Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS BIOMEKANIKA LOMPAT TINGGI DAN KEBUTUHAN ENERGI

Rustam Yulianto

PKO-FKIP – UTP Surakarta

Abstrak

Lompat tinggi adalah salah satu bagian dari cabang olahraga atletik yang mengandalkan
pada kekuatan otot perut dan otot kaki. Kamui harus bersungguh-sungguh berlatih bila ingin
dapat melakukan lompatan tinggi dengan capaian target ketinggian maksimal. Dalam melakukan
olahraga lompat tinggi dibutuhkan urutan teknik yang benar-benar harus dilakukan secarat
bertahap agar mendapatkan lompatan yang sempurna. Tinggi tiang mistar yang harus dilewati
atlet minimal 2,5 meter,sedangkan panjang mistar minimal 3,15 meter. Lompat tinggi dilakukan
di arena lapangan atletik. Lompat tinggi dilakukan tanpa bantun alat olahraga.
Tujuan analisis teknik lompat tinggi yaitu untuk mempelajari/mengetahui bagaimana
teknik gerakan lompat tinggi yang efisien. Teknik gerakan lompat tinggi yang efisien yaitu
gerakan dimana pelompat dapat mengerahkan seluruh kemampuannya sehingga mendapatkan
hasil lompatan yang setinggi-tingginya. Tujuan Lompat tinggi adalah mengangkat tubuh agar
dapat melewati mistar yang setinggi-tingginya
Energi yang diperlukan untuk suatu kegiatan atau kontraksi otot tidak dapat diserap
langsung dari makanan yang dimakan, akan tetapi diperoleh dari persenyawaan yang disebut
ATP (Adenosin Triphosphate). ATP inilah yang merupakan sumber energi yang langsung
digunakan otot untuk melakukan kontraksi. ATP merupakan suatu komponen kompleks yang
tersusun atas satu komponen adenosine dan tiga komponen phosphate. ATP ini tersimpan dalam
otot rangka dalam jumlah yang sangat terbatas. Supaya kontraksi otot tetap berlangsung, maka
ATP ini ini segera disintesis kembali. ATP bisa diberikan pada sel-sel otot melalui 3 (tiga) cara
metabolisme, yaitu : 2 (dua) secara Anaerobik dan 1 (satu) secara aerobik. Ketiga cara ini disebut
: (1)Sistem ATP-PC (2) Glikolisis anaerobik; (3) Sistem aerobik.

Kata kunci: Lompat tinggi, system energi, kontraksi otot.


I. Pengertian Lompat Tinggi
Lompat tinggi adalah salah satu bagian atau nomor dari cabang olahraga atletik yang
mengandalkan pada kekuatan otot perut dan otot kaki. Seorang atlet lompat tinggi harus
bersungguh-sungguh berlatih bila ingin dapat melakukan lompatan tinggi dengan capaian target
ketinggian maksimal. Dalam melakukan olahraga lompat tinggi dibutuhkan urutan teknik yang
benar-benar harus dilakukan secarat bertahap agar mendapatkan lompatan yang sempurna.
Tinggi tiang mistar yang harus dilewati atlet minimal 2,5 meter,sedangkan panjang mistar
minimal 3,15 meter. Lompat tinggi dilakukan di arena matras atletik.
Dalam perlombaan lompat tinggi, mistar akan dinaikkan setelah peserta berhasil
melewati ketinggian mistar. Peserta melakukan dengan melonjak dengan sebelah kaki. Peserta
boleh mulai melompat di mana ketinggian permulaan yang disukainya berdasarkan kesepakatan
bersama pada ketinggian minimum. Sesuatu lompatan akan dianggap gagal jika peserta
menyentuh palang dan tidak melompat. Menjatuhkan palang semasa membuat lompatan atau
menyentuh kawasan mendarat apabila tidak berjaya melompat Peserta yang gagal melompat
melintasi palang sebanyak tiga kali berturut-turut (tanpa di ambil kira di aras mana kegagalan itu
berlaku) akan keluar daripada pertandingan. Seseorang peserta berhak meneruskan lompatan
(walaupun semua peserta lain gagal) sehingga dia tidak dapat meneruskannya lagi mengikut
peraturan Ketinggian lompatan di ukur secara menegak dari aras tanah hingga bahagian tengah
disebelah atas padang.Setiap peserta akan diberi peluang sebanyak tiga kali untuk melakukan
lompatan. Jika peserta tidak berhasil melewati mistar sebanyak tiga kali berturut-turut, dia
dinyatakan gagal.Untuk menentukan
Meskipun event lompat tinggi diikut sertakan dalam kompetisi pada ollmpiade kuno,
kompetisi lompat tinggi tercatat berlangsung pada awal abad ke-19 tepatnya di Skotlandia
dengan ketinggian 1,68 meter. Pada masa itu peserta menggunakan metode pendekatan langsung
atau teknik gunting.Lompat tinggi tidak dilakukan secara sembarangan. Ada gaya-gaya tertentu
yang harus dikuasai agar peserta terhindar dari kecelakaan.Pada abad ke -19 peserta lompat
tinggi mendarat dan jatuh di atas tanah yang berumput dengan gaya gunting, yaitu dengan cara
membelakangi. Gaya ternyata banyak mengakibatkan cedera bagi para peserta. Sementara,
lompat tinggi dilakukan dengan mendarat di atas matras sehingga kecelakaan dapat di
minimalisir. Atlet lompat tinggi sekarang banyak menggunakan teknik fosbury flop.

II. Teknis Analisis Lompat Tinggi


Tujuan analisis teknik lompat tinggi yaitu untuk mempelajari/mengetahui bagaimana
teknik gerakan lompat tinggi yang efisien. Teknik gerakan lompat tinggi yang efisien yaitu
gerakan dimana pelompat dapat mengerahkan seluruh kemampuannya sehingga mendapatkan
hasil lompatan yang setinggi-tingginya. Tujuan Lompat tinggi adalah mengangkat tubuh agar
dapat melewati mistar yang setinggi-tingginya.
Prestasi lompat tinggi bergantung pada tiga faktor yaitu,

(1) Daya angkat ke atas,

(2) Sudut tolakan,

(3) Tingginya titik berat tubuh dapat diangkat.

Ketinggian lompatan merupakan jumlah dari ketiga unsur:

1. Tinggi pusat gravitasi (titik berat) atlet pada tumpuan (H 1)


2. Tinggi yang dicapai atlet saat menaikkan pusat gravitasi pada waktu melompat (tinggi lompatan, H 2)
3. Perbedaan antara tinggi maksimum yang dicapai pusat gravitasi dan tinggi mistar (tinggi jarak ruang,
H3 )
Teknik Lompat Tinggi :

(a) Awalan,

(b) tumpuan,

(c) melewati mistar, dan

(d) pendaratan.

a) Analisis Lompat Tinggi Gaya Gunting (The Scissors Style)


Gaya paling sederhana dari semua gaya lompat tinggi, yang pertama digunakan dalam sejarah,
dan yang paling sering digunakan oleh pelompat pemula, adalah gaya gunting.
1. Takeoff Height.
Tinggi titik berat pada saat melompat tergantung pada kondisi fisik atlet dan posisi tubuhnya pada
saat melakukan lompatan. Dan karena atlet yang memiliki postur tubuh lebih tinggi dan berkaki panjang
memiliki titik berat yang lebih tinggi pada saat ancang-ancang daripada atlet yang bertubuh pendek,
beberapa orang mempunyai keuntungan yang berbeda dalam olahraga lompat tinggi.

Dalam lompat tinggi gaya gunting, si atlet melakukan ancang-ancang dengan kaki berada jauh
dari palang dan naik menyilangi palang dengan posisi badan tegak dan kaki hampir berada di posisi
horizontal (gbr.200).

2. Flight Height.
Ketinggian pada waktu titik berat naik pada saat melayang ditentukan oleh kecepatan vertikal
atlet pada saat ancang-ancang. Hal ini sebaliknya ditentukan oleh kecepatan vertikal pada saat lompatan
pendaratan, dorongan vertikal yang disalurkan melalui kaki menuju ke badan selama ancang-ancang, serta
massa tubuh atlet.

Kecepatan vertikal atlet pada saat pendaratan bergantung terutama pada gerakan-gerakan selama
dua hingga satu langkah terakhir menjelang lompatan. Besarnya gaya dorong vertikal yang dihasilkan
oleh atlet terhadap tanah dan bahwa tanah memberikan reaksi berlawanan terhadap si atlet bergantung
pada besarnya tenaga yang digunakan serta lama waktu yang diperlukan.

Dalam lompat tinggi gaya gunting, dikarenakan si atlet melakukan ancang-ancang dengan kaki
berada jauh dari palang maka kecepatan vertikal pada saat pendaratan akan berada lebih jauh dari palang
dengan posisi badan menghadap ke awalan.
H3

H2

3. Clearance height.
Perbedaan antara tinggi maksimum yang dicapai oleh titik berat atlet dan tinggi lompatan yang dicapai
(sering mengacu pada seiring efeisiensi saat melewati palang rintangan) bergantung pada posisi tubuh si
atlet pada puncak lompatan dan gerakan yang Ia lakukan saat melampaui palang.

Pada posisi tubuh semacam ini jarak antara titik berat atlet dengan ketinggian tertinggi yang dapat
dicapai biasanya sekitar 25-30cm.

H3
H3

H2

H1

b. Analisis Lompat Tinggi Gaya Straddle style dan Gaya Fosbury Flop

Unsur Gaya Straddle/Belly Roll Gaya Fosbury Flop


Gerak
a. Awalan  Awalan dilakukan dari samping  Awalan dilakukan dengan cepat
dengan sudut 35- 45 dari mistar. dan menikung, start sedikit
 Sebelah kiri mistar untuk kaki tolak menikung kemudian makin tajam
kiri dan sebelah kanan mistar untuk tikungannya.
kaki tolak kanan.  Dari sebelah kiri mistar bila kaki
 Jarak awalan tergantung atlet tolak kanan dan dari kanan bila kaki
biasanya dengan langkah ganjil 3-5- tolak kiri.
7-9 dst. Sesuai dengan tingginya  Jarak awalan 5 –9 langkah
mistar.  Badan khas agak condong ke dalam
 3 (tiga) langkah terakhir lebih karena menikung.
panjang dan cepat
b. Tolakan  Tolakan dilakukan dengan kaki  Tolakan dengan kaki terjauh dari
yang terdekat dengan mistar sekuat- mistar. Dengan kaki kanan bila
kuatnya ke atas, dibantu ayunan awalan dari kiri mistar dan dengan
kaki belakang (kaki ayun) ke atas, kaki kiri bila awalan dari kanan..
dan ayunan kedua lengan keatas  Posisi badan saat melayang serong
belakang. menyilang di atas mistar dan arah
 Kaki tolak kiri untuk awalan dari kaki tolak saat menolak serong
kiri, dan kaki tolak kanan untuk menuju mistar.
awalan di kanan mistar

c. Sikap  Setelah kaki ayun mencapai  Setelah kaki menolak dari tanah,
badan di ketinggian maksimal, segera badan seakan-akan terlempar
atas mistar lewatkan di atas mistar. mundur melewati mistar. Di atas
 Lengan kiri diupayakan tidak mistar badan terlentang agak
menyentuh mistar, dirapatkan di serong dengan mistar, perut dan
dada, disisi badan atau diletakkan di muka menghadap ke atas.
punggung.  Kedua lengan diayun ke atas
 Setelah kaki kanan/ayun melewati samping kepala dan terbuka. Kepala
mistar, badan diputar ke kiri dengan ditengokkan ke kiri, mata melihat
kepala mendahului melewati mistar, jari tangan, untuk kaki tolak kaki
hingga dada dan perut menghadap kanan.
ke bawah.  Kedua tungkai agak terbuka,
 Sehingga posisi badan di atas mistar tungkai bawah tergantung santai di
yaitu tertelungkup, mistar di bawah bawah lutut.
perut, pinggul lebih tinggi dari  Sikap seluruh badan di atas mistar
pundak, dan kepala disamping kiri yaitu melenting atau menggantung.
agak di bawak mistar  Pada saat melewati mistar, kedua
 Kaki kiri/tolak lututnya dilipat ke tungkai harus dilemparkan ke atas
kiri, agak atas belakang, dan lengan kearah langit dan lurus agar tidak
kanan lurus ke bawah lemas. menyentuh mistar.

d. Sikap  Mendarat dengan kaki kanan (kaki  Atlet harus mendarat pada
Mendarat ayun) dan tangan kanan bersamaan punggung, tengkuk secara
menyentuh matras. Kemudian keseluruhan, kedua lengan
berguling ke depan bulat bertumpu terentang
pada bahu kanan.

III. FUNGSI OTOT


Berdasarkan fungsinya, otot-otot dikelompokkan sebagai agonis (searah), antagonis
(berlawanan), sinergis (bekerjasama) dan fiksatif (diam). Otot-otot sebagai penggerak dinamis, biasanya
berfungsi mengacu pada origo yang difiksir (diam) dan insersi sebagai yang bergerak. Akan tetapi
seringkali origo sebagai pangkal dan insersi sebagai ujung ditukar balikkan. Terkadang saat otot
berkontraksi, origo dan insersi saling mendekat.

Oleh karena itu berdasarkan fungsi otot sebagai berikut :

1. Musculus teres mayor, fungsinya adalah abduksi dan endorotasi pada os humerus, tetapi bila
lengan ini yang difiksir, yang bergerak adalah scapula. Sehingga fungsi otot adalah rotasi scapula
ke atas.
2. Musculus pectoralis mayor, fungsinya adalah fleksi dan aduksi pada os humerus, tetapi bila
lengan ini yang difiksir, maka fungsi otot tersebut adalah membantu pernapasan (accessory
muscles) sebab os costae ditarik keatas (inspirasi).
3. Musculus flexor hallucis longus, dilihat dari sebutannya berfungsi sebagai fleksi jari-jari kaki.
Akan tetapi kenyataannya, fungsi yang lebih dominan adalah supinasi dan aduksi telapak kaki,
sebagai penahan atau penguat keseimbangan (balans) pada saat berdiri dan saat berjalan.
4. Pada saat begerak, derajat kemungkinan bergerak (Range of Motion) dapat berubah karena
pengaruh tonus otot dan jaringan pengikat sehingga oleh karenanya fungsi otot tersebut dapat
berubah.
5. Menurut faktanya, otot-otot dalam suatu gerak tertentu tidak berkontraksi sebagai suatu
totalitas. Sistem saraf dari otot bekerja sedemikian rupa sehingga hanya sebagian serabut otot saja
yang berkontraksi, tidak seluruh gumpalan otot, misalnya :
a. Musc. deltoideus sebagai totalitas fungsinya adalah fleksi dan abduksi pada os humeri. Bila
sebagian saja :
- Musc. deltoideus bagian depan fungsinya adalah fleksi, aduksi horisontal, abduksi tegak
dan endorotasi pada os humeri.
- Musc. deltoideus bagian tengah fungsinya adalah fleksi, aduksi tegak, abduksi horisontal
- Musc. deltoideus bagian belakang fungsinya adalah ekstensi, aduksi (45 derajat) dan
endorotasi.
b. Musc. subscapularis sebagai totalitas fungsinya adalah endorotasi pada lengan. Bila sebagian
saja :
- Musc. subscapularis bagian atas : endorotasi
- Musc. subscapularis bagian bawah : aduksi kebelakang
Otot mempunyai “daya adaptasi” yang cukup besar, artinya kerjasama otot-otot adalah
sedemikian rupa sehingga jika terdapat otot yang lemah atau tidak dapat berfungsi dengan baik, maka otot
yang lain akan belajar menggantikan fungsinya. Jadi tidak setiap individu melakukan kombinasi gerak
yang sama, dengan kata lain “setiap individu mempunyai karakter gerak sendiri”. Hal ini perlu
diperhatikan dalam mencari hasil latihan pada olahraga prestasi.

Mekanisme gerak berlaku sama bagi semua individu, tetapi setiap orang mempunyai karakter gerak
sendiri. Gerakan manusia sangat kompleks karena merupakan refleksi dari aktivitas lokomotor, fungsi
saraf serta perpaduan dari bentuk mekanis dan bentuk biologis

IV. Sistem Energi


Energi yang diperlukan untuk suatu kegiatan atau kontraksi otot tidak dapat diserap langsung dari
makanan yang dimakan, akan tetapi diperoleh dari persenyawaan yang disebut ATP (Adenosin
Triphosphate). ATP inilah yang merupakan sumber energi yang langsung digunakan otot untuk
melakukan kontraksi.

ATP merupakan suatu komponen kompleks yang tersusun atas satu komponen adenosine dan tiga
komponen phosphate. ATP ini tersimpan dalam otot rangka dalam jumlah yang sangat terbatas. Supaya
kontraksi otot tetap berlangsung, maka ATP ini ini segera disintesis kembali. ATP bisa diberikan pada
sel-sel otot melalui 3 (tiga) cara metabolisme, yaitu : 2 (dua) secara Anaerobik dan 1 (satu) secara
aerobik. Ketiga cara ini disebut : (1)Sistem ATP-PC (2) Glikolisis anaerobik; (3) Sistem aerobik.

Plyometrics merupakan gerakan yang sangat cepat dan kuat, yaitu gerakan-gerakan yang eksplosif
atau meledak, karenanya diperlukan energi yang dapat digunakan secara cepat yakni ATP-PC. Hal ini
biasanya dapat dipenuhi melalui sistem energi yang lainnya yakni dengan Glikolisis anaerobik atau sistem
energi asam laktat. ATP-PC mempunyai peranan penting dalam pengerahan tenaga secara cepat, karena
ATP –PC mempunyai power terbesar bila dibandingkan dengan sistem energi yang lain

a. ATP-PC (Sistem Phosphagen)


Semua energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh berasal dari ATP yang
banyak terdapat dalam otot. Apabila otot terlatih lebih banyak, maka persediaan ATP menjadi
lebih besar. Agar otot dapat berkontraksi beulang-ulang dengan cepat kuat maka ATP harus
dibentuk dengan cepat. Pembentuakn kembali ATP (resintesis ATP) diperlukan energi, energi
tersebut berasal dari PC (phospho creatine) yang juga terdapat didalam otot. Apabila PC dipecah
akan keluar energi, pemecahan tersebut tidak memerlukan oksigen. PC ini jumlahnya sangat
sedikit tetapi merupakan sumber energi cepat untuk pembentukan kembali ATP. ATP-PC sudah
tersimpan didalam otot, keduanya dapat memberikan energi yang cukup dalam kerja fisik
maksimal yang dilakukan dalam waktu 5 – 10 detik. Substansi tersebut segera dibentuk setelah 30
detik, sumber energi ini sudah terbentuk sekitar 70 %, untuk mencapai 100 % diperlukan waktu 2
– 3 menit. Sistem ini merupkan sumber energi yang dapat digunakan secara cepat yang
diperlukan untuk olahrgan yang memerlukan kecepatan yang tinggi. Dibawah ini akan disajikan
gambar pemecahan ATP, penggunaan energi dan resintesis ATP.

Gambar Pemecahan ATP, Penggunaan energi, dan Resintesis ATP (Davis et al, 1989 : 48)

b. Glikolisis anaerobik (sistem asam laktat)


Apabila cadangan PC yang digunakan untuk resintesis ATP berkurang, maka dilakukan
pemecahan cadangan glikogen tanpa menggunakan oksigen (anaerobik glycolysis). Dalam proses
ini diperlukan reaksi yang lebih panjang daripada sistem phosphogen, karena glikolisis ini
menghasilkan asam laktat, sehingga pembentukan energi lewat sistem ini berjalan lebih lambat.
Aktivitas yang dilakukan secara maksimal dalam waktu 45 -60 detik menimbulkan akumulasi
asam laktat.
Gambar Sistem asam laktat. (Davis et al, 1989 : 51)

Asam laktat yang terbentuk dalam glikolisis anaerobik akan menurunkan pH dalam otot
maupun darah. Perubahan pH ini akan menghambat kerja enzim-enzim atau reaksi kimia dalam
sel tubuh, terutama dalam sel otot, sehingga menyebabkan kontraksi menjadi lemah dan akhirnya
otot mengalami kelelahan. Untuk menghilangkannya diperlukan waktu 3-5 menit. Apabila
glikolisis anaerobik ini terus berlangsung maka pH akan menjadi sangat rendah sehingga
menyebabkan atlet menjadi tidak dapat meneruskan aktivitasnya.

Asam laktat merupakan sumber energi yang dapat digunakan sebagai sumber energi
untuk metabolisme aerobic dengan cara mengubah asam laktat menjadi asam piruvat dan piruvat
lalu masuk ke dalam siklus Kreb`s dan system transport electron sehingga mengasilkan energi
H2O dan CO2

Semua olahraga yang memerlukan kecepatan khususnya lompat tinggi , pertama-tama


menggunakan sistem phosphagen dan kemudian asam laktat. Selanjutnya timbunan asam laktat dapat
diubah menjadi glukosa lagi dalam hati. Dengan demikian siap untuk menjadi energi.

V. kesimpulan
Lompat tinggi adalah salah satu bagian atau nomor dari cabang olahraga atletik yang mengandalkan
pada kekuatan otot perut dan otot kaki. Seorang atlet lompat tinggi harus bersungguh-sungguh berlatih
bila ingin dapat melakukan lompatan tinggi dengan capaian target ketinggian maksimal. Seiring
perkembangan zaman analisis biomekanika selalu berkembang dan digunakan oleh lompat tinggi sendiri
mulai gaya scoot, gunting, straddle hingga flop.

Energi yang diperlukan untuk suatu kegiatan atau kontraksi otot tidak dapat diserap langsung dari
makanan yang dimakan, akan tetapi diperoleh dari persenyawaan yang disebut ATP (Adenosin
Triphosphate). ATP inilah yang merupakan sumber energi yang langsung digunakan otot untuk
melakukan kontraksi.

ATP merupakan suatu komponen kompleks yang tersusun atas satu komponen adenosine dan tiga
komponen phosphate. ATP ini tersimpan dalam otot rangka dalam jumlah yang sangat terbatas. Supaya
kontraksi otot tetap berlangsung, maka ATP ini ini segera disintesis kembali. ATP bisa diberikan pada
sel-sel otot melalui 3 (tiga) cara metabolisme, yaitu : 2 (dua) secara Anaerobik dan 1 (satu) secara
aerobik. Ketiga cara ini disebut : (1)Sistem ATP-PC (2) Glikolisis anaerobik; (3) Sistem aerobik
DAFTAR PUSTAKA

Aip Syarifuddin, (1992) : “ Atletik “, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

James G. Hay, (1985) : “The Biomechanics of Sport Techniques”, Third Edition, Prentice-
Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey 07632

Soedarminto, (1995) : “Biomekanika Olahraga II”, Surakarta : Universitas Sebelas Maret


Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai