Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

ANALISIS ETIKA PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KETIDAKETISAN


PENGGUNAAN CHATGPT OLEH MAHASISWA

Dosen Pengampuh : ANDI RIFSAN RIZALDI, SE.,MM

Disusun Oleh

NUR ISTIQOMAH (105721135822)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN

BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulilah,

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat dan izin-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan mudah dan guna
memenuhi tugas kelompok untuk Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen yang
berjudul ANALISIS ETIKA PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP
KETIDAKETISAN PENGGUNAAN CHATGPT OLEH MAHASISWA dari Dosen Pengampuh
ANDI RIFSAN RIZALDI, SE.,MM
Sholawat serta salam kami tetapkan terucapkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Terima kasih kepada anggota kelompok kami yang telah berkontribusi dalam bentuk
pikiranatau materi dalam menyelesaikan makalah ini. Kami sangat berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat serta menambah pengetahuan bagi yang
membaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa dipraktikkan
dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi penulis umumnya bagi pembaca.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah


ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, maka dari itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah.

Makassar, Januari 2024

Penyusun

Nur Istiqomah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

A. Latar Belakang..................................................................................................4

B. Tujuan Penulis..................................................................................................6

C. Manfaat penulis................................................................................................6

TEORI..................................................................................................................................7

A. Etika Deontologis..............................................................................................7

A. Ketidakpastian Pengurangan.............................................................................8

B. Adopsi Inovasi..................................................................................................9

BAB II PEMBAHASAH.......................................................................................................12

A. Pengertian Chat GPT.......................................................................................12

B. Chat GPT; ikhtisar mode bahasa yang didukung AI.........................................15

C. Persepsi Terhadap Etika Penggunaan Chat GPT Di Kalangan Mahasiswa.........17

D. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Etis dalam Penggunaan Chat GPT...........20

E. Etika Penggunaan Teknologi Informasi Terhadap Ketidakpastian Penggunaan


Chat GPT oleh Mahasiswa......................................................................................22

BAB III PENUTUP..............................................................................................................29

A. Kesimpulan.....................................................................................................30

B. Saran..............................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................31

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fenomena Chat GPT (Generative Pre-training Transformer) akhir akhir
ini banyak sekali diperbincangkan, Aplikasi yang dikembangkan OpenAI, Chat
GPT merupakan teknologi dengan algoritma deep learning dengan Natural
Languange Processing (NLP), dan bermanfaat banyak untuk berinteraksi dengan
mesin. Pengertian Chat GPT itu sendiri merupakan sebuah sistem chatbot AI
yang dapat memahami dan memproses ucapan manusia menggunakan
teknologi pembelajaran mendalam serta algoritma GPT.
Chat GPT juga memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan, serta
memahami konteks percakapan dan menghasilkan teks yang bermakna seperti
ucapan manusia. Dengan kemampuan tersebut sistem ini dapat berguna di
macam macam aplikasi, seperti misalnya chatbot, dimana membantu pengguna
menemukan informasi, menerjemahkan bahasa ataupun menghasilkan teks
baru yang mirip dengan ucapan manusia. Dan dengan kemampuan aplikasi Chat
GPT yang merupakan perkembangan dari teknologi informasi dan komunikasi,
dan ayat yang terkait teknologi ini didalam Alquran salah satunya ada di Surat
Ar- Rahman Ayat 33, yaitu:
Artinya: “Hai jemaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat
menembusnya melainkan dengan kekuatan.” (QS. ArRahman:33),Ayat ini
memberikan isyarat kepada manusia bahwa mereka tidak mustahil untuk
menembus ruang angkasa, bila ilmu pengetahuan dan kemampuannya atau
teknologinya memadai.
Chat GPT merupakan temuan teknologi yang fenomenal pada saat ini,
betapa tidak aplikasi ini dapat memprediksi kalimat berikutnya dalam sebuah
percakapan , sebenarnya Teknologi Chat GPT pertama kali dikembangkan oleh
OpenAI pada tahun 2018 dan ChatGPT dengan AI dirilis ke publik pada 30
November 2022, dan mengalami perkembangan yang luar biasa , seperti di pakai
didalam berbagai aplikasi seperti asisten dan chatbot dan lain lain. Dengan

4
menggunakan browser internet kita bisa bertanya atau memberikan arahan dan
ChatGPT akan meresponnya dengan cepat seperti sedang melakukan chatting.
Didunia perguruan tinggi, hadirnya Chat GPT ini menjadi revolusi dalam sistem
pendidikan di perguruan tinggi, dan masih jadi pertanyaan peran Chat GPT ini
menjadi lawan atau kawan untuk mahasiswa ,dosen,dan tenaga kependidikan.
Kemampuan Chat GPT dapat membantu dalam penyelesaian tugas seperti
tulisan esai, dan malah dapat dimaksimalkan untuk karya ilmiah , misalnya
skripsi, tesis dan lain sebagainya, dengan Chat GPT dapat membantu dalam
memahami topik yang akan menjadi penelitiannya. Selain itu dapat juga untuk
memperkaya tulisan dengan rekomendasi artikel atau referensi yang terkini.
Dengan berkembangnya teknologi saat ini yang semakin pesat, begitu
mudahnya mahasiswa dalam memperoleh informasi. ChatGPT yang hadir di
tengah-tengah mahasiswa saat ini menimbulkan pengaruh yang cukup
signifikan. Pada 30 November 2022, laboratorium riset kecerdasan buatan AI
(Artificial Intelligence) bernama OpenAI di Amerika Serikat merilis aplikasi
chatbot bernama ChatGPT. ChatGPT memanfaatkan teknologi natural language
processing untuk memproses bahasa alami yang mampu merespons pertanyaan
manusia dalam bentuk teks. Riset yang dilakukan oleh firma analitik UBS
melaporkan bahwa ChatGPT pada bulan Januari 2023 memiliki lebih dari 100
juta pengguna aktif bulanan.
Dalam beberapa penelitian atau eksperimen yang telah dilakukan oleh
para peneliti. Zhai salah satu peneliti mencoba membuat suatu artikel dengan
bantuan ChatGPT mampu menyelesaikan dalam waktu 2-3 jam. Artikel yang
dihasilkan dengan bantuan ChatGPT bersifat koheren, relatif (sebagiannya)
akurat, informatif dan sistematis. Kemampuan chatbot dihasilkan oleh ChatGPT
dinilai lebih efisien dan kemampuan menulisnya diatas rata-rata mahasiswa.
Peneliti Aydin dan Karaarslan membuat komparasi dari abstraksi-
abstraksi jurnal tahun 2020- 2022 yang dikumpulkan lewat pencarian Google
Scholar dengan alat bantu anti plagiarisme Ithenticate, kemudian artikel
tersebut diparafrasekan menggunakan bantuan ChatGPT. Hasil dari parafrase
yang dilakukan, bahwa dengan bantuan ChatGPT tulisan yang dihasilkan
dianggap tidak orisinil karena tingkat plagiasi atau kemiripan yang dihasilkan
cukup tinggi, yakni 40%. Melihat kemampuan yang dimiliki oleh ChatGPT dalam
menghasilkan tulisan

5
yang terstruktur dengan baik, dunia pendidikan pun bereaksi. Beberapa
universitas dari benua amerika memblokir akses ke website ChatGPT. Pada
bulan Januari 2023, study.com melakukan survei terhadap 100 pengajar dan
1.000 mahasiswa berusia di atas 18 tahun mengenai penggunaan ChatGPT di
sekolah. Hasilnya, 72% profesor perguruan tinggi mengkhawatirkan para
mahasiswanya memanfaatkan ChatGPT untuk mencontek. Sedangkan, 72%
mahasiswa mendukung pelarangan akses ke ChatGPT di jaringan kampus
mereka.

B. Tujuan Penulis
Tujuan penulis membuat makalah ini karna ingin menganalisis etika
penggunaan teknologi informasi terhadap ketidaketisan penggunaan chatgpt
oleh mahasiswa.

C. Manfaat penulis
Manfaat penulis membuat makalah ini adalah mengetahui etika
penggunaan teknologi informasi terhadap ketidaketisan penggunaan chatgpt
oleh mahasiswa.

6
TEORI

A. Etika Deontologis
Tindakan dianggap baik atau buruk berdasarkan apakah tindakan itu
sendiri sesuai dengan prinsip-prinsip moral yang benar, bukan berdasarkan hasil
atau konsekuensinya. Dalam konteks penggunaan chat GPT oleh mahasiswa,
teori ini menekankan pentingnya menggunakan teknologi ini dengan cara yang
etis, tanpa memperhatikan hasilnya. Misalnya, mahasiswa yang menggunakan
chat GPT seharusnya tidak menggunakan teknologi ini untuk tujuan menipu atau
merugikan orang lain. Mereka harus mempertimbangkan prinsip-prinsip moral
seperti kejujuran, saling menghormati, dan keadilan dalam interaksi mereka
dengan chat GPT. Mereka juga harus menghormati privasi dan keamanan data,
serta tidak menyebarkan informasi yang tidak benar atau merugikan orang lain.
Dengan mendasarkan tindakan mereka pada prinsip-prinsip etis ini,
mahasiswa dapat memastikan bahwa penggunaan chat GPT mereka tidak
melanggar nilai-nilai moral yang mendasari interaksi manusia. Ini akan
membantu menciptakan lingkungan yang lebih etis dan bertanggung jawab
dalam penggunaan teknologi informasi. Mengajarkan mahasiswa tentang
pentingnya menggunakan chat GPT secara etis adalah langkah yang penting
dalam mempromosikan kesadaran dan tanggung jawab dalam penggunaan
teknologi informasi. Berikut adalah beberapa cara yang bisa digunakan:
1. Diskusi Kelas: Selama sesi kelas, buatlah diskusi tentang etika
penggunaan teknologi informasi, termasuk chat GPT. Ajak mahasiswa
untuk berbagi pandangan mereka tentang bagaimana teknologi ini
dapat digunakan secara etis dan bagaimana dampaknya jika digunakan
secara tidak etis. Diskusikan juga contoh kasus nyata yang melibatkan
penggunaan chat GPT secara etis atau tidak etis.
2. Studi Kasus: Berikan kepada mahasiswa studi kasus yang melibatkan
penggunaan chat GPT. Minta mereka untuk menganalisis situasi dan
mempertimbangkan implikasi etis dari tindakan yang diambil. Diskusikan
bersama tentang pilihan yang tepat dan mengapa itu penting.
3. Contoh Positif: Berikan contoh-contoh positif tentang penggunaan chat
GPT secara etis. Misalnya, ceritakan kisah tentang bagaimana teknologi

7
ini digunakan untuk membantu orang lain, memecahkan masalah sosial,
atau meningkatkan efisiensi dalam pekerjaan. Hal ini dapat memberikan
inspirasi kepada mahasiswa tentang bagaimana mereka juga dapat
menggunakan teknologi ini dengan cara yang etis.
4. Kode Etik: Diskusikan kode etik atau pedoman penggunaan teknologi
informasi yang telah ditetapkan oleh organisasi atau profesi terkait.
Minta mahasiswa untuk membaca dan memahami kode etik ini, dan
jelaskan pentingnya mengikuti prinsip-prinsip tersebut dalam
penggunaan chat GPT.
5. Proyek Kolaboratif: Ajak mahasiswa untuk bekerja dalam kelompok dan
merancang proyek kolaboratif yang melibatkan penggunaan chat GPT.
Berikan panduan tentang bagaimana mereka harus menggunakan
teknologi ini dengan cara yang etis dalam proyek mereka. Selama
proses, berikan umpan balik dan dorong mereka untuk
mempertimbangkan implikasi etis dari keputusan yang mereka ambil.
Melalui pendekatan ini, mahasiswa akan mendapatkan pemahaman
yang lebih baik tentang pentingnya menggunakan chat GPT secara etis. Mereka
akan menjadi lebih sadar akan tanggung jawab mereka sebagai pengguna
teknologi informasi.

A. Ketidakpastian Pengurangan
Teori ini menjelaskan bahwa orang cenderung mencari informasi untuk
mengurangi ketidakpastian mereka tentang orang lain atau situasi. Dalam
konteks ini, mahasiswa mungkin merasa tidak pasti tentang bagaimana cara
menggunakan chat GPT atau apa dampaknya. Oleh karena itu, mereka harus
mencari informasi untuk mengurangi ketidakpastian ini, misalnya dengan belajar
lebih banyak tentang teknologi ini atau mencari saran dari orang yang
berpengalaman.

Mahasiswa mungkin merasa tidak pasti tentang bagaimana cara


menggunakan chat GPT atau apa dampaknya dalam interaksi mereka. Untuk
mengurangi ketidakpastian ini, berikut adalah beberapa langkah yang bisa
mereka lakukan:

8
1. Belajar tentang Teknologi: Mahasiswa dapat mencari informasi tentang
chat GPT, bagaimana teknologi ini bekerja, dan apa batasannya. Mereka
dapat membaca artikel, buku, atau sumber-sumber terpercaya lainnya
untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang teknologi ini.
2. Mencari Sumber yang Berpengalaman: Mahasiswa dapat mencari saran
atau panduan dari orang yang sudah berpengalaman dalam
menggunakan chat GPT. Mereka dapat menghubungi dosen, profesional
di bidang teknologi, atau anggota komunitas yang telah menggunakan
teknologi ini. Berbagi pengalaman dan mendapatkan wawasan dari
mereka dapat membantu mengurangi ketidakpastian dan memberikan
panduan yang lebih baik dalam penggunaan chat GPT.
3. Mengikuti Pelatihan atau Workshop: Mahasiswa dapat mencari
pelatihan atau workshop yang berkaitan dengan penggunaan chat GPT.
Dalam pelatihan ini, mereka dapat mempelajari cara yang efektif dan
etis dalam menggunakan teknologi ini. Pelatihan semacam ini juga dapat
memberikan kesempatan untuk berlatih dan mendapatkan umpan balik
langsung dari instruktur.
4. Mengikuti Diskusi atau Forum: Mahasiswa dapat mengikuti diskusi atau
forum online yang membahas penggunaan chat GPT. Dalam diskusi ini,
mereka dapat bertanya, berbagi pengalaman, dan memperoleh
wawasan dari pengguna lain. Diskusi semacam ini juga dapat membantu
membangun jaringan dengan orang-orang yang memiliki minat dan
pengalaman serupa.

Dengan mengambil langkah-langkah ini, mahasiswa dapat mengurangi


ketidakpastian mereka tentang penggunaan chat GPT dan meningkatkan
pemahaman mereka tentang teknologi ini. Hal ini akan membantu mereka
menggunakan chat GPT dengan lebih percaya diri dan efektif.

B. Adopsi Inovasi
Teori ini menjelaskan bagaimana individu menerima dan mengadopsi
inovasi baru, seperti teknologi chat GPT. Menurut teori ini, ada lima tahap dalam
proses adopsi: pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi, dan
konfirmasi. Mahasiswa harus melalui tahap-tahap ini untuk mengadopsi dan
menggunakan

9
chat GPT dengan efektif dan etis. Dapat diterapkan dalam konteks penggunaan
chat GPT oleh mahasiswa. Teori ini menggambarkan lima tahap yang harus
dilalui individu dalam proses adopsi inovasi. Berikut adalah penjelasan singkat
tentang setiap tahap:
1. Pengetahuan: Tahap ini melibatkan pengumpulan informasi tentang
inovasi, dalam hal ini chat GPT. Mahasiswa perlu mengetahui apa itu
chat GPT, bagaimana cara kerjanya, dan manfaatnya. Mereka dapat
mencari informasi melalui literatur, sumber online, atau berinteraksi
dengan orang yang memiliki pengetahuan tentang teknologi ini.
2. Persuasi: Setelah memperoleh pengetahuan tentang chat GPT,
mahasiswa perlu meyakinkan diri mereka sendiri tentang kegunaan dan
manfaat penggunaannya. Mereka dapat membaca studi kasus, melihat
contoh penggunaan yang sukses, atau mendengarkan pengalaman
orang lain untuk memperoleh keyakinan tentang nilai teknologi ini.
3. Keputusan: Tahap ini melibatkan pengambilan keputusan untuk
mengadopsi atau tidak mengadopsi chat GPT. Mahasiswa harus
mempertimbangkan faktor-faktor seperti manfaat, biaya, dan
konsekuensi penggunaan teknologi ini. Keputusan ini harus didasarkan
pada pemahaman yang matang dan pertimbangan etis.
4. Implementasi: Setelah mengambil keputusan untuk mengadopsi chat
GPT, mahasiswa harus menerapkannya dalam praktik. Mereka perlu
mempelajari cara menggunakan teknologi ini dengan efektif dan etis.
Penggunaan teknologi ini harus sesuai dengan tujuan yang diinginkan
dan prinsip-prinsip etis yang telah dibahas sebelumnya.
5. Konfirmasi: Tahap terakhir adalah konfirmasi, di mana mahasiswa
mengevaluasi hasil penggunaan chat GPT. Mereka harus memantau dan
menilai apakah penggunaan teknologi ini mencapai tujuan yang
diinginkan dan sesuai dengan prinsip-prinsip etis yang telah ditetapkan.
Jika ada perubahan atau penyesuaian yang perlu dilakukan, mereka
perlu melakukan tindakan yang diperlukan.

Dengan melalui tahap-tahap ini, mahasiswa dapat mengadopsi dan


menggunakan chat GPT dengan cara yang efektif dan etis. Proses adopsi
inovasi ini membantu mereka memahami teknologi lebih baik,

1
mempertimbangkan implikasi etisnya, dan mengintegrasikan penggunaan
teknologi ini dengan baik dalam kehidupan mereka.

1
BAB II
PEMBAHASAH

A. Pengertian Chat GPT


Chat GPT (Generative Pre-trained Transformer) adalah sebuah teknologi
yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) berbasis pemrosesan bahasa alami
(NLP) untuk menghasilkan respon dan interaksi manusia yang mirip dengan
percakapan manusia. GPT adalah model berbasis Transformer yang telah dilatih
sebelumnya dengan jumlah besar data teks, sehingga memiliki pemahaman
tentang bahasa dan kemampuan untuk menghasilkan teks yang koheren dan
relevan dalam konteks percakapan.

Pada Januari 2023, itu telah menjadi apa yang kemudian menjadi
aplikasi perangkat lunak konsumen dengan pertumbuhan tercepat dalam
sejarah, memperoleh lebih dari 100 juta pengguna dan berkontribusi pada
pertumbuhan penilaian OpenAI menjadi $29 miliar.[3][4]Rilis ChatGPT
mendorong pengembangan produk pesaing, termasuk Bard, Ernie Bot, LLaMA,
Claude, dan Grok. Microsoft meluncurkan Bing Chat berdasarkan GPT-4 OpenAI.
Beberapa pengamat mengangkat kekhawatiran tentang potensi ChatGPT dan
program serupa untuk menggusur atau menghentikan kecerdasan manusia,
memungkinkan plagiarisme, atau memicu informasi yang salah. ChatGPT
dibangun di atas keduanya GPT-3.5 atau GPT- 4 keduanya adalah anggota dari
seri kepemilikan OpenAI dari model transformator pra-terlatih (GPT) generatif,
berdasarkan arsitektur transformator yang dikembangkan oleh Google dan
disetel dengan baik untuk aplikasi percakapan menggunakan kombinasi
pembelajaran yang diawasi dan pembelajaran penguatan. ChatGPT dirilis
sebagai pratinjau penelitian yang tersedia secara gratis, tetapi karena
popularitasnya, OpenAI sekarang mengoperasikan layanan pada model
freemium. Ini memungkinkan pengguna pada tingkat gratisnya untuk mengakses
versi berbasis GPT-3.5, sementara versi berbasis GPT-4 yang lebih maju dan
akses prioritas ke fitur yang lebih baru disediakan untuk pelanggan berbayar
dengan nama komersial "Chat GPT Plus”.

ChatGPT dikreditkan dengan memulai ledakan AI, yang telah


menyebabkan perkembangan pesat yang berkelanjutan dan belum pernah
terjadi

1
sebelumnya di bidang kecerdasan buatan. ChatGPT didasarkan pada model
dasar GPT tertentu, yaitu GPT-3.5 dan GPT-4, yang disesuaikan untuk
menargetkan penggunaan percakapan.[10]Proses fine-tuning memanfaatkan
pembelajaran yang diawasi serta pembelajaran penguatan dalam proses yang
disebut pembelajaran penguatan dari umpan balik manusia (RLHF). Kedua
pendekatan mempekerjakan pelatih manusia untuk meningkatkan kinerja
model. Dalam kasus pembelajaran yang diawasi, pelatih memainkan kedua sisi:
pengguna dan asisten AI. Pada tahap pembelajaran penguatan, pelatih manusia
pertama-tama memberi peringkat tanggapan yang telah dibuat model dalam
percakapan sebelumnya. Peringkat ini digunakan untuk membuat "model
penghargaan" yang digunakan untuk menyempurnakan model lebih lanjut
dengan menggunakan beberapa iterasi Proximal Policy Optimization (PPO).

Majalah Time mengungkapkan bahwa, untuk membangun sistem


keamanan terhadap konten berbahaya (misalnya pelecehan seksual, kekerasan,
rasisme, seksisme), OpenAI menggunakan pekerja Kenya yang dialihdayakan
dengan penghasilan kurang dari $2 per jam untuk memberi label konten
berbahaya. Label ini digunakan untuk melatih model untuk mendeteksi konten
tersebut di masa depan. Para pekerja outsourcing terpapar konten "beracun"
dan traumatis; seorang pekerja menggambarkan tugas itu sebagai "penyiksaan".
Mitra outsourcing OpenAI adalah Sama, sebuah perusahaan training-data yang
berbasis di San Francisco, California.

ChatGPT awalnya menggunakan infrastruktur superkomputer Microsoft


Azure, yang didukung oleh NvidiaGPU, yang dibangun Microsoft secara khusus
untuk OpenAI dan dilaporkan menghabiskan biaya "ratusan juta dolar".
Mengikuti kesuksesan ChatGPT, Microsoft secara dramatis meningkatkan
infrastruktur OpenAI pada tahun 2023. Para ilmuwan dari University of
California, Riverside, memperkirakan bahwa serangkaian petunjuk ke ChatGPT
membutuhkan sekitar 500 mililiter air untuk pendinginan server Microsoft.
Intelijen pasar TrendForce memperkirakan bahwa 30.000 GPU Nvidia (masing-
masing berharga sekitar
$10.000–$15.000) digunakan untuk memberi daya pada ChatGPT pada tahun
2023.

1
OpenAI mengumpulkan data dari pengguna ChatGPT untuk melatih dan
menyempurnakan layanan lebih lanjut. Pengguna dapat memberikan upvote
atau downvote tanggapan yang mereka terima dari ChatGPT dan mengisi kolom
teks dengan umpan balik tambahan. Data pelatihan ChatGPT mencakup
halaman manual perangkat lunak, informasi tentang fenomena internet seperti
sistem papan buletin, dan beberapa bahasa pemrograman. Wikipedia juga
merupakan salah satu sumber data pelatihan ChatGPT.

Model GPT menggunakan pendekatan generatif, yang berarti ia tidak


hanya mencocokkan input dengan respons yang telah ada, tetapi juga dapat
menghasilkan respons baru berdasarkan pemahaman konteks dan pengetahuan
yang telah dipelajari dari data pelatihan. Dalam konteks chat GPT, pengguna
dapat mengajukan pertanyaan, memberikan masukan, atau berinteraksi dengan
model GPT melalui antarmuka chat atau platform komunikasi.
Penggunaan chat GPT dapat melibatkan berbagai aplikasi, termasuk chatbot,
asisten virtual, atau platform komunikasi lainnya. Teknologi ini dapat digunakan
untuk menyediakan bantuan, informasi, atau respon dalam berbagai konteks,
seperti layanan pelanggan, edukasi, atau hiburan.
Namun, penting untuk diingat bahwa chat GPT adalah teknologi yang
berbasis AI dan bukan manusia sebenarnya. Meskipun dapat menghasilkan
respon yang menyerupai percakapan manusia, chat GPT memiliki batasan dan
tidak memiliki pemahaman yang mendalam atau pengetahuan yang sama
seperti manusia. Oleh karena itu, pengguna perlu memahami dan mengelola
harapan mereka saat berinteraksi dengan chat GPT.
Model GPT tidak hanya menghasilkan respons yang sudah ada, tetapi
juga dapat menghasilkan respons baru berdasarkan pemahaman konteks dan
pengetahuan yang telah dipelajari dari data pelatihan. Ini adalah salah satu
keunggulan dari pendekatan generatif yang digunakan oleh model GPT.
Model GPT dilatih menggunakan teknik pembelajaran mesin yang
kompleks, di mana model mempelajari pola dan struktur bahasa dari data
pelatihan yang besar. Ketika pengguna memberikan input atau pertanyaan,
model GPT dapat menghasilkan respons yang sesuai berdasarkan pemahaman
konteks dan pengetahuan yang telah dipelajari.

1
Dalam beberapa kasus, model GPT dapat memberikan respons yang
sudah ada, terutama jika input pengguna mirip dengan data pelatihan yang telah
diterima oleh model. Namun, model GPT juga memiliki tingkat fleksibilitas dan
kreativitas dalam menghasilkan respons baru. Terkadang, model dapat
memberikan respon yang tidak terduga atau menghasilkan variasi dalam respon
yang diberikan, memberikan kesan interaksi yang lebih manusiawi.

B. Chat GPT; ikhtisar mode bahasa yang didukung AI


ChatGPT adalah model bahasa signifikan yang dikembangkan oleh
OpenAI yang mampu menghasilkan respons mirip manusia terhadap input
berbasis teks. ChatGPT didasarkan pada arsitektur GPT (Generative Pre-trained
Transformer), pertama kali diperkenalkan oleh OpenAI pada tahun 2018.
Arsitektur GPT adalah jenis jaringan saraf berbasis transformator yang dilatih
pada sejumlah besar data teks, memungkinkannya menghasilkan teks yang
koheren dan benar secara tata bahasa Model GPT-2, dirilis oleh OpenAI pada
tahun 2019, mendapat perhatian luas karena kemampuannya untuk
menghasilkan teks berkualitas tinggi yang seringkali sulit dibedakan dari teks
yang dihasilkan manusia. Pada Juni 2020, OpenAI merilis model ChatGPT, yang
dirancang secara eksplisit untuk aplikasi percakapan. ChatGPT dilatih pada
kumpulan data percakapan yang besar dan dapat menghasilkan respons seperti
manusia terhadap input berbasis teks. Model ini dibangun di atas arsitektur
GPT-
2 tetapi dengan modifikasi yang memungkinkannya memahami konteks
percakapan dengan lebih baik dan menghasilkan respons yang terdengar lebih
alami.
ChatGPT memiliki banyak aplikasi potensial, termasuk layanan
pelanggan, asisten virtual, dan chatbots. ChatGPT dapat digunakan untuk
menyediakan layanan pelanggan yang instan dan dipersonalisasi. Itu dapat
memahami bahasa alami dan memberikan tanggapan yang disesuaikan dengan
kebutuhan pelanggan. Ini dapat membantu bisnis menghemat waktu dan
sumber daya dengan mengotomatiskan tugas layanan pelanggan rutin dan
memberikan dukungan pelanggan yang efisien. ChatGPT dapat membuat asisten
virtual yang mampu memahami dan menanggapi input bahasa alami. Asisten
virtual berkemampuan ChatGPT ini dapat digunakan di berbagai aplikasi,
termasuk bantuan pribadi, penjadwalan, dan produktivitas.

1
ChatGPT saat ini mendukung beberapa bahasa, tetapi seiring dengan
peningkatan kemampuan pemrosesan bahasanya, kami berharap dapat
digunakan dalam lebih banyak bahasa. Ini akan memungkinkannya untuk
mendukung pengguna yang lebih luas di berbagai belahan dunia. Oleh karena
itu, ChatGPT dapat meningkatkan terjemahan bahasa dengan menghasilkan
suara yang lebih alami dengan menangkap nuansa bahasa sumber dan
menyampaikannya secara akurat dalam bahasa target. Ini dapat mencakup
aspek- aspek seperti nada, gaya, dan referensi budaya yang dapat menantang
untuk diterjemahkan secara akurat menggunakan metode berbasis aturan atau
statistik tradisional.
Para peneliti dan analis kebijakan berpendapat bahwa ChatGPT dapat
diadopsi untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran dengan berbagai
cara. Salah satu aplikasi ChatGPT yang paling menjanjikan adalah bimbingan
belajar dan dukungan pembelajaran yang dipersonalisasi. ChatGPT dapat
menganalisis data kinerja siswa dan memberikan umpan balik dan panduan yang
disesuaikan untuk membantu siswa meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan mereka. Itu juga dapat menjawab pertanyaan siswa secara real
time, memberikan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan menarik.
ChatGPT juga dapat mengotomatiskan tugas rutin seperti penilaian dan umpan
balik. Ini dapat membantu menghemat waktu dan meningkatkan efisiensi,
memungkinkan pendidik untuk fokus pada tugas yang lebih strategis seperti
desain kurikulum dan keterlibatan siswa. ChatGPT juga dapat menyediakan jam
kantor virtual, memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan instruktur
mereka dan menerima dukungan di luar waktu kelas. ChatGPT memiliki potensi
untuk merevolusi penemuan pengetahuan dengan membuatnya lebih mudah
untuk mengakses dan menganalisis sejumlah besar informasi. ChatGPT dapat
memproses dan menganalisis data yang tidak terstruktur, seperti jurnal
akademik dan makalah penelitian, serta memberikan wawasan dan informasi
yang relevan dalam format percakapan. Ini dapat membantu para peneliti dan
akademisi untuk mengidentifikasi pola dan koneksi yang mungkin terlewatkan
oleh teknik analisis data tradisional.
Terlepas dari potensinya, ada beberapa tantangan dan keterbatasan
untuk menggunakan ChatGPT di bidang akademik dan penelitian. Salah satu

1
tantangan utama adalah kualitas dan akurasi data yang digunakan untuk melatih
ChatGPT. Jika data bias atau tidak lengkap, hal ini dapat menyebabkan respons
ChatGPT tidak akurat atau tidak lengkap. Tantangan lainnya adalah kurangnya
transparansi dan interpretabilitas proses pengambilan keputusan ChatGPT.
ChatGPT adalah model pembelajaran mesin yang kompleks, dan tidak mudah
untuk memahami bagaimana ia sampai pada responsnya. Ini dapat menjadi
perhatian khusus dalam konteks akademik dan penelitian, di mana transparansi
dan interpretabilitas sangat penting untuk memastikan validitas dan reliabilitas
temuan penelitian. Akhirnya, ada tantangan untuk memastikan privasi dan
keamanan data. ChatGPT beroperasi pada data dalam jumlah besar, dan penting
untuk memastikan bahwa data ini ditangani dengan aman dan bertanggung
jawab untuk melindungi privasi individu dan organisasi. Terlepas dari tantangan
ini, penggunaan ChatGPT di bidang akademik dan penelitian kemungkinan akan
terus tumbuh di tahun-tahun mendatang. Oleh karena itu, diperlukan lebih
banyak penelitian tentang bagaimana konsumen pasar berkembang berinteraksi
dengan teknologi AI yang inovatif ini.

C. Persepsi Terhadap Etika Penggunaan Chat GPT Di Kalangan Mahasiswa


Persepsi terhadap etika penggunaan chat GPT dapat bervariasi di
kalangan mahasiswa, tergantung pada pengalaman, pengetahuan, dan nilai-nilai
individu. Berikut adalah beberapa persepsi yang mungkin ada di kalangan
mahasiswa terkait etika penggunaan chat GPT:

1. Kemudahan dan Efisiensi: Beberapa mahasiswa mungkin melihat


penggunaan chat GPT sebagai cara yang mudah dan efisien untuk
mendapatkan informasi atau bantuan. Mereka mungkin melihat bahwa
teknologi ini dapat membantu mereka dengan cepat mendapatkan
respons atau solusi tanpa perlu menunggu interaksi manusia.
2. Keterbatasan dan Kebenaran Informasi: Ada juga mahasiswa yang
menyadari bahwa chat GPT memiliki keterbatasan dalam menghasilkan
informasi yang benar atau akurat. Mereka mungkin mempertanyakan
kebenaran dan validitas informasi yang diberikan oleh chat GPT, dan
merasa perlu melakukan verifikasi atau pengecekan lebih lanjut
terhadap informasi yang diberikan.

1
3. Privasi dan Keamanan Data: Mahasiswa mungkin memiliki kekhawatiran
terkait privasi dan keamanan data saat menggunakan chat GPT. Mereka
mungkin ingin memastikan bahwa informasi pribadi atau sensitif mereka
tidak terungkap atau disalahgunakan dalam interaksi dengan teknologi
ini.
4. Etika Komunikasi dan Penggunaan: Mahasiswa mungkin
mempertimbangkan etika komunikasi saat menggunakan chat GPT.
Mereka mungkin berpikir tentang bagaimana cara berinteraksi dengan
teknologi ini secara etis, menghindari penggunaan bahasa kasar, ofensif,
atau merendahkan yang dapat merugikan orang lain.
Dampak Sosial dan Penggantian Manusia: Beberapa mahasiswa mungkin
mempertimbangkan dampak sosial dan penggantian manusia yang mungkin
terjadi dengan penggunaan chat GPT. Mereka mungkin merasa perlu
mempertimbangkan implikasi penggunaan teknologi ini terhadap pekerjaan
manusia atau interaksi sosial yang lebih tradisional.

Penting untuk diingat bahwa persepsi ini dapat berbeda antara individu,
dan penting untuk terus berdiskusi, mempertimbangkan sudut pandang yang
berbeda, dan memperbarui pengetahuan tentang etika penggunaan chat GPT.
Diskusi dan pemikiran kritis tentang etika penggunaan teknologi ini dapat
membantu mahasiswa dalam mengambil keputusan yang bertanggung jawab
dan etis.

Etika penggunaan komputer di era globalisasi sangatlah penting karena


tanpa adanya etika maka pengguna akan bersikap semaunya. Penggunaan
ChatGPT menyalahi etika kemungkinan dapat terjadi karena banyak oknum yang
menggunakan ChatGPT untuk kepentingan yang tidak etis. Kemudian, jawaban
yang dihasilkan di ChatGPT juga tidak mencantumkan sumber atau sitasi.
Penggunaan ChatGPT bisa saja menyalahi etika, semuanya tergantung
penggunanya dan untuk jawaban yang dihasilkan dari ChatGPT tidak termasuk
plagiarisme karena ChatGPT dibuat merujuk pada sumber-sumber yang terdapat
di internet. Untuk menghindari plagiarisme pengguna ChatGPT dapat melakukan
riset dan memastikan informasi yang dihasilkan ChatGPT tersebut benar atau
tidaknya.

1
Penggunaan ChatGPT dapat menyalahi aturan kalau jawaban yang
dihasilkan tidak di cek ulang kebenarannya dan ChatGPT menghasilnya jawaban
yang bersifat plagiarisme karena tidak hadir dari diri sendiri. Setiap orang bebas
menggunakan komputer sesuai dengan tujuannya masing-masing dan harus
diimbangi dengan etika agar tidak melewati batas yang seharusnya ditaati oleh
pengguna. Penggunaan ChatGPT sebagai media pengambilan informasi tanpa
disertai rujukan atau sumber yang tertera hal ini dianggap menyalahi etika
dalam keaslian dan keakuratan penulisan. Memanfaatkan ChatGPT sebagai
bahan untuk eksplor opini boleh dilakukan sehingga penggunaan ChatGPT tidak
dianggap menyalahi etika dalam penggunaan komputer.

Di globalisasi ini akses teknologi menjadi tak terbatas sehingga adanya


etika komputer untuk mengetahui sejauh mana kita memanfaatkan komputer di
era ini agar kedepannya isu seperti plagiarisme dan berita bohong tidak menjadi
isu yang lumrah dalam masyarakat. ChatGPT sebagai media informasi
tergantung pada penggunaannya. Apabila sumber informasi yang digunakan
dijadikan rujukan sepenuhnya maka ChatGPT menyalahi etika penggunaan
komputer. Jika ChatGPT hanya dijadikan kerangka ide untuk mengerjakan
sesuatu tidak menyalahi etika. Menurut saya, jawaban dari ChatGPT hanya
dapat dijadikan sumber dasar pemikiran saja, namun jika digunakan 100% tanpa
adanya parafrase maka dapat dijatuhi plagiarisme.

Di era globalisasi ini informasi dapat tersebar secara cepat dan luas.
Dengan adanya hal tersebut, jika kita tidak dapat mengolah informasi dengan
sumber yang tidak jelas, maka kita dapat terjerumus dalam era globalisasi ini. R6
mengatakan: Hal tersebut dapat menyalahi etika jika dalam penggunaan kita
menelan dan menggunakan jawaban dari AI tersebut tanpa mengecek dan
mengkonfirmasi kebenarannya. Jawaban ChatGPT bisa termasuk plagiarisme jika
tidak diolah dan memilah kata tanpa mengambil inti dalam jawaban ChatGPT
tersebut.

Penggunaan ChatGPT menyalahi etika dalam penggunaan komputer dan


jawaban yang dihasilkan dari penggunaan ChatGPT bisa saja disebut plagiasi dan
bisa tidak. Dewasa ini internet/dunia maya sudah berubah menjadi kehidupan
sosial kedua setelah kehidupan di dunia nyata, oleh karena itu menjaga etika di

1
dunia maya sama pentingnya dengan menjaga etika di dunia nyata agar
terhindar dari masalah. Penggunaan ChatGPT tergantung pada konteksnya.
Menurut saya ChatGPT termasuk plagiarisme karena secara tidak langsung
untuk menjawab pertanyaan yang diberikan user, sistem mengharuskan untuk
mencari dan menyatukan jawaban dan referensi yang sudah ada di internet
untuk di parafrase agar nampak seperti jawaban yang baru.

Penggunaan ChatGPT dapat menyalahi aturan karena kebanyakan dari


mahasiswa langsung menyalin jawaban dari hasil pencarian di ChatGPT tanpa
mengetahui sumber resmi dari jawaban yang dihasilkan dari bertanya di
ChatGPT. Kemudian, jawaban yang dihasilkan dari penggunaan ChatGPT
termasuk tindak plagiarisme karena menyalin jawaban orang lain atau dari
sumber lain tanpa ijin. Penggunaan ChatGPT dapat menyalahi etika dalam
penggunaan komputer dan jawaban yang dihasilkan oleh ChatGPT tidak
dikatakan plagiarisme karena cara kerja AI memang tidak mencantumkan
sumber datanya dan memiliki kelebihan tidak terkena plagiarisme.

Setiap individu memiliki persepsi yang berbedabeda terkait dengan etika


penggunaan ChatGPT di kalangan mahasiswa. Dalam kasus etika penggunaan
ChatGPT di kalangan mahasiswa ini, semua mahasiswa setuju bahwa etika
penggunaan komputer sangatlah penting di era globalisasi. Mereka paham
bahwa menggunakan ChatGPT bisa dikatakan melanggar etika jika jawaban yang
dihasilkan dari pencarian yang dilakukan oleh ChatGPT tidak dicek ulang
kebenarannya, tidak diparafrase menjadi seperti jawaban baru, dan menjadikan
semua jawaban ChatGPT secara keseluruhan sebagai rujukan dalam
mengerjakan tugas mata kuliah. Empat dari sepuluh narasumber memiliki
pendapat yang sama bahwa jawaban dari ChatGPT dikatakan plagiarisme karena
informasi yang ditampilkan atau jawaban yang ditampilkan tidak disertai dengan
sumber yang tertera.

D. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Etis dalam Penggunaan Chat GPT


Dalam menggunakan ChatGPT perilaku etis mahasiswa tidak dipengaruhi
oleh jenis kelamin. Hasil ini dapat diperkuat dengan penelitian terdahulu yang
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan
terhadap perilaku etis, baik etika bisnis, etika penggunaan komputer, etika

2
akuntan, dll (Loch & Conger, 1996; Pearson, 1997; Kreie dan Cronan, 1998; Chow
dan Choi, 2003; Moores and Chang, 2006; McCabe et al., 2006; Mohamed et al.,
2012). Kemudian, sebagian responden dengan jurusan nonIT memahami dengan
baik etika penggunaan komputer. Mereka memahami perilaku yang dianggap
etis dan tidak etis dalam penggunaan ChatGPT.

Menyalin jawaban yang dihasilkan dari pencarian di ChatGPT tanpa


mengetahui sumbernya termasuk perilaku tidak etis. Tidak etis karena dengan
menyalin karya seseorang tanpa memberi sumber bisa melanggar etika. Kembali
ke ChatGPT hal ini sedikit sulit untuk dilakukan, karena ChatGPT tidak
mencantumkan source atau referensi yang mereka gunakan pada jawaban yang
mereka sajikan. Selain itu, beberapa responden mengatakan bahwa penggunaan
ChatGPT untuk menggali informasi tanpa diimbangi dengan peninjauan ulang
hasil yang didapatkan melalui sumber terpercaya dapat dikatakan tidak etis.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku etis dalam


penggunaan chat GPT. Berikut adalah beberapa faktor yang mungkin
mempengaruhi perilaku etis penggunaan chat GPT:

1. Pendidikan dan Kesadaran: Tingkat pendidikan dan kesadaran tentang


etika penggunaan teknologi dapat mempengaruhi perilaku etis.
Mahasiswa yang memiliki pemahaman yang baik tentang implikasi etis
penggunaan chat GPT cenderung lebih mampu membuat keputusan
yang bertanggung jawab dan mempertimbangkan dampak sosial dari
penggunaan teknologi ini.
2. Nilai dan Prinsip Pribadi: Nilai dan prinsip pribadi yang dimiliki oleh
mahasiswa dapat mempengaruhi perilaku etis mereka dalam
menggunakan chat GPT. Mahasiswa yang memiliki kesadaran moral
yang tinggi dan memegang prinsip-prinsip seperti kejujuran,
penghormatan terhadap privasi, atau keadilan cenderung menggunakan
teknologi ini dengan cara yang etis.
3. Konteks dan Tujuan Penggunaan: Konteks dan tujuan penggunaan chat
GPT juga dapat mempengaruhi perilaku etis. Misalnya, jika chat GPT
digunakan dalam konteks akademik untuk mendapatkan bantuan atau

2
informasi yang tepat, mahasiswa cenderung lebih memperhatikan etika
penggunaan teknologi ini.
4. Kebijakan dan Pedoman Institusi: Kebijakan dan pedoman yang
ditetapkan oleh institusi pendidikan atau organisasi dapat
mempengaruhi perilaku etis dalam penggunaan chat GPT. Mahasiswa
mungkin lebih cenderung untuk mengikuti pedoman dan aturan yang
telah ditetapkan untuk memastikan penggunaan teknologi ini sesuai
dengan standar etis yang diharapkan.
5. Pengawasan dan Tanggung Jawab: Tingkat pengawasan dan tanggung
jawab yang diterapkan dalam penggunaan chat GPT juga dapat
mempengaruhi perilaku etis. Mahasiswa yang sadar akan tanggung
jawab mereka dalam menggunakan teknologi ini cenderung lebih
berhati-hati dalam menghindari penggunaan yang tidak etis atau
merugikan.

