Penjajahan Belanda , Jepang, dan Kemerdekaan Kelompok 12 Marchella Zahra Afiffah (220201110046) Mohammad Sifak (220201110060) Irwan Agustian Mustofa (220201110070) Peradilan Islam pada Masa Penjajahan Belanda Pada tahun 1760, VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), memberlakukan beberapa aspek dari hukum Islam ini disebabkan karena sebelumnya hukum Belanda yang diberlakukan di kota Jakarta dan sekitarnya tidak dapat dilaksanakan, sehingga akhirnya dengan keterpaksaan VOC harus memberikan perhatiannya terhadap hukum yang telah hidup dan dijalankan oleh rakyat pribumi di dalam kesehariannya (Living Law). Peraturan ini memang tidak hanya memuat pemberlakuan hukum Islam dalam bidang kekeluargaan ( perkawinan dan kewarisan ) akan tetapi juga menggantika kewenangan lembaga-lembaga Islam yang dibentuk oleh para Raja atau Shultan Islam dengan peradilan buatan Belanda Peradilan Islam pada Masa Penjajahan Belanda L.W.C Van Den Breg dalam masa ini mengemukakan teori Reception in Complexu (Penerimaan hukum islam secara utuh/komplek) , Teori Receptio in Complexu tersebut bisa dilihat dari bukti-bukti yang salah satunya berisi tentang Statu Batavia 1642 yang menyebutkan bahwa Sengketa warisan antara orang pribumi yang beragama Islam harus diselesaikan dengan mempergunakan hukum Islam.
Akan tetapi Teori receptio in complexu ditentang oleh
Cornelis Van Vollenhoven dan Christian Snouck Hurgronje yang menyatakan bahwa hukum Islam dapat diberlakukan sepanjang tidak bertentangan dengan hukum adat. Peradilan Islam pada Masa Penjajahan Jepang
Pemerintah Jepang mengeluarkan berbagai peraturan Setelah Jendral Ter
Poorten menyatakan menyerah tanpa syarat. Salah satu diantaranya adalah Undang-undang Nomor 1 Tahun 1942, yang menegaskan bahwa Pemerintah Jepang meneruskan segala kekuasaan yang sebelumnya dipegang oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda. Ketetapan baru ini tentu saja berimplikasi pada tetapnya posisi keberlakuan hukum Islam sebagaimana kondisi terakhirnya di masa pendudukan Belanda. Peradilan Islam pada Masa Penjajahan Jepang
Meskipun demikian, Pemerintah Pendudukan Jepang tetap melakukan
berbagai kebijakan untuk menarik simpati umat Islam di Indonesia.
Ada tiga pranata sosial yang dibentuk oleh pemerintahan
Jepang yang menguntungkan kaum muslim di Indonesia, yaitu : - Shumubu - Masyumi ( Majelis Syura Muslimin Indonesia ) - Hizbullah ( Partai Allah atau Angkatan Allah ) Peradilan Islam pada Masa Kemerdekaan
Hukum islam pada masa kemerdekaan Indonesia dibagi
menjadi 4 masa yakni sebagai berikut : - Hukum Islam pada Masa Kemerdekaan (1945) - Hukum Islam pada Masa Kemerdekaan Periode Revolusi Hingga Keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1950 - Hukum Islam di Era Orde Lama dan Orde Baru - Hukum Islam di Era Reformasi Thank You