Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-ISSN: 2548-964X

Vol. 4, No. 3, Maret 2020, hlm. 938-948 http://j-ptiik.ub.ac.id

Pengembangan Aplikasi Perangkat Bergerak: Pencari Konselor Psikologi


Terdekat berbasis Lokasi
Tifo Audi Alif Putra1, Agi Putra Kharisma2, Randy Cahya Wihandika3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Email: 1tifoaudi@student.ub.ac.id, 2agi@ub.ac.id, 3rendicahya@ub.ac.id

Abstrak
Kesehatan mental saat ini menjadi permasalahan yang tidak bisa diremehkan. Bahkan kesehatan mental
sekarang menjadi isu permasalahan global yang menimpa banyak negara di dunia, tak terkecuali
Indonesia. Depresi menjadi penyebab utama dalam permasalahan kesehatan mental. Depresi
memengaruhi 4,4% populasi dunia dan 5% populasi di Indonesia. Selain jumlah penderita depresi yang
tinggi, masalah lain pada Indonesia adalah kurangnya jumlah ketersediaan tenaga profesional kesehatan
mental seperti konselor dan psikiater. Maka dari itu, pemanfaatan aplikasi berbasis mobile dapat
dilakukan untuk menghubungkan orang yang memiliki permasalahan dengan konselor terdekat untuk
mendapatkan pertolongan pertama dalam masalahnya. Implementasi pengembangan aplikasi perangkat
bergerak pada penelitian ini dikembangkan pada platform iOS dengan menggunakan bahasa
pemrograman Swift. Metode penelitian yang digunakan adalah iterative waterfall memiliki tahap yang
dimulai dari analisis kebutuhan, perancangan, implementasi, dan pengujian. Terdapat dua pengujian
yang dilaksanakan yaitu blackbox testing dan usability testing. Pada blackbox testing peneliti merancang
testcase scenario untuk menilai perilaku sistem yang benar sedangkan untuk mendapatkan nilai tingkat
kemudahan dari aplikasi yang dikembangkan menggunakan instrumen SUPR-Qm. Hasil pengujian pada
blacbox testing menyatakan 100% valid dari semua testcase yang dirancang. Untuk hasil pengujian
usability diperoleh nilai 69,25% untuk aplikasi pasien dan 74,75% untuk aplikasi konselor, maka jika
dikonversikan kedalam usability rating scale menghasilkan kategori ok untuk aplikasi pasien dan good
untuk aplikasi konselor.
Kata kunci: kesehatan mental, depresi, iOS, Swift, waterfall, aplikasi perangkat bergerak.
Abstract.
Mental health is now a problem that cannot be underestimated. Even mental health is now a problem
faced by many countries in the world, including Indonesia. Depression is a major cause of mental health
problems. Depression affects 4.4% of the world's population and 5% of the population in Indonesia. In
addition to the high number of people with depression, another problem in Indonesia is the lack of
available mental health professionals such as counselors and psychiatrists. Therefore, the use of mobile-
based systems can be done to connect people who have problems with the nearest counselor to get first
aid in the problem. The implementation of mobile application development in this study was developed
on the iOS platform using the Swift programming language. The research method used is an iterative
waterfall model consisting of needs analysis, system design, system implementation, and testing. Testing
in this study consisted of blackbox testing and usability testing. In the blackbox testing the researchers
designed a testcase scenario to assess the correct system behavior while to get the comfortability level
of the application developed using the SUPR-Qm instrument. The test results on Blacbox Testing stated
100% valid of all designed testcases. For the usability test results obtained 69.25% for patient
applications and 74.75% for counselor applications, then if converted to usability rating scale produces
an ok category for patient applications and good for counselor applications.
Keywords: mental health, depression, iOS, Swift, waterfall, mobile-based system..

Kesehatan mental saat ini menjadi isu


1. PENDAHULUAN permasalahan yang tidak bisa diremehkan. Data

Fakultas Ilmu Komputer


Universitas Brawijaya 938
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 939

dari WHO mengatakan bahwa 804.000 jumlah psikolog adalah merasa takut untuk bertemu
kematian pada tahun 2012 disebabkan oleh dengan orang baru (Loren, 2017).
kasus bunuh diri, dimana rasio bunuh diri yang Namun tidak selamanya internet dan
terjadi di Indonesia mencapai 4,3 per 100.000 teknologi informasi selalu memberikan dampak
penduduk (WHO, 2012). Penderita kesehatan yang buruk. Mayoritas orang Indonesia
mental paling banyak dialami oleh kalangan menunjukkan keterbukaan untuk menggunakan
remaja atau mahasiswa dan memiliki dampak internet-based intervention atau pemanfaatan
negatif yang serius terhadap prestasi belajar, internet dan teknologi informasi dalam
keluarga, dan lingkungan sekitar (Chen & Jiang, menangani pemasalahan kesehatan mental yang
2019). ada, dimana sangat penting untuk dilakukan
Depresi menjadi penyebab utama dalam sosialisasi pemanfaatan internet kepada
permasalahan kesehatan mental. Depresi masyarakat (Arjadi et al., 2018). Dengan
memengaruhi 4,4% populasi dunia dan 5% perkembangan teknologi yang semakin canggih
populasi di Indonesia (Arjadi et al., 2016). Selain dan digital, mampu menciptakan peluang untuk
jumlah penderita depresi yang tinggi, masalah menyelesaikan permasalahan tersebut
lain pada Indonesia adalah kurangnya jumlah menggunakan sistem berbasis mobile. Dari data
ketersediaan tenaga profesional kesehatan yang diperoleh, jumlah masyarakat yang
mental seperti konselor dan (Arjadi et al., 2018). menggunakan smartphone berjumlah kurang
Banyak upaya yang telah dicoba oleh lebih 41 juta pengguna (Rahman, 2015). Sistem
pemerintah Indonesia dalam menangani berbasis mobile memiliki banyak keunggulan
permasalahan kesehatan mental, salah satunya seperti kemudahan penggunaan, user-friendly,
adalah menerbitkan UU no 18, tentang kesehatan murah, mudah diunduh, dan berjalan hampir
mental dan perawatan orang dengan penyakit pada semua level perangkat bergerak (Islam &
mental yang dicakup oleh cakupan kesehatan Mazumder, 2010).
secara umum. Namun, banyak orang masih Dari permasalahan yang sudah dijelaskan,
mengalami kesulitan dalam mengakses layanan peneliti membuat aplikasi yang berjalan pada
kesehatan mental (Tristiana et al., 2018). Di sisi platform mobile yang dapat membantu
lain, terdapat penelitian yang menunjukkan masyarakat yang memiliki masalah kesehatan
bahwa orang yang merasa depresi, sedih atau mental untuk dapat melakukan konseling dengan
kesepian cenderung melampiaskan konselor secara aman dan terjaga privasinya.
permasalahan tersebut dengan menggunakan Dengan adanya aplikasi yang dikembangkan,
media sosial, salah satunya adalah Twitter untuk diharapkan masyarakat Indonesia tidak ragu
sekedar bercerita atau mendapat dukungan untuk mendapatkan pertolongan pada masalah
interaksi (Mahoney et al., 2019). Namun hal kesehatan mentalnya. Selain itu, aplikasi yang
tersebut tidak menjadi solusi bagi penderita dikembangkan diharapkan dapat memberikan
karena dengan penderita menggunakan media kemudahan aksesibilitas untuk mendapatkan
sosial untuk bercerita maka mengakibatkan pertolongan permasalahan kesehatan mental.
adanya cyber bullying. Dengan adanya cyber Dengan memanfaatkan fitur lokasi pengguna
bullying yang terjadi pada media sosial dapat yang ada pada smartphone, maka memberi
menyebabkan efek psikologis buruk pada kemudahan pada pengguna untuk mengetahui
penderita seperti depresi dan kecemasan lokasi pengguna lain dan dapat saling bertukar
berlebihan (Handono et al., 2019). informasi. Maka dari itu, pemanfaatan aplikasi
Pengaruh cyber bullying yang terjadi berbasis mobile dapat dilakukan untuk
menyebabkan masyarakat yang memiliki menghubungkan masyarakat dengan konselor
permasalahan kesehatan mental enggan untuk terdekat untuk mendapatkan pertolongan
mencari bantuan terhadap masalahnya. Selain pertama dalam masalahnya.
takut dengan adanya cyber bullying, penderita Pada penelitian ini aplikasi yang dibuat
yang ingin mendapatkan pertolongan pertama akan dikembangkan pada sistem operasi iOS.
tidak tahu bagaimana caranya untuk Aplikasi yang dikembangkan pada sistem
mendapatkan layanan pengobatan kesehatan operasi iOS memiliki keunggulan biaya
mental karena kurangnya aksesibilitas dan pengembangan yang relatif murah karena pada
informasi (Emamzadeh, 2018). Permasalahan dasarnya perangkat yang memiliki sistem
lain yang terjadi adalah masyarakat yang operasi iOS hanya iPhone dan iPad sehingga
memiliki permasalahan kesehatan mental memudahkan pengembang untuk
enggan untuk bertemu dengan konselor atau mengembangkan aplikasi yang responsive.

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 940

Selain itu, Apple sudah menyediakan standar Pada negara Indonesia, internet-based
pengembangan antarmuka sehingga intervention memiliki prospek yang menjanjikan
pengembang tidak memiliki kesulitan dalam dalam mengurangi kesenjangan kesehatan
mengembangkan antarmuka dari aplikasi mental mengingat penggunaan internet dan
sehingga menjadi lebih efisien. Keunggulan smartphone terus meningkat tiap harinya. Untuk
yang lain diantaranya adalah keamanan dan mengetahui apakah internet-based intervention
privasi data dari aplikasi berbasis iOS lebih diterima dan digunakan banyak orang, (Arjadi et
aman dan terjaga (Avram, 2013). al., 2018) melakukan investigasi untuk
Dalam proses pengembangan perangkat mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi
lunak, maka diperlukan adanya sebuah metode penggunaan internet-based intervention untuk
untuk mengatur siklus pengembangan perangkat kesehatan mental di Indonesia. Hasil dari
lunak untuk memudahkan jalannya penelitian ini adalah mayoritas masyarakat
pengembangan. Metode pengembangan yang Indonesia memiliki keterbukaan dalam
digunakan pada penelitian ini adalah Iterative penggunakan internet-based intervention dalam
Waterfall. Iterative Waterfall merupakan menangani permasalahan kesehatan mental di
pengembangan lanjut dari Classic Waterfall Indonesia. Untuk meningkatkan adopsi
untuk memudahkan tim dan developer agar intervensi berbasis internet, penting untuk
mampu menghasilkan sistem dengan waktu yang terlebih dahulu mempromosikan penggunaan
efisien dan memudahkan dalam merawat sistem internet kepada lebih banyak orang di seluruh
(Rather & Bhatnagar, 2016). negeri, terutama bagi mereka yang saat ini
Selain metode pengembangan perangkat sedang mengalami gangguan kesehatan mental.
lunak, diperlukan adanya usability testing dari
aplikasi yang dikembangkan. Usability testing 2.2. Mobile Application
adalah pengujian yang dilakukan untuk menilai Mobile application merupakan aplikasi atau
kualitas dari aplikasi yang dikembangkan oleh software yang bekerja pada perangkat bergerak
calon pengguna utama. Tujuan dilakukan spesifik. Mobile application memiliki
usability testing adalah menemukan keunggulan diantaranya adalah kemudahan
permasalahan yang dialami calon pengguna agar penggunaan, user-friendly, murah, mudah
dapat diperbaiki untuk meningkatkan diunduh, dan berjalan hampir pada semua level
kemudahan pengguna dalam mengoperasikan perangkat bergerak. Selain itu, mobile
sistem nantinya (Farouqi et al., 2018). application dapat digunakan untuk kebutuhan
yang luas seperti menelpon, mengirim pesan,
2. LANDASAN KEPUSTAKAAN
suara, video, game, dan lain-lain (Islam &
Mazumder, 2010). Namun disamping kelebihan
2.1. Penelitian Terkait
yang dimiliki, mobile application memiliki
Peneliti menemukan penelitian-penelitian beberapa kelemahan diantaranya memiliki
serupa dan relevan yang sudah pernah dilakukan tampilan yang relatif kecil, memori yang
sehingga menjadi acuan dan referensi untuk terbatas, kemampuan komputasi pada CPU yang
penulis dalam melaksanakan penelitian. terbatas, rentang transfer data yang terbatas, dan
Aplikasi untuk mencari rute atau jalur lain-lain (Oinas-Kukkonen & Kurkela, 2003).
menuju perguruan tinggi berbasis android
menggunakan Location-Based Service. Pada
penelitian ini, penulis menawarkan solusi untuk
memudahkan pengguna dalam mendapatkan
informasi dan menentukan rute karena data dan
informasi perguruan tinggi telah didaftarkan
oleh peneliti (Nugroho et al., 2017).
Aplikasi mobile berbasis lokasi untuk
mencari layanan penyedia kesehatan di
Yogyakarta. Pada penelitian ini, penulis 2.2.1. iOS
membuat sebuah sistem yang mampu mencari
lokasi layanan kesehatan dengan menggunakan
Google Map API untuk menentukan rute dan
lokasi terdekat (Erna, 2014).