Penting untuk terus memperbarui pengetahuan tentang etika


penggunaan chat GPT, mendiskusikan isu-isu etis yang terkait, dan
mempertimbangkan implikasi sosial dan moral dari penggunaan teknologi ini.
Dengan pemahaman yang baik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku etis, mahasiswa dapat menggunakan chat GPT dengan bertanggung
jawab dan sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi.

E. Etika Penggunaan Teknologi Informasi Terhadap Ketidakpastian Penggunaan


Chat GPT oleh Mahasiswa
Analisis etika penggunaan teknologi informasi terhadap ketidakpastian
penggunaan chat GPT oleh mahasiswa melibatkan pertimbangan tentang
dampak dan implikasi dari penggunaan teknologi ini. Berikut adalah beberapa
aspek yang perlu dipertimbangkan:

1. Privasi dan keamanan data


Penggunaan chat GPT oleh mahasiswa dapat melibatkan pertukaran
informasi pribadi dan sensitif. Penting untuk memastikan bahwa data
pengguna dilindungi dengan baik dan tidak disalahgunakan. Mahasiswa
juga harus memahami risiko keamanan yang terkait dengan penggunaan
teknologi ini. Sebagai pengguna, mahasiswa harus memastikan bahwa
data pribadi mereka tidak jatuh ke tangan yang salah atau
disalahgunakan.

2
Beberapa langkah yang dapat diambil untuk melindungi privasi dan
keamanan data saat menggunakan chat GPT adalah:
a. Menggunakan platform yang terpercaya: Memilih platform chat
GPT yang memiliki reputasi baik dan kebijakan privasi yang jelas
dan ketat. Pastikan platform tersebut memiliki langkah-langkah
keamanan yang memadai untuk melindungi data pengguna.
b. Memahami kebijakan privasi: Mahasiswa harus membaca dan
memahami kebijakan privasi dari platform chat GPT yang mereka
gunakan. Hal ini akan memberikan pemahaman tentang
bagaimana data pengguna akan digunakan, disimpan, dan
dilindungi.
c. Menggunakan kata sandi yang kuat: Penting untuk menggunakan
kata sandi yang kuat dan unik saat mendaftar dan mengakses
platform chat GPT. Kata sandi yang kuat terdiri dari kombinasi
huruf, angka, dan simbol, serta tidak mudah ditebak.
d. Menghindari berbagi informasi pribadi sensitif: Mahasiswa harus
berhati-hati dalam berbagi informasi pribadi sensitif melalui chat
GPT. Hindari memberikan nomor identitas pribadi, nomor
rekening bank, atau informasi lain yang dapat disalahgunakan
oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
e. Melakukan update perangkat dan aplikasi: Pastikan perangkat dan
aplikasi yang digunakan untuk mengakses chat GPT selalu
diperbarui dengan versi terbaru. Update ini seringkali
mengandung perbaikan keamanan yang penting untuk melindungi
data pengguna.
f. Menggunakan jaringan Wi-Fi yang aman: Hindari menggunakan
jaringan Wi-Fi publik atau tidak aman saat mengakses chat GPT.
Jaringan semacam itu rentan terhadap serangan dan pencurian
data. Lebih baik menggunakan jaringan pribadi yang aman atau
menggunakan VPN untuk melindungi koneksi internet.
Dengan memperhatikan privasi dan keamanan data, mahasiswa dapat
menggunakan chat GPT dengan lebih aman dan terhindar dari risiko
penyalahgunaan data pribadi.

2
2. Kredibilitas informasi
Chat GPT dapat memberikan informasi yang tidak diverifikasi secara
otomatis. Mahasiswa harus berhati-hati dalam mengandalkan informasi
yang diberikan oleh chat GPT dan selalu melakukan verifikasi tambahan
jika diperlukan. Menggunakan sumber informasi yang terpercaya dan
diverifikasi dapat membantu mengurangi ketidakpastian dalam
penggunaan chat GPT. Kredibilitas informasi adalah faktor penting yang
perlu diperhatikan dalam penggunaan chat GPT oleh mahasiswa.
Meskipun chat GPT dapat memberikan informasi yang berguna, penting
untuk tetap berhati-hati dan melakukan verifikasi tambahan jika
diperlukan.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh mahasiswa
untuk memastikan kredibilitas informasi yang diberikan oleh chat GPT:
a. Verifikasi informasi: Jika informasi yang diberikan oleh chat GPT
terdengar tidak biasa atau tidak dapat dipastikan kebenarannya,
mahasiswa sebaiknya melakukan verifikasi tambahan. Ini bisa
dilakukan dengan mencari sumber informasi lain yang dapat
memverifikasi atau memberikan perspektif tambahan.
b. Menggunakan sumber informasi terpercaya: Saat mencari
informasi, mahasiswa sebaiknya menggunakan sumber informasi
yang terpercaya dan diverifikasi. Ini termasuk menggunakan situs
web resmi, jurnal akademik, buku teks, atau sumber informasi
yang dikelola oleh ahli di bidangnya.
c. Mengevaluasi keandalan sumber: Mahasiswa harus
mengembangkan kemampuan untuk mengevaluasi keandalan
sumber informasi. Hal ini melibatkan mempertimbangkan reputasi
penulis atau organisasi, memeriksa apakah ada bias yang jelas,
dan memastikan bahwa informasi didukung oleh bukti atau
referensi yang relevan.
d. Menggunakan multiple sources: Mengandalkan hanya satu
sumber informasi dapat meningkatkan risiko kesalahan atau
ketidakpastian. Mahasiswa sebaiknya mencari informasi dari
beberapa sumber yang berbeda untuk mendapatkan perspektif
yang lebih luas dan memastikan keakuratan informasi.

2
e. Menggunakan penilaian kritis: Mahasiswa harus mengembangkan
kemampuan untuk melakukan penilaian kritis terhadap informasi
yang diberikan oleh chat GPT. Ini melibatkan mempertanyakan
asumsi, mencari bukti yang mendukung, dan mempertimbangkan
sudut pandang yang berbeda sebelum menerima informasi
sebagai kebenaran.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, mahasiswa dapat mengurangi
ketidakpastian dalam penggunaan chat GPT dan memastikan bahwa
informasi yang mereka terima adalah kredibel dan akurat.
3. Penggunaan yang bertanggung jawab: Mahasiswa harus menggunakan
chat GPT secara bertanggung jawab dan mempertimbangkan dampak dari
penggunaannya. Mereka harus menghindari penggunaan yang merugikan,
seperti menyebarkan informasi palsu atau menyesatkan. Penggunaan
teknologi ini harus dilakukan dengan integritas dan etika yang tinggi.
Penggunaan chat GPT oleh mahasiswa harus dilakukan dengan tanggung
jawab dan mempertimbangkan dampaknya. Berikut adalah beberapa
prinsip penggunaan yang bertanggung jawab:
a. Menjaga integritas: Mahasiswa harus menggunakan chat GPT
dengan integritas dan jujur. Mereka harus menghindari
menyebarkan informasi palsu atau menyesatkan. Jika mereka
tidak yakin tentang kebenaran suatu informasi, sebaiknya mereka
tidak menyebarkannya.
b. Menghormati hak kekayaan intelektual: Mahasiswa harus
menghormati hak kekayaan intelektual dan menghindari
pelanggaran hak cipta. Mereka tidak boleh menggunakan chat
GPT untuk mencuri atau menyebarkan konten yang dilindungi hak
cipta tanpa izin.
c. Menghindari penyalahgunaan: Mahasiswa harus menghindari
penggunaan chat GPT yang merugikan atau merugikan orang lain.
Mereka tidak boleh menggunakan teknologi ini untuk melakukan
tindakan yang melanggar hukum, seperti penipuan, pelecehan,
atau penyebaran konten yang tidak pantas.
d. Menghormati privasi orang lain: Mahasiswa harus menghormati

2
privasi orang lain dan tidak mengungkapkan informasi pribadi
orang lain tanpa izin. Mereka harus menjaga kerahasiaan dan
kepercayaan dalam penggunaan chat GPT.
e. Menjaga etika akademik: Mahasiswa harus menghormati etika
akademik dalam penggunaan chat GPT. Mereka tidak boleh
menggunakan teknologi ini untuk melakukan plagiarisme atau
melanggar aturan akademik yang berlaku.
f. Menggunakan teknologi ini sebagai alat pembelajaran: Mahasiswa
dapat menggunakan chat GPT sebagai alat pembelajaran dan
eksplorasi, tetapi mereka harus tetap mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan tidak sepenuhnya mengandalkan
teknologi ini sebagai sumber tunggal.
Dengan menggunakan chat GPT secara bertanggung jawab dan etis,
mahasiswa dapat memanfaatkan teknologi ini dengan baik dan
meminimalkan dampak negatifnya pada diri sendiri dan orang lain.
4. Kesadaran akan bias dan diskriminasi: Chat GPT didasarkan pada data
yang ada dan dapat mencerminkan bias yang ada dalam data tersebut.
Mahasiswa harus menyadari potensi bias dalam hasil yang diberikan oleh
chat GPT dan berusaha untuk mengatasi dan mengurangi bias tersebut.
Mereka juga harus menghindari penggunaan yang diskriminatif atau
merugikan bagi kelompok tertentu. Kesadaran akan bias dan diskriminasi
dalam penggunaan chat GPT sangat penting. Meskipun chat GPT
didasarkan pada data yang ada, data tersebut dapat mencerminkan bias
yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu, mahasiswa perlu menyadari
potensi bias dalam hasil yang diberikan oleh chat GPT dan berusaha untuk
mengatasi dan mengurangi bias tersebut.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil oleh mahasiswa
dalam menghadapi bias dan diskriminasi dalam penggunaan chat GPT:
a. Menganalisis sumber data: Mahasiswa dapat menganalisis
sumber data yang digunakan dalam pengembangan chat GPT
untuk mengetahui apakah data tersebut mencerminkan
keragaman dan representasi yang adil. Jika data tersebut memiliki
bias yang signifikan, mahasiswa harus mempertimbangkan untuk

2
menggunakan platform atau model chat GPT yang lebih beragam
dan inklusif.
b. Menggunakan data pelatihan yang beragam: Mahasiswa dapat
berkontribusi pada pengurangan bias dalam chat GPT dengan
menggunakan data pelatihan yang lebih beragam. Ini dapat
mencakup penggunaan dataset yang mencakup berbagai latar
belakang, budaya, dan perspektif, sehingga hasil yang dihasilkan
oleh chat GPT menjadi lebih inklusif.
c. Mengelola dan mengurangi bias: Mahasiswa dapat menggunakan
teknik pengelolaan dan pengurangan bias untuk meminimalkan
efek bias dalam hasil chat GPT. Ini bisa melibatkan penggunaan
teknik seperti debiasing data, penyesuaian bobot, atau
penambahan data yang seimbang untuk mengoreksi bias yang
ada.
d. Evaluasi dan penilaian kritis: Mahasiswa perlu melakukan evaluasi
dan penilaian kritis terhadap hasil yang diberikan oleh chat GPT.
Mereka harus menyadari kemungkinan adanya bias atau
diskriminasi dalam hasil tersebut dan bertindak secara bijaksana
dalam menggunakan informasi yang diberikan.
e. Menghindari penggunaan yang diskriminatif: Mahasiswa harus
menghindari penggunaan chat GPT yang dapat menyebabkan
diskriminasi atau merugikan kelompok tertentu. Mereka harus
memastikan bahwa penggunaan teknologi ini tidak digunakan
untuk menyebarkan pesan yang tidak pantas atau merugikan
orang lain.
Dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, mahasiswa dapat
berkontribusi dalam mengurangi bias dan diskriminasi dalam penggunaan
chat GPT, sehingga penggunaan teknologi ini lebih inklusif dan adil.
5. Pengembangan kemampuan kritis: Penggunaan chat GPT dapat
mempengaruhi kemampuan mahasiswa dalam berpikir kritis dan
menganalisis informasi. Mahasiswa harus tetap mengembangkan
kemampuan kritis mereka sendiri dan tidak sepenuhnya mengandalkan
teknologi ini. Mereka harus belajar untuk mengevaluasi dan
mempertanyakan informasi yang diberikan oleh chat GPT. Pengembangan

2
kemampuan kritis tetap penting dalam penggunaan chat GPT oleh
mahasiswa. Meskipun chat GPT dapat memberikan informasi yang
berguna, mahasiswa harus tetap mengembangkan kemampuan kritis
mereka sendiri dan tidak sepenuhnya mengandalkan teknologi ini. Berikut
adalah beberapa langkah yang dapat diambil oleh mahasiswa untuk
mengembangkan kemampuan kritis mereka:
a. Mengevaluasi informasi: Mahasiswa harus belajar untuk
mengevaluasi informasi yang diberikan oleh chat GPT dengan
kritis. Mereka harus mempertanyakan asumsi yang mendasari
informasi tersebut, mencari bukti yang mendukung atau
melawan, dan mempertimbangkan sumber informasi yang
digunakan oleh chat GPT.
b. Memeriksa konsistensi dan keakuratan: Mahasiswa harus
memeriksa konsistensi dan keakuratan informasi yang diberikan
oleh chat GPT. Jika terdapat inkonsistensi atau ketidaksesuaian
dengan pengetahuan yang sudah ada, mahasiswa harus
melakukan penelusuran lebih lanjut atau mencari sumber
informasi lain untuk memverifikasi informasi tersebut.
c. Mengidentifikasi bias dan perspektif: Mahasiswa perlu
mengidentifikasi adanya bias atau perspektif tertentu dalam
informasi yang diberikan oleh chat GPT. Mereka harus menyadari
bahwa chat GPT didasarkan pada data yang ada dan dapat
mencerminkan bias yang ada dalam data tersebut. Dengan
mengidentifikasi bias ini, mahasiswa dapat mempertimbangkan
sudut pandang yang lebih luas dan memahami konteks informasi
yang diberikan.
d. Mengembangkan keterampilan penelitian: Mahasiswa harus
mengembangkan keterampilan penelitian mereka sendiri dan
tidak hanya mengandalkan chat GPT sebagai sumber informasi
tunggal. Mereka dapat menggunakan sumber-sumber informasi
lain seperti buku, jurnal, artikel akademik, atau wawancara
dengan ahli untuk mendapatkan perspektif yang lebih mendalam
dan beragam.
e. Berdiskusi dengan orang lain: Diskusi dengan orang lain, baik

2
sesama mahasiswa maupun dosen, dapat membantu dalam
mengembangkan kemampuan kritis. Mahasiswa dapat berbagi
informasi yang diberikan oleh chat GPT dan mendiskusikan sudut
pandang yang berbeda untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih baik.
Dengan mengembangkan kemampuan kritis mereka sendiri, mahasiswa
dapat menggunakan chat GPT sebagai alat bantu yang efektif dalam
pembelajaran dan pengambilan keputusan, sambil tetap
mempertahankan kemampuan berpikir kritis yang penting.
Dalam penggunaan chat GPT, penting bagi mahasiswa untuk memiliki
kesadaran etika yang tinggi dan mempertimbangkan implikasi dari penggunaan
teknologi ini. Mereka harus menggunakan teknologi ini dengan bijaksana dan
bertanggung jawab, dengan mempertimbangkan dampak sosial, privasi,
keamanan, dan kredibilitas informasi.

BAB III
PENUTUP

2
A. Kesimpulan
Dapat memahami persepsi mahasiswa dalam penggunaan etika komputer
pada ChatGPT serta mengidentifikasi bagaimana karakteristik pribadi dapat
berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa dalam penggunaan komputer. Tiap
individu memiliki pemahaman berbeda mengenai etika penggunaan ChatGPT di
kalangan mahasiswa, namun semua responden setuju bahwa pemahaman etika
penggunaan komputer sangatlah penting di era globalisasi. Penggunaan ChatGPT
dapat menyalahi etika karena penggunaannya yang memang tidak etis seperti
jawaban pada chatGPT tidak dicek ulang kebenarannya, tidak diparafrase menjadi
seperti jawaban baru, dan menjadikan semua jawaban ChatGPT secara keseluruhan
sebagai rujukan dalam mengerjakan tugas mata kuliah. Hal itulah yang
menyebabkan penggunaan ChatGPT dianggap tidak etis. Empat dari sepuluh
narasumber memiliki pendapat yang sama bahwa jawaban dari ChatGPT dikatakan
plagiarisme karena informasi yang ditampilkan atau jawaban yang ditampilkan tidak
disertai dengan sumber yang tertera. Menyalin jawaban yang dihasilkan dari
pencarian di ChatGPT tanpa mengetahui sumbernya termasuk perilaku tidak etis.
Namun dalam menjawab pertanyaan mengenai sejauh mana karakteristik pribadi
khususnya gender, gender tidak mempengaruhi terhadap sikap etis mahasiswa
dalam penggunaan ChatGPT. Narasumber menyarankan bahwa dalam mengatasi
maraknya penggunaan ChatGPT di lingkungan mahasiswa. Mereka mengatakan
bahwa gunakan ChatGPT seperlunya saja, perbanyak bahan bacaan seperti jurnal
dan buku-buku untuk menunjang kita dalam memiliki pemikiran yang luas supaya
tidak terus bergantung pada ChatGPT dalam mengerjakan sesuatu, serta meyakini
kemampuan diri sendiri.

B. Saran
Penulis menyarankan bahwa dalam mengatasi maraknya penggunaan
ChatGPT di lingkungan mahasiswa. Mereka mengatakan bahwa gunakan ChatGPT
seperlunya saja, perbanyak bahan bacaan seperti jurnal dan buku-buku untuk
menunjang kita dalam memiliki pemikiran yang luas supaya tidak terus bergantung
pada ChatGPT dalam mengerjakan sesuatu, serta meyakini kemampuan diri sendiri.

3
DAFTAR PUSTAKA

Adebayo, D. O. (2005). Gender and attitudes toward professional ethics: a Nigeria police
perspective. African Security Studies, 14(2).

Akin, F.K. (2023). The Art of ChatGPT Prompting: A Guide to Crafting Clear and
Effective Prompts. from https://fka.gumroad.com/l/art-of-chatgpt-
prompting?layout=profile.

Aliyu, Mansur; Abdallah, Nahel A.O; Lasisi, Nojeem A; Diyar, Dahir; Zeki, Ahmed M;.
(2010). Computer Security and Ethics awareness among IIUM Students: An
Empirical Study. Journal of Information Technology , 1 (4).

Alleyne, P., Devonish, D., Allman, J., Charles-Soverall, W., & Young Marshall, A. (2010).
Measuring ethical perceptions and intentions among undergraduate students
in Barbados. The journal of American academy of business, 15(2).

Aydın, Ö., Karaarslan, E. (2023). OpenAI ChatGPT Generated Literature Review: Digital
Twin in Healthcare. SSRN. Aydın, Ö., Karaarslan, E. (2022). OpenAI ChatGPT
Generated Literature Review: Digital Twin in Healthcare. In Ö. Aydın (Ed.),
Emerging Computer Technologies 2 (pp. 22-31). İzmir Akademi Dernegi.,
from https://dx.doi.org/10.2139/ssrn.4308687.

Aydın, Ö., Karaarslan, E. (2023). OpenAI ChatGPT Generated Literature Review: Digital
Twin in Healthcare. SSRN. Aydın, Ö., Karaarslan, E. (2022). OpenAI
ChatGPT Generated Literature Review: Digital Twin in Healthcare. In Ö.
Aydın (Ed.), Emerging Computer Technologies 2 (pp. 22-31). İzmir
Akademi Dernegi., from
https://dx.doi.org/10.2139/ssrn.4308687.

Bertens, K. (2007). Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Chow, W., & Choi, K. (2003). Identifying managers who need ethics training in using IT at
work. Behaviour & Information Technology, 22(2).

Chow, W.S. and Choi, K.Y. (2003). Identifying managers who need ethics training in using
IT at work. Behavior & Information Technology, 22 (2).

3
Conger, S. and Loch, K.D. (1995). Ethics and computer use. Communications of the ACM,
38 (12).

Creswell, J. W. (2013). Steps in conducting a scholarly mixed methods study.

Erik Brynjolfsson & Andrew McAfee, The Second Machine Age, (New York dan London:
W.W. Norton & Company, 2014).

Ezzy, D. (2002). Qualitative analysis: practice and innovation. Crows Nest, NSW: Allen &
Unwin.

Giovani Dio Prasasti. (2023, February 4). Riset Ungkap ChatGPT OpenAI Punya 100 Juta
Pengguna di Januari 2023. Liputan6.com; Liputan6.
https://www.liputan6.com/tekno/read/5197530/riset-ungkap-chatgpt-
openai-punya-100juta-pengguna-di-januari-2023

Hasil Survey Study.com tentang ChatGPT, Lebih Banyak Profesor dan Guru yang
Mendukung Akses ke ChatGPT. (2023, February 19). Teknik Elektro ITI.
https://el.iti.ac.id/hasil-survey-study-com-tentang-chatgpt-lebih-banyak-
profesor-dan-guruyang-mendukung-akses-ke-chatgpt/

Hastuti, K. P., Aristin, N. F., & Fani, A. I. M. (2022). Improvement of Six Competency
Skills through the Development of Flipped-Case Project in Era of Education
4.0. Education Quarterly Reviews, 5(4), 125-135, from
http://doi.org/10.31014/aior.1993.05.04.579.

Hungu. 2016. Demografi Kesehatan Indonesia. Grasindo. Jakarta.

Introducing ChatGPT. (2022). Openai.com. https://openai.com/blog/chatgpt

K. (2022, December 4). bot percakapan berbasis kecerdasan buatan yang dikembangkan
oleh OpenAI. Wikipedia.org; Wikimedia Foundation, Inc.
https://id.wikipedia.org/wiki/ChatGPT

Kreie, J., & Cronan, T. P. (1998). How men and women view ethics. Communications of
the ACM, 41(9).

3
Landry, R., Moyes, G. D., & Cortes, A. C. (2004). Ethical perceptions among Hispanic
students: differences by major and gender. Journal of Education for Business,
80(2), 102108.

Loch, K. D., & Conger, S. (1996). Evaluating ethical decision making and computer use.
Communications of the ACM, 39(7).

Manajemen, J., Krisnadwipayana, B., & Nurfadilah, D. (n.d.). ETIKA PENGGUNAAN


KOMPUTER DI TEMPAT KERJA (STUDI KASUS DI INDONESIA).

Maryani, T. dan U. Ludigdo. (2001). Survei Atas Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
dan Perilaku Etis Akuntan. TEMA. Volume II Nomor 1. Maret.

McCabe, A. C., Ingram, R., & Dato-On, M. C. (2006). The business of ethics and gender.
Journal of business ethics, 64.

Mitchell, A. (2022). Professor catches student cheating with ChatGPT: ‘I feel abject
terror. From https://nypost.com/2022/12/26/students-using-chatgpt-to-
cheat-professor-warns/.

Mohamed, N., Shahriza Abdul Karim, N., & Hussein, R. (2012). Computer use ethics
among university students and staffs: The influence of gender, religious work
value and organizational level. Campus-Wide Information Systems, 29(5).

Moor, J. H. (1985). What is computer ethics?. Metaphilosophy, 16(4).

Moores, T. T., & Chang, J. C. J. (2006). Ethical decision making in software piracy: Initial
development and test of a four-component model. Mis Quarterly.

Moores, T.T. and Chang, J. (2006). Ethical decision making in software piracy: initial
development Ethical decision making in software piracy: initial development.
MIS Quarterly, 30 (10)

Munadi, M. (2020). Manajemen Pendidikan Tinggi di Era Revolusi Industri 4.0 (2 ed).
Jakarta: Penerbit Kencana.

3
Namlu, A. G., & Odabasi, H. F. (2007). Unethical computer using behavior scale: A study
of reliability and validity on Turkish university students. Computers &
Education, 48(2).

Nisa, KA. (2016). Problem Based Learning Dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis
Karya Ilmiah Mahasiswa. PETIK Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan
Komunikasi, 2 (1), 24-35, from https://doi.org/10.31980/jpetik.v2i1.63.

OpenAI.com. (2022). ChatGPT: Optimizing Language Models for Dialogue. from


https://openai.com/blog/chatgpt/.

Ortiz, S. (2023, May 25). What is ChatGPT and why does it matter? Here’s what you need
to know. ZDNET; ZDNET. https://www.zdnet.com/article/what-is-chatgpt-
and-why-doesit-matter-heres-everything-you-need-to-know/

Pearson, J. M., Crosby, L., & Shim, J. P. (1997). Measuring the importance of ethical
behavior criteria. Communications of the ACM, 40(9).

Rosenzweig-Ziff, D. (2023). New York City blocks use of the ChatGPT bot in its schools.
From https://www.washingtonpost.com/education/2023/01/05/nyc-
schools-ban-chatgpt/.

Sarosa, S. (2021). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Pt Kanisius.

Savitri, A. (2019). Bonus Demografi 2030; Menjawab Tantangan serta Peluang Edukasi
4.0 dan Revolusi Bisnis 4.0. Semarang: Penerbit Genesis.

Study.com. (2023). Productive Teaching Tool or Innovative Cheating? from


https://study.com/resources/perceptions-of-chatgpt-in-schools.

Tangermann, V. (2023). College Student Caught Submitting Paper Using ChatGPT. from
https://futurism.com/college-student-caught-writing-paper-chatgpt.

Urumsah, D. (2014), Perencanaan Strategis Sistem Informasi, Cetakan I, Data Algonia,


Yogyakarta.

3
Zhai, X. (2023). ChatGPT User Experience: Implications for Education. SSRN, from
https://dx.doi.org/10.2139/ssrn.4312418

Zhai, X. (2023). ChatGPT User Experience: Implications for Education. SSRN, from
https://dx.doi.org/10.2139/ssrn.4312418.

Anda mungkin juga menyukai