Anda di halaman 1dari 9

VOLUME 2, NOMOR 1, JANUARI 2022

p-ISSN: 2775-4294
e-ISSN: 2775-4286

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN UPAH BERDASAKAN OMSET


PENJUALAN
(Studi Di Berkah Durian Kec. Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung)

1*Rendi Karno, 2A. Khumeidi Ja’far


Universitas Islam Negeri Raden Intan, Lampung, Indonesia
*rendikarno28@gmail.com

Abstrak
Upah merupakan suatu hal yang wajib diterima oleh setiap orang yang telah menunaikan
pekerjaan, akad disepakati antara kedua belahpihak sehingga terciptanya muamalah yang
bersih dan dapat mempererat tali silaturahmi antar manusia. sistem upah dewasa ini
beraneka ragam sehingga memunculkan sistem pemabagian upah yang terus berkambang
salah satunya pembagian upah bedasarkan omset penjualan yang mengakibatkan
kesenjangan sosial. Penelitian ini termasuk penelitian lapangan ( field research ) yaitu : “Suatu
penelitian yang dilakukan secara sistematis dengan mengangkat data yang ada dilapangan.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kualitatif.
Metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku dapat diamati. Pendekatan ini
diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh. dalam hal ini penulis mengali peraktik
pembayaran upah berdasarkan omset penjualan di berkah durian Kecamatan Teluk Betung
Utara Kota Bandar Lampung. Praktik upah mengupah yang terjadi pada karyawan non tetap
di berkah durian Kec. Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung ini berdasarkan dari hasil
penjualan durian yang laku begitu juga fariatif harganya sesuai dengan besar durian tersebut.
Apabila durian yang dijual oleh karyawan non tetap tidak laku maka karyawan tersebut tidak
pendapatkan upah sepeserpun. Peraktek upah mengupah ini sangat bertentangan dengan
hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan at-Thabrani yang artinya “Berikanlah upah
kepada pekerja sebelum kering keringatnya”. Sehingga membuat kecacatan dalam peraktik
upah mengupah yang terjadi di berkah durian kecamatan teluk betung utara kota bandar
lampung dan membuat peraktik upah mengupah ini tidak sah atas tolak ukur pemilik dalam
mengaji karyawan nya berdasarkan omset penjualan.
Kata Kunci: Upah, Omzet

Abstract
Wages are something that must be accepted by everyone who has fulfilled the work, the
agreement is agreed between the two parties so that the creation of a clean muamalah and can
strengthen the ropes of friendship between humans. Today's wage system is diverse so that it
gives rise to a system of wage sharing that continues to develop one of which is the distribution
of wages based on sales turnover that results in social inequality. This research includes field
research, namely: "A study conducted systematically by lifting the data in the field. The method
used in this research is to use qualitative research methods. Qualitative methodology is a
research procedure that produces descriptive data in the form of written or oral words from
people and observable behavior. This approach is directed at the background and the individual
as a whole. In this case, the author dug up the silverware of wage payments based on sales
turnover in Berkah Durian of Teluk Betung Utara District of Bandar Lampung City. The practice
of wages that occur to non-permanent employees in the blessing of durian Kec. Teluk Betung
Utara Bandar Lampung city is based on the results of durian sales that sell as well as fariative
prices in accordance with the large durian. If durian sold by non-permanent employees does not
sell then the employee does not think of a penny wages. This wage silverware is very contrary to
the hadith narrated by Ibn Majah and at-Thabrani. Which means "Give wages to the worker
before drying his sweat". Thus making a defect in the accounting of wages that occur in the
blessing of durian bay subdistrict betung north of bandar lampung city and make the silverware
of this wage is not valid on the owner's benchmark in preaching his employees based on sales
turnover.
Keywords: Wages, Turnover

13 Copyright © 2022 pada penulis


Analisis Hukum Islam Terhadap Pembayaran Upah…, Rendi Karno, A. Khumeidi Ja’far

PENDAHULUAN ‫ضعْنَ لَكُ ْم فَ ٰات ُ ْوه َُّن ا ُ ُج ْو َره َّۚ َُّن َوأْتَمِ ُر ْوا بَ ْينَكُ ْم بِ َم ْع ُر ْوفٍَّۚ َوا ِْن‬ َ ‫فَا ِْن اَ ْر‬
Dalam kerangka ekonomi Islam, ‫ض ُع لَهْٓ ا ُ ْخ ٰر ۗى‬ ِ ‫ست ُ ْر‬
َ َ‫س ْرت ُ ْم ف‬
َ ‫تَعَا‬
keseimbangan sosial ditekankan bukan saja Artinya: Tempatkanlah mereka (para
dalam masalah material, akan tetapi juga istri yang dicerai) di mana kamu bertempat
menyangkut pemerataan distribusi harga diri tinggal menurut kemampuanmu dan
antara orang kaya dan orang miskin. Salah janganlah kamu menyusahkan mereka untuk
satu bentuk dari tolong-menolong dalam menyempitkan (hati) mereka. Jika mereka
usaha kerjasama yang dilakukan oleh dua (para istri yang dicerai) itu sedang hamil,
orang atau lebih adalah pemberian upah atau maka berikanlah kepada mereka nafkahnya
gaji terhadap karyawan atau buruh dimana sampai mereka melahirkan, kemudian jika
mereka bekerja. Pelaksanaan pemberian mereka menyusukan (anak-anak)-mu maka
upah ini dimaksudkan sebagai usaha kerja berikanlah imbalannya kepada mereka; dan
sama saling menguntungkan, di satu pihak musyawarahkanlah di antara kamu (segala
mendapatkan bantuan orang lain dan pihak sesuatu) dengan baik; dan jika kamu sama-
lainnya memperoleh upah atas pekerjaan sama menemui kesulitan (dalam hal
yang dilakukannya. Kerjasama diantara penyusuan), maka perempuan lain boleh
kedua belah pihak adalah menyangkut menyusukan (anak itu) untuknya.
pemberian upah. Dalam UUD ’45 Pasal 27 (a)
telah ditentukan landasan hukum sebagai Al-Qur’an Surat Al-Qhasas Ayat 26
berikut ”Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi َْ ‫ي‬
‫اِلمِ ْي ُن‬ ُّ ‫ت ا ْستَأ ْ ِج ْرهُ ۖا َِّن َخي َْر َم ِن ا ْستَأ ْ َج ْرتَ ا ْلقَ ِو‬
ِ َ‫َقا َلتْ اِحْ ٰدى ُه َما ٰ ْٓياَب‬
kemanusiaan” Salah seorang dari kedua (perempuan)
Dengan demikian upah yang harus itu berkata, “Wahai ayahku, pekerjakanlah
diterima oleh buruh atau para tenaga kerja dia. Sesungguhnya sebaik-baik orang yang
kita atas jasa-jasa yang dijualnya haruslah engkau pekerjakan adalah orang yang kuat
berupa upah yang wajar. Sebagaimana lagi dapat dipercaya.”
firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah
ayat 223: Al-Qur’an Surat Az-Zukhruf Ayat 32

َ ِ ‫ث َّل ُك ْم ۖ َفأْت ُ ْوا َح ْرثَ ُك ْم اَ ّٰنى ِشئْت ُ ْم ۖ َوقَ ِد ُم ْوا‬


ۗ ‫ِل ْنفُ ِسكُ ْم‬ ٌ ‫س ۤا ُؤ ُك ْم َح ْر‬ َ ِ‫ن‬ ِ‫شتَ ُه ْم فِى ا ْل َحيٰوة‬
َ ‫س ْمنَا بَ ْينَ ُه ْم َّم ِع ْي‬َ َ‫اَهُ ْم يَ ْق ِس ُم ْونَ َرحْ َمتَ َربِ ۗكَ نَحْ ُن ق‬
‫ي‬ ‫ن‬ ْ‫ؤ‬ ‫م‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ِر‬
‫ش‬ ‫ب‬
َ‫ْ ُّ ْ ُ َ َ ِ ُ مِ ِ ْن‬ ‫و‬ ۗ ‫ه‬ ‫و‬ ُ ‫ق‬‫ل‬ٰ ‫م‬ ‫م‬ ُ ‫ك‬ َّ ‫ن‬َ ‫ا‬ ‫ا‬‫و‬ْٓ ‫م‬ َ ‫ل‬‫ع‬ْ
ْ ُ َ َ ّٰ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ّللا‬ ‫وا‬ ُ ‫ق‬َّ ‫ت‬ ‫َوا‬ ُ ‫ت ِليَتَّخِ ذَ بَ ْع‬
‫ض ُه ْم بَ ْعضًا‬ ٍ ٰ‫ض د ََرج‬ ٍ ‫ض ُه ْم فَ ْوقَ بَ ْع‬ َ ‫ال ُّد ْنيَ ۙا َو َرفَ ْعنَا بَ ْع‬
Artinya: Istrimu adalah ladang َ‫س ْخ ِريًّا َۗو َرحْ َمتُ َر ِبكَ َخي ٌْر ِم َّما َيجْ َم ُع ْون‬ ُ
bagimu.66) Maka, datangilah ladangmu itu Apakah mereka yang membagi-bagi
(bercampurlah dengan benar dan wajar) rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan
kapan dan bagaimana yang kamu sukai. penghidupan mereka dalam kehidupan dunia
Utamakanlah (hal yang terbaik) untuk dan Kami telah meninggikan sebagian
dirimu. Bertakwalah kepada Allah dan mereka atas sebagian yang lain beberapa
ketahuilah bahwa kamu (kelak) akan derajat, agar sebagian mereka dapat
menghadap kepada-Nya. Sampaikanlah kabar memanfaatkan sebagian yang lain. Rahmat
gembira kepada orang-orang mukmin. Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
Upah menurut realitas dunia kerja kumpulkan.
dalam hubungannya dengan jaminan hidup
tenaga kerja, jika dilihat sepintas hanya Al-Qur’an Surat Az Zumar Ayat 35
berhubungan dengan uang. Akan tetapi jika
kita telusuri lebih mendalam, upah ٰ ْ ‫َو ُز ْخ ُرفً ۗا َوا ِْن كُ ُّل ٰذلِكَ لَ َّما َمتَاعُ ْال َحيٰوةِ ال ُّد ْنيَا َۗو‬
َ‫اِلخِ َرة ُ ِع ْن َد َر ِبك‬
sebenarnya memiliki kaitan yang tidak ࣖ َ‫ل ِْل ُمت َّ ِقيْن‬
terpisahkan dengan hal tentang bagaimana Dan, (Kami buatkan pula) perhiasan-
etos kerja. perhiasan dari emas. Semuanya itu tidak lain
hanyalah kesenangan hidup dunia,
LANDASAN DASAR HUKUM sedangkan (kenikmatan hidup) akhirat di sisi
Al-Qur’an Surat At-Thalaq Ayat 6 Tuhanmu (dikhususkan) bagi orang-orang
bertakwa.
‫ض ِيقُ ْوا‬ َ ُ ‫ض ۤا ُّر ْوه َُّن ِلت‬
َ ُ ‫س َك ْنت ُ ْم ِم ْن ُّوجْ ِد ُك ْم َو َِل ت‬َ ‫ْث‬ ُ ‫اَ ْس ِكنُ ْوه َُّن مِ ْن َحي‬
‫ضعْنَ َح ْملَ ُه َّۚ َّن‬ َ َ َ ِ َ ْ ِ ٍ ْ َ ِ ُ ‫علَ ْي ِه ۗ َّن َوا ِْن كُ َّن ا‬
‫ي‬ ‫ى‬ ّٰ ‫ت‬‫ح‬ َّ
‫ن‬ ‫ه‬ ‫ي‬
ْ َ ‫ل‬‫ع‬ ‫ا‬‫و‬ ُ ‫ق‬ ‫ف‬‫ن‬ْ َ ‫ا‬ َ ‫ف‬ ‫ل‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫ت‬ ٰ
‫ول‬ َ

Jurnal NERACA PERADABAN 14


Analisis Hukum Islam Terhadap Pembayaran Upah…, Rendi Karno, A. Khumeidi Ja’far

Al-Qur’an Surat Ali-Imran Ayat 57 seperti faktor produksi lainnya dengan


ُ ّٰ ‫ت فَي َُوفِ ْي ِه ْم ا ُ ُج ْو َرهُ ْم ۗ َو‬
ُّ‫ّللا َِل يُحِ ب‬ ِ ٰ‫ص ِلح‬ َ ‫َواَ َّما الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َو‬
ّٰ ‫عمِ لُوا ال‬ kata lain, upah adalah harga dari tenaga
َ‫الظّٰلِمِ يْن‬ yang dibayar atas jasanya dan
Sementara itu, orang-orang yang produksi.(Murfafi 2003)
beriman dan beramal saleh akan Dia berikan Upah dalam Islam masuk juga
pahala mereka dengan sempurna. Allah tidak dalam bab ijarah sebagaimana perjanjian
menyukai orang-orang zalim. kerja, menurut bahasa ijarah berarti
”upah” atau “ganti” atau imbalan, karena
ْ‫سلّ َم‬
َ ‫علَيهْ َو‬ ّْ ‫صلّى‬
َ ُ‫َللا‬ َ ّْ‫ل َللا‬
ُْ ‫سو‬ َْ ‫ل قَا‬
ُ ‫ل َر‬ َْ ‫ع َم َْر َقا‬
ُ ْ‫عبدْ َللاّْ بن‬
َ ْ‫عن‬
َ itu lafal ijarah mempunyai pengertian
ُ
‫ (رواهْ إبنْ ماجة‬.ُ‫ع َرق ْه‬ َ ْ‫ف‬ َ َ
ّ ‫ير أج َرهُْ قب َلْ أنْ يَج‬ َ َْ ‫أَعطُوا اْلج‬
َ umum yang meliputi upah atas
)‫والطبراني‬ pemanfaatan sesuatu benda atau imbalan
Artinya :Dari Abdullah bin Umar ia sesuatu kegiatan atau upah karena
berkata, “Rasulullah saw bersabda: melakukan sesuatu aktifitas.
“Berikanlah upah kepada pekerja sebelum Nurimansyah Hasibuan seorang
kering keringatnya” (HR Ibnu Majah dan at- pakar ekonomi industri mendefinisikan
Thabrani bahwa upah adalah segala macam bentuk
penghasilan yang diterima pekerja baik
‫علَي ْه‬ ّ ‫ص ّلى‬
َ ُْ‫َللا‬ َ ّْ‫ل َللا‬
َْ ‫ن َرسُو‬ ّْ َ‫عن ْهُ أ‬ َ ُْ‫َللا‬ ّ ‫ي‬ َْ ‫عنْ أَبيْ ه َُري َر ْةَ َرض‬ َ beruoa uang ataupun barang dalam jangka
‫ (رواه‬.ْ‫علَى َمليْ فَل َيت َبع‬
َ ‫م‬
ْ ُ ‫ك‬ُ ‫د‬ ‫ح‬
َ ََ ‫أ‬ ْ
‫ع‬ ‫ب‬‫ت‬ُ ‫أ‬ ‫ا‬َ ‫ذ‬ ‫إ‬ َ ‫ف‬ ‫م‬
ْ ‫ل‬ُ‫ل الغَنيْ ظ‬ُْ ‫ل َمط‬َْ ‫سلّ َْم قَا‬
َ ‫َو‬ waktu tertentu pada suatu kegiatan
ْ)‫البخاري ومسلم‬ ekonomi.(Asikin 1997)
Artinya : Dari Abu Hurairah
ra. bahwa Rasulullah saw bersabda: B. Rukun Upah (Ujrah)
“Menunda membayar hutang (termasuk upah Rukun adalah unsur-unsur yang
pekerja) bagi orang yang mampu membentuk sesuatu, sehingga sesuatu itu
adalah kezaliman dan apabila seorang terwujud karena adanya unsur-unsur
dari kalian dialihkan kepada orang yang tersebut yang membentuknya. Misalnya
mampu, maka hendaknya dialihkan” (HR Al- rumah, terbentuk karena adanya unsur-
Bukhari dan Muslim). unsur yang membentuknya, yaitu pondasi,
tiang, lantai, dinding, atap dan seterusnya.
KONSEP DAN PEMBAHASAN 1 Dalam konsep Islam, unsur-unsur yang
A. Pengertian Upah membentuk sesuatu itu disebut rukun.
Upah atau imbalan dalam bahasa Ahli-ahli hukum madzhab Hanafi,
Arab disebut juga ijarah. Karena itu lafal menyatakan bahwa rukun akad hanyalah
ijarah mempunyai pengertian umum yang ijab dan qabul saja, mereka mengakui
meliputi upah atas pemanfaatan suatu bahwa tidak mungkin ada akad tanpa
benda atau imbalan sesuatu kegiatan, atau adanya para pihak yang membuatnya dan
upah karena melakukan suatu aktivitas. tanpa adanya obyek akad. Perbedaan
(Karim 2005) ajr yang berarti imbalan. dengan madzhab Syafi’i hanya terletak
Dalam syariat, penyewaan (ijarah) adalah dalam cara pandang saja, tidak
akad atas manfaat dengan imbalan. menyangkut substansi akad. Adapun
Manfaat terdiri dari beberapa bentuk, menurut Jumhur Ulama, rukun Ijarah ada
pertama manfaat benda, kedua manfaat (4) empat, yaitu:
pekerjaan dan ketiga manfaat orang yang 1. Aqid (orang yang berakad)
mengerahkan tenaganya. Pemilik manfaat Yaitu orang yang melakukan
yang menyewakan dinamakan dengan akad sewa menyewa atau upah
mu’ jir , pihak lain yang mengeluarkan mengupah. Orang yang memberikan
imbalan dinamakan dengan musta ’jir . upah dan yang menyewakan disebut
Sesuatu yang manfatnya diakadkan mu’jir dan orang yang menerima upah
dinamakan ma ’jur , dan imbalan yang untuk melakukan sesuatu dan yang
dikeluarkan sebagai kompensasi manfaat menyewa sesuatu disebut musta’jir.
dinamakan ajr atau ujrah.(Sabiq 1983) (Suhendi 2002).
Upah secara ekonomi adalah harga Karena begitu pentingnya
yang harus dibayarkan kepada karyawan kecakapan bertindak itu sebagai
atas jasanya dalam produksi kekayaan, persyaratan untuk melakukan sesuatu

15 Copyright © 2022 pada penulis


Analisis Hukum Islam Terhadap Pembayaran Upah…, Rendi Karno, A. Khumeidi Ja’far

akad, maka golongan Syafi’iyah dan kabur hukumnya adalah fasid.


Hanabilah menambahkan bahwa (Suhrawardi K. Lubis 1994)
mereka yang melakukan akad itu harus
orang yang sudah dewasa dan tidak C. Syarat Upah
cukup hanya sekedar mumayyiz saja Hukum Islam mengatur sejumlah
(Anwar 2007) persyaratan yang berkaitan dengan upah
2. Shigat (ujrah) sebagai berikut:
Pernyataan kehendak yang 1. Upah harus dilakukan dengan cara-cara
lazimnya disebut sighat akad (sighatul musyawarah dan konsultasi terbuka,
‘aqd), terdiri atas ijab dan qabul. Dalam sehingga dapat terwujudkan di dalam
hukum perjanjian Islam, ijab dan qabul diri setiap individu pelaku ekonomi,
dapat melalui: rasa kewajiban moral yang tinggi dan
a. Ucapan, dedikasi yang loyal terhadap
b. Utusan dan tulisan, kepentingan umum. (M. Arkal Salim
c. Isyarat, 1999)
d. Secara diam-diam, 2. Upah harus berupa mall mutaqawwim
e. Dengan diam semata. dan upah tersebut harus dinyatakan
Syarat-syaratnya sama dengan secara jelas. (Mas’adi 2002) Konkrit
syarat ijab dan qabul pada jual beli, atau dengan menyebutkan kriteria
hanya saja ijab dan qabul dalam ijarah kriteria. Karena upah merupakan
harus menyebutkan masa atau waktu pembayaran atas nilai manfaat, nilai
yang ditentukan. (Al aziz 2005). tersebut disyaratkan harus diketahui
3. Upah (Ujrah) dengan jelas. (Hasan 1990)
Yaitu sesuatu yang diberikan Mempekerjakan orang dengan upah
kepada musta’jir atas jasa yang telah makan, merupakan contoh upah yang
diberikan atau diambil manfaatnya tidak jelas karena mengandung unsur
oleh mu’jir. Dengan syarat hendaknya: jihalah (ketidakpastian). Ijarah seperti
a. Sudah jelas atau sudah diketahui ini menurut jumhur fuqaha’, selain
jumlahnya. Karena itu ijarah tidak malikiyah tidak sah. Fuqaha Malikiyah
sah dengan upah yang belum menetapkan keabsahan ijarah tersebut
diketahui. sepanjang ukuran upah yang
b. Pegawai khusus seperti seorang dimaksudkan dan dapat diketahui
hakim tidak boleh mengambil uang berdasarkan adat kebiasaan.
dari pekerjaannya, karena dia sudah 3. Upah harus berbeda dengan jenis
mendapatkan gaji khusus dari obyeknya. Mengupah suatu pekerjaan
pemerintah. Jika dia mengambil gaji dengan pekerjaan yang serupa,
dari pekerjaannya berarti dia merupakan contoh yang tidak
mendapat gaji dua kali dengan memenuhi persyaratan ini. Karena itu
hanya mengerjakan satu pekerjaan hukumnya tidak sah, karena dapat
saja. Uang sewa harus diserahkan mengantarkan pada praktek riba.
bersamaan dengan penerimaan Contohnya: memperkerjakan kuli
barang yang disewa. Jika lengkap untuk membangun rumah dan upahnya
manfaat yang disewa, maka uang berupa bahan bangunan atau rumah.
sewanya harus lengkap. (Qal’ahj 4. Upah perjanjian persewaan hendaknya
1999) Yaitu, manfaat dan tidak berupa manfaat dari jenis sesuatu
pembayaran (uang) sewa yang yang dijadikan perjanjian. Dan tidak
menjadi obyek sewa-menyewa. sah membantu seseorang dengan upah
4. Manfaat membantu orang lain. Masalah tersebut
Untuk mengontrak seorang tidak sah karena persamaan jenis
musta’jir harus ditentukan bentuk manfaat. Maka masing-masing itu
kerjanya, waktu, upah serta tenaganya. berkewajiban mengeluarkan upah atau
Oleh karena itu, jenis pekerjaannya ongkos sepantasnya setelah
harus dijelaskan, sehingga tidak kabur. menggunakan tenaga seseorang
Karena transaksi ujrah yang masih tersebut. (Zuhaili 2011)

Jurnal NERACA PERADABAN 16


Analisis Hukum Islam Terhadap Pembayaran Upah…, Rendi Karno, A. Khumeidi Ja’far

5. Berupa harta tetap yang dapat 7. Objek ijarah itu merupakan suatu yang
diketahui. biasa disewakan.
Jika manfaat itu tidak jelas dan 8. (Dahlan 2006) Upah atau sewa dalam
menyebabkan perselisihan, maka ijarah harus jelas, tertentu, dan sesuatu
akadnya tidak sah karena ketidak yang memiliki nilai ekonomi. (Dahlan
jelasan menghalangi penyerahan dan 2006)
penerimaan sehingga tidak tercapai
maksud akad tersebut. Kejelasan objek D. Macam-macam dan Jenis Upah
akad (manfaat) terwujud dengan Upah dibedakan menjadi dua yakni:
penjelasan, tempat manfaat, masa 1. Upah yang sepadan (Ujrah al-Mitsli)
waktu, dan penjelasan, objek kerja Ujrah al-Mitsli adalah upah yang
dalam penyewaan para pekerja. (Syafei sepadan dengan kerjanya serta dengan
2001). jenis pekerjaannya, sesuai dengan
Adapun syarat-syarat ijarah jumlah nilai yang disebutkan dan
menurut Abdul Aziz Dahlan bukunya yang disepakati oleh kedua belah pihak yaitu
berjudul Ensiklopedia Islam, yaitu: pemberi kerja dan penerima kerja pada
1. Yang terkait dengan dua orang yang saat terjadi pembelian jasa, maka
berakad. menurut ulama Mazhab Syafii dengan itu untuk menentukan tarif
dan Hambali disyaratkan telah balig upah atas kedua belah pihak yang
dan berakal. oleh sebab itu, apabila melakukan transaksi pembelian jasa
orang yang belum atau tidak berakal tetapi belum menentukan upah yang
seperti anak kecil dan orang gila disepakati maka mereka harus
ijarahnya tidak sah. Akan tetapi ulama menentukan upah yang wajar sesuai
Hanafi berpendapat bahwa kedua dengan pekerjaanya atau upah yang
orang yang berakad itu tidak harus dalam situasi normal biasa
dalam usia baligh. oleh karenanya anak diberlakukan dan sepadan dengan
yang baru mumayiz pun boleh tingkat jenis pekerjaan tersebut.
melakukan akad ijarah hanya Tujuan ditentukannya tarif upah yang
pengesahannya perlu persetujuan sepadan adalah untuk menjaga
walinya. kepentingan kedua belah pihak. (M.
2. Kedua belah pihak berakad Arskal Salim 1999)
menyatakan kerelaannya melakukan 2. Upah yang telah disebutkan (ujra al-
akad ijarah. Apabila salah seorang di Musamma)
antaranya terpaksa melakukan akad Upah yang disebut (Ujrah al-
ini, maka akad ijarahnya tidak sah. hal Musamma) syaratnya ketika
ini sesuai dengan firman allah QS An disebutkan harus disertai adanya
nisa ayat 29: kerelaan (diterima) kedua belah pihak
3. Manfaat yang menjadi objek ijarah yang sedang melakukan transaksi
harus diketahui sehingga tidak muncul terhadap upah tersebut. Dengan
perselisihan dikemudian hari. demikian, pihak musta’jir tidak boleh
4. Objek ijarah itu boleh diserahkan dan dipaksa untuk membayar lebih besar
digunakan secara langsung dan tidak dari apa yang telah disebutkan,
ada cacatnya. Oleh sebab itu, para sebagaimana pihak mu’ jir juga tidak
ulama fikih sepakat bahwa tidak boleh boleh dipaksa untuk mendapatkan
menyewakan suatu yang tidak boleh lebih kecil dari apa yang yang telah
diserahkan dan dimanfaatkan langsung disebutkan, melainkan upah tersebut
oleh penyewa. merupakan upah yang wajib mengikuti
5. Objek ijarah itu sesuatu yang ketentuan syarak. Apabila upah
dihalalkan oleh syarak. Oleh sebab itu, tersebut disebutkan pada saat
para ulama fikih sepakat mengatakan melakukan transaksi, maka upah
tidak boleh menyewa seorang untuk tersebut pada saat itu merupakan upah
mencantat. yang disebutkan (Urjah al-Musamma).
6. Yang disewakan itu bukan suatu Apabila belum disebutkan, ataupun
kewajiban bagi penyewa. terjadi perselisihan terhadap upah

17 Copyright © 2022 pada penulis


Analisis Hukum Islam Terhadap Pembayaran Upah…, Rendi Karno, A. Khumeidi Ja’far

yang telah di sebutkan, maka upahnya yang diterima merupakan sarana untuk
bisa diberlakukan upah yang sepadan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
(Ujrah Al-Mitsli). (an-Nabhani 1996) Adapun hikmah diadakannya ijarah antara
Adapun jenis – jenis upah pada lain, membina ketentraman dan
awalnya terbatas dalam beberapa jenis kebahagiaan, memenuhi nafkah keluarga,
saja, tetapi setelah terjadi perkembangan memenuhi hajat hidup masyarakat, dan
dalam bidang muamalah pada saat ini, menolak kemungkaran.
maka jenisnya pun sangat beragam, Banyak ayat al-Qur’ān menafsirkan
diantaranya: keadilan yang perlu diperhatikan sebagai
1. Upah atas ibadah. berikut:
2. Mengupah ibu menyusui a. Keadilan merupakan suatu konsep
3. Mengupah orang dengan imbalan yang luas dan mencakup semua aspek
pakaian dan makanan. kehidupan, sosial, ekonomi, politik dan
4. Perburuhan bahkan rohani. Keadilan
menggambarkan keseimbangan,
E. Sistem Pembayaran Upah perbandingan,
Menurut Suparno Eko (2005:158), b. keharmonisan sebagaimana ia
system pembayaran upah yang umum menggambarkan keadilan dari segi
diterapkan diantaranya: undang-undang dan pemberian hak
1. Sistem waktu Dalam sistem waktu, kepada yang berhak (Siddiqi, 1979:42).
upah dapat di tentukan dalam bentuk
upah per jam, upah per hari, upah per G. Mekanisme Pengupahan Di indonesia
minggu atau upah per bulan. Sistem Kedudukan upah maka Departemen
waktu ini di terapkan jika prestasi kerja Tenaga Kerja melalui Keputusan
sulit di ukur per unitnya. Kebaikam Menteri Tenaga Kerja No.13 Tahun 2003
sistem waktu yaitu administrasi tentang upah minimum menjelaskan
pengupahan mudah dan besarnya upah beberapa fungsi upahdi antaranya;
yang dibayarkan tetap. pertama, upah berfungsi untuk
2. Sistem hasil (output) Besarnya upah
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
ditetapkan atas satuan unit yang
dihasilkan pekerja, seperti per potong,
minimal bagi tenaga kerja dan
meter, liter dan kilogram. Dalam keluarganya sebagai hasil buruhan yang
system hasil, besarnya upah yang telah di selesaikannya. Kedua, pengusaha
dibayar selalu didasarkan kepada dalam memberikan upah buruh dihitung
banyaknya hasil yang dikerjakan bukan berdasarkan hasil produksi. Ketiga,
kepada lamanya waktu mengerjakan. dalam hubungan industrial Pancasila
3. Sistem Borongan Suatu cara upah buruh bukan hanya sekedar bagian
pengupahan yang penetapan besarnya dari biaya produksi tetapi juga
jasa didasarkan atau volume pekerjaan mempunyai fungsisosial yaitu untuk
dan lama mengerjakannya. Dalam memenuhi kebutuhan hidup yang layak
sistem borongan ini pekerja biasa bagi buruh dan keluarga. Keempat,
mendapat balas jasa besar atau kecil mewujudkan rasa keadilan dalam rangka
tergantung atas kecermatan kalkulasi memanusiakan manusia. Kelima, sebagai
mereka. (Adrian Sutedi, 2011:153).
upaya untuk pemerataan pendapatan.
Perbedaan Tingkat Upah Dalam
F. Hikmah Upah (Ujrah)
Hikmah disyari’ahkannya ijarah beberapa hal, hukum Islam mengakui
dalam bentuk pekerjaan atau upah meng adanya perbedaan upah di antara tingkat
upah adalah karena dibutuhkan dalam pekerja, karena adanya perbedaan
kehidupan manusia. Tujuan kemampuan serta bakat yang
dibolehkannya ijarah pada dasarnya mengakibatkan perbedaan penghasilan
adalah untuk mendapatkan keuntungan dan hasil material. Hal ini sejalan dengan
materil. Namun, itu bukanlah tujuan akhir firman Allah SWT dalam Al-Quran An-
karena usaha yang dilakukan atau upah Nisa ayat 32. Berdasarkan ayat tersebut,

Jurnal NERACA PERADABAN 18


Analisis Hukum Islam Terhadap Pembayaran Upah…, Rendi Karno, A. Khumeidi Ja’far

penentuan upah pekerja didasarkan atas ditetapkan, demikian halnya Islam juga
kemampuan atau profesionalisme. tidak membolehkan kenaikan upah
(Abdul Hamid Mursi 1987:156) Allah melebihi tingkat tertentu melebihi
SWT meminta agar kita mengalihkan sumbangsih dalam produksinya. Oleh
pandangan kepada apa yang ada dalam karena itu, tidak perlu terjadi kenaikan
kemampuan kita, bukan ada pada apa upah yang melampau batas tertinggi
dalam penentuan batas maksimum
yang berada diluar kemampuan kita.
upah tersebut. Setidak- tidaknya upah
Sesungguhnya keutamaan terletak pada dapat memenuhi kebutuhan pokok
usaha dan kerja. oleh karena itu, pekerja dan keluarga agar tercipta
janganlah kita berangan-angan sesuatu keadilan dan pemerataan
tanpa usaha dan kerja. Pendekatan Al- kesejahteraan. Pentingnya menjaga
Quran dalam hal penentuan upah upah agar tetap berada pada batas-
berdasarkan pertimbangan dan bakat ini batas kewajaran agar masyarakat tidak
merupakan salah satu sumbangan cenderung menjadi pengkonsumsi
terpenting bagi kemajuan peradaban semua barang konsumsi.
manusia. (M.A Manan 2000:188) Dalam
Islam di kenal beberapa tingkatan upah, KONSEP DAN PEMBAHASAN II
yaitu: A. Pembayaran Upah Berdasarkan Omset Di
1. Tingkat Upah Minimum Berkah Durian Kec. Teluk Betung Utara
Pekerja dalam hubungannya Kota Bandar Lampung.
dengan majikan berada dalam posisi Berkah Durian merupakan usaha
yang sangat lemah. Selalu ada pribadi yang dimiliki oleh bapak ramdani
kemungkinan kepentingan para yang didirikan sekitar tahun 2013 yang
pekerja tidak dilindungi dengan baik. dikelola oleh beliau sendiri, beliau
Mengingat posisinya yang lemah itu, menggeluti jual beli durian dari tahun
Islam memberikan perhatian dalam 1995, beliau merupakan salah satu tangan
melindungi hak para pekerja dari pertama dari petani untuk mendapatkan
segala ganguan yang dilakukan oleh buah terbaik di berbagai provinsi seperti,
majikannya (Afzalurrahman Lampung, Bengkulu, Medan, Padang Aceh,
1995:366). Oleh karena itu, untuk sumatra selatan, kemudian
melindungi kepentingan dari didistribusikan kembali di kota bandar
pelanggaran hak perlu ditentukan upah lampung khususnya di kecamatan teluk
minimum yang dapat mencakup betung utara.
kebutuhan pokok hidup, termasuk Sistem penjualan yang sering di
makanan, pakaian, tempat tinggal dan praktikan ialah sebagai distributor yang
lainnya, sehingga pekerja memperoleh mempunyai beberapa konsumen tetap
kehidupan yang layak. yang harus dikirim rutin, sedangkan untuk
2. Tingkat Upah tertinggi penjualan eceran dilakukan di lapak beliau
Bakat dan keterampilan seorang sendiri sehingga mempermudah untuk
pekerja merupakan salah satu faktor reseller dari berbagai kalangan baik dari
upahnya tinggi atau tidak. Pekerja yang partai besar maupun kecil untuk
intelektual dengan pekerja kasar, atau mendapatkan buah durian agar dapat
pekerja yang handal dengan pekerja langsung di perjual belikan kembali.
yang tidak handal mengakibatkan upah Makhluk sosial yang pastinya tidak
berbeda tingkatnya. Selain itu dapat hidup sendiri beliau di bantu oleh
perbedaan upah timbul karena beberapa rekannya untuk proses
perbedaan keuntungan yang tidak pembagian, penyusunan buah durian itu
berupa uang, karena ketidaktahuan sendiri. Tanggung jawab beliau sebagai
atau kelambanan dalam bekerja, dan pemilik yakni memberikan upah kepada
masih banyak lagi faktor-faktor rekan yang membantu atau karyawan,
lainnya. Oleh karena itu, Islam memang didalam berkah durian di bagi menjadi dua
tidak memberikan upah berada di golongan karyawan yaitu karyawan tetap
bawah upah minimum yang telah dan non tetap.

19 Copyright © 2022 pada penulis


Analisis Hukum Islam Terhadap Pembayaran Upah…, Rendi Karno, A. Khumeidi Ja’far

Karyawan tetap memiliki upah yang KESMIPULAN DAN SARAN


tetap sedangkan karyawan non tetap Praktik upah mengupah yang terjadi
memiliki upah yang tidak menentu, pada karyawan non tetap di berkah durian
karyawan tetap setiap saat proses kec. Teluk betung utara kota bandar lampung
pekerjaan ada harus selalu membantu dan ini berdasarkan dari hasil penjualan durian
merawat buah durian tersebut hingga yang laku begitu juga fariatif harganya sesuai
selesai. Sedangkan karyawan non tetap dengan besar durian tersebut.
harus berupaya melaksakan transaksi jual Apabila durian yang dijual oleh
beli terlebih dahulu untuk mendapatkan karyawan non tetap tidak laku maka
upah sesuai omset yang dihasilakan karyawan tersebut tidak pendapatkan upah
terhitung dari modal pokok buah durian sepeserpun. Peraktek upah mengupah ini
yang terjual. Dikarenakan buah durian sangat bertentangan dengan hadist yang
yang variatif ukurannya sehinga diriwayatkan Ibnu Majah Dan At-Tabrani:
karyyawan non aktif memiliki upah yang
variatif, terkadang dampak dari cuaca ‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫ّللا‬ ِ َّ ‫ّللا ب ِْن عُ َم َر قَا َل قَا َل َرسُو ُل‬
َ ‫ّللا‬ َ ‫ع ْن‬
ِ َّ ‫ع ْب ِد‬ َ
yang kurang mendukung menyebabkan ‫ (رواه إبن ماجة‬.ُ‫ع َرقُه‬ َ ‫ف‬َّ ‫ير أَجْ َرهُ قَ ْب َل أَ ْن يَ ِج‬
َ ‫أَ ْعطُوا ْاْل َ ِج‬
karyawan non tetap mendapatkan kendala )‫والطبراني‬
yang sangat serius sehingga tidak berhasil Artinya :Dari Abdullah bin Umar ia
mendapatkan omset penjualan sama berkata, “Rasulullah saw bersabda:
sekali dalam artian disini karyawan non “Berikanlah upah kepada pekerja sebelum
tetap tidak mendapat upah sepeserpun. kering keringatnya” (HR Ibnu Majah dan at-
Islam merupakan agama yang Thabrani)
sangat harmonis sehingga dalam kondisi Sehingga membuat kecacatan dalam
apapun baik dari hal kecil hingga hal besar peraktik upah mengupah yang terjadi di
selalu mempunyai aturan yang sangat berkah durian kecamatan teluk betung utara
solutif terutama dalam hal upah dalam kota bandar lampung dan membuat peraktik
hadist Rasulallah SAW di jelaskan: upah mengupah ini tidak sah atas tolak ukur
pemilik dalam mengaji karyawan nya
‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫ّللا‬ َّ ‫ّللاِ ب ِْن عُ َم َر قَا َل قَا َل َرسُو ُل‬
َ ِ‫ّللا‬ َ ‫ع ْن‬
َّ ‫ع ْب ِد‬ َ berdasarkan omset penjualan.
‫ (رواه إبن ماجة‬.ُ‫ع َرقه‬ ُ َ ‫ف‬ َ َ َ َ ‫أَ ْعطُوا اْل ِج‬
َّ ‫ير أجْ َرهُ ق ْب َل أ ْن يَ ِج‬ َ ْ Penulis menyarankan kepada pemilik
)‫والطبراني‬ berkah durian hendaknya menjunjung etika
Artinya :Dari Abdullah bin Umar ia bermuamalah dan nilai-nilai islam dengan
berkata, “Rasulullah saw bersabda: memberikan upah lelah kepada karyawan
“Berikanlah upah kepada pekerja sebelum non tetap meskipun tidak dapat melakukan
kering keringatnya” (HR Ibnu Majah dan penjuala terhadap buah durian miliknya.
at-Thabrani)
Hadist diatas menjelaskan bahwa DAFTAR PUSTAKA
seseorang yang sudah bekerja layak Al aziz, Moh. Saifullah. (2005). Fiqih Islam
mendapatkan upah, sedangkan praktik Lengkap. Terang Surabaya.
upah mengupah yang terjadi di berkah Anwar, Syamsul. (2007). Hukum Perjanjian
durian kepada karyawan non tetap tidak Syariah. Jakarta: Rajawali Press.
mendapatkan upah sepeserpun tidak Asikin, Zainal. (1997). Dasar-Dasar Hukum
mendapatkan upah karena tolak ukur Perburuan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
upah yang terjadi dalam praktik diatas Persada.
berdasarkan hasil penjualan. Dahlan, Abdul Aziz. (2006). Ensiklopedia
Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar Baru
TAWARAN PENULIS
Saya sepakat dengan hadist yang di
van Hoeve.
riwayatkan diatas karena merupakan salah Hasan, Ali. (1990). Berbagai macam
satu pedoman yang wajib dimiliki dalam transaksi Dalam Islam: Fiqh
transaksi upah mengupah, hadist tersebut Muamala. Semarang: Asy- Syifa.
merupakan salah bentuk etika bisnis yang Karim, Helmi. (2005). Fiqh Muamalah.
kongkrit dalam menghargai jerih payah Jakarta: Nusa Jaya.
seorang pekerja.

Jurnal NERACA PERADABAN 20


Analisis Hukum Islam Terhadap Pembayaran Upah…, Rendi Karno, A. Khumeidi Ja’far

Mas’adi, Ghufran A. (2002). Fiqh Salim, M. Arkal. (1999). Perspektif Etika


Muamalah Konstektual. Jakarta: PT Politik Ibnu Taimiyah. Jakarta: Logos.
RajaGranfindo Persada. Salim, M. Arskal. (1999). Etika Intervensi
Murfafi, Raharjo. (2003). Upah dan Negara: Perspektif Etika Politik Ibnu
Kebutuhan Hidup Buruh. Pustaka Taimiyah. Jakarta: Logos.
Setia vol 22: 26. Suhendi, Hendi H. (2002). Fiqh Muamalah.
Nabhani, Taqyuddin an-. (1996). Jakarta: PT RajaGranfindo Persada.
Membangun Sistem Ekonomi Suhrawardi K. Lubis, Chairuman Pasaribu.
Alternatif Perspektif Islam,. Surabaya: 1994. Hukum Perjanjian dalam Islam.
Risalah Gusti. Jakarta: Sinar Grafika.
Qal’ahj, Muhammad Rawwas. (1999). Syafei, Rachmat. (2001). Fiqh Muamalah.
Ensiklopedia Fiqih Umar bin Khattab. Jakarta: Pustaka Setia.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Zuhaili, Wahbah. (2011). Al-Fiqh al-Islamiy
Sabiq, Sayyid. (1983). Fiqih Sunnah. 3. wa Adillatuhu, Terj. Abdul Hayyie al-
Beirut: Dar Al-Fikr. Kattani, Fiqih Islam,. Jakarta: Gema
Insani.

21 Copyright © 2022 pada penulis

Anda mungkin juga menyukai