Penilaian Kinerja Reksadana
Penilaian Kinerja Reksadana
Werner R. Murhadi
Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Surabaya
Email: werner@ubaya.ac.id
Abstrak
Latar Belakang
1
di atas maka dilakukan penelitian ini dengan memfokuskan pada kinerja dari
reksadana berdasarkan pada market timing dan security selection. Market timing
pada penelitian ini didefinisikan sebagai kemampuan manajer untuk bereaksi
terhadap antisipasi perubahan harga suatu sekuritas dengan cara menginvestasikan
dananya atau menarik dananya dari suatu investasi secara tepat waktu. Sedangkan
security selection pada penelitian ini didefinisikan sebagai kemampuan manajer
investasi untuk mengidentifikasi dan memilih sekuritas yang mispriced dan akan
memberikan potensi keuntungan di masa yang akan datang.
Telaah Literatur
Literatur yang mengevaluasi tentang kinerja telah berhasil membentuk pondasi awal
pada teori portfolio modern khususnya tentang bagaimana aset dihargai. Markowitz
(1952) dan Sharpe (1964) memberikan kontribusi penting mengenai pemahaman
bagaimana investor seharusnya menyusun portfolio dengan memperitmbangkan
2
risiko dan tingkat pengembalian. Penelitian Sharpe (1964), Lintner (1965) dan
Mossin (1966) berhasil membentuk apa yang kemudian dikenal sebagai Capital
Asset Pricing Model dimana terdapat dua paramater yang mengasumsikan investor
hanya memfokuskan pada rata-rata dan varians dari tingkat pengembalian suatu aset.
Sementara itu penelitian untuk mengetahui kinerja portfolio reksadana pertama kali
dilakukan secara sistematis dan ekstensif oleh Friend, Brown, Herman dan Vickers
sejak tahun 1962. Studi ini dilakukan dengan menggunakan sampel 152 reksadana
dengan menggunakan data tahun 1953-1958. Friend dan Vickers (1965) melakukan
evaluasi kinerja reksadana terhadap portfolio yang dibentuk secara acak. Hasilnya
menunjukkan bahwa kinerja reksadana tidak mengalahkan kinerja portfolio yang
dibentuk secara acak.
3
dikembangkan oleh Treynor (1965), Sharpe (1966) dan Jensen (1968) merupakan
perluasan dari teori portfolio modern dan teori capital asset pring.
Pengembangan dari model Jensen juga banyak dilakukan pada akhir tahun 1960an.
Fama (1972) dan Jensen (1972) mengidentifikasi adanya dua dimensi pengukuran
kinerja investasi, diaman manajer investasi membedakan antara keputusan security
selection dan forecasting decision. Namun beberapa literatur juga mencatat potensi
bias yang terjadi bila terdapat kemampuan market timing, dimana model penilaian
kinerja yang telah ada tersebut tidak mempertimbangkan test market timing. Sebagai
contoh penelitian yang dilakukan Grinbaltt danTitman (1989) menunjukkan bahwa
keberhasilan market timing akan mengakibatkan estimasi risiko sistematis ( ) akan
cenderung bias ke atas, sedangkan konstanta (α) akan bias ke bawah. Pada skenario
tersebut maka model yang tidak memasukkan market timing akan membawa pada
penarikan kesimpulan kinerja yang keliru. Perluasan dari model Jensen berhasil
membedakan dua komponen dalam penilaian kinerja investasi yakni security
selection dan market timing (Gallagher, 2002). Treynor dan Mazuy (1966)
menambahkan proposisi untuk mengukur market timing dengan argumentasi bahwa
model linear bukan merupakan pendekatan yang pas bilamana manajer investasi
berusaha untuk meramalkan perubahan kondisi pasar. Hal ini diimplementasikan
dengan menggunakan fungsi kuadrat untuk manajer yang memegang proporsi yang
besar (kecil) portfolionya dalam sekuritas berisiko dimana pergerakan pasar
diramalkan akan mengalami kenaikan (penurunan).
4
return secara sistematis dengan mengambil saham yang dapat merealisasikan excess
return yang positif.
Henrikkson (1984) menguji kinerja dari market timing terhadap 116 reksadana.
Hasil penelitiannya menunjukkan hanya terdapat tiga reksadana yang memiliki
kemampuan market timing. Sementara itu Chua dan Woodward (1986) melakukan
test yang sama di Kanada, Amerika Serikat dan Inggris dengan hasil yang
menunjukkan kinerja reksadana berdasarkan market timing adalah buruk. Sementara
itu Sinclair (1990) menguji kemampuan manajer dalam market timing menunjukkan
hasil bahwa kinerja return dengan menggunakan market timing adalah buruk.
Penelitian lain di Yunani yang menguji stock selection dan market timing dilakukan
oleh Phillipas (2002) yang menemukan bahwa manajer investasi di Yunani tidak
berhasil melakukan investasi dengan market timing yang benar dan dengan
menggunakan total performance index akan mengurangi kemampuan manajer dalam
stock selection. Beberapa hal yang mengakibatkan gagalnya stock selection dan
market timing dilakukan oleh manajer investasi di Yunani karena mayoritas manajer
investasinya relatif berusi muda dan kurang pengalaman dan mudah berpindah-
pindah antar perusahaan investasi.
5
Metode Penelitian
Untuk mengukur kinerja reksadana berdasarkan pada market timing dan security
selection pada penelitian ini akan menggunakan metode Henriksson dan Merton
(1981) dan Treynor dan Mazuy (1966). Security Selection pada penelitian ini
menggambarkan kemampuan manajer investasi untuk menidentifikasi sekuritas yang
mispriced. Sedangkan market timing pada penelitian ini menunjukkkan kemampuan
manajer investasi untuk memposisikan portfolionya guna memperoleh keuntungan
dari prediksi pergerakan harga.
Model Henriksson dan Merton (1981) membagi kinerja menjadi dua faktor
sebagaimana pada rumus 1 dan 2.
Atau
Dimana
Rpt adalah return portfolio (Ri) pada periode t dikurangi dengan risk free return (Rf)
αp adalah abnormal return yang menggambarkan kemampuan stock selection
p1 adalah koefisien dari market return (Rm)dikurangi dengan risk free rate
Xt adalah market return dikurangi dengan risk free rate periode t
p2 adalah koefisien yang menggambarkan kemampuan market timing
Yt adalah max (0, -Xt) merupakan dummy factor dimana akan bernilai 1 bila Xt lebih
besar dari 0, dan bernilai 0 bila Xt lebih kecil dari nol.
εpt adalah kesalahan acak
6
Sementara itu, model Treynor dan Mazuy (1966) membagi kinerja menjadi dua
faktor sebagaimana pada rumus 3 dan 4.
Atau
Pada model Henriksson dan Merton (1981) suatu reksadana dikatakan sukses dalam
hal market timing bila p2 bernilai positif. Sedangkan pada model Treynor dan
Mazuy (1966) suatu reksadana dikatakan sukses bila bernilai positif. Sedangkan
dari sudut pandang stock selection dapat dilihat pada αp dimana bila bernilai positif
maka berarti portofolio reksadana berhasil memberikan return sama atau diatas
return pasar.
⎡ NAVt +1 ⎤
R pt = ln ⎢ ⎥
⎣ NAVt ⎦
(5)
Tingkat hasil bebas risiko dalam penelitian ini menggunakan tingkat bunga Sertifikat
Bank Indonesia (SBI), Sedangkan Rm diperoleh dengan menggunakan proksi IHSG
sebagai berikut:
⎡ IHSG t +1 ⎤
R m = ln ⎢ ⎥
⎣ IHSG t ⎦
(6)
7
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1.
Ringkasan Hasil Pengolahan metode Henriksson dan Merton
Parameter Koefisien Regresi Signifikansi
Positif (%) Negatif (%) Signifikan (%) Tidak Sig.(%)
αp 28 (51) 27 (49)
p1 55 (100) 0 (0) 55 (100) 0 (0)
p2 41 (75) 14 (25) 5 (9) 50 (91)
8
Tabel 2.
Ringkasan Hasil Pengolahan metode Treynor dan Mazuy
Parameter Koefisien Regresi Signifikansi
Positif (%) Negatif (%) Signifikan (%) Tidak Sig.(%)
αp 36 (65) 19 (35)
p 55 (100) 0 (0) 55 (100) 0 (0)
p 32 (58) 23 (42) 20 (36) 35 (64)
Pada tabel 2, dapat dilihat bahwa semua parameter beta ( p) menunjukkan hasil
Tabel 3, disajikan nama 6 reksadana berkinerja baik dari sisi stock selection
berdasarkan metode Henriksson dan Merton serta metode Treynor dan Mazuy. Dari
tabel 3, terlihat ada 4 dari 6 reksadana yang menunjukkan hasil konsisten baik
dengan menggunakan metode Henriksson dan Merton maupun menggunakan
metode Treynor dan Mazuy.
Tabel 3.
Rangking 6 Reksadana berdasarkan Stock Selection
No. Metode
Henriksson dan Merton Treynor dan Mazuy
1 Reksadana Growth to Prosper Paramita premium
2 Panin Dana Prima Reksadana Growth to Prosper
3 Panin Dana Maksima Panin Dana Prima
9
4 Pratama Saham Syailendra equity opportunity fund
5 First state indoequity sectoral fund Pratama saham
6 Fortis infrastruktur plus Panin dana maksima
Tabel 4 berikutnya disajikan nama 10 reksadana berkinerja baik dari sisi market
timing berdasarkan metode Henriksson dan Merton serta metode Treynor dan
Mazuy. Sedangkan berdasarkan pada market timing dari 10 reksadana dengan nilai
positif dari sisi market timing ternyata hasil dari metode Henriksson dan Merton
maupun menggunakan metode Treynor dan Mazuy menunjukkan hanya 4 yang
konsisten berkinerja baik
Tabel 4.
Rangking 6 Reksadana berdasarkan Market Timing
No. Metode
Henriksson dan Merton Treynor dan Mazuy
1 paramita premium reksadana milenium equity
2 jakarta blue chip danareksa mawar
3 si dana saham optimal si dana saham
4 si dana saham TRIM kapital
5 makinta mantap GMT dana ekuitas
6 lautandhana equity schroder dana prestasi plus
7 capital equity fund manulife saham andalan
8 manulife saham andalan rencana cerdas
9 mahanusa dana ekuitas jakarta blue chip
10 danareksa mawar agresif mahanusa dana ekuitas
Dari berbagai fakta yang disajikan pada tabel diatas, hal ini mengindikasikan selama
penurunan IHSG periode 2008 yang kemudian diikuti dengan kondisi rebound
hingga Juni 2009, maka terlihat terdapat 4 reksadana yang memiliki kinerja stock
selection yang baik dengan menggunakan kedua metode. Sementara untuk kinerja
reksdana berdasarkan market timing juga diperoleh 4 perusahaan berkinerja yang
baik dengan menggunakan kedua metode.
10
Konklusi
Dari hasil penelitian deskriptif di atas, diperoleh hasil bahwa penggunaan metode
Henriksson dan Merton maupun penggunaan metode Treynor dan Mazuy mampu
mengindikasikan portfolio reksadana yang memiliki kinerja baik. Penggunaan
metode Henriksson dan Merton maupun metode Treynor dan Mazuy, mampu
merekam kinerja berdasarkan kemampuan manajer dalam memilih portfolio
investasi sekaligus kamampuan manajer untuk menentukan waktu yang tepat untuk
masuk/keluar dari pasar. Penggunaan kedua metode tersebut memperbaiki penilaian
kinerja portofolio yang selama ini mendasarkan pada ketiga alat teknik pengukuran
portfolio yang dikembangkan oleh Treynor (1965), Sharpe (1966) dan Jensen
(1968).
11
Referensi
12
Jensen, M.C., 1972, Optimal Utilization of Market Forecast and The Evaluation of
Investment Performance, Mathematical Methods in Investment and Finance,
Amsterdam, North Holland.
Lintner, J., 1965, The Valuation of Risk Assets and The Selection of Risky
Investment in Stock Portfolios and Capital Budget, Review of Economics and
Statictics, Vol. 47, p.13-37.
Mossin, J., 1966, Equilibrium in Capital Asset Market, Econometrica, Vol. 34(4),
p.768-783.
Phillipas, N., 2002, Market Timing and Selectivity: An Empirical Investigation into
the Features of Greek Mutual Funds Manager, The Journal of Applied Business
Research, Vol.18(3), p.97-108.
Treynor, Jack L., dan Kay K. Mazuy, 1966, Can Mutual Funds Outguess the
Markets, Harvard Business Review ,44, July-August,pp.131-136.
Tripathy, N.P., 2006, Market Timing Abilities and Mutual Fund Performance: An
Empirical Investigation into Equity Linked Saving Schemes, Working Paper,
Indian Institute of Management
Sharpe, William L., 1964, Capital Asset Prices: A Theory of Market Equilibrium
under Conditions of Risks, Journal of Finance, Vol. 19(3), p.425-442.
Sharpe, William L., 1966, Mutual Fund Performance, Journal of Business,
Vol.39(2), p.119-138.
Sinclair, N., 1990, Market timing ability of pooled superannuation funds January
1981 to December 1987, Journal Accounting & Finance, 30, 511-565
William F. Sharpe, 1966, Mutual Fund Performance, Journal of Business, 39, No.1,
Jan, pp. 119-138.
13