Anda di halaman 1dari 5

PSYCHOPOLYTAN (Jurnal Psikologi)

MAKSIMAL 15 HALAMAN
Psychopolytan : Jurnal Psikologi ISSN CETAK : 2614-5227
VOL. 3 No. 1, Agustus 2019 ISSN ONLINE : 2654-3672

Layanan E Counseling pada Siswa di Sekolah di Era Digital

Rifa Hidayah1, Indah Noor Mazaya2


1
Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Jl. Gajayana No 50 Dinoyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang Jawa Timur
2
Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Jl. Gajayana No 50 Dinoyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang Jawa Timur

indahnoormazaya98@email.com

Abstrak (12pt Bold)

Abstract (12pt Bold)

PENDAHULUAN (Rata Tengah, Times New Roman 12, Bold, spasi 1)

Era digital saat ini memberikan kemudahan pada seluruh masyarakat indonesia untuk dapat
lebih mudah dalam menjalani seluruh aktifitasnya. Era digital ialah penerapan teknologi
sistem jaringan terintegrasi pada seluruh sektor salah satunya yaitu sektor pendidikan. Pada
dunia pendidikan teknologi dimanfaatkan untuk menunjang fasilitas proses belajar mengajar,
berupa penggunaan aplikasi belajar, media belajar, dan kemudahan lainnya. Adanya
perubahan di era digital ini dapat berimplikasi terhadap kegiatan konseling di dunia
pendidikan. Selain memberikan kemudahan hal ini juga menjadi tantang bagi para konselor
masa kini.
Prayitno (2004) menjelaskan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan oleh ahli kepada individu atau kelompok dengan tujuan untuk mendampingi klien
menemukan solusi, mengembangkan kemampuan yang ada dalam diri, memanfaatkan
kekuatan yang dimiliki sehingga dapat dikembangkan berdasarkan norma yang berlaku.
Bimbingan konseling pada dasarnya memberikan tujuan untuk membantu para peserta
didik dalam mencapai perkembangannya dan juga mengatasi masalah yang dialami selama
menjalani proses pendidikan. Oleh karena itu layanan konseling ini memberikan peranan
penting dalam pendidikan formal. Adanya perubahan pada era digital ini akan memberikan
peluang para konselor untuk dapat lebih kreatif dan inovatif dalam proses menjalani layanan
bimbingan dan konseling kepada peserta didik.(Ardi & Ifdil, 2013)
Beberapa tahun lalu, ketika masa pandemic covid-19 berlangsung penerapan konseling
online mulai dijalankan secara luas. Peran guru bimbingan konseling sangat dibutuhkan di
masa pandemic karena perannya untuk melakukan motivasi kepada siswa agar bersemangat
dan bangkit dalam proses pembelajaran di masa pandemic. Layanan yang dapat diberikan
salah satunya e-counseling, bentuk e-counseling yang gunakan sesuaikan dengan kebutuhan
sekolah. Guru bimbingan konseling bekerjasama dengan wali kelas, guru mata pelajaran
untuk menindaklanjuti siswa yang tidak mengerjakan tugas hingga mendatangkan orang tua
bentuk perhatian sekolah kepada siswa. Konseling online dianggap efektif karena memiliki
beberapa alasan yakni, lebih praktis, hemat dan fleksibel. Konseling online dapat dilakukan
dimana dan kapan saja, bahkan di rumah pun konseling tetap berjalan dengan baik,sehingga
dapat mengurangi biaya dan waktu perjalanan. Selain itu, konseling online dapat diakses
231 nama penulis – Judul Tulisan: Singkat dan
Padat
Psychopolytan : Jurnal Psikologi ISSN CETAK : 2614-5227
VOL. 3 No. 1, Agustus 2019 ISSN ONLINE : 2654-3672

diseluruh penjuru. Saat ini layanan Kesehatan mental diseluruh Indonesia belum terpenuhi
secara merata sehingga adanya konseling online ini dapat membantu dalam penyerataan
layanan Kesehatan mental.(Janna & Sainuddin, 2018)
Di Indonesia istilah e-counseling belum pasti kapan munculnya namun sebelumnya sudah
dikenal dengan istilah cyber counseling, virtual counseling. Ifdil (2009) menjelaskan bahwa
pelayanan e-counseling tidak hanya terbatas pada penyelenggarakan e-counseling saja namun
seluruh aspek bantuan bimbingan konseling secara teknologi. Seperti pemanfaatan program
pengolahan instrument, himpunan data siswa, aplikasi management konseling, pemanfaatan
media saat pemberian layanan klasikal di kelas. Adanya konseling online ini akan membantu
para peserta didik untuk dapat secara mudah dalam menyampaikan permasalahan yang
dimiliki kepada konselor.
Penelitian Syam (2020) layanan e-counseling dapat menurunkan kecemasan belajar siswa.
Dengan hasil tersebut maka layanan e-counseling berbasis cybercounseling efektif
menurunkan kecemasan belajar siswa yang sebelumnya pada pada ketegori sangat tinggi,
tinggi sekarang menjadi sedang dan rendah.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode literatur review. Burhan (2008) motede literature
adalah salah satu metode pengumpulan data apa adanya tanpa melakukan analisis serta
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Metode dalam penelitian ini adalah kajian
pustaka yang mana peneliti mengumpulkan artikel, buku, bahan bacaan lalu membandingkan
antara hasil penelitian dengan teori yang berkaitan mengenai layanan e-counseling pada siswa
di sekolah di era-digital. Langkah langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mendefinisikan ruang lingkup topik yang akan di review, mengidentifikasikan sumber-sumber
yang relevan, mereview literatur, menulis hasil dan mengaplikasikan literatur pada kajian
yang akan dilakukan. Menurut Moloeong (2013) benruk dokumen yang bisa dijadikan bahan
dalam studi literature yaitu : 1) dokumen harian (catatan pribadi, surat pribadi) 2) dokumen
resmi ( aturan lembaga, sisetem pemberlakukan, memo, pengumuman, intruksi, majalah,
butlerin, jurnal, dll)

HASIL
Tahapan pelaksanaan layanan e counseling di sekolah
Menurut Ifdil (2011) terdapat tiga tahapan yang bisa dilakukan dalam pelaksanaan e
counseling
1. Tahap persiapan
Yaitu mempersiapkan alat yang dibutuhkan seperti computer, laptop, headset, mic,
webcam dll (hardware). Sedangkan pada perangkat lunak (software) yang dibutuhkan
adalah program-program layanan yang akan digunkanan seperti email, account,
keterampilan konselor, kelayakan akademik, penilian secara etik maupun hukum,
kesesuain isu yang akan di bahas dan tata kelola.
2. Tahapan proses konseling
Pada proses konseling secara e-counseling tidak jauh berbeda dengan konseling tatap
muka yaitu pengantaran, penjegaan, penafsiran, pembinaan secara kontinyu dan fleksibel.
Pada proses konseling online lebih ditekankan pada terentasnya masalah klien dengan
melakukan Teknik pendekatan atau terapi.
3. Tahap pasca konseling
232 nama penulis – Judul Tulisan: Singkat dan
Padat
Psychopolytan : Jurnal Psikologi ISSN CETAK : 2614-5227
VOL. 3 No. 1, Agustus 2019 ISSN ONLINE : 2654-3672

Pada tahap ini proses penilaian konseling dilakukan. Konseling dikatakan sukses apabila
kondisi klien lebih stabil dibandingkan sebelum melakukan konseling, effective daily
living-EDL, sehingga konseling kedua bisa dilakukan secara tatap muka sesuai
kesepakatan antara konselor dan klien.
Efektivitas pemberian layanan E-Counseling siswa di sekolah pada era digital
Penelitian Agrianur & Farida (2018) menjelaskan bahwa media video sangat penting
untuk menurunkan perilaku bullying di SMAN 5 Makassar. Gambaran tingkat kebutuhan
video bimbingan konseling penting dan sangat dibutuhkan. Media video bimbingan konseling
yang telah dikembangkan telah valid untuk mengurangi perilaku bullying. Media video
bimbingan konseling diberikan kepada 10 siswa dalam uji kelompok kecil dan menunjukkan
adanya perubahan tingkat perilaku bullying sebelum dan setelah penanyangan media social
bimbingan konseling.
Penelitian yang dilakukan Mulyati (2021) nahwa ada pengaruh yang signifikan dari
konseling melalui media social whatshapp dimana terdapat perubahan perilaku, sikap,
pengetahuan yang meningkat pada masyarat. Penelitian yang dilakukan fiin dan barak (2010)
pada 93 konselor menjelaskan bahwa konselor online cukup dengan dengan praktik yang
dilakukan yaitu melakukan proses bimbingan konseling secara e-counseling dan mereka
percaya bahwa konseling online cukup efektive.
Penelitian Fahri & Fitri (2021) mengenai efektivitas aplikasi zoom sebagai media e-
celling untuk siswa kelas XI Teknik Laboratorium medik. Menunjukan hasih bahwa
penggunaan media Zoom sebagai sarana untuk e-counseling efektif dilakukan sebagai
program layanan e-counselling. Penelitian Wiyono dkk (2020) konseling online situs web
dianggap “sangat baik” dan memperoleh keputusan “sangat layak” serta perkembangan dari
situs web konseling online untuk memberikan layanan psikologis pendampingan selama
Learning From Home (LFH) telah terpenuhi kriteria akseptabilitas yaitu aspek kegunaan,
akurasi dan kelayakan.
Penelitian Amos (2020) manfaat konseling online sama dengan manfaat konseling
offline. Pada penelitian tersebut dikatakan bahwa pelaksanaan konseling baik secara online
maupun ofline memiliki manfaat yang sama artinya walaupun dilaksanakan secara online
konseling tetap berjalan secara efektif dan efisien sehingga masalah konseli dapat terentaskan
dengan baik. Pelaksaan e counsleing di inggris menjadi kebutuhan serta perhatian bagi siswa
di sekolah. Hening (2016) penyelenggaraan layanan terapi online diterima baik oleh siswa dan
mendapatkan rekomendasi untuk dikembangkan lebih jauh sesuai dengan kebutuhan siswa
dan sekolah.
Pelaksaanaan layanan e counseling dinilai efektif untuk membantu mengatasi
permasalahan siswa. Ifdil (2003) konseling online cukup efektif untuk dilakukan dimana
koseli yang tidak memiliki kesempatan atau terkendala jarak maka konseling online dapat
dilakukan dan menjadi solusi dalam membantu mengentaskan masalah.
Penelitian tengtang e-counseling sebagai layanan konseling model untuk siswa sekolah
SMA pada era digital dilakukan Gading (2020) menunjukkan bahwa akseptabilitas model dan
pedoman cybercounseling yang dikembangkan dalam penelitian tersebut sangat tinggi. Selain
itu, model dan pedoman cybercounseling efektif sebagai model layanan konseling bagi siswa
Sekolah Menengah Atas (SMA) di era digital. Berdasarkan temuan tersebut, guru bimbingan
dan konseling disarankan untuk menggunakan e-counseling sebagai model konseling untuk
membantu siswa mencapai kemandirian dan menyelesaikan masalah yang dihadapi karena
cybercounseling memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan konseling tatap
muka

233 nama penulis – Judul Tulisan: Singkat dan


Padat
Psychopolytan : Jurnal Psikologi ISSN CETAK : 2614-5227
VOL. 3 No. 1, Agustus 2019 ISSN ONLINE : 2654-3672

DISKUSI
Dalam melakukan layanan konseling online sedikit memiliki perbedaan dengan konseling
tatap muka pada konseling online memiliki ketentuan dan keterampilan dalam hal teknologi
karena seiring berkembangnya zaman pemberian layanan juga disesuaikan dengan aplikasi
teknologi yang terbaru dan mendapatkan banyak pertanyaan baru mengenai proses dan
pentingnya dasar-dasar etika serta hukum, perlunya latihan, isu-isu teknologi sebelm konselor
bertemu dengan klien, (Mallen & Vogel, dkk. 2011).
Pemberian layanan e-counseling sangat mungkin dilakukan konselor kepada siswa dan
orang tua siswa selama 24 jam karena tidak memungkinkan untuk konsultasi secara langsung,
konselor dapat melakukan layanan konseling online dimana saja tanpa mesti stand by di ruang
kerja (Pasmawati, 2016). Konselor memiliki jam, hari, atau bahkan minggu untuk
menanggapi pesan tersebut. Kesempatan untuk mengirim pesan ke konselor dapat dilakukan
setiap saat
Sejalan dalam hasil penelitian Dincyurek dkk, (2017) pandangan akademisi bahwa layanan
konseling online akan berguna bagi siswa pemalu yang tidak bisa datang ke layanan konseling
sekolah. Selain itu bahwa layanan konseling online dapat menyediakan waktu 24 jam dalam
sehari. Dengan begitu akan memberi kesempatan untuk menjangkau konseli lebih luas. Dan
konselor dapat memberikan layanan langsung kepada konseli secara bersama-sama.
Adapun tantangan yang harus dihadapi konselor ketika melakukan konseling online,
diantaranya: 1) Mengidentifikasi masalah yang sesuai dengan konseling online. Konselor
yang melakukan layanan konseling secara online tersebut memerlukan akuntabilitas dan
ikatan kepercayaan yang tinggi dari konseli mereka, diantaranya yang memberikan contoh
kepercayaan yang kejujuran dan kompetensi yaitu konselor online harus secara jelas
mengidentifikasi diri mereka dan kualifikasi mereka kepada konseli. Hal tersebut menjadi
sangat penting sekali bagi organisasi profesi untuk merancang pedoman yang efektif untuk
konseling online sebelum terjadi kasus atau masalah hukum yang diakibatkan dari
penggunaan layanan konseling online tersebut. 2) Kemungkinan kesalahpahaman. Konselor
harus memberikan penjelasan pada konseli tentang batas-batas, keefektifan dan resiko dalam
menggunakan media internet yang dimungkinkan terjadi, konselor juga menginformasikan
pada kliennya untuk dimungkinkan melakukan konseling secara face to face, mengetahui
identitas yang lebih jelas lagi tentang konseli juga sangat dibutuhkan untuk menjalin
hubungan konseling online untuk menghindari adanya pemalsuan data dan informasi dari
kliennya serta dimungkinkan adanya situasidarurat yang dimungkinkan terjadi pada saat
dilakukannya sesi konseling. 3) Batasan Profesional Hal ini menjaga keseimbangan antara
profesional dan batas-batas pribadi, untuk menghindari hubungan ganda yang mungkin
berpotensi membahayakan. 4) Masalah teknologi Konselor harus berdiskusi dengan klien
membahas kemungkina yang terjadi saat melakukan konseling seperti internet mati, server
error, bahkan kerusakan peralatan. Adapun situasi yang tidak direkomendasikan kepada
konselor untuk melakukan konseling online sebagai berikut: 1) konseli memiliki pikiran
untuk menyakiti dan membunuh orang lain atau diri sendiri; 2) konseli berada pada situasi
yang mengancam jiwa; 3) konseli mempunyai sejarah situasi perilaku bunuh diri, kekerasand
an kasar; 4) konseli mempunyai delusi; 5) konseli mengalami halusinasi; 6) konseli
menalahgunakan alkohol dan obat-obatan (Hidayah dalam Sutijono & Dimas ardika, 2018).

KESIMPULAN

Hasil penelitian menjelaskan bahwa layanan konseling pada siswa di sekolah secara
digital sangat dibutuhkan karena e-counseling bermanfaat bagi siswa, orang tua yang ingin
234 nama penulis – Judul Tulisan: Singkat dan
Padat
Psychopolytan : Jurnal Psikologi ISSN CETAK : 2614-5227
VOL. 3 No. 1, Agustus 2019 ISSN ONLINE : 2654-3672

berkonultasi namun terkenda jarak, selain itu layanan e-counseling juga membantu siswa
yang terturup untuk bercerita meski tidak harus dilakukan scera tetap muka. Beberapa
penelitian menjelaskan efektivitas e-counseling di era digital namun perlu diperhatikan juga
etika dan kerahasiaan klien. Tantangan yang ada proses layanna e-counseling diantaranya
adalah munculnya kesalahpahaman, Batasan professional, masalah teknologi yang bisa saja
terjadi ketika proses e-counseling jaringan tidak stabil.

DAFTAR PUSTAKA
Ardi, Z., & Ifdil, I. (2013). Konseling Online Sebagai Salah Satu Bentuk Pelayanan E-
konseling. Jurnal Konseling Dan Pendidikan, 1(1), 15–22.
Agrianur Rahman, Farida Aryanti, Abdullah Sinring. (2018). “Pengembangan Media Video
Bimbingan Konseling untuk Mengurangi Peri
Amos, Patricia Mawusi. (2020). “Experiences of Online Counseling Among Undergraduates
in Some Ghanaian Universities.” Creative Commons CC-BY,Sage Pub.com 1–11
Bungin & Burhan. (2008). Analisa Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group .
Finn, J., & Barak, A. (2010). A descriptive study of e counsellor attitudes, ethics and practice.
counselling Psychotherapy Research
Hennigan, Jeanette &. Stephen P. Goss. (2016). “UK secondary school therapists’ online
communication with their clients and future intentions.” Counselling and Psychotherapy
Research 16 (3):149–60.
Ifdil, Ardi &. (2013). “Konseling Online Sebagai Salah Satu Bentuk Pelayanan E-
Counseling.” Jurnal Konseling dan Pendidikan
Janna, N. M., & Sainuddin, I. H. (2018). Bimbingan dan Konseling bagi Siswa di Era
Disrupsi. Osf.Io, Ddi, 1–12. https://osf.io/preprints/kjq36/
Mallen, M. J., Vogel, D. L., Rochlen, A. B., & Day, S. X. (2005). Online counseling:
Reviewing the literature from a counseling psychology framework. The Counseling
Psychologist, 33(6), 819- 871.
Moh. Fahri Yasin, FItri, Iffah Budiningsih. (2021). “EFFECTIVENESS OF USING ZOOM
MEDIA AS A MEANS OF E-COUNSELING STUDENTS OF GRADE XI MEDICAL
LABORATORY ENGINEERING.” Jurnal Teknologi Pendidikan 10 (1):113–22
Moleong, L. J. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyati, Imas Masdinarsyah. (2021). “Efektivitas Konseling Berbasis Media Sosial terhadap
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.” Jurnal Asuhan Ibu dan Anak Vol 6,No 1:41–50
Pasmawati, H. (2016). Cyber Counseling Sebagai Metode Pengembangan Layanan Konseling
Di Era Global. Jurnal Ilmiah Syi'ar, 16(2), 34-54
Prayitno. (2004). Dasar Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta.Edisi Revisi Rieneka Cipta
Sutijono, S., & Farid, D. A. M. (2018). Cyber counseling di era generasi milenial.
SOSIOHUMANIKA, 11(1), 19-32.
Wiyono, Bambang D, Budi Purwoko, Najlatun Naqiyah. (2020). “Online Counselling
Website for Student Psychological Assistance in Learning From Home.” Advances in
Social Science, Education and Humanities Research 491:1127–30.

235 nama penulis – Judul Tulisan: Singkat dan


Padat

Anda mungkin juga menyukai