Abstrak
Berdasarkan studi kesehatan dasar yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada 2018, 9-10 dariasetiap
100 orang Indonesia menderita gangguan mental dan emosional. Peningkatan signifikan dibandingkan
data tahun 2013 yaitu 6%. Meskipun mempunyai angka penderita yang tinggi, ada ketidakseimbangan
yang besar antara jumlah kasus kesehatan mental dan ketersediaan profesional kesehatan mental di
negara berpenghasilan menengah ke bawah (L-MIC), termasuk di Indonesia. Selain itu, harga konsultasi
ke para tenaga profesional cukup tinggi khususnya untuk kalangan remaja Dari permasalahan tersebut
terdapat sebuah solusi alternatif, yaitu internet-based intervention. Cyber counseling atau yang sering
disebut juga E-counseling (electronic counseling) merupakan layanan bimbingan dan konseling
menggunakan teknologi komputer khususnya internet. Pada penelitian ini akan mengembangkan
aplikasi e-counseling sebagai tindakan preventif dan penanganan pada gangguan kecemasan. Penelitian
ini menggunakan metode Personal Extreme Programming. Penelitian dimulai dari tahap
rekayasaakebutuhan yang menghasilkan 32 kebutuhan fungsional dan 1 kebutuhan non-fungsional.
Tahap implementasi pada aplikasi ini menggunakan Firebase sebagai database dengan menggunakan
bahasa pemrograman Kotlin. Terakhir ada tahap pengujian dengan pengujian unit menghasilkan 3
fungsional yang diujikan bernilai valid, pengujian validasi telah berhasil mencapai 100% valid sesuai
expected result, dan pengujian usability menghasilkan usability score sebesar 87 pada Maze dan skor
SUS sebesar 71,5. Diharapkan penelitian ini akan membantu memberikan tindakan preventif dan
penanganan terhadap gejala gangguan kecemasan, mengatasi kesulitan dalam mencari informasi
layanan kesehatan mental, memberi kemudahan dalam melakukan konseling, mengedukasi pentingnya
kesehatan mental, hingga membantu mencari pertolongan ketika keadaan darurat.
Kata kunci: anxiety disorder, PXP, android, firebase, kotlin.
Abstract
Based on a basic health study conducted by the Ministry of Health in 2018, 9-10 out of every 100
Indonesians suffer from mental and emotional disorders. A significant increase compared to 2013 data,
namely 6%. Despite the high incidence of sufferers, there is a large imbalance between the number of
mental health cases and the availability of mental health professionals in lower middle income (L-MIC)
countries, including Indonesia. In addition, the price of consulting professionals is quite high, especially
for adolescents. From these problems, there is an alternative solution, namely internet-based
intervention. Cybercounseling or what is often called E-counseling (electronic counseling) is one of the
guidance and counseling services using computer technology, especially the internet. This research will
develop an e-counseling application as a preventive action and treatment for anxiety disorders. The
method used in this research is Personal Extreme Programming. The research started from the
requirements engineering stage which resulted in 32 functional requirements and 1 non-functional
requirement. The implementation stage of this application uses Firebase as a database and using the
Kotlin programming language. The final stage is a testing phase with unit testing resulting in 3
functional tests that are valid, validation testing has succeeded in reaching 100% valid according to the
expected result, and usability testing produces a usability score of 87 on Maze and a SUS score of 71.5.
From this research, it is hoped that it can help provide preventive action and treatment of symptoms of
anxiety disorders, overcome difficulties in finding information on mental health services, provide
convenience in conducting counseling, educate the importance of mental health, and helping people
mendapatkan tindakan preventif dan Cyber counseling atau yang sering disebut
penanganan. Penelitian ini menggunakan juga E-counseling (electronic counseling)
metode Personal Extreme Programming (PXP). merupakan suatu layanan bimbingan dan
Proses pengembangan PXP dilakukan berulang konseling yang menggunakan teknologi
dalam menerapkan praktiknya dan memberi komputer khususnya internet (Nurihsan, 2005).
kesempatan pengembang untuk lebih fleksibel Cyber counseling adalah inovasi dari
dan responsif terhadap perubahan (Dzhurov et penggunaan teknologi informasi dalam layanan
al., 2009). Metode PXP dipilih dalam penelitian bimbingan dan konseling. Menurut (Hughes,
ini karena pembangunan aplikasi ini hanya 2000) Cyber counseling atau web counseling,
dilakukan oleh seorang pengembang, waktu sebutan dari National Board of Certified
pengembangan yang cukup singkat dengan Counselors (NBCC), adalah praktik konseling
target semua kebutuhan aplikasi dapat profesional dan proses pengiriman pesan yang
diimplementasikan. terjadi ketika klien dan konselor berada di
tempat berbeda atau jauh dan menggunakan
2. LANDASAN KEPUSTAKAAN media elektronik untuk berkomunikasi melalui
Internet. (Surya, 2004) meyakini dengan
2.1 Kajian Pustaka perkembangan teknologi komputer, interaksi
antara konselor dan orang yang dikonsultasikan
Bagian ini membahas uraian literatur yang dapat dilakukan tidak hanya melalui proses tatap
beruhubungan dengan penelitian ini, dan dapat muka, tetapi juga melalui hubungan secara
digunakan untuk mendukung keberhasilan virtual berupa “cyber counseling” di internet.
penelitian ini. Penelitian pertama yang menjadi Layanan konseling online ini merupakan inovasi
rujukan penulis saat melakukan penelitian ini yang bertujuan untuk membangun layanan
adalah penelitian sebelumnya dengan judul praktis yang bisa dilakukan dimana saja selama
“Web Deteksi Gangguan Kecemasan dan terkoneksi oleh internet.
Depresi” yang dilakukan oleh (Sevani & Silvia,
2015). Penelitian ini telah menghasilkan aplikasi 2.3 Personal Extreme Programming
yang membantu mendeteksi kecemasan dan
depresi. Aplikasi tersebut dapat menghasilkan Menurut (Dzhurov et al., 2009), Metode
informasi sebagai dasar untuk proses pengembangan perangkat lunak Personal
penanganan lebih lanjut yang perlu dilakukan. Extreme Programming (PXP) adalah metode
Selanjutnya penelitian berjudul “Aplikasi pengembangan perangkat lunak untuk
Diagnosis Gangguan Kecemasan Menggunakan pengembang otonom, yang dapat memenuhi
Metode Forward Chaining Berbasis Web kebutuhan mereka saat ini dan masalah
Dengan Php Dan Mysql” yang dilakukan oleh pekerjaan sehari-hari, sehingga meningkatkan
(Yusuf et al., 2016). Studi ini membahas aplikasi kualitas sistem perangkat lunak yang sedang
yang dirancang untuk memudahkan pengguna dikembangkan dan mempersingkat waktu
dalam mendiagnosis gangguan kecemasan. implementasi.. PXP dibagi menjadi tujuh tahap,
Aplikasi ini memberikan hasil diagnostik dalam yaitu Requirements, Planning, Iteration
bentuk informasi dan solusi awal untuk setiap Initialization,aDesign, Implementation, System
jenis gangguan kecemasan yang didiagnosis. Testing dan tahap yang terakhir adalah
Penelitian selanjutnya yang dijadikan acuan Retrospective. Fase-fase yang dimiliki oleh
oleh peneliti yaitu berjudul “Sistem Pakar metode pengembangan PXP ditunjukan pada
Pendiagnosis Gangguan Kecemasan Gambar 1 sebagai berikut.
Menggunakan Metode Forward Chaining
Berbasis Android” oleh (Eridani et al., 2018).
Dalam studi ini, aplikasi yang dirancang untuk
membantu pengguna mendiagnosis kecemasan
dengan efektif dan efisien. Penelitian ini
menghasilkan aplikasi sistem pakar untuk
mendiagnosis gangguan kecemasan yang dapat
mendiagnosis berdasarkan data yang diperoleh
dari para pakar.
pengembangan aplikasi yang mengacu pada Personal Extreme Programming. Terdapat tiga
metode PXP. Gambar 2 memberikan penjelasan sub-fase yang harus dilakukan, yang pertama
tentang berbagai tahapan dalam melakukan unit testing, code, dan refactor. Unit testing
penelitian ini. merupakan tahapan penulisan test case untuk
task yang akan diimplementasikan. Kode
program yang tidak menimbulkan galat akan
memasuki subfase Refactoring. Refactoring
merupakan subfase untuk memodifikasi kode
program menjadi lebih sederhana tanpa
menimbulkan kesalahan dan merubah perilaku
awal.
Pengujian sistem pada penelitian ini
terintegrasi dengan proses System Testing pada
metode Personal Extreme Programming di
mana dalam tahap ini bertujuan untuk
mendeteksi adanya galat pada kode program dan
mengetahui kebutuhan pengguna telah terpenuhi
dengan baik. Pengujian akan dilakukan dengan
tiga tahap, yaitu pengujian white box (termasuk
pengujian unit), pengujian black box (termasuk
pengujian validasi), dan pengujian usability
Gambar 2. Alur Metodologi Penelitian untuk menguji kebutuhan non-fungsional.
Kesimpulan ditarik setelah menyelesaikan
Studi literatur merupakan metode untuk semua tahapan pengembangan sistem.
memperoleh dasar teori untuk digunakan sebagai Kesimpulan ditarik dengan menguji dan
acuan pada penelitian ini. Pada tahap ini menganalisis hasil dari sistem yang dibangun.
landasan teori yang digunakan berasal dari Saran-saran yang diberikan dalam penelitian ini
penelitian sebelumnya, e-book, jurnal, koleksi akan menjadi acuan untuk penelitian
karangan dan dokumen lainnya. selanjutnya.
Rekayasa Kebutuhan pada penelitian ini
terintegrasi dengan proses Requirement, 4. REKAYASA KEBUTUHAN
Planning dan Iteration Initialization yang ada di
metode pengembangan Personal Extreme 4.1 Identifikasi Aktor
Programming yang di mana pada proses ini
dipergunakan untuk pengambilan serta analisa Pada bagian ini mendefinisikan aktor-aktor
kebutuhan. Pada proses Requirement, akan yang saling berinteraksi dalam sistem yang akan
mengidentifikasi pengguna dari aplikasi dan dikembangkan. Tabel 1 menunjukkan deskripsi
mempelajari karakteristik, lingkungan, harapan, dari masing-masing aktor tersebut.
dan tujuan pengguna yang akan menggunakan
sistem. Tahap Planning diawali dengan Tabel 1. Identifikasi Aktor
membuat user stories yang menjelaskan output, Aktor Deskripsi
fitur, dan fungsi-fungsi dari sistem yang akan Pengguna Pengguna merupakan aktor yang belum
dibuat. login. Pengguna dapat mengakses
Tahap perancangan sistem pada penelitian halaman utama yang berisi login dan sign
ini terintegrasi dengan proses Design dalam up.
Psikolog Psikolog merupakan tenaga profesional
metode pengembangan Personal Extreme yang sudah terdaftar pada database
Programming. Tahap Design pada Extreme pengguna aplikasi. Psikolog dapat
Programming mengikuti prinsip Keep it Simple memberikan feedback saat sesi konseling.
(KIS). Perancangan dilakukan dengan melihat Klien Klien merupakan pengguna yang sudah
login. Klien dapat melakukan konseling
dari task hasil Planning. Hasil dari langkah
online dengan psikolog, mencari
perancangan ini digunakan sebagai rujukan informasi psikolog, dan juga mencari
pengembang dalam menuliskan kode informasi seputar kesehatan mental.
implementasi.
Tahap implementasi terintegrasi dengan 4.2 Pemodelan Kebutuhan
fase Implementation dari metode pengembangan
Start
Mengirim request kepada psikolog
Menunggu approve dari psikolog
If (approve == true)
Membuat appointment
Mengambil data psikolog
Menampilkan pesan tunggu
Terhubung dengan psikolog
Else
Request failed
Status: Valid