sebentar saja Mr!”

Rizki : ”aaah! Tidak ada alasan!! Kembali bekerja!! (mendorong Edo hingga
terjatuh)

Aisyah : “suamiku! suamiku kamu tidak apa-apa??

Yuli : “Ayaaah… “

Rizki : “hey kamu! Manja sekali!! dasar perempuan lemah!! Tidak berguna!!
Bisanya menyusahkan saja! Ayoo cepat kerja lagi!!

Asmadi : “Tapi Mr. kami sangat lelah. Biarkan kami istirahat sebentar nanti kami
pasti akan kembali bekerja lagi, kami berjanji Mr.”

Rizki :”Mau cari mati ya?! Cepat bekerja!!

Asmadi : “Iya, Mr…) 

Rizki : “Bangun pemalas!! Malah tidur2an! Kerja lagi! Dasar rakyat bodoh!”
Edo :”Ampun, ampun Mr.” (terbangun dengan kaget dari tidurnya karena
ditendang kompeni )

Sementara yang lain disiksa dan masih dalam ketakutan dan mengerjakan
sawah yang mereka garap. Masyarakat ini mulai muak dengan tindakan komunis,
mereka menginginkan kemerdekaan dan menentang penjajah. Namun apa boleh buat,
mereka tidak punya pemimpin yang bisa menuntun mereka untuk melawan
penjajah.Tetapi mereka tetap berjuang mempertahankan kemerdekaan termasuk anak
muda bernama Nobita

Set 2

` Asmadi : “aku dan teman-teman sudah tak sanggup lagi menghadapi perlakuan
komunis yang seperti itu! Mereka terlalu kejam terhadap kita! Kita ini masih
muda, kita juga ingin sekolah! Tidak hanya kaum bangsawan saja yang bisa
sekolah! Kita yang miskin harus bekerja setiap hari tanpa mendapatkan upah!
Kami sudah cukup menderita!

Naufal : “ sabarlah Asmadi, kita tidak bisa apa-apa. Mereka terlalu kuat dan hebat.
Sekali saja kita melakukan perlawanan, mereka punya senapan, sekali
tembak, matilah kita semua. Aku nggak sanggup melihat salah satu diantara
kalian mati dibunuh”

Edo : “ahaa! Aku punyA ide! Bagaimana kalau besok para komunis dating lagi
dengan membawa kekacauan, kita buat kekacauan juga! Kita bikin
perlawanan kalau perlu!”

Yuli      :” wah, ide yang bagus tuh! Aku setuju sekali!”

Asmadi :”aku juga setuju sekali!”

Yuli : “Tapi, siapa yang berani melawan? Kami semua takut akan tentara Belanda
itu”

Asmadi :”Betul sekali!”

Edo :”Ya Nobita laaah! Iya kan Asmadi? Gimana kalau kamu jadi umpan, pas
para kompani itu datang, kamu tentang mereka, dengan begitu kamu akan
disandera!”

Asmadi :”eh?? Iya, tapi kan, aku, aku? hahaha! tapi kenapa harus aku?!!”
Edo :”Hhh... yasudahlah, biar kita diperbudak kompani Belanda selamanya.
Lagian kasihan juga Asmadi” (menunduk)

Asmadi :”hmmhh.. iya deeh.. tapi begitu aku dibawa dan disekap di markas mereka,
kalian langsung ambil aku hlo! aku takut tauk!”

Edo    : “tenang sajaa.. begitu mereka membawamu ke markas, kita akan bawa
seluruh masyarakat untuk memerangi markas disana. Oke Asmadi”

Yuli : “Tapi bagaimana dengan Asmadi nanti seandainya Asmadi disiksa bahkan
dibunuh?”

Edo : “Jangan khawatirkan itu! Asmadi sudah bertekad melakukan ini untuk
kebebasan kita semua. Untuk kemerdekaan bangsa Indonesia! Iya kan
Asmadi?”

Naufal :”Hahaha, maksa banget sih kau, do?”

Yuli      :”Iya, kasihan tahu..”

Edo :” Yasudah, gimana Asmadi? Aku nggak akan maksa kamu dengan rencana
ini, kalau kamu nggak ikhlas ya gapapa”

Asmadi :”Meskipun ini sulit, tapi aku akan berusaha demi kemerdekaan kita. Aku
percaya pada kalian, teman-teman”

Edo :”Yes, mau juga akhirnya! hahaha, Nobita kan Mauan orangnya, eh?
Bercanda”

Naufal : “Baiklah kalau begitu, tetapi kamu juga harus tetap berhati-hati dengan
mereka ya Asmadi.”

Asmadi : “ Oke”
Set 3

Para komunis datang ke kampong dan membuat kacau seperti biasa. Mereka
bermaksud mengambil semua yang mereka mau, semua beras, tanaman, serta ternak
pun mereka ambil dengan paksa.
(Masyarakat terlihat sedang bekerja disawah)

Ricky : “Hay orang-orang kampong! Kami datang cumin mau ngambil semua
barang-barang yang kalian punya saja!!”

Naufal : “ Kami tidak akan memberikannya! Kami sudah tidak tahan dengan perilaku
kejam kalian!”

Asmadi : “Iya betul, betul!”

Ricky : “Jadi kau berani menantang saya hah ?!”

Asmadi : “ Iya kami berani !”

(Ricky menarik Asmadi dan menahannya)

Aisyah, Edo, Naufal, Yuli dan masyarakat lainnya mengelak, mereka tidak ingin Asmadi
disandra. Namun prajurit tentara Belanda menghalang-halangi mereka. Ditodong dengan
senapan

Set 4
Raden Ajeng Karitni adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan
Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara, Jawa Tengah. Beliau hanya
bisa melihat penderitaan masyarakat ini setiap harinya. Hati beliau tersentuh. Kartini ingin
wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Kartini dilarang ayahnya untuk
sekolah, sebagaimana adat Jawa pada waktu itu yang masih membedakan antara kaum
perempuan dengan kaum laki-laki. Tetapi tekad Kartini untuk memajukan orang Indonesia
sangat kuat waktu itu. Karena tekadnya yang sudah bulat untuk memajukan bangsa
Indonesia, Kartini pun memutuskan untuk mengajar orang-orang desa tersebut.
Suasana kartini sedang mengajari murid2 perempuan berhitung, menjahit,bahkan
membuat pola pakaian. Setelah murid2nya pulang, ayah Kartini memarahinya karena tidak
suka dengan ulah Kartini yang mengajari anak2 desa dengan ilmu pengetahuannya.

Ayah Kartini : “Kartini! Ayah tidak suka kamu mengajari anak-anak desa dengan ilmu
pengetahuan yang sudah kamu pelajari di bangku sekolah!”

Kartini : “Tapi kenapa ayah? Kenapa ayahanda tidak memperbolehkan ?


Ayah Kartini : “Karena mereka masyarakat kalangan bawah! Kamu tau sendiri kan? Yang
boleh mengenyam pendidikan hanyalah kaum bangsawan dan Belanda!
Mengerti kamu?!

Kartini : “tapi mereka perempuan tidak harus dirumah terus mengerjakan semua
pekerjaan rumah tangga, ayah! Mereka juga butuh pendidikan yang layak”

Ayah Kartini : “tidak perduli! Selesaikan dulu sekolahmu! Dan berhenti mengajari anak2
desa itu! Mengerti?!

Kartini : “Mengerti ayah.”

Usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School).


Di sini antara lain Kartini belajar Bahasa Belanda dan ilmu lainnya. Kartini memanfaatkan
ilmunya untuk mengajar anak2 desa. Tanpa Kartini ketahui, pesuruh ayahnya memperhatikan
apa yang dilakukan Kartini selama ini untuk mengajar masyarakat desa.
Disini settingnya Pokoknya suasana kartini lagi ngajarin murid2 yaa.. disini tiba2 anak2
kaum bangsawan dan belanda sedang lewat

Edo                 : “senang sekali yah, kita bisa sekolah”

Aisyah : “Ya iyalaaah.. kita ‘kan kaum bangsawan.. kita bisa belajar sampai usia kapanpun,
nggak ada aturan apapun yang mengikat kita, ya nggak? Iyaa dooong.. “

Edo : “ Betul sekali! Bahkan setelah selesai pendidikan, kita beeebas mau jadi apa
yang kita mau, yakan :D ngga kayaaaak…(menoleh anak2 desa dan biilang)
ooooowwwww…. Kassiiiiaaaan….. nggak bisa sekolah yaa“

Aisyah : “Hahaha, sudahlah, mari kita tinggalkan anak-anak kumuh dan tidak berpendidikan
ini! Hahaha iewww”

Beberapa saat kemudian tiba-tiba amas dan ucup, pesuruh ayah kartini datang marah2 dan
mengajak kartini pulang

Rizky : “hey, tuan muda. Maaf kami hanya menjalankan perintah, tuan muda harus
pulang! Sesuai dengan perintah ayahmu!”

Kartini  : “ Tidak! Aku belum selesai mengajar mereka! Nanti saja!”

Rizky     : “apa perlu kami lapor kepada ayah tuan muda dulu? Ha?! Ayo cepat pulang!”
(amas ngewangi nyekel kartini)

Anak-anak desa: “Jangaan! Jangan! Biarkan ibu kartini disini.. kami masih ingin memperoleh
ilmuu..”
Ricky : “aaah! Apa-apaan Ini?! Sudah pergi sana! Dasar anak-anak kampong!
Bodoh!”

Anak-anak desa : “ jangaaaan.. huhuhu… *nangis)


,
Rizky : “apa tuan muda tau, tuan sudah melanggar peraturan adat untuk me ngajar
anak2 desa seperti ini ha?!”

Kartini : “iya aku tau, Baiklah, Baiklah. Tapi jangan siksa mereka. Aku akan pulang”

Ricky : “bagus

Hingga pada saat itu Kartini merasa sedih dengan peraturan atau adat yang berlaku di
tempat itu. Kesedihan itu terlihat dari raut wajah Kartini yang tampak sendu.

Set 5
Setelah Kartini menyelesaikan pendidikannya di EUROPASE LEGERE
SCHOOL, Kartini bertekad menantang colonial Belanda yang bernama Van Den Burg
agar tekadnya untuk memberikan hak yang layak untuk rakyat Indonesia, termasuk
kaum wanita dalam hal pendidikan.
(Terlihat Van Den Burg sedang menikmati suasana pagi dan tiba-tiba salah satu
prajuritnya menghampiri dan memberikan surat dari kartini)

Van Den Burg :”Indah sekali Negeri jajahan ini. Tidak salah bila para pendahulu
menyebut negeri ini negeri surganya rempah-rempah. Tapi sayang, orang-
orangnya katrok dan bodoh semua!”

Rizky : “Maaf mengganggu, komandan. Tapi ini ada kiriman surat dari Raden
Ajen Kartini, putrid dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati
Jepara”

Van Den Burg : “Surat apa ini? oh, anak Bupati Jepara yang cantik itu? Ya sudah pergi
sana”

Rizky : “Siap Komandan!”

Terlihat Van Den Burg sedang membaca suratnya..


“Wahai penjajah yang sombong, saya tantang kau beradu ilmu denganku. Apabila saya
menang maka kau harus berjanji bahwa kaum wanita di negeri ini berhak mendapatkan ilmu
pendidikan yang layak serta bebaskan semua tawananmu. Apabila saya kalah, maka saya rela
menjadi istrimu. Saya tunggu kau di balai desa. Kartini.
Pas ketemu di Balai Desa, Van Den Burg dan Kartini saling menatap penuh benci.

Van Den Burg :”Mau menantang aku rupanya kau?!

Kartini : “Iya saya menantangmu, saya akan mengajukan sebuah permainan dari
situ akan mengetahui diantara kita berdua, siapa yang menang.”

Van Den Burg : “Baik. Mulailah!”

Kartini : “Oke, lebih baik mana merah putih dengan merah putih biru?”
 
Van Den Burg :”Ahahahha, itu mudah sekali ya merah putihlah! (dengan mudahnya)”

Kartini :”Sebenarnya Anda ini Belanda atau bukan

Van Den Burg :”Ya iyalah saya orang belanda, saya jendral kompeni disini”

Kartini :”ah, masa? “

Van Den Burg :”Lalu? kenapa?”

Kartini : “hah, tadi Anda menjawab bahwa merah putih itu lebih baik. Anda tahu
tidak? Merah putih adalah bendera kebangsaan Negara Indonesia”

Karena Belanda ternyata kalah dengan Kartini, akhirnya seluruh kaum wanita di
Indonesia dapat mengeyam ilmu pendidikan sebagai konsekuensi terhadap tantangan yang
telah disetujui. Kebetulan tantangan itu berlangsung pada tanggal 21 April juga. Sungguh
suatu perjuangan yang sangat besar bagi seorang Kartini untuk memperjuangkan hak wanita
demi mendapatkan pendidikan yang layak seperti kaum lelaki. Pada era modern ini banyak
kita jumpai masyarakat Indonesia yang berhasil menggapai cita-cita mereka. Mereka
mempunyai profesi yang beraneka ragam, diantaranya polisi, sekretaris, guru, dokter,
pebisnis, perawat, dan masih banyak lagi. Sekarang semua orang dapat menikmati pendidikan
dan mereka berhasil mewujudkan apa yang mereka inginkan dan cita-citakan dalam hidup,
yang tentunya sesuai dengan harapan bangsa Indonesia. Dengan segenap perjuangan yang
begitu panjang dan mengerikan, akhirnya Kartini dapat mewujudkan cita-citanya.
Hikmah yang dapat kita ambil dari kisah ini adalah bersungguh-sungguhlah dalam mencapai
cita-cita yang kita inginkan. Dan jangan sekali-kali merendahkan kaum wanita, karena kaum
wanita itu mulia.

Anda mungkin juga menyukai