Anda di halaman 1dari 62

PENERAPAN METODE CERTAINTY FACTOR

PADA SISTEM PAKAR DIAGNOSA


GANGGUAN KESEHATAN MENTAL BERBASIS WEB

PROPOSAL PENELITIAN

KHARISMA DWI NURSANTI


2095124030

PROGRAM STUDI S1 SISTEM INFORMASI


FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
TEBUIRENG JOMBANG
2023
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu pengetahuan adalah ilmu yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari
pengalaman, studi dan percobaan yang telah dilakukan dan dipakai untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada dalam kehidupan. Ilmu pengetahuan ini
terbagi dalam berbagai macam bidang dan setiap bidang ilmu pengetahuan terdapat
seorang pakar. Pakar adalah orang yang ahli di bidang tertentu dengan kemampuan
untuk menilai dan memutuskan sesuatu dengan benar, baik, dan sesuai dengan aturan.
Para pakar sering dimintai nasihat untuk menyelesaikan persoalan-persoalan. Di
perkembangan teknologi yang semakin maju ini, pengetahuan-pengetahuan yang
dimiliki oleh pakar tersebut dituangkan dalam sistem yang disebut sistem pakar.
Sistem pakar merupakan suatu program aplikasi komputer yang berusaha
menirukan proses penalaran dari seorang ahli atau pakar dalam memecahkan suatu
permasalahan secara spesifik atau bisa dikatakan merupakan duplikat dari seorang
pakar karena pengetahuannya disimpan didalam basis pengetahuan untuk diproses
pemecahan masalah (B.H.Hayadi, 2018). Sistem pakar kini lebih maju dibandingkan
sistem kecerdasan buatan lainnya, seperti sistem yang berguna untuk mendiagnosa suatu
kerusakan pada perangkat keras, mendiagnosa suatu penyakit. Dengan kata lain, sistem
pakar ini dapat berperan sebagai asisten bagi para pakar untuk membantu aktivitasnya.
Sebelum sistem pakar diterapkan ke dalam suatu aplikasi atau website yang dirancang
maka harus memahami proses kerja atau pemikiran-pemikiran dari pakar, sehingga
nantinya akan dihasilkan suatu sistem yang terbukti keakuratannya. Dengan adanya
sistem pakar yang sudah terbukti keakuratannya ini tentunya sangat membantu
masyarakat dalam melakukan pencegahan dini terhadap masalah yang dihadapi. Seperti
hal nya membantu pencegahan dini terhadap kondisi kesehatan mental sesoerang.
Kesehatan mental merupakan komponen mendasar dari definisi kesehatan.
Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian antara fungsi-fungsi kejiwaan dan
terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya sendiri dan lingkungannya.
Kesehatan mental yang baik memungkinkan orang untuk menyadari potensi mereka,
mengatasi tekanan kehidupan yang normal, bekerja secara produktif, dan berkontribusi
pada komunitas mereka. Oleh karena itu adanya gangguan kesehatan mental tidak bisa
dianggap sepele. Gangguan kesehatan mental dapat menimbulkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari, antara lain dapat merusak interaksi hubungan dengan orang lain,
dapat menurunkan produktivitas dan menyebabkan tidak memiliki pola hidup yang
sehat. Jumlah kasusnya saat ini masih cukup mengkhawatirkan. Menurut WHO (World
Healt Organization) Regional Asia Pasifik jumlah kasus gangguan depresi terbanyak
di India (56.675.969 kasus atau 4,5% dari jumlah populasi), terendah di Maldives
(12.739 kasus atau 3,7% dari populasi). Adapun di Indonesia sebanyak 9.162.886 kasus
atau 3,7% dari populasi (Dumilah Ayuningtyas, Marisa Rayhani, dkk, 2018).
Penyebab tingginya kasus gangguan kesehatan mental antara lain karena
masyarakat yang menganggap remeh gangguan kesehatan mental, memendam sendiri
gangguan kesehatan mental yang dirasakan, selain itu karena jumlah orang yang
berkonseling dengan para psikolog masih minim, hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor. Faktor pertama yaitu dari sudut pandang masyarakat, dimana seseorang
mendatangi psikolog merupakan hal yang memalukan dan adanya anggapan bahwa
berkonseling dengan psikolog berarti identik dengan menderita penyakit gila atau stress
berat sehingga dapat memalukan martabat keluarga, selain itu juga biaya konseling ke
psikolog yang terbilang cukup mahal. Faktor selanjutnya adalah minimnya tenaga
psikolog, dimana seorang psikolog harus terus memperpanjang masa profesinya setiap
5 tahun sekali (Kurnia, Widiastiwi, dkk, 2021). Berdasarkan faktor-faktor tersebut,
maka diperlukan adanya sebuah sistem yang dapat membantu masyarakat untuk
melakukan pencegahan dini terhadap gangguan kesehatan mental.
Teknologi adalah sebuah pengetahuan yang ditujukan untuk menciptakan alat,
tindakan pengolahan dan ekstraksi benda. Secara singkat kita bisa menggambarkan
teknologi sebagai produk, proses, atau organisasi (Anshori S, 2018). Di zaman sekarang
ini, perkembangan teknologi sudah sangat pesat. Kemajuan teknologi saat ini tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Berbagai informasi yang terjadi di berbagai
belahan dunia kini telah dapat langsung kita ketahui berkat kemajuan teknologi.
Berbagai aktivitas manusia di segala bidang menjadi lebih mudah dengan adanya
pemanfaatan teknologi. Salah satunya pemanfaatan teknologi dalam bidang kesehatan
yaitu penerapan sistem pakar ke dalam sistem komputer (Setiawan D, 2018).
Sistem pakar saat ini sudah banyak digunakan terutama dalam bidang kesehatan
yang memudahkan masyarakat tanpa harus berkonsultasi ke pakar untuk mengetahui
gejala yang dialami tubuh secara lebih dini. Hal ini sebelumnya juga pernah dilakukan
oleh peneliti lain dengan menerapkan Sistem Pakar Dalam Mendiagnosis Kesehatan
Mental Mahasiswa Menggunakan Metode Certainty Factor Berbasis Android,
memiliki tujuan untuk membangun suatu sistem yang diharapkan membantu
menurunkan angka gangguan kesehatan mental pada mahasiswa, dan setelah dilakukan
pengujian sistem, maka diperoleh tingkat akurasi sebesar 96,09% (Pandu Violana
Mulya, 2023). Selain itu juga terdapat penelitian dengan topik Sistem Pakar dalam
Menganalisis Gangguan Jiwa Berbasis Android (Rafi Septiawan. 2021).
Untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut, penulis membuat program
sistem pakar yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi gejala-gejala gangguan
kesehatan mental dengan mengumpulkan fakta-fakta dari pakar. Dalam pencarian
tersebut maka diperlukan suatu metode di dalam kecerdasan buatan yaitu metode
certainty factor. Metode certainty factor adalah metode pengukuran tingkat
kepercayaan yang diberikan oleh seorang ahli dalam suatu aturan untuk mengatasi
kesulitan dalam mendiagnosis gejala penyakit. Keunggulan metode certainty factor
dalam penerapannya pada sistem pakar yaitu metode ini cocok dipakai dalam sistem
pakar yang mengandung ketidakpastian, dalam sekali proses perhtiungan hanya dapat
mengolah dua data saja sehingga keakuratan data tetap terjaga (M Busthomi dkk,
2019). Data mengenai gejala gangguan kesehatan mental dan solusinya didapatkan
langsung dari pakar yang memahami tentang ilmu psikologi. Data tersebut seperti
gejala gangguan kecemasan, gangguan suasana hati, gangguan kepribadian, dan lain-
lain beserta saran-sarannya. Dari hasil penelitian sebelumnya, implementasi sistem
pakar dapat membantu dalam mendiagnosis gejala gangguan kesehatan mental. Dalam
hal ini penulis ingin mengembangkan studi kasus yang sama tetapi menggunakan basis
web dengan jenis penyakit gangguan kesehatan mental yang lebih beragam dan
pemberian saran.
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka akan dilakukan penelitian dengan
judul “Penerapan Metode Certainty Factor Pada Sistem Pakar Diagnosa Gangguan
Kesehatan Mental Berbasis Web”. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat ditemukan
solusi untuk mempermudah diagnosa gangguan kesehatan mental dan membantu
pencegahan lebih awal.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan diatas, maka rumusan
permasalahan yang akan diteliti yaitu bagaimana penerapan metode certainty factor
untuk mendiagnosa gangguan kesehatan mental berbasis website?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dibahas diatas, maka
tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui penerapan metode certainty factor dalam
mendiagnosa gangguan kesehatan mental berbasis website.
1.4. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Jenis gangguan kesehatan mental yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain,
gangguan kecemasan, gangguan suasana hati (depresi), gangguan makan,
gangguan kepribadian, gangguan fobia, gangguan traumatis, dan OCD
(Obsessive Compulsive Disorder).
2. Website sistem pakar yang dibuat hanya digunakan untuk mendiagnosa gangguan
kesehatan mental dengan 7 jenis gangguan yang telah disebutkan diatas.
3. Pakar yang digunakan dalam penelitian ini adalah seorang psikolog klinis yang
fokus untuk menangani orang-orang yang memiliki gangguan penyesuain diri dan
gangguan kesehatan mental.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
a. Menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang hal-hal yang dapat
menganggu kesehatan mental.
b. Menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat tanda-tanda terkena gangguan
kesehatan mental.
c. Memberikan informasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga pola pikir
dan pola hidup yang sehat.
2. Bagi Universitas
Manfaat penelitian ini bagi universitas diharapkan dapat menjadi bahan
pembelajaran dan referensi bagi kalangan yang akan melakukan penelitian lebih
lanjut dengan topik yang berhubungan dengan judul penelitian diatas.
3. Bagi Lembaga Psikologi
Memperkenalkan teknologi sistem pakar yang efektif dan efisien untuk
mendiagnosa gangguan kesehatan mental, sehingga dapat mengurangi tingginya
kasus gangguan kesehatan mental.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Sebagai sumber pengetahuan dan referensi, penelitian ini mengambil
beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan.
Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Yuliyana dan Anita Sindar Ros
Maryana Sinaga pada tahun 2019. Dengan judul Sistem Pakar Diagnosa Penyakit
Gigi Menggunakan Metode Naive Bayes. Penelitian ini bertujuan untuk membantu
kalangan masyarakat dalam mendiagnosa awal pencegahan penyakit gigi yang
lebih parah, sehingga penderita dapat mengobati sakit gigi dengan arahan dari
komputer (pakar). Pakar sebagai sumber data basis pengetahuan diwakilkan
melalui komputer dalam mendiagnosa penyakit. Hasil dari penelitian ini adalah
sebuah diagnosa terhadap penyakit gigi dengan hasil nilai probabilitas tertinggi.
Nilai probabilitas dari gejala penyakit gigi diperoleh berdasarkan pengalaman
seorang pakar atau dokter gigi (Yuliyana & Sinaga, 2019).
Penelitian yang dilakukan oleh Patmawati Hasan, Eka Wahyu, dkk pada
tahun 2019. Dengan judul Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Kolesterol dan Asam
Urat Menggunakan Metode Certainty Factor, menjelaskan mengenai diagnosa
gejala-gejala penyakit kolesterol dan asam urat yang dirasakan oleh penderita
sehingga penderita dapat melakukan pencegahan lebih dini berdasarkan hasil
diagnosa tersebut. Namun kemampuan sistem dalam mendiagnosa suatu gejala
tidak 100% sama dengan diagnosa seorang dokter, maka dalam penelitian ini
menggunakan salah satu metode dalam perhitungan ketidakpastian yaitu
metode certainty factor. Metode certainty factor menyatakan kepercayaan dalam
sebuah kejadian (fakta atau hipotesis) berdasarkan bukti atau penilaian pakar.
Berdasarkan pengujian dari 20 orang korespoden didapatkan 50% berpotensi
kolestrol, 35% berpotensi asam urat, dan 15% bukan kedua penyakit. Rekapitulasi
validasi sistem pakar menggunakan metode certainty factor memberikan
keakuratan 80% (Hasan et al., n.d., 2019).
Penelitian yang dilakukan oleh Indah Risfia, Dewi Maharani, dkk tahun
2022. Dengan judul Expert System Mengatasi Anxiety Disorder Pada Mahasiswa
Dalam Menghadapi Tugas Akhir Metode Backward Chaining. Dalam penelitian
ini dibuat sebuah aplikasi sistem pakar untuk mendiagnosa gangguan kesehatan
mental pada mahasiswa berbasis web dengan menggunakan metode backward
chaining. Pada sistem ini pasien dapat melakukan diagnosa awal secara mandiri
dan penanganan secara dini. Metode sistem pakar yang digunakan adalah
backward chaining, dimana metode ini merupakan metode inferensi yang bekerja
mundur menuju kondisi awal (Risfia et al., 2022).
Berdasarkan hasil pengkajian dari penelitian terdahulu, maka dapat
dijadikan sebagai acuan dalam mengambil sebuah teori yang akurat yang
digunakan sebagai bahan penelitian. Berikut merupakan perbedaan antara
penelitian terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan dimana dijelaskan seperti
pada tabel 2.1 sebagai berikut :
Tabel 2.1 Perbedaan Penelitian
No Penulis Tahun Tujuan Metode Objek Kelebihan Kekurangan
1 Yuliyana 2019 Untuk Naïve Diagnosa Penggunaan Penggunaan metode
dan Anita melakukan Bayes penyakit metode naïve naïve bayes tidak
Sindar diagnosa gigi bayes hanya berlaku jika
Ros lebih awal memerlukan probabilitas
Maryana pada penyakit sejumlah kecil kondisionalnya
Sinaga gigi data pelatihan adalah nol, apabila
menggunakan untuk nol maka
sistem pakar mengestimasi probabilitas prediksi
yang berbasis rata-rata akan bernilai nol
website variabel , juga.
proses nya
yang cepat dan
hemat ruang
2 Patmawati 2019 Untuk Certainty Diagnosa Penggunaan Perhitungan data
Hasan, melakukan Factor penyakit metode lebih dari 2 buah
Eka diagnosa kolesterol certainty factor dalam sistem yang
Wahyu, lebih awal dan asam cocok dipakai menggunakan
dkk pada penyakit urat dalam sistem metode certainty
kolesterol pakar yang factor harus
dan asam urat mengandung dilakukan beberapa
menggunakan ketidakpastian, kali pengolahan
sistem pakar dan dalam data
yang berbasis perhitungannya
website dapat
mengolah 2
data sehingga
keakuratan
data tetap
terjaga
3 Indah 2022 Untuk Backward Diagnosa Dalam sistem Sistem ini bisa saja
Risfia, melakukan Chaining Anxiety ini menanyakan
Dewi diagnosa Disorder menggunakan pertanyaan yang
Maharani, lebih awal pada metode tidak berhubungan.
dkk dan upaya mahasiswa backward Walaupun jawaban
mengatasi semester chaining yang dari pertanyaan
Anxiety akhir menyediakan tersebut penting,
Disorder banyak sekali namun hal ini akan
menggunakan informasi dari membingungkan
sistem pakar hanya jumlah user untuk
berbasis kecil data menjawab pada
website subjek yang tidak
berhuungan
4 Kharisma 2024 Untuk Certainty Diagnosa Penggunaan Perhitungan data
Dwi melakukan Factor gangguan metode lebih dari 2 buah
Nursanti diagnosa kesehatan certainty factor dalam sistem yang
lebih awal mental cocok dipakai menggunakan
dan upaya dalam sistem metode certainty
mengatasi pakar yang factor harus
gangguan mengandung dilakukan beberapa
kesehatan ketidakpastian, kali pengolahan
mental dan dalam data
menggunakan perhitungannya
sistem pakar dapat
berbasis mengolah 2
website data sehingga
keakuratan
data tetap
terjaga
Berdasarkan penelitian sebelumnya. Terdapat perbedaan penelitian yang
akan dilakukan yakni penggunaan metode backward chaining penggunaan metode
tersebut dianggap kurang efektif sebab pengetahuan atau konseptual yang
diperoleh dari pakar harus diubah untuk mengimbangi permintaan dari mesin
inferensi, kemudian pada penggunaan metode naive bayes sebuah probabilitas
tidak bisa mengukur seberapa besar tingkat keakuratan sebuah prediksi.
Dari hasil pemaparan tersebut maka peneliti menerapkan metode certainty
factor untuk sistem pakar diagnosa gangguan kesehatan mental berbasis web.
Dengan alasan kemampuan sistem dalam mendiagnosa suatu gejala tidak 100%
sama dengan diagnosa seorang pakar, maka dalam penelitian ini menggunakan
salah satu metode dalam perhitungan ketidakpastian yaitu metode certainty factor.
Metode certainty factor adalah metode pengukuran tingkat kepercayaan yang
diberikan oleh seorang pakar dalam suatu aturan untuk mengatasi kesulitan dalam
mendiagnosis gejala penyakit. Metode certainty factor ini cocok untuk penentuan
proses identifikasi penyakit dan hasil dari metode ini adalah presentase, dimana
presentase sistem disini adalah ketepatan penentuan penyakit (M Busthomi, dkk,
2019).
2.2. Dasar Teori
2.2.1. Sistem Pakar
Sistem pakar (expert system) adalah sistem yang berusaha
mengapdosi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat
menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli.
Sistem pakar yang baik dirancang agar dapat menyelesaikan suatu
permasalahan tertentu dengan meniru kerja dari para ahli. Jadi, sistem
pakar merupakan kepakaran ditransfer dari seorang pakar (atau sumber
kepakaran yang lain) ke komputer, pengetahuan yang ada disimpan dalam
komputer, dan pengguna dapat berkonsultasi pada komputer, lalu
komputer dapat mengambil inferensi (menyimpulkan, mendeduksi,dll.)
seperti layaknya seorang pakar (Chandra et al., 2020).
Dalam perkembangannya, sistem pakar ini lebih maju
dibandingkan dengan pengembangan sistem kecerdasan buatan lainnya,
dan sistem pakar inilah yang saat ini digunakan. Dalam berbagai sistem
seperti diagnosis, panduan, interpretasi, pemantauan, peramalan,
perencanaan, pengendalian, dan perbaikan, sistem pakar biasanya adalah
perangkat lunak pembuat keputusan. Ide dasarnya adalah keahlian akan
ditransfer dari pakar ke komputer dan disimpan di komputer, sehingga
melalui komputer tersebut pengguna dapat berkonsultasi. Kemudian
komputer bisa mendapatkan petunjuk (menutup, mengenali, dll) seperti
seorang ahli. Kemudiaan akan dijelaskan kepada pengguna (M. Jasri,
2019).
2.2.2. Diagnosa
Istilah "diagnosa" biasanya digunakan saat pemeriksaan medis
atau terhadap hal lain. Istilah ini kerap terdengar di rumah sakit untuk
merujuk pada pemeriksaan terhadap sesuatu. Diagnosa atau diagnosis
digunakan dalam banyak bidang, termasuk medis, ilmu pengetahuan,
teknik, bisnis, dan sebagainya. Diagnosis memang sering kali digunakan
dalam dunia medis. Dalam hal ini, diagnosis medis memiliki makna
penentuan kondisi kesehatan seseorang sebagai dasar pengambilan
keputusan medis. Diagnosis atau diagnosa adalah tindakan yang
dilakukan untuk menjelaskan gejala dan tanda klinis yang dialami oleh
seorang pasien, serta membedakannya dengan kondisi lain yang serupa
(Fadhlurrahman & Sidik, 2019)
Diagnosis medis memungkinkan seorang profesional medis untuk
memetakan daftar gejala medis dan kemudian membandingkannya dengan
data lain. Hasilnya adalah penentuan penyakit atau kondisi apa yang
diderita oleh pasien. Proses diagnosis yang efektif dapat dibagi menjadi tiga
langkah,yakni meliputi pengumpulan informasi, pengintegrasian informasi,
dan menentukan diagnosis.
a) Pengumpulan Informasi
Tahapan ini meliputi pengkajian riwayat kesehatan, kesehatan
pasien, pencatatan keluhan utama, periode observasi, dan pemeriksaan
fisik.
b) Mengintegrasikan Informasi
Proses ini berkisar pada penggabungan informasi yang dipelajari
pasien dan riwayat medis dengan data yang diperoleh dari pengujian
diagnostik teknologi. Misalnya, pasien mengeluh nyeri dada, tes
menunjukkan katup jantung tersumbat.
c) Menentukan Diagnosis
Langkah terakhir adalah menerapkan pengintegrasian dengan
pengetahuan medis tentang gejala. Contoh: pasien mengeluh nyeri dada,
tes menunjukkan katup jantung tersumbat. Pasien bisa menderita
penyakit jantung atau ginjal berlemak (Minannisa, 2020).
2.2.3. Gangguan Kesehatan Mental
Gangguan kesehatan mental atau gangguan psikologis adalah
kondisi kesehatan mental yang mengganggu perilaku, pola pikir, dan
suasana hati seseorang. Gangguan mental bisa mempengaruhi bagaimana
seseorang berpikir, merasakan sesuatu, dan berperilaku serta dapat
menganggu aktivitas sehari-harinya. Terdapat berbagai jenis gangguan
kesehatan mental yang mempengaruhi orang dengan cara yang berbeda-
beda. Jenis- jenis gangguan kesehatan mental tersebut antara lain :
A. Gangguan bipolar
B. Gangguan kecemasan
C. Gangguan suasana hati (depresi)
D. Gangguan makan
E. Gangguan fobia
F. Gangguan trauma
G. Gangguan OCD (Obsessive Compulsive Disorder)
H. Gangguan kepribadian
(Widya A, 2019).
2.2.4. Gejala Gangguan Kesehatan Mental
Terdapat berbagai jenis gangguan kesehatan mental dengan gejala
yang berbeda-beda, antara lain sebagai berikut :
A. Gangguan Bipolar
Bipolar adalah suatu gangguan mood yang menyebabkan
perubahan suasana hati yang secara tiba-tiba. Pergantian atau
perubahan yang terjadi antara saat depresi atau sedih bisa menjadi
berubah gembira dengan waktu yang relatif singkat. Perubahan ini
didasari oleh suasana hati yang dirasakan oleh orang dengan bipolar
atau biasa dissebut dengan ODB dan perubahan itu bersifat
menyeluruh untuk segala aktivitas. Orang dengan gangguan bipolar
bisa saja merasa sangat antusias dan semangat terhadap sesuatu atau
biasa disebut dengan istilah episode maniak / manik. Namun ketika
mood-nya sedang buruk orang dengan gangguan bipolar bisa sangat
merasa depresi, kesepian, putus asa, hal ini dapat memicu terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan (Kurnia Nofiyana & Ratna Supradewi,
2021).
B. Gangguan Kecemasan
Gejala yang muncul pada pengidap gangguan kecemasan
sangat beragam. Gejala ini umumnya akan memengaruhi kondisi
kesehatan pengidapnya, baik secara fisik maupun psikis. Menurut
Fajarullah & Murianto (2019) gejala yang muncul dapat meliputi:
1. Merasa selalu tegang 4. Merasa sulit konsentrasi
2. Merasa cemas, bahkan untuk 5. Merasa selalu ketakutan
hal yang sepele 6. Badan gemetar
3. Mudah marah
C. Gangguan Suasana Hati (Depresi)
Depresi adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai
dengan suasana hati yang tertekan, kehilangan minat atau kesenangan,
penurunan energi, perasaan bersalah atau rendah diri, gangguan tidur
atau nafsu makan dan konsentrasi yang buruk. Menurut Tommy
Raharja & Innawati Jusup (2021) gejala yang muncul dapat meliputi :
1. Selalu merasa bersalah 5. Mudah marah
2. Merasa putus asa, rendah diri 6. Sulit berkonsentrasi
3. Selalu merasa cemas 7. Tidak tertarik terhadap
4. Tiba-tiba merasa sedih hal luar
D. Gangguan Makan
Gangguan makan (eating disorder) adalah perilaku terkait pola
makan yang terus menerus sehingga menyebabkan masalah kesehatan,
baik fisik maupun psikologi. Menurut Arifin (2020) gejala-gejala
gangguan makan adalah sebagai berikut :
1. Penurunan berat badan yang 5. Sering ke kamar mandi setelah
drastis makan
2. Menyangkal rasa lapar 6. Makan lebih cepat dari normal
3. Kebiasaan olahraga berlebihan
4. Ketidakmampuan mengontrol
porsi makan yang banyak
E. Gangguan Fobia
Fobia adalah rasa takut berlebihan terhadap sebuah situasi,
objek, atau tempat yang umumnya tidak berbahaya. Menurut
Bimantara & Astutia (2021) gejala-gejala gangguan fobia adalah
sebagai berikut :
1. Takut atau panik secara 4. Tubuh gemetar
berlebihan 5. Pucat
2. Merasa seperti dalam situasi 6. Jantung berdebar
bahaya
3. Cenderung menghindari aktivitas
yang dapat menimbulkan rasa
takut berlebihan.
F. Gangguan Trauma
Gangguan traumatis adalah kondisi kesehatan mental yang
terjadi karena seseorang mengalami kejadian traumatis, seperti
kecelakaan, pelecehan seksual, kekerasan fisik, dan lain sebagainya.
Menurut Yatimah (2019) gejala seseorang yang mengalami gangguan
traumatis adalah sebagai berikut :
1. Munculnya ingatan kejadian 4. Stres dan sering muncul
masa lalu yang menakutkan pikiran negatif
2. Sering mimpi buruk yang 5. Sulit tidur
berkaitan dengan kejadian 6. Merasa takut bertemu orang
traumatis lain
3. Cenderung menghindari hal-
hal yang berkaitan dengan
kejadian traumatis
G. Gangguan OCD (Obsessive Compulsive Disorder)
OCD adalah kondisi mental yang melibatkan pola pikiran yang
tidak terkendali dan perilaku berulang yang mengganggu kehidupan
sehari-hari. Gejala OCD meliputi obsesi yang berulang, seperti
ketakutan terkontaminasi, keraguan, atau pikiran agresif, serta
kompulasi, seperti mencuci tangan berulang kali, memeriksa, atau
menghitung secara berulang (Saragih & Adawiyah, 2021).
H. Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian (personality disorder) merupakan
kondisi ketika seseorang memiliki pola pikir dan perilaku yang tidak
sehat. Saat mengalami gangguan kepribadian, seseorang akan merasa
kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain. Ini menyebabkan
keterbatasan signifikan dalam hubungan, kegiatan sosial dan
pekerjaan. Penderita gangguan kepribadian bisa dikenali dengan
beberapa ciri yaitu, berperilaku aneh, mengurung diri atau
menghindari interaksi sosial, sulit menjalin hubungan dekat dengan
orang lain, kesulitan mengendalikan pikiran dan sering berprasangka
buruk (Marianti, 2017).
2.2.5. Penanganan Gangguan Kesehatan Mental
A. Gangguan Bipolar
Menurut Kurnia Nofiyana & Ratna Supradewi (2021), upaya
yang dapat dilakukan untuk menangani gangguan bipolar (gangguan
perubahan mood) adalah sebagai berikut :
1. Tidak mengonsumsi minuman 4. Menjalin hubungan yang baik
beralkohol dengan sekitar
2. Mengelola stress dengan baik 5. Fokus terhadap hal-hal positif
3. Belajar untuk bersabar
B. Gangguan Kecemasan
Menurut Fajarullah & Murinto (2019), upaya yang dapat
dilakukan untuk menangani gangguan kecemasan adalah sebagai
berikut :
1. Rutin berolahraga
2. Melakukan teknik relaksasi, seperti meditasi dan yoga
C. Menghindari kafein, rokok, dan minuman keras Gangguan Suasana
Hati (Depresi)
Menurut Tommy Raharja & Innawati Jusup (2021), upaya yang
dapat dilakukan untuk menangani gangguan suasana hati (depresi)
adalah sebagai berikut :
1. Tidak mengonsumsi minuman dengan sekitar
beralkohol 4. Rutin berolahraga
2. Mengelola stress dengan baik 5. Membatasi penggunaan media
3. Membangun hubungan baik sosial
D. Gangguan Makan
Menurut Arifin (2020), upaya yang dapat dilakukan untuk
menangani gangguan makan adalah sebagai berikut :
1. Menerapkan pola pemikiran yang 4. Rutin berolahraga
sehat dalam hal berat badan dan 5. Konsumsi makanan sehat dan
bentuk tubuh bergizi seimbang
2. Menghilangkan pola pikir bahwa
bentuk tubuh dan berat badan
menjadi penentu rasa bahagia
3. Memahami bahwa diet yang
berlebihan adalah hal yang tidak
sehat dan dapat memicu masalah
kesehatan
E. Gangguan Fobia
Menurut Bimantara & Astutia (2021), upaya yang dapat
dilakukan untuk menangani gangguan fobia adalah sebagai berikut :
1. Dengan memiliki kendali diri yang kuat, rasa takut yang berlebihan
pun akan dapat diatasi
2. Menenangkan pikiran dengan relaksasi
3. Selalu berpikir positif
F. Gangguan Trauma
Menurut Yatimah (2021), upaya yang dapat dilakukan untuk
menangani gangguan trauma adalah sebagai berikut :
1. Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang
2. Mencukupi waktu tidur
3. Rutin berolahraga
4. Bercerita dengan keluarga atau orang terdekat
G. Gangguan OCD (Obsessive Compulsive Disorder)
Upaya mandiri yang dapat dilakukan untuk menangani
gangguan OCD yaitu dengan melakukan teknik relaksasi, seperti
meditasi, yoga, dan pijat (Saragih & Adawiyah, 2021).
H. Gangguan Kepribadian
Menurut Marianti (2017), upaya mandiri yang dapat dilakukan
untuk mengurangi resiko terjadinya gangguan kepribadian adalah
sebagai berikut :
1. Berpartisipasi aktif dalam pergaulan dan aktivitas yang disenangi
2. Berbagi cerita dengan teman dan keluarga saat menghadapi
masalah
3. Berolahraga, makan teratur, dan mengelola pikiran dengan baik
4. Tidur dan bangun tidur pada waktu yang sama setiap hari
5. Tidak mengonsumsi minuman beralkohol
6. Mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter sesuai dosis dan
aturan pakai
2.2.6. Certainty Factor
Metode certainty factor adalah metode untuk membuktikan
ketidakpastian penalaran seorang ahli pakar, dan untuk menjelaskan hal
ini, metode certainty factor biasanya digunakan untuk menggambarkan
keyakinan ahli pakar terhadap masalah yang dihadapi. Metode certainty
factor ini cocok untuk proses identifikasi gejala dan penyakit serta hasil
dari metode ini presentase. Presentase dalam sistem yang menggunakan
metode certainty factor adalah ketepatan penentuan penalaran dari seorang
pakar (Mohammad Arifin dkk, 2017).
Certainty factor menyatakan data kualitatif sebagai derajat
kepercayaan (degree of belief). Penyajian data kualitatif dilakukan dalam
dua langkah. Kemampuan menggambarkan derajat keyakinan sesuai
dengan metode adalah langkah pertama penggambaran kepercayaan diri
seperti yang dijelaskan di atas. Langkah kedua adalah kemampuan untuk
memasukkan dan menggabungkan tingkat kepercayaan ini ke dalam
sistem pakar. Saat mengekspresikan keyakinan dan certainty factor
menggunakan nilai yang disebut certainty factor (CF) untuk
mengasumsikan tingkat kepercayaan ahli data. Kepercayaan diri pengantar
konsep kepercayaan dan ketidakpercayaan dan kecemasan (Danil
Iskandar, 2019). Konsep ini kemudian dirumuskan dalam rumus dasar
sebagai berikut :
1. Menghitung Nilai CF
𝐶𝐹[𝐻, 𝐸] = 𝑀𝐵 [𝐻, 𝐸] − 𝑀𝐷[𝐻, 𝐸] ………………………………(1)
2. Menghitung Nilai CFcombine
CFcombine
𝐶𝐹[𝐻, 𝐸]1,2 = 𝐶𝐹[𝐻, 𝐸]1 + 𝐶𝐹[𝐻, 𝐸]2 * [1 − 𝐶𝐹[𝐻, 𝐸]1 ]……….. (2)
Keterangan :
𝐶𝐹[𝐻, 𝐸] : Certainty factor dari hipotesis H yang dipengaruhi oleh
gejala (evidence) H.
𝑀𝐵 [𝐻, 𝐸] : Ukuran kepercayaan (measure of increased belief)
terhadap hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala E.
𝑀𝐷[𝐻, 𝐸] : Ukuran ketidakpercayaan (measure of increased disbelief)
terhadap hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala E.
Berikut adalah tabel nilai certainty factor
Tabel 2.2 Nilai Certainty Factor
Istilah Nilai CF
Pasti tidak -1.0
Hampir pasti tidak -0.8
Kemungkinan tidak -0.6
Mungkin tidak -0.4
Tidak tahu -0.2 to 0.2
Mungkin 0.4
Kemungkinan besar 0.6
Hampir pasti 0.8
Pasti 1.0
(Dwi Prebiana & Gede Astuti, 2020)
Berikut ini adalah contoh pengerjaan dengan menggunakan sistem
pakar dan metode certainty factor.
Tabel 2.3 Gangguan Kesehatan Mental
Kode Jenis Gangguan Penanganan
P01 Gangguan Bipolar a. Tidak mengonsumsi
(Perubahan Mood) minuman beralkohol
b. Mengelola stress dengan baik
c. Belajar untuk bersabar
d. Menjalin hubungan yang baik
dengan sekitar
e. Fokus terhadap hal-hal positif
P02 Gangguan Kecemasan a. Rutin berolahraga
b. Melakukan teknik relaksasi,
seperti meditasi dan yoga
c. Menghindari kafein, rokok,
dan minuman keras
P03 Gangguan Suasana a. Tidak mengonsumsi
Hati (Depresi) minuman beralkohol
b. Mengelola stress dengan baik
c. Membangun hubungan baik
dengan sekitar
d. Rutin berolahraga
e. Membatasi penggunaan
media sosial
P04 Gangguan Makan a. Menerapkan pola pemikiran
yang sehat dalam hal berat
badan dan bentuk tubuh
b. Menghilangkan pola pikir
bahwa bentuk tubuh dan berat
badan menjadi penentu rasa
bahagia
c. Memahami bahwa diet yang
berlebihan adalah hal yang
tidak sehat dan dapat memicu
masalah kesehatan
d. Rutin berolahraga
e. Konsumsi makanan sehat dan
bergizi seimbang
P05 Gangguan Fobia a. Dengan memiliki kendali diri
yang kuat, rasa takut yang
berlebihan pun akan dapat
diatasi
b. Menenangkan pikiran dengan
relaksasi
c. Selalu berpikir positif
P06 Gangguan Trauma a. Mengonsumsi makanan sehat
dan bergizi seimbang
b. Mencukupi waktu tidur
c. Rutin berolahraga
d. Bercerita dengan keluarga
atau orang terdekat
P07 OCD (Obsessive a. Melakukan teknik relaksasi,
Compulsive Disorder) seperti meditasi, yoga, dan
pijat
P08 Gangguan a. Berpartisipasi aktif dalam
Kepribadian pergaulan dan aktivitas yang
disenangi
b. Berbagi cerita dengan teman
dan keluarga saat
menghadapi masalah
c. Berolahraga, makan teratur,
dan mengelola pikiran
dengan baik
d. Tidur dan bangun tidur pada
waktu yang sama setiap hari
e. Tidak mengonsumsi
minuman beralkohol
f. Mengonsumsi obat-obatan
yang diresepkan dokter
sesuai dosis dan aturan pakai
Tabel 2.4 Gejala Gangguan Kesehatan Mental
Kode Gejala Gejala
G01 Tiba-tiba merasa senang
G02 Tiba-tiba merasa sedih
G03 Merasa selalu tegang
G04 Merasa selalu cemas
G05 Mudah marah
G06 Merasa sulit konsentrasi
G07 Merasa selalu ketakutan
G08 Badan gemetar
G09 Selalu merasa bersalah
G10 Merasa putus asa, rendah diri
G11 Tidak tertarik terhadap hal luar
G12 Penurunan berat badan yang drastic
G13 Menyangkal rasa lapar
G14 Kebiasaan olahraga berlebihan
G15 Ketidakmampuan mengontrol porsi makan
yang banyak
G16 Makan lebih cepat dari normal
G17 Takut atau panik secara berlebihan
G18 Merasa seperti dalam situasi berbahaya
G19 Cenderung menghindari aktivitas yang
dapat menimbulkan rasa takut berlebihan
G20 Pucat
G21 Jantung berdebar
G22 Munculnya ingatan kejadian masa lalu
yang menakutkan
G23 Sering mimpi buruk yang berkaitan dengan
kejadian traumatis
G24 Cenderung menghindari hal-hal yang
berkaitan dengan kejadian trauma
G25 Stress dan sering muncul pikiran negatif
G26 Sulit tidur
G27 Merasa takut bertemu orang lain
G28 Ketakutan terkontaminasi
G29 Keraguan
G30 Pikiran agresif
G31 Mencuci tangan berulang kali
G32 Memeriksa atau menghitung secara
berulang
G33 Merasa kesulitan berhubungan dengan
orang lain
G34 Berperilaku aneh
G35 Menghindari interaksi sosial
G36 Kesulitan mengendalikan pikiran
G37 Sering berprasangka buruk
Tabel 2.5 Rule Sistem Pakar
Rule 1 if G01 and G02 then P01
Rule 2 if G03 and G04 and G05 and G06 and G07
and G08 then P02
Rule 3 if G02 and G04 and G05 and G06 and G09
and G10 then P03
Rule 4 if G11 and G12 and G13 and G14 and G15
and G16 then P04
Rule 5 if G08 and G17 and G18 and G19 and G20
and G21 then P05
Rule 6 if G22 and G23 and G24 and G25 and G26
then P06
Rule 7 if G27 and G28 and G29 and G30 and G31
and G32 then P07
Rule 8 if G33 and G34 and G35 and G36 and G37
then P08
Selanjutnya adalah contoh perhitungan metode certainty factor,
data gejala yang dipilih user memiliki nilai CF yang digunakan untuk
menentukan CF kombinasi. Dari 7 data gejala yang dipilih dapat
dijabarkan masing-masing nilai CF pada tabel 2.6 dan jenis gangguan
kesehatan mental yang terhubung dengan gejala pada tabel 2.7
Tabel 2.6 Daftar Nilai CF Masing-Masing Gejala
Gejala yang terpilih Nilai Nilai Nilai
MB MD CF
Merasa selalu cemas 1 0.2 0.8
Mudah marah 0.8 0.2 0.6
Merasa sulit konsentrasi 0.8 0.2 0.6
Selalu merasa bersalah 0.6 0.2 0.4
Merasa putus asa, rendah diri 0.6 0.2 0.4
Badan gemetar 0.4 0.2 0.2
Takut atau panik secara berlebihan 0.8 0 0.8
Tabel 2.7 Data Penyakit yang Terhubung Dengan Data Gejala
Gejala terpilih Jenis Gangguan Kesehatan Mental
Merasa selalu cemas 1. Gangguan Kecemasan
2. Gangguan Suasana Hati (Depresi)
Mudah marah 1. Gangguan Kecemasan
2. Gangguan Suasana Hati (Depresi)
Merasa sulit konsentrasi 1. Gangguan Kecemasan
2. Gangguan Suasana Hati (Depresi)
Selalu merasa bersalah 1. Gangguan Suasana Hati (Depresi)
Merasa putus asa, rendah diri 1. Gangguan Suasana Hati (Depresi)
Badan gemetar 1. Gangguan Kecemasan
2. Gangguan Fobia
Takut atau panik secara 1. Gangguan Fobia
berlebihan
Pada tabel 2.7 dapat diketahui berbagai jenis gangguan kesehatan
mental yang terhubung dengan gejala-gejala pilihan user. Masing-masing
gangguan kesehatan mental tersebut memiliki presentase pada sistem.
Sistem hanya akan menampilkan jenis gangguan kesehatan mental dengan
presentase tertinggi. Perhitungan dari tiap-tiap jenis gangguan kesehatan
mental dijabarkan sebagai berikut :
Rumus untuk mencaru presentase dari nilai CF tiap gejala :
𝐶𝐹[𝐻, 𝐸]1,2 = 𝐶𝐹[𝐻, 𝐸]1 + 𝐶𝐹[𝐻, 𝐸]2 * [1 − 𝐶𝐹[𝐻, 𝐸]1 ]
1. Perhitungan Gangguan Kecemasan
𝐶𝐹𝑐𝑜𝑚𝑏1 = 0.8 + 0.6 * [1 − 0.8]
= 0.8 + 0.6 * 0.2
= 0.8 + 0.12
= 0.92
𝐶𝐹𝑐𝑜𝑚𝑏2 = 0.92 + 0.6 * [1 − 0.92]
= 0.92 + 0.6 * 0.08
= 0.92 + 0.048
= 0.968
𝐶𝐹𝑐𝑜𝑚𝑏3 = 0.968 + 0.2 * [1 − 0.968]
= 0.968 + 0.2 * 0.032
= 0.92 + 0.0064
= 0.9744
Hasil presentase = 0.9744 * 100%
= 97.44%
2. Perhitungan Gangguan Suasana Hati (Depresi)
𝐶𝐹𝑐𝑜𝑚𝑏1 = 0.8 + 0.6 * [1 − 0.8]
= 0.8 + 0.6 * 0.2
= 0.8 + 0.12
= 0.92
𝐶𝐹𝑐𝑜𝑚𝑏2 = 0.92 + 0.6 * [1 − 0.92]
= 0.92 + 0.6 * 0.08
= 0.92 + 0.048
= 0.968
𝐶𝐹𝑐𝑜𝑚𝑏3 = 0.968 + 0.4 * [1 − 0.968]
= 0.968 + 0.4 * 0.032
= 0.92 + 0.0128
= 0.9808
𝐶𝐹𝑐𝑜𝑚𝑏4 = 0.9808 + 0.4 * [1 − 0.9808]
= 0.9808 + 0.4 * 0.0132
= 0.9808 + 0.00528
= 0.99208
Hasil presentase = 0.99208 * 100%
= 99.208%
= 99.21%
3. Perhitungan Gangguan Fobia
𝐶𝐹𝑐𝑜𝑚𝑏1 = 0.2 + 0.8 * [1 − 0.2]
= 0.2 + 0.8 * 0.8
= 0.2 + 0.64
= 0.84
Hasil presentase = 0.84 * 100%
= 84%
Hasil perhitungan diatas menunjukkan semua jenis gangguan
kesehatan mental yang terhubung dengan gejala yang dipilih dengan
presentase masing-masing. Berdasarkan hasil presentase tertinggi, maka
user terdiagnosa gangguan suasana hati (depresi).
2.2.7. Website
Website atau situs adalah kumpulan halaman yang menampilkan
informasi atau data dalam bentuk teks, gambar, animasi, suara, video yang
bersifat statis maupun dinamis sehingga membentuk satu rangkaian yang
saling terkait dan dihubungkan dengan jaringan halaman (hyperlink)
(Wulandari & Kom, 2018). Kumpulan dari halaman-halaman tersebut
terangkum dalam sebuah domain atau subdomain tempatnya berada didalam
World Wide Web (WWW) pada internet. WWW terdiri dari seluruh situs web
yang tersedia kepada publik. Halaman-halaman sebuah situs web (web
page) diakses dari sebuah URL (Uniform Resource Locator) yang menjadi
“akar” (root) yang disebut homepage (halaman induk, atau sering disebut
juga dengan beranda, halaman muka), URL ini mengatur web page untuk
menjadi sebuah hierarki (susunan) (Saad, 2020).
Website merupakan sebuah cara untuk menampilkan diri di internet.
Dapat diibaratkan website adalah sebuah tempat di internet, siapa saja di
dunia ini dapat mengunjunginya tanpa harus menginstal sebuah aplikasi
terlebih dahulu dan dapat diakses di berbagai perangkat, tidak terbatas pc
saja, tetapi juga dapat diakses melalui smartphone ataupun tablet yang
memiliki koneksi internet. Dengan bahasa pemrograman yang sangat
banyak, maka perkembangan sebuah website menjadi lebih mudah. Apabila
nantinya terdapar pembaharuan, maka pengguna tidak perlu update aplikasi.
Pengembang akan meng-update melalui server dan semua user akan
langsung mendapat web yang terbaru (Sidik, 2019).
2.2.8. Database
Database atau basis data adalah kumpulan informasi yang
disimpan di dalam komputer secara sistematik sehingga dapat diperiksa
menggunakan suatu program komputer untuk memperoleh informasi dari
basisdata tersebut. Kegunaan utama sistem basis data adalah agar pemakai
mampu menyusun suatu pandangan abstraksi data. Hal ini bertujuan untuk
menyederhanakan intraksi antara pengguna dengan sistemnya dan basis
data dapat mempresentasikan pandangan yang berbeda kepada para
pengguna, programmer, dan administratornya (Andry Andaru, 2018).
Setiap database memiliki API (Application Programming
Interface) khusus untuk membuat, mengakses, mengelola, mencari, dan
menyalin data yang ada didalamnya. API sendiri adalah sekumpulan kode
pemrograman yang membantu developer melakukan integrasi data antara
dua aplikasi berbeda secara bersamaan. API memungkinkan developer
untuk membuat aplikasi dengan berbagai elemen seperti function,
protocols dan tools lain. API bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan
berbagai bahasa pemograman (Tika, 2019). Suatu bangunan basis data
memiliki jenjang sebagai berikut:
1. Karakter, merupakan bagian data terkecil yang berupa angka, huruf,
atau karakter khusus yang membentuk sebuah item data atau field.
2. Field (Item), merupakan representasi suatu atribut dan record (rekaman)
yang sejenis yang menunjukkan suatu item dari data.
3. Record (Rekaman), merupakan kumpulan dari field membentuk suatu
record atau rekaman. Record menggambarkan suatu unit data individu
yang tertentu.
4. File, merupakan kumpulan dari record-record yang menggambarkan
satu kesatuan data yang sejenis, mewakili tiap-tiap data.
5. Database, merupakan kumupan dari file atau tabel yang membentuk
suatu database (Andry Andaru, 2018).
2.2.9. PHP (Hypertext Preprocessor)
PHP merupakan singkatan dari Hypertext Preprocessor dengan
bahasa yang berbentuk skrip yang bersifat server side dimana proses
pengerjaan kode program dilakukan di server, dan hasilnya akan
ditampilkan di browser. PHP bekerja didalam sebuah dokumen Hypertext
Markup Language (HTML) untuk dapar menghasilkan isi dari sebuah
halaman web sesuai permintaan. PHP bersifat software open source
(suatu software yang dipublikasikan secara umum) dan juga software
cross platfrorm (suatu software yang memiliki kemampuan untuk
berjalan di berbagai sistem operasi dan platform yang berbeda), jadi bisa
berjalan dengan baik pada sistem operasi Windows, Mac OS, maupun
Unix (Linux). PHP merupakan bahasa pemrograman yang cukup popular
di kalangan developer untuk membuat website dinamis (Nurhidayah &
Fauzan, 2020).
Bahasa pemrograman PHP membantu dalam mengembangkan
aplikasi berbasis website yang cukup kompleks, handal, dan cepat.
Berikut fungsi dari PHP, diantaranya yaitu :
a) Mempersingkat Tatanan HTML dan CSS
Sebagai contoh dalam suatu sistem mahasiswa memiliki jumlah baris
sebanyak 10. Jika menggunakan HTML dan CSS maka barisan
tersebut akan menjadi sangat Panjang, sedangkan jika ditambah
dengan menggunakan PHP, maka bisa mengatur beberapa baris yang
diperlukan.
b) Input Data
Dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP, maka bisa
melakukan input data dan menyimpannya dalam sistem database
seperti MariaDB.
c) Manajemen Cookie dan Session
Dalam PHP, cookie dan session digunakan untuk menyimpan
informasi pengguna. Sebagai proses cookie, menyimpan username
dan password pengguna pada browser menjadikan tidak harus
mengisinya ulang pada saat membuka situs yang sama. Contoh
session adalah menyimpan informasi login yang hanya berlaku dalam
satu sesi saja.
d) Kompres Teks
PHP dapat melakukan kompresi teks yang panjang menjadi lebih
pendek dengan fungsi gzcompress dan mengembalikan dengan fungsi
gzuncompress (Habibi & Aprilian, 2020).
2.2.10. HTML
HTML (Hypertext Markup Language) adalah bahasa markup
untuk membuat halaman web.. Artinya, HTML menggunakan simbol
tertentu (tag) yang nantinya akan diterjemahkan oleh browser ke halaman
web. Dengan menggunakan tag-tag HTML, kita dapat membangun
struktur halaman, menambahkan konten seperti teks dan gambar, serta
memberikan format dan tata letak pada website. HTML terdiri dari
kombinasi teks dan simbol yang disimpan dalam sebuah file. Untuk
membuat file HTML, harus mengikuti standar atau format khusus. Format
ini tertuang dalam standar kode internasional atau ASCII (American
Standard Code for Information Interchange) (Safitri, 2022).
HTML terdiri dari unsur-unsur yang membentuk struktur skrip
HTML, yaitu antara lain :
1. Tag , tag adalah symbol khusus berupa dua karakter “<” dan “>” yang
mengapit suatu teks sebagai nama tag. Contohnya tag <body> adalah
tag dengan nama body. Penutup tag ditambah symbol “/” setelah tanda
“<”. Misalnya </body> yang merupakan penutup tag <body>.
2. Atribut, atribut adalah property yang mengatur bagaimana elemen dari
suatu tag akan ditampilkan. Atribut ditulis didalam symbol tag setelah
nama tag dengan dipisahkan oleh spasi. Atribut ada yang memiliki nilai
dan ada yang tidak memiliki nilai. Nilai suatu atribut ditulis didalam
tanda petik ganda (“…”) dipisahkan dengan simbol sama dengan (=)
dari nama atribut, misalnya <p align=”center”>.
3. Element , element adalah bagian dari skrip HTML yang terdiri atas tag
pembuka, isi element, dan tag penutup. Jika sebuah element
ditampilkan pada browser, maka hanya isi element yang tampil di
browser. Sebagai contoh :
<p> Aku senang belajar HTML</p>
Jika ditampilkan pada browser, hanya tulisan “Aku senang belajar
HTML” yang akan tampil. (Rohi Abdullah, 2022).
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Deskripsi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan membangun sebuah website
yang berguna untuk mendiagnosa gangguan kesehatan mental. Sistem ini berasal
dari sistem pakar yang menggunakan metode certainty factor dengan
menggunakan pendapat dari pakar guna memenuhi data untuk perancangan sistem
berbasis website ini. Input dari sistem ini yang pertama yaitu variabel jenis-jenis
gangguan kesehatan mental beserta gejala-gejalanya. Variabel yang kedua yaitu
penanganan gangguan kesehatan mental sesuai jenisnya. Data-data tersebut
kemudian diproses oleh sistem dengan menggunakan metode certainty factor
untuk mendapatkan hasil diagnosa gangguan kesehatan mental. Output dari sistem
ini yaitu menampilkan jenis gangguan kesehatan mental apa yang terdiagnosa dan
beserta penanganan yang dapat dilakukan secara mandiri sehingga dapat
dilakukan pencegahan dini terhadap gangguan kesehatan mental. Hasil presentase
sitem yang merupakan ketepatan penentuan jenis gangguan kesehatan mental dapat
dilihat setelah proses diagnosa selesai. Dengan adanya sistem dalam bentuk website
ini dapat mempermudah pasien dalam mengetahui gangguan kesehatan mental
yang dialaminya serta dapat membantu melakukan pencegahan secara dini untuk
mencegah terjadinya gangguan kesehatan mental yang lebih parah.
3.2. Tempat & Waktu Penelitian
Tempat penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Lembaga Psikologi
Darul Ulum, Pondok Pesantren Darul Ulum, Rejoso, Peterongan, Jombang.
Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan secara mandiri pada waktu
semester genap 2023/2024.
3.3. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini menggambarkan tahapan secara keseluruhan
penelitian. Pada tahap penelitian ini dapat terselesaikan dengan menggunakan
enam alur. Adapun alur penelitian ini terdapat pada gambar 3.1 berikut.
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

3.4. Identifikasi Masalah


Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan yang akan
diangkat sebagai bahan penelitian. Berdasarkan pada latar belakang masalah yang
telah dipaparkan sebelumnya yaitu tingginya kasus gangguan kesehatan mental
terutama pada generasai saat ini yang rentan terkena mental healt. Penyebab
semakin tingginya kasus gangguan kesehatan mental dikarenakan masyarakat
yang menganggap remeh gejala gangguan kesehatan mental, memendam sendiri
gejala gangguan kesehatan mental yang dirasakan dan minimnya jumlah orang
yang berkonseling dengan para psikolog, karena adanya sudut pandang
masyarakat bahwa seseorang mendatangi psikolog merupakan hal yang
memalukan serta identik dengan menderita penyakit gila atau stress berat,
disamping itu biaya konseling ke psikolog yang terbilang cukup mahal. Selain itu,
untuk memperkenalkan teknologi sistem pakar yang efektif dan efisien untuk
mendiagnosa gangguan kesehatan mental, sehinga dapat mengurangi tingginya
kasus gangguan kesehatan mental. Sehingga didapatkan rumusan masalah pada
penelitian ini adalah bagaimana merancang dan membangun sistem pakar
diagnosa gangguan kesehatan mental dengan menggunakan metode certainty
factor.
3.5. Studi Literatur
Studi literatur merupakan pencarian sebuah referensi yang membantu
selama proses pembuatan website sistem pakar diagnosa gangguan kesehatan
mental. Studi literatur yang peneliti lakukan yakni melalui wawancara terhadap
ahli pakar dengan data pendukung yaitu jurnal, e-book, dan buku yang mendukung
penelitian ini sehingga dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan hasil
pada penelitian yang akan dikerjakan.
3.6. Pengumpulan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data yang berkaitan dengan website
sistem pakar gangguan kesehatan mental. Kegiatan pengumpulan data didapat dari
2 sumber data, yaitu data primer dan sekunder sebagai berikut :
a. Data Primer
Didapat dari wawancara yaitu dengan menggunakan data yang
digunakan penulis dalam penelitian sistem pakar diagnosa gangguan
kesehatan mental. Subjek wawancara yaitu seorang psikolog yang
merupakan ahli di bidang kesehatan mental.
b. Data Sekunder
Berupa jurnal, e-book, dan buku yang membahas sesuai dengan
penelitian ini
3.7. Perancangan Sistem
3.7.1. Analisis Kebutuhan Sistem
Analisis sistem bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan
yang ada pada sistem dimana website dibangun yang meliputi perangkat
lunak (software) dan pengguna (brainware). Analisis ini diperlukan sebagai
dasar dalam tahapan perancangan sistem.
a) Kebutuhan Fungsional
1. Admin
✓ Admin dapat melakukan login
✓ Admin dapat mengelola data pasien
✓ Admin dapat mengelola data informasi terkait gangguan
kesehatan mental
✓ Admin dapat mengelola data gejala
✓ Admin dapat mengelola solusi penanganan gejala
✓ Admin dapat logout dari sistem
2. Pasien
✓ Pasien harus mengisi data diri
✓ Pasien dapat melihat informasi terkait gangguan kesehatan
mental
✓ Pasien dapat memilih gejala yang dialami
✓ Pasien dapat melihat hasil diagnosa
✓ Pasien dapat mencetak hasil diagnosa dan solusi
b) Kebutuhan Non Fungsional
1. Perangkat Keras (Hardware)
Perangkat keras yang dibutuhkan untuk website sistem pakar
diagnosa gangguan kesehatan mental adalah sebagai berikut :
a. Komputer dengan spesifikasi sebagai berikut :
✓ Processor Intel Core i5
✓ RAM min 2 GB
b. Koneksi internet
2. Perangkat Lunak (Software)
Perangkat lunak yang dibutuhkan untuk membangun
website sistem pakar diagnosa gangguan kesehatan mental adalah
sebagai berikut :
a. Sistem Operasi Windows
b. XAMPP
c. Visual Studio Code
d. Browser Chrome
e. Bahasa Pemrograman PHP dan Database MySQL
3.7.2. Analisis Metode
Metode certainty factor adalah metode untuk membuktikan
ketidakpastian penalaran seorang ahli pakar, dan untuk menjelaskan hal ini,
metode certainty factor biasanya digunakan untuk menggambarkan
keyakinan ahli pakar terhadap masalah yang dihadapi. Metode certainty
factor ini cocok untuk proses identifikasi gejala dan penyakit serta hasil dari
metode ini presentase. Presentase dalam sistem yang menggunakan metode
certainty factor adalah ketepatan penentuan penalaran dari seorang pakar.
Seorang pakar akan memberikan nilai mb dan md untuk masing-masing
gejala, dimana nilai mb (measure of belief) adalah nilai kepercayaan pakar
terhadap gejala penyakit, sedangkan md (measure of disbelief) adalah nilai
ketidakpercayaan pakar terhadap gejala penyakit.
Berikut adalah data 5 jenis gangguan kesehatan mental yang
didapatkan dari wawancara dengan pakar.
Kode Jenis Gangguan Penanganan
P01 Gangguan Bipolar a. Terapi ritme
interpersonal dan sosial,
yaitu terapi yang
berfokus pada rutinitas
harian seperti tidur,
bangun, dan waktu
makan, olahraga
b. Terapi pelaku kognitif,
pasien dapat
mempelajari strategi
yang efektif untuk
mengelola stress
c. Terapi yang berfokus
pada dukungan dari
keluarga, keluarga dapat
mengenali tanda-tanda
peringatan dari
perubahan suasana hati
pasien
P02 Gangguan Kecemasan a. Menghindari konsumsi
zat berbahaya seperti
alkohol, narkoba
b. Menanamkan pikiran
positif bahwa kecemasan
yang timbul terkait
pikiran atas sesuatu yang
belum tentu terjadi
c. Melakukan pengalihan
pikiran dengan aktivitas
yang bermanfaat seperti
olahraga yoga untuk
meredakan kecemasan
d. Bersikap terbuka dengan
menceritakan apa yang
dirasakan kepada orang
yang tepat untuk
meringankan kecemasan
P03 Gangguan Depresi a. Saat sedang merasa
terpuruk, cobalah untuk
berpikir positif dan
memotivasi diri sendiri.
Tanamkan pada diri
“saya pasti bisa”
b. Mecoba menjernihkan
pikiran dengan mencoba
hal-hal baru, berbeda,
dan menyenangkan,
misalnya dengan rutin
olahraga, yoga,
mengikuti kegiatan
social
c. Ketika merasa semakin
stres, cemas setelah
menghabiskan waktu di
media sosial, cobalah
untuk melakukan detoks
sosial media untuk
sementara waktu
d. Ketika merasa kesepian,
hubungi orang terdekat
dan jelaskan perasaan
yang dirasakan
e. Psikoterapi dan
konseling dengan
psikolog yang dapat
membantu pasien untuk
berpikir lebih jernih,
positif
P04 Gangguan Makan a. Menghilangkan
pemikiran bahwa berat
badan dan bentuk tubuh
menentukan kebahagiaan
b. Berolahraga secara rutin
c. Mengonsumsi makanan
bergizi seimbang
d. Psikoterapi perilaku
kognitif yang bertujuan
untuk memaham dan
mengubah tingkah laku
yang berhubungan
dengan pola makan
e. Berdiskusi dengan ahli
gizi yang dapat
membantu untuk
mendapatkan jenis
makanan dan pola
makan yang sesuai
P05 Gangguan Kepribadian a. Terapi psikologis
dibawah bimbingan
psikiater, diantaranya :
✓ Terapi perilaku
kognitif, untuk
menemukan pola pikir
yang menghasilkan
perilaku negative
kemudian secara
perlahan
mengubahnya
menjadi positif
✓ Terapi psikodinamik,
untuk mencari tahu
dan membenahi
segala bentuk
penyimpangan yang
telah ada sejak masa
kanak-kanak,
kemudian pasien akan
diajarkan untuk
menghadapi masalah-
masalah tersebut
✓ Terapi interpersonal,
pasien akan diajarkan
cara menjalin
interaksi yang baik
dengan orang lain
b. Mengelola pikiran
dengan baik dan
membuang pikiran
negatif
c. Tidur dan bangun
dengan waktu yang
teratur
d. Berpartisipasi dalam
aktivitas yang disenangi
Tabel 3.1 Gangguan Kesehatan Mental

Selanjutnya, berikut adalah data gejala gangguan kesehatan mental


yang terdapat pada tabel 3.2.

Kode Gejala Gejala


G01 Suasana hati yang meningkat secara tidak normal
G02 Peningkatan aktivitas atau energi secara tidak normal
yang berlangsung setidaknya 1 minggu
G03 Harga diri yang melambung tinggi
G04 Penurunan kebutuhan tidur
G05 Lebih banyak bicara dari biasanya atau tekanan untuk
terus berbicara
G06 Peningkatan aktivitas yang tidak mengarah pada tujuan
G07 Perhatian terlalu mudah tertuju pada hal yang tidak
terlalu penting
G08 Keterlibatan berlebihan dalam aktivitas yang
mempunyai efek samping seperti belanja berlebihan,
perselingkuhan seksual
G09 Gangguan mood yang cukup parah sehingga
mengganggu aktivitas sosial
G10 Ketakutan atau kecemasan yang berlebihan
G11 Stress yang berlebihan yang berulang-ulang
G12 Kekhawatiran yang terus menerus
G13 Keengganan atau penolakan terus menerus terhadap
peristiwa yang tidak diinginkan
G14 Keengganan atau penolakan terus menerus untuk tidur
jauh dari rumah atau tidur tidak dekat dengan orang-
orang tertentu
G15 Mimpi buruk berulang bertemakan perpisahan
G16 Keluhan gejala fisik berulang seperti sakit kepala, sakit
perut, mual, muntah ketika akan terjadi perpisahan
G17 Suasana hati dimana memiliki rasa mudah tersinggung,
atau marah terus menerus hampir sepanjang hari dan
dapat diamati oleh orang lain
G18 Ledakan amarah terjadi rata-rata tiga kali atau lebih
dalam seminggu
G19 Merasa putus asa, rendah diri
G20 Sulit berkonsentrasi
G21 Sulit menjalin hubungan dekat dengan orang lain
G22 Kurangnya minat makan
G23 Penurunan berat badan yang signifikan
G24 Kekurangan nutrisi yang signifikan
G25 Ketergantungan pada penggunaan suplemen makanan
G26 Penghindaran berdasarkan karakteristik sensorik
makanan (tekstur, rasa)
G27 Ketidakmampuan mengontrol porsi makan yang
banyak
G28 Sering ke kamar mandi setelah makan
G29 Merasa kesulitan berhubungan dengan orang lain
G30 Berperilaku aneh
G31 Menghindari interaksi sosial
G32 Kesulitan mengendalikan pikiran
G33 Sering berprasangka buruk
Tabel 3.2 Gejala Gangguan Kesehatan Mental

Berikut adalah tabel rule sistem pakar yang menghubungkan antara


tabel 3.1 dengan tabel 3.2

Rule 1 if G01 and G02 and G03 and G04 and G05 and G06
and G07 and G08 and G09 then P01
Rule 2 if G10 and G11 and G12 and G13 and G14 and G15
and G16 then P02
Rule 3 if G04 and G09 and G13 and G17 and G18 and G19
and G20 and G21 then P03
Rule 4 if G22 and G23 and G24 and G25 and G26 and G27
and G28 then P04
Rule 5 if G21 and G29 and G30 and G31 and G32 and G33
then P05
Tabel 3.3 Rule Sistem Pakar

Selanjutnya adalah contoh perhitungan metode certainty factor, data


gejala yang dipilih user memiliki nilai CF yang digunakan untuk
menentukan CF kombinasi. Dari 6 data gejala yang dipilih dapat dijabarkan
masing-masing nilai CF pada tabel 3.4 dan jenis gangguan kesehatan mental
yang terhubung dengan gejala pada tabel 3.5.
Gejala yang terpilih Nilai Nilai Nilai
MB MD CF
Gangguan mood yang cukup parah 1 0.2 0.8
sehingga mengganggu aktivitas
sosial
Penurunan kebutuhan tidur 0.6 0.4 0.2
Sulit menjalin hubungan dekat 0.6 0.2 0.4
dengan orang lain
Ledakan amarah terjadi rata-rata tiga 1.0 0.2 0.8
kali atau lebih dalam seminggu
Suasana hati yang meningkat secara 1.0 0.2 0.8
tidak normal
Kesulitan mengendalikan pikiran 0.8 0.2 0.6
Tabel 3.4 Daftar Nilai CF Masing-Masing Gejala yang Dipilih User
Gejala terpilih Jenis Gangguan Kesehatan Mental
Gangguan mood yang cukup 1. Gangguan Bipolar
parah sehingga mengganggu 2. Gangguan Depresi
aktivitas sosial
Penurunan kebutuhan tidur 1. Gangguan Bipolar
2. Gangguan Depresi
Sulit menjalin hubungan dekat 1. Gangguan Depresi
dengan orang lain 2. Gangguan Kepribadian
Ledakan amarah terjadi rata- 1. Gangguan Depresi
rata tiga kali atau lebih dalam
seminggu
Suasana hati yang meningkat 1. Gangguan Bipolar
secara tidak normal
Kesulitan mengendalikan 1. Gangguan Bipolar
pikiran
Tabel 3.5 Data Penyakit yang Terhubung Dengan Data Gejala
Pada tabel 3.5 dapat diketahui berbagai jenis gangguan kesehatan
mental yang terhubung dengan gejala-gejala pilihan user. Masing-masing
gangguan kesehatan mental tersebut memiliki presentase pada sistem.
Sistem hanya akan menampilkan jenis gangguan kesehatan mental dengan
presentase tertinggi. Perhitungan dari tiap-tiap jenis gangguan kesehatan
mental dijabarkan sebagai berikut :
Rumus untuk mencaru presentase dari nilai CF tiap gejala :
𝐶𝐹[𝐻, 𝐸]1,2 = 𝐶𝐹[𝐻, 𝐸]1 + 𝐶𝐹[𝐻, 𝐸]2 * [1 − 𝐶𝐹[𝐻, 𝐸]1 ]
1. Perhitungan Gangguan Bipolar
𝐶𝐹𝑐𝑜𝑚𝑏1 = 0.8 + 0.2 * [1 − 0.8]
= 0.8 + 0.2 * 0.2
= 0.8 + 0.04
= 0.84
𝐶𝐹𝑐𝑜𝑚𝑏2 = 0.84 + 0.8 * [1 − 0.84]
= 0.84 + 0.8 * 0.16
= 0.84 + 0.128
= 0.968
Hasil presentase = 0.968 * 100%
= 96.8%
2. Perhitungan Gangguan Depresi
𝐶𝐹𝑐𝑜𝑚𝑏1 = 0.8 + 0.2 * [1 − 0.8]
= 0.8 + 0.2 * 0.2
= 0.8 + 0.04
= 0.84
𝐶𝐹𝑐𝑜𝑚𝑏2 = 0.84 + 0.4 * [1 − 0.84]
= 0.84 + 0.4 * 0.16
= 0.84 + 0.064
= 0.904
𝐶𝐹𝑐𝑜𝑚𝑏3 = 0.904 + 0.8 * [1 − 0.904]
= 0.904 + 0.8 * 0.096
= 0.904 + 0.0768
= 0.9808
Hasil presentase = 0.9808 * 100%
= 98.08%
3. Perhitungan Gangguan Kepribadian
𝐶𝐹𝑐𝑜𝑚𝑏1 = 0.4 + 0.6 * [1 − 0.4]
= 0.4 + 0.6 * 0.6
= 0.4 + 0.36
= 0.76
Hasil presentase = 0.76 * 100%
= 76%
Hasil perhitungan diatas menunjukkan semua jenis gangguan
kesehatan mental yang terhubung dengan gejala yang dipilih dengan
presentase masing-masing. Berdasarkan hasil presentase tertinggi, maka
user terdiagnosa gangguan depresi.
3.7.3. Desain Alur Sistem
Alur website sistem pakar diagnosa gangguan kesehatan mental
terbagi menjadi 2 aktor yaitu admin dan pasien. Alur sistem akan diterapkan
ke dalam flowchart yang ditunjukkan dalam gambar 3.2 untuk alur sistem
admin dan gambar 3.3 untuk alur sistem pasien.

Gambar 3.2 Flowchart Admin


Pada diagram flowchart admin ini dimulai dengan admin login
untuk mendapat akses masuk ke sistem, sistem akan menampilkan
tampilan halaman beranda yang terdapat beberapa menu untuk dikelola
oleh admin. Pada menu artikel, admin dapat mengubah, menambah,
menghapus artikel sesuai kebutuhan. Kemudian pada menu diagnosa,
admin dapat mengubah, menambah, menghapus data-data terkait gejala
gangguan kesehatan mental dan pilihan menu dengan data terbaru
sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Untuk menu tentang, admin
dapat mengubah informasi kontak sesuai dengan kebutuhan. Lalu yang
terakhir sistem akan menampilkan menu-menu yang sudah diperbarui
oleh admin.

Gambar 3.3 Flowchart Pasien


Pada tahap awal dari flowchart desain pada pasien ini
dimulai dengan pasien membuka sistem yaitu start, lalu akan
muncul halaman beranda, pada halaman beranda akan ditampilkan
beberapa menu yaitu artikel, diagnosa, dan tentang. Pada menu
artikel pasien dapat membuka untuk membaca informasi-informasi
mengenai gangguan kesehatan mental. Kemudian pada menu
diagnosa, pasien dapat melakukan pemilihan gejala sesuai dengan
yang dialami. Lalu pada menu terakhir yaitu menu tentang berisi
tentang informasi kontak yang dapat dihubungi.

3.7.4. Perancangan UML


Perancangan sistem ini menggunakan UML (Unified Modelling
Language) yang merupakan bahasa pemodelan perangkat lunak atau sistem
dengan konsep pemrograman berorientasi objek yang dapat analisa atau
menjabarkan secara rinci apa yang diperlukan oleh sistem (Suendri, 2018).
Berikut merupakan perancangan UML dari sistem yang akan dibangun
sebagau berikut :
a) Use Case Diagram
Use case diagram memberikan gambaran interaksi atau kegiatan
yang dilakukan oleh user di dalam sistem yang akan dibangun.
Dengan use case ini dapat diketahui menu dan fitur apa saja yang
nantinya akan disediakan guna menunjang interaksi antara sistem
dengan user. Use case diagram sistem pakar diagnosa gangguan
kesehatan mental dijelaskan pada gambar 3.4 berikut.
Gambar 3.4 Use Case Diagram

Menjelaskan tentang jumlah pemakai sistem pada use case


diagram terdapat 2 aktor yaitu admin dan pasien dengan masing-masing
fungsi yang dapat dijalankan.
b) Activity Diagram
1. Activity Diagram Admin
Menjelaskan menu admin pada sistem, dimana admin dapat
login dan mengelola data mulai dari menghapus, menambah data.

Gambar 3.5 Activity Diagram Admin

Gambar 3.5 menjelaskan aktivitas ketika aktor (admin) mulai


membuka sistem dan aktor melakukan proses login terlebih dahulu
dengan memasukkan username dan password. Setelah akun
terverifikasi maka sistem akan menampilkan halaman utama admin,
dimana terdapat beberapa menu seperti, menu artikel, menu
konsultasi, dan menu tentang. Admin dapat mengubah, menambah,
mengurangi data yang ada pada masing-masing menu tersebut dan
sistem akan menampilkan kembali hasil yang telah diubah.

2. Activity Diagram Pasien


Menjelaskan menu pasien pada sistem, dimana pasien atau
user dapat melihat artikel hingga melakukan konsultasi.

Gambar 3.6 Activity Diagram Pasien

Gambar 3.6 menjelaskan ketika aktor (pasien) membuka


halaman beranda dan terdapat beberapa menu seperti, menu
artikel,menu konsultasi, dan menu tentang. Pada menu artikel user
dapat melihat informasi terkait gangguan kesehatan mental. Pada
menu konsultasi, user dapat melakukan konsultasi dengan tahap
awal mengisi data diri pasien, kemudian memilih gejala sesuai
dengan keluhan dan sistem akan memprosesnya, lalu user dapat
melihat hasil diagnosa. Pada menu tentang, user dapat melihat
informasi kontak psikolog yang dapat dihubungi.

3. Activity Diagram Login

Gambar 3.7 Activity Diagram Login


Gambar 3.7 menjelaskan aktivitas ketika aktor (admin)
mulai membuka sistem dan melakukan proses login terlebih dahulu
dengan memasukkan username dan password, apabila username dan
password sesuai maka sistem akan menampilkan halaman
dashboard, sedangkan apabila username dan password tidak sesuai
maka sistem akan kembali menampilkan halaman login dan admin
diminta mengisi ulang kembali username dan password.
4. Activity Diagram Konsultasi
Menjelaskan menu konsultasi, dimana user (pasien) dapat
melakukan konsultasi dan mengetahui hasil diagnosa.

Gambar 3.8 Activity Diagram Konsultasi

Gambar 3.8 menjelaskan aktivitas pada menu konsultasi


yang dilakukan oleh user (pasien) dengan memilih menu konsultasi,
kemudian mengisi data diri seperti nama, umur, dan alamat. Setelah
user mengisi data diri, user memilih gejala sesuai dengan keluhan
yang dialami, kemudian sistem akan memproses dengan metode
certainty factor dan sistem akan menampilkan hasil diagnosa.
c) Class Diagram
Class diagram merupakan gambaran struktur dari suatu sistem
yang ditampilkan dalam bentuk class beserta atribut-atribut dan
hubungan antar class. Pada umunya class diagram dari suatu sistem
akan menggambarkan struktur dari database yang dibutuhkan dalam
membangun sistem. Berikut tampilan class diagram dari sistem yang
dapat dilihat pada gambar 3.9.

Gambar 3.9 Class Diagram Website Sistem Pakar


Gangguan Kesehatan Mental
3.7.5. Desain Antar Muka
Desain antar muka merupakan hal yang penting sebelum
membangun sebuah sistem. Tampilan desain antar muka (user interface)
merupakan jembatan antara pengguna dengan sistem dalam melakukan
interaksi. Dalam desain antar muka diharuskan dapat menggambarkan alur
cerita yang disampaikan dalam bentuk sistem pakar diagnosa gangguan
kesehatan mental berbasis website kepada pengguna. Perancangan desain
antar muka pada sistem pakar diagnosa gangguan kesehatan mental
berbasis website dijelaskan sebagai berikut :
1. Tampilan Halaman Utama / Beranda
Halaman ini merupakan halaman yang pertama kali muncul
ketika mengakses website sistem pakar, sistem akan menampilkan
halaman utama yang didalamnya terdapat 4 menu yaitu, beranda, mulai
diagnosa, jendela wawasan, dan kontak. Desain tampilan halaman
utama dapat dilihat pada gambar 3.10.

Gambar 3.10 Tampilan Halaman Utama

2. Tampilan Log In Admin


Halaman ini merupakan halaman yang digunakan admin untuk
log in ke dalam sistem, menu log in hanya dilakukan oleh admin untuk
mengakses semua data yang ada pada sistem. Admin dapat mengakses
semua data dengan memasukkan username dan password. Desain
tampilan log in admin dapat dilihat pada gambar 3.11.

Gambar 3.11 Tampilan Login Admin


3. Tampilan Halaman Data Pasien
Pada halaman ini berisikan informasi mengenai data-data user
(pasien) yang mengisi data diri pada menu diagnosa. Desain tampilan
halaman data pasien dapat dilihat pada gambar 3.12.

Gambar 3.12 Tampilan Halaman Data Pasien

4. Tampilan Menu Jendela Wawasan


Pada halaman ini berisikan informasi mengenai jenis gangguan
kesehatan mental beserta gejala dan solusi penanganannya. Desain
tampilan awal yang muncul yaitu berisikan jenis-jenis gangguan
kesehatan mental yang dapat dilihat pada gambar 3.13.

Gambar 3.13 Tampilan Awal Menu Jendela Wawasan


Selanjutnya terdapat halaman yang berisikan penjelasan dari masing-
masing jenis gangguan kesehatan mental tersebut pada gambar 3.14.

Gambar 3.14 Tampilan Kedua Menu Jendela Wawasan


5. Tampilan Halaman Diagnosa
Halaman ini merupakan halaman yang digunakan oleh user
(pasien) untuk melakukan diagnosa, dengan cara mengisi data diri dan
memilih gejala sesuai keluhan yang dialami. Desain tampilan halaman
diagnosa dapat dilihat pada gambar 3.15.

Gambar 3.15 Tampilan Halaman Diagnosa

6. Tampilan Halaman Kontak


Pada halaman ini berisikan informasi mengenai contact person
pakar yang dapat dihubungi apabila membutuhkan informasi atau
bantuan lebih lanjut. Desain tampilan halaman tentang dapat dilihat
pada gambar 3.16

Gambar 3.16 Tampilan Halaman Kontak

7. Tampilan Halaman Hasil Diagnosa


Halaman ini berisikan hasil diagnosa dan presentase diagnosa
pasien setelah memilih kondisi gejala pada menu diagnosa. Pada
halaman ini juga disertakan solusi penanganan dari gangguan kesehatan
mental tersebut. Desain tampilan halaman hasil diagnosa dapat dilihat
pada gambar 3.17.

Gambar 3.17 Tampilan Halaman Hasil Diagnosa

3.8. Implementasi
Tahap implementasi merupakan langkah penerapan rancangan sistem yang
telah dibuat sebelumnya seperti analisis kebutuhan sistem, use case diagram,
activity diagram, hingga class diagram sebagai database yang dikumpulkan
menjadi satu dan diubah kedalam bahasa pemrograman. Implementasi juga
merupakan suatu penerapan metode certainty factor dalam sistem pakar diagnosa
kesehatan mental berbasis website. Proses implementasi sistem dilakukan
menggunakan Microsoft Visual Studio Code.
3.9. Pengujian
Pengujian merupakan proses melakukan uji coba sistem yang telah dibuat
pada prosedur sebelumnya untuk mengecek apakah sistem yang dibuat sudah
sempurna atau masih terdapat error. Pengujian sistem dilakukan dengan Black Box
Testing. Pengujian Black Box merupakan pengujian terhadap user interface suatu
sistem. Black Box Testing akan menguji apakah input dan output sudah sesuai
dengan apa yang diharapkan sehingga dapat diketahui kelayakan dari sistem
tersebut.
IV. JADWAL PENELITIAN

No. Uraian Desember Januari Februari Maret


Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Identifikasi
Masalah
2 Studi
Literatur
3 Pengumpulan
Data

4 Analisis
Kebutuhan
Sistem
5 Perancangan
Sistem
6 Penyusunan
Laporan
V. LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Gangguan Kesehatan Mental

Anda mungkin juga menyukai