Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KOMUNIKASI FARMASI

“PELAYANAN INFORMASI OBAT BEBAS DAN


BEBAS TERBATAS”
DOSEN PENGAMPU : DRA. MASNIAH, M.KES., APT

DISUSUN OLEH :
NAMA : GLORY AMELIA MUTHIA SARAGIH
KELAS : 2A
NIM : P07539022018

JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
MEDAN
T. A 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan informasi obat merupakan suatu tindakan untuk pemberian jasa informasi obat
dengan tepat atau obyektif yang berkaitan dengan penyembuhan pasien. Maka jasa informasi obat
sangatlah krusial dalam usaha untuk menopang kebiasaan penanganan atau pemakaian obat dengan
baik. Pemberian informasi obat benar-benar dibutuhkan, dimana cukup besar penderita yang tidak
memperoleh informasi obat secara lengkap mengenai obat yang dipakainya, karena pemakaian obat
yang kurang baik dan dapat berbahaya bagi penggunanya. Kualitas hidup dan pelayanan bermutu
dapat merendah dampak dari ketidak disiplinan berkenaan rencana perawatan (Baroroh, 2011).
Sistem informasi obat sering dianggap sebagai bagian integral dari pelayanan farmasi yang
harus dikelola oleh seorang apoteker sebagai salah satu peran anggota tim kesehatan, informasi obat
sangat penting untuk keberhasilan operasi dari sistem pelayanan kesehatan. Ide melibatkan apoteker
dalam proses pengambilan keputusan perawatan yang optimal berasal dari konsep informasi obat.
Terutama berlaku di rumah sakit tersebut atau masyarakat yang secara teratur memberikan informasi
obat kepada pasien selama konseling (Kayode, et al., 2012).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Pelayanan Informasi Obat (PIO)?
2. Apa saja Pelayanan Informasi Obat (PIO) obat bebas?
3. Apa saja Pelayanan Informasi Obat (PIO) obat bebas terbatas?
4. Apa saja informasi dalam Pelayanan Informasi Obat (PIO) obat bebas dan bebas terbatas

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pelayanan Informasi Obat (PIO) secara umum.
2. Untuk mengetahui Pelayanan Informasi Obat (PIO) obat bebas
3. Untuk mengetahui Pelayanan Informasi Obat (PIO) obat bebas terbatas
4. Untuk mengetahui informasi dalam Pelayanan Informasi Obat (PIO) obat bebas dan bebas
terbatas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelayanan Informasi Obat (PIO)


a) Pengertian PIO
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi,
rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh
Apoteker kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di
luar Rumah Sakit.

b) Tujuan PIO
1. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan Rumah
Sakit dan pihak lain di luar Rumah Sakit;
2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan Obat/Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, terutama bagi Komite/Tim Farmasi dan
Terapi;
3. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.

c) Kegiatan PIO
1. Menjawab pertanyaan;
2. Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter;
3. Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan penyusunan
Formularium Rumah Sakit;
4. Bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) melakukan kegiatan penyuluhan
bagi pasien rawat jalan dan rawat inap;
5. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya;
6. Melakukan penelitian.

d) Manfaat PIO :
1. Keselahan penggunaan obat menurun
2. Ketidakpatuhan menurun
3. Efek obat yang tidak diinginkan menurun
4. Menjamin keamanan dan efektifitas pengobatan
5. Membantu pencegahan masalah
2.2 Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep dokter. tidak
termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat keras, obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di
Depkes RI. Penandaan obat bebas diatur berdasarkan SK Menkes RI Nomor 2380/A/SK/VI/1983
tentang tanda khusus untuk untuk obat bebas dan untuk obat bebas terbatas.
Obat bebas ini dapat dibeli bebas tanpa resep dokter dan dapat dibeli di apotek dan toko obat
berizin untuk mengatasi problem ringan (minor illness) yang bersifat nonspesifik. Karakteristik obat
bebas meliputi dosis yang relatif rendah, ketersediaan luas di toko obat, apotek, atau online, serta
dianggap aman untuk digunakan oleh orang dewasa tanpa pengawasan medis.
Pasalnya, obat bebas relatif paling aman, boleh digunakan untuk menangani penyakit-
penyakit simptomatis ringan yang banyak diderita masyarakat luas yang penanganannya dapat
dilakukan sendiri oleh penderita atau disebut swamedikasi. Obat ini telah digunakan dalam
pengobatan secara ilmiah (modern) dan terbukti tidak memiliki risiko bahaya yang mengkhawatirkan.
Dalam penatalaksanaan swamedikasi, masyarakat memerlukan pedoman yang terpadu agar
tidak terjadi kesalahan pengobatan (medication error). Apoteker sebagai salah satu profesi kesehatan
sudah seharusnya berperan sebagai pemberi informasi (drug informer) khususnya untuk obat-obat
yang digunakan dalam swamedikasi. Oleh karena itu, apoteker dapat memberikan informasi tentang
obat bebas kepada masyarakat yang membutuhkan

Logo untuk obat bebas adalah berupa lingkaran berwarna hijau


dengan garis tepi berwarna hitam.

Contoh obat bebas adalah parasetamol, vitamin, multivitamin, Ferrosulfat (penambah darah), Sediaan
obat mengandung Calcium dan antasida.

2.3 Pelayanan Informasi Obat (PIO) Obat Bebas Terbatas


Obat Bebas Terbatas adalah obat yang dapat dibeli secara bebas tanpa menggunakan resep
dokter, namun mempunyai peringatan khusus saat menggunakannya. Obat bebas terbatas disebut juga
obat daftar W yaitu obat keras yang dapat dibeli
tanpa resep dokter namun penggunaannya harus
memperhatikan informasi obat pada kemasan. Obat
ini terjual dengan batasan jumlah dan kadar isi
berkhasiat harus disertai tanda peringatan, peringatan
P1 – P6. Dibatasi hanya dapat dibeli di apotek atau
toko obat berizin. Obat bebas terbatas relatif aman selama sesuai aturan pakai .

Logo untuk obat bebas terbatas adalah berupa lingkaran bewarna biru dengan garis tepi bewarna
hitam

Tanda peringatan terdiri dari 6 (enam) macam berupa empat persegi panjang dengan huruf putih pada
dasar hitam, yaitu sebagai berikut:
1. P.No.1 Awas! Obat Keras, Bacalah Aturan Pemakaiannya
Contoh : Sediaan Obat Pereda Flu / Pilek (Ex : Neozep, Ultraflu,
Procold)
Sediaan Obat Batuk (Ex : OBH, Woods, Komix, Actifed)

2. P.No.2 Awas! Obat Keras, Hanya untuk kumur, jangan ditelan


Contoh : Sediaan obat kumur mengandung Povidone Iodine (Ex :
Betadine)
Sediaan obat kumur yang mengandung Hexetidine

3. P.No.3 Awas! Obat Keras, Hanya untuk bagian luar dari badan
Contoh : Betadine, Kalpanax, Albothyl
Sediaan salep/krim untuk penyakit kulit yang tidak mengandung antibiotic
Sediaan tetes mata yang tidak mengandung antibiotik (Insto, Braito)

4. P.No.4 Awas! Obat Keras, Hanya untuk dibakar


Contoh :
Sediaan untuk obat asma (berbentuk rokok) à sudah tidak ada

5. P.No.5 Awas! Obat Keras, Tidak boleh ditelan


Contoh : Sediaan obat Sulfanilamid puyer 5 g steril à antibiotik untuk infeksi topikal/kulit termasuk untuk infeksi vagina
Sediaan ovula
6. P.No.6 Awas! Obat Keras, Obat wasir, jangan ditelan
Contoh :
Sediaan suppositoria untuk wasir/ambeien

2.4 Informasi dalam Pelayanan Informasi Obat (PIO) obat bebas dan bebas terbatas
Informasi yang perlu disampaikan oleh Apoteker pada masyarakat dalam penggunaan obat bebas atau
obat bebas terbatas antara lain:
1. Khasiat obat: Apoteker perlu menerangkan dengan jelas apa khasiat obat yang bersangkutan,
sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan kesehatan yang dialami pasien.
2. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada): pasien juga perlu diberi informasi tentang
efek samping yang mungkin muncul, serta apa yang harus dilakukan untuk menghindari atau
mengatasinya.
3. Cara pemakaian: cara pemakaian harus disampaikan secara jelas kepada pasien untuk
menghindari salah pemakaian, apakah ditelan, dihirup, dioleskan, dimasukkan melalui anus,
atau cara lain.
4. Dosis: sesuai dengan kondisi kesehatan pasien, Apoteker dapat menyarankan dosis sesuai
dengan yang disarankan oleh produsen (sebagaimana petunjuk pemakaian yang tertera di
etiket) atau dapat menyarankan dosis lain sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
5. Waktu pemakaian: waktu pemakaian juga harus diinformasikan dengan jelas kepada pasien,
misalnya sebelum atau sesudah makan atau saat akan tidur.
6. Lama penggunaan: lama penggunaan obat juga harus diinformasikan kepada pasien, agar
pasien tidak menggunakan obat secara berkepanjangan karena penyakitnya belum hilang,
padahal sudah memerlukan pertolongan dokter.
7. Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya pantangan makanan atau
tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu bersamaan.
8. Hal apa yang harus dilakukan jika lupa memakai obat
9. Cara penyimpanan obat yang baik
10. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa dan membedakan obat yang baik dan sudah
rusak
Cara menyimpan obat bebas dan bebas terbatas sesuai juga jenis sediaan yang ada sesuai yang
ada dalam kemasan, fungsi penyimpanan ini juga akan mempengaruhi keefektifan obat tersebut.
Obat dengan penyimpanan suhu ruang maka cukup disimpan di suhu ruang antara suhu 25-30 0C
dan untuk yang berada di suhu ruangan adalah jenis sediaan tablet atau sirup. Namun berbeda
untuk jenis obat suppositoria berada di lemari pendingin
(bukan freezer) agar tidak meleleh. Penyimpanan obat
berfungsi agar obat yang kita akan konsumsi tidak rusak
maka banyak obat yang tidak boleh terpapar oleh sinar
matahari secara lansgung dan disimpan ditempat tertutup dan kering serta harus dijauhkan oleh
jangkaian anak-anak.

2.4.1 Pelayanan Informasi Obat (PIO) Obat Bebas


 Paracetamol
Paracetamol adalah obat untuk meredakan demam dan nyeri ringan hingga sedang,
misalnya sakit kepala, nyeri haid, atau pegal-pegal. Paracetamol atau acetaminophen
tersedia dalam bentuk tablet, sirop, tetes, suppositoria, dan infus.
- Indikasi Umum :
Obat ini digunakan untuk meredakan nyeri ringan hingga sedang seperti sakit kepala, sakit
gigi, nyeri otot, serta menurunkan demam.
- Komposisi :
Setiap tablet mengandung Paracetamol 500 mg
- Dosis :
Dewasa: 1-2 kaplet, 3-4 kali per hari. Penggunaan maximum 8 kaplet per hari. Anak 7-12
tahun : 0.5 - 1 kaplet, 3-4 kali per hari. Penggunaan maximum 4 kaplet per hari.
- Aturan Pakai :
Obat dapat diminum sebelum atau sesudah makan
- Kontra Indikasi :
Parasetamol jangan diberikan kepada penderita hipersensitif/alergi terhadap Paracetamol.
Penderita gangguan fungsi hati berat.
- Efek Samping :
Pemakaian obat umumnya memiliki efek samping tertentu dan sesuai dengan masing-
masing individu. Jika terjadi efek samping yang berlebih dan berbahaya, harap
konsultasikan kepada tenaga medis. Efek samping yang mungkin terjadi dalam
penggunaan obat adalah: - Penggunaan untuk jangka waktu lama dan dosis besar dapat
menyebabkan kerusakan fungsi hati. - Reaksi hipersensitifitas/ alergi.

2.4.1 Pelayanan Informasi Obat (PIO) Obat Bebas Terbatas


 Neozep
NEOZEP FORTE merupakan obat pereda flu dengan kandungan Paracetamol,
Phenylpropanolamine, Salisilamida, dan Chlorpheniramine maleat. Paracetamol
digunakan sebagai pereda demam dan sakit kepala, Phenylpropanolamine digunakan
untuk mengobati gejala hidung tersumbat. Chlorpheniramine maleate bekerja sebagai
antihistamin atau anti alergi sehingga obat ini digunakan untuk mengatasi gejala flu
seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin-bersin yang disertai batuk.
- Indikasi Umum :
Mengobati gejala flu, seperti: hidung tersumbat, demam, pusing, dan bersin-bersin.
- Komposisi :
Phenylpropanolamine HCl 15 mg, Paracetamol 250 mg, Salicylamide 150 mg,
Chlorpheniramine maleate 2 mg
- Dosis :
Dewasa: 3-4 x sehari 1 tablet Anak usia 6-12 tahun: 3-4 x sehari setengah tablet.
- Aturan Pakai :
Obat diminum sesudah makan
- Perhatian :
Peringatan : Awas, Obat Keras Bacalah Aturan Pakainya. Tidak boleh diberikan pada
penderita yang sensitif atau alergi terhadap obat simpatomimetik lain (seperti: efedrin,
pseudoefedrin, fenilefrin), penderita tekanan darah tinggi, dan individu yang sedang
mengkonsumsi anti depresan tipe penghambat monoamin oksidase (MAOI). Hati-hati
penggunaan obat ini pada individu yang berpotensi mengalami tekanan darah tinggi atau
stroke, atau individu usia lanjut. Hentikan penggunaan obat ini jika terjadi susah tidur,
jantung berdebar, dan pusing. Kategori kehamilan : Kategori C: Mungkin berisiko. Obat
digunakan dengan hati-hati apabila besarnya manfaat yang diperoleh melebihi besarnya
risiko terhadap janin. Penelitian pada hewan uji menunjukkan risiko terhadap janin dan
belum terdapat penelitian langsung terhadap wanita hamil.
- Kontra Indikasi :
hipersensitif
- Efek Samping :
Mengantuk, efek samping ringan pada saluran pencernaan misalnya mual dan muntah.
Pada penggunaan dosis yang lebih tinggi diketahui meningkatkan resiko terjadinya
perdarahan lambung.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan :
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan :
1. Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi,
rekomendasi Obat yang dilakukan oleh Apoteker.
2. Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep dokter, dan tidak
memiliki risiko bahaya yang mengkhawatirkan. Logo obat bebas adalah berupa lingkaran berwarna
hijau dengan garis tepi berwarna hitam.. Contoh obat bebas adalah parasetamol, vitamin,
multivitamin, dan antasida.
3. Obat Bebas Terbatas adalah obat yang dapat dibeli secara bebas tanpa menggunakan resep dokter,
namun mempunyai peringatan khusus saat menggunakannya yaitu tanda peringatan P1 – P6. Logo
obat bebas terbatas adalah berupa lingkaran bewarna biru dengan garis tepi bewarna hitam. Contoh
obat bebas terbatas adalah Paramex, Theophylline, Tremenza, dan Lactobion.
4. Informasi disampaikan oleh Apoteker pada masyarakat dalam penggunaan obat bebas atau obat
bebas terbatas antara lain: khasiat obat, efek samping dan cara mengatasinya, cara pemakaian, dosis,
waktu pemakaian, lama penggunaan, cara penyimpanan obat yang baik, cara memperlakukan obat
yang masih tersisa, cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak.

3.2 Saran
Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui lebih dalam lagi
mengenai Pelayanan Informasi Obat (PIO) dari obat bebas dan obat bebas terbatas dengan
mencari informasi melalui google, buku, informasi pada label/kemasan obat atau bertanya ke
apoteker atau tenaga kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

dr. Karin Wiradarma. 2022. “7 Golongan Obat dan Kegunaanya”,


https://www.klikdokter.com/info-sehat/kesehatan-umum/7-golongan-obat-dan-kegunaannya,
diakses pada 21 September 2023
Wathoni, Nasrul. 2016.“Peranan Apoteker dalam Swamedikasi dengan Obat Bebas dan Bebas Terbatas”,
https://gudangilmu.farmasetika.com/peranan-apoteker-dalam-swamedikasi-dengan-obat-bebas-dan-
bebas-terbatas/, diakses pada 21 Septemberi 2023
Dra. Etin Ratna Martiningsih, Apt.2022.“Informasi Umum Tentang Penggunaan Obat yang Aman”,
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/801/informasi-umum-tentang-penggunaan-obat-yang-
aman, diakses pada 21 September 2023
Tri Tuti Rahayu. 2014. “Penggolongan Obat dan Cara Mendapatkannya”,
https://dkk.sukoharjokab.go.id/read/penggolongan-obat-dan-cara-mendapatkannya, diakses pada
21 September 2023
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006.
Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas.
Kemenkes, 2007. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai