Para penganut analisis teknikal, seringkali disebut sebagai para teknisi (technicians), para
penggambar (chartists) atau para penstrategi pasar (market strategists), yakin bahwa ada
ketergantungan statistik yang sistematis pada return aset-aset yang ada di pasar. Mereka yakin bahwa
sejarah akan terulang atau setidaknya akan terjadi hal-hal yang mirip dengan peristiwa masa lalu. Para
teknisi melakukan prediksi berdasarkan pada data terpublikasi, melihat pada kemungkinan adanya
hubungan atau korelasi, dan menerapkan keyakinannya sendiri untuk selanjutnya membuat pola
dalam rangka menguji kecenderungan (trends) atau pola naik dan bertahan (support and resistance
levels). Artinya, para chartist harus mampu memutuskan apakah pola pergerakan harga masa lalu
dapat ditentukan bentuk dari pergerakannya, baik itu analisis yang berbasis harian maupun mingguan.
Mengacu pada hasil analisis tersebut, mereka akan menetapkan apakah akan membeli atau menjual
sekuritas.
Dalam analisis teknikal dikenal apa yang disebut sebagai "market timing", yaitu bentuk dari
analisis teknikal yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi titik balik kinerja pada saham-saham
unggulan, khususnya. Metode lain yang dikenal dalam dunia praktik adalah “filter rules", yang
merupakan suatu ukuran mana kita menetapkan kekuatan relatif (relative strength), gambar garis dan
batang, rata-rata tertimbang (moving average) atas harga-harga selama kurun waktu tertentu, volume
perdagangan, analisis agregat permintaan dan penawaran, dan beberapa bentuk pengukuran berbasis
gema yang mengukur momentum, penilaian, sentimen, kebijakan moneter atau perubahan
kepemimpinan.
Analisis teknikal dibentuk berdasarkan asumsi bahwa pasar ditentukan lebih banyak oleh
faktor-faktor psikologis daripada nilai-nilai fundamental. Para pendukung analisis teknikal percaya
bahwa harga aset mencerminkan tidak hanya nilai-nilai mendasarnya (underlying value) aset tersebut,
melainkan juga harapan dan ketakutan para pelaku pasar. Mereka berasumsi bahwa emosi investor
tidak berubah, dalam hal tersebut pada bentuk tertentu, investor akan bereaksi pada pola yang mirip
untuk mengetahui bagaimana mereka mengambil kebijakan di masa lalu dan sebagai akibatnya harga
akan mengalami perubahan yang mirip dengan perilaku masa lalunya.
Sampai saat ini masih ada perdebatan mengenai keabsahan dari analisis teknikal, dari yang
mengatakan tidak bermanfaat atau kurang berguna sampai yang mendukung dan yakin betul bahwa
analisis teknikal adalah yang terbaik. Mereka yang mendukung analisis teknikal beranggapan bahwa
analisis ini menawarkan suatu pemahaman yang tidak dapat dipenuhi oleh pendekatan yang lain. Bab
ini secara khusus dimaksudkan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan apakah masih bermanfaat
menggunakan analisis teknikal sebagai salah satu strategi dalam pemilihan saham.
Berbeda dengan investor yang menggunakan pendekatan fundamental dalam menilai suatu
sekuritas (saham) yang biasanya memanfaatkan pendekatan laba perusahaan, tingkat pertumbuhan
dividen, kas yang tersedia, rasio P/E ratio, atau pendekatan lain yang memanfaatkan informasi di
dalam neraca, pendekatan teknikal dilakukan dengan cara mengevaluasi kinerja saham dengan
memperhatikan pola teknis perusahaan dan juga perekonomian. Misalnya, analisis teknikal mungkin
mungkin mengevaluasi short selling, volume perdagangan, dan perilaku harga saham masa lalu.
Jika kita berasumsi bahwa pasar modal sudah efisien, maka harga historis (harga masa lalu)
yang disusun merupakan informasi yang telah tercermin di dalam pasar. Dengan kata lain, menurut
penganut pasar efisien, informasi harga saham masa lalu tidak akan pernah dapat dijadikan sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan investasi di pasar. Walaupun demikian, tidak sedikit sebenarnya
jumlah para penasihat keuangan (investasi) dan juga pelaku pasar (investor) yang menggunakan
pendekatan teknikal dalam pengambilan keputusan membeli atau menjual saham.
Salah satu ekspresi dari para penganut analisis teknikal terkait dengan perilaku harga
sekuritas adalah keyakinan bahwa pasar modal atau pasar-pasar yang lain tidak pernah mencerminkan
nilai sebenarnya. Semua yang terjadi di pasar tidak lain merupakan cerminan dari persepsi investor
terhadap nilai atau apa yang dianggap orang tentang nilai yang melekat pada sekuritas tersebut. Para
analis teknikal percaya bahwa analisis yang digunakan mampu menghasilkan keuntungan di atas rata-
rata pasar dan aktivitas mereka mampu membangkitkan investor lain sehingga tercipta keseimbangan
harga di pasar.
