Anda di halaman 1dari 5

Nama : Intan Dewanti Puspitaningrum

NIM : 20/459607/PS/08222

Kelas : Psikologi Klinis A

Topik : Meninjau efektivitas Teletherapy dalam intervensi psikologis anak

Efektivitas Teletherapy dalam Intervensi Psikologis Anak

Isu mengenai konseling online atau e-konseling telah sejak lama menjadi

perhatian. Zeng et al. (2010) berpendapat bahwa hal tersebut merupakan buah dari

kemajuan teknologi dan perkembangan informasi. Di Indonesia sendiri, konseling

online dikenal sebagai cyber counseling atau konseling virtual (Ifdil & Ardi, 2013).

Konseling dalam ranah psikologi klinis merupakan salah satu dari jenis intervensi

terapi (Sundburg, 2007). Sebagai lanjutan dari adanya e-konseling, kemajuan

teknologi juga turut mewarnai perkembangan strategi lain dalam dunia terapi, yang

kemudian disebut dengan Teletherapy. Teletherapy merupakan sebutan bagi jenis

terapi dan analisis psikologis yang dilakukan melalui telepon dan internet (Scharff,

2018).

Pada era digital saat ini, teletherapy merupakan inovasi yang dapat

membantu klien mengakses layanan psikologis. Scharff (2018) juga menyampaikan

bahwa teletherapy dapat menjadi sumber yang berguna bagi pasien karena

teknologi yang dimanfaatkan dalam penerapan teletherapy memungkinkan pasien

untuk berpartisipasi dalam perawatan individu, pengawasan klinis, dan seminar

kelompok melalui konferensi video. Hal tersebut memberi gagasan bahwa

teletherapy dapat dimanfaatkan ketika pasien dan terapis tidak dapat melakukan

pertemuan secara langsung. Hal ini mendukung penyesuaian pada pelaksanaan

terapi dalam kondisi pandemi virus corona yang membuat orang-orang tidak dapat

bertatap muka secara langsung. Pada situasi tersebut, pendekatan terapeutik yang

disesuaikan dengan teletherapy sangat dibutuhkan (Bate & Malberg, 2020).

Namun, bagaimana jika teletherapy digunakan dalam intervensi anak-anak?

Apakah penggunaan teletherapy pada anak-anak dapat memberikan hasil yang

efektif?
Dalam psikologi klinis, anak-anak dianggap memiliki keunikan karakteristik

yang harus diperhatikan. Sundburg (2007) dalam bukunya menjelaskan bahwa

karakteristik tersebut terdiri dari Referral Process yang berkaitan dengan

ketergantungan anak pada orang tua untuk mendapatkan layanan psikologi

profesional, Confidentiality yang berhubungan dengan kewaspadaan anak terhadap

terapis atas privasi mereka, The Context of Children’s Behavior yang berhubungan

dengan keterbatasan anak dalam mengendalikan tingkah laku, Developmental

Considerations yang berhubungan dengan norma perkembangan dalam budaya anak,

Parent-child Interaction yang berhubungan dengan interaksi timbal-balik pada orang

tua dan anak, serta Risk and potential factors yang berhubungan dengan faktor-faktor

risiko maupun potensial yang ada pada diri anak. Berbagai karakteristik tersebut

menjadi tantangan bagi terapis untuk dapat dipertimbangkan dalam penggunaan

teletherapy sebagai jenis intervensi yang dipilih.

Terapis dan ahli psikoanalisis menghadapi pendapat yang berbeda mengenai

keefektifan teletherapy, terlebih pada anak-anak. Sebagai terapis anak, Bate &

Malberg (2020) menyampaikan bahwa orang tua kerap mengalami kesulitan dalam

menanggapi perubahan perilaku anak-anak dan merasa kewalahan untuk

melanjutkan sesi teletherapy. Hal tersebut tampaknya dapat terjadi karena dalam

teletherapy, terapis maupun konselor memiliki keterbatasan dalam melakukan

pendekatan secara langsung kepada anak, sehingga orang tua adalah sosok yang

memegang kunci penting dan terkadang membuat mereka merasa seolah memiliki

tanggung jawab penuh dalam keberhasilan terapi. Selain itu, pendapat dari ahli lain

mengatakan bahwa teletherapy memiliki kekurangan dalam integritas realitas

virtual yang berkaitan dengan privasi, keamanan, dan penggunaan etis berbagai

teknologi komunikasi (Schraff, 2018). Akan tetapi, riset tersebut menemukan bahwa

pihak yang menentang keefektifan teletherapy merupakan psikoterapis yang tidak

memiliki pengalaman mengenai metode teletherapy.

Sementara, dari wawancara yang dilakukan oleh Skipor & Vorobieva (2021)

kepada 312 psikolog Rusia yang sebagian besarnya telah memiliki pengalaman

intervensi online menunjukkan bahwa setengah dari mereka memberi respon positif

terhadap format intervensi online dan percaya bahwa mereka telah berhasil
beradaptasi dengan format tersebut. Nagarajan & Yuvaraj (2021) juga

menyampaikan bahwa terapis maupun konselor pada umumnya memiliki

kesadaran mengenai proses yang terlibat selama terapi dilakukan melalui telepon

atau online.

Efektivitas teletherapy pada anak juga dapat dilihat dari berbagai

keberhasilan yang terjadi dalam pelaksanaannya. Berdasarkan hasil penelitian,

diketahui bahwa terapi perilaku kognitif dan terapi humanistik cocok untuk

digunakan klien online (Nagajaran & Yuvaraj, 2021), yang mana sesuai dengan salah

satu tipe intervensi anak menurut Sundberg (2007). Hasil tersebut selaras dengan

Bioulac et al. (2021) yang menjelaskan bahwa pelatihan kognitif pada anak dengan

ADHD yang disampaikan dalam lingkungan virtual dapat meningkatkan kerja

atensi serta mengurangi distraksi dan impulsivitas secara signifikan. Penelitian lain

juga menunjukkan bahwa teletherapy sangat berguna untuk menangani tingkat

komorbiditas yang tinggi dalam satu intervensi pada anak-anak dan remaja dengan

epilepsi (Bennet et al., 2021).

Secara keseluruhan, efektivitas intervensi yang dilakukan secara online

melalui teletherapy cukup menjanjikan, baik untuk anak-anak maupun orang tua

yang menjadi pendamping anak (Kuhlthau, 2020). Menurut Bate & Malberg, (2020)

meskipun terapis tidak berada di ruangan yang sama dan memiliki mainan yang

sama dengan klien anak-anak, terapis dapat mencoba untuk menemukan elemen

baru dalam ruang terapi tersebut agar tetap terhubung dan terapi bekerja secara

efektif. Komunikasi dan ekspresi yang menjadi satu-satunya bagian yang tampak di

layar dapat menjadi alat terapi yang kuat. Dalam setiap orientasi psikoterapi anak,

alat yang paling penting adalah kemampuan terapis untuk melakukan formulasi dan

reformulasi sebagai respon dari proses pergeseran dan perubahan psikoterapi yang

terjadi secara cepat.


Referensi

Bate, J., & Malberg, N. (2020). Containing the Anxieties of Children, Parents and

Families from a Distance During the Coronavirus Pandemic. Journal of

Contemporary Psychotherapy, 50(4), 285–294. https://doi.org/10.1007/s10879-

020-09466-4

Bennett, S., Heyman, I., Varadkar, S., Coughtrey, A., Walji, F., & Shafran, R. (2021).

Guided Self-help Teletherapy for Behavioural Difficulties in Children with

Epilepsy. Journal of Clinical Psychology in Medical Settings, 2013.

https://doi.org/10.1007/s10880-021-09768-2

Bioulac, S., Micoulaud-Franchi, J. A., Maire, J., Bouvard, M. P., Rizzo, A. A., Sagaspe,

P., & Philip, P. (2020). Virtual Remediation Versus Methylphenidate to

Improve Distractibility in Children With ADHD: A Controlled Randomized

Clinical Trial Study. Journal of Attention Disorders, 24(2), 326–335.

https://doi.org/10.1177/1087054718759751

Ifdil, I., & Ardi, Z. (2013). Konseling Online Sebagai Salah Satu Bentuk Pelayanan E-

konseling. Jurnal Konseling Dan Pendidikan, 1(1), 15.

https://doi.org/10.29210/1400

Kuhlthau, K. A., Luberto, C. M., Traeger, L., Millstein, R. A., Perez, G. K., Lindly, O.

J., Chad-Friedman, E., Proszynski, J., & Park, E. R. (2020). A Virtual

Resiliency Intervention for Parents of Children with Autism: A Randomized

Pilot Trial. Journal of Autism and Developmental Disorders, 50(7), 2513–2526.

https://doi.org/10.1007/s10803-019-03976-4

Nagarajan, M., & Yuvaraj, S. (2021). Mental health counsellors’ perceptions on use of

technology in counselling. Current Psychology, 40(4), 1760–1766.

https://doi.org/10.1007/s12144-018-0104-4

Scharff, J. S. (Ed.). (2018). Psychoanalysis online: Mental health, teletherapy, and training.

Routledge.

Skipor, S. I., & Vorobieva, A. E. (2021). Psychological characteristics of psychologists’

adaptation to online counseling during the covid-19 pandemic. Russian

Psychological Journal, 18(1), 61–73. https://doi.org/10.21702/rpj.2021.1.5


Sundberg, N. D., Winebarger, A. A., & Taplin, J. R. (2007). Psikologi Klinis

Perkembangan Teori, Praktik, dan Penelitian. Diterjemahan dari judul asli:

Clinical Psychology oleh Helly PS dan Sri Mulyantini S. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Zeng, W., Yi, C., Chen, H., & Xin, R. (2010). Web peer counseling system. Paper

presented at the International Conference on Educational and Information

Technology.

Anda mungkin juga menyukai