Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 270 K/TUN/LH/2020 ANTARA WAHLI DENGAN

GUBERNUR ACEH TERKAIT PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) DI KAWASAN
TAMPUR-1

1. LATAR BELAKANG

A. Identitas para pihak

- GUBERNUR ACEH, tempat kedudukan di Jalan Arief Nomor 219, Jeulingke, Kecamatan Syiah Kuala,
Kota Banda Aceh. Provinsi Aceh 23114.

- PT KAMIRZU, beralamat di Jalan Dr. Tgk. Mohd Hasan Nomor 88 Suka Damai, Kecamatan Lueng Bata,
Kota Banda Aceh, yang diwakili oleh Nai Puay Chai dan Richard Wong, jabatan Presiden Direktur dan
Direktur.

-YAYASAN WAHANA LINGKUNGAN HIDUP INDONESIA (WALHI), beralamat di Jalan Tegal Parang Utara
Nomor 14 Mampang, Jakarta Selatan, 12790, yang diwakili oleh Nur Hidayati, dan Kholisoh, jabatan
Ketua dan Sekretaris Yayasan WALHI.

B. Amar Putusan

1. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya.

2. Menyatakan Batal dan/atau Tidak Sah Keputusan Gubernur Aceh No. 522.51/DPMPTSP/1499/2017,
tanggal 09 Juni 2017 tentang Pemberian IPPKH dalam Rangka Pembangunan Pembangkit Listrik tenaga
air Tampur-1 (443 MW) seluas-+ 4.407 Ha atas nama PT. Kamirzu di Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten
Aceh Tamiang, dan Kabupaten Aceh Timur Provinsi Aceh beserta perubahnnya.

3. Mewajibkan Tergugat untuk mencabut objek pengajuan beserta perubahannya.

4. Membayar biaya perkara secara tanggung renteng.

C. Keunikan Kasus

Hal-hal yang menarik dari kasus ini yaitu:

- Adanya bentuk hukum penemuan dan kejelian oleh Majelis yaitu Objek Sengketa (IPPKH) yang
ternyata telah diubah atau direvisi dengan IPPKH baru pada tanggal 29 Januari 2019. Majelis Hakim
menyatakan karena bentuknya revisi maka dianggap satu kesatuan sehingga Majelis Hakim menarik
perubahan tersebut ke dalam perjanjian dan menyebutkan pembatalan IPPHK untuk PT. KAMIRZU.
Keputusan ini penting mengingat banyaknya gerakan hukum oleh pemerintah daerah dan korporasi
dalam melawan atau mengakali putusan pengadilan

- Sangat jarang ada pengadilan dalam memberikan putusan yang berpihak dengan aspek lingkungan
hidup.

2. MASALAH HUKUM (MASALAH HUKUM YANG TIMBUL DARI AMAR PUTUSAN)

Dalam putusan tersebut, majelis hakim mengabulkan seluruh gugatan WALHI Aceh terkait objek
sengketa penerbitan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) No. 522.51/DPMPTSP/1499/2017 yang
diterbitkan Gubernur Aceh kepada PT. KAMIRZU untuk Pembangunan PLTA Tampur-1. Oleh karena itu,
masalah hukum yang timbul adalah izin yang diberikan oleh gubernur Aceh kepada PT Kamirzu untuk
pembangunan PLTA Tampur-1 tidak sah dan harus dibatalkan.

3. LANDASAN TEORI (TEORI-TEORI HUKUM LINGKUNGAN)

Landasan teori hukum lingkungan dalam kasus tersebut adalah bahwa setiap orang berhak atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta memiliki kewajiban untuk melindungi dan memperbaiki
lingkungan hidup yang rusak. Hal ini diatur dalam Pasal 28H ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 9 Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam kasus
ini, WALHI mengajukan gugatan terhadap gubernur Aceh dan PT Kamirzu terkait izin pembangunan PLTA
Tampur-I yang dianggap merusak lingkungan hidup dan mengancam keberlangsungan hidup spesies
yang dilindungi. Dalam putusan pengadilan, hakim memutuskan bahwa izin yang diberikan oleh
gubernur Aceh kepada PT Kamirzu tidak sah dan harus dibatalkan, karena melanggar prinsip-prinsip
hukum lingkungan hidup yang diatur dalam peraturan perundang- undangan.

4. ANALISIS (ANALIS MASALAH HUKUM BERDASARKAN TEORI-TEORI HUKUM LINGKUNGAN)

-Dalam kasus ini, masalah hukum yang timbul terkait dengan penerbitan izin pembangunan PLTA
Tampur-I oleh Gubernur Aceh kepada PT Kamirzu yang dianggap merusak lingkungan hidup dan
mengancam keberlangsungan hidup spesies yang dilindungi .

-Landasanteori hukum lingkungan dalam kasus ini adalah bahwa setiap orang berhak atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat, serta memiliki kewajiban untuk melindungi dan memperbaiki lingkungan
hidup yang rusak. Hal ini diatur dalam Pasal 28H ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 9 Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

-Dalam putusan pengadilan, hakim memutuskan bahwa izin yang diberikan oleh gubernur Aceh kepada
PT Kamirzu tidak sah dan harus dibatalkan, karena melanggar prinsip-prinsip hukum lingkungan hidup
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
-Dalam pertimbangan Majelis Hakim menyampaikan Izin Penerbitan di dalam Kawasan Ekonomi Leuser
(KEL) bertentangan dengan pasal 150 ayat (1) dan (2)UU Pemerintah Daerah Aceh yang berbunyi:

(1) Pemerintah menugaskan Pemerintah Aceh untuk melakukan pengelolaan kawasan ekosistem Leuser
di wilayah Aceh dalam bentuk pelindungan, pengamanan, pelestarian, pemulihan fungsi kawasan dan
pemanfaatan secara lestari.
(2) Pemerintah, Pemerintah Aceh, dan pemerintah kabupaten/kota dilarang mengeluarkan izin
pengusahaan hutan dalam kawasan ekosistem Leuser sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

-Dalam hal ini, WALHI sebagai organisasi lingkungan hidup memainkan peran penting dalam melindungi
lingkungan hidup dan memperjuangkan hak-hak masyarakat untuk hidup dalam lingkungan yang sehat
dan lestari.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Kesimpulan dari kasus ini adalah bahwa lingkungan hidup harus dilindungi dan dijaga agar tetap sehat
dan lestari . Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta memiliki kewajiban
untuk melindungi dan memperbaiki lingkungan hidup yang rusak. Dalam kasus ini, WALHI sebagai
organisasi lingkungan hidup memainkan peran penting dalam melindungi lingkungan hidup dan
memperjuangkan hak-hak masyarakat untuk hidup dalam lingkungan yang sehat dan lestari. Putusan
pembatalan yang membatalkan izin pembangunan PLTATampur-I oleh PT Kamirzu menunjukkan bahwa
hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat harus diutamakan dalam setiap kebijakan pembangunan.

b. Saran

Saran yang dapat diberikan dalam kasus ini yaitu bahwa pemerintah harus memperhatikan aspek
lingkungan hidup dalam setiap kebijakan pembangunan dan memastikan bahwa lingkungan hidup tidak
rusak atau terancam keberlanjutannya. Masyarakat juga harus terlibat aktif dalam melindungi
lingkungan hidup dan memperjuangkan hak-hak mereka untuk hidup dalam lingkungan yang sehat dan
lestari

DAFTAR PUSTAKA
Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup .

Putusan PTUN Banda Aceh Nomor 7/G/LH/2019/PTUN.BNA.

Amnesti Internasional Indonesia . "HAM dan Lingkungan ." amnesti.id.

Repositori Universitas Brawijaya. "Hak Atas Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat."
repositori.unib.ac.id.

Referensi Elsam . “UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.”
referensi.elsam.or.id.

Anda mungkin juga menyukai