Anda di halaman 1dari 18

BOOK CHAPTER

PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR PADA GLAUKOMA

Oleh :
dr. Sitti Rahmatiyah

Pembimbing :
Dr. dr. Fifin Luthfia Rahmi, MS, Sp.M(K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2024
PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR PADA GLAUKOMA
dr. Sitti Rahmatiyah, Dr, dr. Fifin Luthfia Rahmi, MS, Sp,M(K)

PENDAHULUAN
Glaukoma merupakan penyakit kronik pada saraf mata yang ditandai dengan
neuropati optik disertai hilangnya lapang pandang yang khas dengan peningkatan tekanan
intraokular sebagai faktor risiko utama. Saat ini glaukoma menduduki urutan kedua penyebab
kebutaan terbanyak di Indonesia dan dunia dan merupakan penyebab kebutaan permanen1,2

Terdapat beberapa sistem untuk mengklasifikasikan glaukoma. Pengklasifikasian ini


berdasarkan pada anatomi serta mekanisme yang mendasarinya. Evaluasi segmen anterior
pada glaukoma penting untuk dapat memahami mekanisme yang mendasari glaukoma,
sehingga diagnosis yang akurat dan perencanaan penatalaksanaan yang akan dilakukan
menjadi lebih terarah.3

Chapter Book ini akan membahas mengenai pemeriksaan segmen anterior pada
glaukoma sehingga diharapkan dapat membantu klinisi dalam menegakkan diagnosis dan
memberikan tatalaksana yang sesuai bagi pasien serta mengurangi angka kebutaan permanen
di Masyarakat.

ANATOMI SEGMEN ANTERIOR MATA

Bola mata terdiri atas 3 lapisan konsentris, yaitu lapisan pelindung luar, lapisan
vaskuler di tengah dan lapisan neural di bagian dalam. Lapisan terluar mata tersusun dari
kornea yang jernih di anterior dan sklera yang putih dan tidak tembus cahaya. Lapisan
korneosklera ini tersusun dari kolagen dan berfungsi untuk melindungi jaringan di dalam bola
mata. Interior bola mata memiliki 3 kompartemen, yaitu bilik depan mata, bilik belakang
mata dan kavum vitreus. Bilik depan mata adalah ruangan diantara iris dan kornea, berisi
cairan humor aquos. Bilik depan mata memiliki kedalaman yang bervariasi. Kedalaman rata-
rata bilik depan mata adalah 3,11 mm, dengan rerata volume humor aquos 220 μL. Bilik
belakang mata adalah ruangan yang terletak di posterior iris sampai anterior lensa. Bilik
belakang mata juga terisi oleh humor aquos dengan volume rata-rata 60 μL. Di bagian
posterior terdapat kavum vitreus yang merupakan 2/3 bagian bola mata. Interior bola mata ini
dibagi menjadi segmen anterior dan segmen posterior. Segmen anterior mata terdapat pada
sepertiga depan mata, meliputi struktur-struktur di depan kavum vitreus, yaitu kornea, iris,
korpus siliaris dan 1/3 anterior lensa, serta bilik depan serta bilik belakang mata.4,5

Gambar 1. Anatomi Mata6

Kornea

Kornea menutupi 1/6 dari permukaan bola mata dan merupakan jaringan avaskular
transparan yang tersusun dalam lima lapis, yaitu epitel, membran Bowman, stroma, membran
Descemet dan endotel. Kornea memiliki ketebalan 0.5 mm di sentral dan 1.0 mm di perifer.

Gambar 1. A Gambaran Histologi kornea menunjukan 5 lapisan kornea. B


OCT Segmen Anterior : B = Bowman layer; D = Descemet membrane; En =
endothelium; Ep = epithelium; S = stroma. (Part A courtesy of George J.
Harocopos, MD; part B courtesy of Vikram S. Brar, MD.)
Ukuran diameter kornea pada orang dewasa yaitu diameter horizontal 12 mm dan diameter
vertikal 11 mm. 4,5,6

Table 1. Perbandingan ukuran kornea pada dewasa dan anak-anak

Usia Panjang axial (mm) Diameter horizontal kornea


(mm)
Bayi baru lahir 14.5-15.5 9.5-10.5
Usia 2 tahun 19.5-20.5 11.0-12.0
Dewasa 23.0-24.0 11.0-12.0

Limbus

Limbus merupakan zona transisi antara kornea perifer dengan sklera anterior. Zona ini
disebut juga corneoscleral junction atau limbus kornea. Limbus memiliki tiga peranan
penting yaitu hubungannya dengan sudut bilik depan mata, merupakan “surgical landmark”
dan sebagai suplai stem cell kornea, selain itu limbus juga merupakan tempat pasase

Gambar 2. Sudut Depan Mata dan Limbus

“collector channel“ yang menghubungkan kanalis Schlemm dengan vena aquos.4,5,6,7

Sklera

Sklera menutupi 5/6 bagian posterior dari permukaan bola mata. Tendon otot rektus
berinsersi pada kolagen sklera superfisial. Kapsula Tenon menutupi sklera dan otot rektus di
anterior dan keduanya dilapisi oleh konjungtiva bulbi, selanjutnya kapsula tenon dan
konjungtiva bulbi berfusi didekat limbus. Sklera paling tipis (0,3 mm) berada di posterior
insersi otot rektus dan paling tebal (1,0 mm) berada pada polus posterior mengelilingi papil
nervus optikus.4,5

Bilik Depan

Bilik depan mata dibatasi oleh kornea di anterior, dan diafragma iris dan pupil di
posterior. Kedalaman bilik depan mata rata rata adalah 3,0 mm. Pada orang dengan afakia,
pseudofakia dan myopia, bilik depan mata lebih dalam. Sedangkan pada orang dengan
hipermetropia kedalaman bilik depan mata lebih dangkal. Bilik depan mata berisi humor

Gambar 3. Struktur dari Bilik Depan, 1, Iris Perifer: a, insersi; b, kurvatura; c, angular approach. 2, Ciliary
body band. 3, Scleral spur. 4, Trabecular meshwork: a, posterior; b, mid; c, anterior. 5, Schwalbe line. (*),
Corneal optical wedge.

aquos yang diproduksi oleh epitelium siliaris di bilik belakang mata. Humor aquos melewati
apertura pupil dan mengalir melalui trabecular pathway (melalui trabecular meshwork
menuju ke kanalis Schlemm) dan jalur uveoscleral (melalui akar iris dan badan siliaris
menuju ke spasium suprakoroid).4,5

Sudut bilik depan mata terletak pada pertemuan kornea dan iris, tersusun atas lima
struktur, yaitu :

1. Iris perifer

Iris tersusun dari lapisan stroma di anterior dan lapisan epitel di posterior. Pada
umumnya iris berinsersi pada anterior korpus siliaris yang terletak di posterior scleral spur.
Batas anterior korpus siliaris. Korpus siliaris terletak di posterior iris. Korpus siliaris
berfungsi untuk memproduksi humor aquos, mengatur akomodasi, mengatur aliran aquos,
mensekresi hyaluronat ke dalam vitreus dan menjaga sebagian barrier darah-aquos. Terdapat
dua kelompok otot pada korpus siliaris yaitu serabut otot sirkular yang bertanggungjawab
untuk akomodasi dan serabut otot longitudinal yang mengatur aliran humor aquos dengan
menarik trabecular meshwork dan kanalis Schlemm. Bagian anterior korpus siliaris
merupakan bagian korpus siliaris yang berbatasan dengan bilik depan mata. Sejauh mana
bagian anterior korpus siliaris tersebut terlihat tergantung pada tingkat dan sudut dari insersi
iris. Pada beberapa mata, anterior korpus siliaris tersebut tidak tampak dan sepenuhnya
tertutup oleh iris. Walaupun sebagian besar aliran aquos melalui trabecular meshwork, sekitar
10% melalui jalur nonkonvensional yaitu melalui anterior korpus siliaris menuju spasium
suprakoroid tetapi juga melalui akar dari iris.

Gambar 4. Pars Plana dan Pars plicata6

2. Skleral spur
Terdiri dari cincin serabut kolagen yang mengarah sejajar limbus. Skleral spur merupakan
tepi posterior dari trabecular meshwork. Spur atau taji sedikit menonjol ke bilik depan mata
dan tampak seperti garis putih hingga kekuningan di sebagian besar mata. Otot longitudinal
korpus siliaris menempel pada scleral spur dan membuka trabecular meshwork dengan
menarik spur tersebut.

3. Kanalis Schlemm dan Trabecular meshwork.


Kanalis Schlemm merupakan saluran bulat berbentuk tabung berdiameter 190 – 350 um
yang terletak di dasar sulkus sklera, merupakan tempat berkumpulnya aquos dan dialirkan ke
sistem vena. Pada kanalis Schlemm sisi trabekula terdapat banyak vakuola yang dilalui
aquos. Kanalis Schlemm memiliki tekstur yang tidak kaku. Pada tekanan intraokular yang
tinggi, kanalis mengalami kolaps dan resisten terhadap aliran aquos yang meningkat. Otot
longitudinal korpus siliaris dapat membuka kanalis Schlemm dengan menarik scleral spur.
Trabecular meshwork terletak diantara scleral spur dan Schwalbe’s line. Trabecular
meshwork paling banyak menduduki sulkus sklera. Sekitar 90% aliran aquos melalui
trabecular meshwork.

Gambar 5. Trabecular Meshwork

Aliran tersebut tergantung tekanan intraokular. Humor aquos mengalir melalui trabecular
meshwork memasuki kanalis Schlemm kemudian menuju sistem vena sklera, episklera dan
konjungtiva. Aliran aquos terjadi terutama melalui bagian posterior trabecular meshwork
yang menutupi kanalis Schlemm. Seiring waktu, bagian posterior trabecular meshwork
tersebut menjadi berpigmen sedangkan trabecular meshwork anterior relatif tetap tidak
berpigmen.

4. Schwalbe’s line

Terdapat pada 50 – 150 um zona transisi antara trabecular meshwork dan endotel
kornea. Schwalbe’s line merupakan batas anterior dari trabecular meshwork dan batas
posterior membran Descemet. Pada Schwalbe’s line terdapat transisi dari kurvatura sklera ke
kurvatura kornea yang lebih curam sehingga menyebakan pengendapan pigmen pada daerah
tersebut. 4,5

PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR

Palpebra

Pemeriksaan palpebra pada glaukoma bertujuan untuk mengetahui adanya berbagai


kondisi yang berkaitan dengan glaukoma sekunder serta menilai manifestasi efek terapi
glaukoma pada mata bagian eksternal. Pada pasien dengan Sturge- Weber Sindrom dapat
ditemukan port-wine stain. Proptosis unilateral intermitten yang disertai dilatasi vena pada
palpebra merupakan tanda varises orbita. Pada sindroma vena cava superior dapat ditemukan
edema palpebra. Hipertrikosis, hiperpigmentasi kulit periorbita merupakan efek dari terapi
analog prostaglandin yang dapat dijumpai.5,8

Adneksa

Terdapat beberapa penyakit pada adneksa mata yang berhubungan dengan glaucoma
diantaranya tuberous sclerosis (Sindrom Bourneville), juvenile xanthogranuloma, dan okulo
dermal melanositosis (nevus of ota). Pada tuberous sclerosis, glaukoma dapat terjadi akibat
adanya perdarahan di vitreus, neovaskularisasi pada segmen anterior, atau ablasio retina.
Adapun tanda eksternal khas dari tuberous sclerosis adalah angiofibroma berwarna merah
muda hingga merah-coklat yang sering ditemukan di wajah dan dagu. Pada orang dengan
juvenile xanthogranuloma papula atau nodul berwarna kuning atau oranye dapat muncul di
kelopak mata atau wajah. Pada okulo dermal melanositosis, perubahan warna biru menjadi
coklat atau hiperpigmentasi terjadi pada kulit periokular.

Beberapa proses penyakit dengan kelainan adneksa okular berhubungan dengan


peningkatan tekanan vena episkleral. Adanya angioma kulit wajah (nevus flammeus, atau
port-wine stain) dapat menunjukkan angiomatosis ensefalotrigeminal (sindrom Sturge-
Weber). Hemangioma kulit dari seperti pada sindrom Klippel-Trénaunay-Weber meluas ke
anggota tubuh yang terkena dan mungkin juga melibatkan wajah dan mata. Pada varises
orbital, fistula arteriovenosa, dan sindrom vena cava superior juga mungkin berhubungan
dengan peningkatan tekanan vena episkleral dan glaukoma sekunder. Proptosis unilateral
yang intermiten dan vena kelopak mata yang melebar adalah tanda-tanda eksternal utama dari
penyakit varises orbital. Karotis-kavernosa, dural-kavernosa,dan lainnya fistula arteriovenosa
dapat menghasilkan bruit orbital, adanya keterbatasan gerak bola mata, proptosis, dan bruit
eksoftalmus. Sindrom vena cava superior dapat menyebabkan proptosis dan edema wajah dan
kelopak mata, serta kemosis konjungtiva. Penyakit mata tiroid mungkin juga berhubungan
dengan glaukoma; Gambaran adneksa mata dari penyakit ini termasuk eksoftalmos, retraksi
kelopak mata, dan gangguan gerak bola mata. Pengunaan analog prostaglandin dalam jangka
panjang dapat menyebabkan kelainan adneksa okular, termasuk peningkatan pigmentasi
periokular dan hipertrikosis pada bulu mata. Kelainan eksternal lain yang dilaporkan
termasuk atrofi lemak orbital, enophthalmos, pendalaman sulkus kelopak mata atas, ptosis
kelopak mata atas, tampilan sklera inferior, dan pengetatan kelopak mata.

Konjungtiva

Mata dengan tekanan intraokular (TIO) yang meningkat secara akut mungkin mengalami
injeksi konjungtiva. Penggunaan banyak obat antihipertensi okular dalam jangka panjang
juga dapat menyebabkan injeksi konjungtiva. Reaksi alergi atau hipersensitivitas terhadap
obat (terutama A2-agonis adrenergik) atau bahan pengawetnya dapat menyebabkan
konjungtivitis folikular. Potensi efek samping lain dari obat antihipertensi topikal termasuk
penurunan produksi air mata, pemendekan forniks konjungtiva, dan pada kasus yang parah,
pseudopemfigoid dengan jaringan parut konjungtiva. Sebelum operasi filtration, ada tidaknya
jaringan parut subkonjungtiva atau kelainan konjungtiva juga harus dinilai. Ada atau tidak
adanya bleb juga perlu dinilai. Jika terdapat bleb, diperhatikan apakah berbentuk kistik atau
difus, ukuran, derajat elevasi, jumlah vaskularisasi, dan integritasnya.

Sklera

Pelebaran pembuluh darah episkleral dapat mengindikasikan peningkatan tekanan vena


episkleral, yang dapat bersifat idiopatik atau dapat terjadi pada glaukoma sekunder.
Pembuluh darah sentinel dapat terlihat pada mata dengan tumor intraokular. Kita nilai adakah
area yang menipis atau stafilomatosa. Bercak pigmentasi skleral berwarna abu-abu terdapat
pada melanositosis okulodermal, dan pasien yang terkena memiliki peningkatan risiko
terkena glaukoma dan melanoma okular. Skleritis juga mungkin berhubungan dengan
peningkatan TIO akibat penggunaan obat-obatan steroid jangka panjang.

Kornea

Pembesaran kornea berhubungan dengan pecahnya membran Descemet (striae Haab)


umumnya ditemukan pada pasien glaukoma masa kanak-kanak yang mengalami peningkatan
TIO sebelum usia 4 tahun. Defek epitel pungtata terutama di daerah inferonasal
interpalpebral seringkali merupakan indikasi adanya toksisitas obat. Edema epitel mikrokistik
umumnya dikaitkan dengan peningkatan TIO yang tinggi, terutama ketika peningkatan TIO
bersifat akut. Kelainan endotel kornea berikut ini dapat memberikan petunjuk penting
mengenai kondisi yang mendasari peningkatan TIO sekunder atau glaukoma:

• Spindel Krukenberg pada sindrom dispersi pigmen

• Endapan material eksfoliasi pada sindrom pseudoeksfoliasi

• Keratic precipitates (KPs) pada uveitis, terutama KPs stelata pankornea yang
berhubungan dengan infeksi virus herpes

• lesi ireguler dan vesikular pada distrofi polimorf posterior

• gambaran “beaten bronzen” pada sindrom endotel iridokornea

Adanya bekas luka akibat trauma atau skar pada kornea akibat operasi harus diperhatikan,
begitu pula ketebalan sentral kornea pada semua pasien yang dicurigai menderita glaukoma
harus dinilai dengan pachymetry kornea, karena kornea sentral yang tipis merupakan faktor
risiko glaukoma dan mengakibatkan perkiraan TIO yang terlalu rendah pada sebagian besar
tonometer.4,5

Bilik Mata Depan

Saat mengevaluasi bilik mata depan, pemeriksa harus memperhatikan keseragaman


kedalaman bilik. Dalam metode Van Herick dalam memperkirakan lebar sudut, pemeriksa
memproyeksikan sinar sempit ke kornea dengan sudut kira-kira 60°, tepat di anterior limbus.
Namun, hasilnya bisa tidak cukup akurat dan metode ini tidak cukup sensitif untuk
mendeteksi penutupan sudut dan bukan merupakan pengganti pemeriksaan gonioskopi. Lebar
sudut iridokornea ditentukan dengan membandingkan jarak antara endotel kornea dan iris
dengan ketebalan kornea. Kedalaman bilik depan mata bagian perifer sebanding dengan
ketebalan kornea pada sudut terbuka. Jarak kedalaman kurang dari seperempat ketebalan
kornea menunjukkan sudut yang sempit. Interpretasi Hasil Van Herrick yang positif
(kedalaman kurang dari seperempat ketebalan kornea) disertai dengan adanya peningkatan
tekanan intraokuler sangat spesifik dan hampir merupakan tanda patognomonik sudut
tertutup, namun pemeriksaan gonioskopi tetap harus dilakukan untuk menentukan tatalaksana
yang tepat.

Tabel 2. Interpretasi pemeriksaan Van Herrick untuk memperkirakan lebar sudut


iridokornea

Grade Perbandingan bilik mata Perkiraan besar sudur Kemungkinan sudut


depan dan kornea tertutup
4 1:1 35-45 Kemungkinan sangant
kecil
3 1:2 20-35 Kemungkinan kecil
2 1:4 20 Possible
1 < 1:4 10 Probable
0 tertutup 0 Sudut tertutup

Pada Iris bombe dan sindrom plateau iris, bilik mata depan dalam di bagian tengah dan
dangkal atau datar di bagian perifer. Sebaliknya, pada glaukoma maligna dan glaukoma sudut
tertutup blok non-pupil terdapat mekanisme “mendorong” dari posterior,sehingga baik bilik
anterior perifer maupun sentral akan dangkal. Dalam banyak keadaan, terutama dalam
penilaian peningkatan TIO unilateral akut (ketika kornea sering mengalami edema, sehingga
membatasi pandangan ke bilik mata depan dan sudutnya), pemeriksaan pada mata yang tidak
sakit dapat memberikan informasi yang berguna. Pada syndrome disperse pigmen didapatkan
bilik anterior sangat dalam dan konfigurasi iris yang sering kali cekung. Pada kondisi ini,
gesekan antara iris yang melengkung ke belakang dan zonula lensa menyebabkan pelepasan
pigmen dari sel epitel iris. Adanya sel darah putih atau merah, pigmen yang bersirkulasi, atau
sisa inflamasi (seperti fibrin) harus diperhatikan. Adanya inflamasi pada segmen anterior
mata dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler pada tahap awal akibat inflamasi
pada trabecular meshwork dan penumpukan debris inflamasi. Namun pada tahap lanjut
inflamasi pada badan silier dapat menyebabkan penurunan produksi aquos humor sehingga
tekanan bola mata turun. Penilaian derajat inflamasi (cell dan flare) serta keberadaan pigmen
harus dilakukan sebelum memberikan midriatikum pada mata pasien. Pada pasien dengan
serangan sudut tertutup akut dapat juga ditemukan adanya cell dan flare pada bilik depan
mata Tingkat peradangan (flare dan sel) dan keberadaan pigmen harus ditentukan sebelum
pemberian obat tetes mata.4,5

Iris

Iris harus diperiksa terlebih dahulu sebelum pupil dilebarkan. Dokter harus
memperhatikan heterokromia, atrofi iris, ektropion uveae (adanya sel epitel iris berpigmen
pada permukaan iris anterior), corectopia (perpindahan pupil), nevi, nodul, bahan eksfoliatif,
defek transiluminasi, keberadaan dan patensi suatu iridotomi atau iridektomi, dan kelainan
iris mata akibat pembedahan. Warna iris harus diperhatikan, terutama pada pasien yang
mendapatkan pengobatan dengan analog prostaglandin. Tahap awal neovaskularisasi segmen
anterior dapat terlihat sebagai sebagai berkas-berkas pembuluh darah kecil pada tepi pupil
atau jaringan pembuluh darah kecil pada permukaan iris yang di dekat akar iris. Adanya
tanda-tanda trauma mata, seperti robekan sfingter iris, iridodialisis (robekan pada akar iris)
atau iridodonesis. Kontur iris dapat memberikan petunjuk tentang mekanisme penutupan
sudut dan adanya sindrom dispersi pigmen. Ketidakteraturan pada kontur iris mungkin
menunjukkan adanya efusi atau perdarahan koroid. Kondisi lain yang dapat menyebabkan
ketidakteraturan kontur iris termasuk kista iris atau badan siliaris atau pada keadaaan yang
jarang dapat disebabkan oleh melanoma uvea. Adanya koloboma dari iridotomi serta letaknya
perlu dinilai pada pasien yang sudah pernah dilakukan operasi.4,5

Pupil

Pemeriksaan pupil meliputi bentuk, ukuran, adanya sinekia, serta refleks pupil.
Diameter pupil dapat dipengaruhi oleh agen parasimpatomimetik dan agonis adrenergik.
Relatif aferen pupillary defect (RAPD) sering terlihat pada glaukoma unilateral; namun,
apabila RAPD tidak sesuai dengan gambaran klinis glaukoma secara keseluruhan, harus
disingkirkan adanya neuropati optik non glaukoma. Serangan glaukoma sudut tertutup akut
dengan tekanan bola mata yang sangat tinggi dapat menyebabkan iris yang tidak motil
bahkan setelah serangan hilang akibat iskemia pada iris. Pada pemeriksaan pasien dengan
glaukoma sudut tertutup akut didapatkan pupil yang mid dilatasi, dengan reflek cahaya yang
turun atau tidak reaktif. Hal ini disebabkan iskemia yang mengakibatkan kerusakan pada otot
spingter. Jika kerusakan spingter terjadi parsial atau sektoral, bentuk dari pupil yang dilatasi
dapat oval atau irregular. 1,4,5

Lensa

Pemeriksan pada lensa harus dilakukan sebelum dan sesudah melebarkan pupil, yang perlu
dinilai adalah ukuran, bentuk, kejernihan, dan stabilitas lensa. Pemeriksaan lensa dapat
membantu untuk menentukan etiologi dan penatalaksanaan glaukoma akibat lensa. Katarak
sub kapsular posterior mungkin merupakan indikasi penggunaan kortikosteroid jangka
panjang sebelumnya. Benda asing intraokular dengan siderosis dan glaukoma dapat
menyebabkan perubahan warna epitel lensa menjadi kuning coklat atau karat. Kapsul anterior
diperiksa apakah terdapat material pseudoeksfoliasi dan pigmen glaucomflecken (kekeruhan
kapsul atau subkapsuler berukuran kecil berwarna keabu-abuan yang menandakan infark
akibat peningkatan tekanan intraokuler akut) yang mungkin ditemukan di area pupil.
Glaucomflecken merupakan tanda serangan sudut tertutup akut sebelumnya. Dilihat dan
dinilai pula adanya sinekia posterior, katarak ataupun lensa intraokuler, serta kekeruhan
kapsul posterior lensa.1,4,5

ANTERIOR SEGMENT IMAGING

Imaging anterior segment merupakan pemeriksaan yang penting dalam memberikan


gambaran objektif dalam menilai dan menggambarkan keadaan di segment anterior mata.
Adapun beberapa yang digunakan adalah :
Ultrasound Biomicroscopy (UBM)

Gambar 7. UBM pada mata sehat9

Biomikroskopi Ultrasonografi (UBM) pertama kali digunakan untuk mengevaluasi


sudut bilik mata depan dan berbagai struktur segmen anterior serta implan yang tidak dapat
divisualisasikan atau dinilai secara langsung dengan slit lamp biomikroskopi. Selain itu,
UBM berfungsi dalam menilai sudut bilik mata depan pada kornea edem yang sulit dinilai
dengan pemeriksaan gonioskopi. UBM juga telah digunakan untuk menilai kontur iris pada
sindrom dispersi pigmen, membantu memperjelas mekanisme yang mendasari kondisi ini.
Struktur dan kondisi yang dapat dievaluasi oleh UBM antara lain : iris dan corpus siliaris,
plateau iris, efusi koroid, tumor, kista, posisi dari implant yang ditanamkan, drainage device
tube dan stent, haptik lensa intraocular, adanya benda asing atau sisa material lensa.

Ultrasonografi mata konvensional biasanya dilakukan menggunakan transduser yang


beroperasi pada frekuensi 10-20 MHz. Namun, tetap diperlukan frekuensi yang lebih tinggi
untuk menggambarkan struktur yang terletak di anterior dan memberikan resolusi yang cukup
untuk evaluasi segmen anterior yang bermakna. Frekuensi ultrasonik yang tinggi
menghasilkan penetrasi yang terbatas—kira-kira 5 mm untuk probe yang beroperasi pada 50
MHz.Informasi yang diberikan oleh Biomikroskopi Ultrasonografi akan melengkapi
informasi yang diperoleh melalui gonioskopi dan dapat membantu menjelaskan mekanisme
yang mendasari pada beberapa kasus sudut tertutup. Penilaian citra UBM untuk sudut
tertutup diawali dengan identifikasi scleral spur dan penentuan derajat sudut. Mekanisme
sudut tertutup dapat disimpulkan berdasarkan penilaian kualitatif terhadap kontur iris,
ketebalan iris perifer, anatomi badan siliaris (ukuran, posisi, dan derajat rotasi), kedalaman
bilik mata depan, ketebalan lensa, dan kubah lensa.4,5,9.10

Anterior Segment Optical Coherence Tomography (ASOCT)

Optical Coherence Tomography Segmen Anterior (ASOCT) merupakan pemeriksaan


pencitraan non kontak resolusi tinggi yang dapat memberikan informasi baik itu kualitatif
maupun kuantitatif pada kornea, bilik mata depan, iris dan juga lensa. Dibandingkan dengan
UBM, keterbatasan utama AS-OCT tidak memungkinkan visualisasi sulkus siliaris dan badan
siliaris. Seperti halnya UBM, ASOCT tidak selalu menghasilkan gambar yang
memungkinkan identifikasi sudut yang baik. Selain itu, tidak ada modalitas yang dapat
membedakan antara sudut tertutup aposisional dan sudut tertutup sinekial— perbedaan ini
hanya mungkin dilakukan dengan pemeriksaan gonioskopi. Gonioskopi tetap menjadi standar
baku rujukan untuk mengevaluasi sudut bilik mata depan, namun memiliki keterbatasan
karena diperlukan pemeriksa yang terampil dan kerja sama pasien, dan hasilnya bersifat
subyektif. ASOCT berpotensi menambah informasi yang berarti untuk membantu mendeteksi
penyakit sudut tertutup. 4,5,12

Gambar 8. Gambaran ASOCT pada mata sehat


Tabel 2. Perbandingan ASOCT dan UBM

Spekular Mikroskop

Spekular mikroskop merupakan pencitraan non-kontak dan non-invasif pada lapisan


sel endotel kornea. Spekular mikroskop berguna untuk diagnosis dan pemantauan berbagai
kelainan kornea posterior seperti distrofi polimorf posterior dan sindrom endotel iridokornea.
Syndrome endotel iridokornea adalah kondisi langka di mana sel endotel kornea
berproliferasi dan bermigrasi melebihi schwalbe line dan sudut bilik mata depan menuju iris.
Glaukoma sudut tertutup sekunder terjadi ketika membran sel ini berkontraksi. Pada penyakit
ini jumlah sel endotel berkurang, dan sel kehilangan bentuk heksagonal normalnya.4,5,14 Pada
penelitian yang dilakukan oleh jumlah endotel kornea pada pasien Glaukoma primer sudut
terbuka lebih rendah dibandingkan pada kelompok kontrol orang sehat, hal ini kemungkinan
disebabkan oleh tingginya tekanan intraocular dan juga akibat penggunaan obat-obatan anti
glaucoma sehingga menyebabkan kerusakan dan kehilangan sel endotel kornea. 15
DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Tatalaksana Glaukoma, 2023


2. Weinreb RN, Aung T, Medeiros FA. The Pathophysiology and Treatment of
Glaucoma: A Review. JAMA. 2014;311(18):1901–1911.
3. Brar VS, Law SK, Lindsey JL, et al. Fundamentals and Principles of
Ophthalmology. Basic and Clinical Science Course. San Francisco: American
Academy of Ophthalmology, 2022:47-82.
4. Christopher J. Rapuano, J. Timothy Stout, Colin A. McCannel. Basic and Clinical
Science Course, Section 10: Glaucoma. 2022nd–2023rd ed. anna AP, Boland MV
GJ, editor. San Francisco: American Academy Of Ophthalmology.; 2022. 3–130 p
5. Thomas R, Loibl K, Parikh R. Evaluation of a glaucoma patient. Indian Journal of
Ophthalmology 2011;59:S43-52.
6. Ramakrishnan R, Krishnadas S, Khurana M, Robin AL. Diagnosis and
Management of Glaucoma. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers,
2013.
7. Van Buskirk, E. The anatomy of the limbus. Eye 3, 101–108 (1989).
8. Lee HE, Lim SK, Im M, Kim CD, Seo YJ, Lee JH, Lee Y. Hypertrichosis and
Hyperpigmentation in the Periocular Area Associated with Travoprost Treatment.
Ann Dermatol. 2015 Oct;27(5):637-8
9. Roxana Ursea & Ronald H Silverman (2010) Anterior-segment imaging for
assessment of glaucoma, Expert Review of Ophthalmology, 5:1, 59-74
10. Maslin, Jessica S; Barkana, Yaniv1 ; Dorairaj, Syril K2,. Anterior segment imaging
in glaucoma: An updated review. Indian Journal of Ophthalmology 63(8):p 630-
640, August 2015.
11. Stefan C, Iliescu DA, Batras M, Timaru CM, De Simone A. PLATEAU IRIS--
DIAGNOSIS AND TREATMENT. Rom J Ophthalmol. 2015 Jan-Mar;59(1):14-8.
12. Li H, Jhanji V, Dorairaj S, Liu A, Lam DS, Leung CK. Anterior Segment Optical
Coherence Tomography and its Clinical Applications in Glaucoma. J Curr
Glaucoma Pract. 2012 May-Aug;6(2):68-74. doi: 10.5005/jp-journals-10008-
1109. Epub 2012 Aug 16
13. Kiel J. Chapter 2, Anatomy. The Ocular Circulation San Rafael: Morgan &
Claypool Life Sciences, 2010.
14. Chaurasia S, Vanathi M. Specular microscopy in clinical practice. Indian J
Ophthalmol. 2021 Mar;69(3):517-524. doi: 10.4103/ijo.IJO_574_20. PMID:
33595465; PMCID: PMC7942069.

15. Yu ZY, Wu L, Qu B. Changes in corneal endothelial cell density in patients with


primary open-angle glaucoma. World J Clin Cases 2019; 7(15): 1978-1985

Anda mungkin juga menyukai