Anda di halaman 1dari 17

Analisis Teknikal dan Fundamental Sektor Keuangan

(BMRI, BBNI, BBRI & BBCA)

Tugas Mata Kuliah Manajemen Investasi dan Portofolio

Disusun Oleh : Satedi Dp

NPM : B.312.3819.022

Dosen : Prof. Dr. Ir. Kesi Widjajanti, SE, MM


1. Pendahuluan

Analisa teknikal merupakan metode evaluasi instrumen investasi dengan


melakukan analisis statistik yang dihasilkan oleh aktivitas pasar seperti harga-harga
yang terjadi dan volume. Analisa teknikal tidak mencoba untuk mengukur nilai
intrinsik dari sebuah investasi atau komoditas, melainkan menggunakan grafk dan
metode lain untuk mengidentifkasi pola-pola yang dapat menunjukkan aktivitas masa
depan. sama seperti banyaknya model investasi di sisi fundamental, ada juga berbagai
jenis trader teknikal. Beberapa hanya mengandalkan pola grafik, yang lain
menggunakan indikator teknikal dan oskilator, dan sebagian besar menggunakan
beberapa kombinasi dari keduanya. Dalam situasi apapun, penggunaan eksklusif
analisa teknikal pada data harga historis dan volume menjadi pemisah utama dari
analisa fundamental. Tidak seperti analisa fundamental, analisa teknikal tidak peduli
apakah saham atau komoditas dalam keadaan undervalued, satu-satunya hal yang
penting adalah data perdagangan terdahulu dan informasi apa dimana data ini dapat
memberikan pandangan tentang kemungkinan pergerakan di masa depan.

Kritik utama dari analisa teknikal adalah pada vaktor hanya mempertimbangkan
pergerakan harga, mengabaikan faktor fundamental. Namun analisa teknikal
mengasumsikan bahwa, pada waktu tertentu, harga mecerminkan segala sesuatu yang
dimiliki atau dapat mempengaruhi, termasuk faktor fundamental.Analisa teknikal
percaya bahwa fundamental, bersama dengan faktor-faktor ekonomi yang lebih luas
dan psikologi pasar, semua difaktorkan ke dalam harga, menghilangkan kebutuhan
dari benar-benar mempertimbangkan factor-faktor ini secara terpisah.ini hanya
meninggalkan analisa pergerakan harga, yang dilihat teori teknikal sebagai produk
dari penawaran dan permintaan untuk instrument tertentu di pasar.
2. Pembahasan
2.1. Analisis Teknikal
Analisis pasar atau sekuritas yang memusatkan perhatian pada indeks
saham, harga atau statistik pasar lainnya dalam menentukan pola yang mungkin
dapat memprediksikan dari gambaran yang telah dibuat. Atau analisis yang
menganggap bahwa saham adalah komoditas perdagangan yang pada gilirannya,
permintaan dan penawarannya merupakan manifestasi kondisi psikologis dari
pemodal.
a. Asumsi Dasar Analisis Teknikal
1) Harga pasar ditentukan penawaran dan permintaan.
2) Permintaan dan penawaran dipengaruhi oleh banyak faktor, baik rasional
maupun tidak.
3) Harga saham bergerak pada tren terus menerus dan berlangsung cukup
lama, meskipun ada fluktuasi kecil dipasar.
4) Perubahan tren disebabkan permintaan dan penawaran.
5) Pergeseran permintaan dan penawaran, tidak menjadi masalah mengapa
terjadi, dapat dideteksi lambat atau cepat melalui chart transaksi.
6) Beberapa pola chart berulang dengan sendirinya.
b. Model- model Analisis Teknikal
Banyak teori atau model-model yang digunakan oleh analisis teknikal. Pada
umumnya menggunakan chart (grafik-grafik), dengan nama pola yang satu
dengan yang lain analisis berbeda. Dengan menggunakan grafik-grafik itu,
maka analisis itu disebut Chartis.
1) Dow Theory
Dow Theory merupakan salah satu analisis terkenal yang sudah lama dan
cukup popular. Teori ini terdiri dari 3 gerakan harga saham pada hari-hari
perdagangan sebagai berikut :
 Primary trends, secara umum dipasar dalam keadaan bear atau bull.
Gambaran primary trends adalah tujuan utama teori ini, yang dibagi
menjadi dua, yaitu : Upward primary trend, dan Downward primary
trend.
 Secondary movements, hanya beberapa bulan yang kadang-kadang
disebut correction.
 Tertiary moves adalah fluktuasi harian sederhana. Analisis membuat
grafik dan memplot harga saham-saham atau indeks pasar setiap hari
dalam upaya menemukan primary trends secondary movements.
2) The Head and Shoulders Top (HST)
The Head and Shoulders mempelajari pola perdagangan saham. Tingkah
laku pasar yang dibentuk teori ini dapat dikatagorikan dalam 4 fase, yaitu :
 The left shoulder. Periode pembelian yang ramai dan diikuti dengan
sepinya perdagangan kemudian mendorong harga ke puncak yang baru
sebelum harga mulai turun lagi.
 The head. Dorongan pembelian yang besar, meningkatkan harga
ketingkat yang tinggi, kemudian jatuh dibawah puncak left shoulder
 The right shoulder. Reli moderat di atas volume perdagangan saham
untuk mengangkat harga, tetapi gagal kepuncak the head sebelumnya,
harga-harga mulai menurun.
 The confirmation. Harga jatuh dibawah garis leher. Titik ini merupakan
sinyal untuk menjual saham.

Dalam perkembangan investasi modern, tampaknya keputusan investasi


lebih banyak mengandalkan analisis teknikal daripada analisis fundamental,
terutama untuk keputusan investasi jangka pendek. Menurut Meyers (1994:3), ini
terjadi karena pergerakan harga sekuritas bukan lagi secara random, melainkan
secara berulang dan membentuk pola tertentu yang dapat diidentifikasi.
Segala sesuatu yang terjadi yang mempengaruhi, baik rasional maupun
irasional sudah direfleksikan dalam harga yang terbentuk. Jadi, mengapa suatu
harga saham naik atau turun atau berada pada angka tertentu adalah suatu fakta
yang tidak bisa diperdebatkan. Yang menjadi patokan para analisis teknikal adalah
“nilai” sesungguhnya suatu saham adalah ditentukan oleh kekuatan permintaan
dan penawaran yang tercermin pada harga saham.
Harga bergerak dalam suatu trend, dan trend ini tidak mungkin
dimanipulasi. Jika memang trend bergerak ke arah naik, tidaklah mungkin
membuatnya turun, kecuali dalam suatu titik tertentu akan menjadi puncak untuk
kemudian berbalik arah (reversal). Untuk mempermudah pemahaman mengenai
prinsip kedua ini, gerakan harga saham bisa dianalogikan dengan gerakan mobil.
Jika kita mengemudikan mobil, maka kita akan memulainya dengan kecepatan
minimal. Setelah memasuki arah yang dituju maka kecepatan mobil akan
maksimal. Kemudian, untuk berbalik arah, tentu tidaklah mungkin langsung
membalik. Karena itu, kita akan memperlambat laju mobil, kemudian secara
perlahan berbalik arah. Harga saham juga demikian. Awalnya akan bergerak ke
satu arah, naik atau turun, untuk kemudian membuat sebuah trend. Trend ini akan
terus berusaha menuju arah yang dituju, sampai harga bergerak melambat dan
memberi sinyal bahwa harga akan berbalik, sebelum akhir harga bergerak menuju
arah sebaliknya. Disini akan dimulai trend baru, dan rangkaian peristiwa
perjalanan trend akan berulang kembali.
Aksi pasar (market action) selalu berulang. Artinya, para analisis teknikal
percaya bahwa setiap investor akan mengulangi tindakan yang sama jika kondisi
pasar yang terjadi juga sama. Keadaan ini biasanya dipetakan dalam suatu diagram
yang popular dengan sebutan chart (sehingga para analis teknikal sering juga
disebut sebagai chartist). Chart itu akan membentuk suatu pola yang selalu
berulang. Pola inilah yang dimanfaatkan oleh chartist untuk memprediksi gerakan
harga dimasa yang akan datang.

 Mengenal grafik untuk analisis teknikal


Dalam dunia analisis teknikal, dikenal 4 grafik, yang masing-masing
memiliki keistimewaan penggunaannya dan indicator yang diberikannya. Ke 4
jenis grafik itu adalah:
1. Garis grafik atau line chart
Line cart adalah grafik yang paling sederhana yang digambarkan sebagai
garis yng menghubungkan harga-harga penutupan.Misalnya : dalam beberapa hari
berturut-turut perdagangan ditutup pada harga 100, 200, 150, 250, dsb. Maka
level level harga tersebut dihubungkan dengan garis lurus. Dengan grafik ini kita
bias melihat pergerakan harga secara umum dalam satu periode waktu tertentu.
2. Grafik bar (bar chart)
Bar chart sedikit lebih rumit dari pada line chart. Chart jenis ini
memberikan informasi mengenai harga pembukaan, penutupan, harga tertinggi
dan terendah dalam satu periode tertentu. Karena memiliki informasi tersebut,
chart ini juga disebut dengan OHLC chart (Open-High-Low-Close). Berikut ini
adalah bentuk dasar dari bar chart.
Ujung bawah dari chart ini adalah harga terendah yang pernah
diperdagangkan dalam periode waktu tertentu, sedangkan ujung atasnya adalah
harga tertingginya. Garis vertikalnya mewakili range (rentang) harga dalam
periode waktu tersebut. Garis horizontal kecil yang berada di sebelah kiri adalah
harga pembukaan sedang kan yang berada disebelah kanan merupakan harga
penutupannya. Pada contoh diatas, harga pembukaan berada lebih rendah dari
pada harga penutupan. Namun harga pembukaan bias saja berada lebih tinggi dari
pada harga penutupan.
3. Candlestick chart
Dinamakan “candlestick” karena memang bentuknya mirip dengan lilin.
Nama lengkapnya adalah “japanase canclestick chart”, karena konon ia berasal
dari negeri sakura. Chart jenis ini menyediakan informasi yang sama persis
dengan bar chart, hanya saja “postur” tubuhnya lebih “seksi”.
Biasanya, body dari candlestick chart ini berwarna putih dan hitam.Jika
body-nya berwarna putih maka harga open-nya berada dibawah, sebaliknya jika
body berwarna hitam maka harga open berada diatas.Jadi, body itu sendiri
menggambarkan jarak antara harga pembukaan dengan penutupan dalam satu
periode waktu tertentu.
Jika harga open dibawah harga close, maka biasa disebut dengan bull
candle. Dalam analisis teknikal, istilah “bull” atau “bullish” digunakan untuk
menggambarkan pergerakan harga yang naik. Untuk menggambarkan pergerakan
harga yang turun, digunkan istilah “bear” atau “bearish”, sehingga candlestick
yang memilihi harga open diatas harga close disebut bear candle. Gunakan saja
“jembatan keledai” ini agar lebih gampang mengingatnya: BULL= naik, BEAR =
turun.
Dibawah ini adalah contoh tampilan grafik pergerakan harga menggunakan
candlestick chart :
160 70

140 60

120
50
100
40
80 Volume
30 Close
60
20
40

20 10

0 0
01/05/2002 01/06/2002 01/07/2002 01/08/2002 01/09/2002

4. Grafik point & figure


Grafik point & figure sangat membantu para investor ketika software
pembuat grafik belum ditemukan.Ini sebabnya begitu mudah pembuatannya dan
sangat mudah informasi yang diberikan. Berbeda dengan grafik-grafik lainnya,
grafik point & figure tidak menggunakan sumbu horizontal sebagai skala waktu,
melainkan sebagai informasi skala dinamika pasar, terutama naik dan turunnya
harga. Semakin panjang panjang bidang horizontal yang digunakan, menunjukan
pasar yang sangat fluktuatif. Sebaliknya, jika grafik lebih banyak menggunakan
bidang vertikal, ini menunjukkan pasar bergerak menuju tren tertentu, naik terus
atau turun terus.
Grafik point & figure tidak menggunakan titik atau garis sebagai penanda
harga, melainkan tanda X dan O. tanda X digunkan untuk memberikan informasi
adanya kenaikan harga.Setiap tanda X atau O dilukiskan pada satu kotak
mewakili satu pergerakan harga. Namun tidak semua harga akan bisa
mempengaruhi syarat untuk dijadikan wakil dari kenaikan (X) dan penurunan
(O). jadi, sebelum membuat grafik point & figure, kita harus menentukan dulu
berapa nilai setiap kotak dan berapa kotak yang akan dijadikan titik balik dari
kenaikan harga atau penurunan harga. Ini semua tergantung pada diiri sendiri.
Prinsipnya, untuk investasi jangka panjang, setiap kotak sebaiknya diberi nilai
yang tinggi, sedangkan untuk investasi jangka pendek, diberi nilai rendah.
Demikian pula untuk titik balik. Untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat,
sebaiknya titik balik diberi dengan lebih banyak kotak.
5. Pola Grafik
Setelah kita mahir membuat grafik, pekerjaan selanjutnya dalam analisis
teknikal adalah menentukan pola dari grafik yang kita buat tersebut. Ternyata
dalam analisis teknikal ini, pola grafik sangat penting sebab menurut hasil
penelitian para analis teknikal, pola pergerakan ini akan selalu berulang. Dengan
demikian, jika kita berhasil memetakan pola perilaku suatu instrument investasi,
misalnya saham, kita akan memiliki pola pengambilan keputusan, yaitu kapan
waktunya membeli dan kapan waktunya menjual.
Tidak ada ketentuan yang menetapkan suatu pergerakan harga instrument
investasi harus membentuk pola tertentu, kita bisa membuat pola sekehendak kita
sendiri. Yang terpenting adalah pola tersebut bisa menghasilkan sinyal untuk
pengambilan keputusan, kapan harus membeli dan kapan harus menjual. Tentu
saja keputusan yang memberi keuntungan, yaitu membeli saat harga rendah dan
menjual saat harga tinggi. Meskipun kita diberi kebebasan membuat pola
pergerakan harga instrumen investasi yang kita miliki, namun sebagai referensi
terdapat beberapa pola yang popular yang sering digunakan para analis teknikal.
6. Analisis Teknikal Pada Sektor Keuangan (BMRI, BBNI, BBRI & BBCA)
Gambar dibawah ini adalah data yang diambil pada aplikasi Mandiri
Sekuritas pada periode 01-01-2020 s.d 31-03-2020.
a. Grafik harga saham BMRI pada periode 01-01-2020 s.d 31-03-2020.
b. Grafik harga saham BBNI pada periode 01-01-2020 s.d 31-03-2020.

c. Grafik harga saham BBRI pada periode 01-01-2020 s.d 31-03-2020.

d. Grafik harga saham BBCA pada periode 01-01-2020 s.d 31-03-2020.

Jika dilihat dari ke-empat grafik diatas, maka Harga saham dari 4
perbankan tersebut mengalami penurunan yang sangat signifikan karena kondisi
bursa terkena dampak dari adanya penyebaran virus covid-19 yang melanda
seluruh dunia.

2.2. ANALISIS FUNDAMENTAL


Yang dimaksud analisis fundamental sebenenarnya melakukan penilaian
atas laporan penilaian keuangan perusahaan. Adapun target analisis fundamental
ini adalah memberikan jawaban atas pertanyaan, apakah perusahaan dalam kondisi
sehat atau tidak, jika sehat maka perusahaan tersebut layak untuk dijadikan tempat
investasi, misalnya dengan membeli saham.
Apakah kriteria perusahaan bisa dikatakan sehat, ukuran yang bisa
digunakan adalah RLS (Rentabilitas, Likuiditas dan Solvabilitas). RLS adalah
rasio-rasio yang dihitung dari angka-angka yang didapat dari laporan keuangan.
Ada tiga laporan keuangan penting yang harus dimilki perusahaan, yaitu neraca,
laporan laba rugi, dan laporan perubahan modal. Contoh neraca dan laporan laba
rugi seperti disajikan ketika kita membahas prospectus. Sebenarnya menganalisis
prospectus hampir sama dengan melakukan analisis fundamental. Bedanya, pada
analisis fundamental, rasio keuangan yang dihitung lebih banyak lagi.Prinsipnya,
semakin banyak rasio yang dihitung, maka akan semakin baik.

Enam langkah analisis fundamental :


1. Searching adalah adalah langkah mencari data atau informasi, seperti telah
dikatakan sebelumnya, ada tiga laporan keuangan perusahaan yang
diperlukan, tetapi yang paling penting dan yang banyak digunakan hanya
dua, yaitu neraca keuangan dan laporan laba rugi. Langkah mencari laporan
keuangan atau prospektus inilah yang dimaksud searching.
2. Counting adalah menghitung rasio-rasio keuangan, seperti current asset ratio
deb to equity ratio dan lain sebagainya. Pada perhitungan rasio ini, banyak
sekali variasinya masing-masing analisis mempunyai prioritas sendiri-sendiri
atas suatu rasio. Karena itu sangat mungkin terjadi suatu rasio muncul dalam
analisis seorang analis, tetapi tidak muncul, tidak dihitung pada hasil
perhitungan analisis lain. Semuanya betul, ini amat tergantung pada sudut
pandang dan tingkat pengetahuan yang dimiliki masing-masing analis, tetapi
kaidahnya adalah semakin banyak rasio yang dihitung, semakin baik hasil
analisisnya.
3. Comparing adalah membandingkan rasio RLS dari perusahaan yang kita
analisis dengan pembandingan yang terdiri atas :
a. Teori
b. Data Historis
c. Rata-rata industri
d. Perusahaan sejenis dan berskala

Perbandingan dengan teori adalah membanding hasil rasio RLS


perusahaan yang dianalisis dengan teori-teori yang ada di text book. Untuk
perhitungan current ratio, misalnya kalau text book setuju kalo nilainya
adalah 2 kali. Nah, jika hasil perhitungan perusahaan hanya 1,5 kali, berarti
kondisi perusahaan tidak baik, menurut teori. Kondisi yang jelek dari teori ini
kita beri tanda negative. Sebaliknya, jika nilai perusahaan lebih baik dari
standar teori, kita bisa memberinya dengan tanda positif.
4. Calculating adalah menjumlahkan masing-masing penilaian tersebut.
5. Concluding adalah menyimpulkan hasil perhitungan rasio.
6. Recomending adalah memberikan rekomendasi. Jika analisis ini hanya untuk
kita sendiri, tentu rekomendasi kita tujukan hanya untuk diri kita sendiri,
tetapi jika ada teman atau saudara meminta tolong kepada kita untuk
melakukan analisis, maka rekomendasi ini kita berikan kepada sahabat atau
saudara kita.

Model pendekatan yang popular dalam analis fundamental antara lain :


1. Pendekatan PER (price to earning ratio).
PER membagi harga saham pada suatu saat dengan EPS (earning per share).
2. Pendekatan dividen yield.
Membagi dividen yang diharapkan dengan harga pasar saham.
3. Pendekatan Net asset value.
Membagi net asset perusahaan dengan jumlah lembar saham yang beredar.
Analisis Fundamental Pada Sektor Keuangan (BMRI, BBNI, BBRI & BBCA)
1. Laporan keuangan BBRI

2. Laporan keuangan BBNI


3. Laporan keuangan BBCA
4. Laporan keuangan BMRI
Konsidi keuangan dari 4 perbankan yang ditampilkan dalam gambar diatas
tersebut nampak semuanya mempunyai rasio yang positif serta mengalami peningkatan
laba dari tahun ke tahun dan kondisi aset yang terus meningkat menunjukkan bahwa
dari ke-empat perbankan diatas mempunyai kondisi fundamental yang bagus dan layak
untuk para investor berinvestasi disana.

2.3. PERBEDAAN ANALISIS TEKNIKAL DAN FUNDAMENTAL


No Variable Fundamental Teknikal
1 Fokus perhatian (overvalued/ undervalued) Timing
harga (upward/downward)
2 Harison investasi Jangka menengah & Jangka pendek
panjang
3 Informasi utama Perusahaan/emiten Psikologis investor
4 Motif utama Deviden dan pertumbuhan Capital gain
5 Strategi utama Beli & simpan Berpindah
6 Karakter investor Penabung & investasi Pedagang & instutional

.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kamarudin Ahmad,SE.,M.M.2004.Dasar-dasar manajemen Investasi Dan


Portofolio.Jakarta: Rineka Cipta.
2. Sawidji Widoadmojo.2009. Pasar Modal Indonesia Pengantar & Studi Kasus, Bogor:
Ghalia Indonesia.
3. http://www.ceobisnis.com/2014/12/istilah-dan-cara-analisa;teknikal-saham.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai