Anda di halaman 1dari 20

Optimalisasi Cyber Counseling Sebagai Layanan Bimbingan Konseling di

Revolusi 4.0

Ajeng Pratiwi, Rega Shapira

Universitas Lampung, Jl.Prof. Dr.Ir Sumantri Bojonegoro, Kec Raja Basa, Bandar
Lampung, Lampung

Abstract
The rapid development of technology today is no longer a continuation for the third
industrial revolution, but rather a gateway to the coming industrial revolution 4.0
or industry 4.0. Davis (World Economic Forum, 2016) defines industry 4.0 as cyber
physical systems which means technology is no longer a 'tool' but embedded in
people's lives. This study aims to discuss the application of cyber counseling as a
form of optimization of counseling services in the revolutionary era. This study uses
literature review method or literature study in the form of journal articles. The
results of the study are known that initially counseling was only limited toface-to-
facemeetings between BK teachers and counselors (students), but currently
counseling can also be held with various media that allow long-distancecounseling
relationships (Prayitno, 2012). The development of remote counseling assisted by
technology continues to grow and experience new innovations. Cyber counseling
is a very effective option to be able to run counseling guidance services that can
facilitate counseling counseling anytime and anywhere, as well as the various
facilities that are available.

Keywords : Industrial Revolution 4.0, Cyber Counseling, optimalization

Abstrak

Kemajuan inovasi yang sangat pesat saat ini bukanlah merupakan kelanjutan dari
revolusi industri ketiga, melainkan pintu munculnya pergolakan modern 4.0 atau
industri 4.0. Davis (World Monetary Discussion, 2016) mencirikan industri 4.0
sebagai kerangka kerja aktual digital yang berarti inovasi bukanlah, pada titik ini
sebuah 'instrumen' namun dimasukkan dalam kehidupan individu. Kajian ini
hendak membahas tentang penggunaan bimbingan digital sebagai salah satu bentuk

1
penataran administrasi bimbingan di masa progresif. Ujian ini menggunakan
strategi menulis survey atau menulis konsentrat sebagai artikel diary. Akibat dari
pemeriksaan tersebut terungkap bahwa pada awalnya pengarahan hanya terbatas
pada pertemuan vis-vis-vis antara pendidik BK dan konseli (siswa), namun saat ini
penyuluhan juga dapat dilakukan dengan media lain yang memungkinkan
hubungan bimbingan jarak jauh (Prayitno, 2012) . Peningkatan bimbingan jarak
jauh dibantu oleh inovasi terus berkembang dan menemukan kemajuan baru.
Konseling digital adalah pilihan yang tepat untuk memiliki pilihan untuk
menjalankan manfaat pengarahan yang dapat memudahkan konseli untuk
melakukan bimbingan kapan pun dan di mana pun, serta berbagai kantor yang dapat
diakses.
Kata Kunci : Revolusi Industri 4.0, Konseling Online, Optimalisasi

2
Pendahuluan

Kebutuhan terhadap layanan konseling meningkat dari waktu ke waktu


dengan semakin beragamnya masalah yang dihadapi manusia. Khususnya
kebutuhan layanan konseling di sekolah, dimana siswa memiliki masalahnya
tersendiri yang harus segera dientaskan agar dapat berkembang secara optimal.
Apalagi di era revolusi 4.0 yang semua kegiatannya banyak menggunakan
teknologi. Dimana untuk beberapa kalangan mengalami culture shock karena gagap
akan teknologi. Sehingga peran konselor dalam memberikan layanan bimbingan
konseling sangat dibutuhkan di semua kalangan.

Nurdiarna, F & Kusumawati (2020) dalam penelitiannya memaparkan


bahwa di era revolusi terlebih pada masa daring selama pandemi berdampak pada
stress akademik bagi mahasiswa. Penelitian dilakukan dengan 285 subjek
mahasiswa di pulau Jawa. Dengan adanya dampak yang telah dipaparkan, tentu
penting adanya konseling.

Pengertian bimbingan secara umum dikemukakan oleh Prayitno bahwa:


“bimbingan merupakan porses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang
ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja
maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan
dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dengan sarana
yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan nilai-nilai yang berlaku”. Menurut
Tolbert, bimbingan adalah seluruh program atau semua kegiatan dan layanan dalam
lembaga pendidikan yang diarahkan pada membantu individu agar mereka dapat
menyusun dan melaksanakan rencana serta melakukan penyesuaian diri dalam
semua aspek kehidupannya sehari-hari. Bimbingan merupakan layanan khusus
yang berbeda. Dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah pemberian bantuan atau
layanan kepada individu tau kelompok dari orang yang memberikan bimbingan
kepada orang yang menerima bimbingan agar mencapai tujuan yang diinginkan
mengenai pencapaian diri yang optimal.

Sedangkan konseling merupakan kata serapan dari kata “counseling”.


Menurut Wikipedia, Konseling atau penyuluhan adalah proses pemberian bantuan
yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu yang mengalami sesuatu masalah

3
yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Istilah ini pertama
kali digunakan oleh Frank Parsons pada tahun 1908 saat ia melakukan konseling
karier. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Konseling merupakan kegiatan dalam
rangkaian proses bimbingan konseling yang dilakukan dengan proses wawancara
yang dilakukan oleh konselor kepada konseli dengan tujuan untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi oleh konseli.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan dan konseling adalah kegiatan


pemberian bantuan dari konselor kepada konseli dengan tujuan untuk membantu
konseli dalam pencapaian diri konseli yang optimal atau penyelesaian masalah
konseli melalui proses wawancara baik secara individu maupun secara
berkelompok. Bimbingan dan konseling umumnya memfokuskan ranah kejiwaan
dalam lingkup pendidikan, sedangkan bidang ilmu psikologi memfokuskan pada
ranah kejiwaan secara menyeluruh.

Di sebagian sekolah, kehadiran guru BK sangat dibutuhkan. Karena dalam


dunia sekolah, banyak permasalahan yang akan dilalui oleh para peserta didik.
Mulai dari masalah karir, minat, bakat, masalah diri, sosial, belajar, dan banyak
permasalahan lainnya yang membuat peran guru BK dibutuhkan oleh para peserta
didik yang membutuhkan bantuan dan bimbingannya dalam mengatasi masalahnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, guru BK haruslah menerapkan layanan yang


ada dalam BK untuk mencapai profesi konselor yang profesional. Ada berbagai
pendapat mengenai macam-macam layanan BK. Ada yang mengatakan 7, 9,
bahkan 10 layanan yang ada di BK.

1). Layanan Orientasi


Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk
memperkenalkan siswa baru atau seseorang terhadap lingkungan yang baru
dimasukinya. Menurut Prayitno (2004) orientasi berarti tatapan ke depan,
ke arah dan tentang sesuatu yang baru. Berdasarkan arti ini, layanan
orientasi bisa bermakna suatu layanan terhadap siswa baik di sekolah
maupun di madrasah yang berkenaan dengan tatapan ke depan, ke arah dan
tentang sesuatu yang baru. (Tohirin, 2007: 141). Jadi, dapat diambil
kesimpulan bahwa layanan ini biasa digunakan saat masa pengenalan siswa

4
terhadap sekolah barunya sehingga siswa tersebut bisa menyesuaikan
dirinya dengan baik di lingkungan barunya.
2). Layanan Informasi
Layanan inofrmasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk
memberikan pemahaman atau penerimaan terhadap diri peserta didik agar
peserta didik bisa mengambil keputusan dengan tepat yang berkenaan
dengan lingkungan sekitarnya. Layanan ini bisa diberikan oleh guru BK
melalui ceramah, diskusi, karya wisata, buku panduan, atau konferensi
karir.
3). Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan ini merupakan layanan yang memberikan tempat, misalnya
pembagian kelas untuk peserta didik yang bisa menyalurkan bakat, minat,
dan segenap potensi lainnya yang sesuai sehingga peserta didik dapat
mengembangkan keterampilannya secara optimal.
4). Layanan Pembelajaran
Hampir sama seperti layanan penempatan dan penyaluran, layanan
ini merupakan layanan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik agar peserta
didik bisa mudah memahami dan mengembangkan pola pikirnya setelah
diberikan pembelajaran.
5). Layanan Penguasaan Konten
Tujuan antara penguasaan konten dan pembelajaran hamper sama,
yaitu layanan yang bertujuan untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan
belajar kepada peserta didik. Yang membedakannya adalah layanan ini
berfokus membimbing peserta didik dalam penguasaan konten secara
terintegrasi.
6). Layanan Konseling Perorangan
Kita mengetahui tujuan layanan ini hanya dengan membaca
judulnya. Layanan ini memberikan kesempatan kepada peserta didik
melalui tatap muka dan empat mata antara konselor dan konseli agar
berfokus pada permasalahan pribadi konseli.
7). Layanan Bimbingan Kelompok

5
Menurut Prayitno layanan bimbingan kelompok adalah suatu
layanan bimbingan yang di berikan kepada siswa secara bersama-sama atau
kelompok agar kelompok itu menjadi besar, kuat, dan mandiri. Biasanya,
mereka akan mengumpulkan bahan lalu akan dibahas bersama-sama dengan
guru pembimbing agar para peserta didik bisa memahami permasalahan
sosial di sekitarnya.
8). Layanan Konseling Kelompok
Layanan ini merupakan layanan yang bertujuan untuk
menyelesaikan permasalahan dalm dinamika pengelompokan untuk
menyelesaikan permasalahan pribadi masing-masing anggota kelompok.
9). Layanan Konsultasi
Menurut Prayitno, “layanan konsultasi adalah layanan bimbingan
konseling yang dilaksanakan oleh konselor terhadap seorang pelanggan,
disebut konsulti yang memungkinkan konsulti memperoleh wawasan,
pemahaman dan cara-cara yang perlu dilaksanakannya dalam menangani
kondisi dan atau permasalahan pihak ketiga. Biasanya konsultasi bisa
diberikan Guru BK kepada orang tua, guru kelas, kepala sekolah dan
beberapa pihak lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang
sedang dialami oleh konseli.
10). Layanan Mediasi
Layanan ini bertujuan untuk konselor yang berfungsi sebagai
mediator antara permasalahan konseli yang melibatkan dua pihak yang
sedang berselisih.

Selain itu, saat ini kita dihadapkan pada apa yang disebut dengan
transformasi modern 4.0. Ide revolusi 4.0 pertama kali digunakan pada pameran
industri (Hannover Messe di Jerman pada tahun 2011). Saat ini kita memasuki
pemberontakan mekanis 4.0 di mana hampir semua pekerjaan yang baru-baru ini
dilakukan oleh orang-orang akan berubah menjadi dikerjakan melalui teknologi.
Kemajuan periode ini mengharapkan orang untuk menjadi lebih pandai. Saat ini
kita dihadapkan pada apa yang dikenal sebagai revolusi 4.0. Ide transformasi
modern 4.0 pertama kali dimanfaatkan secara terbuka pada pameran industri
(Hannover Messe di Jerman pada tahun 2011). Saat ini memasuki era modern

6
insurgency 4.0 dimana hampir semua pekerjaan yang dulunya diselesaikan oleh
manusia akan berubah menjadi diselesaikan oleh robot atau instrumen, semuanya
akan bekerja melalui komputer. Pengaruh transformasi mekanis 4.0 memberikan
perubahan sejauh gangguan inovasi, hukum, ekonomi, pelatihan, pertanian, dan
aktivitas publik lainnya. Di area pelatihan dari berbagai tingkatan, instruktur
memiliki kewajiban besar. Kemampuan yang harus dimiliki dalam menghadapi
gejolak mekanis 4.0 meliputi berpikir kritis luas, kemampuan penalaran dasar, daya
cipta, administrasi manusia, koordinasi dengan orang lain, wawasan antusias,
dinamis, arahan administrasi, pengaturan, kemampuan beradaptasi psikologis.
Seperti yang ditunjukkan oleh McLuhan, “kemajuan di bidang inovasi Data atau
inovasi korespondensi memberikan perubahan yang sangat besar bagi kehidupan
individu.
Pada awalnya konseling hanya sebatas pertemuan tatap muka (face to face)
antara guru BK dan konseli (siswa), namun saat ini konseling juga dapat
diselenggarakan dengan berbagai media yang memungkinkan hubungan konseling
jarak jauh (Prayitno, 2012). Perkembangan konseling jarak jauh yang dibantu oleh
teknologi terus bertumbuh dan mengalami mengalami inovasi-inovasi baru.

Pesatnya perkembangan teknologi informasi pada saat ini dan begitu


lekatnya generasi milenial dengan teknologi, konselor sebagai salah satu profesi
professional harus mengembangkan keilmuan sesuai dengan perkembangan
teknologi dan informasi tersebut. Cyber counseling merupakan bimbingan pilihan
yang layak dijadikan sebagai model konseling pada masa sekarang ini. Pelaksanaan
bimbingan yang umumnya dilakukan adalah face to face antara konselor dan
konseli, namun sesuai dengan perkembangan pesat inovasi, proses konseling
disertai dengan berbagai teknik, yang menyiratkan bahwa interaksi konseling tidak
hanya diuraikan sebagai pertemuan antara konselor dan konseli. yang dilakukan di
dalam ruangan, namun lebih dari itu, bimbingan harus dimungkinkan dalam desain
yang jauh dan dengan bantuan inovasi yang diasosiasikan oleh web site, e
counseling atau Cyber counseling atau dikenal juga dengan istilah virtual konseling
Proses konseling dapat diselenggarakan dengan berbagai media yang
memungkinkan hubungan konseling jarak jauh.

7
Kebutuhan peserta didik sekarang bukan lagi berupa layanan konseling
klasik atau konvensional alih-alih face to face, melainkan mereka lebih nyaman jika
konseling dilakukan tidak bertatap muka secara langsung. Keakraban para peserta
didik dengan media sosial, seperti: facebook, twitter, instagram, blog, e-mail,
skype, whatsapp, dan videocall dapat menjadi sarana penting untuk dimaksimalkan
dalam pelaksanaan proses counseling online, atau lebih dikenal cyber counseling,
sehingga dampak positif dalam penggunaan media sosial dapat dirasakan secara
langsung oleh para peserta didik yang membutuhkan cyber counseling (Kraus et
al., 2011; Mulyatiningsih, 2015; dan Dahlan, 2017). Menurut Matthews, dkk (2008:
113), ponsel dapat menyediakan platform yang berguna dan menarik untuk
mendukung pelayanan terapi-terapi (konseling) bagi individu. Oleh karena itu,
Cyber counseling menjadi pilihan yang sangat efektif untuk dapat menjalankan
layanan bimbingan konseling yang dapat memudahkan konseli melakukan
konseling kapan saja dan dimana saja, serta berbagai kemudahan yang telah
tersedia.

8
Pembahasan

Cyber counseling yang diambil dari kata electronic counseling berarti


konseling yang dilakukan menggunakan perantara media elektronik melalui media
sosial atau aplikasi yang tersedia yang dapat dilakukan secara jarak jauh dalam
jangka waktu yang lebih lama. Cyber counseling ini menurut kami sangat mudah
diterapkan di era revolusi 4.0. Konseling online pertama kali muncul pada dekade
1960 dan 1970 dengan perangkat lunak program Eliza dan Parry, pada
perkembangan awal konseling online dilakukan berbasis teks, dan sekarang sekitar
sepertiga dari situs menawarkan konseling hanya melalui e-mail (Shaw & Shaw
dalam Koutsonika, 2009). Pada tahun 1999, ISMHO mendirikan Online Clinical
Case Study Group (CSG) terdiri dari para profesional kesehatan mental dari bidang
psikologi, psikiatri, pekerja sosila, keperawatan, terapi keluarga dan konseling
komunitas (Kraus, 2010).

Haberstroh & Duffey (2011) menjelaskan bahwa konseling online adalah


klien dan konselor berkomunikasi dengan menggunakan streaming video dan
audio. Konseling menggunakan komputer sebagai media komunikasi antara klien
dan konselor. Menurut Koutsonika (2009) sejalan dengan kemajuan teknologi,
konseling online dilakukan dengan metode seperti live chat, telepon, dan video
konseling.

Perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini bukan lagi menjadi
kelanjutan untuk revolusi industri ketiga, melainkan menjadi gerbang untuk
datangnya revolusi industri 4.0 atau industri 4.0. Davis (World Economic Forum,
2016) mengartikan industri 4.0 ini sebagai cyber physical systems yang berarti
teknologi bukan lagi menjadi ‘alat’ melainkan tertanam pada kehidupan
masyarakat.

Perubahan dalam industri 4.0 gencar-gencarnya dikumandangkan ditandai


dengan adanya perubahan besar-besaran hampir di setiap lini kehidupan manusia
dewasa ini. Perubahan mendasar yang signifikan dalam kehidupan individu.
Bimbingan konseling tersedia dengan harapan dapat membantu menjawab
permasalahan yang muncul karena perubahan yang sebenarnya. Berbagai macam

9
kemajuan, penemuan dan perubahan inovasi saat ini dapat mempengaruhi dampak
terhadap penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kemajuan bimbingan melalui web di Indonesia sangat pesat, terutama sejak


munculnya aplikasi komunikasi interpersonal jarak jauh seperti zoom gathering,
cloud, google gathering, google talk, line, whatsapp, email, facebook dan berbagai
macam kegunaan, baik telepon maupun SMS. Bantuan ini dilengkapi oleh konselor
online untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh klien ketika ketika tidak
memungkinkan untuk melakukan konseling secara face to face.

Di masa pandemi ini, cyber counseling sangat dibutuhkan dalam


pelaksanaan proses konseling. Selain itu, saat ini sudah banyak aplikasi media
berbasis web yang dapat digunakan dalam pelaksanaan konseling berbasis online
seperti zoom gathering, whatsapp, line, web, google gathering, email, facebook dan
berbagai media berbasis web lainnya yang bekerja dengan pelaksanaan konseling
internet tanpa pertemuan face to face.

(Ifdil, 2013) berdasarkan pengalamannya dari tahun 2008 memaparkan


bahwa konseling online cukup efektif dilakukan. Klien yang tidak memiliki
kesempatan atau terkendala jarak, maka konseling online menjadi solusi
penyelesaian masalah. Finn & Barak (2010) dalam penelitiannya terhadap 93
konselor memaparkan bahwa secara keseluruan konselor online puas dengan
praktek mereka dan percaya bahwa konseling online cukup efektif. Ainsworth, M.
(2006) menemukan bahwa 90% dari orang-orang yang mencari bantuan online
mengatakan bahwa itu membantu mereka. (Zamani, 2010) meneliti sebanyak 20
responden dipilih sebagai subjek dan data dikumpulkan dengan menggunakan
kuisioner untuk mengetahui pemanfaatan e-konseling antara konselor. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa walaupun responden memandang positif konseling
online, namun konselor sendiri mengaku lebih suka tatap muka konseling untuk
memberikan jasa mereka kepada klien. Meskipun demikian, penelitian ini juga
memberikan catatan bahwa ke depannya akan semakin banyak orang yang terus
mencari ke internet sebagai sumber daya untuk menangani masalah-masalah
Kesehatan mental mereka.

10
Dalam pelaksaan cyber counseling ini, layanan BK tetap harus diterapkan
oleh konselor agar dalam pelaksanaannya tetap bisa mencapai profesi konselor
yang profesional. Dari penjelasan layanan BK yang ada, kesepuluh layanan tersebut
bisa diterapkan dalam pelaksanaan cyber counseling. Dalam pelayanan orientasi
seorang konselor bisa mengenalkan lingkungan baru yang dimasuki konseli salah
satunya melalui video youtube. Konselor hanya perlu mengirimkan link youtube
mengenali pengenalan lingkungan baru tersebut dan konseli yang akan
menontonnya di youtube. Dalam pelayanan informasi, seorang konselor bisa
memberikan leaflet, flyer, pamflet atau brosur online atau melalui PDF yang
dikirimkan melalui media sosial yang ada untuk memberikan informasi yang
menambah wawasan konseli. Sedangkan dalam pelaksanaan layanan penempatan
dan penyaluran, seorang guru BK bisa menempatkan peserta didik sesuai
potensinya lewat tes online lalu menempatkannya dalam grup yang bakat dan
minatnya memiliki kesamaan. Lalu, guru pembimbing atau guru BK memantau
perkembangan peserta didik dengan melakukan tanya jawab kepada mereka atau
melihat secara langsung perkembangan mereka dalam minat dan bakatnya.

Dalam layanan lainnya, seperti layanan pembelajaran dan penguasaan


konten yang bertujuan untuk mengembangkan kebiasaan belajar dan sikap,
sekarang bisa melalui media-media pembelajaran yang ada melalui aplikasi-
aplikasi yang bisa di download dan mudah untuk diakses semua kalangan. Biasanya
guru bisa membantu untuk menjelaskan materi yang ada dan mengevaluasi setiap
pertemuan online yang dilakukan. Dalam pelayanan ini, guru BK dan guru kelas
berkolaborasi meciptakan semangat belajar peserta didik walau melalui media
online.

Dalam layanan konseling guru BK bisa menerapkan layanan ini melalui


media sosial seperti whatsapp, line, facebook, email dan sejenisnya atau aplikasi
yang ada fitur chat, telepon, atau videocall agar lebih memudahkan terjadinya
interaksi antara konselor dan konseli secara jarak jauh. Layanan ini bisa dijalankan
sesuai dengan waktu yang bisa menyamankan keduanya selama melakukan
konseling. Konseling online yang terjadi hanya antara seorang konselor dan
seorang konseli saja. Sedangkan dalam layanan bimbingan kelompok, seorang guru
BK bisa melaksanakan pelayanan ini melalui grup chat atau video conference yang

11
dihadiri oleh kelompok yang dibimbing oleh guru BK. Dalam penerapan layanan
bimbingan kelompok secara online ini, tidak mengubah penerapannya. Anggota
kelompok tetap mencari bahan bahasan yang akan dibahas bersama-sama dalam
kelompok bimbingan tersebut.

Lain halnya dengan layanan konseling kelompok. Layanan ini tetap


dijalankan bersama-sama, namun berfokus pada permasalahan pribadi anggota
kelompok yang diselesaikan secara bersama-sama. Dalam aplikasinya, layanan
konseling kelompok juga bisa melalui grup chat, group voice call, group video call,
video conference melalui zoom meeting, google meeting, whatsapp, line dan lain
sebagainya.

Karena perkembangan teknologi di era revolusi 4.0 ini memudahkan


terjadinya layanan BK dalam kegiatan konseling antara konselor dan konseli. Ada
layanan konsultasi yang biasanya melibatkan pihak ketiga, namun dengan adanya
media sosial yang ada, tidak mengharuskan antara guru BK dan guru kelas, atau
guru BK dan kepala sekolah atau orang tua peserta didik untuk melakukan tatap
muka dalam pelaksanaannya. Seorang guru BK bisa menyampaikan layanan
konsultasi ini melaui fitur chat di media sosial atau fitur aplikasi lainnya.

Sama halnya dengan layanan lain, layanan ini juga dapat dilakukan melalui
media berbasis web. Misalnya, tenaga pendidik BK yang menjadi perantara dalam
pelaksanaan intervensi di BK. konselor dapat menghubungi konseli dan
pertemuan-pertemuan yang berhubungan dengan masalah yang dialami oleh
konseli demikian dan guru BK yang bisa membantu menyelesaikan permasalahan
yang kedua pihak tersebut alami.

Kesepuluh administrasi tersebut dapat dilakukan melalui media pada masa


ini yang telah melahirkan banyak aplikasi dan media online yang membantu
mengatasi permasalahan yang dilirik oleh mahasiswa meskipun belum
dilaksanakan secara berhadap-hadapan namun dilakukan secara jarak jauh. Dalam
kehidupan sehari-hari mereka, dari anak-anak hingga orang dewasa, hampir setiap
orang memiliki telepon seluler dan memanfaat dari seorang guru BK bisa tetap
mengikuti perkembangan zaman dan setiap kalangan juga dengan mudah
menemukan guru BK dan mengakses dunia konseling. Cyber counseling adalah

12
pilihan dalam pelaksanaan konseling yang efektif karena sangat mungkin
ditemukan dalam pergantian acara yang inovatif saat ini, bimbingan juga
berkembang dan meningkat.

Dalam penerapannya, Cyber counseling tidak jauh berbeda dengan


konseling yang dilakukan secara tatap muka. Yang membedakannya adalah adanya
media elektronik yang berperan sebagai hubungan antara pembimbing dan konseli
dalam siklus konseling yang dilakukan.

Kebutuhan akan guru bimbingan dan konseling profesional memberikan


tantangan sekaligus sebuah peluang bagi pengembangan diri guru bimbingan dan
konseling terlebih dalam revolusi 4.0 dimana semua kegiatan dilakukan dengan
teknologi di mana semua latihan dilengkapi dengan inovasi. Lebih dari itu,
diperlukan seorang konselor yang ahli ddapat terus mengembangkan
kemampuannya sesuai dengan kebutuhan, permintaan masyarakat, dan
kesempatan. Saat ini profesi guru bimbingan dan konseling tidak terbatas, tetapi
wilayah yang lebih luas juga membutuhkan peran dan keberadaan konselor yang
berkualitas. Konselor diperlukan untuk menawarkan jenis bantuan yang
memudahkan klien melakukan bimbingan tanpa batasan waktu dan jarak. Inovasi
telah menjadi salah satu alat yang umum digunakan saat ini, semua pekerjaan dapat
dilakukan dengan mudah, yang juga berlaku untuk konseling.

Cyber Counseling menjadi salah satu inovasi dalam memberikan layanan


konseling. Dimana proses konseling dapat dilakukan tanpa bertatap muka. Dalam
cyber counseling terdapat dilakukan dengan berbagai media sosial seperti via chat,
massenger, email dan juga bisa dalam bentuk aplikasi tertentu, sekarang ini sudah
banyak berkembang aplikasi cyber counseling yang dapat dengan mudah diakses
oleh penggunanya baik itu berbayar ataupun tak berbayar. Peran konselor dalam
menghadapi revolusi industry 4.0 konselor dituntut mampu memandirikan konseli
dengan layanan yang berpusat pada konseli, mampu menciptakan layanan
bimbingan dan konseling berbasis IT dan mengelompokkan siswa berdasarkan
bakat dan minatnya serta membantu berbagai permasalahan konseli dengan layanan
pendekatan konseling. Dengan layanan semacam ini konseli diharapkan mampu
mengahadapi masa revolusi indudri 4.0. dengan memiliki keterampilan yang

13
dibutuhkan misalkan kecerdasan emosi, kemampuan berfikir kritis, kreatif, dan
mampu berinteraksi dengan orang lain.

Cyber counseling dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu yang bersifat
non interaktif dan interaktif (synchronous dan asynchronous). Non interaktif berupa
situs yang berisi informasi dan narasumber self help atau pertolongan mandiri.
Sedangkan, yang interaktif synchronous adalah pelayanan konseling secara
langsung seperti chat atau instant messaging, dan video conference. Interaktif
asyncronous yang secara tidak langsung berupa email therapy dan Bulletin Boards
Counseling. Interaktif: konseling yang berjenis interaktif adalah situs yang
menawarkan alternatif bentuk terapi melalui internet, dimana terdapat interksi
antara konseli dan konselor baik secara langsung maupun tidak langsung (Prasetyo
dan Djuniadi, 2015).
Cahyo & Wibowo (2017) menyebutkan ada tiga tahapan dalam proses
layanan cyber counseling, yaitu: (1) Tahap persiapan, yang mencakup persiapan
hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak) yang digunakan dalam
proses konseling antara konselor dan konseli, (2) Tahap proses layanan bimbingan
dan konseling, yaitu pemberian konseling kepada konseli seperti halnya saat
bertatap muka. Pelaksanaan cyber counseling menggunakan teknik umum dan
teknik khusus. Dalam pelaksanaan cyber counseling ini menekankan pada
terselesainya masalah konseli, (3) Tahap akhir, yaitu mengakhiri proses konseling
dengan memberikan evaluasi pada keberhasilan konseling dan follow-up. Ada
empat kemungkinan yang terjadi pada proses evaluasi, diantaranya: (a) proses
konseling sukses ditandai dengan kondisi konseli yang memenuhi effective daily
living, (b) konseling dilanjutkan dengan face to face, (c) layanan konseling
dilanjutkan pada sesi berikutnya, dan (d) konseli dirujuk kepada konselor lain.

Konseling online kini telah semakin berkembang dan makin banyak


bermunculan di internet, bahkan penyedia konseling online pada umumnya juga
menyediakan konseling online via smartphone dengan cara mendownload aplikasi
pada App Store dan Google Play. Website konseling online ini juga melakukan
perbandingan terhadap beberapa situs penyedia konseling online pula untuk
mendapatkan gambaran mengenai layanan konseling online saat ini. Pada
umumnya, situs layanan konseling online saat ini digunakan sebagai bisnis dalam

14
bentuk e-teraphy. Salah satu situs untuk mendapatkan gambaran mengenai
konseling online yang ada dan digunakan oleh lebih dari 100 ribu pengguna di
Indonesia adalah situs riliv.co yang merupakan penyedia layanan konseling online
di Indonesia. Fitur layanan yang ditawarkan dalam website konseling online
tersebut menawarkan text counseling, voice call, dan video call untuk konseling
dengan pilihan paket harga yang ditawarkan dan umum bagi siapa saja yang ingin
melakukan konseling. Konselor yang bertindak dalam situs tersebut adalah
psikolog-psikolog pilihan. Dengan kelengkapan berbagai fitur yang ada dan desain
aplikasi yang menarik yang dapat membuat penggunanya betah berlama-lama
menggunakan aplikasi tersebut. Selain itu, warna aplikasi yang didominasi dengan
warna biru memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi penggunanya.

Di samping beberapa keunggulaan dari konseling melalui virtual, media


internet atau cyber counseling di atas, ditemukan juga beberapa keterbatasan dalam
cyber counseling diantaranya, ketersediaan jaringan sangat menentukan kesuksesan
proses konseling, situs atau jaringan internet sangat diperlukan, mengingat koneksi
sangat menentukan kesuksesan proses konseling, kemudian pengaplikasian
perasaan empathi dan kontak psikologis juga tidak sebaik konseling tatap muka,
artinya cyber counseling lebih kepada pengentasan masalah, sehingga kontak
psikologis antara konselor dengan konseli lebih sedikit bisa dilakukan.

Ada beberapa motif orang melakukan konseling, diantaranya motif


pengetasan masalah, artinya keinginan untuk dibantu menemukan solusi dari
permasalahan yang sedang dialami, keinginan untuk diberikan penguatan, artinya
keinginan atau kebutuhan konseli untuk diberikan dukungan atas pilihan atau
keputusan yang dipilih, untuk masalah yang ini kecenderungan konseli yang
dihadapkan dalam pilihan yang sulit, misalnya terkait masalah pilihan pendidikan,
pilihan mencari pasangan, dan masih banyak beberapa pilihan yang terkadang
konseli bingung dan ragu atau sangat sulit untuk memilih salah satu diantara dua
pilihan yang terkadang sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan yang sama.
dan keinginan untuk didengarkan, untuk keinginan atau kebutuhan untuk
didengarkan. Artinya konseli memiliki kebutuhan untuk berkatarsis dari masalah
yang sedang terjadi, untuk motif yang ini kecenderungan konseli akan merasa lega
atau merasa masalahnya selesai ketika sudah meluahkan semua masalahnya pada

15
konselor. Dan biasanya untuk konseli yang memiliki kebutuhan untuk didengarkan
tidak terlalu menuntut adanya solusi dari permasalahan.

Selanjutnya, kondisi lain yang juga masih menjadi keterbatasan cyber


counseling adalah masih banyaknya konselor yang belum memanfaatkan teknologi
internet. Hal ini biasanya disebabkan oleh sarana yang mendukung masih cukup
minim dan juga keterampilan atau skill dari konselor dalam menggunakan dan
memanfaatkan internet sebagai metode untuk melaksanakan layanan konseling
masih belum begitu baik. Dengan segala keterbatasan yang ada cyber counseling
tetap menjadi alternatif sebagai media konseling yang dapat dilakukan oleh
konselor jika berada pada tempat yang berbeda dan sangat tidak memungkinkan
untuk dilakukan tatap muka secara langsung, dan sarana prasarana untuk
melakukan cyber counseling cukup mendukung, koneksi internet yang baik,
perangkat seperti laptop atau komputer atau smartphone, serta keterampilan dan
skill dari konselor dalam menggunakan perangkat tersebut sudah memadai.

Dalam pengoptimalan cyber counseling yang perlu dilakukan yaitu dengan


menyediakan berbagai fasilitas yang memadai. Dari permasalahan yang telah
dijabarkan, kita dapat mengatasi keterbatasan tersebut. Dalam permasalahan
jaringan atau koneksi internet ini di luar kendali konselor jika proses konseling yang
dilakukan melalui aplikasi konseling online. Konseli dapat memilih media
konseling yang lain, seperti website, massenging, ataupun via chat whatsapp yang
bisa diakses walaupun koneksi internet lemah. Sedangkan, dalam permasalahan
konselor yang masih cukup minim dan juga keterampilan atau skill dari konselor
dalam menggunakan dan memanfaatkan internet sebagai metode untuk
melaksanakan layanan konseling masih belum begitu baik, hal itu bisa diupayakan
dengan memberikan kesadaran terhadap konselor akan pentingnya keterampilan
informasi dan teknologi di era revolusi 4.0 agar tidak tertinggal di tengah
persaingan dengan bidang lainnya. Hal itu juga sebagai salah satu cara
meningkatkan profesional profesi konselor yang mana seorang konselor dituntut
untuk memberikan layanan konseling yang efektif dan efisien yang menyesuaikan
dengan kebutuhan konselinya. Peningkatan keahlian terhadap konselor hendaknya
meliputi seluruh kompetensi yang sudah ada pada seorang konselor yang mana
kompetensi tersebut meliputi kompetensi pendagogic, kompetensi profesional,

16
kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Proses konseling yang diberikan
adalah layanan yang menggunakan inovasi baru, yaitu cyber counseling.
Keterampilan yang paling dibutuhkan oleh guru saat ini diantaranya adalah
keterampilan kompetensi budaya dan penguasaan teknologi (Rakhmawati, 2017).
Sink (2002), menjelaskan bahwa perkembangan abad 21 yang serba mudah,
mendorong guru bimbingan dan konseling untuk tetap fokus pada:
mengembangkan dan memperbarui keterampilan yang dibutuhkan untuk melayani
semua siswa; menjelajahi inovasi dalam pendidikan dan konseling baik secara teori
dan praktek; advokasi untuk diri sendiri dan program sendiri; melaksanakan
program yang komprehensif yang dirancang dengan baik; berkolaborasi dengan
pihak lain, personil sekolah, dan dengan lembaga-lembaga dan program masyarakat;
memfasilitasi siswa baik kebutuhan maupun program prestasi; membuat komunitas
yang nyaman di sekolah; dan menunjukkan profesionalisme tingkat tinggi.

17
Kesimpulan
Bimbingan dan konseling adalah kegiatan pemberian bantuan dari konselor kepada
konseli dengan tujuan untuk membantu konseli dalam pencapaian diri konseli yang
optimal atau penyelesaian masalah konseli melalui proses wawancara baik secara
individu maupun secara berkelompok. Bimbingan dan konseling umumnya
memfokuskan ranah kejiwaan dalam lingkup pendidikan. Dengan berbagai layanan
yang ada, layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan
penyaluran, layanan pembelajaran, layanan penguasaan konten, layanan konseling
pribadi, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan
konsultasi, dan layanan mediasi. Di era revolusi 4.0 berbagai layanan tersebut dapat
diberikan dengan inovasi Cyber counseling. Cyber counseling merupakan salah
satu alternative konseling yang sangat tepat sebagai model konseling pada masa
sekarang. Dalam cyber counseling terdapat dilakukan dengan berbagai media sosial
seperti via chat, massenger, email dan juga bisa dalam bentuk aplikasi tertentu,
sekarang ini sudah banyak berkembang aplikasi cyber counseling yang dapat
dengan mudah diakses oleh penggunanya baik itu berbayar ataupun tak berbayar.
Peran konselor dalam menghadapi revolusi industry 4.0 konselor dituntut mampu
memandirikan konseli dengan layanan yang berpusat pada konseli, mampu
menciptakan layanan bimbingan dan konseling berbasis IT dan mengelompokkan
siswa berdasarkan bakat dan minatnya serta membantu berbagai permasalahan
konseli dengan layanan pendekatan konseling.

18
Daftar Pustaka

Fadhilah, M. F., Alkindi, D., & Muhid, A. (2021). Cyber Counseling Sebagai
Metode Meningkatkan Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah: Literature
Review. Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 11(1), 86-94.

Harahap, N. J. (2019). Mahasiswa dan Revolusi Industri 4.0. ECOBISMA (Jurnal


Ekonomi, Bisnis dan Manajemen), 6(1), 70-78.

Ifdil, I., & Ardi, Z. (2013). Konseling online sebagai salah satu bentuk pelayanan
e-konseling. Jurnal Konseling dan Pendidikan, 1(1), 15-22.

Imawanty, I., & Fransiska, A. B. (2019, May). Guru Bimbingan dan Konseling
Berkualitas di Era Revolusi 4.0: Pembelajar, Kompeten, dan up to Date.
In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP (Vol. 2, No. 1, pp. 147-153)

KIRANA, D. L. (2019). Cyber counseling sebagai salah satu model perkembangan


konseling bagi generasi milenial. Al-Tazkiah: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Islam, 8(1), 51-63.

Ningsafitriyah, U. W. (2019, August). Peran Konselor Dalam Menghadapi


Revolusi Industri 4.0. In Prosiding Seminar Nasional Akuntansi, Manajemen, dan
Keuangan (Vol. 1, No. 1).

Prasetiawan, H. (2016). Cyber Counseling Assisted With Facebook To Reduce


Online Game Addiction. Guidena: Jurnal Ilmu Pendidikan, Psikologi, Bimbingan
dan Konseling, 6(1), 28-32.

Prasetya, A. F. (2017). Model Cybercounseling: Telaah Konseling Individu Online


Chat-Asynchronous Berbasis Aplikasi Android. In Prosiding Seminar Bimbingan
dan Konseling (Vol. 1, No. 1, pp. 31-38).

19
Sutijono, S., & Farid, D. A. M. (2018). Cyber counseling di era generasi
milenial. Sosiohumanika, 11(1), 19-32.

Syamsuar, S., & Reflianto, R. (2019). Pendidikan dan tantangan pembelajaran


berbasis teknologi informasi di era revolusi industri 4.0. E-Tech: Jurnal Ilmiah
Teknologi Pendidikan, 6(2).

Yaniasti, N. L., & Setiawan, G. D. (2021). “CYBER COUNSELING” SEBUAH


MEDIA KONSELING DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 BAGI SISWA SMK
PARIWISATA TRIATMAJAYA SINGARAJA. Ristekdik: Jurnal Bimbingan dan
Konseling, 6(1), 47-57.

20

Anda mungkin juga menyukai