Keberhasilan analisis teknikal setidaknya diharapkan dapat mengarah kepada dua hal berikut :
1. pasar modal tidak efisien atau setidaknya ada sebagian investor yang percaya bahwa pasar
modal tidak efisien, dan
2. Bahkan jika pasar modal efisien, sehingga secara rata-rata analisis teknikal tidak akan mampu
menghasilkan abnormal returns (abnormal profits), masih memungkinkan bahwa ada
sebagian investor (analis) yang mampu secara konsisten memperoleh abnormal return.
Dari dua hal tersebut, ada kesan bahwa analisis teknikal berlawanan atau berbenturan dengan
konsep pasar efisien. Tetapi, mengingat hipotesis pasar efisien belum juga secara menyeluruh
terbukti dan konsisten, maka sejauh ini benturan tersebut tidak menjadi persoalan yang berarti.
Reily (1995) dan Edwards dan Magee (1997) merangkum sejumlah asumsi yang mendukung
anggapan atas keberadaan analisis teknikal. Asumsi-Asumsi yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Nilai pasar atas semua barang atau jasa ditentukan semata-mata oleh interaksi antara
penawaran dan permintaan atas barang atau jasa tersebut.
2. Permintaan dan penawaran ditentukan oleh banyak faktor, baik yang rasional maupun yang
tidak rasional, termasuk di dalamnya adalah variabel-variabel ekonomi yang digunakan
sebagai dasar oleh para analis fundamental yang dapat berbentuk opini, hasrat, atau terkaan.
Pasar secara otomatis melakukan penyesuaian terhadap faktor-faktor yang diyakini
membentuk harga suatu sekuritas. Para teknisi cenderung mengabaikan isu-isu yang muncul
di pasar, seperti tingkat risiko perusahaan atau pertumbuhan laba. Jadi, perhatian utama para
teknisi adalah kekuasaan permintaan dan penawaran (barometers of supply and demand).
3. Dengan mengabaikan fluktuasi minor atau kecil-kecil, harga-harga yang membentuk suatu
sekuritas dan juga keseluruhan nilai pasar cenderung bergerak dengan suatu pola tertentu,
yang muncul untuk waktu-waktu tertentu.
4. Tren-tren yang ditemukan berubah terkait dengan pergeseran dalam hubungan penawaran dan
permintaan. Pergeseran-pergeseran tersebut, tidak perduli mengapa hal itu terjadi, dapat
dideteksi lebih awal atau belakangan sebagai cerminan dari apa yang terjadi di pasar.
5. Pergerakan dalam penawaran dan permintaan dapat dideteksi dengan menggunakan grafik
atas transaksi-transaksi yang terjadi di pasar.
6. Beberapa pola grafik yang terbentuk akan terulang dengan sendirinya. Walaupun tidak dapat
diprediksi secara akurat kapan pola yang pernah ada akan muncul kembali, indikasi kea rah
kembalinya pergerakan pola bisa diamati. Artinya, para teknisi percaya bahwa pola masa lalu
akan muncul kembali, sehingga secara implisit pola tersebut dapat diduga pergerakan dan
kemunculannya.
7. Analisis yag dilakukan para teknisi berusaha untuk memprediksi harga. Hal ini sangat
berbeda dangan para analis fundamental yang lebih menekankan kepada prediksi tentang nilai
perusahaan, baru kemudian melakukan prediksi kecenderungan perubahan harga sekuritas.
Para ahli teknisi yakin bahwa nalisis teknikal lebih unggul daripada analisis fundamental, karena
lebih mudah, lebih cepat, dan dapat diterapkan secara simultan pada banyak sekuritas (saham),
sedangkan analisis fundamental tidak dapat diterapkan secara simultan. Para teknisi beranggapan
bahwa jika menggunakan analisis fundamental, mereka harus menunggu sampai pasar benar-benar
yakin bahwa sekuritas yang ada mengalami undervalued atau overvalued. Analisis fundamental juga
menurut sandaran kepada informasi akuntansi yang tidak terbatas dari distori, perlu waktu yang cukup
untuk melakukan analisis, dan harus menggunakan estimasi pertumbuhan yang optimis. Tentu saja,
para penganut analisis fundamental memiliki alasan tersendiri tentang mengapa mereka lebih
menggunakan informasi fundamental, bukan informasi harga sekuritas masa lalu.
Bila kita perhatikan sekilas jelas bahwa asumsi-asumsi di atas mengarah kepada sesuatu yang
kontroversional yang dalam banyak hal mendorong adanya dukungan terhadap analisis fundamental
atau pasar efisien. Artinya, ada kesan bahwa analisis teknikal tidak realistis dalam dunia nyata, atau
kalaupun memungkinkan, penyederhanaan atau pelonggaran sejumlah asumsi harus dilakukan.
Dua asumsi pertama secara umum pasti dapat diterima oleh pengikut atau pendukung konsep
analisis teknikal dan yang lainnya. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orang yang memiliki dasar
di bidang ilmu ekonomi akan setuju bahwa harga suatu sekuritas (atau setiap barang atau jasa)
ditentukan oleh interaksi antara penawaran dan permintaan. Setiap pengamat juga akan sepakat bahwa
tingkat penawaran dan permintaan ditentukan oleh banyak variable. Satu-satunya perbedaan yang
mungkin timbul adalah berkaitan dengan sejauh mana pengaruh dari factor-faktor yang tidakrasional
dalam mempengaruhi harga sekuritas.
Seorang analisis teknikal mungkin akan berharap bahwa pengaruh factor-faktor tidal rasional
tersebut akan muncul selama kurun waktu tertentu, sementara analisis yang lain akan berharap bahwa
efek yang muncul hanya bersikap jangka pendek dengan anggapan lain bahwa efek tersebut akan
terjaga dalam jangka panjang. Namun demikian, secara umum setiap investor atau pelaku percaya
bahwa pasar akan secara terus menerus menyesuaikan terhadap faktor-faktor yang ada (continuous
adjustments).
Pring (1991: 2-3)yang dikenal sebagai seorang ahli analis teknikal terkemuka dan Presiden
dari The International Institute for Economic Research, menyampaikan pandangannya tentang analisis
teknikal sebagai berikut:
"The technical approach to investment is essentially a reflection of the idea that prices move in
trends, which are determined by the changing attitudes of investors toward a variety of economic,
monetary political, and psychological forces. The art of technical analysis-for it is an art-is to identify
trend changes at an early stage and to maintain an investment posture until the weight of the evidence
indicates that the trend has reserved...
Since the technical approach is based on the theory that the price is a reflection of mass psychology
("the crowd") in action, it attempts to forecast future price movements on the assumption that crowd
psychology moves between panic, fear, and pessimism on one hand and confidence, excessive
optimism, and greed on the other...The art of technical analysis is concerned with identifying these
changes at an early phase, since these swings in emotion take time to accomplish. Studying these
market trends enables technically oriented investors to buy or sell with a degree of confidence, on the
principle that once a trend is set in motion it will perpetuate itself".
Sesuai dengan pendapat Pring di atas, analisis teknikal merupakan suatu seni untuk mampu
mengidentifikasi tren (kecenderungan) lebih dini (awal) sebelum orang lain menemukannya. Namun
demikian, seni dimaksud menuntut aktivitas membeli manakala investor lain malas meniual dan
menjual manakala investor lain tertarik untuk membeli. Analis teknikal harus mampu menyingkirkan
emosinya keluar dari dalam hati, sehingga yang bersangkutan tidak terpengaruh oleh perilaku umum
di pasar dan percaya pada apa yang dipercayainya.
Sementara itu, Edwards dan Magee (1997:4) mengartikan analisis teknikal sebagai :
"The study of the action of the market itself as opposed to the study of the goods in which the market
deal Technical analysis is the science of recording, usually in graphic form, the actual history of
trading (price changes, volume of transactions, etc) in certain stock or in "the averages" and then
deducing from that pictured history the probable future trend".
Definisi di atas dapat diartikan bebas sebagai, "analisis teknikal adalah studi tentang pasar
secara menyeluruh yang di dalamnya mencakup analisis dalam bentuk grafik, pola, tren baik yang
mencakup perubahan dalam hal harga, indeks maupun volume perdagangan". Jadi, analisis teknikal
adalah suatu analisis yang memotret pola pergerakan harga sekuritas masa lalu untuk memprediksi
bagaimana kecenderungan pola pergerakan harga di masa mendatang.
Selanjutnya, apakah analisis teknikal sebagai seni (art) atau ilmu (science), jelas sekalli bagi
kits bahwa analisis teknikal berkaitan dengan membuat pendugaan tentang tren mendatang
berdasarkan pada informasi historis (masa lalu) harga dan data-data lain yang terkait. Dari sini jelas
sekali bahwa analisis teknikal merupakan teknis analisis dengan menggunakan pendekatan historis
untuk menentukan dan memilih sekuritas (saham) yang salah harga (mispriced).
Pertanyaan yang patut dikedepankan sekarang adalah "Apakah ada bukti empiris yang
mendukung manfaat dari analisis teknikal?". Untuk menjawab pertanyaan ini mari kita cermati
beberapa hasil penelitian yang ada. Misalnya, Lehmann (1990) menyatakan bahwa dengan melakukan
pengawasan (monitoring) terhadap pergerakan harga saham dimana bila suatu saham mengalami
penurunan yang signifikan dalam suatu minggu, minggu depannya pasar akan membaik kembali, dan
manakala suatu saham mengalami kenaikan yang signifikan dalam suatu minggu minggu depannya
harga saham tersebut akan jatuh. Tren seperti ini tidak selalu ditemukan, namun demikian secara
historis tren tersebut sudah seringkali muncul dengan frekuensi yang cukup nyata sehingga
memungkinkan untuk diperolehnya keuntungan dengan melakukan strategi perdagangan dengan dasar
analisis teknikal.
Jegadeesh (1990) juga menemukan pola yang dapat diprediksi (cenderung pasti) dalam return
bulanan harga saham pada periode waktu yang panjang, yaitu 1934 sampai 1987. Jegadeesh secara
khusus menemukan bukti yang kuat bahwa saham yang mengalami kerugian cukup besar dalam satu
bulan cenderung mengalami perbaikan harga secara signifikan pada bulan berikutnya. Demikian juga
halnya dengan saham yang mengalami kenaikan cukup tinggi dalam satu bulan, akan cenderung
mengalami penurunan (kerugian) yang signifikan pada bulan berikutnya. Jegadeesh juga menemukan
bukti yang kuat tentang adanya pola musiman yang secara eksplisit mendukung adanya efek Januari.
Selain kedua penelitian di atas, bukti-bukti yang ditemukan pada dekade 1980an yang
sepertinya memberikan dukungan kepada analisis teknikal merupakan tantangan langsung atas
pandangan tradisional bahwa pasar efisien dan analisis teknikal tidak berguna. Terkait dengan
hipotesis pasar efisien, penelitian awal yang dilakukan oleh Fama (1970) menyatakan bahwa pasar
modal adalah efisien. Artinya, harga saham yang terbentuk di pasar merupakan cerminan dari
informasi yang tersedia. Namun demíkian, beberapa penelitian, misalnya Fama dan French (1988),
French dan Roll (1986), dan Lo dan MacKinlay (1988), menunjukkan bahwa ada pola yang dapat
ditebak atas perilaku historis harga saham. Dari bukti-bukti tersebut, sepertinya ada dukungan untuk
menyatakan bahwa analisis teknikal merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh investor
untuk mampu mendapatkan abnormal profit di bursa (pasar saham).
Harga, waktu, volume, dan keyakinan adalah input-input utama yang dimasukkan dalam
analisis teknikal. Harga mencerminkan tingkat perubahan perilaku investor. Waktu mengukur siklus
atau periode perubahan. Misalnya, semakin lama waktu yang diperlukan bagi pasar untuk bergerak
dari posisl lesu ke bergairah (a bearish to a bullish position), semakin kuat gerakan balikan yang akan
terjadi. Volume mengukur intensitas dari perubahan dalam perilaku investor. Sebuah sekuritas yang
bergerak naik dengan volume sedikit bukan merupakan sekuritas yang selalu stabil dibandingkan
dengan sekuritas yang bergerak dengan volume yang lebih tinggi. Volume harus diukur dengan
membandingkannya melawan indeks pasar atau indeks individual. Para teknikalis mengukur
bagaimana sekuritas-sekuritas yang ada di pasar bergerak pada arah yang sama. Semakin signifikan
tren atau pergerakannya, semakin tinggi jumlah sekuritas yang terlibat dalam pergerakan tersebut.
Misalnya, tren yang terbatas pada saham-saham utama (blue chip stocks) atau saham teknologi (tech
stocks), tidak akan sesignifikan jika sejumlah sektor dimasukkan dalam analisis.
Para penganut analisis teknikal percaya atau yakin bahwa harga pasar sekuritas
mencerminkan semua informasi yang diketahui atas masing-masing individual sekuritas. Informasi
dimaksud dapat berasal dari informasi publik atau informasi dari orang dalam (insider information).
Oleh karena itu, harga pasar yang terbentuk merupakan cerminan dari perbedaan opini masing-
masing investor berkenaan dengan sekuritas yang dijadikan target untuk dibeli atau dijual. Para
teknikalis percaya bahwa sangat sulit untuk memprediksi nilai intrinsik suatu saham. Hal ini berbeda
dengan pengikut fundamentalis dimana menurut fundamentalis kunci estimasi harga saham adalah
kemampuan dalam memprediksi nilai intrinsik saham. Karena nilai intrinsik saham bukanlah isu
pokok, para teknikalis tidak begitu menghiraukan apakah prediksi harga saham yang dilakukan
mendekati atau menjauh dari nilai intrinsiknya. Isu utama pada teknikalis adalah bagaimana
menemukan pola pergerakan saham dengan melihat tren yang ada dan berbasis analisis tersebut
selanjutnya mereka mencoba untuk mengeksploitasi kemungkinan mendapatkan abnormal return
secara konsisten. Hal ini diyakini berdasarkan anggapan bahwa penyesuaian harga terhadap informasi
baru mengikuti pola penyesuaian yang bertahap (gradual adjustment).
Jones (2007:434) merangkum ada tiga hal utama yang terkait dengan keberadaan analisis
teknikal. Ketiga hal dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Analisis didasarkan pada data pasar yang sudah dipublikasikan dan menekankan pada faktor-
faktor internal dengan menganalisis pergerakan-pergerakan dalam keseluruhan pasar, rata-rata
industri atau saham.
2. Analisis teknikal menekankan pada pengidentifikasian perubahan-perubahan dalam arah
harga saham, apakah harga saham mengikuti pola pergerakan tertentu dan apakah pergerakan
harga saham sensitif terhadap masuknya informasi baru di pasar dan mencapai keseimbangan
baru. Dengan mempelajari perubahan-perubahan pergerakan harga saham dan menemukan
pola vang konstan, para teknikalis akan menetapkan apakah aksi beli atau jual saham akan
dilaksanakan.
3. Teknikalis mencoba untuk menguji situasi keseluruhan berkenaan dengan saham misalnya
dengan menganalisis indikator-indikator utama, sentimen pasar, atau momentum-momentum
penting yang terjadi di pasar.
Diagram batang mengilustrasikan informasi pergerakan penutupan harga rendah, tinggi, balk
harian, mingguan, maupun bulanan, pada suatu periode tertentu. Dalam pendekatan ini, peneliti
biasanya mencoba melihat pergerakan harga yang terjadi dalam hitungan hari atau minggu dengan
memperhatikan harga tertinggi dan terendah serta harga penutupan.
Analis teknikal menggunakan diagram batang untuk menetapkan tren dan mengamati kapan tren
tersebut akan kembali dengan sendirinya. Pada pendekatan ini dikenal istilah garis-tren (trendline),
yaitu suatu garis yang ditarik pada diagram batang untuk mengidentifikasi suatu tren.
Suatu trendline dikatakan dapat ditembus bilamana harga pasar bergerak melaluinya. Penembusn
ini dipandang sebagai sinyal jual untuk trendline yang naik dan sinyal beli untuk trendline yang turun.
Titik yang paling tepat yang akan ditetapkan menurut si analis tidak dapat dengan mudab ditetapkan,
dan sangat tergantung kepada kemampuan individual analis, sehingga tidak heran bilamana
kemampuan dimaksud disebut sebagai suatu seni. Dianggap sebagai seni karena sampai sejauh ini
tidak ada kesepakatan tentang kriteria atau pedoman yang harus dijadikan dasar dalam menetapkan
kapan suatu tren akan berawal atau bagaimana menetapkan trendline. Demikian juga dengan masalah
berapa hari atau bulan (periode) yang dijadikan dasar untuk menetapkan trendline tidak dapat
disamakan dan akan berbeda antar individu.
Penggunaan lain dari diagram batang adalah pengembangan suatu model dukungan dan bertahan
(support and resistance). Ide di balik pola ini adalah bahwa dalam rentang harga tertentu, faktor-faktor
permintaan dan penawaran mempengaruhi pergerakan harga sekuritas. Bilamana harga naik, sejumlah
penjual memasuki pasar yang menyebabkan harga saham turun. Pergerakan penurunan harga ini
dikenal dengan istilah bertahan (resistance). Resistance adalah harga yang ada di lingkar atas yang
terjadi sebagai akibat dari kuantitas para penjual yang berani menjual pada tingkat harga tersebut. Bila
harga turun, sejumlah pembeli akan memasuki pasar, yang menyebabkan harga saham akan naik.
Pergerakan ke atas ini dikenal dengan sebutan support. Support adalah harga pada lingkar bawah yang
terjadi karena kuantitas dari penjual yang bersedia membeli harga pada tingkat tersebut. Misalnya,
pada level resistance akan ada sejumlah tertentu pemegang saham mau menjual yang akan menahan
harga untuk tidak naik dari tingkat resistance tadi. Sekali tingkat resistance pecan harga akan naik
sampai penawaran akan melebihi permintaan dan peningkatan harga akan tertahan. Beberapa analis
teknikal mungkin membeli manakala tingkat resistance terpecahkan dan akan menjual manakala
tingkat resistance lebih tinggi lain terbentuk. Para analis teknikal mencoba untuk mengamb
keuntungan dengan membeli manakala permintaan melebihi penawaran dan kemudian akan menjual
manakala penawaran melebih permintaan. Sebaliknya, para analis teknikal akan melakukan short sell
manakala tingkat supportnya terpecahkan dan membeli kembali bilamana tingkat support lebih rendah
terbentuk.
Dengan memperhatikan hal-hal tadi, apa sebenarnya persamaan analisis teknikal dengan analis
fundamental. Para ahli percaya bahwa kedua analisis tersebut sama-sama menggunakan data atau
informasi masa lalu ke dalam analisisnya. Namun demikian, analis teknikal percaya bahwa sekuritas-
sekuritas bergerak dengan suatu pola tertentu. Dan pola atau tren tersebut akan terus berlange sampai
sesuatu terjadi dan merubah tren tersebut. Dalam kaitannya dengan ini, tren yang ditemukan, pola
yang ada, dan perubahan-perubahan yang menyertainya secara empiris dapat dideteksi atau diketahui.
Kadang-kadang, hasil analisis yang diperoleh juga salah. Walaupun demikian, secara umum hasil dari
pemetaan atas pola dan kecenderungan yang ada seringkali tepat.
Alat atau sarana yang digunakan oleh analis teknikal adalah indikator-indikator dan sistem yang
dipakai dalam membuat grafik. Rata-rata bergerak, bertahan dan naik, dan lain-lain merupakan contoh
dari indikator-indikator, dimana indikator-indikator yang berhasil dipotret diyakini mengandung
makna. Banyak investor percaya bahwa beli dan tahan adalah strategi yang tepat dalam berinvestasi
pada saham. Tidak ada satu sahampun yang layak dimiliki untuk jangka waktu lama. Ada saat harga
saham naik dan ada saat harga saham turun. Jadi, tidak ada salahnya jika kita membeli saham pada
harga Rp2.500,00 lalu menjualnya saat harganya naik menjadi Rp5.500,00, lalu membeli lagi saham
tersebut saat harganya turun menjadi Rp4.300,00. Analisis teknikal dapat membantu dalam
memprediksi kapan sebaiknya membeli atau kapan sebaiknya menjual dengan memperhatikan arah
pergerakan harga sekuritas.
3. Triangle
Pola triangle bisa dideskripsikan sebagai pola trading horizontal. Pada permulaan pembentukannya,
triangle berada pada posisi paling lebar. Kemudian range trading menyempit karena pasar bergerak
sideways, dan disitulah titik-titik yang membentuk segitiga (triangle) terbentuk. Dalam chart, garis
bawah pada segitiga mewakili support, sedangkan garis atas segitiga mewakili sisi overbought pasar,
dimana investor akan menarik profit.
Ada tiga jenis pola triangle yang bisa terbentuk: ascending triangle, descending triangle, dan
symmetricaltriangle.
Pola Ascending Triangle Ascending triangle yang terjadi saat harga meniti uptrend (bergerak naik)
merupakan pola chart yang bullish yang sangat mudah diidentifikasi dan bisa dipakai sebagai sinyal
entri ataupun exit. Namun, perlu diperhatikan disini bahwa pola ascending triangle hanya bisa
dianggap sebagai sinyal kelanjutan tren lama, jika ada suatu trend yang sedang berlangsung.
Dalam gambar diatas, Anda bisa lihat bahwa uptrend sedang terjadi. Garis tren bawah
digambar dengan meniti level-level support yang terus meningkat. Sedangkan dua level
tinggi membentuk garis tren atas. Level tinggi yang membentuk garis tren atas ini tidak
harus mencapai level harga yang sama persis, tetapi harus dekat antara satu sama lain.
Pada awalnya, para buyer di pasar bisa jadi gagal menembus garis tren atas, dan
membutuhkan waktu untuk mencoba-coba menembus level tersebut, sebelum akhirnya
bisa membentuk level tinggi baru. Para trader yang mengamati pola ini bisa memantau
volume trading sebagai indikasi bahwa level tinggi baru akan terbentuk.
Pola Head and Shoulders terjadi pada keadaan uptrend yang mengisyaratkan kemungkinan
pembalikan arah trend (trend reversal). Untuk menemukan pola ini relatif tidak sulit, karena bisa
terjadi dan valid pada semua time frame. Oleh sebab itu, pola Head and Shoulders bisa digunakan
untuk trading jangka pendek (day trading), menengah (swing trading), maupun jangka panjang. Dari
pengamatan pandangan mata saja, formasinya bisa ditentukan dengan mengidentifikasi bagian kepala
(head), lengan kiri (left shoulder), dan lengan kanan (right shoulder). Sebagai contoh, Anda dapat
menyaksikannya pada gambar di bawah ini:
Secara lebih konkrit, kita dapat menilik penjelasan mengenai fenomena yang terjadi di pasar
sebagaimana nampak pada gambar di atas:
Gelombang 1: Seller mulai masuk ketika harga dinilai sudah terlalu tinggi (overvalued), tetapi
tekanan jual tersebut tidak cukup kuat untuk menembus level support sebelumnya karena permintaan
di pasar masih lebih kuat.
Gelombang 2: Masuknya orang-orang yang menunggu untuk buy pada harga rendah, sehingga harga
kembali naik (titik A, awal neckline). Harga terus bergerak naik hingga melewati level high
sebelumnya (higher high).
Gelombang 3: Pada level ini, harga dianggap sudah terlalu tinggi, sehingga masuklah mereka yang
sudah menunggu untuk sell pada harga tinggi. Selain seller baru, mereka yang sebelumnya membeli
pada harga rendah juga merealisasikan keuntungannya, sehingga harga terkoreksi cukup tajam.
Gelombang 4: Buyer baru yang menunggu harga turun hingga level support segera masuk, sehingga
harga kembali naik (titik B). Namun, karena jumlahnya tidak terlalu banyak, maka tidak mampu
menembus level high sebelumnya, dan harga kembali jatuh.
Gelombang 5: Seller baru kembali masuk, sehingga harga menembus level support sebelumnya,
sekaligus juga menembus neckline.
Gelombang 6: Buyer kembali masuk karena harga dinilai sudah terlalu rendah (undervalued),
tetapi sekali lagi masih belum bisa menembus level resistance sebelumnya. Hal ini menunjukkan
permintaan yang makin lemah.
Gelombang 7: Aksi jual di pasar yang sangat kuat membuat harga gagal menembus neckline
(titik C), kemudian jatuh dengan tajam.
Setelah menemukan bagian head, left shoulder, dan right shoulder, maka tariklah neckline dengan
menghubungkan titik support pada left shoulder dan right shoulder. Entry sell setelah harga
menembus neckline (sebagai support) dengan Stop Loss pada level yang setara dengan right shoulder
(sell-1) Entry sell setelah harga gagal menembus neckline (sebagai resistance) dengan Stop lLss
beberapa pip di atas neckline (sell-2).
Menentukan Level Take Profit nya :
Level Take Profit dalam aktivitas trading berbasis pola Head and Shoulder bisa ditentukan
sebesar jarak antara level head hingga neckline (garis x pada gambar atas). Probabilitas
keberhasilannya cukup tinggi, terutama jika sudut neckline-nya negatif atau miring ke bawah seperti
pada gambar di atas. Walaupun, tentu saja, Anda bebas menggunakan acuan Take Profit lainnya
sesuai perkembangan situasi.
Analisi teknikal saham head and shoulder memberikan sinyal untuk menjual karena diperkirakan
harga akan terus menurun. Garis leher (neckline) digambarkan dengan menarik garis lurus dari bagian
paling bawah kedua shoulder untuk mendapatkan suatu sinyal kapan aksi jaul dilakukan. Jika dari
Analisa harga saham, pergerakan harga saham menembus garis leher dati atas ek bawah, maka hal in
menjadi sinyal untuk segera menjual saham guna mengurangi kerugian (cut loss).
Analisis teknikal akan mengidentifikasi rambu-rambu yang terlihat dalam grafik atau diagram
harga yang terbentuk, serta menggunakan beberapa istilah tertentu untuk menjelaskan peristiwa-
peristiwa yang terjadi pada setiap kejadian yang terdapat dalam grafik. Terdapat dua terminology
penting yang muncul dari grafik terbentuk, yaitu support level dan resistence level.
Support level dan resistance level dapat dikatakan sebagai suatu tingkat persaingan harga antara
permintaan dari pembeli untuk menaikkan harga dengan penawaran dari penjual untuk menurunkan
harga pasar saham tertentu. Kegiatan pembelian yang aktif akan menekan harga menjadi lebih tuinggi,
sedangka kegiatan penjualan yang aktif akan menekan harga menjadi lebih rendah atau murah.
Support Level
Support level merupakan suatu tingkatan harga atau kisaran harga yang diharapkan oleh analisis
teknikal dimana akan terjadi peningkatan atas permintaan saham di pasar secara signifikan. Dengan
kata lain, support level adalah suatu tingkatan harga dimana tercipta jumlah permintaan yang cukup
untuk mengimbangi penurunan harga yang disebabkan oelh penjualan. Dalam hal ini, jumlah pembeli
lebih besar daripada jumlah penjual. Kondisi ini juga dapat ditunjukkan oleh banyaknya investor yang
melakuakn tindakan ambil untung melalui penjualan saham pada tingkat harga yang tinggi. Tindakan
ini menyebabkan harga-harga turun. Namun demikian sejumlah investor akan segera melakukan
pembelian saham, sehingga permintaan saham meningkat dan harga akan kembali pada tingkat harga
semula, bahkan lebih tinggi.
Resistance Level
Resistance level adalah tingkat harga atau kisaran harga yang diperkirakan oleh analis teknikal
akan terjadi peningkatan jumlah saham yang ditawarkan ke pasar secara signifikan. Dengan kata lain,
resistance level adalah suatu tingkatan harga dimana terdapat lebih banyak penjualan yang cukup
untuk mengimbangi tekanan beli sehingga dapat menahan naiknya harga saham. Dalam hal ini jumlah
penjual lebih besar dibandingkan dengan jumlah pembeli. Kondisi ini juga ditunjukkan oleh turunnya
harga saham secara terus menerus setelah mencapai tingkat harga yang tertinggi. Investor yang
memiliki jumlah saham besar, akan menunggu waktu yang tepat untuk menjual sahamnya guna
mengantisipasi kerugian yang ada, menunggu saat terjadinya pembalikan atau titik balik. Pada saat
situasi ini terjadi, maka jumlah penawaran saham meningkat dan akan diikuti dengan penurunan harga
saham. Penurunan harga saham pada saat inisebut oleh para analis teknikal sebagai penahan
pergerakan harga saham yang naik.
Model rata-rata bergerak tertimbang dapat menyajikan lebih baik suatu tren berdasarkan sudut
pandang statistic, apabila datanya terpusat. Namun demikian pemusatan rata-rata akan dapat
membatalkan rambu-rambu, sehingga salah satu pendekatan yang berupaya untuk mengatasi
masalah ini adalah model rata-rata bergerak tertimbang.
3. Relative Strength
Teknik lainnya dalam analisis teknikal yang digunakan untuk menganalisis saham indiviual
ataupun saham-saham dalam industri adalah teknik relative strength. Relative
strengthmenggambarkan rasio antara harga saham dengan indeks pasar atau industri tertentu.
Dalam penggunaan relative strength, jika terjadi trend pergerakan harga saham yang meningkat,
maka bagi investor, pergerakan seperti ini merupakan sinyal akan terjadinya peningkatan rasio
harga saham dibanding indeks pasar.
Hal ini merupakan indikasi bahwa saham tersebut akan memberikan return yang melebihi
return pasar, dan akan menarik minat investor untuk menjadikan saham tersebut sebagai alternatif
investasi yang baik. Disamping itu, penggunaan relative strength juga bisa digunakan sebagai
dasar penentuan sektor-sektor industri mana saja yang menarik dan menguntungkan, investor
akan bisa menentukan seberapa besar proporsi dana yang akan diinvestasikan pada saham-saham
pada industri bersangkutan.
Beberapa hal penting yang terkait dengan analisa teknikal yang patut diperhatikan antara lain:
Grafik harga mewakili data-data historis perdagangan instrumen trading. Ada 3 model grafik harga
yang digunakan dalam perdagangan, yaitu grafik garis, grafik bar, dan grafik candlestick. Di antara 3
jenis grafik tersebut, grafik candlestick-lah yang paling populer.
Selain grafik harga, juga penting memperhatikan volume perdagangan. Volume perdagangan
mengindikasikan tingkat likuiditas saham tersebut, dan seberapa fluktuatif instrumen tersebut
diperjualbelikan oleh pelaku pasar.
Dengan memperhatikan grafik harga dan volume secara seksama, maka trader akan menemukan
berbagai pola yang sama yang selalu terjadi dalam tiap perdagangan instrumen finansial. Pola grafik
ini pun dibedakan menjadi 2, yaitu:
Pola Grafik per Batang, untuk trading jangka pendek. Contoh pola ini antara lain seperti
pola Doji, Hammer, Morning Star, dan lain-lain.
Pola Grafik yang lebih panjang, untuk jangka yang lebih panjang. Contoh pola ini antara
lain seperti Cup and Handle, Head and Shoulder, Ascending Triangle, dan lain-lain.
Hal selanjutnya yang juga penting diperhatikan adalah trend dan indikator. Trend yang
sedang berlangsung diibaratkan seperti musim dalam cuaca. Sementara indikator dapat
diibaratkan sebagai tanda-tanda yang menunjukkan arah cuaca.
Seperti halnya hujan lebih sering terjadi di musim hujan, maka penurunan harga lebih sering
terjadi bila pergerakan harga sedang dalam trend turun. Bagaimana cara mengidentifikasi
hujan tersebut? cara mengidentifikasinya dengan melihat tanda-tanda perubahan cuaca, atau
yang dalam analisis teknikal kita sebut sebagai indikator.
Dengan adanya indikator ini memungkinkan trader untuk mendapatkan gambaran yang lebih
kompleks. Diharapkan dengan adanya indikator yang melengkapi grafik, muncul sebuah
perspektif atau prediksi dalam analisa. Trader pun dapat membuat keputusan transaksinya.
Dalam perdagangan di pasar finansial, terdapat banyak sekali indikator, bisa ratusan, namun
tidak semua penting atau cocok dengan diri tiap trader. Beberapa indikator yang umum
digunakan adalah: Moving Average, MACD, Support Resistance, Elliot Wave, Fibonacci
Retracements, Pivot Point, Stochastic, Relative Strength Index, dan lain-lain.
Di samping berbagai keunggulannya untuk trading jangka pendek, analisis teknikal juga
memiliki beberapa kekurangan. Analisis teknikal sangat bersifat subyektif.
Sebagai contoh: dua orang analis yang mencermati grafik yang sama bisa saja memiliki
pandangan yang berbeda. Ini bisa terjadi karena keduanya memiliki style yang berbeda.
Keuntungan penggunaan analisis teknikal terkait dengan asumsi yang digunakannya. Para analis
teknikal percaya bahwa investor akan bisa memperoleh abnormal return jika investor mampu
mengakses informasi secara cepat, punya kemampuan analitis yang tinggi dan punya insting yang
tajam atas apa yang akan terjadi terhadap harga pasar jika ada informasi baru.
KRITIK TERHADAP ANALISIS TEKNIKAL
Kritik penggunaan analisis teknikal juga terkait dengan asumsi yang mendasarinya dan keefektifan
pendekatan analisis teknikal dalam memprediksi harga saham. Kritikan yang paling tajam muncul dari
para penganut hipotesis efisiensi pasar, yang samasekali tidak percaya bahwa harga saham di masa
yang akan datang akan dipengaruhi oleh pergerakan harga saham masa lalu. Kritikan berikutnya
berkaitan dengan keefektifan penggunaan analisis teknikal untuk jangka waktu yang panjang
Trading rules (aturan perdagangan) dipakai sebagai patokan dalam pengambilan keputusan membeli
atau menjual saham.