Anda di halaman 1dari 26

Analisis Teknikal

Dalam bab ini, akan dibahas analisis teknikal yang berbeda dengan analisis
fundamental. Perbedaannya terletak pada faktor yang mendasari analisis tersebut dimana
analisis teknikal mendasarkan diri pada pola-pola pergerakan harga saham dari waktu ke
waktu, sedangkan analisis fundamental secara top-down mendasarkan diri pada faktorfaktor fundamental perusahaan yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan industri. Dalam
bab ini juga akan dibahas tentang berbagai asumsi yang mendasari analisis teknikal,
keuntungan penggunaan analisis teknikal, serta berbagai teknik yang dipakai dalam analisis
teknikal.
Definisi Analisis Teknikal
Analisis teknikal adalah teknik untuk memprediksi arah pergerakan harga saham dan
indikator pasar saham lainnya berdasarkan pada data pasar historis seperti informasi harga
dan volume. Analisis teknikal juga didefinisikan sebagai studi terhadap suatu sekuritas atau
pasar secara keseluruhan berdasarkan permintaan dan penawaran (Meyer,1989).
Asumsi yang Mendasari Analisis Teknikal
Pihak yang melakukan analisis teknikal disebut juga sebagai analis teknikal. Para
analis teknikal percaya bahwa mereka bisa mengetahui pola-pola pergerakan harga saham di
masa datang berdasarkan pada observasi pergerakan harga saham di masa lalu. Di sisi lain,
keputusan investasi dalam analisis teknikal mendasarkan diri pada data-data pasar di masa
lalu (seperti data harga saham dan volume penjualan saham), sebagai dasar untuk
mengestimasi harga saham di masa datang. Dengan kata lain, bagi para analis teknikal,
mereka tidak perlu melakukan analisis terhadap variabel ekonomi dan variabel perusahaan
untuk mengestimasi nilai saham, karena informasi harga saham di masa lalu sudah bisa
dipakai untuk mengestimasi harga saham di masa datang.
Keputusan analis teknikal dalam menjual atau membeli saham didasari oleh data-data
harga dan volume perdagangan saham di masa lalu. Informasi data masa lalu tersebut akan
mendasari prediksi mereka atas pola perilaku harga saham di masa datang. Levy (1966),
mengemukakan beberapa asumsi yang mendasari pendapat tersebut, yaitu :
a. Nilai pasar barang dan jasa, ditentukan oleh interaksi permintaan dan penawaran
b. Interaksi permintaan dan penawaran ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor rasional
maupun faktor yang tidak rasional.
c. Harga-harga sekuritas secara individual dan nilai pasar secara keseluruhan cenderung
bergerak mengikuti suatu trend selama jangka waktu yang relatif panjang.
d. Trend perubahan harga dan nilai pasar dapat berubah karena perubahan hubungan permintaan
dan penawaran, dimana hubungan tersebut akan bisa dideteksi dengan melihat diagram reaksi
pasar yang terjadi.
Dari keempat asumsi di atas, asumsi yang paling bisa diterima baik oleh analis
teknikal maupun yang bukan analis teknikal adalah asumsi yang pertama dan kedua dimana

hampir semua pihak bisa menerima asumsi bahwa nilai produk ditentukan oleh kekuatan tarik
menarik antara permintaan dan penawaran.
Asumsi ketiga berkaitan dengan kecepatan penyesuaian harga saham (speed of
adjustment) dari harga keseimbangan yang lama menuju harga keseimbangan yang baru. Pola
penyerapan informasi membutuhkan waktu yang lama karena adanya informasi yang tidak
simetris, dimana hanya beberapa investor saja yang mampu mengakses informasi dan bisa
memprediksi apa yang akan terjadi pada harga saham dibanding investor lainnya. Seiring
dengan tindakan menjual atau membeli saham yang dilakukan pihak-pihak yang menguasai
informasi untuk memperoleh keuntungan, maka harga saham pun akan bergerak menuju
harga keseimbangan yang baru.
Keuntungan dan Kritik Terhadap Analisis Teknikal
Keuntungan penggunaan analisis teknikal tidak terlepas dari asumsi-asumsi yang
dianut oleh para analis teknikal. Para analis teknikal percaya bahwa untuk
memperoleh abnormal return, seorang investor harus mampu mendapatkan informasi secara
lebih cepat dibanding investor lainnya dan menerjemahkan informasi tersebut ke dalam
tindakan membeli atau menjual saham sehingga investor bisa memperoleh keuntungan.
Data-data yang dipakai oleh para analis teknikal adalah data-data pasar (market data)
yang bersifat sebagai data historis, seperti data harga saham, volume perdagangan dan
informasi perdagangan lainnya. Bagi para analis teknikal, dengan menggunakan data-data
pasar, investor hanya perlu mengidentifikasi bagaimana kecenderungan pergerakan harga
saham dan menentukan kapan waktu yang tepat untuk mengambil tindakan membeli atau
menjual saham, untuk memanfaatkan waktu penyesuaian harga saham sehingga bisa
memperoleh keuntungan.
Disamping keuntungan tersebut, penggunaan analisis teknikal juga menimbulkan
berbagai kritik terutama berkaitan dengan asumsi yang mendasarinya dan keefektifan
pendekatan analisis teknikal dalam memprediksi harga saham. Kritikan yang paling tajam
muncul dari para penganut hipotesis efisiensi pasar, yang sama sekali tidak percaya bahwa
harga saham di masa yang akan datang akan dipengaruhi oleh pergerakan harga saham masa
lalu.
Kritikan berikutnya berkaitan dengan keefektifan penggunaan analisis teknikal untuk
jangka waktu yang panjang. Apabila penggunaan analisis teknikal terbukti mampu
memberikan keuntungan bagi beberapa investor (karena mereka mampu menemukan pola
pergerakan saham dalam merespons informasi baru), maka tentu saja pendekatan ini akan
menjadi populer dan banyak diadopsi oleh investor lainnya. Jika ini terjadi, dalam jangka
panjang keefektifan penggunaan analisis teknikal barangkali sudah tidak bermanfaat lagi.
Teknik-Teknik Analisis Teknikal
Para pengguna analisis teknikal disamping disebut sebagai analis teknikal, juga
disebut sebagai chartist karena dalam aktivitasnya mereka merekam data atau membuat
grafik (chart) pergerakan harga saham dan volume perdagangan dimana dari grafik yang
telah dibuat, mereka akan mencari pola pergerakan harga saham maupun volume

perdagangan dan mencari celah-celah keuntungan dari pola tersebut.


Ada beberapa
teknik penggunaan grafik (charting) yang biasanya digunakan investor sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan investasinya dalam analisis teknikal, yaitu :
1. The Dow Theory
The Dow Theory pertama kali dikemukakan oleh Charles H. Dow (sehingga disebut
denganThe Dow Theory) pada tahun 1800-an. Teori ini bertujuan untuk mengidentifikkasi
trend harga pasar saham dalam jangka panjang dengan berdasar pada data-data historis harga
pasar saham di masa lalu.
Teori ini pada dasarnya menjelaskan bahwa pergerakan harga saham bisa dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu :
a. Primary trend, yaitu pergerakan harga saham dalam jangka waktu yang lama (beberapa
tahun)
b. Secondary (intermediate) trend, yaitu pergerakan harga saham yang terjadi selama
pergerakan harga dalam primary trend.
c. Minor trend atau day-to-day move, merupakan fluktuasi harga saham yang terjadi setiap hari.
Untuk menggambarkan pola pergerakan harga-harga saham dalam primary
trend, dalam The Dow Theory dikenal adanya dua istilah utama, yaitu (1) pasar dalam kondisi
bergairah (bull market) dan (2) pasar yang lesu (bear market). Bull market terjadi ketika
pergerakan harga-harga saham dalam primary trend cenderung untuk bergerak naik,
sedangkan bear market menunjukkan pergerakan harga-harga saham dalam primary
trend yang cenderung turun.
2. Rata-Rata Bergerak
Teknik rata-rata bergerak (moving average) adalah salah satu teknik yang dipakai dalam
analisis teknikal, untuk mendeteksi dan menganalisis pergerakan harga saham baik saham
individual maupun seluruh saham di pasar modal. Tujuan penggunaan teknik ini adalah untuk
mendeteksi arah pergerakan harga saham dan besarnya tingkat pergerakan tersebut.
Dalam perhitungan rata-rata bergerak, data yang dipakai adalah data harga penutupan
saham (closing price) untuk waktu tertentu. Perhitungan rata-rata bergerak tersebut dilakukan
secara terus-menerus sehingga menghasilkan sebuah garis trend rata-rata bergerak yang
menunjukkantrend pergerakan harga saham. Selanjutnya garis trend yang dihasilkan tersebut
nantinya akan bisa dipakai untuk memprediksi arah pergerakan harga saham di masa depan.
Disamping berguna untuk memprediksi arah pergerakan harga saham, garis trend yang
dihasilkan juga berguna dalam pengambilan keputusan menjual atau membeli saham. Dalam
pembuatan keputusan membeli atau menjual saham, investor bisa membandingkan harga
pasar saham saat ini dengan nilai rata-rata bergerak harga saham.
Kesimpulan sementara yang dapat ditarik dari metode ini adalah bahwa investor
dianjurkan untuk membeli saham, jika :
a. Garis rata-rata bergerak secara mendatar dan harga pasar saham akan melampaui garis
tersebut

b. Harga saham berada di bawah garis rata-rata bergerak yang sedang menaik
c. Harga saham saat ini berada di atas garis rata-rata bergerak yang cenderung menurun, namun
kembali menaik sebelum mencapai garis tesebut.
Sedangkan, investor disarankan untuk menjual saham, jika :
a.
Harga saham saat ini berada di bawah garis rata-rata bergerak yang mendatar
b. Harga saham bergerak naik di atas garis rata-rata bergerak, namun garis rata-rata bergerak
tersebut justru sedang menurun
c. Harga saham yang cenderung mengalami kenaikan (berada di bawah garis rata-rata
bergerak), tetapi kembali menurun sebelum mencapai garis rata-rata bergerak tersebut.
3. Relative Strength
Teknik lainnya dalam analisis teknikal yang digunakan untuk menganalisis saham
indiviual ataupun saham-saham dalam industri adalah teknik relative strength. Relative
strengthmenggambarkan rasio antara harga saham dengan indeks pasar atau industri tertentu.
Dalam penggunaan relative strength, jika terjadi trend pergerakan harga saham yang
meningkat, maka bagi investor, pergerakan seperti ini merupakan sinyal akan terjadinya
peningkatan rasio harga saham dibanding indeks pasar.
Hal ini merupakan indikasi bahwa saham tersebut akan memberikan return yang melebihi
return pasar, dan akan menarik minat investor untuk menjadikan saham tersebut sebagai
alternatif investasi yang baik. Disamping itu, penggunaan relative strength juga bisa
digunakan sebagai dasar penentuan sektor-sektor industri mana saja yang menarik dan
menguntungkan, investor akan bisa menentukan seberapa besar proporsi dana yang akan
diinvestasikan pada saham-saham pada industri bersangkutan.

Trading Rule dalam Analisis Teknikal


Dalam praktek, para analis teknikal biasanya membuat suatu aturan perdagangan
(trading rules) yang bisa dipakai sebagai patokan dalam pengambilan keputusan membeli
atau menjual saham.Trend penurunan harga saham (declining trend) akan mencapai titik
terendah (trough point) yang kemudian dilanjutkan dengan terjadinya trend peningkatan
(raising trend) harga saham. Situasi pada saat pergerakan harga saham mencapai titik
terendah dan mulai meningkat, bagi para analis teknikal merupakan indikator/sinyal untuk
melakukan tindakan membeli saham.
Berikutnya, trend peningkatan harga saham tersebut akan mencapai puncaknya pada
saat harga saham mencapai titik puncak (peak point). Dalam situasi seperti ini, para analis
teknikal biasanya akan menahan saham yang dimilikinya untuk dijual di kemudian
hari. Trend berikutnya adalah trendpergerakan harga saham yang mendatar (flat trend). Pada
saat ini para analis teknikal bisa saja menjual sahamnya, tetapi di satu sisi mereka mungkin
berharap akan terjadi lagi trend peningkatan, sehingga mereka lebih memilih untuk menahan
sahmnya dan tidak segera dijual. Tetapi, jika pada akhir trend mendatar, ternyata
diikuti trend penurunan harga saham, maka situasi ini bagi para analis teknikal akan
merupakan sinyal untuk menjual sahamnya, untuk menghindari kerugian yang lebih besar

akibat harga terus turun. Sinyal untuk membeli saham akan terjadi lagi
ketika trend penurunan sudah mencapai titik terendah dan diikuti oleh trend peningkatan
harga saham.
Metode Pengeplotan Grafik
Teknik lain untuk menggambarkan pola pergerakan harga saham adalah dengan
menyusun grafik (chart) dari pergerakan saham secara individual selama waktu tertentu.
Dengan membuat gambaran pergerakan harga saham secara visual dan memperhatikan
kekuatan daya tarik menarik permintaan dan penawaran, investor berharap bahwa mereka
akan mampu memprediksi arah pergerakan harga saham di kemudian hari.
1. Grafik Batang (Bar Chart)
Grafik batang merupakan cara yang paling sederhana dalam analisis teknikal yang
menggambarkan pergerakan harga saham. Grafik batang memudahkan analis untuk secara
visual dapat mengamati informasi dari suatu kisar perdagangan (trading range) pada suatu
periode tertentu yang dianalisis. Sumbu vertikal dalam grafik batang menunjukkan harga
saham, sedangkan sumbu horizontal menunjukkan waktu.
Pergerakan harga saham ditunjukkan oleh diagram batang vertikal (bar vertical) dimana
ujung atasnya menunjukkan catatan harga tertinggi saham, sedangkan ujung bawahnya
menunjukkan catatan harga terendah. Garis horizontal (tick mark) pada sebelah kiri batang
mencerminkan harga buka dan garis horizontal sebelah kanan batang mencerminkan harga
tutup (closing or settlement price).
Bagian terpenting dari grafik batang adalah identifikasi harga pembuka dan harga
penutup. Harga pembuka memiliki arti penting karena mencerminkan psikologi dari para
pelaku pasar sebagai awal dari sesi perdagangan. Harga penutup memiliki arti penting karena
mencerminkan pedagang dan investor yang bersedia mengambil posisi overnight. Bar
chart biasanya juga disertai dengan bar chart tambahan di bagian bawah yang menunjukkan
volume perdagangan harga saham.
2. Point-and-Figure Chart
Jenis chart seperti ini lebih kompleks dibandingkan dengan bar chart biasa karena
menggambarkan perubahan harga saham yang berubah secara signifikan (volume
perdagangan saham tidak dimasukkan dalam chart jenis ini). Metode penggrafikan angka
atau poin dan gambar (point and figure chart) berbeda dengan metode lainnya, dalam hal
aksis horizontal tidak mengukur waktu melainkan jumlah perdagangan dalam kisar harga
tertentu. Grafik poin dan gambar terdiri dari kotak-kotak yang mencerminkan himpunan
pergerakan harga tertentu dimana ada yang mencerminkan penurunan maupun peningkatan
harga saham tersebut.
3. Grafik Garis (Line Chart)
Grafik garis hanya menggambarkan harga penutupan. Harga tertinggi, harga terendah,
atau harga pembukaan diabaikan dalam penyajian grafik. Garis disusun dalam bentuk

a.
b.

c.

d.

kontinyu yang menghubungkan harga penutup antar interval waktu secara berurutan.
Walaupun grafik garis tidak menyediakan cukup informasi seperti pada grafik batang, namun
grafik garis juga berguna dalam beberapa hal, yaitu :
Harga tertinggi dan terendah yang diabaikan sehingga sebagian kegaduhan random (random
noise) yang terjadi selama sesi perdagangan dapat dieliminasi
Fokus pada pertimbangan harga penutup menampilkan grafik garis yang lebih bersih dan
mudah untuk diamati sehingga memudahkan analis untuk melihat trend yang terjadi
sebelumnya
Harga penutupan juga sangat penting sebagai dasar pertimbangan karena mencerminkan
hanya para pelaku pasar yang benar-benar dipersiapkan untuk memegang sekuritas
melampaui semalam (overnight) atau melampaui seminggu (over a weekend)
Grafik garis memungkinkan pengeplotan dengan rentang waktu yang lebih panjang daripada
grafik batang.

4. Grafik Kandil (Candlestick Chart)


Grafik kandil hanya mencerminkan fenomena jangka pendek, kemampuan peramalannya
juga relatif pendek, yakni kurang dari 10 hari. Informasi yang disajikan dalam penggrafikan
kandil identik dengan grafik batang (bar chart). Pada grafik batang mempertimbangkan harga
pembuka, penutup, tertinggi dan terendah. Sedangkan metode penggrafikan kandil
menekankan pada harga pembuka dan harga penutup yang tercermin dari kotak persegi
empat.
Dalam analisis teknikal, kandil persegi empat vertikal disebut dengan istilah real
body yang mencerminkan aktivitas perdagangan antara harga pembuka dan harga penutup.
Bila harga pembuka lebih tinggi dari harga penutup, hasil itu akan dicatat pada bagian
atas real body, sedangkan harga penutup pada bagian bawah real body.
Untuk membedakan harga tertinggi dan terendah dalam suatu hari, ditambahkan garis
tipis yang berada di atas atau di bawah real body. Garis tipis ini disebut sebagai bayangan
(shadow) dimana garis tipis di atas real body dinamakan bayangan lebih tinggi (upper),
sedangkan garis tipis di bawah real body dinamakan bayangan lebih rendah (lower).
Penggrafikan kandil juga membedakan pola-pola kebalikan (reversal patterns) yang
menyajikan dua bentuk berlawanan, yakni :
a. Hammer merupakan payung (umbrella) yang terjadi setelah suatu harga mengalami
penurunan. Suatu hammer dicirikan oleh pergerakan harga-harga dalam sehari yang menurun
secara tajam dari harga pembukaan selama sesi perdagangan dan kemudian kembali ditutup
pada posisi harga tinggi dalam hari itu juga.
b. Hanging man merupakan kebalikan dari hammer. Suatu hanging man juga menyerupai
payung yang dicirikan oleh pergerakan harga-harga dalam sehari yang meningkat secara
tajam dari harga pembukaan selama sesi perdagangan dan kemudian kembali ditutup pada
posisi harga rendah dalam hari itu juga.
Model Siklus Pasar dan Identifikasi Trend Dasar

1.
2.
3.
4.

1.
2.

Perbedaan trend terkait dengan perbedaan unit rentang waktu. Untuk tujuan praktis,
terdapat emapat bentuk trend, yaitu :
Trend jangka pendek (short term trend), yakni antara 3 hingga 6 minggu
Trend jangka menengah (intermediate term trend), yakni antara 6 minggu hingga 9 bulan
Trend primer (primary trend), yakni antara 9 bulan hingga 2 tahun
Trend sekunder (secular trend), yakni antara 8 tahun hingga 12 tahun
Pedoman tersebut bersifat kasar karena dalam praktiknya, kerangka waktu
tersebut dapat berbeda sesuai dengan kebutuhan perbandingan waktu trend.
Salah satu prinsip dasar (building block) analisis teknikal adalah bahwa harga
tidak bergerak secara langsung naik atau turun melainkan bergerak secara zigzag. Terdapat
beberapa puncak dan palung dimana setiap puncak lebih tinggi dari pergerakan harga
sebelumnya dan setiap siklus tandingannya menurun secara progresif. Bila serangakaian
puncak dan palung tersebut tidak lagi terdorong ke atas, maka terdapat suatu sinyal
bahwa trend mengalami pembalikan (reversal).
Dalam mengidentifikasi sinyal-sinyal dalam pergerakan harga saham, dikenal
adanya dua istilah penting untuk menggambarkan pergerakan harga saham, yaitu :
Support adalah volume pembelian (buying), aktual atau potensial, yang cukup untuk
menghentikantrend menurun dari suatu harga dalam suatu periode yang cukup besar.
Resistance adalah volume penjualan (selling), aktual atau potensial, yang cukup untuk
memenuhi semua penawaran sehingga menghentikan harga yang lebih tinggi dalam waktu
tertentu.
Dengan kata lain istilah support level berarti tingkat harga atau kisaran harga,
pada saat para analis teknikal mengharapkan akan terjadinya peningkatan yang signifikan
atas permintaan saham di pasar. Support level menggambarkan batas bawah kisaran harga
(lower boundary) yang bisa membuat para pembeli saham tertarik untuk segera melakukan
pembelian saham, sehingga permintaan saham meningkat, dan selanjutnya harga saham akan
bergerak naik.
Sedangkan resistance level berarti kisaran harga, dimana para analis teknikal
berharap akan terjadi peningkatan yang signifikan atas jumlah saham yang ditawarkan di
pasar. Resistance levelmenggambarkan batas atas tingkat harga (upper boundary) yang bisa
membuat para penjual saham segera bertindak menjual sahamnya. Situasi ini diharapkan bisa
menjadi penahan (resistance) atas gerakan naik harga saham, karena jika banyak pihak yang
ingin menjual saham di pasar, maka diharapkan harga akan bergerak turun dan tidak melewati
batas atas harga.
Support level biasanya terjadi ketika banyak investor melakukan tindakan
ambil untung, dengan melakukan penjualan saham-saham, karena tertarik dengan harga jual
yang cukup tinggi. Jika banyak investor melakukan tindakan ambil untung maka biasanya
justru akan diikuti penurunan harga saham. Selanjutnya, jika harga turun seperti ini maka
akan banyak para pembeli saham yang tertarik untuk melakukan pembelian saham sehingga
permintaan saham kembali meningkat.
Sedangkan resistance level biasanya
terjadi ketika harga saham turun terus setelah mencapai harga tertinggi. Investor yang

memiliki saham tentunya tidak akan mau rugi akibat harga sahamnya terus turun. Mereka
akan menunggu waktu yang tepat untuk menjual sahamnya demi mengurangi kerugian,
biasanya pada saat harga saham mencapai titik balik (recovery point). Pada saat seperti ini,
jika banyak penjual yang menjual saham, maka penawaran saham akan meningkat dan
biasanya justru akan diikuti oleh penurunan harga saham.
Untuk mencapai level batas terbawah (floor), area support harus
mencerminkan konsentrasi permintaan. Area support adalah tempat dimana penjual menjadi
kurang antusias untuk membagi asetnya, sedangkan pembeli secara temporer lebih kuat
motivasinya untuk membeli.
Formasi bahu dan kepala (head-and-shoulders formation) merupakan salah
satu dari berbagai pola harga yang banyak digunakan dalam analisis teknikal. Pola-pola
tersebut terjadi sebagai pembalikan ke atas atau ke bawah dan sebagai formasi kelanjutan
atau konsolidasi.

ANALISIS EKONOMI
Dalam melakukan analisis penilaian saham, investor bisa melakukan analisis
fundamental secara top-down untuk menilai prospek perusahaan. Pertama kali perlu
dilakukan analisis terhadap faktor-faktor makro ekonomi yang mempengaruhi kinerja seluruh
perusahaan, kemudia dilanjutkan dengan analisis industri dan pada akhirnya dilakukan
analisis terhadap perusahaan yang mengeluarkan sekuritas yang bersangkutan untuk menilai
apakah sekuritas yang dikeluarkannya menguntungkan atau merugikan bagi investor. Pada
tahap analisis ekonomi dan pasar modal, Investor melakukan analisis terhadap beberapa
alternatif keputusan tentang dimana alokasi investasi yang akan dilakukan (dalam negeri atau
luar negeri) serta dalam bentuk apa investasi yang dilakukan (saham, obligasi, kas, properti,
dan lainnya). Tahap berikutnya yaitu analisis industri meliputi analisis yang berdasarkan hasil
analisis ekonomi dan pasar untuk menentukan jenis-jenis industri mana saja yang akan dipilih
(prospek menguntungkan). Tahap ketiga yang didasari tahap sebelumnya bertujuan untuk
menentukan perusahaan-perusahaan atau saham mana saja yang menguntungkan sehingga
layak dijadikan pilihan investasi. Proses analisis penilaian saham secara top-down
Analisis ekonomi dan Pasar Modal
Tujuan : membuat keputusan alokasi penginvestasian dana
di beberapa negara atau dalam negeri dalam
bentuk saham, obligasi ataupun kas
Analisis Industri
Tujuan : berdasarkan analisis ekonomi dan pasar,
tentukan jenis-jenis industri mana saja yang menguntungkan
dan mana yang tidak berprospek baik
Analisis Perusahaan
Tujuan : Berdasarkan hasil analisis industri,

tentukan perusahaan-perusahaan mana


dalam industri terpilih
yang berprospek
baik

KONDISI EKONOMI DAN PASAR MODAL


Analisis ekonomi adalah salah satu dari tiga analisis yang perlu dilakukan investor
dalam penentuan keputusan investasinya. Analisis ekonomi perlu dilakukan karena
kecenderungan adanya hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada lingkungan ekonomi
makro dan kinerja suatu pasar modal. Pasar modal mencerminkan apa yang terjadi pada
perekonomian makro karena nilai investasi ditentukan oleh aliran kas yang diharapkan serta
tingkat return yang diisyaratkan atas investasi tersebut dan kedua faktor tersebut sangat
dipengaruhi oleh perubahan lingkungan ekonomi makro. Dengan demikian, jika kita ingin
mengestimasi aliran kas, bunga ataupun premi risiko dari suatu sekuritas, maka kita harus
mempertimbangkan analisis ekonomi makro.
Fluktuasi yang terjadi di pasar modal akan terkait dengan perubahan yang terjadi pada
berbagai variabel ekonomi makro. Harga obligasi akan sangat tergantung dari tingkat bunga
yang berlaku dan tingkat bunga ini akan dipengaruhi oleh perubahan ekonomi makro ataupun
kebijakan ekonomi makro yang ditentukan pemerintah. Sedangkan disisi lainnya, harga
saham merupakan cerminan dari ekspetasi investor terhadap faktor-faktor earning, aliran kas,
dan tingkat return yang diisyaratkan oleh investor, yang mana ketiga faktor tersebut juga
sangat dipengaruhi oleh kinerja ekonomi makro.
Siegel (1991) menyimpulkan adanya hubungan yang kuat antara harga saham dan
kinerja ekonomi makro dan menemukan bahwa perubahan pada harga saham selalu terjadi
sebelum terjadinya perubahan ekonomi. Ada dua alasan yang mendasarinya, (1) harga saham
yang terbentuk merupakan cerminan ekspetasi investor terhadap earning, dividen, maupun
tingkat bunga yang akan terjadi. Hasil estimasi investor terhadap ketiga variabel tersebut
akan menentukan berapa harga saham yang sesuai. Dengan demikian, harga saham yang
sudah terbentuk itu akan merefleksikan ekspetasi investor atas kondisi ekonomi di masa
datang, bukannya kondisi ekonomi saat ini; (2) kinerja pasar modal akan bereaksi terhadap
perubahan-perubahan ekonomi makro seperti perubahan tingkat bunga, inflasi ataupun
jumlah uang beredar. Ketika investor menentukan harga saham yang tepat sebagai refleksi
perubahan variabel ekonomi makro yang akan terjadi, maka masuk akal jika dikatakan harga
saham terjadi sebelum perubahan ekonomi makro benar-benar terjadi.
VARIABEL EKONOMI MAKRO
Lingkungan ekonomi makro adalah lingkungan yang mempengaruhi operasi
perusahaan sehari-hari. Kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan kondisi
ekonomi makro di masa datang, akan sangat berguna dalam pembuatan keputusan investasi
yang menguntungkan. Untuk itu, seorang investor harus memperhatikan beberapa indikator

ekonomi makro yang bisa membantu mereka dalam memahami dan meramalkan kondisi
ekonomi makro. Beberapa variabel makro yang perlu diperhatikan investor :
a. Produk Domestik Bruto (PDB)
PDB adalah ukuran produksi barang dan jasa total suatu negara. Pertumbuhan PDB yang
cepat mengindikasikan terjadinya pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi
membaik, maka daya beli masyarakat pun akan meningkat, dan ini merupakan kesempatan
bagi perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan penjualannya. Dengan meningkatnya
penjualan perusahaan, maka kesempatan perusahaan memperoleh keuntungan juga akan
semakin meningkat.
b. Tingkat Pengangguran
Tingkat pengangguran ditunjukkan oleh persentase dari total jumlah tenaga kerja yang masih
belum bekerja (meliputi pula pengangguran tak kentara maupun pengangguran kentara).
Tingkat pengangguran ini mencerminkan sejauhmana kapasitas operasi ekonomi suatu negara
bisa dijalankan. Semakin besar tingkat pengangguran di suatu negara, berarti semakin besar
kapasitas operasi ekonomi yang belum dimanfaatkan secara penuh. Jika hal ini terjadi maka
tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi utama tidak termanfaatkan secara penuh.
c. Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-produk secara
keseluruhan. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang
terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk
yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami
kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang
(purchasing power of money). Di samping itu, inflasi yang tinggi juga bisa mengurangi
tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya. Sebaliknya jika tingkat
inflasi suatu negara mengalami penurunan, maka hal ini akan merupakan sinyal yang positif
bagi investor sering dengan turunnya risiko daya beli uang dan risiko penurunan pendapatan
riil.
d. Tingkat Bunga
Tingkat bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran
kas perusahaan, sehingga kesempatan-kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik
lagi. Tingkat bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang harus ditanggung
perusahaan. Di samping itu tingkat bunga yang tinggi juga akan menyebabkan return yang
diisyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat.
Faktor-faktor ekonomi makro secara empiris telah terbukti mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan investasi di beberapa negara. Tandelilin (1998) merangkum beberapa faktor
ekonomi makro yang berpengaruh terhadap investasi di suatu negara sebagai tingkat
pertumbuhan PDB, laju pertumbuhan inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar mata uang
(exchange rate).
INDIKATOR
PENGARUH
PENJELASAN
EKONOMI
PDB
Meningkatnya PDB merupakan Meningkatkan PDB mempunyai pengaruh
sinyal baik (positif) untuk investasi positif terhadap daya beli konsumen shingga

dan sebaliknya
Inflasi

Peningkatan inflasi secara relatif


merupakan sinyal negatif bagi
pemodal di pasar modal

Tingkat Bunga

Tingkat
bunga
yang
tinggi
merupakan sinyal negatif terhadap
harga saham

Kurs Rupiah

Menguatnya kurs rupiah terhadap


mata uang asing merupakan sinyal
positif bagi perekonomian yang
mengalami inflasi
Anggaran defisit merupakan sinyal
positif bagi ekonomi yang sedang
mengalami resesi, tetapi merupakan
sinyal negatif bagi ekonomi yang
mengalami inflasi

Anggarann defisit

Investasi Swasta

Neraca
Perdagangan
Pembayaran

Meningkatnya investasi swasta


adalah sinyal positif bagi pemodal

Defisit neraca perdagangan dan


dan pembayaran
merupakan
sinyal
negatif bagi pemodal

dapat meningkatkan permintaan terhadap


produk perusahaan
Inflasi meningktakna pendapatan dan biaya
perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi
lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat
dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas
perusahaan akan menurun.
Tingkat suku bunga yang meningkat akan
menyebabkan peningkatan suku bunga yang
diisyaratkan atas investasi pada suatu saham.
Di samping itu tingkat suku bunga yang
meningkat bisa juga menyebabkan investor
menarik investasinya pada saham dan
memindahkannya pada investasi berupa
tabungan ataupun deposito
Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang
asing akan menurunkan biaya impor
bahanbaku untuk produksi dan akan
menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku.
Anggaran defisit akan mendorong konsumsi
dan investasi pemerintaj, sehingga dapat
meningkatkan permintaan terhadap produk
perusahaan. Akan tetapi, justru akan
meningkatkan jumlah uang beredar dan
akibatnya akan mendorong inflasi
Meningkatnya
investasi
swasta
akan
meningkatkan
PDB
sehingga
dapat
meningkatkan pendapatan konsumen
Defisit neraca perdanagan dan pembayaran
harus dibiayai dengan menarik modal asing.
Untuk melakukan hal ini, suku bunga harus
dinaikkan.

MERAMAL PERUBAHAN PASAR MODAL


Investor berkepentingan untuk melakukan peramalan terhadap perubahan yang akan
terjadi di pasar modal. Untuk menghasilkan keputusan investasi yang tepat dan
menguntungkan, belumlah cukup bagi investor jika hanya sekedar mengetahui apa yang
sedang terjadi di pasar modal saat ini dan mengapa hal itu bisa terjadi. Investor juga perlu
tahu apa yang akan terjadi pada pasar modal di masa yang akan datang. Untuk itulah investor
perlu melakukan peramalan terhadap perubahan pasar modal, dan dalam melakukan proses

peramalan tersebut investor perlu menganalisis perubahan ekonomi makro yang sedang dan
akan terjadi.
Dalam melakukan peramalan perubahan pasar modal adalah bahwa sulit bagi kita
untuk selalu berhasil dalam meramal perubahan pasar modal secara konsisten. Ada dua
alasannya yakni (1) adanya konsep pasar modal yang efisien berarti bahwa tidak mungkin
bagi kita untuk meramalkan perubahan pasar modal dan mengambil keuntungan dari
perubahan tersebut. Artinya jika pasar efisien berarti mustahil bagi investor untuk meramal
perubahan pasar dan mencari keuntungan abnormal dari perubahan tersebut; dan (2)
peramalan perubahan pasar modal yang akan terjadi di masa datang biasanya didasari atas
data-data perubahan masa lalu yang tersedia. Secara implisit, tindakan ini mengandung
kelemahan karena kita meramalkan masa depan dengan data masa lalu, sehingga hasilnya
tidak akan selalu tepat dengan perubahan yang akan terjadi. Untuk meramalkan perubahan
pasar modal, ada dua hal yang dapat dijadikan dasar peramlan, yaitu penggunaan data-data
perubahan siklis ekonomi dan pengunaan data-data perubahan beberapa variabel ekonomi
makro.
Perubahan Siklis Ekonomi
Perubahan harga saham akan merefleksikan perubahan siklis ekonomi yang akan
terjadi. Meskipun demikian, tetap akan sulit bagi investor untuk menentukan kapan dia harus
bereaksi terhadap kemungkinan perubahan pasar yang akan terjadi. Salah satu pendekatan
yang dapat dilakukan adlah menyadari sepenuhnya bahwa meramalkan perubahan dengan
tepat adalah pekerjaan yang mustahil dan investor harus mencoba belajar dari pola
perubahan-perubahan yang pernah terjadi sebagai salah satu dasar penentuan keputusan
membeli atau menjual saham sesuai dengan harapan tentang perubahan siklis ekonomi yang
akan terjadi.
Ketika ekonomi memasuki siklis yang cenderung menurun menuju titik terendah
(resesi), maka harga saham biasanya akan turun. Semakin kuat resesi, semakin drastis
penurunan harga saham. Pada situasi demikian, investor harus melakukan peramalan tentang
kapan saatnya siklis ekonomi menemui titik baliknya dan mulai memasuki siklis yang
membaik. Jika siklis ekonomi diramalkan membaik, maka harga saham menjelang titik balik
siklis ekonomi (sebelum mencapai titik terendah) akan membaik mendahului membaiknya
siklis ekonomi.
Jika siklis ekonomi terus mendekati titik puncak, maka kecenderungan harga saham
cenderung stabil sehingga return saham yang abnormal sulit dicapai investor. Dalam hal ini
investor harus bisa meramalkan kapan siklis ekonomi akan mencapai titik baliknya (baik titik
puncak maupun titik terendah), sehingga investor bisa membuat keputusan tentang harga
saham yang tepat, serta tindakan apa yang sebaiknya dilakukan investor tentang saham
tersebut.
Perubahan Variabel-Variabel Ekonomi Makro
Pengamatan terhadap perubahan beberapa variabel/indikator ekonomi makro seperti
PDB, inflasi, tingkat bunga maupun nilai tukar mata uang, dipercaya bisa membantu investor

dalam meramalkan apa yang akan terjadi pada perubahan pasar modal. Misalnya, variabel
tingkat bunga bisa dipakai dalam meramalkan harga saham atau obligasi yang akan terjadi.
Jika investor meramalkan tingkat suku bunga akan meningkat, maka tentunya investor akan
bisa memperkirakan bahwa harga obligasi maupun harga saham akan cenderung menurun.
Kemampuan untuk meramalkan perubahan variabel-variabel ekonomi makro tentunya akan
sangat membantu investor dalam membuat keputusan investasi yang tepat dan
menguntungkan.

ANALISIS PERUSAHAAN

EPS dan Informasi Laporan Keuangan


Bagi para investor yang melakukan analisis perusahaan, informasi laporan
keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan salah satu jenis
informasi yang paling mudah dan paling murah didapatkan dibanding
alternatif informasi lainnya. Di samping itu, informasi laporan keuangan
akuntansi sudah cukup menggambarkan kepada kita sejauh mana
perkembangan kondisi perusahaan selama ini dan apa saja yang telah
dicapainya. Dengan menggunakan laporan keuangan, investor juga akan
bisa menghitung berapa besarnya pertumbuhan earning yang telah
dicapai perusahaan terhadap jumlah saham perusahaan. Perbandingan
antara jumlah earning dengan jumlah lembar saham perusahaan akan
diperoleh komponen earning per share.
Bagi para investor, informasi EPS merupakan informasi yang dianggap
paling mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek
earning perusahaan di masa depan sehingga sebagai dasar untuk
memahami EPS, maka diperlukan pemahaman mengenai laporan
keuangan perusahaan.
Laporan keuangan sangat berguna bagi investor untuk menentukan
keputusan investasi yang terbaik dan menguntungkan dimana investor
bisa mengetahui perbandingan antara nilai intrinsik saham perusahaan
dibanding harga pasar saham perusahaan bersangkutan, dan atas dasar
perbandingan tersebut investor akan bisa membuat keputusan apakaha
membeli atau menjual saham bersangkutan.
Jenis-jenis laporan keuangan berdasarkan informasi yang dikandungnya
bisa dibagi dalam tiga laporan utama, yaitu:

1. Neraca
- Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan kondisi finansial
perusahaan pada suatu waktu tertentu.
- Neraca disebut juga sebagai gambaran kondisi keuangan perusahaan
yang bersifat snapshot atau gambaran sesaat seperti layaknya sebuah
foto, karena neraca hanya memberikan informasi posisi keuangan
perusahaan pada saat tertentu saja. Padahal, dalam kenyataannya
mungkin saja sehari setelah neraca disusun, kondisi keuangan
perusahaan sudah mengalami perubahan. Dengan kata lain, neraca
memberikan gambaran aktiva dan kewajiban perusahaan hanya pada saat
tertentu saja, ketika laporan tersebut disusun.
- Neraca merupakan laporan tentang aktiva, kewajiban, dan ekuitas
pemegang saham perusahaan pada suatu tanggal tertentu.
- Penyusunan pos-pos yang terdapat dalam neraca disusun berdasarkan
urutan likuiditas (untuk aktiva) dan jangka waktu jatuh temponya (untuk
pasiva)
- Laporan posisi keuangan disebut juga sebagai neraca karena antara sisi
aktiva dan sisi pasiva (kewajiban+ekuitas) masing-masing harus sama
jumlahnya sehingga menjadi seimbang.

2. Laporan Rugi Laba


- Laporan rugi laba adalah ringkasan profitabilitas perusahaan selama
peridoe waktu tertentu, misalnya satu tahun.
- Laporan ini menunjukkan penghasilan yang diperoleh selama satu
periode, biaya yang dikeluarkan dalam satu periode, dan elemen-elemen
lain pembentuk laba.
- Laporan ini pada dasarnya mencerminkan perbedaan antara penghasilan
dan biaya perusahaan selama periode tertentu sehingga menghasilkan
keuntungan (ataupun kerugian) bersih perusahaan.
- Dalam analisis laporan rugi laba perlu dilakukan pembedaan unsur-unsur
biaya yang tercantum dalam laporan rugi laba, menjadi:
a. Biaya produksi
biaya ini berkaitan dengan biaya-biaya yang langsung terkait dengan
aktivitas produksi barang-barang dan jasa yang akan dijual perusahaan.
b. Biaya administrasi dan umum
biaya ini berkaitan dengan biaya overhead, biaya gaji, pengiklanan, dan
biaya lainnya yang tidak terkait langsung dengan biaya produksi barang
dan jasa.

c. Biaya bunga
biaya ini terkait dengan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan
sebagai konsekuensi penggunaan hutang.
d. Biaya pajak penghasilan
biaya ini berkaitan dengan kewajiban perusahaan untuk membayar
sejumlah pajak kepada pemerintah.

3. Laporan Aliran Kas Perusahaan


- Laporan aliran kas merupakan laporan yang memuat aliran kas yang
berasal dari tiga sumber yaitu:
a. aktivitas operasi perusahaan
b. aktivitas investasi
c. aktivitas pendanaan yang dilakukan perusahaan.
- Laporan arus kas yang berasal dari operasi perusahaan menunjukkan
kemapuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas untuk melunasi
utang, pembiayaan operasi perusahaan, perusahaan dividen, dan
melakukan investasi baru.
- Aktivitas investasi dalam laporan arus kas menunjukkan pengeluaran dan
penerimaan kas perusahaan yang berkaitan dengan investasi yang
dilakukan perusahaan untuk mengahsilkan keuntungan di masa depan.
Sedangkan, aktivitas pendanaan dalam laporan arus kas menunjukkan
prediksi klaim terhadap arus kas di masa depan oleh para pemilik modal
perusahaan.
- Perbedaan laporan arus kas dengan laporan rugi laba dan neraca
perusahaan:
a. Neraca dan laporan rugi laba disusun atas dasar metode aktual
akuntansi, sedangkan laporan arus kas hanya mencatat transaksi yang
menyebabkan aliran kas secara nyata.
b. Laporan rugi laba memasukkan pos depresiasi untuk menghaluskan
pengeluaran modal yang terlalu besar dalam laporan rugi laba, sedangkan
laporan arus kas hanya akan mencatat transaksi pengeluaran modal
perusahaan pada saat transaksi itu terjadi.

Kelemahan Pelaporan EPS dalam Laporan Keuangan


Seperti yang telah dibahas di atas, penggunaan laporan keuangan dalam
analisis perusahaan dapat memberikan informasi bagi investor tentang

kondisi perusahaan, termasuk pertumbuhan dan prospek perusahaan di


masa datang. Informasi seperti ini diperlukan investor dalam memprediksi
pertumbuhan perusahaan di masa datang, dan kemudian diperlukan
dalam membuat keputusan investasi yang tepat. Hasil analisis laporan
keuangan akan membantu investor dalam menentukan layak atau
tidaknya suatu saham yang diterbitkan perusahaan untuk dijadikan
alternatif investasi.
Beberapa kelemahan pelaporan EPS dalam laporan keuangan:
1.
Permasalahan pelaporan earning yang akan menimbulkan konflik
kepentingan antara investor di satu sisi sebagai pengguna laporan
keuangan dan manajemen di sisi lainnya sebagai penyaji laporan
keuangan.
2.
Lemahnya kemampuan laporan keuangan untuk menggambarkan
kondisi perusahaan yang paling terkini. Seperti yang kita ketahui bahwa
laporan keuangan disusun pada akhir periode (biasanya 1 tahun) untuk
menggambarkan apa yang telah terjadi pada perusahaan pada periode
tertentu. Akan tetapi, gambaran tersebut dalam kenyataannya masih
merupakan gambaran sesaat (foto) kondisi perusahaan apda saat laporan
keuangan tersebut dibuat. Kelemahan seperti ini dikenal juga dengan
istilah snapshot.

Analisis Rasio Profitabilitas Perusahaan


Analisis Rasio Profitabilitas terbagi menjadi 2 yaitu:
1.
Return on Equity (ROE), yang menggambarkan sejauh mana
kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh
pemegang saham. {laba bersih setelah bunga dan pajak dibagi jumlah
modal sendiri}
2.
Return on Asset (ROA), yang menggambarkan sejauh mana
kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba.
{EBIT dibagi jumlah aset}

Earning per Share


Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih
perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham

perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi


laporan keuangan perusahaan. Meskipun beberapa perusahaan tidak
mencantumkan besarnya EPS perusahaan bersangkutan dalam laporan
keuangannya, tetapi besarnya EPS suatu perusahaan bisa kita hitung
berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan.
Rumus menghitung EPS:
EPS

laba

bersih

setelah

bunga

dan

pajak
jumlah saham yang beredar

Di samping rumus di atas, kita juga bisa menghitung EPS perusahaan


dengan menggunakan rumus berikut ini:
EPS = ROE x nilai buku per lembar saham
EPS = laba bersih setelah bunga
dan pajak x jumlah modal sendiri
jumlah modal sendiri x jumlah saham beredar

Price Earning Rate


Informasi PER mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan
investor untuk memeroleh satu rupiah earning perusahaan. Dengan kata
lain, PER menunjukkan besarnya harga setiap satu rupiah earning
perusahaan. Di samping itu, PER juga merupakan ukuran harga relatif dari
sebuah saham perusahaan.
Rumus menghitung PER:
PER = D1/E1
kg
Dalam hal ini:
D1/E1 = tingkat dividend payout ratio yang diharapkan

k
= tingkat return yang diisyaratkan (tingkat return bebas risiko +
premi risiko)
g
= tingkat pertumbuhan
tingkat laba ditahan)

dividen

yang

diharapkan

(ROE

Dari rumus di atas, terlihat tiga komponen utama untuk menghitung PER
dari suatu perusahaan, yaitu dividend payout ratio (DPR) yang
diharapkan, tingkat return yang diisyaratkan (k), dan tingkat pertumbuhan
dividen yang diharapkan (g). Komponen pertama yaitu DPR, menunjukkan
besarnya dividen yang akan dibayarkan perusahaan dari total earning
yang diperoleh perusahaan. Dengan kata lain, DPR merupakan
perbandingan antara dividen yang dibayarkan perusahaan terhadap
earning yang diperoleh perusahaan.
Komponen kedua dari persamaan PER adalah tingkat return yang
diisyaratkan (k), yang menunjukkan tingkat return yang diisyaratkan
inestor atas suatu saham sebagai kompensasi atas atas risiko yang harus
ditanggung investor. Rumus untuk menghitung tingkat bunga yang
diisyaratkan:
k = RF +RP
k = tingkat return bebas risiko + premi risiko
Komponen ketiga, yaitu tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan (g),
merupakan fungsi dari besarnya ROE dan tingakt laba ditahan
perusahaan. Dengan kata lain, secara matematis, rumus untuk
menghitung g suatu perusahaan bisa dihitung dengan rumus berikut ini:
g = ROE x tingkat laba ditahan
g = laba bersih setelah bunga dan pajak x
(1-DPR)
jumlah modal sendiri

Estimasi Nilai Intrinsik Saham

Analisis perusahaan akan terkait dengan penentuan saham perusahaan


manakah dalam industri terpilih yang mampu menawarkan keuntungan
bagi investor. Dengan kata lain, saham-saham manakah yang harga
pasarnya lebih rendah dari nilai intrinsiknya sehingga layak dibeli serta
saham-saham manakah yang harga pasarnya lebih tinggi dari nilai
intrinsiknya, sehingga menguntungkan untuk dijual.
Semua pertanyaan tersebut akan bisa dijawab jika kita sudah berhasil
mengestimasi nilai intrinsik saham perusahaan yang dianalisis dengan
harga pasarnya sebagai dasar keputusan untuk menentukan apakah
saham tersebut undervalued atau overvalued.
Estimasi nilai intrinsik saham dalam analisis perusahaan bisa dilakukan
dengan memanfaatkan dua komponen informasi penting dalam analisis
perusahaan, yaitu EPS dan PER dimana dapat dihitung dengan rumus:
P0 = Estimasi EPS x PER
= E1 x PER
Jika nilai intrinsik saham sudah berhasil diestimasi, langkah selanjutnya
adalah membandingkan nilai intrinsik saham dengan harga pasarnya. Jika
nilai intrinsik suatu saham lebih tinggi dibanding harga pasarnya, maka
saham tersebut tergolong sebagai saham yang undervalued, dan
sebaiknya dibeli, begitu pula sebaliknya.

Analisis Perusahaan Menggunakan Ringkasan Laporan Keuangan


Menurut PSAK No. 1 tahun 2002, laporan keuangan yang lengkap terdiri
dari lima komponen, yaitu:
1.
Neraca, memberikan potret mengenai kondisi finansial perusahaan
dengan menunjukkan aset, kewajiban, dan ekuitas pemegang saham pada
suatu tanggal tertentu misalnya pada akhir tahun.
2.
Laporan rugi laba, meringkas kinerja operasi selama satu periode
akuntansi misalnya satuh tahun dengan menunjukkan pendapatan dan
biaya.
3.
Laporan perubahan ekuitas, menggambarkan peningkatan atau
penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama satu periode akuntansi.

4.
Laporan arus kas, melaporkan bagaimana kas diperoleh dan di
mana saja kas digunakan selama satu periode akuntansi.
5.
Catatan atas laporan keuangan, menjelaskan atau merinci jumlah
yang tertera dalam keempat komponen sebelumnya.
Informasi secara lengkap laporan keuangan perusahaan diperoleh pada
laporan tahunan yang dipublikasikan perusahaan. Laporan tahunan dapat
diperoleh di perusahaan yang bersangkutan atau di bursa efek yang
mencatat saham perusahaan tersebut. Sumber lain umumnya menyajikan
laporan keuangan perusahaan dengan format ringkasan, misalnya
Indonesian Capital Market Directory (IMCD) yang dikeluarkan oleh Institute
for Economics and Financial Research (ECFIN).

ANALISIS INDUSTRI
Analisis industri merupakan salah satu bagian dari analisis fundamental. Analisis
industri biasanya dilakukan setelah kita melakukan analisis ekonomi. Dalam analisis industri,
investor mencoba memperbandingkan kinerja dari berbagai industri, untuk bisa mengetahui
jenis industri apa saja yang memberikan prospek paling menjanjikan ataupun sebaliknya.
Setalah melakukan analisis industri, investor nantinya akan menggunakan informasi tersebut
sebagai masukan untuk mempertimbangkan saham-saham dari kelompok industri mana
sajakah yang akan dimasukkan dalam portofolio yang akan dibentuknya.
PENGERTIAN INDUSTRI
Pada dasarnya pengelompokkan industri tidaklah sesederhana seperti yang
dibayangkan. Analisis dan investor memerlukan metode yang dapat digunakan untuk
mengklasifikasikan industri dengan tepat. Salah satu sistem klasifikasi industri yang telah
dikenal dan digunakan secara luas adalah sistem Standard Industrial Classification (SIC)
yang didasarkan pada data sensus dan pengklasifikasian perusahaan berdasarkan produk
dasar yang dihasilkan. Standard Industrial Classification (SIC) mempunyai 11 divisi dan
masing-masing divisi diberi tanda A sampai K, misalnya A (Pertanian dan perikanan), B
(pertambangan), dan lain-lain.
Kelompok industri utama pada masing-masing divisi dalam SIC akan dibagi lagi
menjadi tiga, empat sampai lima digit SIC. Semakin banyak kode digit SIC, semakin spesifik
pengelompokkan industri tersebut. Disamping standar klasifikasi SIC, ada beberapa sistem
klarifisikasi lainnya yang digunakan untuk mengelompokkan industri, diantaranya adalah
indeks industri yang dikeluarkan oleh Standard & Poor Corporation yang mengelompokkan
perusahaan ke dalam 90 industri.
Pengelompokan industri untuk kasus di Indonesia juga dilakukan dengan berdasarkan
suatu standar klasifikasi industri tertentu. Salah satu standar yang banyak dipakai untuk
mengkelompokkan industri bagi perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam BEJ
adalah Jakarta Stock Exchange Sectoral Industry Classification (JASICA). Klasifikasi

JASICA terdiri dari 9 divisi dan dikelompokkan lagi menjadi kelompok industri utama dan
diberi kode dua digit.

1.
2.
3.
4.
5.

PENTINGNYA ANALISIS INDUSTRI


Analisis industri merupakan tahap penting yang perlu dilakukan investor, karena
analisis tersebut dipercaya bisa membantu investor untuk mengidentifikasi peluang-peluang
investasi dalam industri yang mempunyai karasteristik risiko dan return yang menguntungkan
bagi investor.
Beberapa penelitian yang terkait dengan analisis industri, telah didokumentasikan
oleh Reilly dan Brown (1997) dan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan seperti berikut ini :
Studi mengenai kinerja tahunan industri, menunjukkan bahwa industri yang berbeda
mempunyai tingkat return yang berbeda pula.
Tingkat return masing-masing industri berbeda di setiap tahunnya.
Tingkat return perusahaan-perusahaan di suatu industri yang sama, terlihat cukup beragam.
Tingkat risiko berbagai industri juga beragam.
Tingkat risiko suatu industri relatif stabil sepanjang waktu.
Dapat disimpulkn bahwa analisis industri penting dilakukan untuk meminimalkan risiko
ataupun mengidentifikasi industri yang mempunyai prospek yang menguntungkan.
Selanjutnya analisis industri juga perlu diikuti oleh analisis perusahaan, sehingga investor
dapat menentukan saham-saham dari perusahaan mana saja dalam suatu kelompok industri
yang mempunyai kombinasi return-risiko yang terbaik.
ESTIMASI TINGKAT KEUNTUNGAN INDUSTRI
Dalam melakukan analisis industri, investor juga perlu menilai suatu industri dan
menentukan return yang diharapkan dari suatu industri yang akan dianalisis. Dengan menilai
dan menentukan return yang diharapkan dari suatu industri, investor akan dapat menentukan
peluang investasi pada industri-industri yang punya prospek terbaik. Untuk menilai suatu
industri, ada dua langkah yang perlu dilakukan, yaitu : (1) mengestimasi Earning Per
Share (EPS) yang diharapkan dari suatu industri, dan (2) mengestimasi Price Earning
Ratio (P/E) yang diharapkan atau disebut juga sebagai ecpected earning multiplier industri.
Selanjutnya, jika hasil kedua estimasi tersebut dikalikan, maka akan diperoleh nilai akhir
yang diharapkan dari suatu industri (expected ending value of industry).
Dengan mengetahui nilai akhir yang diharapkan dari suatu industrim selanjutnya akan
dapat ditentukan tingkat return yang diharapkan dari suatu industri. Caranya adalah dengan
membagi nilai akhir yang diharapkan dari suatu industri ditambah dengan dividen yang
diharapkan dari industri, dengan nilai awal industri tersebut pada periode sebelumnya.
Selanjutnya, dengan membandingkan tingkat return yang diharapkan dari industri terhadap
tingkat return yang disyaratkan oleh investor, investor akan dapat menentukan industri mana
saja yang layak dijadikan pilihan investasinya. Dalam penentuan keputusan investasi industri
tersebut, pilihan investor sebaiknya pada industri-industri yang mampu memberikan return
dharapkan yang lebih besar dibanding tingkat return yang disyaratkan investor.

ESTIMASI EARNING PER SHARE INDUSTRI


Untuk mengestimasi EPS kita perlu mengestimasi penjualan per lembar saham dari
suatu industri terlebih dahulu. Ada tiga teknik yang dapat digunakan untuk mengestimasikan
tingkat penjualan suatu industri, yaitu dengan daur hidup industri (industri life cycle), analisis
input-output, serta hubungan antara industri dengan ekonomi secara keseluruhan. Ketiga
teknik tersebut sifatnya saling melengkapi, sehingga investor dapat mengkombinasikan ketiga
teknik tersebut untuk mendapatkan gambaran lengkap mengenai posisi dan prospek industri
dalam beberapa skenario.

a.

b.

c.

d.

e.

Prakiraan penjualan dan daur hidup industri


Tahap perkembangan industri dapat digunakan untuk mengestimasi besarnya
penjualan dari suatu industri. Tahap perkembangan industri umumnya dibagi menjadi lima
yaitu tahap permulaan, pertumbuhan yang cepat, tahap kedewasaan (mature), stabil dan
penurunan.
Tahap permulaan : masa-masa awal perkembangan sebuah industri, pertumbuhan penjualan
sangat kecil, dan profit yang dihasilkan kemungkinan akan menunjukkan angka negatif
karena perusahaan harus mengeluarkan dana yang cukup besar untuk menutupi biaya
promosi dan pengembangan produk di awal-awal pertumbuhan industri.
Tahap pertumbuhan : penjualan tumbuh sangat cepat, permintaan meningkat, persaingan
belum begitu ketat, profit tumbuh dengan tinggi. Pertumbuhan industri pada tahap ini akan
cenderung lebih besar dari pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Tahap kedewasaan : pertumbuhan penjualan mulai menurun, banyak pesaing mulai masuk
dan permintaan relatif stabil. Oleh karena itu, profit akan mengalami penurunan dan menuju
tingkat keuntungan yang normal. Pertumbuhan industri pada tahap ini sedikit lebih besar dari
pertumbuhan secara keseluruhan.
Tahap stabil : tahap yang paling panjang dalam daur hidup industri. Pada tahap ini investor
mengestimasi pertumbuhan penjualan secara mudah karena penjualan berkorelasi tinggi
dengan kondisi ekonomi. Namun besarnya pertumbuhan penjualan masing-masing
perusahaan secara individual dalam suatu industri akan berbeda-beda satu dengan yang lain,
tergantung dari kemampuan manajerial dari masing-masing perusahaan.
Tahap penurunan : tingkat penjualan dan profit industri semakin menurun, perusahaan ada
yang mulai keluar dari industri dan investor mulai berpikir untuk mencari alternatif industri
lain yang lebih menguntungkan. Pertumbuhan industri pada tahap ini akan jauh di bawah
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Dengan mengestimasi tahap daur hidup suatu industri, secara umum kita dapat
mengestimasi tingkat pertumbuhan penjualan suatu industri.
Prakiraan penjualan dan analisis input-output
Analisis input-output adalah suatu cara alternatif untuk mengetahui gambaran prospek
penjualan suatu industri di masa yang akan datang, dengan cara mengidentifikasi pemasok

(supplier) dan konsumen dari sautu industri. Dengan melakukan analisis input-output, kita
dapat mengestimasi permintaan konsumen di masa datang, serta kemampuan pemasok untuk
menyediakan barang dan jasa yang diperlukan dalam suatu industri. Informasi tersebut
nantinya dapat digunakan untuk memperkirakan tingkat penjualan dan keuntungan suatu
industri di masa depan.
Prakiraan penjualan dan hubungan industri dan ekonomi
Teknik ini dilakukan dengan cara membandingkan tingkat penjualan industri dengan
kondisi perekonomian secara keseluruhan yang berhubungan dengan barang dan jasa yang
diproduksi oleh industri tersebut. Teknik ini didasari oleh asumsi bahwa kondisi
perekonomian dimana suatu industri beroperasi akan terkait dengan penjualan dan
keuntungan suatu industri.
PERSAINGAN DAN RETURN INDUSTRI YANG DIHARAPKAN
Faktor penting lain yang mempengaruhi besarnya profit yang bisa diperoleh suatu
industri adalah intensitas persaiangan dalam industri tersebut. Michael Porter berpendapat
mengenai strategi kompetitif, yaitu suatu strategi yang berguna untuk mencapai posisi
kompetitif dalam industri. Intensitas persaingan dalam sautu industri akan menentukan
kemampuan industri untuk tetap memperoleh tingkat return di atas rata-rata. Intensitas
persaingan merupakan gambaran lima faktor utama persaingan. Lima kekuatan persaingan
akan menentukan profitabilitas industri karena lima faktor tersbeut mempunyai pengaruh
terhadap komponen ROI dalam suatu industri.
Lima faktor yang menentukan intensitas persaingan dalam suatu industri adalah :
a. Persaingan antara perusahaan yang ada dalam industri
Persaingan dipengaruhi oleh pertumbuhan industri dan biaya tetap, serta hambatan untuk
keluar dari industri tersebut. Pertumbuhan yang lambat akan membuat perusahaan semakin
ketat bersaing memperebutkan pangsa pasar yang relatif kecil. Tingginya biaya tetap juga
akan mendorong peningkatan persaingan, karena dengan tingginya biaya tetap akan
mengharuskan perusahaan untuk memproduksi dengan kapasitas penuh. Hal itu akan
membuat penawaran di pasar akan semakin meningkat yang kemudian akan menyebabkan
harga barang semakin menurun, sehingga persaingan akan semakin ketat.
b. Ancaman pemain baru
Meskipun sebuah industri mempunyai jumlah pesaing yang sedikit, investor perlu
mengidentifikasi perusahaan-perusahaan yang potensial menjadi pemain baru dalam industri.
Besarnya ancaman pemain baru ini akan dipengaruhi oleh adanya hambatan-hambatan masuk
(barrier to entry) dalam suatu industri, seperti tingginya biaya investasi, peraturan pemerintah
dan harga barang yang relatif kecil dibandingkan dengan biaya produksi. Jika hambatan
masuk suatu industri relatif tinggi maka kemungkinan adanya pemain baru yang masuk
dalam industri tersebut akan semakin kecil.

c.

Ancaman adanya produk subtitusi

Produk substitusi akan membatasi profit potensial suatu industri karena barang subtitusi akan
memunculkan alternatif bagi produk perusahaan. Dalam kondisi seperti ini, kemampuan
perusahaan untuk memnentukan harga produk akan semakin berkurang, karena dibatasi
adanya produk subtitusi. Artinya, jika harga produk perusahaan terlalu tinggi, konsumen bisa
saja berpindah ke produk subtitusi yang ditawarkan di pasar.
d. Bargaining power pembeli
Daya tawar pembeli di pasar yang kuat bisa mempengaruhi profitablitas industri. Hal ini
terjadi jika konsumen dapat menawar harga atau meminta kualitas yang lebih tinggi dengan
kemungkinan pilihan dari produk yang akan diberikan oleh pesaing lain. Bila jumlah
konsumen lebih banyak dari jumlah industrinya maka bargaining power konsumen akan
rendah. Sebaliknya jika jumlah industri lebih banyak dari konsumennya maka bargaining
power konsumen akan besar.
e. Bargaining power pemasok
Pemasok dapat mempengaruhi return industri di masa yang akan datang karena mereka
mempunyai kekuatan untuk menentukan harga dan kualitas dari produknya. Jika jumlah
pemasok lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah industrinya, maka pemasok
memiliki bargaining power yang besar. Sebaliknya, jika pemasok lebih banyak dari
industrinya maka bargaining power pemasok akan berkurang.
Analisis lima faktor yang menentukan persaingan industri dapat digunakan untuk menilai
profit potensial dari suatu industri untuk jangka panjang. Disamping itu investor juga bisa
mengamati perubahan lingkungan yang terjadi setiap saat, karena bisa jadi struktur industri
akan berubah akibat adanya perubahan lingkungan tersebut.
ESTIMASI EARNING MULTIPLIER SUATU INDUSTRI
Teknik untuk melakukan estimasi earning multiplier industri ada dua, yaitu analisis
makro dan analisis mikro. Dalam analisis makro, investor mempelajari hubungan
antara earning multiplier untuk industri denganearning multiplier pasar. Sedangkan dalam
analisis mikro, estimasi earning multiplier industri dilakukan dengan cara mengamati
variabel-variabel yang mempenagruhi earning multiplier industri, seperti dividend-payout
ratio (DPR), tingkat return yang diisyaratkan dalam industri (k), dan tingkat
pertumbuhan earning dan dividen industri yang diharapkan (g).
Analisis makro mengasumsikan adanya hubungan antara perubahan dalam k dan g
untuk industri tertentu dengan pasar keseluruhan. Asumsi ini sama halnya dengan hubungan
antara perubahan dalam P/E rasio industri dengan P/E pasar secara keseluruhan. Sebelum
menggunakan analisis makro untuk mengestimasi earning multiplier untuk industri,
diperlukan suatu usaha mengevaluasi terlebih dahulu kualitas hubungan antara rasio P/E
industri yang akan dianalisis dengan P/E pasar. Disamping itu perlu dilengkapi dengan pasar
mikro.
Estimasi earning multiplier industri dengan analisis mikro yang dilakukan dengan
cara mengestimasi tiga variabel yang menentukan earning multiplier industri (dividendpayout ratio, tingkat return yang diisyaratkan dan tingkat pertumbuhan earning dan dividen

yang diharapkan) dan membandingkan ketiga variabel tersebut dengan P/E pasar. Dari hasil
analisis tersebut, selanjutnya dapat diketahui apakah earning multiplier industri akan berada
di atas, di bawah ataupun sama dengan earning multiplier pasar.
A. Latar belakang masalah
Di era sekarang ini dengan semakin majunya perkembangan keuangan dan pesatnya
pertumbuhan teknologi, semakin membantu masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat dan memberikan alternatif alternatif yang menarik bagi masyarakat yang
memiliki kelebihan dana untuk menginvestasikan dananya dengan harapa memperoleh
keuntungan. Tidak hanya investor, bagi perusahaan dengan majunya perkembangan keuangan
dan teknologi ini dan bervariasinya market market yang dapat digunakan untuk mencari
modal seperti pasar modal, pasar uang. Karena adanya pasar tersebut ini sangat
menguntungkan bagi perusahaan juga karena akan dengan mudah mendapatkan modal yang
relatif besar tanpa harus melewati persyaratan yang rumit seperti ketika meminjam dana
melalui bank karena harus melewati proses administrasi, adanya agunan dll. Dengan
banyaknya perusahaan yang mengeluarkan sekuritas guna memperoleh modal ini membuat
investor memperoleh kesempatan yang besar guna meneginvestasikan dananya ke sekuritas
ini, namun hal ini akan menjadi bahaya dan beresiko yang cukup besar apabila investor tidak
prudent dalam melakukan investasi.
Oleh karena itu kita harus prudent dalam melakukan investasi agar dapat melakukan
investasi di sekuritas yang tepat di perusahaan, perbankan atau lembaga keuangan yang
mengeluarkan sekuritas agar terhindar atau meminimalisir terjadinya kehilangan dana yang
kita investasikan dan agar dana yang kita investasikan dapat menghasilkan return yang
maksimal. Maka kita perlu mengetahui dan memahami analisis sekuritas agar dapat
menganalisis sekuritas yang akan kita investasikan bagi investor dan bagi perusahaan dengan
adanya analisis sekuritas ini dapat mengetahui apakah sekuritasnya dapat menghasilkan
return atau keuntungan yang maksimal atau tidak dan apakah menguntungkan atau malah
merugikan.

KESIMPULAN
Mengingat semakin menguntungkannya melakukan investasi di sekuritas ini dan
semakin banyak perusahaan yang mengeluarkan sekuritas guna mencari modal, maka
investor perlu berhati hati dalam melakukan investasi agar investasi yang dilakukan dapat
menghasilkan return yang diharapkan. Oleh karena itu perlu dibutuhkan analisis sekuritas
yang mana analisis ini sangat berguna untuk menganalisis sekuritas, apakah sekuritas tersebut
layak untuk dibeli dan apakah sekuritas tersebut mampu menghasilkan return yang
diharapkan dan apakah perusahaan yang mengeluarkan sekuritas tersebut mampu
membagikan deviden bagi pemegang sekuritas, itu gunanya bagi investor.
Jika bagi manajer perusahaan analisis sekuritas ini sangat berguna karena tujuan
manajer keuangan ini sendir bertugas untuk memaksimalkan nilai saham perusahaan.
Manajer keuanga harus memahami benar implikasi setiap keputusan yang diambil terhadap
aliran kas yang tersedia bagi investor, sebagai contoh manajer keuangan harus mengerti
seberapa besar pengaruh keputusa investasi, keputusan pemenuhan kebutuhan dana, dan
kebijakan dividen terhadap nilai atau harga pasar saham perusahaan. Tidak hanya itu saja

broker atau pialang sangat memerlukan analisis sekuritas, karena para broker ini melakukan
transaksi untuk pihak lain, melakukan analisa sekuritas dengan metode yang lebih kompleks,
lebih baik serta didukung peralatan, database dan tenaga ahli yang cukup sehingg mampu
mengevaluasi sekuritas secara cepat.
Mengingat pentingnya analisis sekuritas ini bagi banyak pihak, analisis sekuritas ini
harus dilakukan dengan prudent agar hasil yang diharapkan dari setiap melakukan transaksi
sekuritas dapat menghasilkan return yang maksimal dan dapat meminimalisir terjadinya
kerugian dari sekuritas tersebut.

Anda mungkin juga menyukai