Anda di halaman 1dari 12

TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP SANGKETA IMPORT

PARALEL MERK DAGANG

Disusun Oleh: ADILAH TIASTO

Npm: B1A021297

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BENGKULU 2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah serta
hidayah-Nya sehingga proposal saya yang berjudul TINJAUAN HUKUM
INTERNASIONAL TERHADAP SANGKETA IMPORT PARALEL MERK DAGANG
dapat terselesaikan. Proposal ini saya ajukan untuk memenuhi tugas

Sesuai dengan pepatah “Tak ada gading yang tak retak”, saya sangat menyadari,
bahwa proposal ini belum sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari semua pihak khususnya ibu dosen serta teman-teman
mahasiswa guna penyempurnaan makalah ini pada tahap berikutnya. Besar harapan saya
semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan juga sebagai pelengkap hasanah ilmu
pengetahuan.
BAB I

PENDAHULUAN

1. Judul : TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP SANGKETA


IMPORT PARALEL MERK DAGANG

2. Latar Belakang Masalah


Pertumbuhan perekonomian dalam suatu negara menunjukkan peningkatan
terhadap produksi barang dan atau jasa dan kualitas hidup masyarakat serta kondisi
kemajuan teknologi yang berada dalam wilayah tersebut. Untuk mencapai suatu
pertumbuhan ekonomi tentu ada faktor-faktor yang mampu mendorong peningkatan
perekonomian suatu negara. Kegiatan perdagangan termasuk salah satu kegiatan
ekonomi yang dapat mempengaruhi meningkatnya perekonomian suatu negara. Sebab
distribusi hasil produksi suatu barang dan atau jasa tentu akan diperdagangkan.
Karena itu pada proses distribusi produk yang telah dihasilkan tidak lepas dari
kegiatan ekspor dan impor. Kegiatan ekspor dan impor dilakukan untuk memenuhi
segala kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam suatu negara.
Ekspor dan impor tidak hanya terkait dengan pemasukan barang dari atau ke
ì ì ì ì ì

luar negeri, namun juga memperkenalkan mer ek dari produk yang ber sangkutan ke
ì ì ì ì ì ì ì ì ì

pasar internasional. Maka tidak heran mer ek memegang posisi penting dalam ranah
ì ì ì ì ì ì ì

perdagangan inter nasional. Hal ter sebut menjadi salah satu alasan mengapa mer ek
ì ì ì ì ì ì ì ì

perlu dilindungi. Merek merupakan suatu identitas dari suatu produk barang maupun
ì ì ì ì ì

jasa. Dalam hal ini merek dapat dipergunakan sebagai suatu lambang kualitas, ì ì ì ì

goodwill, standar mutu dari produk dihasilkan yang dapat diper gangkan dengan ì ì

jaminan guna untuk menghasilkan keuntungan dalam nilai yang cukup besar. Dalam ì ì ì

era globalisasi saat ini sebagian per mintaan masyarakat didunia dan juga khususnya
ì ì ì

masyarakat di Indonesia semakin meningkat ter hadap produk- produk inter nasionalì ì ì ì ì

yang berkualitas tinggi. ì

Per bedaan wilayah yurisdiksi dan hambatan masuknya suatu produk kedalam
ì ì ì

suatu negara member ikan kesempatan kepada pelaku pasar atau pelaku usaha untuk
ì ì ì ì ì ì ì ì

menjual barang-barang ber merek ter sebut/impor dengan harga yang cukup kompetitif.
ì ì ì ì ì ì ì ì

Hal ter sebut menimbulkan suatu kegiatan yang disebut dengan impor paralel. Impor
ì ì ì ì ì ì ì

paralel terjadi karena perbedaan harga yang disebabkan oleh fluktuasi nilai tukar mata
ì ì ì ì ì ì ì
uang dan per bedaan pajak di pasar yang ber beda. Hal ini memungkinkan barang yang
ì ì ì ì ì

dijual kembali dengan keuntungan oleh pihak ketiga.


ì ì ì ì ì

Impor paralel merupakan salah satu fenomena perdagangan internasional yang ì ì ì ì ì ì

paling penuh warna dan penuh dengan teka-teki. Konsumen yang menemukan adanya
ì ì ì ì ì ì ì ì

perbedaan harga ter sebut didunia, sangat membingungkan yang semakin menuju ke
ì ì ì ì ì ì ì ì

perdagangan inter nasional dan penghapusan hambatan per dagangan. Di negara


ì ì ì ì ì

pengimpor barang-barang ter sebut dapat mencipatakan kekacauan atau per masalahan
ì ì ì ì ì ì

terutama bagi para pelaku usaha yang menjual barang yang sama, diperoleh melalui
ì ì ì ì ì ì

jalur distribusi yang berbeda dan mungkin lebih mahal. Dalam kontek s ini Hak ì ì ì ì

kekayaan intelektual (untuk selanjutnya disebut dengan HAKI) dapat membantu


ì ì ì ì ì ì ì

untuk melarang per saingan usaha yang demikian. Apabila barang- barang yang dijual
ì ì ì

atau diimpor oleh pihak ketiga ter sebut ter masuk dalam lingkung paten, mer ek ì ì ì ì ì ì ì ì

dagang, dan hak cipta yang berlaku dinegara ter tentu ini, penjualan atau kegiatan ì ì ì ì ì ì

impor oleh pihak ketiga ter sebut pada umumnya dianggap melanggar HAKI. Pemilik
ì ì ì ì ì ì

produk/barang yang dilindungi oleh HAKI memiliki hak ek sklusif untuk ì ì ì

menempatkan barang ter sebut di pasar. Namun disi lain, terdapat sedikit keraguan
ì ì ì ì ì ì ì

bahwasanya sekali pemilik HAKI telah menempatkan barang-barang ter sebut di suatu ì ì ì ì ì ì ì

pasar baik oleh dirinya sendiri atau dengan per setujuannya, tidak banyak lagi yang
ì ì ì ì ì

dapat ia lakukan lebih jauh terkait dengan exploitasi komer sial ter sebut, seperti halnya ì ì ì ì ì ì ì ì ì

penjualan kembali dan sebagainya pada suatu pasar domestik/local.


ì ì ì ì

Di Indonesia peraturan terhadap per soalan impor paralel belum ada suatu ì ì ì ì ì ì

peraturan yang dengan tegas mengatur secara spesifik dan khusus. Namun dalam UU
ì ì ì ì ì ì

No. 20 Tahun 2016 tentang Mer ek dan Indikasi Geografis (untuk selanjutnya disebut ì ì ì ì ì ì

dengan UU Mer ek) pada Pasal 42 yang membahas mengenai perjanjian lisensi mer ek
ì ì ì ì ì ì ì ì ì ì

yang wajib dimohonkan pencatatannya pada Direktorat Jenderal HAKI melalui ì ì ì ì ì

menteri. Hal ini secara tidak langsung UU Mer ek tidak mengizinkan dan
ì ì ì ì ì ì

menyusutkan terjadinya kegiatan impor paralel. Dengan tujuan agar tidak terjadi
ì ì ì ì ì ì

lisensi kedua dan selanjutnya yang diber ikan oleh licensor, yang dinilai dapat
ì ì ì ì ì ì

merugikan pemegang lisensi yang ada di Indonesia. Akan tetapi peristiwa yang terjadi
ì ì ì ì ì ì ì ì

saat ini ialah pelaku usaha Indonesia yang melakukan impor paralel, yang dimana ì ì ì ì

mer eka mengimpor produk atau barang asli ter sebut diperoleh melalui pemegang
ì ì ì ì ì ì ì ì ì ì

lisensi yang berada di luar negeri. Sedangkan disisi lain di Indonesia sudah ada
ì ì ì ì ì ì

pemegang lisensinya sendiri. Sesungguhnya hal ter sebut tidak dapat diantisipasi ole h
ì ì ì ì ì ì ì ì
UU Merek di Indonesia, sesuai dengan pasal 42 yang disebutkan sebelumnya. Secara
ì ì ì ì ì ì ì ì ì

eksplisit dalam peraturan perundang-undangan mer ek di Indonesia tidak ter dapat


ì ì ì ì ì ì ì

pengaturan terkait atau menyinggung dengan prinsip exhaustion right.


ì ì ì ì ì

Per gerakan atas perdagangan barang dan jasa menimbulkan suatu fenomena
ì ì ì ì ì ì

diantaranya yaitu impor paralel. Impor paralel merupakan produk asli yang diimpor ì ì ì

dari negara lain tanpa izin dari pemilik Intellectual Property (IP). Per bedaan wilayah
ì ì ì ì ì ì ì

yurisdiksi dan hambatan masuknya suatu produk kedalam suatu negara member ikan ì ì ì ì

kesempatan kepada pelaku pasar atau pelaku usaha untuk menjual barang-barang
ì ì ì ì ì ì

bermer ek ter sebut (impor) dengan harga yang cukup kompetitif.


ì ì ì ì ì ì ì

Impor paralel merupakan produk asli yang diimpor dari negara lain tanpa izin ì ì ì

dari pemilik Intellectual Property (IP). Impor paralel sering disebut sebagai produk
ì ì ì ì ì ì ì ì

abu-abu, dan terlibat dalam isu-isu per dagangan inter nasional, dan kekayaan ì ì ì ì

intelektual. Impor paralel dapat dijelaskan. sebagai aktivitas penjualan produk


ì ì ì ì ì ì

bermuatan hak kekayaan intelektual, tetapi terjadi di luar kontrol dari pemilik hak
ì ì ì ì ì ì ì

kekayaan intelektual, utamanya karena dilakukan dari negara yang ber beda. Obyek
ì ì ì ì ì ì ì ì

impornya sendiri bukanlah barang bajakan (Herlambang, 2020). ì ì

Impor paralel sendiri berhubungan erat dengan prinsip habisnya Hak ì ì ì ì ì

Kekayaan Intelektual atau exhaustion of rights. Habisnya Hak Kekayaan Intelektual


ì ì ì ì ì ì ì

mengacu pada sejauh mana pemegang Hak Kekayaan Intelektual untuk mengontrol
ì ì ì ì ì ì ì ì

distribusi merek barang ter sebut (Cai, 2020). Mer ek memegang peranan penting ì ì ì ì ì ì ì ì ì ì

dalam suatu perdagangan, karenanya mer ek per lu untuk dilindungi. Mer ek merupakan ì ì ì ì ì ì ì ì

identitas dari suatu produk barang maupun jasa yang mana produk ter sebut bisa
ì ì ì

dikenali. Dalam hal ini mer ek dapat dipergunakan sebagai suatu lambang kualitas,
ì ì ì ì ì

goodwill, standar mutu dari produk dihasilkan yang dapat diper gangkan dengan ì ì

jaminan guna untuk menghasilkan keuntungan dalam nilai yang cukup besar. ì ì ì

Di Indonesia, isu impor paralel selalu dikaitkan dengan pelanggaran mer ek, ì ì ì ì ì ì ì

dimana barang- barang diper oleh dari luar neger i secara sah, kemudian dibawa masuk ì ì ì ì ì ì

ke Indonesia untuk tujuan komer sial, tanpa sepengetahuan dan per setujuan licensee
ì ì ì ì ì ì ì ì ì ì ì

(pemegang lisensi) atas mer ek, produk ter sebut di Indonesia. Impor paralel di
ì ì ì ì ì ì ì ì ì

Indonesia menjadi suatu per masalahan terkait perlindungan mer ek yang diatur dalam
ì ì ì ì ì ì ì

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Mer ek dan Indikasi Geografis. ì ì ì ì

Adanya impor paralel menimbulkan kerugian bagi pemilik Hak Kekayaan Intelektual. ì ì ì ì ì ì ì
Merek sebagai hak kekayaan intelektual pada dasarnya adalah tanda untuk
ì ì ì ì ì ì

mengidentifikasi dan membedakan produk dari satu perusahaan dengan perusahaan


ì ì ì ì ì ì ì

lain. Mer ek sebagai bagian dari Hak Kekayaan Intelektual tergolong dalam Hak
ì ì ì ì ì ì ì

Kekayaan Intelektual Industri. Kedudukan hukumnya trademark (mer ek) merupakan


ì ì ì ì ì ì ì ì

definisi hukum yang member ikan perlindungan dan upaya pemulihan jika suatu tanda
ì ì ì ì ì

perdagangan digunakan oleh pihak yang tidak memiliki kewenangan untuk itu (Jened,
ì ì ì ì ì ì ì

2015). Berdasarkan latar belakang diatas maka hal yang bisa diambil sebagai bahan
ì ì ì

penelitian
ì ì adalah "TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL ì TERHADAP ì

SANGKET A IMPORT PARALEL MERK DAGANG" ì ì ì

3. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang diatas maka penulis menyimpulkan mengenai
ì ì ì ì ì ì ì

rumusan masalah
1) Bagaimana upaya penyelesaian hukum sangketa import paralel dalam merk ì ì ì ì ì ì

dagang ?
2) Bagaimana peraturan import paralel dalam merk dagang ? ì ì ì

4. Kerangka pemikiran
ì ì

Menurut pandangan Sugiyono, penting bagi seorang peneliti untuk memiliki


ì ì ì ì ì ì

pemahaman yang kuat ter hadap berbagai teori sebagai dasar untuk membentuk
ì ì ì ì ì ì ì

argumentasi yang solid dalam menyusun kerangka pemikiran. Dalam kerangka


ì ì ì ì ì

pemikiran ini, peneliti merumuskan hipotesis yang didasarkan pada teori-teori yang
ì ì ì ì ì ì ì

telah dipahami. Kerangka


ì ì pemikiran juga
ì ber fungsi sebagai uraian yang
ì ì

mengidentifikasi tanda-tanda yang menjadi fokus atau objek dalam kasus yang sedang
ì ì ì ì ì

diteliti. Sementara menurut pandangan Abdullah, kerangka ber pikir merupakan


ì ì ì ì ì ì ì

fondasi pemikiran yang melibatkan per paduan antara teori dengan fakta, hasil
ì ì ì ì ì

obser vasi, dan penelitian kepustakaan. Hal ini kemudian menjadi landasan atau dasar
ì ì ì ì ì ì

bagi pelaksanaan penelitian. Dalam kerangka ber pikir, variabel-variabel penelitian


ì ì ì ì ì ì ì ì ì

dijelaskan dengan lebih mendalam dan disesuaikan dengan per masalahan yang tengah
ì ì ì ì ì ì ì ì

menjadi fokus penelitian. Dengan demikian, baik menurut pandangan Sugiyono


ì ì ì ì ì ì

maupun Abdullah, kerangka pemikiran atau kerangka ber pikir memiliki per an sentral ì ì ì ì ì ì ì

dalam penelitian. Mer eka menyediakan landasan yang kokoh untuk pembentukan
ì ì ì ì ì ì ì ì

hipotesis dan penyelidikan lebih lanjut ter hadap permasalahan yang sedang diteliti.
ì ì ì ì ì ì ì ì

Kerangka pemikiran memungkinkan peneliti untuk memahami kontek s dan ruang


ì ì ì ì ì ì ì
lingkup penelitian secara lebih komprehensif, serta memberikan landasan yang solid
ì ì ì ì ì ì ì ì ì

untuk menjawab pertanyaan-per tanyaan penelitian.


ì ì ì ì ì

5. Metode penelitian
ì ì ì ì

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dengan


ì ì ì ì ì ì ì

metode per bandingan hukum. Dengan menggunakan data sekunder yang diper oleh
ì ì ì ì ì ì ì ì ì

dari studi kepustakaan. Ter hadap data-data yang dikumpulkan kemudian dianalisis ì ì ì

dengan metode analisis kualitatif deskriptif yang kemudian disusun secara sitematis
ì ì ì ì ì ì ì

untuk mendapatkan suatu kejelasan terhadap pokok per masalahan. Kesimpulan dari
ì ì ì ì ì ì

hasil proses analisis data yang disampaikan secara deskriptif yakni jawaban atas
ì ì ì

rumusan per masalahan dalam penelitian ini. ì ì ì

a. Jenis penelitian
ì ì ì

Penulis menggunakan jenis penelitian hukum Normatif atau penelitian


ì ì ì ì ì ì ì

hukum normatif ini adalah penelitian yang melihat peraturan hukum yang berlaku ì ì ì ì ì

atau diterapkan ter hadap suatu masalah hukum tertentu. Penelitian normatif ì ì ì ì ì ì

seringkali disebut dengan penelitian doktrinal, yaitu penelitian yang objek


ì ì ì ì ì ì ì ì

kajiannya adalah
Penelitian hukum normatif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk
ì ì ì ì ì ì

menemukan solusi untuk masalah hukum tertentu dengan menyelidiki dan


ì ì ì ì ì ì ì

mempelajari hukum sebagai norma, aturan, asas, prinsip, teori, dan kepustakaan
ì ì ì ì ì

lainnya. Penelitian hukum normatif biasanya "hanya" studi dokumen; itu berarti ì ì ì ì

mencari solusi untuk masalah hukum ter tentu dengan menggunakan bahan hukum
ì ì ì ì ì

seper ti keputusan pengadilan, kontrak, per janjian, asas dan prinsip hukum,
ì ì ì ì ì

doktrin, teori, dan kepustakaan lainnya.Penelitian normatif ber tujuan untuk ì ì ì ì ì

mengidentifikasi, menganalisis, dan menafsirkan hukum atau norma yang berlaku


ì ì ì ì ì

dalam suatu sistem hukum atau bidang ter tentu. Tujuan utamanya adalah untuk ì ì ì

memahami aspek normatif atau hukum suatu masalah, konsep, atau fenomena,
ì ì ì ì ì

serta untuk memberi pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana hukum atau
ì ì ì ì ì ì

norma ter sebut seharusnya diterapkan atau diinterpretasikan. Beberapa tujuan ì ì ì ì ì ì ì ì

khusus dari penelitian normative meliputi: ì ì ì ì

1) Mengembangkan Teori Hukum : Penelitian normatif dapat membantu dalam


ì ì ì ì ì ì

mengembangkan teori-teori hukum yang memperkuat dasar-dasar filosofis


ì ì ì ì ì ì

atau konseptual dari hukum tertentu. ì ì ì


2) Menyediakan Panduan untuk Pengambilan Keputusan : Penelitian normatif
ì ì ì ì ì ì

dapat memberikan panduan bagi pembuat kebijakan atau pengambil keputusan ì ì ì ì ì ì

dalam menerapkan atau menginter pretasikan hukum secara tepat. ì ì ì ì ì ì ì

3) Memper baiki Kualitas Peraturan : Dengan menganalisis norma-norma yang


ì ì ì ì ì

ada, penelitian normatif dapat membantu dalam mengidentifikasi kekurangan


ì ì ì ì ì ì

atau inkonsistensi dalam peraturan-peraturan yang ada dan memberikan ì ì ì ì ì

rekomendasi untuk per baikan.


ì ì ì

b. Pendekatan penelitian
ì ì ì ì

Dengan pendekatan penelitian, peneliti akan mendapatkan informasi dari


ì ì ì ì ì ì ì ì

berbagai aspek mengenai isu hukum yang hendak dijawab Pendekatan penelitian
ì ì ì ì ì ì ì ì ì

yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah Pendekatan Perundang- ì ì ì ì

undangan (Statute Approach). Metode ini juga disebut sebagai pendekatan ì ì ì ì ì ì ì

normatif hukum. Metode ini pada dasarnya dilakukan dengan memeriksa setiap ì ì ì ì ì ì

peraturan hukum yang terkait dengan masalah (isu hukum) yang sedang dihadapi.
ì ì ì ì

Peraturan perundang-undangan adalah sumber utama penelitian ini. Selain itu,


ì ì ì ì ì ì

penulis menggunakan pendekatan konseptual yang berasal dari per spektif dan
ì ì ì ì ì ì ì ì

doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum, yang dapat digunakan sebagai dasar ì ì ì

untuk membangun argumen hukum saat menyelesaikan masalah hukum. ì ì ì ì ì

Selanjutnya, penulis menggunakan pendekatan kasus, atau pendekatan kasus,


ì ì ì ì ì ì ì

yang menjelaskan konsep, pengertian, dan asas hukum yang relevan dengan
ì ì ì ì ì ì ì ì

masalah ter sebut.Ketiga pendekatan ter sebut akan membantu penulis dalam ì ì ì ì ì ì ì ì ì

menemukan kesesuaian antara pengaturan yang ada dengan masalah yang terjadi
ì ì ì ì ì ì ì

serta menghubungkannya dengan pandangan dan doktrin ahli hukum yang


ì ì ì

relevan.
ì ì

Sehingga penulis dapat membangun suatu argumentasi hukum yang dapat


ì ì ì ì

digunakan untuk memecahkan isu hukum yang akan diteliti. ì ì ì

c. Metode Pengumpulan Data ì ì ì

Data dan informasi sekunder yang penting untuk penelitian dikumpulkan ì ì ì ì ì

melalui studi kepustakaan, juga dikenal sebagai studi kepustakaan. Sumber -


ì ì ì ì ì ì

sumber ini ter masuk buku-buku, jurnal, makalah, dan sumber informasi lainnya,
ì ì ì

ter masuk data yang terdokumentasi di situs web yang relevan. Metode pustaka ini
ì ì ì ì ì ì ì ì

digunakan untuk mengumpulkan data ilmiah tentang tinjauan literatur, diskusi ì ì ì

teori, dan konsep yang terkait dengan tindak pidana kekerasan seksual dalam
ì ì ì ì ì ì ì

konflik ber senjata.Penulis melakukan studi pustaka baik secara daring maupun
ì ì ì ì ì
luring. Studi pustaka luring dengan memanfaatkan buku-buku yang ada di ì ì

perpustakan Fakultas Hukum Universitas Bengkulu, hingga per pustakan


ì ì ì ì

Universitas Bengkulu ser ta buku-buku pribadi. Untuk studi pustaka daring


ì ì ì

dilakukan dengan menelusuri jurnal-jurnal hukum terkait di internet, serta e-book


ì ì ì ì ì ì ì ì

yang memiliki keterkaitan dengan topik yang diangkat.


ì ì ì ì

d. Metode pengolahan Data


ì ì ì

Pengelolaan ì ì bahan hukum dilakukan oleh


ì penulis
ì dengan ì

menginventarisasi dan mensistematisasi bahan hukum primer, sekunder, dan


ì ì ì ì ì ì ì

ter sier yang telah dikumpulkan agar tidak ada kontradiksi antara bahan hukum
ì ì ì

yang telah dikumpulkan. ì

e. Metode Analisa Data


ì ì

Penulis menggunakan analisis kualitatif dengan baik dalam penelitian


ì ì ì ì ì

hukum normatif ini. Setelah dikumpulkan dan diproses, bahan hukum ditafsirkan ì ì ì

atau ditafsirkan. Setelah penafsiran selesai, tatanan kalimat yang efektif, teratur, ì ì ì ì ì ì ì ì

logis, dan tidak tumpang tindih akan ter bentuk. Dengan mengacu pada teori, ì ì ì ì ì

konsep, peraturan perundang-undangan, doktrin, prinsip hukum, pendapat pakar,


ì ì ì ì

dan pendapat penulis sendiri, kalimat ini bertujuan untuk memper mudah
ì ì ì ì ì ì

penafsiran data dan pemahaman


ì ì
DAFTAR PUSTAKA

Adami Chazawi , 2008. Pelajaran Hukum Pidana 1. Jakarta : PT. Rajaa Grafindo ì

Per sada.
ì

Amiruddin, 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta : PT. Raja Grafindo
ì ì ì ì ì

Per sada.
ì

Andi Hamjah, 1991. Asas-Asas Hukum internasional. Jakarta. Pener bit : PT. Rineka ì ì ì ì

cipta.

Bambang, Sunggono, 2003. Me todologi penelitian Hukum. Jakarta : PT. Raja ì ì ì

Grafindo Per sada ì

Chairul Anwar, 1997. Hukum Adat Indonesia Meninjau Hukum Adat Minangkabau. ì ì

Jakarta : Pener bit PT Rineka Cipta.ì ì ì

Eman Sulaeman , 2008. Delik Perzinaan .Semarang : Wali songo Press.


ì ì ì ì ì ì

Hilman Adi Kusuma, 1985. Hukum Pidana Adat. Bandung : Pener bit Pustaka Diklat ì ì

Alumni.

I Made Widyana, 1993. Kapita Selekta Hukum Pidana Adat. Bandung : Pennerbit
ì ì ì ì ì

PT.Eresco ì ì

Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI )


ì ì

Keputusan Ninik Mamak Nan Duo Pulah Di Nagari Inderapura.


ì ì

Khudzaifah Dimyati, 1945-1990. Teorisasi Hukum. Yogyakarta : Genta Publising. ì ì

KUHP, Terjemah Moelyanto. ì ì ì

KUHP, Terjemah R.Soesilo. ì ì ì

Moeljatno. 2008. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Jakarta : PT Bumi Aksara.


ì

Surat Keputusan Mahkamah Agung No.8 athun 1980 tentang pasal 284 KUHP.
ì ì
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai