Jurkam-Pengembangan Konseling Reb Untuk Mereduksi Nomo Siswa SMK
Jurkam-Pengembangan Konseling Reb Untuk Mereduksi Nomo Siswa SMK
1
Ananda Riskiya Nur Isnaini, 2Diniy Hidayatur Rahman, 3Ella Faridati Zen
1
Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Malang, Indonesia
Correspondence:email.1ananda.riskiya.1701116@students.um.ac.id
PENDAHULUAN
2| JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa Vol. 1 No. Desember 2015
Remaja masa kini dihadapkan pada umum yang sering muncul dalam ketergantungan
lingkungan dimana segala sesuatu berubah smartphone berupa gejala stres, gelisah, serta
sangat cepat, salah satunya smartphone. terjadinya kecemasan. Kecemasan saat berjauhan
Keterbukaan remaja terhadap perkembangan dengan smartphone mengacu pada nomophobia
teknologi dapat diketahui dari hasil riset yang (Muyana & Widyastuti, 2017).
dilakukan oleh Markplus Insight Indonesia, Istilah nomophobia pertama kali muncul
pengguna smartphone terbanyak adalah remaja dalam sebuah organisasi penelitian di Inggris
kelompok usia 16 sampai 21 tahun dengan pada tahun 2010 bernama YouGov. Dalam
persentase 39% (Yulianti, 2014). Sebanyak penelitian tersebut disebutkan bahwa
81,42% remaja menggunakan smartphone di atas nomophobia berasal dari kata “no mobile phone
5 jam dalam satu hari dan 44,44% di atas 9 jam phobia”, yaitu ketakutan berada jauh dari
per hari yang sering digunakan untuk membuka smartphone (Yildirim, 2014). Eskawati (2019)
sosial media (whatsApp, instagram, facebook) mengungkapkan nomophobia merupakan
dan games (Hanika, 2015). Dalam penelitian kecenderungan individu dalam menggunakan
yang dilakukan oleh Agusta (2016) di SMK smartphone secara berlebihan, sehingga dapat
Negeri 1 Kalasan, terdapat beberapa siswa yang mengalami ketergantungan serta merasa gelisah
memiliki lebih dari satu telepon seluler. dan khawatir apabila berada jauh dari
Berdasarkan wawancara dengan 8 siswa (5 smartphone. Selain itu, Azizah (2018)
perempuan dan 3 laki-laki) mengatakan bahwa mengungkapkan seseorang yang mengalami
mereka menjadi sulit konsentrasi saat belajar di nomophobia selalu hidup dalam kekhawatiran
sekolah jika smartphone nya tertinggal di rumah, dan selalu merasa cemas ketika meletakkan
karena membawa smartphone membuat mereka smartphone-nya, sehingga selalu membawanya
merasa tenang. kemanapun pergi. Berdasarkan uraian tersebut
Fenomena terkait penggunaan smartphone nomophobia merupakan perasaan cemas,
secara berlebihan juga ditemui oleh peneliti pada gelisah, atau gugup ketika individu tidak
siswa di SMKN 3 Malang. Dalam sebuah mampu mengakses smartphone.
wawancara yang dilakukan kepada salah satu Data survei yang dilakukan di Amerika
konselor di SMKN 3 Malang, diketahui bahwa menunjukkan bahwa pada tahun 2008 penderita
terdapat beberapa kali kasus penyitaan nomophobia di Amerika mencapai 53%, empat
smartphone siswa dikarenakan beberapa siswa tahun kemudian dilakukan survei pada tahun
menggunakan smartphone mereka ketika 2012 jumlah penderita nomophobia tersebut naik
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. secara drastis mencapai 66% (Yildirim, 2014).
Konselor juga menyebutkan kejadian penyitaan Selain itu, hasil penelitian dari Muyana &
smartphone kerap terjadi di kalangan siswa dan Widyastuti (2017) pada jenjang SMK di
belum ada intervensi yang secara akurat Yogyakarta menunjukan 31% dari 540 peserta
mengatasi ketergantungan siswa terhadap didik berada pada tingkat nomophobia tinggi.
smartphone mereka. Hasil wawancara ini Penelitian lain yang dilakukan oleh Nursalim
menunjukkan bahwa, terdapat beberapa siswa (2020) menunjukkan bahwa terdapat 5 peserta
SMKN 3 Malang yang masih memerlukan didik SMKN 1 Driyorejo yang memiliki skor
bimbingan terkait penggunaan smartphone serta nomophobia sangat tinggi berdasarkan hasil
perlunya media bimbingan dan konseling yang analisis skala nomophobia yang telah diisi oleh
dapat secara khusus membantu konselor dalam 100 siswa.
mengintervensi ketergantungan siswa terhadap Pada tahun 2010 organisasi YouGov
smartphone. meneliti perilaku para pengguna ponsel. Studi ini
Ketergantungan remaja pada smartphone menemukan bahwa sebanyak 53% pengguna
dapat mempengaruhi kesehatan, baik secara fisik ponsel cenderung merasa cemas saat mereka
maupun psikologis (Soliha, 2015). Masalah
Nama Peneliti,Judul pada Artikel... | 3
kehilangan ponsel atau berada di luar jaringan individual. Dalam penelitian ini menggunakan
internet. 66% populasi manusia telah menderita konseling REB yang dirasa dapat mereduksi
nomophobia, dengan 77% remaja usia 18-24 nomophobia siswa. Menurut teori REBT, emosi
tahun serta 68% orang dewasa berumur 25-34 atau rasa cemas yang dirasakan individu ketika
tahun. Menurut penelitian tersebut, kini terdapat tidak dapat mengakses smartphone-nya
sebanyak 70% wanita dan 66% laki-laki disebabkan oleh keyakinan internal dalam diri
penderita nomophobia di dunia (Yildirim, 2014). yang tidak rasional. Menurut Ellis (dalam
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dryden & Neenan, 2004), REBT adalah suatu
Yildirim (2014), merumuskan 4 karakteristik rancangan terapeutik, dalam konseling atau
nomophobia yang meliputi: (1) Perasaan psikoterapi yang dalam pelaksanaannya berfokus
kehilangan komunikasi ketika tidak memegang pada pikiran irasional individu sebagai tujuan
smartphone (not being able to communicate), (2) terapeutik, menekankan modifikasi atau
Perasaan kehilangan konektivitas ketika tidak pengubahan keyakinan irasional yang merupakan
memegang smartphone (losing connectedness), bagian dari konsekuensi emosional dan tingkah
(3) Perasaan kehilangan kemudahan mencari laku.
informasi tanpa smartphone (not being able to REBT menegaskan bahwa inti dari
access information) dan (4) Perasaan menyerah sebagian besar masalah manusia adalah
atas kenyamanan yang diberikan smartphone kecenderungan individu untuk menilai secara
(giving up convenience). Karena itu, apabila absolut terhadap peristiwa-peristiwa dalam
seseorang memiliki kriteria tinggi terkait kehidupan yang terbentuk dalam pikiran mereka
keempat aspek di atas maka dapat dikategorikan (Rahman, 2016). Pikiran tersebut muncul dalam
mengalami nomophobia. bentuk tuntutan dan perintah dogmatis seperti
Beberapa penelitian yang relevan dengan “harus, harus, dan harus”. Dalam REBT, pikiran
topik nomophobia, di antaranya: Penelitian yang tersebut merupakan keyakinan irasional individu
dilakukan oleh Astriani (2020), hasil penelitian yang menuntut diri sendiri atau orang lain untuk
tersebut menunjukkan bahwa remaja yang selalu menyesuaikan dengan harapan kita sendiri.
mempunyai manajemen diri yang baik akan bisa Padahal, manusia tidak selalu bisa sempurna.
mengelola perilakunya untuk tidak menggunakan Ada kemungkinan kinerja yang dihasilkan tidak
smartphone secara berlebihan. Penelitian lain sesuai dengan standar (Ellis & Dryden, 1997:14).
yang menunjukkan penurunan perilaku Menurut Ellis, pikiran, perasaan dan
nomophobia pada remaja adalah penelitian tingkah laku secara berkesinambungan akan
dengan menggunakan teknik desensitisasi saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama
sistematis yang dilaksanakan oleh Azizah (2018) lain. Seseorang yang mengalami nomophobia
di SMAN 1 Tulungagung. Pahlawan (2019) juga tidak mampu membentuk keseimbangan antara
melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa berpikir, bertindak, dan merasa, sehingga muncul
ada hubungan positif dan sangat signifikan antara perasaan cemas ketika menghadapi situasi seperti
nomophobia dengan prokrastinasi akademik pada tidak bisa mengakses smartphone-nya.
siswa kelas XI di SMK-BM Swasta Sinar Husni Berdasarkan paparan di atas, nomophobia
Medan dengan koefisien korelasi sebesar didefinisikan sebagai rasa takut kehilangan
(0,607). Kondisi ini berarti bahwa semakin tinggi kontak dengan telepon genggam yang
nomophobia pada siswa kelas XI di SMK-BM dipengaruhi oleh pikiran-pikiran irasional
Swasta Sinar Husni Medan maka semakin tinggi seseorang yang berarti bahwa jika seseorang
pula prokrastinasi akademiknya. tidak memegangnya di tangan dapat
Salah satu bentuk intervensi yang dapat menyebabkan rasa cemas dan frustrasi.
diberikan untuk mereduksi nomophobia siswa Tujuan utama dari REBT adalah
adalah dengan melaksanakan konseling membantu individu merubah keyakinan irasional
4| JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa Vol. 1 No. Desember 2015
mereka menjadi keyakinan rasional. Individu konseling kepada siswa. Awalliya (2020)
yang mengalami nomophobia akan cenderung mengungkapkan bahwa untuk dapat
berfikiran irasional ketika dihadapkan pada mengembangkan buku panduan yang baik
situasi yang memicu perasaan cemasnya, sebab perlu memenuhi standar akseptabilitas yakni,
itu pemberian perlakuan konseling yang aspek kegunaan, aspek kelayakan, dan aspek
langsung pada reaksi kognitif yang berorientasi ketepatan. Berdasarkan kajian di atas, peneliti
pada keyakinan individu sangat diperlukan untuk berkeinginan mengembangkan buku panduan
menurunkan perilaku nomophobia. penerapan konseling REB untuk mereduksi
Pandangan pendekatan rational-emotif nomophobia pada siswa SMK sebagai panduan
behavior tentang kepribadian dapat dikaji dari yang dapat digunakan oleh konselor sekolah.
konsep-konsep kunci teori Albert Ellis. Terdapat
tiga pilar yang membangun tingkah laku METODE
individu, yaitu Activating event (A), Believe (B), Penelitian ini menggunakan metode
dan Emotional consequence (C), kerangka pilar penelitian dan pengembangan (research and
ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau development). Penelitian pengembangan atau
teori ABC yang berguna untuk memahami Research and Developmental (R&D) adalah
perasaan, pikiran, peristiwa, serta perilaku suatu proses atau langkah-langkah untuk
konseli. mengembangkan suatu produk baru atau
Ellis dan Dryden (1997:74) menyempurnakan produk yang telah ada yang
mengemukakan bahwa tahap-tahap atau prosedur dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata,
pelaksanaan konseling rational emotive behavior 2005).
dapat digunakan secara fleksibel, bergantung Borg & Gall (dalam Sukmadinata, 2005)
pada kebutuhan konseli. Salah satu prosedur mengungkapkan serangkaian tahapan
yang dirancang oleh Dryden dan Neenan (2004: pelaksanaan strategi penelitian dan
30) terdiri dari enam tahapan yang terdiri dari: pengembangan yaitu: (1) penelitian dan
(1) Asesmen dan identifikasi masalah konseli, pengumpulan data, (2) perencanaan, (3)
(2) Merumuskan tujuan konseling, (3) pengembangan draft produk, (4) uji coba
Mengajarkan hubungan B – C, (4) Menemukan lapangan awal, (5) merevisi hasil uji coba, (6) uji
keyakinan irasional dan rasional konseli, (5) coba lapangan, (7) penyempurnaan produk hasil
Memberikan tugas rumah di setiap akhir sesi uji lapangan, (8) uji pelaksanaan lapangan, (9)
konseling, dan (6) Terminasi dan follow up. penyempurnaan produk akhir, dan (10)
Pada konteks ini salah satu bentuk diseminasi dan implementasi.
intervensi yang dapat digunakan untuk Berdasarkan prosedur penelitian di atas,
mereduksi nomophobia agar siswa mampu peneliti menyusun prosedur penelitian dalam
berkembang secara optimal adalah dengan pengembangan panduan konseling REB untuk
pelaksanaan layanan konseling individual. mereduksi nomophobia siswa SMKN 3 Malang
Salah satu personil di sekolah yang berwenang yang telah disesuaikan dengan situasi dan
melaksanakan layanan tersebut adalah konselor kondisi di lapangan sebagai berikut: (1)
sekolah melalui pelaksanaan layanan konseling penelitian dan pengumpulan data. Peneliti
REB. Tetapi, dengan minimnya referensi mengumpulkan serta mengkaji data awal yang
terkait konseling REB konselor jarang dibutuhkan berkaitan dengan permasalahan
menggunakan teknik tersebut sehingga penelitian yang dihasilkan dari studi literatur
diperlukan panduan konseling REB untuk berupa buku, jurnal, artikel, dan literatur lainnya.
mereduksi nomophobia. Peneliti juga melaksanakan wawancara kepada
Pengadaan buku panduan konselor untuk mendapatkan informasi mengenai
pelaksanaan konseling sangat membantu nomophobia siswa SMKN 3 Malang, (2)
konselor dalam melaksanakan layanan perencanaan. Dalam tahap perencanaan peneliti
Nama Peneliti,Judul pada Artikel... | 5
mengembangkan segala kebutuhan yang pengguna yakni konselor sekolah serta revisi
diperlukan selama melakukan penelitian. Hasil produk akhir.
dari identifikasi permasalahan dan adanya Data yang dihasilkan dari penelitian ini
kebutuhan dari konselor di sekolah menjadi latar adalah data kuantitatif dan data dekskriptif.
belakang pengembangan produk panduan REB, Analisis data kuantitatif menggunakan teknik
(3) pengembangan draft produk. Pengembangan analisis inter-rater agreement model. Teknik
draft produk penting dilakukan untuk analisis inter-rater agreement model digunakan
mengetahui gambaran awal produk dengan untuk menganalisis data angka berupa skor yang
tujuan dapat lebih memahami masalah-masalah diperoleh dari hasil uji produk yang diberikan
dari rancangan panduan serta dapat oleh ahli materi, ahli media, dan calon pengguna
menghasilkan pengembangan panduan yang dengan masing-masing 2 orang ahli (Gregory,
optimal, (4) tahap uji ahli & revisi produk. 2011). Sedangkan data deskriptif yaitu data yang
Setelah draft produk disusun maka tahap berupa kritik, saran, dan masukan akan dianalisis
selanjutnya adalah melakukan uji produk kepada dan dideskripsikan guna menarik kesimpulan,
para ahli materi konseling REB dan ahli media, sehingga akan memberikan gambaran yang jelas
dan (5) tahap uji calon pengguna dan revisi mengenai aspek yang dinilai pada produk buku
produk akhir. Setelah melakukan revisi produk panduan konseling REB untuk mereduksi
sesuai dengan hasil penilaian ahli, maka nomophobia siswa SMK. Data tersebut juga
selanjutnya melakukan uji produk kepada calon dijadikan sebagai bahan revisi dalam
penyempurnaan produk akhir.
Panduan ini telah melewati uji ahli siswa SMK sangat berterima sebagai panduan
materi, uji ahli media, dan uji calon konseling yang digunakan di sekolah baik secara
pengguna dengan mendapat hasil data indeks teoretis maupun praktis dari aspek ketepatan,
uji ahli sebesar 1,00 yang berarti memiliki kegunaan, kemudahan dan kemenarikan.
validitas yang sangat tinggi. Penilaian angka Kelayakan materi dalam produk panduan
tersebut menunjukkan bahwa panduan konseling REB untuk mereduksi nomophobia
konseling REB untuk mereduksi nomophobia siswa SMK ini didasarkan pada penelitian
yang dikembangkan sesuai dengan kriteria dengan konseling REB sebelumya yang juga
dan memenuhi aspek keberterimaan yang menghasilkan panduan konseling, diantaranya
meliputi aspek kegunaan, ketepatan, yaitu: penelitian yang dilakukan Rapgay, dkk
kemudahan,dan kemenarikan. Selain itu, data (2011) menegaskan bahwa konseling REB
kualitatif dari uji ahli menunjukkan ada sangat efektif dalam mengendalikan gangguan
beberapa perbaikan agar panduan konseling kecemasan pada umumnya (Generalized Anxiety
REB dapat sangat berguna untuk membantu Disorder). Penelitian lain yang dilakukan oleh
guru BK dalam memberikan layanan Dharmayana, dkk (2018) menyebutkan bahwa
konseling di sekolah. Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT)
Keberterimaan isi materi dan media berpengaruh untuk mengatasi kecemasan yang
panduan dinilai oleh 2 ahli materi, 2 ahli dihasilkan dari pola pikir, perasaan, dan tingkah
media, dan 2 calon pengguna secara teoretis laku irasional. Marsinun (2016) juga melakukan
berdasarkan kriteria akseptabilitas yaitu penelitian yang menunjukkan hasil bahwa,
ketepatan, kegunaan, kemudahan, dan terdapat perbedaan yang signifikan terkait
kemenarikan. Hasil penilaian dari ahli pengurangan kecemasan menghadapi ujian pada
materi bimbingan dan konseling, ahli media dan siswa SMP yang memperoleh konseling
calon pengguna berupa data kuantitatif dan data kelompok REB pada hasil pre-test dan post-test
deskriptif. Data kuantitatif dan data pada kelompok eksperimen.
deskriptif didapatkan atas pengisian Berdasarkan paparan di atas dapat
instrumen penilaian dan diinterpretasi diketahui bahwa pengembangan panduan
berdasarkan kategori yaitu aspek kegunaan, konseling REB efektif dalam mereduksi
ketepatan, kemudahan, dan kemenarikan. kecemasan, sehingga peneliti mengembangkan
Data angka hasil penilaian ahli materi panduan konseling REB yang dapat mereduksi
menunjukkan indeks validitas ahli sebesar 1,00 kecemasan siswa SMK berkaitan dengan
yang berarti memiliki validitas yang sangat nomophobia.
tinggi. Penilaian angka tersebut menunjukkan Panduan konseling REB untuk
bahwa panduan konseling REB untuk mereduksi mereduksi nomophobia siswa SMK ini
nomophobia yang dikembangkan sesuai memiliki keunggulan dan keterbatasan.
dengan kriteria dan memenuhi aspek Beberapa keunggulan dari panduan konseling
keberterimaan yang meliputi aspek kegunaan, REB ini. Pertama, panduan ini telah
ketepatan, kemudahan,dan kemenarikan. Selain memenuhi aspek keberterimaan dengan
itu data deskriptif dari uji ahli materi, uji ahli indeks validitas sangat tinggi yang berarti
media, dan uji calon pengguna menunjukkan ada sangat layak digunakan. Kedua, isi dalam
beberapa perbaikan agar panduan konseling panduan ini disusun secara sistematis dan
REB dapat sangat berguna untuk membantu rinci yang dibagi dalam 6 bagian utama untuk
guru BK dalam memberikan layanan memudahkan pengguna. Ketiga, panduan ini
konseling di sekolah. mengutamakan kemudahan pembaca untuk
Berdasarkan uraian di atas, dapat memahami kalimat dalam setiap bagian isi
disimpulkan bahwa proptipe panduan panduan yang ditunjukkan dalam penataan
konseling REB untuk mereduksi nomophobia
Nama Peneliti,Judul pada Artikel... | 7
Borg, W.R., & Gall, M.D. 2003. Education Nursalim, M. 2020. Penerapan Strategi
Research and Introduction, fourth Desensitisasi Sistematis untuk
edition. New York: Longman. Mengurangi No Mobile Phone Phobia
(Nomophobia) di SMKN 1
Dharmayana, I. W., Sinthia, R., & Afriyati, V. Driyorejo. Jurnal BK UNESA, 11(2).
2018. Efektivitas Penerapan Konseling
Rational Emotive Behavior Therpy Pahlawan, R. 2019. Hubungan Antara
(REBT) untuk Menghilangkan
Nomophobia Dengan Prikrastinasi
Kecemasan pada Klien. In Seminar
Konseling 2017. Padang: Fakultas Ilmu Akademik Siswa Kelas XI SMK-BM
Pendidikan UNP. Sinar Husni Medan. Human
Development. Medan: McGraw Hill.
Dryden, W. & Neenan, M. 2004. The
Rational Emotive Behavioural Approach Rahman, D. H. 2016. Integrating Al-Qur’an with
to Therapeutic Change. London: SAGE Rational Emotive Behavior Therapy in
Publications Inc. Counseling Muslim Students. 2nd ICET
Theme:“IMPROVING THE QUALITY
Ellis, A. & Dryden, W. 1997. The Practice of OF EDUCATION AND TRAINING
Rational Emotive Behavior Therapy THROUGH STRENGTHENING
(2end). New York: Springer Publisher. NETWORKING”, 211.
Eskawati, D., Ruhaena, L., & Psi, S. A. S.
Rapgay, L., Bystritsky, A., Dafter, R. E., &
2019. Efektivitas Pelatihan Mindfulness Spearman, M. 2011. New strategies for
untuk Menurunkan Nomophobia pada combining mindfulness with integrative
Remaja (Doctoral dissertation, cognitive behavioral therapy for the
Universitas Muhammadiyah Surakarta). treatment of generalized anxiety
disorder. Journal of Rational-Emotive &
Gregory. J. R .2011. Tes Psikologi, Sejarah, Cognitive-Behavior Therapy, 29(2), 92-
Prinsip, dan Aplikasi. Jakarta: Edisi 119.
Keenam. Erlangga.
Soliha, S.F. 2015. Tingkat Ketergantungan
Hanika, I.M. 2015. Fenomena Phubbing di Era Pengguna Media Sosial Dan Kecemasan
Milenia (Ketergantungan Seseorang pada Sosial. Jurnal Interaksi, 4 (1) : 1 – 10.
Smartphone terhadap Lingkungannya).
Jurnal Interaksi, 4 (1): 42 – 51. Sukmadinata, N. S. 2005. Metode penelitian
pendidikan. Program Pascasarjana
Marsinun, R. 2016. Keefektifan konseling Universitas Pendidikan Indonesia dengan
Rational Emotive Behavior (REB) untuk PT Remaja Rosdakarya.
mengurangi kecemasan menghadapi ujian
siswa di SMPN 150 Jakarta. In Prosiding Yildirim, C. 2014. Exploring the dimensions of
Seminar Nasional Berseri (pp. 306-327). nomophobia. Lowa state university:
Developing and validating a questionaire
Muyana, S., & Widyastuti, D. A. 2017. using mixed methods.
Nomophobia (No-Mobile Phone Phobia)
Penyakit Remaja Masa Kini. In Seminar Yulianti, L. 2014. Yang Muda Yang Menuruti
Nasional Bimbingan Konseling Kata Hati. Marketeer.
Universitas Ahmad Dahlan (Vol.
2).Novitasari, D. (2018). Pelatihan
Manajemen Diri Untuk Menurunkan
Nomophobia Pada Mahasiswa (Master's
thesis, Universitas Islam Indonesia).