Anda di halaman 1dari 15

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi begitu pesat di era revolusi


industri 4.0, hal ini sangat dirasakan manfaatnya hampir di seluruh aspek kehidupan
manusia. Tidak terkecuali di dunia kesehatan, betapa banyak inovasi yang diciptakan
untuk membantu penanganan kesehatan seperti aplikasi telemedis, dan media informasi
kesehatan digital berebntuk website ataupun aplikasi kesehatan. Dengan berbagai
inovasi yang dihasilkan itu, penanganan kesehatan dapat menjadi lebih baik termasuk
dalam mencari informasi dan konsultasi kesehatan bagi masyarakat. Terkait pencarian
informasi dan konsultasi bahkan komunikasi antara individu dan tenaga ahli kesehatan
dapat dipermudah melalui aplikasi mobile yang dirancang sehingga pasien atau siapa
saja yang membutuhkan informasi dan sebagainya dapat terbantu. Selain itu, adanya
komunitas juga dapat membantu terkait informasi seputar kesehatan, salah satunya
Komunitas Pita Tosca Indonesia yang merupakan komunitas pejuang tiroid Indonesia.
Adanya komunitas Pita Tosca Indonesia berawal dari minimnya informasi seputar
gangguan tiroid dan semangat untuk melakukan edukasi dan pendampingan psikologis
bagi pejuang tiroid. Pita tosca Indonesia saaat ini menjadi pusat edukasi gangguan tiroid
di Indonesia dengan melakukan visi misi kepedulian, peningkatan kesadaran, serta
edukasi terkait dengan Kesehatan kelenjar tiroid. Komunitas pita tosca menjadi wadah,
teman, dan rumah tempat berkumpulnya para pejuang tiroid Indonesia untuk berbagi
semangat agar tetap berdaya.
Berbeda dengan kelainan endokrin seperti diabetes, gangguan pada kelenjar tiroid
atau biasa disebut tiroiditis kurang populer di Indonesia, masih banyak orang yang tidak
tahu tentang gangguan kelenjar tiroid. Padahal kelainan pada kelenjar tiroid ini
merupakan kelainan endokrin terbanyak kedua di dunia setelah diabetes (Crosby, H et
al. 2015) penyakit ini beresiko pada menurunnya kualitas hidup penderitanya, bahkan
dapat menimbulkan komplikasi - komplikasi berbahaya lainnya. Sekitar 300 juta orang
di dunia melaporkan menderita kelainan tiroid, namun lebih dari setengahnya tidak
menyadarinya (……., ….)
Menurut Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, penyakit atau
kelainan Tiroid adalah salah satu kondisi kelainan pada seseorang akibat adanya
gangguan kelenjar tiroid baik berupa perubahan bentuk maupun perubahan fungsi yang
dapat menimbulkan komplikasi berbahaya seperti krisis tiroid (thyroid storm), atrial
fibralasi dan osteoporosis. Kelainan Tiroid ini ditimbulkan oleh adanya gangguan
kelenjar tiroid yang memproduksi hormon tiroksin. Selain berdampak pada fisik, gejala
pada gangguan tiroid juga berefek kepada kondisi psikologis seperti mudah marah,
cemas, gelisah, konsentrasi menurun, perubahan suasana hati, bahkan depresi
(Bekkering et al. 2019), ketika seseorag pertama kali mengetahui dirinya menderita
kelainan pada tiroid pasti akan mencari tahu informasi mengenai apa itu tiroid agar
mudah menghadapi dan mengambil penanganan atau tindakan pengobatan. Penulis yang
juga sebagai pejuang Tiroid mengalami kesulitan untuk mencari informasi yang
dibutuhkan karena begitu banyaknya informasi yang disajikan baik di web maupun di
Instagram. Dengan gajala-gejala gangguan tiroid yang sudah di sebutkan daiatas,
dibutuhkannya aplikasi mobile dengan fitur dan tampilan yang memberikan kemudahan
akses bagi penderita tiroid untuk mendapatkan informasi seputar gangguan kelenjar
tiroid. Kemudahan akses adalah sebuah tingkatan dimana seseorang percaya bahwa
menggunakan sebuah system dapat digunakan dengan mudah tanpa dibutuhkan banyak
usaha (Davis, 1989).
Pita tosca sendiri sudah memiliki website dan Instagram sebagai media informasi
digital-nya. Dalam penelitian ini penulis mencoba untuk merancang aplikasi mobile
yang diberi nama “Teman Tiroid” yang diharapkan dapat memberikan kemudahan
mengakses informasi dalam satu genggam, dan pengalaman user interfase yang baik
bagi para pejuang tiroid maupun keluarga dan masyarakt umum. “Teman tiroid” hadir
sebagai media informasi yang dapat membantu bagi penderita gangguan dalam
memperoleh informasi seputar tiroid. Sesuai dengan tujuan Komunitas Pita Tosca
sebagai wadah, rumah, sekaligus tempat berkumpulnya para pejuang tiroid Indonesia,
penggunaan kata “teman” ialah sebagai bentuk pendampingan pada pasien gangguan
tiroid. Aplikasi ini dibuat bukan hanya untuk pejuang Tiroid tetapi juga untuk keluarga
dan masyarakat yang peduli akan kesehatan Tiroid, juga sebagai media alternatif
informasi kesehatan tiroid di Indonesia yang terbilang masih mimim. Hal tersebut juga
disebabkan karena kurangnya awareness masyarakat di Indonesia terhadap kesehatan
kelenjar tiroid meskipun informasi yang beredar sudah banyak.

1.2 Rumusan Masalah


 Kesulitan mencari informasi relevan terkait gangguan kelenjar tiroid
 Belum adanya aplikasi yang dapat memberikan kemudahan dalam mencari
informasi bagi para penderita tiroid
 Belum adanya media alternatif informasi Kesehatan tiroid

1.3 Pertanyaan Penelitian


 Bagaimana merancang sebuah aplikasi yang memberikan informasi relevan bagi
penderita gangguan tiroid ?
 Bagaimana cara untuk mengatasi kesulitan dalam mengakses informasi penyakit
tiroid bagi penderita tiroid ?
 Bagaimana merancang sebuah aplikasi yang memudahkan akses bagi penderita
gangguan tiroid dalam mengakses informasi ?
1.4 Tujuan Penelitian
 Merancang aplikasi mobile “Teman Tiroid” untuk memudahkan akses
mendapatkan informasi terkait penyakit tiroid
 Memberikan kemudahan dalam akses informasi terkait bagi para pejuang tiroid

1.5 Manfaat Penelitian


 Memberikan kemudahan bagi penderita tiroid dalam mengakses informasi yang
dibutuhkan
 Memberikan literasi bagi masyarakat / keluarga terkait informasi mengenai
gangguan tiroid
 Sebagai media alternatif informasi Kesehatan gangguan tiroid

1.6 Batasan Masalah


 Kesulitan penderita Tiroid dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan
seputar gangguan Tiroid.
 Perancangan Aplikasi “Teman Tiroid” didasarkan tiga karakteristik umum
ganguan hormon tiroid.
 Perancangan Aplikasi “Teman Tiroid” berbasis android

1.7 Metode Perancangan


Pada penelitian ini menggunakan metode pendekatan Human Centered Design,
dimana penelitian ini diawali dengan melakukan observasi dan wawancara dengan
penderita gangguan tiroid serta Komunitas Pita Tosca tentang pengetahuan seputar
gangguan kelenjar tiroid, gejala-gejala dan kesulitan yang dialami penderita. Kemudian
dilanjutkan dengan Ideation yaitu tahap untuk menghasilkan alternatif solusi yang
diangkat dari target pengguna yaitu membuat sebuah media yang dapat menjadi pusat
informasi gangguan kelenjar tiroid dengan media aplikasi mobile. Selanjutnya yaitu
prototyping yaitu tahap membuat tampilan visual aplikasi mobile yang disusun dengan
menggunakan element of user experience, terakhir dilakukannya testing yaitu uji coba
kepada target pengguna aplikasi mobile yang di deskripsikan menggunakan UEQ (User
Experience Questionnaire).

1.8 Kerangka Perancangan

Human Centered Design (HDC) merupakan framework dari perancangan suatu system
informasi yang berfokus kepada seseorang yang akan menggunakan system/produk yang
akan dirancang. Menurut Don Norman (1988), Terdapat 4 siklus iterative dalam Human
Centered Design, yaitu :
Gambar I.1 Siklus Human Centered Design (Norman, 1988)
1. Observation Phase
Aktivitas pertama yang dilakukan dalam siklus Human Centered Desain adalah
observasi. Pada tahap ini dilakukan observasi langsung kepada pengguna,
memantau karakteristiknya dan kebutuhannya untuk mengetahui masalah yang
akan diselesaikan. Definisi masalah yang dicari dapat diketahui dengan
memahami apa tujuan yang ingin dicapai oleh target sasaran yaitu pengguna
aplikasi “Teman Tiroid” dan kendala atau kesulitan yang mereka hadapi dalam
mencari informasi Kesehatan seputar Tiroid.

2. Ideation Phase
Pada tahap ini setelah masalah yang ingin diselesaikan sudah diketahui pada fase
observasi, langkah selanjutnya adalah mengenerate solusi yang berpotensi atas
masalah yang ada. Dalah tahap ini penulis merealisasikan gagasan dan ide melalui
brainstorming agar dapat mencari solusi yang bisa diterapkan pada aplikasi
mobile “Teman Tiroid”, yang sebelumnya telah dipelajari dari kesulitan yang
dihadapi target sasaran, sampai merancang prototype yang juga melibatkan
pengguna “Teman Tiroid”.

1) Implementation Phase
Melakukan implementasi dalam penentuan masalah bertujuan untuk memberitahu
target pengguna bahwa masalah yang akan diselesaikan dipahami oleh pengguna
“Teman Tiroid”. Ada 2 tahap dalam fase implementasi, yaitu prototyping dan
testing.

(a) Prototyping

Pada tahap ini ide yang sudah di-generate dibuat prototype agar bisa di test
secara langsung kepada target pengguna. Dalam fase pembuatan desain
aplikasi, ada 3 hal yang harus dilakukan dalam pembuatan desain aplikasi
mobile, yaitu: sketch, wireframe dan yang terakhir prototyping. Sebelum
prototyping, pada tahap inilah penulis mengkomunikasikan aplikasi yang
akan dibuat kepada target pengguna. Tahap wireframe adalah proses
UI/UX dalam membuat struktur aplikasi mobile. Dari wireframe tersebut
kemudian akan ditentukannya letak judul, gambar dan elemen-elemen
visual lainnya yang akan ditampilkan sehingga memudahkan proses
review antara desainer dan target pengguna, yang menggunakan Figma
sebagai design toolsnya. Kemudian dikembangkan pada tahap prototype
yang akan membantu penulis merencanakan langkah selanjutnya untuk
membuat keseluruhan aplikasi dimana prototype adalah representasi visual
dari desain aplikasi mobile yang membantu mengkomunikasikan tampilan
dan nuansa keseluruhan aplikasi ‘Teman Tiroid” untuk memberikan
gambaran tentang cara kerjanya.

(b) Testing

Pada tahap ini, dikumpulkan beberapa target pengguna aplikasi “Teman


Tiroid” yaitu para penderita gangguan tiroid dari Komunitas Pita Tosca,
disini dapat diketahui solusi yang diberikan kepada pengguna sudah
menyesaikan masalah atau belum sesuai dengan kendala dan kesulitan
yang di hadapi penderita gangguan tiroid. Tahapan testing ini untuk
mempelajari perilaku pengguna dan mengidentifikasi kekurangan yang
dapat di perbaiki pada literasi selanjutnya.

1.9 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini disusun dalam beberapa bab, pada setiap
bab menguraikan beberapa pokok pembahasan. Adapun sistematika penulisan laporan ini
adalah sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Pada BAB 1 membahas mengenai pendahuluan dari penelitian meliputi latar
belakang, identifikasi masalah, tujuan penelitian berdasarkan masalah yang muncul
dari latar belakang, lingkup riset penelitian, metodologi penulisan dan sistematika
penelitian.
2. Bab II Kajian Pustaka
Pada BAB 2 membahas mengenai landasan teori terkait objek kajian yaitu aplikasi
mobile, Komunitas Pita Tosca, Tiroiditis, gejala umum dan karakteristik penderita
gangguan tiroid sebagai acuan untuk melakukan penelitian ini. Serta tinjauan media
& teknologi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perancangan aplikasi mobile
berbasis android dengan menggunakan metode pendekatan Human Centered Design,
serta Teori terkait target sasaran yaitu uji coba kepada target pengguna aplikasi
mobile “Teman Tiroid” yang di deskripsikan menggunakan UEQ (User Experience
Questionnaire)
3. Bab III Data dan Analisis Data
Pada BAB 3 membahas mengenai data & analisis data terhadap kebutuhan sistem
dan perancangan yang terdiri dari 5 sub bab utama yaitu data terkait objek kajian
yaitu aplikasi mobile berbasis android, data terkait target sasaran yaitu Komunitas
Pita Tosca dan penderita gangguan tiroid sebagai data acuan perancangan serta
gambaran awal antarmuka aplikasi mobile yang akan dibangun.
4. Bab IV Konsep Desain
Pada BAB 4 membahas mengenai implementasi yaitu pembuatan asset – asset yang
akan di gunakan dalam pembangunan aplikasi mobile berdasarkan pada analisis data
pada bab sebelumnya yang terbagi menjadi 3 sub bab utama yaitu konsep umum
(strategi komunikasi dan target sasaran), konsep visual tampilam aplikasi (Konsep
gambar & foto, konsep komposisi, konsep huruf, dan konsep warna), serta konsep
media.
5. Bab V Kesimpulan dan Saran
Pada BAB 5 ini membahas mengenai kesimpulan dari keseluruhan penelitian ini
dalam bentuk paragraf serta saran yang dapat menjadi acuan dalam penelitian atau
pengembangan selanjutnya dari aplikasi mobile.
Bab II Tinjauan Pustaka

II.1 Aplikasi Mobile Berbasis Android

Di dalam perkembangan sistem informasi yang semakin pesat, berbagai macam aplikasi selalu
hadir di kehidupan kita. Aplikasi itu sendiri adalah kumpulan perintah program yang dibuat
khusus untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu (Hendrayudi, 2009). Aplikasi selalu
berjalan di atas platform sistem operasinya masing-masing, salah satu yang populer adalah
aplikasi yang berjalan di perangkat mobile yang disebut aplikasi mobile atau mobile apps.
Aplikasi mobile atau yang umum disebut mobile apps adalah aplikasi dari sebuah perangkat
lunak yang dalam pengoperasiannya dapat berjalan di perangkat mobile seperti Smartphone,
Tablet, iPod, dll, serta mampu beroperasi di sistem operasi yang mendukung perangkat lunak
secara standalone. Beberapa platform pendistribusibusian aplikasi mobile yang tersedia biasanya
dikelola oleh penyedia dari mobile operating system, seperti store (Apple App), store (Google
Play), Store (Windows Phone) dan world (BlackBerry App) (Siegler, 2008).

Android adalah salah satu dari sistem operasi perangkat mobile terbesar di dunia dengan
presentase pengguna mencapai 82,3% diikuti oleh iOS 13,8% dan Windows Mobile 2,7%
(Safaat H, Nazruddin. 2015). Jadi aplikasi mobile berbasis android adalah sebuah aplikasi yang
berjalan di dalam sistem operasi android. Sistem operasi android bersifat open source
dikembangkan oleh google khusus dirancang untuk perangkat mobile. Android dapat digunakan
oleh siapa saja sebagai penunjang kebutuhan sehari-hari yang patut dipertimbangkan untuk
mendapatkan informasi. Dengan popularitas dan kemudahan android di mata pengguna pada
akhirnya sebagian aplikasi mobile yang dibuat oleh perusahaan/developer yang pertama dituju
adalah android. Jika dibandingkan dengan ios yang hanya berjalan pada perangkat iPhone,
android mampu bejalan di segala merk ponsel pintar. Hal inilah yang membuat aplikasi mobile
yang dirancang dengan basis android berpotensi memiliki jumlah pemakai yang lebih banyak
dari sistem operasi perangkat mobile yang lainnya.
Note: Gunakan 1 teori atau pendapat ahli megenai point ini, dan deskripsi singkat dari point ini
menggunaka jurnal yang sudah dikirimkan

II.2 Aplikasi Mobile Kesehatan

Perkembangan inovasi layanan dan teknologi dibidang kesehatan di Indonesia dan Negara lain
sudah semakin pesat, kondisi ini terjadi karena untuk meningkatkan kualitas layanan dan
jangkauan jumlah sasaran pengguna layanan kesehatan. Montana merupakan Negara bagian
Amerika Serikat menggunakan teknologi aplikasi mobile kesehatan untuk mendukung pemulihan
pasien di Pusat Kesehatan Berkualitas Federal (FQHCs) dengan meminimalkan beban
pengumpulan data dan pemantauan (Brown, 2015). Selain itu ada pula teknologi kesehatan
berbasis smart watches melalui sensor inersia membantu pemantauan penyakit yang mudah
diukur seperti gangguan gaya berjalan (King & Sarrafzadeh, 2018). Penelitian lain tentang
teknologi berbasis ponsel memiliki potensi untuk meningkatkan layanan kesehatan primer di
Negara berpenghasilan rendah seperti Bangladesh (Uddin et al., 2017), menggunakan teknologi
Mobile Continuum Of Care Service (CCS) untuk kesehatan ibu dan anak: strategi penguatan
sistem kesehatan di negara berpenghasilan rendah dan menengah (Balakrishnan et al., 2016),
paradigma baru teknologi berbasis aplikasi mobile kesehatan mental salah satu alternatif yang
menguntungkan untuk mencapai pendekatan yang lebih holistik dan integratif pada praktik klinis
di dunia nyata (Hidalgo-Mazzei et al., 2018).

Banyak bermunculan pengembangan aplikasi kesehatan akhir-akhir ini, terutama aplikasi mobile
kesehatan. Pada masa pandemi yang lalu, jangkauan pelayanan dan informasi kesehatan tidak
hanya dilakukan secara luring. Namun, adanya aplikasi mobile kesehatan sangat membantu
dalam mendapatkan pelayanan dan informasi kesehatan secara daring dan lebih efisien. Dilansir
dari gits.id aplikasi mobile kesehatan adalah aplikasi yang berada pada perangkat smartphone
yang berfungsi untuk memberikan penawaran tentang layanan dan jasa terkait kesehatan.
Aplikasi kesehatan ini akan membantu masyarakat untuk mendapatkan layanan ataupun jasa
kesehatan secara jarak jauh dengan sistem daring. Beberapa aplikasi kesehatan menawarkan
konsultasi secara jarak jauh juga.
Note: Gunakan 1 pendapat ahli/teori, dan deskripsi dari point ini menggunaka jurnal yang sudah
dikirimkan

II.3 UI/UX Design dalam Aplikasi Kesehatan Tiroid

Di dunia modern pengalaman pengguna dan tampilan sebuah sistem menjadi sangat penting.
Yang mana dengan kondisi tersebut peran user experience (UX) dan juga user interface (UI)
menjadi sangat penting bahkan bisa dikatakan mendukung tingkat kesuksesan dalam
membangun sebuah aplikasi. User Experience (UX) sendiri menurut definisi dari ISO 9241-210
adalah persepsi dan tanggapan seseorang yang dihasilkan dari suatu produk dan sistem yang
melibatkan pengguna. Tujuan utama dalam proses membuat user experience (UX) adalah untuk
memperoleh kenyamanan dan kepuasan pengguna. Untuk mencapai tujuan pengalaman yang
terbaik maka perlu dberikan dengan berbagai layanan yang sesuai serta tampilan antarmuka/user
interface yang efektif dan enak dilihat. User interface (UI) sendiri adalah sebuah desain tampilan
antar muka yanng mengacu pada alur sistem dan interaksi antara pengguna dengan perangkat
atau pengguna dengan pengguna lain melalui perintah, input data, dan konten-konten. Tampilan
antar muka pengguna (UI) sangat penting dalam pengembangan aplikasi karena bisa
mempengaruhi produktivita sebuah sistem.

Di dalam aplikasi kesehatan tiroid user experience yang dibuat harus bisa mewakili penderita
tiroid dengan nyaman karena penderita tiroid cendurng mengalami penurunan konsentrasi.
Gejala-gejala dan efek yang ditimbulkan dari tiroid harus bisa diantisipasi oleh developer dalam
penyusunan fitur dan alur dari aplikasi. Begitu pula dengan tampilan antar muka (UI) aplikasi
juga disesuaikan dengan daya fokus dan karakter dari penderita teroid. Mulai dari jenis tulisan,
bentuk, hingg warna setiap aset harus disesuaikan. Untuk menghindari perasaan cemas dan mood
kurang enak, warna dan jenis font bernuansa ceria bisa menjadi alternatif.

Note: Gunakan 1 pendapat ahli/teori, dan deskripsi singkat dari point ini menggunaka jurnal
yang sudah dikirimkan
II.4 Human Centered Design (HDC)
HCD (Human Centered Design) adalah sebuah pendekatan yang berpusat pada manusia dalam
menciptakan sesuatu berdasarkan karakteristik, psikologi, dan presepsi manusia (E. G.
Ramadhan, 2017). Fokus pendekatan berdasar informasi yang berfokus kepada seseorang yang
akan menggunakan sistem yang akan dirancang. Proses pendekatan ini dimulai dengan orang
yang akan menggunakan aplikasi sampai menghasilkan suatu solusi yang dirancang khusus
untuk memenuhi kebutuhan mereka. Jadi, dalam prosesnya Human Centered Design (HDC)
berpusat pada manusia berdasarkan karakteristik alami umum dan sangat berfokus pada keadaan
psikologi dan persepsi manusia. Agar produk yang berpusat pada manusia tidak hanya akan baik
tetapi juga fungsional sesuai dengan ciri-ciri psikologis dan fitur khas untuk kelompok
pengguna.

Terdapat 4 prinsip utama dalam melakukan Human Centered Design (Nick Babich, 2017), yaitu :
1. Berfokus pada orang yang menjalankan
Dalam melakukan proses desain, hal yang harus selalu difikirkan adalah orang
yang akan menggunakan aplikasi nantinya. Orang yang menggunakan aplikasi
kita nantinya akan berinteraksi dengan aplikasi yang akan dibuat untuk
mencapai tujuannya. Di dalam konsep HCD, posisi aplikasi/produk hanyalah
alat untuk membantu pengguna mencapai tujuannya dengan lebih efisien. Maka
dari itu sangat penting untuk mengidentifikasi alasan sesungguhnya mengapa
seseorang ingin menggunakan aplikasi/produk yang akan dibuat.

Proses identifikasi dalam menentukan alasan mengapai produk kita dipakai


orang dimulai dengan sebuah pertanyaan sederhana “untuk siapa
aplikasi/produk ini dibuat?”. Kemudian diperjelas dengan pertanyaan “Siapa
yang akan menggunakan aplikasi/produk yang akan dibuat?” dan “Dalam
kondisi seperti apa orang akan menggunakan aplikasi/produk yang akan
dibuat”. Setelah menentukan target pengguna, penting untuk mengetahu user
journey (perjalanan penggunanya). Secara ringkas User Journey bisa
dideskripsikan dengan kalimat “Ketika …, saya ingin …, supaya saya bisa …”.
Kerangka deskripsi kalimat tersebut adalah cara terbaik untuk mengidentifikasi
User Journey yang kritis dan mampu memetakan solusi yang memungkinkan.
2. Mencari Masalah yang sebenarnya
Banyak sekali masalah yang dihadapi manusia, tetapi tidak semua masalah
penting untuk diselesaikan. Don Norman mengidentifikasi dua jenis masalah
yaitu masalah mendasar dan gejala masalah. Don Norman berpendapat, penting
untuk menyelesaikan masalah mendasar terlebih dahulu karena dengan
melakukan itu akan memecahkan akar penyebab masalah lain.

Meskipun melakukan penelitian dan mengidentifikasi masalah mendasar


memerlukan waktu, namun proses identifikasi masalah inti harus menjadi
bagian tidak terpisahkan dari proses desain.

3. Semua bagian adalah bagian dari system


Di dalam proses HDC, segala bagian dari proses user journey adalah satu
kesatuan. Tidak bisa hanya berfokus pada satu bagian saja sedangkan bagian
yang lain dilupakan. Fokus pada semua bagian proses pengalaman pengguna
inilah yang nantinya akan menghasilkan hasil akhir yang sesuai dengan yang
ingin pengguna capai.

Sebagai contoh, ketika membangun sebuah aplikasi e-commerce yang sangat


bagus dan lancar tetapi ketika terjadi kesalahan pengiriman barang proses
pengembaliannya berjalan sangat lambat dan susah. Tidak peduli sebarapa
bagus pengalaman pelanggan dalam melakukan transaksi dan pembelian barang,
tetapi karena proses pengembaliannya sangat buruk. Maka secara keseluruhan
pengguna akan menilai kalau aplikasi/produk yang dibuat buruk.

4. Selalu melakukan uji coba terhadap rancangan yang dibuat


Untuk mendapatkan umpan balik yang optimal dalam proses mencari ide
ataupun membuat prototipe, harus selalu uji dengan calon pengguna sungguhan.
Dari umpan balik calon pengguna itulah yang nantinya akan jadi poin penting
dalam proses perbaikan. Dalam proses validasi ini, pendekatan berorientasi
manusia sangat menghindari asumsi.

II.5 Komunitas Pita Tosca

Komunitas Pita Tosca adalah komunitas edukasi kesehatan tiroid di Indonesia. Komunitas Pita
Tosca gencar melakukan kampanye kesehatan tiroid, karena dinilai banyak masyarakat yang
belum memahami isu tersebut. Padahal dari tahun ke tahun angka pengidap kanker tiroid terus
meningkat. Komunitas ini bukan hanya berbicara seputar keluhan secara fisik saja tetapi juga
psikis, karena kanker tiroid, seperti yang kebanyakan dirasakan anggotanya, membuat depresi,
lemah, sulit bekerja. Komunias Pita Tosca yakin ada beberapa masyarakat yang didiagnosis
dengan gangguan tiroid butuh komunitas dan ekosistem yang mendukung.

Komunitas Pita Tosca memiliki 814 anggota yang tersebar di seluruh Indonesia, Dari seluruh
anggota, 50 persen di antaranya adalah penyintas kanker tiroid. Banyak informasi dan edukasi
dari komunitas pita tosca yang sangat bermanfaat. Sayangnya komunitas belum memiliki wadah
untuk menyatukan edukasi dan informasi terkait teroid dalam satu kesatuan sistem.

Note: deskripsi singkat saja, dan kaitkan dengan masalah penelitian.

II.6 Karakteristik Tiroiditis

Penyakit tiroid adalah masalah umum yang menyebabkan ketidakseimbangan hormon tiroid
dalam tubuh Anda. Masalah terjadi ketika kelenjar tiroid menjadi kurang aktif (hipotiroid) atau
terlalu aktif (hipertiroid). Kondisi kelenjar ini pada dasarnya berbentuk kupu-kupu kecil yang
ditemukan di depan leher.

Hipertiroidisme adalah kondisi ketika kadar hormon tiroksin di dalam tubuh sangat tinggi.
Hormon tiroksin dihasilkan oleh kelenjar tiroid, dan berperan dalam berbagai proses
metabolisme. Oleh sebab itu, gangguan pada hormon ini akan menyebabkan gangguan
metabolisme tubuh.
Hipertiroidisme lebih cenderung terjadi pada wanita. Kondisi ini bisa muncul pada usia
berapapun, termasuk ketika masih anak-anak. Tapi biasanya muncul ketika memasuki usia 20-40
tahun.

Kelenjar tiroid memproduksi dua jenis hormon, yaitu triiodotiroin (T3) dan tiroksin (T4). Setiap
hormon berfungsi untuk mengatur sel dan cara kerja tubuh. Umumnya, kelenjar tiroid akan
memproduksi hormon dalam jumlah yang tepat. Namun dalam kondisi tertentu, produksi hormon
dapat dilakukan secara berlebih, terutama tiroksin (T4).
Banyaknya hormon tiroksin yang diproduksi kelenjar tiroid dalam tubuh bisa disebabkan oleh
berbagai hal, seperti penyakit Graves, obat amiodaron, suplemen iodine, nodul tiroid, kanker
tiroid, tiroiditis, kehamilan atau tumor adenoma hiposisis.

Menurut infografis yang dikeluarkan oleh Prosehat Sahabat Sehat Anda, Ciri-Ciri Seseorang
yang Terkena Hipertiroid adalah sebagai berikut:
1. Berat badan menrun meski nafsu makan naik.
2. Berdebar
3. Medah berkeringat
4. Otot Lemah
5. Cemas dan Gelisah
6. Gangguan tidur
7. Gerakan usus meningkat
8. Rambut rapuh
9. Kulit kering
10. Mata menionjol
11. Gangguan menstruasi

Kaitkan dengan hilangnya kemampuan terhadap gangguan seperti konsentrasi menurun, sulit
focus, cemas, sulit mengungkapkan perasaan, mood swing. Maka user interfase pada desain
aplikasi ‘Teman Tiroid” harus disesuaikan dengan kondisi diatas. (kondisi user yang akan
menggunakan aplikasi)

Note: Gunakan 1 pendapat ahli/teori, dan deskripsi singkat dari point ini menggunaka jurnal
terkait tiroid yang sudah dikirimkan

Referensi tambahan:

https://pitatosca.org
https://www.suara.com/lifestyle/2018/10/13/100000/komunitas-pita-tosca-wadah-edukasi-
kesehatan-tiroid-di-indonesia?page=1
https://venturebeat.com/programming-development/how-designing-with-passion-can-
redefine-the-customer-experience/
Siegler, M. G. (2008). “Analyst: There’s a great future in iPhone Apps”. Venture
Beat. (Diunduh dari http://venturebeat.com/2008/06/11/analyst-theresa-great-future-
in-iphone-apps/)

Anda mungkin juga menyukai