DISUSUN OLEH :
NAMA : GLORY AMELIA MUTHIA SARAGIH
KELAS : 2A
NIM : P07539022018
JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
MEDAN
T. A 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pelayanan Informasi Obat (PIO) secara umum.
2. Untuk mengetahui Pelayanan Informasi Obat (PIO) obat bebas
3. Untuk mengetahui Pelayanan Informasi Obat (PIO) obat bebas terbatas
4. Untuk mengetahui informasi dalam Pelayanan Informasi Obat (PIO) obat bebas dan bebas
terbatas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b) Tujuan PIO
1. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan Rumah
Sakit dan pihak lain di luar Rumah Sakit;
2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan Obat/Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, terutama bagi Komite/Tim Farmasi dan
Terapi;
3. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
c) Kegiatan PIO
1. Menjawab pertanyaan;
2. Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter;
3. Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan penyusunan
Formularium Rumah Sakit;
4. Bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) melakukan kegiatan penyuluhan
bagi pasien rawat jalan dan rawat inap;
5. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya;
6. Melakukan penelitian.
d) Manfaat PIO :
1. Keselahan penggunaan obat menurun
2. Ketidakpatuhan menurun
3. Efek obat yang tidak diinginkan menurun
4. Menjamin keamanan dan efektifitas pengobatan
5. Membantu pencegahan masalah
2.2 Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep dokter. tidak
termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat keras, obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di
Depkes RI. Penandaan obat bebas diatur berdasarkan SK Menkes RI Nomor 2380/A/SK/VI/1983
tentang tanda khusus untuk untuk obat bebas dan untuk obat bebas terbatas.
Obat bebas ini dapat dibeli bebas tanpa resep dokter dan dapat dibeli di apotek dan toko obat
berizin untuk mengatasi problem ringan (minor illness) yang bersifat nonspesifik. Karakteristik obat
bebas meliputi dosis yang relatif rendah, ketersediaan luas di toko obat, apotek, atau online, serta
dianggap aman untuk digunakan oleh orang dewasa tanpa pengawasan medis.
Pasalnya, obat bebas relatif paling aman, boleh digunakan untuk menangani penyakit-
penyakit simptomatis ringan yang banyak diderita masyarakat luas yang penanganannya dapat
dilakukan sendiri oleh penderita atau disebut swamedikasi. Obat ini telah digunakan dalam
pengobatan secara ilmiah (modern) dan terbukti tidak memiliki risiko bahaya yang mengkhawatirkan.
Dalam penatalaksanaan swamedikasi, masyarakat memerlukan pedoman yang terpadu agar
tidak terjadi kesalahan pengobatan (medication error). Apoteker sebagai salah satu profesi kesehatan
sudah seharusnya berperan sebagai pemberi informasi (drug informer) khususnya untuk obat-obat
yang digunakan dalam swamedikasi. Oleh karena itu, apoteker dapat memberikan informasi tentang
obat bebas kepada masyarakat yang membutuhkan
Contoh obat bebas adalah parasetamol, vitamin, multivitamin, Ferrosulfat (penambah darah), Sediaan
obat mengandung Calcium dan antasida.
Logo untuk obat bebas terbatas adalah berupa lingkaran bewarna biru dengan garis tepi bewarna
hitam
Tanda peringatan terdiri dari 6 (enam) macam berupa empat persegi panjang dengan huruf putih pada
dasar hitam, yaitu sebagai berikut:
1. P.No.1 Awas! Obat Keras, Bacalah Aturan Pemakaiannya
Contoh : Sediaan Obat Pereda Flu / Pilek (Ex : Neozep, Ultraflu,
Procold)
Sediaan Obat Batuk (Ex : OBH, Woods, Komix, Actifed)
3. P.No.3 Awas! Obat Keras, Hanya untuk bagian luar dari badan
Contoh : Betadine, Kalpanax, Albothyl
Sediaan salep/krim untuk penyakit kulit yang tidak mengandung antibiotic
Sediaan tetes mata yang tidak mengandung antibiotik (Insto, Braito)
2.4 Informasi dalam Pelayanan Informasi Obat (PIO) obat bebas dan bebas terbatas
Informasi yang perlu disampaikan oleh Apoteker pada masyarakat dalam penggunaan obat bebas atau
obat bebas terbatas antara lain:
1. Khasiat obat: Apoteker perlu menerangkan dengan jelas apa khasiat obat yang bersangkutan,
sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan kesehatan yang dialami pasien.
2. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada): pasien juga perlu diberi informasi tentang
efek samping yang mungkin muncul, serta apa yang harus dilakukan untuk menghindari atau
mengatasinya.
3. Cara pemakaian: cara pemakaian harus disampaikan secara jelas kepada pasien untuk
menghindari salah pemakaian, apakah ditelan, dihirup, dioleskan, dimasukkan melalui anus,
atau cara lain.
4. Dosis: sesuai dengan kondisi kesehatan pasien, Apoteker dapat menyarankan dosis sesuai
dengan yang disarankan oleh produsen (sebagaimana petunjuk pemakaian yang tertera di
etiket) atau dapat menyarankan dosis lain sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
5. Waktu pemakaian: waktu pemakaian juga harus diinformasikan dengan jelas kepada pasien,
misalnya sebelum atau sesudah makan atau saat akan tidur.
6. Lama penggunaan: lama penggunaan obat juga harus diinformasikan kepada pasien, agar
pasien tidak menggunakan obat secara berkepanjangan karena penyakitnya belum hilang,
padahal sudah memerlukan pertolongan dokter.
7. Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya pantangan makanan atau
tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu bersamaan.
8. Hal apa yang harus dilakukan jika lupa memakai obat
9. Cara penyimpanan obat yang baik
10. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa dan membedakan obat yang baik dan sudah
rusak
Cara menyimpan obat bebas dan bebas terbatas sesuai juga jenis sediaan yang ada sesuai yang
ada dalam kemasan, fungsi penyimpanan ini juga akan mempengaruhi keefektifan obat tersebut.
Obat dengan penyimpanan suhu ruang maka cukup disimpan di suhu ruang antara suhu 25-30 0C
dan untuk yang berada di suhu ruangan adalah jenis sediaan tablet atau sirup. Namun berbeda
untuk jenis obat suppositoria berada di lemari pendingin
(bukan freezer) agar tidak meleleh. Penyimpanan obat
berfungsi agar obat yang kita akan konsumsi tidak rusak
maka banyak obat yang tidak boleh terpapar oleh sinar
matahari secara lansgung dan disimpan ditempat tertutup dan kering serta harus dijauhkan oleh
jangkaian anak-anak.
3.1 Kesimpulan :
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan :
1. Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi,
rekomendasi Obat yang dilakukan oleh Apoteker.
2. Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep dokter, dan tidak
memiliki risiko bahaya yang mengkhawatirkan. Logo obat bebas adalah berupa lingkaran berwarna
hijau dengan garis tepi berwarna hitam.. Contoh obat bebas adalah parasetamol, vitamin,
multivitamin, dan antasida.
3. Obat Bebas Terbatas adalah obat yang dapat dibeli secara bebas tanpa menggunakan resep dokter,
namun mempunyai peringatan khusus saat menggunakannya yaitu tanda peringatan P1 – P6. Logo
obat bebas terbatas adalah berupa lingkaran bewarna biru dengan garis tepi bewarna hitam. Contoh
obat bebas terbatas adalah Paramex, Theophylline, Tremenza, dan Lactobion.
4. Informasi disampaikan oleh Apoteker pada masyarakat dalam penggunaan obat bebas atau obat
bebas terbatas antara lain: khasiat obat, efek samping dan cara mengatasinya, cara pemakaian, dosis,
waktu pemakaian, lama penggunaan, cara penyimpanan obat yang baik, cara memperlakukan obat
yang masih tersisa, cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak.
3.2 Saran
Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui lebih dalam lagi
mengenai Pelayanan Informasi Obat (PIO) dari obat bebas dan obat bebas terbatas dengan
mencari informasi melalui google, buku, informasi pada label/kemasan obat atau bertanya ke
apoteker atau tenaga kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA