Disusun oleh :
Kelompok 11
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
2021
Latar Belakang
A. ANALISIS TEKNIKAL
Analisis pasar atau sekuritas yang memusatkan perhatian pada indeks saham, harga atau
statistik pasar lainnya dalam menentukan pola yang mungkin dapat memprediksikan dari
gambaran yang telah dibuat. Atau analisis yang menganggap bahwa saham adalah komoditas
perdagangan yang pada gilirannya, permintaan dan penawarannya merupakan manifestasi
kondisi psikologis dari pemodal.
1. Asumsi Dasar Analisis Teknikal
a. Harga pasar ditentukan penawaran dan permintaan.
b. Permintaan dan penawaran dipengaruhi oleh banyak faktor, baik rasional maupun tidak.
c. Harga saham bergerak pada tren terus menerus dan berlangsung cukup lama, meskipun ada
fluktuasi kecil dipasar.
d. Perubahan tren disebabkan permintaan dan penawaran.
e. Pergeseran permintaan dan penawaran, tidak menjadi masalah mengapa terjadi, dapat
dideteksi lambat atau cepat melalui chart transaksi.
f. Beberapa pola chart berulang dengan sendirinya.
2. Model- model Analisis Teknikal
Banyak teori atau model-model yang digunakan oleh analisis teknikal. Pada umumnya
menggunakan chart (grafik-grafik), dengan nama pola yang satu dengan yang lain analisis
berbeda. Dengan menggunakan grafik-grafik itu, maka analisis itu disebut Chartis.
a. Dow Theory
Dow Theory merupakan salah satu analisis terkenal yang sudah lama dan cukup popular. Teori
ini terdiri dari 3 gerakan harga saham pada hari-hari perdagangan sebagai berikut :
1) Primary trends, secara umum dipasar dalam keadaan bear atau bull. Gambaran primary
trends adalah tujuan utama teori ini, yang dibagi menjadi dua, yaitu : Upward primary trend,
dan Downward primary trend.
2) Secondary movements, hanya beberapa bulan yang kadang-kadang disebut correction.
3) Tertiary moves adalah fluktuasi harian sederhana. Analisis membuat grafik dan memplot
harga saham-saham atau indeks pasar setiap hari dalam upaya menemukan primary trends
secondary movements.
b. The Head and Shoulders Top (HST)
The Head and Shoulders mempelajari pola perdagangan saham. Tingkah laku pasar yang
dibentuk teori ini dapat dikatagorikan dalam 4 fase, yaitu :
1) The left shoulder. Periode pembelian yang ramai dan diikuti dengan sepinya perdagangan
kemudian mendorong harga ke puncak yang baru sebelum harga mulai turun lagi.
2) The head. Dorongan pembelian yang besar, meningkatkan harga ketingkat yang tinggi,
kemudian jatuh dibawah puncak left shoulder
3) The right shoulder. Reli moderat di atas volume perdagangan saham untuk mengangkat
harga, tetapi gagal kepuncak the head sebelumnya, harga-harga mulai menurun.
4) The confirmation. Harga jatuh dibawah garis leher. Titik ini merupakan sinyal untuk menjual
saham.
Diantara ahli memang tidak ada saling kesepakatan mengenai jumlah prinsip yang harus
dipegang, namun paling tidak ada tiga prinsip yang kiranya bisa digunkan sebagai patokan
dalam memahami analisis teknikal . ketiga prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
Segala sesuatu yang terjadi yang mempengaruhi, baik rasional maupun irasional sudah
direfleksikan dalam harga yang terbentuk. Jadi, mengapa suatu harga saham naik atau turun atau
berada pada angka tertentu adalah suatu fakta yang tidak bisa diperdebatkan. Yang menjadi
patokan para analisis teknikal adalah “nilai” sesungguhnya suatu saham adalah ditentukan oleh
kekuatan permintaan dan penawaran yang tercermin pada harga saham.
Harga bergerak dalam suatu trend, dan trend ini tidak mungkin dimanipulasi. Jika
memang trend bergerak ke arah naik, tidaklah mungkin membuatnya turun, kecuali dalam suatu
titik tertentuakan menjadi puncak untuk kemudian berbalik arah (reversal) untuk mempermudah
pemahaman mengenai prinsip kedua ini,gerakan harga saham bisa dianalogikan dengan gerakan
mobil. Jika kita mengemudikan mobil, maka kita akan memulainya dengan kecepatan minimal.
Setelah memasuki arah yang dituju maka kecepatan mobil akan maksimal. Kemudian, untuk
berbalik arah, tentu tidaklah mungkin langsung membalik. Karena itu, kita akan memperlambat
laju mobil, kemudian secara perlahan berbalik arah. Harga saham juga demikian. Awalnya akan
bergerak ke satu arah, naik atau turun, untuk kemudian membuat sebuah trend. Trend ini akan
terus berusaha menuju arah yang dituju, sampai harga bergerak melambat dan memberi sinyal
bahwa harga akan berbalik, sebelum akhir harga bergerak menuju arah sebaliknya. Disini akan
dimulai trend baru, dan rangkaian peristiwa perjalanan trend akan berulang kembali.
Aksi pasar (market action) selalu berulang. Artinya, para analisis teknikal percaya bahwa
setiap investor akan mengulangi tindakan yang sama jika kondisi pasar yang terjadi juga sama.
Keadaan ini biasanya dipetakan dalam suatu diagram yang popular dengan sebutan chart
(sehingga para analis teknikal sering juga disebut sebagai chartist). Chart itu akan membentuk
suatu pola yang selalu berulang. Pola inilah yang dimanfaatkan oleh chartist untuk memprediksi
gerakan harga dimasa yang akan datang.
Ujung bawah dari chart ini adalah harga terendah yang pernah diperdagangkan dalam
periode waktu tertentu, sedangkan ujung atasnya adalah harga tertingginya. Garis vertikalnya
mewakili range (rentang) harga dalam periode waktu tersebut. Garis horizontal kecil yang
berada di sebelah kiri adalah harga pembukaan sedang kan yang berada disebelah kanan
merupakan harga penutupannya. Pada contoh diatas, harga pembukaan berada lebih rendah dari
pada harga penutupan. Namun harga pembukaan bias saja berada lebih tinggi dari pada harga
penutupan.
3. Candlestick chart
Dinamakan “candlestick” karena memang bentuknya mirip dengan lilin. Nama
lengkapnya adalah “japanase canclestick chart”, karena konon ia berasal dari negeri sakura.
Chart jenis ini menyediakan informasi yang sama persis dengan bar chart, hanya saja “postur”
tubuhnya lebih “seksi”.
Biasanya, body dari candlestick chart ini berwarna putih dan hitam.Jika body-nya
berwarna putih maka harga open-nya berada dibawah, sebaliknya jika body berwarna hitam
maka harga open berada diatas.Jadi, body itu sendiri menggambarkan jarak antara harga
pembukaan dengan penutupan dalam satu periode waktu tertentu.
Jika harga open dibawah harga close, maka bias disebut dengan bull candle. Dalam analisis
teknikal, istilah “bull” atau “bullish” digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga yang
naik. Untuk menggambarkan pergerakan harga yang turun, digunkan istilah “bear” atau
“bearish”, sehingga candlestick yang memilihi harga open diatas harga close disebut bear
candle. Gunakan saja “jembatan keledai” ini agar lebih gampang mengingatnya: BULL= naik,
BEAR = turun.
Dibawah ini adalah contoh tampilan grafik pergerakan harga menggunakan candlestick chart :
160 6
140
5
120
4
100
80 3 Volume
Close
60
2
40
1
20
0 0
01/05/2002 01/06/2002 01/07/2002 01/08/2002 01/09/2002
Grafik point & figure sangat membantu para investor ketika software pembuat grafik
belum ditemukan.Ini sebabnya begitu mudah pembuatannya dan sangat mudah informasi yang
diberikan. Berbeda dengan grafik-grafik lainnya, grafik point & figure tidak menggunakan
sumbu horizontal sebagai skala waktu, melainkan sebagai informasi skala dinamika pasar,
terutama naik dan turunnya harga. Semakin panjang panjang bidang horizontal yang digunakan,
menunjukan pasar yang sangat fluktuatif.Sebaliknya, jika grafik lebih banyak menggunakan
bidang vertical, ini menunjukkan pasar bergerak menuju tren tertentu, naik terus atau turun terus.
Grafik point & figure tidak menggunakan titik atau garis sebagai penanda harga,
melainkan tanda X dan O. tanda X digunkan untuk memberikan informasi adanya kenaikan
harga.Setiap tanda X atau O dilukiskan pada satu kotak mewakili satu pergerakan harga. Namun
tidak semua harga akan bisa mempengaruhi syarat untuk dijadikan wakil dari kenaikan (X) dan
penurunan (O). jadi, sebelum membuat grafik point & figure, kita harus menentukan dulu berapa
nilai setiap kotak dan berapa kotak yang akan dijadikan titik balik dari kenaikan harga atau
penurunan harga. Ini semua tergantung pada diiri sendiri.Prinsipnya, untuk investasi jangka
panjang, setiap kotak sebaiknya diberi nilai yang tinggi, sedangkan untuk investasi jangka
pendek, diberi nilai rendah.Demikian pula untuk titik balik.Untuk mendapatkan informasi yang
lebih akurat, sebaiknya titik balik diberi dengan lebih banyak kotak.
Sebagai contoh , berikut ini disajikan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Misalnya , kita sudah menentukan nilai setiap kotak adalah Rp 100, berarti perubahan nilai tukar
terhadap dolar AS hanya akan dicatat dalam kotak jika nilai perubahan tersebut minimal Rp 100
per dolar AS. Kita juga bisa menentukan satu kotak ini Rp 50.Seperti sudah dikatakan, semakin
kecil nilai kotak Rp 100.Selanjutnya, kita harus menentukan titik balik.Berapa kotak untuk
melukiskan adanya titik balik.Semakin banyak kotak yang kita tentukan, hasil grafik makin
akurat.Yang paling umum digunakan sebagai titik balikadalah titik kotak. Juka kita menganut
kaidah umum ini , berarti titik balik (perubahan harga dari naik keturun atau sebaliknya) hanya
akan kita lukiskan jika terjadi perubahan harga besar itu, kita tidak dibolehkan melukiskan titik
balik.
Pola Grafik
Setelah kita mahir membuat grafik, pekerjaan selanjutnya dalam analisis teknikal
adalah menentukan pola dari grafik yang kita buat tersebut. Ternyata dalam analisis
teknikal ini, pola grafik sangat penting sebab menurut hasil penelitian para analis
teknikal, pola pergerakan ini akan selalu berulang. Dengan demikian, jika kita berhasil
memetakan pola perilaku suatu instrument investasi, misalnya saham, kita akan memiliki
pola pengambilan keputusan, yaitu kapan waktunya membeli dan kapan waktunya
menjual.
Tidak ada ketentuan yang menetapkan suatu pergerakan harga instrument investasi
harus membentuk pola tertentu, kita bisa membuat pola sekehendak kita sendiri. Yang
terpenting adalalah pola tersebut bisa menghasilkan sinyal (signal) untuk pengambialan
keputusan , kapan harus membeli dan kapan harus menjual. Tentu saja keputusan yang
memberi keuntungan, yaitu membeli saat harga rendah dan menjual saat harga
tinggi.Meskipun kita diberi kebebasan membuat pola pergerakan harga instrumen
investasi yang kita miliki, namun sebagai referensi, terdapat beberapa pola yang popular
yang sering digunakan para analis teknikal.
B. ANALISIS FUNDAMENTAL
Apakah kriteria perusahaan bisa dikatakan sehat , ukuran yang bisa digunakan
adalah RLS (Rentabilitas,Likuiditas,Solvabilitas).RLS adalah rasio-rasio yang dihitung
dari angka-angka yang didapat dari laporan keuangan. Ada tiga laporan keuangan penting
yang harus dimilki perusahaan, yaitu neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan
modal.Contoh neraca dan laporan laba rugi seperti disajikan ketika kita membahas
prospectus. Sebenarnya menganilisis prospectus hampir sama dengan melakukan analisis
fundamental. Bedanya, pada analisis fundamental, rasio keuangan yang dihitung lebih
banyak lagi.Prinsipnya, semakin banyak rasio yang dihitung, semakin baik.
1. Searching adalah adalah langkah mencari data atau informasi, seperti telah
dikatakan sebelumnya, ada tiga laporan keuangan perusahaan yang diperlukan,
tetapi yang paling penting dan yangbanyak digunakan hanya dua, yaitu neraca
keuangan dan laporan laba rugi. Langkah mencari laporan keuangan atau
prospektus inilah yang dimaksud searching.
2. Counting adalah menghitung rasio-rasio keuangan, seperti current asset ratio deb
to equity ratio, dan lain sebagainya, pada perhitungan rasio ini, banyak sekali
variasinya masing-masing analisis mempunyai prioritas sendiri-sendiri ats suatu
rasio. Karna itu sangat mungkin terjadi suatu rasio muncul dalam analisis seorang
analis, tetapi tidak muncul, tidak dihitung pada hasil perhitungan analisis lain.
Semuanya betul, ini amat tergantung pada sudu pandang dan tingkat pengetahuan
yang dimiliki masing-masing analis, tetapi kaidahnya adalah semakin banyak rasio
yang dihitung, semakin baik hasil analisisnya.
3. Comparing adalah membandingkan rasio RLS dari perusahaan yang kita analisis
dengan pembandingan. Perbandingan ini terdiri atas :
a. Teori
b. Data Historis
c. Rata-rata industri
d. Perusahaan sejenis dan berskala
Sayangnya tidak semua rasio dalam teori itu punya patokan seperti current
ratio tadi.Lalu bagaimana? Itulah gunanya perbandingan yang lain. Jika kita tidak
bisa menemukan angka standar dalam teori, kita bisa menggunakan data historis,
yaitu data rasio RLS perusahaan dari tahun-tahun sebelumnya.Jika data historis
juga tidak tersedia, kita masih bisa menggunakan data rata-rata industry, kita juga
masih bisa menggunakan data sejenis yang tidak jauh berbeda.Dalam kasus ini,
kita memiliki beberapa perusahaan yang dijadikan pembanding.
Pendekatan dividen yield dan net asset value biasanya membandingkan nilainya
dengan nilai yang wajar menurut pertimbangan analisis. Sedangkan pendekatan PER dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Memperkirakan/memprediksi.
1. Tingkat diskon yang telah disesuaikan.
2. Tingkat pertumbuhan.
3. Dividen tunai per saham.
4. Earning per share.
5. Rasio pembayaran dividen.
b. P/E (price / earning) yang diperkirakan :
c. P/E sesungguhnya :
Hasil dari perhitungan yang digunakan oleh analisi fundamental adalah sebagai berikut :
1. Jika current P/E > E (P/E), saham dalam overpriced, ini merupakan saat menjual
saham yang kita miliki.
2. Jika current P/E < E (P/E), saham dalam underpriced, menunjukan bahwa saham
harus ditahan karena diperkirakan harga saham akan meningkat.
3. Jika current P/E = E (P/E), harga saham dalam keadaan terkoreksi, tidak ada
perubahan dari saham-saham.
.
DAFTAR PUSTAKA