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 941

Gambar 2 SDLC Waterfall


Sumber: Rather & Bhatnagar (2016)

2.4. Location-Based Service


Location-based services adalah layanan
Gambar 1 Lifecycle Aplikasi iOS yang memperhitungkan lokasi geografis dari
Sumber: Apple (2018) suatu objek (Junglas & Watson, 2008). Dengan
adanya fitur Global Positioning System (GPS)
iOS adalah sistem operasi pada aplikasi pada perangkat mobile dapat membantu
perangkat bergerak yang dibuat oleh Apple. pengguna dalam melihat informasi lokasi suatu
Diagram lifeclyle aplikasi dengan sistem operasi objek. Dalam konteks penelitian ini, peneliti
iOS digambarkan pada Gambar 1. Adapun menggunakan layanan berbasis lokasi dalam
kelebihan pengembangan aplikasi pada sistem aplikasi untuk menentukan dan mencari konselor
operasi iOS menurut (Avram, 2013) adalah psikologi terdekat dengan pengguna.
sebagai berikut :
1. Apple sudah menyediakan standar dalam 2.5. Best Practice
pengembangan user-interface sehingga
pengembang perangkat lunak dapat 2.5.1. Swift
menghemat waktu dalam melakukan Swift merupakan bahasa pemrograman
pengembangan aplikasi. resmi yang dibuat oleh Apple untuk membuat
2. Sistem operasi iOS hanya berjalan pada aplikasi yang berjalan pada platform iOS,
iPhone dan iPad sehingga pengembang macOS, tvOS, dan watchOS. Berbagai kelebihan
dapat membuat aplikasi yang responsive baru yang muncul pada bahasa Swift yang tidak
dengan lebih mudah. ditemukan di bahasa sebelumnya seperti Type
3. Keamanan data dan privasi pada aplikasi Safety, Fast dan Expressive. Swift digunakan
berbasis iOS dapat terjaga dengan baik. untuk menggantikan bahasa pemrograman yang
4. Biaya pengembangan aplikasi berbasis iOS dipakai Apple sebelumnya, yaitu Objective-C,
relatif lebih murah dan mudah. yang secara performa lebih cepat dari bahasa
pendahulunya. Pemilihan bahasa Swift sangat
2.3. Iterative Waterfall Model dianjurkan untuk pengembangan aplikasi iOS
Waterfall merupakan siklus pengembangan karena memiliki internal library yang lengkap
perangkat lunak yang bersifat linear. SDLC dan selalu mengikuti kebutuhan dari industri
(Software Development Lifecycle) Waterfall yang ada (Apple, n.d.-b).
dibagi menjadi dua diantaranya Classic
Waterfall dan Iterative Waterfall. Kelemahan 2.5.2. MVVM (Model-View-ViewModel)
dari Classic Waterfall adalah sulit untuk MVVM merupakan arsitektur UI yang
mengatur perubahan dan perawatan pada sistem. memiliki tiga layer yaitu model, view, dan view
Iterative Waterfall merupakan pengembangan model. Dengan adanya tiga layer dalam sistem
lanjut dari Classic Waterfall untuk memudahkan maka terdapat pemisahan antara business-logic,
tim dan developer agar mampu menghasilkan presentation-logic, dan UI-logic. Arsitektur ini
sistem dengan waktu yang efisien dan awalnya dikembangkan oleh Microsoft untuk
memudahkan dalam merawat sistem (Rather & mengembangkan aplikasi pada platform mereka,
Bhatnagar, 2016). Fase pengembangan pada kemudian banyak diadopsi oleh pengembang
Iterative Waterfall digambarkan pada Gambar 2. pada platform lainnya. Adapun alur interaksi
antar layer digambarkan pada Gambar 3.

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 942

BlackBox Testing dilakukan untuk


mengevaluasi fitur atau kebutuhan dari
pengguna dan memastikan bahwa sistem
berjalan sesuai semestinya (Larrea, 2017). Test-
Gambar 1 Arsitektur MVVM Case yang dirancang pada blackbox testing
Sumber: Microsoft (2017) bergantung pada spesifikasi perangkat lunak
yang telah ditetapkan.
2.5.3. MapKit
MapKit merupakan framework yang dibuat 2.6.2 Usability Testing
Usability Testing merupakan mekanisme
oleh Apple untuk menampilkan peta. Pada versi
iOS 5.1 atau yang terbaru, MapKit pengujian untuk menilai kualitas dan kemudahan
menggunakan Google Mobile Maps (GMM) dari sistem oleh calon pengguna utama. Tujuan
untuk menyediakan data yang sudah terintegrasi dilakukan usability testing adalah menemukan
(Apple, n.d.-a) . Pada penelitian ini, penulis permasalahan yang dialami calon pengguna agar
menggunakan MapKit untuk menyediakan bisa diperbaiki untuk meningkatkan
informasi lokasi konselor psikologi pada kenyamanan pengguna dalam mengoperasikan
pengguna untuk memudahkan interaksi sistem nantinya. Nilai dari hasil pengujian yang
keduanya. dapat diketahui dengan melakukan pengukuran
tentang sejauh mana tingkat kemudahan dan
2.5.4. Firebase tingkat kepuasan dari pengguna (Farouqi et al.,
2018).
Firebase merupakan penyedia layanan Jumlah responden untuk usability testing
berbasis cloud yang dibuat oleh Google. Dengan dipilih 5 orang. Alasan pemilihan jumlah
adanya Firebase, pengembang perangkat lunak responden tersebut adalah 5 orang responden
tidak perlu memikirkan untuk membuat web- merupakan angka yang optimal dan efektif
service atau API untuk melakukan pengolahan dimana mengacu pada keuntungan dan usaha
data. Layanan Firebase yang digunakan pada yang dilakukan dalam pengujian (Nielson &
penelitian ini adalah Realtime Database dan Landauer, 1993). Alasan lain dipilih 5 orang
Firebase Authentication. Untuk memenuhi sebagai jumlah responden adalah 95%
kebutuhan pertukaran dan transaksi data secara permasalahan yang ada pada sistem akan muncul
realtime maka peneliti menggunakan internal pada 5 orang pertama ketika dilakukan usability
API yang sudah tersedia pada Firebase, hal ini testing (Cao, 2015).
membuat jalannya pengembangan menjadi lebih
efektif dan efisien. 3. METODOLOGI
Implementasi Firebase pada pengembangan
aplikasi perangkat bergerak memiliki Dalam sebuah penelitian diperlukan
keuntungan. Menurut (Mevada, 2018) metodologi untuk menjadi landasan dan
keuntungan menggunakan firebase adalah pedoman agar penelitian yang dilakukan
sebagai berikut: terstruktur rapi. Metode pengembangan aplikasi
1. Penyimpanan data secara real-time dan yang digunakan pada penelitian yang dilakukan
sinkronisasi data adalah Waterfall. Alur penelitian yang akan
2. Adanya Google Analytics yang dapat dilakukan digambarkan pada Gambar 4.
membantu pengembang untuk melacak
perilaku dari pengguna.
3. Firebase menyediakan fitur crash reporting
pada pengguna sehingga pengembang dapat
memperbaiki bug tersebut dengan cepat.
4. Firebase Authentication yang
mempermudah pengembang dalam
membuat fitur autentikasi pada aplikasi.

2.6 Pengujian Perangkat Lunak

2.6.1 Blackbox Testing

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 943

tertentu.
Pasien Pasien adalah pengguna yang telah selesai
melakukan akutentikasi pada aplikasi.
Aktor pasien memiliki wewenang untuk
mengakses semua fitur dari aplikasi yang
dikembangkan.
Konselor Aktor konselor adalah aktor yang telah
teridentifikasi sebagai konselor setelah
melakukan proses autentikasi.

Gambar 4 Diagram Alir Penelitian Gambar 5 Use Case Diagram

4. ANALISIS KEBUTUHAN Usecase diagram adalah diagram yang


menggambarkan interaksi secara abstrak antara
Analisis kebutuhan terhadap calon aktor dengan sistem (Shivaram & Handigund,
pengguna aplikasi yang berguna untuk 2015). Pada penelitian ini terdapat tiga aktor
mendapatkan kebutuhan sistem sehingga proses dengan masing-masing peran yang berbeda.
pengembangan dapat dimulai. Kebutuhan sistem Usecase diagram yang telah dirancang dapat
yang merupakan fitur yang akan dikembangkan dilihat pada Gambar 5.
dibuat memiliki acuan pada hasil wawancara
yang dilakukan terhadap calon pengguna dan 5. PERANCANGAN
konselor.
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan sistem Perancangan dilakukan untuk membuat
dilakukan identifikasi aktor yang dapat dilihat gambaran dari sistem yang akan dibuat. Hasil
pada Tabel . dari perancangan akan diimplementasikan dan
dibahas pada bab implementasi.
Tabel 1 Identifikasi Aktor Pada arsitektur sistem yang dibangun
terdapat tiga komponen library utama yaitu
Aktor Deskripsi MapKit, CLLocation, dan Firebase. MapKit
Guest Pada dasarnya, guest adalah pengguna
adalah framework buatan Apple yang digunakan
namun belum memiliki akun atau belum
melakukan autentikasi. Aktor guest dapat untuk menampilkan peta. Dalam hal ini, MapKit
melihat aplikasi namun memerlukan proses digunakan untuk menampilkan lokasi pasien dan
autentikasi untuk mengakses fitur-fitur konselor psikologi terdekat dengan pasien.

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 944

CLLocation adalah native-library yang Class Diagram untuk pasien digambarkan pada
digunakan untuk mengatur dan memonitor Gambar 7 dan Class Diagram untuk konselor
lokasi terkini dari pasien dan mendapatkan digambarkan pada Gambar 8.
alamat fisik dari konselor psikologi. Firebase
adalah layanan berbasis cloud yang dibuat oleh
Google. Pengembangan aplikasi ini
menggunakan Realtime Database Firebase yang
bertujuan untuk melakukan transaksi pertukaran
data dengan sisi aplikasi serta memanfaatkan
fitur realtime untuk membuat layanan chatting
pada sisi aplikasi.
Selain menggunakan ketiga library tersebut,
arsitektur yang digunakan untuk mengorganisir
tiap modul dan fitur adalah MVVM (Model-
View-ViewModel). Model memiliki tugas untuk
membuat representasi data objek. ViewModel
memiliki tugas untuk menyediakan data yang
siap dikonsumsi untuk view. Dan view memiliki
Gambar 7 Class Diagram Pasien
tugas untuk menampilkan data dan menerima
respon atau event dari pengguna. Dalam
penerapannya, terdapat penambahan satu layer
yaitu Service, dimana sebuah objek singleton
yang memiliki tugas untuk melakukan request
ke Firebase untuk melakukan pertukaran data.
Sequence diagram menjelaskan urutan
aktivitas antara aktor dengan komponen pada
sistem pada masing-masing kebutuhan
fungsional. Berikut adalah contoh hasil
perancangan sequence diagram pada salah satu
kebutuhan fungsional pada aplikasi yang
dikembangkan digambarkan pada Gambar 6.

Gambar 8 Class Diagram Konselor

Untuk Perancangan tabel data untuk entitas


Konselor dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Rancangan Data Konselor

No Nama Field Deskripsi


1. name Merupakan nama
lengkap pasien
Gambar 6 Sequence Diagram Mengirim Permintaan
Konseling 2. email Merupakan alamat email
dari pasien
Class Diagram menjelaskan dan
3. gender Merupakan jenis
mendefinisikan arsitektur objek dan class pada
kelamin dari pasien
sistem beserta hubungan keterkaitan antar satu
dengan yang lain dan menjelaskan bagaimana 4. birthday Merupakan tanggal lahir
tiap modul dikelompokkan. Class Diagram yang dari pasien
dibuat penelitian ini dikelompokkan menjadi 2,
5. latitude Merupakan satuan posisi
yaitu Class Diagram untuk aplikasi sisi pasien
latitude dari pasien
dan Class Diagram untuk aplikasi sisi konselor.

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 945

6. longitude Merupakan satuan posisi 6. IMPLEMENTASI


longitude dari pasien

Perancangan algoritme dilakukan untuk


membuat prosedur yang berisi langkah-langkah
yang diperlukan dalam menyelesaikan sebuah
permasalahan. Dalam aplikasi yang
dikembangkan pada penelitian ini, terdapat 3
algoritme fitur utama pada aplikasi
Kemudian dilakukan perancangan
antarmuka berupa screen-flow agar
memudahkan dalam memahami alur sistem
dalam membangun user interface. Adapun
perancangan antarmuka pada aplikasi sisi pasien
digambarkan pada Gambar 9.

Gambar 10 Implementasi Aplikasi

Pada tahap ini telah selesai dilaksanakan


implementasi untuk membangun aplikasi dari
hasil perancangan yang telah didefinisikan pada
tahap sebelumnya. Implementasi dilakukan
mulai dari implementasi perancangan basis data,
implementasi kode program, dan implementasi
antarmuka. Adapun hasil implementasi aplikasi
yang dikembangkan digambarkan pada Gambar
10.

7. PENGUJIAN
Pada bab pengujian menjelaskan tentang
blackbox testing dan pengujian usabilitas pada
aplikasi. Blackbox testing dilakukan di setiap
fitur untuk memastikan aplikasi berjalan dengan
sesuai dan memastikan tidak ada bug. Blackbox
Gambar 9 Screenflow Pasien
testing dilakukan dengan cara menyediakan
input dan memastikan output sesuai dengan
harapan. Pengujian usabilitas dilakukan untuk
mendapatkan nilai tingkat kemudahan dalam
penggunaan sistem ketika sudah pada tahap
production.
Pada pengembangan aplikasi yang
dilakukan terdapat 4 fitur yang akan dilakukan
pengujian blacbox. Pengujian blacbox yang
dilakukan dimulai dari peneliti merancang
testcase dan menguji aplikasi sesuai testcase
tersebut untuk mengetahui apakah perilaku

