Kepada Yth,
Bapak Penyandang Dana Hibah
Kegiatan PEMILUKADA 2025 - 2030
di - Jakarta
Dalam hal bertindak selaku pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Boven
Digoel yang akan mengikuti PEMILUKADA Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua periode
tahun 2025 - 2030.
Berkenan hal-hal diatas, perkenankanlah kami mengajukan permohonan bantuan dana
sebesar Rp. 50.000.000.000,- (tiga puluh lima milyar rupiah) untuk membiayai kegiatan kami
dalam proses PEMILUKADA dimaksud.
Sebagai bahan pertimbangan bagi bapak, bersama ini kami lampirkan sebagai berikut :
1. Berkas/dokumen proposal yang berisi antara lain :
a. Rencana Anggaran Biaya.
b. Rencana Kegiatan Kampanye.
c. Visi dan Misi.
d. Serta lampiran lainnya sebagai pendukung.
2. Bahwa secara prinsip kami dapat memahami dan menerima syarat serta ketentuan yang
ditetapkan oleh bapak.
Demikian permohonan bantuan ini kami ajukan dengan penuh harapan, kiranya Bapak
dapat mempertimbangkan untuk dikabulkan.
Sambil menunggu kabar mengembirakan dalam bentuk undangan, sebelum dan sesudahnya
kami ucapkan terima kasih.
Hormat Kami :
Periode 1919 hingga 1 April 1924, Boven Digoel sempat berstatus sebagai Afdeeling
‘sementara’ di bawah Keresidenan New Guinea (Papua). Hal ini dikarenakan asisten residen
Boven Digoel masih tunduk di bawah asisten residen Zuid Nieuw Guinea di Merauke.
Keresidenan New Guinea dibagi menjadi empat Afdeeling (dipimpin asisten residen) yaitu West
Nieuw Guinea dengan ibukota di Fakfak, Noord Nieuw Guinea dengan ibukota di Hollandia
(Jayapura), Afdeeling Boven Digul dan Zuid Nieuw Guinea dengan ibukota di Merauke. Dengan
alasan tidak efektif, Keresidenan New Guinea (Papua) kembali digabung dengan keresidenan
Ambon. Meskipun pada tahun 1924 melalui Staatsblad van Nederlandsch Indië over het jaar
1923 No. 413 New Guinea (Papua) kembali diturunkan statusnya menjadi Onderafdeeling,
unit pemerintahan di Boven Digoel tetap bertahan di bawah pimpinan seorang kontrolir
(pimpinan Onderafdeeling) hingga akhir kekuasaan Belanda di Papua pada tahun 1963.
Dengan Keputusan Gubernur Staatsblad 529 tertanggal 10 Desember 1926, wilayah Sungai
Digoel dipisahkan dari Onderafdeeling Nieuw Guinea menjadi sebuah pemerintahan setingkat
Onderafdeeling dengan pusat pemerintahan di Tanah Merah dan di bawah Afdeeling Amboina
(Ambon). Tanggal 26 Januari 1927 kapal api milik pemerintah Fomalhout mulai memasuki
Sungai Digoel yang dipimpin Kapten L.Th. Becking, pada saat rombongan Kapten Becking
datang, kapal penuh dengan peralatan dan logistik untuk 120 tentara, 60 kuli, dan
rombongan pertama para tahanan untuk kehidupan selama 3 (tiga) bulan. Keesokan harinya
tanggal 27 Januari 1927 pekerjaan pembukaan hutan pertama kali dimulai. Pada mulanya
yang ada di Tanah Merah hanyalah pemerintah militer. Pemerintah sipil baru ada setelah
tanggal 1 November 1927 dan berlangsung hingga awal bulan Agustus 1934 ketika
pemerintah militer mengambil alih pemerintahan.
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Kabupaten Boven Digoel dikenal dengan sebutan
Digoel Atas dan digunakan sebagai tempat pengasingan tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan
Indonesia. Digoel Atas terletak di tepi Sungai Digoel Hilir dimana Kamp Boven Digoel
dipersiapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk menampung tawanan Pemberontakan
PKI di Jawa Barat dan Sumatra pada bulan November tahun 1926. Selanjutnya, Boven Digoel
juga digunakan sebagai tempat pembuangan pergerakan nasional. Jumlah penghuni
tertinggi terjadi pada tahun 1929, ketika penghuni kamp mencapai 2.100 orang (terdiri
dari 1.170 laki-laki, 400 perempuan, dan 500 anak-anak). Dalam kurun waktu sekitar
sepuluh tahun setelahnya dipulangkan 1.500 orang. Di antara tokoh-tokoh pergerakan yang
pernah dibuang ke sana antara lain: Mohammad Hatta, Bondan, Ali Archam, Sutan
Syahrir, Sayuti Melik, Marco Kartodikromo, Chalid Salim, Lie Eng Hok, Muchtar Lutfi,
dan Ilyas Ya'kub.
Pada waktu Perang Pasifik meletus dan Jepang menduduki Indonesia, tawanan Boven Digoel
diungsikan oleh Belanda ke Australia. Pemindahan itu didasari kekhawatiran tahanan akan
memberontak jika tetap di Boven Digoel. Diharapkan orang-orang Indonesia yang dibawa ke
Australia akan membantu Belanda. Namun ternyata, tahanan politik ini mempengaruhi
serikat buruh Australia untuk memboikot kapal-kapal Belanda yang mendarat di Benua
Kanguru. Setelah sekutu berhasil memperoleh kemenangan, tawanan itu dikembalikan ke
tempat asalnya di Indonesia.
Bagian Kedua
PETA KEKUATAN POLITIK
B. Kondisi Lingkungan
Bagian Kelima
STRATEGI PEMENANGAN PEMILUKADA
5.1. Prinsip Kerjasama
Sejak agenda reformasi digulirkan pada Mei 1998 hingga saat ini, sudah memberikan
perubahan yang signifikan baik dalam sistem kenegaraan maupun segala aspek kehidupan
berbangsa; politik, sosial, ekonomi, budaya dan aspek kehidupan lainnya di Republik ini.
Setidaknya yang sudah terlihat di depan mata saat ini, yang kita rasakan sebagai masyarakat
adalah dijaminnya menyuarakan pendapat, ekspresi serta membentuk serikat atau kelompok
guna merealisasikan tujuan yang ingin dicapai bersama.
Salah satu bentuk sarana yang diberikan oleh negara saat ini adalah melalui pemilihan
umum (Pemilu). Dalam konteks saat ini, Pemilu dapat didefenisikan dengan proses memilih
orang untuk menempati jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut antara lain mulai
dari Presiden dan Wakil Presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat Pemerintahan sampai pada
tingkat pemilihan Kepala Desa. Jika kita meninjau dari sejarah bangsa ini, Pemilu tercatat
diselenggarakan untuk pertama kali pada tanggal 29 September 1955, diikuti oleh 29 partai
politik dan individu. Banyak para tokoh, ahli politik dan sejarah negeri ini menyatakan pemilu
tersebut selain yang pertama juga merupakan yang paling demokratis saat itu.
Setelah berselang runtuhnya Pemerintahan Orde Lama serta kemunculan rezim Orde Baru
pada tahun 1966-1998, Indonesia baru melaksanakan kembali pemilu yang demokratis
dengan konsep pemilihan langsung oleh rakyat pada April 2004 atau sistem proposional
terbuka, memilih Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD) serta
Presiden dan Wakil Presiden. Tahun 2019 ini merupakan Pemilu keempat dengan
menggunakan sistem yang sama, dilaksanakan secara serentak dengan Pemilihan Legislatif
(Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres). Untuk tahun ini, 2019 mayoritas masyarakat
menyebut dengan “tahun politik” dikarenakan situasi menjelang puncak pesta demokrasi
berbagai dinamika politik dan sosial bermunculan.
Seperti yang telah kita ketahui bersama, tepatnya pada tanggal 17 April 2019 silam kita
sebagai bangsa yang besar ini baru saja menyelenggarakan pemilihan umum 2019, dengan
metode yang berbeda dari sebelumnya. Dengan adanya Pemilihan Presiden (Pilpres),
Pemilihan Legislatif (Pileg) mulai dari tingkat Nasional, Provinsi sampai Kabupaten dan Kota
serta Pemilihan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) diselenggarakan secara serentak. Tentu
dengan metode yang baru ini menuai kesuksesan juga tidak luput pula dari kekurangan, dan
yang jauh lebih penting lagi serta tidak dapat dipungkiri, justru di saat sebelum, sedang dan
pasca pemilihan umum 2019 dilaksanakan, apa yang disebut dengan istilah “tahun politik”
memunculkan banyak intrik, ketidakstabilan, bahkan berpotensi dapat menimbulkan konflik
atau kegaduhan Nasional yang dapat mengancam keutuhan NKRI. Semua itu berawal dari
yang namanya ancaman atau kerawanan yang memanfaatkan momentum pemilu ini, yang
biasanya dimanfaatkan oleh individu atau kelompok dengan beragam motif.
Menjelang perhelatan pemilu 2019, Lembaga Negara yang memiliki kewenangan sebagai
penyelenggara pemilu, yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu
(Bawaslu) sebagai dua lembaga Negara paling terkait, sudah memetakan beberapa wilayah di
Nusantara yang memiliki kerawanan yang cukup tinggi pada perhelatan pemilu serentak
tahun ini, tiga sampai lima wilayah yang memiliki kategori tersebut. Inilah yang dari tadi kita
singgung, demokrasi yang kita anut sekarang masih terbatas di tahap memilih dan dipilih
serta terjebak dalam euforia pesta demokrasi dengan label negara paling demokratis di dunia.
Jika kita menyelami lebih dalam tentang makna demokrasi maka kita akan menemukan
beberapa prinsip-prinsip demokrasi, yaitu humanity (nilai kemanusiaan), justice (nilai
keadilan), freedom (nilai kebebasan), egality (kesetaraan).
Sebenarnya keempat prinsip atau nilai-nilai murni dari marwah demokrasi yang belum
terpatri dan terimplementasikan dalam setiap lapisan masyarakat yang ada mulai dari para
elit, akademisi, kaum muda, sampai masyarakat kelas atas dan menengah kebawah.
Ancaman beserta kerawanan muncul dalam setiap pesta demokrasi tidak terkecuali pemilu
serentak 2019 yang sudah berlangsung, memiliki faktor kausalitas (hukum sebab akibat).
Sebab belum paham dan diterapkannya nilai-nilai prinsip demokrasi di tengah masyarakat,
akibatnya kondisi masyarakat terpolarisasi dengan kata lain berpotensi menimbulkan
perpecahan yang sangat mahal harganya untuk dibayar. Situasi tersebut bisa muncul tiba-
tiba dengan memanfaatkan dinamika politik di tahun ini dengan sedikit memakai isu sara,
toleransi, ekonomi, politik dan lain sebagainya, kurang lebih kita dapat merasakannya lima
bulan yang lalu. Maka dari itu dengan menanamkan prinsip-prinsip demokrasi : humanity,
justice, freedom, egality kepada khalayak umum dinilai dapat menjadi salah satu solusi
terbaik menghadapi fenomena perpecahan antar anak bangsa di setiap perhelatan pesta
demokrasi, termasuk untuk pemilu-pemilu yang akan datang.
Nilai-nilai yang terkandung dalam keempat prinsip demokrasi tersebut seperti :
Empat nilai tersebut menjadi padu ketika terintegrasi satu sama lain dalam wadah kehidupan
berbangsa dan bernegara, dengan harapan nilai-nilai empat pilar kebangsaan yaitu, ideologi
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka
Tunggal Ika akan terwujud dengan sendirinya dalam kehidupan yang maslahat di negara yang
beragam ini, sehingga ancaman polarisasi atau perpecahan, konflik vertikal dan horizontal
akan dapat teratasi.
Jadi, hal-hal teknis yang dapat dan harus dilakukan sekarang yaitu KPU dan Bawaslu
sebagai Lembaga Negara yang memiliki wewenang dan tugas dalam mengawasi setiap proses
pemilihan umum yang dilaksanakan di setiap tingkat juga memiliki tugas untuk
menanamkan prinsip-prinsip tersebut. Dengan cara membuat semacam Memorandum of
Understanding (MoU) dengan beberapa pihak terkait, seperti Instansi Pemerintah mulai pusat
sampai daerah, Organisasi Kemahasiswaan, Lembaga Swadaya Masyarakat, Yayasan yang
bergerak dalam berbagai orientasi dan Instansi atau Organisasi lainnya. Kerja sama KPU dan
Bawaslu dengan Instansi Pemerintah yang menaungi bidang pendidikan misalnya, lebih
menekankan kurikulum pelajaran atau mata kuliah yang berkaitan dengan keilmuan
pemerintahan untuk menyasar esensi tentang demokrasi dan politik dengan menyandingkan
studi kasus tentang kondisi kontemporer, dilanjutkan dengan kerja sama dengan Organisasi
Kemahasiswaan dan beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat untuk ikut serta proaktif
menyuarakan nilai-nilai prinsip demokrasi, serta bahaya perpecahan yang ditimbulkannya
dalam setiap kesempatan dan kegiatan kemahasiswaan dilingkungan kampus yang
dilaksanakan oleh Organisasi Kemahasiswaan, serta melalui kegiatan sosial di tengah
masyarakat yang diemban oleh Lembaga Swadaya masyarakat. Pada intinya demokrasi
merupakan manifestasi dari Pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan kepada yang
diperintah, yaitu masyarakat itu sendiri, sejatinya kita memaknai demokrasi tidak hanya
sebagai sistem tapi juga konsep kehidupan dengan nilai-nilai yang agung terkandung dalam
setiap prinsip-prinsipnya.
Bagian Keenam
PENUTUP
Lampiran-lampiran :
6.1. Lampiran I
6.1.1. Biodata Kandidat Calon Bupati/Wakil Bupati dan Foto-foto.
6.1.2. Perincian RAB PEMILUKADA
6.2. Lampiran II
6.2.1. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
6.3. Lampiran III
6.3.1. Prediksi Perolehan Suara Per-Kecamatan
6.4. Lampiran IV
6.4.1. Program 100 Hari
6.4.2. Program 5 Tahun
6.5. Lampiran V
6.5.1. Dukungan Parpol/Kendaraan Politik
6.5.2. Bukti Pendaftaran (Rekomendasi) KPUD
6.6. Lampiran VI
6.6.1. Surat Keterangan dari Kepolisian untuk Cabup dan Cawabup
6.6.2. Daftar Riwayat Hidup Cabup dan Cawabup
6.7. Lampiran VII
6.7.1. Pas Photo Cabup dan Cawabup
6.7.2. Photo Cabup dan Cawabup ukuran 1 (satu) Badan
6.7.3. Photo Cabup dan Cawabup bersama Keluarga
6.8. Lampiran VIII
6.8.1. Foto Copy KTP Cabup dan Cawabup
6.8.2. Foto Copy Kartu Keluarga Cabup dan Cawabup
6.8.3. Foto Copy Buku Nikah
6.8.4. Foto Ijazah (SD – Pendidikan Terakhir)
6.9. Lampiran IX
6.9.1. Surat Pernyataan Tidak Akan Mengundurkan Diri
6.9.2. Surat Pernyataan Dukungan Istri Cabup dan Cawabup
6.10. Lampiran X
6.10.1. Susunan Tim Sukses
6.10.2. Peta Kabupaten
Peta Administratif Kabupaten Boven Digoel, 2015
Sejarah singkat tersebut mengawali pembahasan tentang gambaran umum kondisi daerah
Kabupaten Boven Digoel yang menjelaskan tentang kondisi geografi dan demografi serta
indikator capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Boven Digoel. Adapun
indikator capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan yang penting dianalisis meliputi 3
(tiga) aspek utama, yaitu aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum, dan
aspek daya saing daerah.
Analisis gambaran umum kondisi daerah Kabupaten Boven Digoel memberikan pemahaman
awal tentang apa, bagaimana, dan sejauh mana keberhasilan pembangunan daerah yang
telah dilakukan selama ini, dan/atau untuk mengidentifikasi faktor-faktor atau berbagai
aspek yang nantinya perlu ditingkatkan untuk optimalisasi pencapaian berhasilan
pembangunan daerah Kabupaten Boven Digoel. Gambaran umum kondisi daerah Kabupaten
Boven Digoel akan memberikan basis atau pijakan dalam merencanakan pembangunan, baik
dari aspek geografi dan demografi, serta capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan
daerah beserta interpretasinya.
Tabel 1.2.1
Luas Wilayah Kabupaten Boven Digoel Menurut Distrik
Dari kedua puluh distrik yang tersebar di Kabupten Boven Digoel, distrik terluas di
Kabupaten Boven Digoel adalah DistrikJair dengan luas sebesar 3.061,73km 2atau 11,30
persen dari total luas wilayah Kabupaten Boven Digoel.Sedangkan distrik dengan luas terkecil
adalah Distrik Ninati yang hanya memiliki luas sebesar 287,07km 2 atau 1,06 persen dari total
luas wilayah Kabupaten Boven Digoel. Berdasarkan batas wilayahnya, Kabupaten Boven
Digoel berbatasan langsung dengan kabupaten-kabupaten di sekitarnya, yaitu:
Gambar 1.2.1
Peta Administratif Kabupaten Boven Digoel, 2015
1.2.1.1.2. Kondisi Geografis
Letak geografis Kabupaten Boven Digoel berada pada wilayah penghubung antara
daerah pantai di selatan dengan wilayah-wilayah pegunungan tengah membentang antara
pada 40 98’ sampai dengan 70 10’ Lintang Selatan dan 1390 90’ sampai dengan 1410Bujur
Timur. Kabupaten Boven Digoelmemiliki iklim panas, topografi bervariasi, kondisi dataran
yang berbukit-bukit hingga pegunungan dan dataran rendah, serta ketinggian wilayah
antara10-2.077 meter di atas permukaan laut.
Posisi Kabupaten Boven Digoel cukup strategis sebagai wilayah penghubung antara
daerah pantai di selatan dengan wilayah-wilayah pegunungan tengah. Dengan demikian arus
barang/jasa ke daerah pegunungan tengah sangat terbantu dengan lancarnya
transportasi/komunikasi dari selatan ke utara melalui kabupaten Boven Digoel.Sebagian
besar wilayah Boven Digoel masih berupa hutan, perlu adanya pembangunan yang mengarah
pada aksesibilitas antardesa/kampung kawasan terpencil.
1.2.1.1.3. Kondisi Topografi
Kabupaten Boven Digoel berada pada ketinggian 10 meter hingga 2.077 meter di atas
permukaan laut (dpl).Wilayah pedataran rendah pesisir selatan Provinsi Papua meliputi lima
kabupaten dengan karakteristik umum yang hampir sama, yakni: Merauke, Boven Digoel,
Asmat, Mappi dan Mimika.Namun, pada Boven Digoel selain terdapat rawa, dataran, dan
wilayah berombak, juga terdapat wilayah yang bergelombang, berbukit dan bergunung, yakni
pada sektor utara wilayahnya yang berbatasan dengan Kabupaten Pegunungan Bintang.
Bumi Kabupaten Boven Digoel dapat dikelompokkan ke dalam lima wilayah fisiografi,
yakni:
1) Wilayah pedataran
Luas wilayah pedataranadalah 1.926.857,96 ha (71,08 %). Berada pada ketinggian 25-100
m diatas permukaan air laut. Wilayah ini dibelah oleh beberapa sungai, yang terbesar adalah
Sungai Digoel dengan panjang ± 683 km, Sungai Kao ± 200 km, dan Sungai Mandobo ± 342
km.
2) Wilayah gambut/rawa
Wilayah gambut/rawa dijumpai pada ketinggian 10-30 m, dengan luas wilayahnya adalah
30.278 ha(hasil hitungan GIS November 2014). Area ini selalu tergenang dan dipengaruhi oleh
endapan sungai dengan tebal bahan organiknya lebih dari 2m. Rencana pengembangan
gambut di Distrik Yaniruma, Kombay, Bomakia, Jair, Sesnukt dan Distrik Subur.
3) Wilayah bergelombang
Wilayah bergelombang seluas 352.407,90 ha (13,00 %) dan dijumpai pada ketinggian 100-
250 m dengan kemiringan tanah yang juga diiris oleh sungai-sungai yang mengalir ke
pedataran.
4) Wilayah perbukitan
Luas wilayah perbukitan mencapai 143.402,91 ha (5,29 %) dan dijumpai pada ketinggian
250–500 m, merupakan hulu sungai–sungai yang bermuara ke Sungai Digoel maupun Sungai
Mappi.
5) Wilayah pegunungan
Wilayah pegunungan dijumpai di ketinggian 500-2.077m pada sektor utara wilayah hingga
perbatasan Kabupaten Pegunungan Bintang dengan luas areanya sebesar 95.692,30 ha (3,53
%).Wilayah ini merupakan bagian hulu sungai–sungai di Kabupaten Boven Digoel. Gradien
atau verval sungai di wilayah ini cukup tinggi bahkan dijumpai air terjun.
a. Kemiringan lahan
Kemiringan lereng (slope) merupakan salah satu unsur topografi dan merupakan faktor
penyebab terjadinya erosi melalui proses runoff. Semakin curam lereng maka semakin
besar laju dan jumlah aliran permukaan, semakin besar pula erosi yang terjadi.
Berdasarkan tabel 2.2, sebesar 61,33 persen dari wilayah Kabupaten Boven Digoel
memilki kemiringan tanah sebesar 2 sampai 8 persen atau termasuk jenis tanah agak
datar berombak.
Table 1.2.2
Kemiringan Lahan Kabupaten Boven Digoel, 2015
b. Ketinggian lahan
Kabupaten Boven Digoel berada pada dataran rendahdimana sebagian besar wilayahnya
(81,35%) berada pada ketinggian 0-100 m di atas permukaan laut. Dilihat dari table 2.3
dibawah ini, dapat diketahui bahwa wilayah pegunungan di Boven Digoel hanya 310,98
km2atau 1,15 persen dari total luas wilayah Kabupaten Boven Digoel.
Table 1.2.3
Luas Wilayah Menurut Ketinggian diKabupaten Boven Digoel
1.2.1.1.4. Geologi
1.2.1.1.5. Hidrologi
1.2.1.1.6. Klimatologi (kondisi iklim)
1.2.1.1.7. Penggunaan Lahan Kawasan Budidaya dan Lindung
1.2.1.1.8. Potensi Pengembangan Wilayah
1.2.1.1.9. Wilayah Rawan Bencana
1.2.1.2. Demografi
1.2.1.2.1. Kelompok Penduduk Menurut Bahasa Suku
1.2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
1.2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
1.2.2.1.1. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB)
1.2.2.1.2. Pertumbuhan Ekonomi
1.2.2.1.3. Struktur Ekonomi
1.2.2.1.4. Indeks Gini
1.2.2.1.5. Inflasi
1.2.2.2. Kesejahhteraan social
1.2.2.2.1. IndeksPembangunan Manusia (IPM)
1.2.2.2.2. Angka Harapan Lama Sekolah
1.2.2.2.3. Angka Rata-Rata Lama Sekolah
1.2.2.2.4. Angka Harapan Hidup
1.2.2.2.5. Kemiskinan
1.2.3. Aspek Pelayanan Umum
1.2.3.1. Urusan Pelayanan Wajib
1.2.3.1.1. Pendidikan
1.2.3.1.2. Kesehatan
1.2.3.2. Rencana Struktur dan Pola Ruang
1.2.3.2.1. Rencana Sistem Perkotaan
1.2.3.2.2. Rencana Sistem Perkampungan
1.2.3.2.3. Rencana Pola Ruang Kabupaten Boven Digoel
1.2.3.2.4. Pekerjaan Umum
1.2.3.2.5. Perhubungan
1.2.3.2.6. Permukiman
1.2.3.3. Layanan Urusan Pilihan
1.2.3.3.1. Pertanian
1.2.3.3.2. Peternakan
1.2.3.3.3. Perikanan
1.2.3.3.4. Perkebunnan
1.2.3.3.5. Kehutanan
1.2.3.3.6. Industry
1.2.3.3.7. Pertambangan
1.2.3.3.8. Perdagangan dan Jasa
1.2.4. Aspek Daya Saing Daerah
1.2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
1.2.4.1.1. Pengeluaran riil rata rata per tahun
1.2.4.1.2. Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita (persentase konsumsi RT
untuk non pangan)
1.2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrasstruktur
1.2.4.2.1. Luas wilayah produktif
1.2.4.2.2. Fasilitas perumahan
1.2.4.2.3. Fasilitas akomodasi
1.2.4.2.4. Rasio panjang jalan terhadap kendaraan bermotor
1.2.4.3. Fokus iklim berinvestasi
1.2.4.3.1. Angka kriminalitas
1.2.4.3.2. Jumlah demonstrasi
1.2.4.3.3. Kualitas tenaga kerja (rasio lulusan S1/S2/S3)
1.2.4.3.4. Tingkat ketergantungan (Rasio Ketergantungan)
1.2.5. Hasil Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah
Menyatakan member kuasa penuh kepada Sdr. ……………… untuk melakukan kegiatan
pendekatan kemitraan kepada pihak pendana, sehubungan rencana pencalonan saya selaku
Bupati Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua Periode 2020-2024.
Bahwa untuk kelancaran persiapan PEMILUKADA tersebut, maka segala bentuk kemitraan
yang dimaksud, tetap melakukan koordinasi dan dibahas bersama antara pemberi kuasa
dengan penerima kuasa yang hasilnya akan dikoordinasikan dengan pihak pemberi dana.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, untuk menjadi bahan
pertimbangan pihak pendana.
Disaksikan oleh :
1. ……………………………. (Tim Sukses Cabup) 1. ……………................
2. ……………………………. (Penyusun Proposal) 2. …………………………
Nama Lengkap :
Tempat, Tanggal Lahir :
Alamat Rumah :
Selaku : Calon Bupati Kabupaten Boven Digoel 2025 – 2030
Nama Lengkap :
Tempat, Tanggal Lahir :
Alamat Rumah :
Selaku : Calon Wakil Bupati Kabupaten Boven Digoel 2025 – 2030
Sehubungan permohonan bantuan dana untuk membiayai kegiatan PEMILUKADA yang kami
ajukan kepada Bapak, tanggal 24 Maret 2024, dengan ini menyatakan bahwa kami “Sanggup
dan Bersedia” memberikan Commitmen Fee/imbalan jasa sebesar 30% (tiga puluh persen).
Commitmen Fee tersebut akan kami bayarkan sekaligus dan tunai melalui over rekening atau
sesuai kesepakatan, paling lambat 1 x 24 jam setelah dana cair dari pendana kepada
Konsultan Jakarta dan papua.
Demikian surat pernyataan Authentic Fee ini kami dan tanda tangani di ……………… dalam
keadaan sadar, sehat jasmani dan rohani serta tidak dibawah tekanan pihak manapun juga
(secara ikhlas). Berlaku efektif, dan tidak dapat dibatalkan/diubah/ditarik kembali oleh pihak
kami dengan alas an apapun juga sampai terlaksananya transaksi/pencarian bantuan dana
dimaksud (baik secara bertahap, maupun sekaligus), untuk diberikan kepada yang
berkepentingan dan kiranya dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Disaksikan oleh :
3. ……………………………. (Tim Sukses Cabup) 3. ……………................
4. ……………………………. (Penyusun Proposal) 4. …………………………
SURAT PERNYATAAN TIDAK MENGUNDURKAN DIRI
Nama Lengkap :
Tempat, Tanggal Lahir :
Alamat Rumah :
Selaku : Calon Bupati Kabupaten Boven Digoel 2025 – 2030
1. Tidak akan mengundurkan diri sebagai Calon Bupati Kabupaten Boven Digoel Provinsi
Papua Periode 2025 – 2030 (kecuali jika peraturan dan perundang-undangan yang
menghendaki saya harus mundur).
2. Tidak akan menarik/membetalkan permohonan bantuan ini dengan alasan apapun juga
dan berlaku efektif sampai terlaksananya transaksi/pencairan bantuan dimaksud (baik
secara bertahap maupun sekaligus), kecuali jika pihak pemberi bantuan dan yang
menolak/tidak mengabulkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dan tandatangani di Tanah Merah kabupaten Boven
Digoel dalam keadaan sadar, sehat jasmani dan rohani serta tidak dibawah tekanan pihak
manapun juga (secara ikhlas).
YAKOB WEREMBA
Calon Bupati 2025 - 2024
SURAT PERNYATAAN ISTERI CALON BUPATI
Nama Lengkap :
Tempat, Tanggal Lahir :
Alamat Rumah :
Selaku : Isteri Calon Bupati Kabupaten Boven Digoel 2025 – 2030
Dengan ini menyatakan mendukung sepenuhnya termasuk segala resiko atas kehendak
suami saya YAKOB WEREMBA yang akan ikut sebagai Calon Bupati Kabupaten Boven Digoel
Periode 2025 - 2030
Demikian surat pernyataan ini saya buat dan tandatangani di Tanah Merah Kabupaten Boven
Digoel dalam keadaan sadar, sehat jasmani dan rohani serta tidak dibawah tekanan pihak
manapun juga (secara ikhlas).
………………………………..