Anda di halaman 1dari 11

Mediator: JurnalMediator:

Komunikasi , VolKomunikasi,
Jurnal 11 (1), Juni 2018,
Vol 1120-30
(1), Juni 2018, 20-30

Personal Branding Remaja di Era Digital

Ascharisa Mettasatya Afrilia

Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Tidar, Magelang.


Email: mettaafrilia@untidar.ac.id

Abstrak. Branding adalah hal yang umum dilakukan dalam dunia pemasaran. Branding
dilakukan untuk membedakan satu produk dengan produk lainnya sehingga memunculkan
cirinya yang khas. Seiring berkembangnya konteks branding tersebut, kini branding
telah merambah ke banyak lini, termasuk dalam pengembangan diri seseroang. Hal
inilah yang kemudian dikenal dengan istilah personal branding. Penelitian ini mengulas
tentang analisis personal branding remaja yang direpresentasikan oleh Gita Savitri. Gita
Savitri adalah sosok remaja yang digandrungi karena pemikirannya dalam menyikapi
hal-hal tentang kehidupan remaja. Salah satu tujuan dilakukannya penelitian ini adalah
untuk mengejawantahkan sudut pandang remaja dalam mendefinisikan jati dirinya. Hal
ini menjadi niscaya karena eksistensi diri adalah hal mendasar yang pasti ada pada diri
seseorang, termasuk remaja. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif
yang didukung delapan konsep utama personal branding Peter Montoya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa personal branding Gita Savitri memenuhi kedelapan konsep utama
tersebut dan melingkupi tiga elemen utama personal branding, yaitu You, Promise, dan
Relationship.

Kata kunci: personal branding, media sosial, remaja, Instagram, Gita Savitri.

Abstract. Branding is a common thing done in the world of marketing. Branding is done
to distinguish one product with other products so that raises its distinctive characteristics.
Along with the development of branding context, now branding has penetrated to many
lines including in the development of one’s self. This is then known as personal branding.
This study looks into the analysis of personal branding teenagers represented by Gita
Savitri. Gita Savitri is a teenage figure who is loved for his thoughts in dealing with
many things about teenage life. One of the objectives of this research is to embody the
teenager’s perspective in defining her identity. This is necessary because self-existence is
a fundamental thing that must exist in a person including teenagers. This research uses
qualitative descriptive method supported by eight main concept personal branding Peter
Montoya. The results show that personal branding Gita Savitri meets the eight major
concepts and covers the three main elements of personal branding namely You, Promise
and Relationship.

Keywords: personal branding, social media, teenagers, Instagram, Gita Savitri.

20
Ascharisa Mettasatya Afrilia. Personal Branding Remaja di Era Digital

PENDAHULUAN identitas diri orang lainnya (Montoya &


Setiap orang memiliki ciri yang Vandehey, 2008).
khas pada dirinya. Hal itu dapat dilihat, Personal branding didefinisikan
baik dari ciri fisik maupun nonfisik, yang oleh Montoya dan Vandehey (2008)
melekat atasnya. Mulai dari bentuk wajah, sebagai “taking control of how other
postur tubuh, karakter, hingga bakat yang people perceive you before they come
dimiliki. Ciri tersebut dinilai sebagai into direct contact with you.” Sementara
pembeda antara orang yang satu dengan itu, Mobray (2009) mendefinisikan
yang lain. Hal tersebut pada akhirnya personal branding sebagai “the ability
akan membentuk suatu keunikan diri to deliberately use attributes that
yang tidak hanya sebagai pembeda, demonstrate your capability to manage
namun mulai dipahami sebagai upaya the expectations one will receive from an
untuk mengembangkan diri. Termasuk encounter with you.”
di dalamnya adalah wujud eksistensi Di era digital seperti sekarang ini,
sebagai media aktualisasi diri. personal branding menjadi hal yang
Sebagaimana dinyatakan oleh begitu lumrah dilakukan. Meski personal
Chaplin (2002:12), eksistensi merupakan branding sudah ada sejak era-era
cara untuk menujukkan keberadaan sebelumnya, namun di era digital inilah
manusia, situasinya dalam dunia, tahapan personal branding menjadi
kebebasannya memilih tujuan hidup, serta hal yang begitu umum dilakukan,
berusaha memahami arti kehidupannya khususnya melalui internet. Berdasarkan
sendiri. Eksistensi diri merupakan segala laporan Wearesocial (Ramadhan, GNFI,
kemungkinan yang apabila direalisasikan 2018), pengguna internet dunia saat
dapat mengarahkan individu pada ini telah mencapai 4,021 miliar orang.
keberadaan autentik, yaitu manusia Masih dalam laporan yang sama, dapat
menjadi dirinya sendiri, mengambil diketahui bahwa di Indonesia sendiri
tanggung jawab untuk menjadi dirinya jumlah pengguna internet mencapai 132
sendiri dengan menyeleksi kemungkinan- juta orang. Jumlah tersebut menunjukkan
kemungkinan yang ada dan disediakan bahwa lebih dari 50% penduduk
dalam kehidupannya (Thompson, 2010). Indonesia telah mengakses internet.
Pada konteks ini, eksistensi yang Fuady (2002) menyatakan kemajuan
dimaksud adalah yang dibentuk oleh teknologi komunikasi meniadakan sekat
kalangan remaja sebagai pembentukan dan jarak yang membatasi individu satu
jati dirinya. Lebih dari itu, pembentukan dan lainnya.
jati diri yang khas pada akhirnya disadari Internet merupakan salah satu
sebagai hal penting untuk menunjukkan bentuk media baru yang menawarkan
potensi, terutama di era seperti sekarang beragam platform yang dapat dipilih sesuai
ini yang penuh dengan kompetisi, kebutuhan dan keinginan penggunanya.
menunjukkan potensi diri menjadi hal Media sosial, sebagai salah satu bentuk
yang utama. media baru (new media) menjelma
Atas alasan itulah memahami sebagai ruang yang diterjemahkan
konsep personal branding menjadi hal secara bebas oleh penggunanya. Seperti
penting sebagai cara untuk meningkatkan dinyatakan oleh Flew (2002) bahwa
‘nilai jual’ seseorang. Melalui personal media baru memunculkan virtual reality.
branding, dapat disatukan hal-hal utama Realitas virtual ini merupakan fenomena
pada individu yang melibatkan skill, yang sering muncul karena new media
kepribadian, dan karakter yang dibungkus memungkinkan penggunanya untuk
sebagai identitas yang kuat dibanding menggunakan ruang seluas-luasnya,

21
Mediator: Jurnal Komunikasi , Vol 11 (1), Juni 2018, 20-30

GAMBAR 1. Data Pengguna Internet di Indonesia


Sumber: http//firdausnetpreneur.com/ Februari, 2018.

memperluas jaringan seluas-luasnya, dan Indonesia. Seperti yang dilaporkan We


menunjukkan identitas yang lain dengan Are Social bahwa Indonesia menempati
yang dimiliki pengguna tersebut di posisi sebagai salah satu negara terbesar
dunia nyata. Meski bukan tidak mungkin pengguna Instagram dunia. Indonesia
juga, bahwa identitas diri pengguna di dalam peringkat pengguna Instagram
dunia maya merupakan representasi dari mencapai 53 juta orang. Dalam hal ini,
identitas aslinya di dunia nyata. Indonesia menempati peringkat ketiga
Begitu banyak kegunaan media dunia setelah Amerika Serikat dan
sosial sebagai bagian dari new media. Brazil (Ramadhan, GNFI, 2018). Tidak
Namun sayangnya, belum semua hanya alasan itu, penelitian ini merujuk
pengguna, khususnya pengguna di Instagram sebagai salah satu media yang
Indonesia, memanfaatkan media sosial digunakan dalam pembentukan personal
mereka untuk hal positif secara maksimal. branding mengingat data yang dilaporkan
Padahal, akun media sosial dapat oleh We Are Social bahwa profil pengguna
digunakan sebagai media pembentukan media sosial Instagram didominasi oleh
personal branding yang efektif dengan pengguna di usia remaja.
karakter daya jangkaunya yang luas.
Gita Savitri adalah salah satu dari METODE
sekian banyak remaja Indonesia yang telah Penelitian ini menggunakan metode
memanfaatkan media sosialnya untuk deskriptif kualitatif untuk menjawab
menorehkan ide dan pemikirannya. Di pertanyaan penelitian “Bagaimana
saat remaja seusianya masih mengalami pembentukan personal branding Gita
tahap kelabilan dalam pembentukan Savitri melalui media sosial Instagram”.
identitas diri, Gita Savitri justru telah Metode ini dipilih untuk menggambarkan
mengetengahkan pemikirannya yang secara mendalam apa yang ditemukan di
matang dengan gayanya yang tetap santai lapangan berdasarkan data yang diolah
dan berjiwa muda layaknya remaja. dengan keabsahan triangulasi sumber.
Branding itulah yang menarik minat Metode kualitatif dipilih karena penelitian
peneliti untuk mengetahui lebih dalam ini hanya memaparkan situasi atau
bagaimana personal branding Gita Savitri peristiwa tertentu, bukan untuk menguji
dibentuk melalui akun media sosialnya. hipotesis atau memprediksi sesuatu
Instagram dipilih dalam penelitian (Rakhmat, 2009). Proses pengumpulan
ini karena menjadi salah satu media sosial data dilakukan melalui sejumlah tahapan
yang saat ini begitu banyak digunakan di yakni tahap deskripsi, reduksi dan seleksi

22
Ascharisa Mettasatya Afrilia. Personal Branding Remaja di Era Digital

GAMBAR 2. Instagram’s Top Countries


Sumber: http//goodnewsfromindonesia.com/ Februari, 2018.

GAMBAR 3. Profil Pengguna Instagram


Sumber: htttp//wearesocial.com/. Februari, 2018.
di mana setiap tahapan tersebut dilakukan membuatnya lebih menonjol dibanding
secara sirkuler dan tidak linier (Sugiyono, produk sejenis lainnya. Prinsip dasar
2011). Peneliti melakukan pemilihan itulah yang kemudian diterapkan dalam
dan pemilahan data yang disesuaikan konteks personal branding.
dengan kebutuhan data penelitian ini. Di era persaingan seperti sekarang
Sebagai penelitian kualitatif, maka hasil ini, semakin banyak individu yang
dari penelitian ini bukan merupakan memiliki keahlian yang sama. Oleh
generalisasi dan sifatnya tidak berlaku karena itu, perlu dibangun personal
umum. branding untuk mengenalkan keahlian
seseorang agar lebih menonjol dibanding
HASIL DAN PEMBAHASAN keahlian orang lainnya. Pada akhirnya,
Pentingnya Personal Branding pembentukan personal branding
Sejauh ini, istilah branding atau tersebut dapat meningkatkan nilai jual
pelabelan lebih akrab dilakukan di dunia seseorang atas keahlian yang dimiliki.
pemasaran. Pelabelan dilakukan karena Hal itu dapat terjadi karena standar diri
begitu banyak produk sejenis yang seseorang dijadikan sebagai acuan dalam
beredar, sehingga diperlukan pembeda pengembangan dirinya sesuai dengan
bagi produk yang satu dengan produk potensi yang dimiliki.
yang lain. Hal itu bertujuan untuk Lebih dari itu, personal branding

23
Mediator: Jurnal Komunikasi , Vol 11 (1), Juni 2018, 20-30

juga dapat digunakan sebagai pembuka atas pemikirannya, baik sebagai blogger,
networking dengan individu lain dengan youtuber, maupun selebgram.
ketertarikan yang sama dalam suatu Penelitian ini lebih fokus terhadap
bidang tertentu. Tujuannya, prospek penggunaan media sosial Instagram dalam
karier seseorang juga semakin terbuka pembentukan personal branding Gita
lebar. Savitri. Sebagai selebgram, Gita memiliki
Personal branding dapat mengatur karakter yang kuat. Hal itu ditunjukkan
presepsi seseorang terhadap orang lain, dengan konsistensinya yang tinggi
dengan menceritakan pengalaman kepada terhadap konten kiriman yang dibagikan
orang lain secara natural sehingga orang kepada para pengikutnya. Dengan jumlah
lain berpikir bahwa persepsi tersebut pengikut yang cukup banyak yakni
dibangun dengan sendirinya (Montoya, 560.000 folowers, Gita dapat menjangkau
2002). Personal branding juga dapat banyak khalayak dalam menyebarkan ide
dikatakan sebagai proses di mana dan pemikirannya. Tidak sedikit kiriman
seseorang dipandang sebagai sebuah Gita yang mendapat respons positif serta
brand (merek) oleh target market (Lair, mampu memengaruhi pola pikir remaja
Sullivan, dan Cheney, 2005:35). Dapat lainnya agar lebih bijak dalam bertindak.
disimpulkan bahwa personal branding Melalui akun media sosialnya,
adalah suatu proses pemebntukan Gita membagikan tulisan yang berisi
persepsi masyarakat terhadap aspek- pesan moral dengan dibalut cerita. Hal
aspek yang dimiliki seseorang, di itu menjadikan apa yang dituturkan
antaranya kepribadian, kemampuan, tidak terkesan menggurui karena lebih
atau nilai-nilai, dan bagaimana stimulus- menonjolkan kesan santai khas gaya
stimulus ini menimbulkan persepsi positif kawula muda. Santai, asyik, dan menarik,
dari masyarakat yang pada akhirnya merupakan hal yang mencerminkan
dapat digunakan sebagai alat pemasaran pembawaan Gita. Hal itulah yang
(McNally & Speak, 2002). memberikan nilai lebih atas dirinya
Menjadi hal yang patut disyukuri sehingga banyak pesan moral pada setiap
manakala kehadiran media sosial postingannya yang diterima baik para
dengan karakteristiknya yang cepat pengikutnya.
dalam menyebarkan pesan dan memiliki Sebagai contoh, ketika Gita Savitri
jangkauan luas, dapat dijadikan sebagai menyampaikan pemikirannya untuk tidak
media pembentukan personal branding sembarang memberi kepada pengemis.
seseorang. Ada banyak fitur yang Gita bercerita di akun media sosialnya
dapat dimanfaatkan untuk membangun ketika sedang berada di kereta yang
personal branding menjadi lebih kreatif membawanya ke salah satu kota di
dan menarik. Hal yang menjadi masalah Jerman. Pada saat pengemis meminta
kemudian adalah strategi pembentukan sejumlah uang namun dengan tegas Gita
personal branding itu sendiri. Hal inilah menolak. Hal itu dilakukan bukan tanpa
yang masih belum banyak diketahui oleh alasan. Gita menuturkan bahwa menurut
banyak orang khususnya para remaja. pengamatan dan pengalamannya,
pengemis-pengemis yang sering
Gita Savitri dan Media Sosial ditemuinya itu acap kali menghabiskan
Gita Savitri Devi yang lebih dikenal waktu dengan meminum alkohol di area
dengan Gita Savitri adalah remaja asal stasiun. Gita tidak ingin memberikan
Indonesia yang mendapat beasiswa uangnya kepada pengemis itu karena
untuk berkuliah di Jerman. Gita Savitri itu sama artinya dengan mendukung si
mendapat sorotan dari banyak khalayak pengemis untuk kembali mengonsumsi

24
Ascharisa Mettasatya Afrilia. Personal Branding Remaja di Era Digital

GAMBAR 4. Profil Akun Instagram Gita Savitri


Sumber: Instagram Gita Savitri, 2018.
alkohol. Gita menambahkan bahwa sosial. Apa yang dikomunikasikan di
secara fisik, pengemis-pengemis tersebut dalamnya memberikan efek “power”
masih muda dan bugar. karena akses pembentukannya berupa
Pada kisah itu, Gita mengakhiri teknologi sebagai media interaksi dalam
tulisannya dengan ajakan dan motivasi bentuk teks, gambar, foto, audio, dan
bagi kaum remaja untuk lebih semangat video. Hal tersebut juga melekat pada
dalam memanfaatkan waktu untuk akun media sosial Instagram Gita Savitri
melakukan hal positif. Dari kisah tersebut, sebagai media pembentuk personal
tidak sedikit follower yang menyatakan branding. Khalayak dapat mengakses
sependapat dengan pemikiran Gita. pemikiran Gita Savitri baik melalui
Fakta tersebut sejalan dengan teks, gambar, foto, maupun video yang
apa yang disampaikan oleh Ardianto dibagikan Gita dalam akun media
(Aspikom-Komunikasi 2.0, 2011) bahwa sosialnya.
media sosial sebagai media yang memiliki
kekuatan sosial untuk memengaruhi opini Pembentukan Personal Branding
publik yang berkembang di masyarakat. Montoya
Penggalangan dan dukungan atau Personal branding yang baik dapat
gerakan massa dapat terbentuk karena terbentuk dengan memenuhi beberapa
kekuatan media online. Apa yang ada unsur utama. Peter Montoya (2002)
di dalam media sosial terbukti mampu merumuskan konsep pembentukan
membentuk opini, sikap, dan perilaku personal branding yang meliputi delapan
publik/masyarakat. unsur utama sebagai berikut:
Mengutip pernyataan Juju dan (1) Spesialisasi (The Law of
Sulianta (2010) bahwa media sosial Specialization)
merupakan kombinasi antara ruang Bahwa personal branding dapat
lingkup elemen dunia maya dalam terbentuk dengan spesialisasi
berbagai platform dengan kekuatan tertentu yang dimiliki oleh
komunitas yang dibangun pada jejaring seseorang. Pada konteks penelitian

25
Mediator: Jurnal Komunikasi , Vol 11 (1), Juni 2018, 20-30

ini dapat diketahui bahwa Gita pengikutnya untuk menyepakati


Savitri membentuk personal apa yang diutarakannya. Hal
branding dengan tulisan- tersebut tampak dalam kiriman
tulisannya. Spesialisasinya yang dibagikan di Instagram
sebagai remaja yang cerdas dan miliknya. Misalnya, pada saat Gita
aktif dituangkan dalam setiap bermaksud untuk membagikan
kiriman yang dibagikan melalui pemikirannya tentang kekerasan
akun media sosial miliknya. Gita bukan fisik dalam menilai orang
memiliki spesialisasi dalam bentuk lain dalam kehidupan sehari-hari,
teks, foto, dan video. Bahkan, Gita membuat sebuah eksperiman
spesialisasinya dalam menulis telah sosial di akun Instagramnya. Pada
dibuktikan dengan diluncurkan kasus itu, Gita menyoroti pendapat
buku perdananya berjudul Rentang dan penilaian seseorang terhadap
Kisah yang langsung mendapat penampilan dirinya yang sengaja
label best seller. Spesialisasi ini tanpa make-up.
tentu berbeda dengan selebgram Pada GAMBAR 5, Gita
lain, misalnya selebgram dengan menunjukkan kemampuannya
spesialisasi di bidang fashion, untuk menggiring dan memimpin
kuliner, dan lainnya. pengikutnya dalam membentuk
(2) Kepemimpinan (The Law of opini yang pada akhirnya mampu
Leadership) menjadi opini publik di kalangan
Kepemimpinan dapat dibentuk khalayaknya. Opini yang
melalui keunggulan, yakni dikirimkannya melalui instastory
dipandang sebagai seorang ahli sebagai salah satu fitur yang ada
dalam bidang tertentu. Memiliki di Instagram adalah kesimpulan
kekuatan untuk mengarahkan yang dia kumpulkan berdasarkan
mengenai hal tertentu melalui respon khalayak yang ada di kolom
spesialiasi yang dimiliki. Demikian komentar seperti berikut ini:
halnya pada konteks penelitian “Gpp muka rada keling ya
ini, bahwa Gita Savitri memiliki kak ya, yg penting tangan sama
kemampuan untuk mengarahkan muka masi putihan tangan,” ujar @
dan memimpin atau menggiring azizzagusti.

GAMBAR 5. Percobaan Eksperimen Sosial Gita Savitri


Sumber: Arina Yulistara, 2017 dalam https://wolipop.detik.com/

26
Ascharisa Mettasatya Afrilia. Personal Branding Remaja di Era Digital

“Tua bgt,” tulis @aishaptr. sebagai bentuk keberuntungan


“Dah iteem,” tambah @ yang memang sudah memiliki
amelnande. ‘massa’ cukup banyak di akun
“Hoo sengaja post gini biar media sosialnya. Anggapan
banyak yg komen jelek trus ka gita tersebut merupakan bukti bahwa
bisa nyinyirin balik hahah nice personal branding menggambarkan
move,” kata @edhimedhim. kepribadian individu yang meliputi
“Jelek,” ucap @ banyak aspek, bukan hanya pada
bachtiarkenan. kelebihannya saja namun juga pada
“Ka gita alisnya telanjang” kekurangan atau sisi negatifnya.
tulis @pinkaankrmy. (4) Perbedaan (The Law of
“@gitasav Gue ga pernah Distinctiveness)
bilang body shaming bener, tapi dari Sebagaimana deferensiasi yang
kasus social experiment lo, terkesan diterapkan pada setiap produk, dalam
kalo lo emang nyari2 tuh komen pembentukan personal branding
negatip. Buat nanti lo suarakan, yang efektif juga diperlukan hal
agar sejalan dengan pemikiran yang sama. Diperlukan kesan yang
dan hal yang beberapa hari ini jadi kuat untuk menjadi berbeda dari
concern lo (tentang body shaming, orang lain dalam bidang atau bisnis
sexist,etc). Nah cara lo ‘tes ombak’ yang sama. Pada konteks penelitian
seperti itu yang (menurut gue, ini, hal yang membuat Gita berbeda
sorry para fans2 mbak Gita yang dengan selebgram remaja lainnya
budiman) agak childish, sorry to adalah hal-hal yang disorot Gita
say,” komentar @rianyer. dan cara dia menyikapinya. Gita
(3) Kepribadian (The Law of cukup berani dalam menuangkan
Personality) pemikirannya dan tidak canggung
Personal branding yang baik dalam membagikan opininya.
menggambarkan kepribadian Kiriman yang dibagikan juga
individu dalam segala aspek, disertai ajakan untuk melakukan hal-
artinya bukan hanya kelebihan hal positif. Tidak hanya itu, kesan
atau kesempurnaan, tetapi juga kuat yang diciptakan oleh Gita juga
ketidaksempurnaan individu. Pada dengan caranya yang tetap asyik
konteks ini, dapat dilihat bahwa sebagai remaja sehingga tidak ada
sosok Gita sebagai remaja yang kesan menggurui. Hal inilah yang
cerdas dan berpikiran luas tidak menjadikannya memiliki daya tarik
serta-merta mendapat dukungan lebih kuat dan berbeda dibanding
dari para pengikutnya. Masih tetap selebgram remaja lainnya.
ada yang memberikan penilaian (5) Kenampakan (The Law of Visibility)
negatif dan menganggap bahwa Salah satu strategi membentuk
Gita memiliki kepribadian yang personal branding yang efektif
ambisius. Tidak hanya itu, pada adalah dengan melakukannya penuh
saat buku pribadinya diluncurkan, konsistensi atau terus-menerus
muncul juga anggapan bahwa Gita sehingga personal branding orang
sengaja memanfaatkan namanya tersebut menjadi dikenal. Gita
yang memang sudah kondang Savitri secara sadar dan konsisten
sebelum buku itu dipasarkan, mempublikasikan dirinya melalui
sehingga label sebagai penulis kiriman dalam bentuk teks, foto,
buku best seller dianggap hanya maupun video. Gita melakukannya

27
Mediator: Jurnal Komunikasi , Vol 11 (1), Juni 2018, 20-30

dengan konsistensi yang cukup secara positif oleh orang-orang di


tinggi. Hal yang dilakukannya sekitarnya. Pada tahap ini, Gita
secara terus-menerus itulah yang dapat dikatakan telah memiliki ciri
pada akhirnya membentuk personal yang khas dalam memublikasikan
branding atas dirinya. dirinya dalam menyampaikan
(6) Kesatuan (The Law of Unity) ide dan pemikirannya dibanding
Kesatuan yang dimaksud dalam remaja lain pada umumnya. Hal ini
pembentukan personal branding membuat gaya Gita dapat diterima
adalah kehidupan pribadi yang dan dipahami sebagai sebuah ciri
sejalan dengan apa yang dibentuk khas di mata publiknya.
dalam personal branding seseorang.
Pada konteks penelitian ini, Gita Tiga Elemen Personal Branding
berusaha menjadikan kehidupannya Dalam membangun personal
bersinergi. Apa yang ada dalam branding, tentunya diperlukan elemen-
kehidupannya sehari-hari sebagai elemen utama yang harus saling
realita pengalaman personalnya terintegrasi. Berikut adalah elemen utama
sejalan dengan apa yang dia bagikan dalam membangun personal branding
melalui akun media sosialnya. Oleh menurut Montoya dan Vandehey (2008):
karena itu, terbentuklah kesatuan (1) You
yang bersinergi dan tidak saling Istilah you yang dimaksud dalam
bertolak belakang. Hal ini pada hal ini adalah seseorang itu sendiri.
akhirnya dapat memperkuat citra Seseorang dapat membentuk
yang muncul di mata khalayak atas personal branding melalui polesan
personal branding yang dibentuk (strategi) dan metode komunikasi
oleh Gita Savitri. yang disusun dengan baik. Strategi
(7) Keteguhan (The Law of Persistence) dan metode komunikasi tersebut
Pembentukan personal branding dirancang untuk menyampaikan
seseorang tidak akan mungkin dua hal penting kepada khalayak
terjadi hanya dalam satu malam. mereka, yaitu:
Diperlukan waktu yang cukup lama - Siapakah dirinya sebagai seorang
sehingga seseorang harus memiliki pribadi?
keteguhan terhadap personal - Spesialisasi apa yang dimiliki/
branding yang dibentuk sejak awal dilakukannya?
tanpa ada ragu untuk mengubahnya. Pada dasarnya, personal branding
Jika hal tersebut terjadi, maka akan adalah sebuah gambaran mengenai
bertolak belakang dengan prinsip apa yang masyarakat pikirkan
konsistensi yang sudah dijelaskan tentang seseorang. Hal tersebut
di awal. Pada konteks penelitian ini, mencerminkan nilai-nilai,
Gita secara sadar telah membentuk kepribadian, keahlian, dan kualitas
personal branding-nya dengan yang membuat seseorang berbeda
penuh keteguhan. Meskipun tidak dengan yang lainnya.
sedikit komentar pedas yang Pada konteks penelitian ini, Gita
menyerangnya, namun Gita tetap Savitri telah mampu mendefinisikan
pada jalan yang telah dipilihnya. dirinya sebagai remaja berprestasi
(8) Maksud baik (The Law of Goodwill) yang dibuktikan dengan perolehan
Personal branding seseorang akan beasiswa untuk berkuliah di Jerman.
memiliki pengaruh besar bagi Gita Savitri juga telah membentuk
orang lainnya jika dipersepsikan personal branding atasnya sebagai

28
Ascharisa Mettasatya Afrilia. Personal Branding Remaja di Era Digital

sosok remaja yang aktif dan memenuhi janji sebagai tanggung-


berusaha untuk selalu membagikan jawabnya kepada pengharapan dan
hal positif kepada remaja lainnya. penilaian khalayak. Ketika personal
Dari sisi spesialisasi, Gita Savitri branding yang diusungnya, yakni
menyadari bahwa dirinya memiliki sebagai remaja yang cerdas dan
kemampuan yang baik dalam aktif, maka apa yang dikenakan dan
menulis. Hal tersebut ditunjukkan make-up yang dipilih harus sesuai
dari kiriman-kirimannya tidak dengan usianya sebagai remaja.
hanya di Instagram tetapi juga Harus sesuai dengan brand yang
di blog miliknya tentang ide dan sudah melekat pada dirinya. Sejauh
pemikirannya yang terkumpul ini, apa yang ditampilkan oleh
dalam sejumlah tulisan. Bahkan Gita Savitri dalam unsur bersikap,
kumpulan tulisan tersebut telah berperilaku, dan berpenampilan
berhasil mengantarkannya menjadi sudah cukup memenuhi standar
seorang penulis profesional. ‘promise’ yang sesuai dengan label
Hal tersebut dibuktikan ketika atas dirinya di mata khalayak.
dirinya resmi meluncurkan buku (3) Relationship
perdananya berjudul Rentang Personal branding yang baik akan
Kisah. Karyanya tersebut semakin mampu menciptakan suatu relasi
memperkuat spesialisasi dirinya yang baik dengan klien/khalayak.
dalam pembentukan personal Semakin banyak atribut-atribut
branding yang kuat. yang dapat diterima oleh klien
(2) Promise dan semakin tingginya tingkat
Personal branding adalah sebuah kekuasaan seseorang, menunjukkan
janji, sebuah tanggung-jawab semakin baiknya tingkat relasi
untuk memenuhi harapan yang yang ada pada personal branding
timbul pada masyarakat akibat dari tersebut. Pada konteks penelitian
personal branding itu sendiri. Pada ini, hubungan antara Gita Savitri
konteks penelitian ini, Gita Savitri dengan khalayaknya dapat
sebagai remaja tetap diharapkan dikatakan telah tercipta dengan
tampil di mata khalayaknya baik. Meski tidak dipungkiri bahwa
sepatutnya seorang remaja tetap saja muncul hubungan yang
seusianya. Mulai dari penampilan kurang baik, namun hal tersebut
fisik hingga cara berpikirnya. Jika masih dapat ter-cover dengan stabil.
dalam mengedepanan pemikiran Gita Savitri dituntut oleh khalayak
Gita sudah sangat diterima dengan untuk memberikan respons positif
baik, maka dari sisi penampilan terhadap stimulus dalam bentuk apa
Gita juga mendapat pengharapan pun dari khalayaknya.
dari khalayaknya. Janjinya setelah
berhijrah dan memantapkan diri SIMPULAN
menutup aurat, harus selalu ditepati Pada penelitian ini dapat
dalam setiap kesempatan. Ada disimpulkan bahwa sebagai seorang
satu tanggung-jawab moral yang remaja, Gita Savitri telah membentuk
diemban. personal branding dengan cukup baik.
Dari sisi penampilan tidak hanya Indikator baik tersebut berdasarkan
sampai di situ saja. Apa pun yang delapan unsur pembentuk personal
dikenakan termasuk pakaian branding Montoya yang telah diterapkan
ataupun make-up yang dipilih harus dalam pembentukan personal branding

29
Mediator: Jurnal Komunikasi , Vol 11 (1), Juni 2018, 20-30

Gita Savitri melalui akun media sosialnya. McNally, D., & Speak, K. D. (2002). Be Your
Tidak hanya itu, terdapat tiga elemen Own Brand: Achieve More of What
dasar personal branding yakni you, You Want by Being More of Who You
promise, dan relationship yang juga telah Are. San Francisco: Berrett-Koehler
diadopsi oleh Gita Savitri. Berdasarkan Publishers.
Montoya, P. dan Vandehey, T. (2008).
hasil dari penelitian ini dapat diketahui
The Brand Called You: Make Your
bahwa Gita Savitri memiliki karakter Bussiness Stand Out in a Crowded
yang khas dan kuat dalam membentuk Market Place. USA: McGraw-Hill.
personal branding sebagai remaja yang Montoya, P. (2002). The Personal Branding
cerdas, berpikir visioner, asyik, dan Phenomenon: Realize Greater
hangat. Influence, Explosive Income Growth
and Rapid Career Advancement by
DAFTAR PUSTAKA Applying the Branding Techniques
Aspikom, Komunikasi 2.0. (2011). of Michael, Martha & Oprah. USA:
Yogyakarya: Mata Padi Pressindo. Peter Montoya Incorporated.
Chaplin, J.P. (2002). Dictionary of Rakhmat, J. (2009). Metode Penelitian
Psychology. New York. Dell Publishing Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Co.Inc. Rosdakarya.
Flew, T. (2002). New Media: An Introduction. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
New York: Oxford University Press. Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Fuady, M. E. (2002). Surat Kabar Digital Bandung: Afabeta
sebagai Media Konvergensi di Era Thompson, J. A., Strickland, A. J. And
Digital. Jurnal Mediator, 2 (1), Gamble, E.J. (2010). Crafting and
halaman 55—61. Executing Strategy, Seventeenth
Juju, D. dan Sulianta, F. (2010). Branding Edition, New York: Mc Graw- Hill/
Promotion with Social Network. PT. Irwin, Inc.
Elex MEdia Komputindo: Jakarta.

30

Anda mungkin juga menyukai