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 946

sistem valid atau tidak. Hasil yang diperoleh Skor SUPR-Qm dari aplikasi sisi pasien
adalah 100% valid untuk semua testcase dari 4 adalah 69,25% maka dapat disimpulkan hasil
fitur yang dilakukan pengujian. rating pada aplikasi sisi pasien adalah masuk
Pengujian usabilitas merupakan pengujian dalam kategori ok. Untuk skor SUPR-Qm dari
yang dilakukan untuk mengukur tingkat aplikasi sisi konselor adalah 74,5% maka hasil
kemudahan dalam penggunaan sistem. Jumlah rating dari aplikasi sisi konselor juga masuk
responden yang ditentukan pada penelitian ini dalam kategori good.
adalah 5 orang untuk aplikasi sisi pasien dan 5
orang untuk aplikasi sisi konselor. Langkah 8. KESIMPULAN DAN SARAN
pengujian usabilitas dimulai ketika responden Setelah penelitian telah selesai
melakukan semua skenario pengujian yang dilaksanakan didapatkan hasil kesimpulan
berisi tugas-tugas yang berbeda dalam sebagai berikut:
mengoperasikan aplikasi. Setelah melakukan 1. Tahap analisis kebutuhan pada penelitian ini
semua skenario pengujian, responden diminta menghasilkan 14 kebutuhan fungsional
untuk mengisi kuisoner untuk memberikan dimana terdiri dari 10 kebutuhan fungsional
penilaian terhadap aplikasi yang dikembangkan. untuk aplikasi sisi pasien dan 4 kebutuhan
Instrumen pertanyaan yang digunakan pada fungsional untuk aplikasi sisi konselor.
pengisian kuisoner menggunakan SUPR-Qm Selain kebutuhan fungsional, terdapat
dimana tiap pertanyaan menggunakan skala kebutuhan non-fungsional yang
likert sebagai skala penilaian. didefinisikan pada penelitian ini. Kebutuhan
Setelah selesai dalam mengisi kuisoner, fungsional aplikasi sisi pasien pada
responden dapat memberikan kritik dan saran penelitian ini terdiri dari proses login,
terkait aplikasi yang dikembangkan. Kritik dan register, menampilkan peta berisi lokasi
saran tersebut sangat dibutuhkan untuk menjadi pasien dan konselor, menampilkan daftar
umpan balik pengembang dalam semua konselor, menampilkan profil
mengembangkan aplikasi lebih baik lagi konselor, mengirim permintaan konseling,
sehingga dapat dilanjutkan implementasinya konseling secara online, memberi rating
pada penelitian lain. Pengujian usabilitas kepada konselor, menampilkan halaman
dilakukan oleh 5 responden pada masing-masing riwayat konseling, dan membuat
aktor yaitu aplikasi pada sisi pasien dan aplikasi appointment dengan konselor. Kebutuhan
pada sisi konselor. Responden melakukan fungsional pada aplikasi sisi konselor terdiri
skenario yang telah ditentukan dari masing- dari menampilkan seluruh permintaan
masing aplikasi untuk mengukur kemudahan konseling, fasilitas untuk menerima atau
dari aplikasi yang dikembangkan. menolak permintaan konseling,
Dari hasil pengujian usability yang menampilkan profil pasien, dan
dilakukan, diperoleh nilai 69,25% untuk aplikasi menampilkan daftar appointment dengan
pada sisi pasien dan 74,5% untuk aplikasi pada pasien. Sedangkan kebutuhan non-
sisi konselor. Setelah mengisi pertanyaan yang fungsional terdiri usability yang diukur
ada pada SUPR-Qm, responden memberikan dengan melalui skema pengujian usabilitas.
kritik dan saran pada aplikasi yang Kebutuhan tersebut didapatkan dari proses
dikembangkan agar dilakukan pengembangan wawancara personal dengan pengguna dan
lebih baik lagi. Setelah dilakukan pengujian wawancara dengan konselor psikologi.
usability, maka dapat diperoleh nilai atau skor 2. Tahap perancangan menghasilkan hasil
SUPR-Qm. Agar dapat menyimpulkan hasil rancangan yang akan diimplementasikan
berdasarkan skor tersebut, maka perlu dilakukan pada tahap implementasi yang berupa class
konversi skor tersebut ke usability rating scale. diagram, sequence diagram, rancangan
algoritme, rancangan antarmuka sistem, dan
rancangan tabel data yang menggunakan
struktur data tree.
3. Tahap implementasi menghasilkan aplikasi
perangkat bergerak pada sistem operasi iOS
yang memiliki fitur sesuai dengan hasil
Gambar 11 Usability Rating Scale analisis kebutuhan yang telah dilakukan
dengan menggunakan bahasa pemrograman

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 947

Swift. Treatment.
4. Tahap pengujian pada penelitian ini terdiri Erna Kumalasari Nurnawati, J. M. (2014).
dari 2 pengujian yaitu pengujian blackbox Aplikasi mobile berbasis lokasi untuk
dan pengujian usability. Hasil dari pengujian penyedia lokasi layanan kesehatan di
blackbox adalah 100% valid dan hasil Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional
pengujian usability untuk aplikasi sisi pasien Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST),
masuk ke dalam kategori ok dan aplikasi sisi 293–300.
konselor masuk dalam kategori good. Islam, R., & Mazumder, T. (2010). Mobile
application and its global impact.
Saran yang didapat dari pengembangan International Journal of Engineering &
aplikasi perangkat bergerak untuk mencari …, (06), 72–78. Retrieved from
konselor psikologi terdekat adalah sebagai http://ijens.org/107506-0909 IJET-
berikut: IJENS.pdf
1. Implementasi notifikasi untuk memudahkan Larrea, M. (2017). Black-Box Testing
proses konseling atau interaksi antara pasien Technique for Information Visualization.
dengan konselor. Sequencing Constraints with Low-Level
2. Memberikan informasi yang lebih lengkap Interactions. Journal of Computer Science
pada profil pasien agar memudahkan and Technology, 17(1), 37–48.
konselor. Loren, S. (2017). 10 Reasons Why People
3. Adanya fitur tambahan seperti video call Refuse to Talk to Therapists | Psychology
atau telfon pada konseling online. Today. Retrieved April 4, 2020, from
4. Perbaikan user interface dan user https://www.psychologytoday.com/us/blo
experience agar aplikasi lebih menarik dan g/i-hear-you/201710/10-reasons-why-
lebih mudah digunakan. people-refuse-talk-therapists
Mahoney, J., Le Moignan, E., Long, K.,
9. DAFTAR PUSTAKA Wilson, M., Barnett, J., Vines, J., &
Apple. (n.d.-a). MapKit. Retrieved October 6, Lawson, S. (2019). Feeling alone among
2019, from 317 million others: Disclosures of
https://developer.apple.com/documentatio loneliness on Twitter. Computers in
n/mapkit Human Behavior, 98(February), 20–30.
Apple. (n.d.-b). Swift The powerful https://doi.org/10.1016/j.chb.2019.03.024
programming language that is also easy to Mevada, D. (2018). The Benefits of Having
learn. Retrieved October 5, 2019, from Firebase for Mobile App Development.
https://developer.apple.com/swift/ Retrieved September 6, 2019, from
Arjadi, R., Nauta, M. H., & Bockting, C. L. H. https://www.mindinventory.com/blog/ben
(2018). Acceptability of internet-based efits-of-firebase-in-mobile-app-
interventions for depression in Indonesia. development/
Internet Interventions, 13(April), 8–15. Nielson, J., & Landauer, J. (1993). A
https://doi.org/10.1016/j.invent.2018.04.0 mathematical model of finding the
04 usability problem. Proceedings of the CHI
Avram, A. (2013). iOS vs. Android 93 proceedings of the Interact conference
Development. Retrieved October 5, 2019, on human factors in computing systems.
from InfoQ website: Espacio de Trabajo Matemático. Quinto
http://www.infoq.com/news/2013/08/ios- Simposio Internacional ET, 206–213.
vs-android-development https://doi.org/10.1145/169059.169166
Cao, J. (2015). The Guide to Usability Testing. Nugroho, S. C., Nurhayati, O. D., & Widianto,
Chen, M., & Jiang, S. (2019). Analysis and E. D. (2017). Aplikasi Pencarian Rute
research on mental health of college Perguruan Tinggi Berbasis Android
students based on cognitive computing. Menggunakan Location Based Service
Cognitive Systems Research, 56, 151–158. (LBS) di Kota Semarang. Jurnal
https://doi.org/10.1016/j.cogsys.2019.03.0 Teknologi Dan Sistem Komputer, 3(2),
03 311.
Emamzadeh, A. (2018). 15 Reasons Why https://doi.org/10.14710/jtsiskom.3.2.2015
People With Depression Don’t Get .311-319
Oinas-Kukkonen, H., & Kurkela, V. (2003).

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 948

Developing successful mobile


applications. Proceedings of the IASTED
International Conference on Computer
Science and Technology, (January 2003),
50–54.
Rahman. (2015). Android Kuasai Asia
Tenggara, di Indonesia Paling Juara.
Rather, M. A., & Bhatnagar, V. (2016). A
comprative study of sdlc model. (October
2015).
Shivaram, A. M., & Handigund, S. M. (2015).
An ameliorated methodology for the
abstraction of object oriented features
from software requirements specification.
Procedia Computer Science, 62(Scse),
274–281.
https://doi.org/10.1016/j.procs.2015.08.45
0
Tristiana, R. D., Yusuf, A., Fitryasari, R.,
Wahyuni, S. D., & Nihayati, H. E. (2018).
Perceived barriers on mental health
services by the family of patients with
mental illness. International Journal of
Nursing Sciences, 5(1), 63–67.
https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2017.12.003
WHO. (2012). Suicide mortality rate (per
100,000 population).

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai