Anda di halaman 1dari 216

::2

$
fl*n***
Itrnh,
rE
IIIT
'--'*Ji'
IItr*
IF*T
iT
I 1 ---
-iwry.
\SIIWIT{,
Er\!t _. /

Sukaria Sinulingga

F0duksi
@GRAHAILMU

Sukaria Sinulingga

PerGnGanaan
Pengendalian
Produk$l
PERENCANAAN DAN PENGENDATIAN PRODUKS!
Oleh : Sukaria Sinulingga

i
..;!:
Edisi Pertama
Cetakan Pertama, 2009 ?b? "tt l7t2k/ ?/zotz t Kutu Pengantar
Hak Cipta O 2009 pada penulis,
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atar.r memindahkan
sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun
rnekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya,
tanpa izin tertulis dari penerbit.

GRAHA ILMU
Candi Cebang Permai Blok R/6
Yogyakarta 5551 1
alah satu faktor penting dalam pembangunan ekonomi di ne-
Telp. : A274-882262;0274-4462135 gara berkembang ialah peningkatan sektor produksi yang berba-
Fax. : O2744462-1i6 sis pada kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh negara
E-mail : info@grahailmu.co.id
tersebut. Persaingan global yang telah mewarnai pembangunan eko-
nomi sejak pertengahan dekade terakhir Abad XX telah memuncul-
kan paradigma baru di sektor industri pengolahan. Maksud dan tu-
juan perusahaan industri manufakturing telah bergeser dari keinginan
mendapatkan laba sebagai tujuan utama menjadi keinginan untuk
memuaskan pelanggan. Untuk mencapai keinginan tersebut kegiatan
Sinulingga, Sukaria
produksi direncanakan sedemikian rupa sehingga kebutuhpn pelang-
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKS I,i Sukarra
gan dapat dipenuhi tepat waktu, tepat mutu pada tingkat produktivitas
Sinulingga
-Edisi Pertama - yogyakarta,. Graha I1rnu,2009 yang tinggi. Ketiga sasaran tersebut sangat penting karena persaingan
x + 418 hlm, 1 Jil. : 23 cm. telah memberi semakin banyak pilihan pada para pelanggan dalam
ISBN: 9'/ 8-9'7 9-1 56-521-3 hal mutu dan harga yang sangat bersaing sehingga mereka semakin
tidak bersedia memberikan toleransi terhadap produk-produk yang
tidak dapat memberikan kepuasan kepada mereka secara maksimal.
l. Teknik I. Judul Kita semua telah sepenuhnya memahami bahwa kunci dari ke-
berhasilan dalam kegiatan produksi ialah sumber daya manusia. Ne-
gara yang kaya dengan sumber daya alam baik berupa sumber daya

\/
energi maupun bahan mentah jika tidak disentuh
oreh surnber daya konsep supply chain management, para pembaca secara terintegrasi
yang memiliki pengetahua, dan keterampilan yang
memadai tidak serta kemampuan menyusun rencana yang terintegrasi pula.
akan mendapatkan nirai tambah yang besar secara
kreatif merupakan
persyaratan dalam menghasilkan nilai tamhrah
pada setiap unit produk
Tidak sedikit waktu yang dihabiskan dalam menyusun dan
yang dihasilkan dari bahan mentah dan energi mengoreksi/mengedit buku ini. Namun demikian, sangat disadari
tersebut" Kemampuan
menghasilkan produk-produk secara kreatif dirancrasi berbagai kekurangan masih banyak ditemukan baik daram har peng-
oreh kemam-
puan dalam menyusun rencana produksi yang gunaan istilah-istilah yang masih campuran bahasa, maupun ketajam-
mampu menjawab
pertanyaan pasar yang sangat dinamis yaitu produk an analisis dalam bagian-bagian tertentu dan lain sebagainya. Korek-
apa, mutu yang
bagaimana, berapa banyak dan kapan harus sudah si dan penyempurnaan akan terus dilakukan sehingga sampai pada
tersedia di pasar.
akhirnya akan dapat diterbitkan buku yang memenuhi kaidah buku
Buku Perencanaan dan pengendarian produksi inidisusun
untuk standar.
memberikan pengetahuan dan pengararnan kepada pembaca.
Buku
ini disusun secara komprehensif yang meriputi p"rnuh"rrn Dengan selesainya buku ini penulis mengucapkan terima kasih
terhadap
konsep dasar manufakturing dan rancrasan berpikir yang sebesar-besarnya kepada Penerbit Graha llmu yogyakarta yang
iu.st-in-time guna
menanamkan kepekaan yang tinggi tentang pemborosan. telah melakukan pekerjaan berat setting, pencetakan dan distribusi
Selanjut_
nya, sistem perencanaan yang terintegrasi yang buku ini sehingga tersedia dan dapat digunakan oleh para pembaca
meliputi perencanaan
jangka panjang, jangka menengah khususnya yang memperdalam pengetahuan dalam bidang Teknik ln-
dan jangka pendek atau lebih pop_
uler dengan perencanaan operasionar criberikan dengan dustri di seluruh wilayah teknik lndustri di seluruh wilayah tanah air.
contoh yang
mudah dipahami untuk memberikan pengaraman kepada
pembaca
dalam menyusun rencana dan program sebagai turunan
dari rencana
jangka panjang dan jangka menengah. Sukaria Sinulingga

Dalam beberapa bab disajikan pura secara khusus


aspek ma-
nufakturing yaitu perencanaan proses Manufakturing.
Rekayasa se-
rempak, lntegrated Manufacturing systems dan Com puter
tntegrated
Design untuk memperkaya pengetahuan tentang
aspek rnanufakturing
yang kurang dicakup daram program studi reknik
rndustri. pada ba-
gian akhir buku ini disajikan bab Supply Chain
Managemenr, suatu
pengetahuan yang semakin popurer juga skara
menangah. Konsep
supply chain management terah diakui sebagai metodelang
sangat
efektif dan mensinkronkan kegiatan dan proses bisnis dari
hulu sampai
hilir yang mencakup suppliers, manufakturers, distributors
dan cus-
tomer sebagai satu kesatuan. Dengan memahami secara
mendaram

w Perenconaan dan pengendalion produki Kata Pengantar wt


Daftar Isi

KATA PENCANTAR V

DAFTAR ISI vii


BAB 1 PENDAHULUAN 1

BAB 2 PERENCANAAN PRODUKSI 23


BAB 3 SEJARAH PERKEMBANCAN MANUFACTURINC 45
BAB4 PRINSIP-PRINSIP IUST-IN-TIME 63
BAB 5 SISTEM PERENCANAAN DAN PENCENDALIAN
PRODUKSI 81
BAB 6 PERENCANAAN JANCKA PANJANC 91
BAB 7 PERENCANAAN JANCKA MENENCAH 129
BAB B PERENCANAAN OPERASIONAL 143
BAB 9 TEKNOLOCI KELOMPOK 243
BAB 10 PULL PRODUCT'ON SYSTEM 279
BAB 11 COMPUTER-BASED PRODUCTION CONTROT
5v5rEMs 295
BAB 12 PERENCANAAN PROSES MANUFACTURINC 311
BAB 13 REKAYASA SEREMPAK 331
BAB 14 /NTECRATED MANUFACTUR/NCSYSTIMS 349
BAB 15 COMPUTER DESICN BAB
'NTECRATED
MANUFACTURINC SYSTEM 361
BAB 16 SIJPPLY CHAIN MANACEMENT
DAFTAR PUSTAKA
381 1
415
TENTANC PENULIS
417
Penduhulusn
-oo000-

1.1 Pentlantar
eberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya di
tentukan oleh berbagai faktor, salah satu di antaranya yang
terpenting ialah kemampuan mendapatkan order dari
para peldrrfgannya. Agar produk-produknya menarik bagi pelanggan,
perusahaan harus selalu berupaya meningkatkan mutu produk dan
pelayanannya serta rnenawarkan harga yang wajar bagi setiap produk
yang di inginkan pelanggan. lstilah mutu dan pelayanan diartikan se-
bagai kemauan dan kemampuan manajemen perusahaan merespon
secara cepat permintaan pelanggan dan mengirimkan produk yang
di minta sesuai dengan mutu dan jadwal yang dijanjikan. Ketiga faktor
yaitu pengiriman tepat waktu (timeliness of deliveries), mutu yang se-
suai dengan harapan (expected quality) dan harga yang wajar (reaso-
nable price) mungkin dapat dikatakan sebagai determinan persaingan
karena setiap pelanggan selalu menilai mutu vendornya paling tidak
dalam hal ke tiga faktor di atas. Perusahaan yang menyadari posisinya
dalam persaingan memperebutkan pangsa pasar pasti berupaya untuk
mendapatkan nilai (rate) terbaik di mata para pelanggan. Rate terbaik
akan dapat diperoleh apabila perusahaan memiliki rencana produksi

Perenconaan dan pengendali an produksi


yang baik dan akurat serta meraksanakannya
di rantai pabrik secara Untuk mengatasi kelemahan di atas, berbagai metode dan
efektiI
teknik perencanaan dan pengendalian produksi telah dikembangkan
Daram praktek, tidak sedikit masalah yang oleh para pakar dan praktisi. Beberapa dari metode tersebut telah di-
dihadapi oreh
manajemen dalam menyusun rencana produksi rasakan oleh para manajer perusahaan sangat membantu bahkan ada
yang baik. Masarah
mulai dirasakan dari tahap awar yaitu identifikasi yang mengklaim bahwa metode tertentu yang digunakannya benar-
keinlinan peranggan
dan kekuatan persaingan. Tidak ada satu benar efektif. Metode perencanaan produksi yang telah dikembangkan
data dan informasi pun yang
tersedia secara akurat untuk mengetahui dan diimplementasikan dalam sektor manufacturing cukup beragam.
produk apa, berapa banyak,
pada tingkat mutu yang bagaimana yang Ditinjau dari kronologi penemuannya, metode-metode yang berkem-
diinginkan pelanggan yang
dapat digunakan sebagai data dasar perencanaan. padahar, bang pada awalnya ialah berkenaan dengan aspek pengendalian khu-
daram era
persaingan bebas ini para peranggan susnya pengendalian persediaan bahan, work-in-progress dan produk
semakin tidak bersedia memberi_
kan toleransi kepada produk yang tidak akhir (finished products) karena aspek ini lebih sederhana atau tidak
memenuhi hur"pun mereka
baik dalam hal jadwar pengiriman, mutu serumit aspek perencanaan produksi.
dan harga juar yang harus
mereka bayar. Data dan informasi tentang permintaan
peranggan se. Metode Economic order euantity (EOe) dikenal sebagai mo_
penijumlah permintaan, jadwar pengiriman,
tingkat mutu dan kesang- del perencanaan produksi pertama yang menekankan pada aspek pe-
gupan/kesediaan membeli sangat
sulit disediakan secara akurat karena ngendalian persediaan. Metode yang dikembangkan oleh Harris dan
menyangkut informasi di masa yang akan
datang bukan pada masa dipopulerkan oleh wilson ini menggunakan model matematik dalam
kini. Masalah kelangkaan data dan informasi
akurat ini sering disebut menemukan besar order (order size) pengadaan bahan-bahan keper-
sebagai masalah fundamental perencanaan
produksi (the fundamental luan manufacturing untuk mendapatkan totar biaya persediaan yang
problem of production planning). Seperti
dikatakan oleh Calgut dari paling ekonomis. Teknologi Kelompok (Croup Technology) adalah
School of Manufacturing, Cranfield lnstitute
of Technology, ....pro_ metode perencanaan produksi yang mengintegrasikan proses produksi
dudion needs to be pranned precisery, yet ail
data and information dengan layout lantai pabrik. Metode yang dikembangkan oleh Bur-
avai lable are i mprecise...
bidge ini menyederhanakan perencanaan dan pengendalian produksi
Perencanaan produksi seraru membutuhkan melalui pengelompokan komponen-komponen produk ke dalam fa-
data dan informasi
yang akurat, mutahir dan tepat waktu mili berdasarkan kemiripan (similarity) operasi manufacturingnya.
tidak hanya tentang permintaan
pasar tetapi juga mengenai sumber Metode ini telah diadopsi secara luas dan dilaporkan sebagai cukup
daya produksi yrng t"rredia atau
perlu disediakan- pada umumnya, data efektif untuk digunakan pada sistem produksi yang menghasilkan
dan informari-yang dibutuh-
kan dalam mengidentifikasi kebutuhan peranggan produk yang banyak ragamnya.
ainaiittJn merarui
teknik peramalan sehingga sifatnya adarah estimasi
atau perkiraan. Tidak sedikit pula metode perencanaan produksi yang menekan-
Rencana produksi yang disusun dengan menggunakan
data dan in- kan pada perbaikan teknik peramalan terhadap permintaan pelang-
formasi yang sifatnya estimasi tentu tidak
mungkinmenghasirkan ren- gan. Metode-metode peramalan tersebut pada umumnya menggu-
cana dan program yang akurat. Har ini membuat
peraksanaan rencana nakan model matematik untuk mengestimasi besarnya permintaan
tersebut di lapangan tidak sedikit mengarami
masarah dan kendala. pelanggan terhadap produk yang akan dihasilkan. Beberapa di
antara

Perencanoan dan pengendoli an produ ksi


Pendahuluan
krknik tersebut ialah expon ential smoothing technique, Holt,s
method Evaluasi menyeluruh terhadap hasil implementasi MRp menun-
rlan Box Jenkin procedure yang masing-masing dinirai ampuh
<Jalam jukkan bairwa prosedur yang komprehensif dan sangat
msn/apatkan data dan informasi yang lebih dapat dipercayai. logis terse-
Namun but ternyata lebih banyak melaporkan kegagalan, terutama pada
demikian, karena teknik dan model-model tersebut hanya berupa
ba_ perusahaan yang mengimplementasikan secara utuh. o/ive
gian-bagian kecildalam sistem perencanaan produksi yang
utuh maka
r wight,
menuduh bahwa ketidakmampuan manajemen dalam menyediakarr
permasalahan perencanaan masih tetap signifikan.
data akurat merupakan sumber utama kegagalan implementasi. Kare-
Menjelang penghujung tahun 1 960_an, na cara penyediaan data dan informasi akurat tidak pernah ditemukan
loseph.Orlicky mengem_
bangkan metode perencanaan produksi yang disebu tnya Mater,a/ dan memang sangat sulit disediakan maka harapan terhadap metode
Re.
quirernents Planning atau popular dengan sebutan MRp. MRP sebagai model perencanaan produksi yang memiliki sifat
Metode ini trobo-
diklaim oleh sebagian orang sebagai prosedur yang cukup komprehen_ san menjadi sirna. Metode tersebut kemudian dikatakan tidak
menri-
sif dan dipandang sebagai metode perencanaan produksiyrnr
rrrou liki kemampuan mengatasi permasalahan dasar perencanaan produksi
menghasilkan rencana produksi yang hampir mendekati keadaan yang seperti diharapkan semula. Memang sangat sulit memenuhi kebutuh-
5sh31usnla. Tetapi, setelah beberapa tahun metode ini diimplemen_ an data dan informasi yang akurat apalagi ragam dan volume data
tasikan di lapangan, ditemukan berbagai kesulitan yang sangat yang dibutuhkan demikian besar. Untuk mengatasi kelemahan
men_ data
dasar. Akar permasarahannya berkaitan dengan ketidaksediaan dan informasi tersebut maka dilakukan serangkaian modifikasi dengan
data
dengan tingkat akurasi teftentu. prosedur MRp yang dikembangkan fclkus pengembangan sistem data base yang terintegrasi dengan prose-
Joseph orlicky tersebut demikian komprehensif dari hulu sampai hi_ dur tersebut. sistem yang diperbaharui ini disebut Manufacturing Re-
lir. Karena bersifat sangat komprehensif maka metode tersebut source Planning yang dipopulerkan sebagai MRp tt.
cukup
peka terhadap akurasi data dalam arti tidak mampu mentolerir
kelemah_ Di arval tahun 1980-an, Eliahu coddard mengembangkan mo-
an data khususnya data yang memiliki tingkat akurasi yang rendah.
del baru perencanaan dan pengendal ian nt a n ufacturing yang d iberinya
Mengingat prosedur perencanaan produksi menurut metode
MRp ini nama Optimize Production Technology (OpT). Optimize production
sangat logis dan mudah dipahami maka para praktisi berupaya
meng- Technology adalah sebuah model bersifat matematis, dan fokusnya
atasi kelemahan data dengan cara menggunakan prosedur:
tersebut se_ ialah mengatasi kendala-kendala yang membuat proses operasi ma-
cara parsial sesuai dengan tingkat kecukupan data pendukung yang
nufacturing sering terganggu. Moder tersebut diklaim sangat berhasil
dapat disediakan. Berdasarkan pengaraman dalam penerapan
metode karena beberapa perusahaan di Amerika serikat mengaku dirinya
tersebut secara parsial, para praktisi membagi tingkat implementasi ber-
hasil meningkatkan Return on rnvestment yang tinggi dengan meng-
MRp atas tiga keras yaitu MRp Keras A, B dan C. rmprementasi
MRp gunakan konsep OPL
disebut Kelas A jika prosedur tersebut dimanfaatkan sepenuhnya
de_
ngan tingkat berhasilan yang tinggi sedangkan Kelas B jika Uraian di atas memberikan suatu indikasi bahwa konsep, me-
sebagian
besar dari prosedur diimplementasikan dan Kelas C jika hanya tode, teknik, atau prosedur perencanaan produksi akan terus berkem-
seba_
gian keci I prosedu r tersebut d i im plementasi kan. bang atau dikembangkan sejalan dengan semakin kompleksnya
ma-
salah yang dihadapi. Perusahaan industri manufaktur harus semakin
mampu melakukan perencanaan dan pengendalian produksi yang

Perenconaan dan pengendolian produksi


Pendahuluan
efektif untuk mengahadapi perubahan lingkungan yang semakin kom- yang bermakna to lead forward yaitu membimbing ke depan. Pada
pleks dan dinamis. walaupun masalah akurasi data dan informasi masa kini, produksi merupakan salah satu fungsi dasar yang paling
merupakan kesulitan besar yang dihadapi oleh manajemen perusa- penting di masyarakat industri modern dan telah dipandang sebagai
haan industri nranufaktur, masalah-masalah lain juga tidak kalah pen- sebuah aktivitas budaya (Seikh, K, 2001). Karena itu, suatu idea yang
tingnya karena memberikan kontribusi besar dalam kegagalan perusa- dikemukakan juga tidak jarang dipandang sebagai sebuah intangible
haan mencapai tujuannya. product.
Kesalahan dalam memahami dan memilih metode perencanaan, Manufacturing adalah proses produksi untuk menghasilkan
lemahnya koordinasi dalam implementasi serta buruknya komitrnen produk-produk fisik (tangible products). Dalam pengertian sempit,
top eksekutif dalam menangani masalah tepat waktu tidak kalah kon- manufacturing adalah proses mengkonversikan bahan baku menjadi
tribusinya dalam menciptakan kegagalan dalam pencapaian tujuan produk-produk fisik melalui serangkaian kegiatan yang membutuhkan
perencanaan produksi. Tidak semua konsep dan rnodel perencanaan enei"gi yang masing-masing menciptakan perubahan pada karakteris-
dan pengendalian produksi sesuai untuk semua lingkungan internal tik fisik atau kimia dari bahan tersebut (Dano, 1966). lnternational
dan eksternal perusahaan . Conference on Production Research (ICPR) pada tahun 1983 mendefi-
Buku ini membahas berbagai metode dan prosedur perencanaan nisikan manufacturing sebagai serangkaian operasi dan kegiatan yang
dan pengendalian produksi dalam bidang industri manufaktur baik saling berhubungan yang meliputi perancangan (design), pemilihan
menurut konsep tradisional maupun konsep modern. Untuk memu- bahan (material se/ection), perencanaan (planning), pembuatan (ma-
dahkan pemahaman terhadap konsep-konsep yang ada maka diberi- n ufact u r i ng), penjam nan m utu (qu al ity asu r ance), serta pen gelo laan
i

kan pengenalan beberapa terminologi dasar yang meliputi definisi, dan pemasaran prodr:k-produk (management and marketing of pro-
pengertian, konsep disertai dengan contoh-contoh hipotetis dalam ducts). lstilah manufacturing berasal dari kata Latin manu factum yang
penggunaannya. Juga diuraikan secara ringkas sejarah perkembangan artinya dibuat dengan tangan. Tempat di mana kegiatan manufactur-
perencanaan dan pengendalian produksi dengan konsep-konsep dan ing dilakukan disebut pabrik (factory) atau workshop dan perusahaan
metode yang menyertainya. Dengan demikian, para pembaca diharap- yang mengelola manufacturing disebut perusahaan industri manufak-
kan memiliki pengetahuan yang luas tentang ilmu ini serta menggu- tur (manufact u ri ng fi rms).
nakannya sebagai suatu bidang keahlian di kemudian hari. Pada masa sekarang, manufacturing dilihat sebagai suatu pro-
ses yang mengintegrasikan kegiatan dari tiga pihak yaitu pemasok
7..2 Produksi dan Manufac'turing! (supliers) bahan-bahan dan jasa yang dibutuhkan dalam proses, pabrik
Produksi yang dalam bahasa lnggris disebut production ialah pengolahan (manufacturing plants) dan para pelanggan (customers).
suatu kegiatan mengenai pembuatan produk baik berwujud fisik Dengan demikian, manufacturing harus dipandang sebagai serang-
(tangible products) maupun berwujud jasa (intangible products). kaian kegiatan produksi yang meliputi perencanaan {planning), peran-
Pengertian di atas menjelaskan bahwa produksi adalah proses yang cangan (design), pengadaan (procu rement), pengolahan (production),
berkenaan dengan pengubahan (conversion) asupan (input) menjadi pen gel olaan persed iaa n (i nve ntory m an agement), pemasaran (market-

barang atau jasa. lstilah production berasal dari bahasa Latin producere ing), penyaluran (drstribution), penjualan (sa/es) dan penanganan lim-
bah (waste disposal I recycl i ng).

Perenconoon dan Pengendoli on Produ ksi Pendahuluan


1.3 ltrlodel produksi
Encycropedia Americana (1g65) production is
a creation of utirity. The production
tiga kelompok yaitu membagi mode produksi
supply side) creates function (the
ekstraksi tirrr'oi*lrubrg:.i atas providing form, time, and prace
mer (primary industries), ,o;; produksi pri_ ties for the produced.utirity.by
goods. Manufacturing provides
utiri_
manufarc:rur,rg dan_ rnu iorii-ur"iiiir.y,
turins & construaion) konstruk si (manufac_ while physicar distribution ( a
sebasri ;;;u p-auki service function) provides
industries) dan jasa-jasa
(serJr'ces) ,"orsui
;il;r $econdary place utilities. the time and
tiary industrie's). Unruk ,.J";;,]L-ri turtiu,. (tur_
ketiga ,oau-*oubut, waters, D' (r 966) membedakan
secara umum yang kata irarriri digunakan produk dan jasa daram seberas
maksudnya iatah produksi sifat yang berbeda sebagai berikut:
produk fisik dan jasa. tanpa membedakan

Industri primer mencakup Tabel 1.1 perbedaan produk


dan lasa
fatnya mengambil "irnrn kegiatan produksi yang si_
semua
{runguLrtrail a"ri ,rrlo""l daya alam.
Termasuk datam mode 1.
ini ,artrn [u . Output adalah t nSTl"
b;; 1. Output adalah int rgibje?[J..
;ffil:: j:#:;; :#,rt
tam bangan, pu gg, t u r, pu ri f.u n u n,
n i
berwuiud)
putnya sepenuhnya
tergantung pada ff I- 2. Produk dapat disimpun seGgul
gian besar ditenrukan
kekay.r, a"n-niruinyu ,uor_ stok
"f"f,
nirli;;;r;rr". "1", 3. Ada jarak waktulntara produksi
lndustri sekunder mencakup dan oenoo,,.rr^
3. Waktu produksidan pengunaan
semua kegiatan produksi bersifat simultan
truksi atau bangunan
seperti pembuatan gedung,
a) kons_ 4. Produk dapat bersifat ,";C 4. Jasa bersifat,nit aunGtffi
pelabuhan, lapangan lembatan, menara, rip, atau identik dan projuksi
"-,i_
terbang, lalan raya dan
faau ri ng seperti pembur"" lain_lain clan b) manu_ qil,ilri;l;;':#;H:H-'' dihasilkan secara masal
*"r,r_r"r. 5. lnteraksi antara pembuat
;;;,[ Jan 5. lnteraksi anta, pembrat -fan
il ffj::,ffi f;;;,
oo,t_o u,u n ;,ifl ilIil;;:i Xl X,lXilll; pengguna produk hanya
sedikit pengguna jasa terjadi secara
atau pun tidak ada
utuh
standar sas Ni a
#1il:r:,:r:rotj::*;i 6. Pelanggan tiart-Gffiffi 6.
ilillil:*lli',
kandungan teknologi' pada berbasr,
,-ort
di dalam Droses trtahttf>rhr.i^*
Pelanggan b"rprrtiripiri-J"li.'
nilaioutput ditentukan
oreh niraiilLrli"*, pada
tertentu, sebagian besar 7. Lokasi pabrik buraai j"rnJrri
7. Fasilitas berada puau- tokiri
produk rersebut. lokasi penssunar.
lstilah industri tertier B. Manufacturirg berrifat- meki_
yang dikenal sebagai
dari mengemukanya konsep industrijasa berawal 8., Jasa-jasa pada umumnya bersi
,,,L"rlril, ty) yangdipopulerkan
nikal/ auto m ati o n o r ie nted
_fat labor intensif
para ahri ekonomi'
Mereka ,"nyuoririi tity oleh 9. Mutu produt ,"futif rraah + 9. Mutu jasa ,rngut ,rlit diukil
menjeraskan derajad adar-ahrrr*","r"1s yang ukur
jnginkannya'
kepuasan ;"r;; daram r,"r ,"n"rr, yang
di_ 10. Mutu produk tidak-teffitrn!
rstirah utirityiugu ou*rri 10. Mutu jasa sepenuh"y, t"rg"*
Jari.kata Latin urilrs yang sepenuhnya pada orane
nya sangat berguna. arti_ tuns narla nol".,.^^.,^ t-^-..- \
Berdasarkan konseputr/ity, nnya (server)
dian memiliki makna yang
diperluas yaitu:
istirah produksi kemu- 11. Jumlah..output pra,
dapat dihituno
,r*ffi
11. Jumlah output ,ungut sulit
dihi_

Sumber: Sheikh, K. (2001)

Perencanaan dan pengendolion


produksi
Pendohuluon
Distribusi tphysical distribution) merupakan salah satu fungsi Tabel 1.2 Keunggulan Relatif Antara tndustriTenier Terhadap
terpenting dalam industri jasa. American Production lnventory Control tndustri Sekunder dan Primer
System (APICS) mendefinisikan distribusi sebagai sebuah fungsi yang
mencakup kegiatan yang berhubungan dengan pemindahan bahan lndustri lndustri lndustri
Faktor
Tertier Sekunder Primer
baik berupa bahan baku dan penolong maupun produk akhir dari
1. Jarak waktu investasi dengan Sangat Pendek Panjang
lokasi pernbuatan ke lokasi pelanggan. Kegiatan ini mencakup fungsi produksi pendek
transportasi, warehousing (penyimpanan produk akhir), material 2. Produktivitas kapital Saneat tineei Tineei Rendah
handling (pemindahan bahan-bahan dalam pabrik), administrasi 3. Produktivitas tenaga kerja Sansat tineei Tineei Rendah
permintaan, analisis lokasi, packing and packaging (pengepakan), 4. Kemudahan dalarn pengen- Relatif mu- Agak sulit Sangat sulit
pengolahan data dan jaringan komunikasi yang dibutuhkan untuk dalian produksi terhadap dah
perubahan pasar
menjamin efektfitas pengelolaan (Cox lll and Blackstone lr, t99B).
5. Efek gangguan alam Tidak ada Hampir Sangat
Pengaruh ketiga mode produksi tersebut terhadap tingkat ke- tidak ada tinggi
makmuran suatu negara sangat menentukan. Negara-negara yang ba-
sis ekonominya masih bertumpu pada industri primer pada umumnya 1.4 Klasifikasi lndustri
merniliki tingkat kemakmuran yang relatif masih rendah. Negara-nega-
ra yang sedang berkembang yang pada umumnya kaya dengan sumber
1.4.1 Berdasarkan Tipe
daya alam seperti lndonesia, Malaysia, Thailand, Nigeria dan lain-lain Untuk memberikan pemahaman lebih lanjut tentang tipe-tipe
mempunyaiekonomi yang bertumpu pada industri primer. i nd ustri d iti njau
dari karakteristik prod uksi nya maka beri kut i n i d ijelas-
kan pembagian industri berdasarkan perbedaan tipenya seperti terl ihat
Negara-negara yang basis ekonominya berada pada industri
dalam Cambar 1.1 (Sheikh, K.2001).
sekunder pada umumnya mempunyai tingkat kemakmuran yang lebih
baik. Negara-negara dengan perekonomian yang demikian antara lain ..'. lndustri Manufacturing
Korea Selatan dan Taiwan didominasi oleh industri manufacturing
lndustri manufacturing berkenaan dengan kegiatan-kegiatan
yang menghasilkan produk-produk untuk diekspor ke negara-negara
produksi yang menghasilkan barang dalam bentuk produk akhir
sedang berkembang. Negara-negara yang berbasis ekonomi pada in- (finished goods) atau pun setengah jadi (work-in-progress) yang
dustri tertier merupakan negara yang berkemakmuran tinggi. Negara-
mempunyai nilai pasar atau dapat dijual ke pasar. produk-produk
negara Eropa, Amerika Utara, dan Jepang adalah beberapa contoh yang dimaksud antara lain barang-barang modal seperti mesin-mesin,
negara yang berbasis ekonomi pada industri jasa. Di negara-negara
alat-alat angkut, pakaian dan lain-lain yang merupakan produk akhir
tersebut sebanyak 75olo tenaga kerja berada pada industri tertier, 20olo (finished products) dan suku cadang sebagai produk pendukung.
pada industri sekunder dan hanya 5% pada industri primer.
lndustri manufacturing dapat diklasifikasikan lebih lanjut menjadi
Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh industri tertier relatif dua bagian yaitu industri proses (process industries) dan industri
terhadap industri sekunder dan primer adalah seperti terlihat pada m an u factu ring d sk rit item (discre te- ite m m a n uf actu r i n g i n d u stri es) :
i

Tabel 1.2.

10 Perencanoan don Pengendolion Produksi Pendahuluan 11


lndustri proses sangat peka dengan ketersediaan sumber daya
dalam jangka panjang. Pada umumnya industri proses membutuhkan
air dan tenaga listril</bahan bakar yang cukup besar. Demikian juga
dengan limbah buangan yang jumlahnya sangat banyak. Jaminan ter-
hadap ketersediaan bahan-bahan ini bersama-sama bahan baku serta
lokasi pembuangan limbah dalam jangka panjang menjadi faktor per-
timbangan yang sangat kritis. Karena industri ini juga bersifat padat
modal (capital intensive) maka keputusan tentang capital budgeting
Gambar 1.1 Diagram Tipe lndusti sangat menentukan kinerja keuangan. lndustri proses pada umumnya
menghasilkan produk dalam volume besar dengan keragaman atau
* lndustri Proses
jenis produk yang kecil. Mutu produk hampir sama atau tidak ber-
lhdustri proses ialah kegiatan produksi yang berkenaan dengan beda secara signifikan dengan produk pesaing. sehubungan dengan
peningkatan nilai tambah produk yang dihasilkan melalui pencam-
itu, untuk memenangkan persaingan pasar, strategi yang dipandang
puran, pemisahan, pembentukan dan atau perlakuan proses
kimia. efektif ialah menjaga ketersediaan produk melalui pengendalian stok
Proses dilakukan dalam mode batch atau mode kontinu (Cox ttt and dan meminimumkan biaya produksi dengan berproduksi pada skala
Blackstone, 1998).lndustri proses pada umumnya sangat terstandari- ekonomis.
sasi, tidak bersifat diskrit, bersifat kontinu dan dalam volume yang
sangat besar. Bahan dan produk mengalir secara kontinu. penyulingan Pada industri proses, proses produksi pada umumnya mengikuti

minyak bumi, pengolahan minyak sawit dan pembuatan pupuk urea urutan atau tahapan proses tertentu dan bersifat tetap (specific and
adalah sebagian kecil contoh industri proses. fixed sequence of routing). Sebagian besar fasilitas produksi terdiri dari
rentangan pipa, tangki, keran dan bejana. Layout disusun mengikuti
lndustri proses memiliki karakteristik yaitu produk-produk yang tahapan proses produksi dan jumlah output dikontrol melalui kapa-
basah atau kering, mengalir dalam saluran (ducts) secara kontinu yang
sitas peralatan dan kecepatan alir. Kebutuhan tenaga kerja dalam in-
diukur dengan satuan volume atau berat, work-in-prog,ress yang kecil dustri ini lebih dilihat pada sisi kepentingan monitor dan perawatan
dan waktu ancang-ancang (ead time) yang sangat pendek. Fitur dari fasilitas sehingga keterampilan dalam pelaksanaan proses tidak men-
tipe industri ini ialah komponen atau ingredients dalam produk akhir jadi pertimbangan. Kelemahan utama industri proses ialah fleksibilitas
tidak dapat dengan mudah diidentifikasi karena proses tidak bersifat yang sangat rendah.
perakitan tetapi pencampuran (mixing) atau reaksi kimia (chemical
reaction). Produk-produk yang tipikal ialah dalam bentuk builk atau seperti telah dijelaskan, industri proses dapat bersifat batch
pun dikemas dalam kantong dan lain-lain. contoh-contoh lain atau pun kontinu. Jika proses terlaksana secara terus menerus tanpa
dalam
kelompok industri ini ialah industri semen, farmasi, cat, karet, bahan interupsi sehingga seluruh target produksi tercapai maka produksi
bakar gas, penyulingan minyak dan lain-lain. disebut continuous production Apabila target produksi dibagi atas
beberapa batch karena pertimbangan tertentu dan proses dilakukan
batch demi batch maka proses disebut batch production Tidak ja-

12 Pe rencanaon dan Pengendolian produki Pendahuluon t3


rang pula produksi bersifat intermittent. lntermittent terjadi apabila * lndustri Proyek
proses kontinu dilakukan secara terputus-putus. Produksi ini disebut lndustri jasa proyek atau disingkat industri proyek memiliki
batch continue production Pengertian terputus-putus dalam hal ini karakteristik utama sebagai berikut: bahan, peralatan dan personal
adalah produk yang diproses dalam fixedJine facility tersebut tidak dibawa bersama-sama ke lokasi proyek di mana kegiatan proyek di-
satu jenis, misalnya dalam rentang waktu tertentu diproses produk A lakukan. Suatu industri proyek dicirikan oleh kegiatan produksi yang
kemudian dilanjutkan dengan produk B dan seterusya. Penggantian dilaksanakan pada lokasi di mana produk yang dihasilkan akan di-
produk-produk tersebut mempunyai pengertian yang hampir sama gunakan (constructio n-site type of organization). Beberapa contoh in-
dengan proses batch. dustri proyek ialah konstruksi jembatan, pelabuhan, lapangan terbang.
Salah satu variasi lain dalam industri proses ialah iobshop pro- Tipe organisasi manufacturing ini didasarkan pada produk tunggal,
cess indust ries. jobshopprocess industry dicirikan oleh adanya variasi pada umumnya berukuran besar, dengan masa pengerjaan dari ber-
pada trrutan proses untuk produk yang dihasilkan (variable product bulan-bulan sampai tahunan.
routing). Misalnya, karena adanya kekhususan pada produk yang Setiap produk dari sebuah proyek sering dipandang sebagai se-
akan dihasilkan maka diperlukan peralatan khusus pula untuk setiap buah prototype karena strukturnya harus dimodifikasi pada setiap ka-
batch. sus guna penyesuaian kepada kebutuhan penggunanya. salah satu alat

lndustri proses pada umumnya menggunakan bahan baku dari yang sangat populer dalam penjadwalan proyek ialah pERf (program
hasil pertanian, dan pertambangan. Bahan-bahan ini sangat bervariasi Evaluation and Review Technique) dan CpM (Critical path Method).
dalam hal mutu sehingga sering harus menghasilkan formula produk Pendekatan ini dipandang sangat efektif digunakan dibandingkan de.
akhir yang dihasilkan. Misalnya variasi pada ingredients bahan makan- ngan alat lain dalam hal pengendalian variabel waktu.
an cereal, minyak goreng atau pun komponen pestisida.
* lndustri fasa (Service lndustries)
* tndustri Manufacturing item Diskrit Berbeda dengan industri manufacturing, industri jasa tidak ter-
Pengertian dari manufacturing diskrit ialah manufacturing pro- kait dengan pembuatan produk walaupun tidak berarti industri ini
ses yang memiliki ciri-ciri: produk yang dihasilkan adalah diskrit, terlepas dari keberadaan produk. lndustri jasa yang menangani pe-
dapat dihitung satu per satu (countable). Produk-produk yang terma- rawatan mesin-mesin, industri transportasi dan industri perdagangan
suk diskrit misalnya suku cadang kendaraan atau komponen mesin- adalah beberapa contoh industri jasa yang melibatkan produk tetapi
mesin yang diproduksi satu per satu. Pada umumnya, komponen-kom- tidak dalam hal manufacturing.lndustri jasa yang sama sekali tidak
ponen tersebut diproduksi untuk kemudian dirakit (assembly) menjadi melibatkan produk juga tidak sedikit, antara lain ialah jasa pendidikan
produk akhir. Dalam produk akhir, masing-masing komponen masih dan pelatihan, jasa promosi, iasa penyiaran, dan jasa asuransi. lndus-
dapat dibedakan satu sama lain sehingga dapat pula dilepas satu per tri jasa dibedakan atas dua kelompok yaitu industri jasa proyek dan
satu (disassembly). industri jasa non-proyek. Uraian lebih rinci mengenai tipe proses ope-
rasi ini diberikan pada Bab 2.

14 Perenconoan dan Pengendolian Produksi Pendahuluan 15


1.4.2 Berdasarkan proses produksi
* Converter
Berdasarkan proses produksinya, industri dapat
dibedakan atas Converter adalah tipe industri yang mengorah bahan
3 kategori yaitu basrc producer (penyedia/pembuatan baku (out-
bahan baku dari put dari basic producer industries) dan mentransformasikannya
bahan dasar), converter (pembuatan part dan komponen ke
dari bahan dalarn berbagai produk antara atau produk akhir. produk
baku) dan assembler (perakitan part dan komponen antara ialah
menjadi produk produk yang dijual sebagai produk akhir tetapi
akhir). Ketiga tipe produksi tersebut bersifat hierarkis seberurn digunakan
dan membentuk masih membutuhkan pengorahan lanjutan. Dengan
mata rantai transformasi seperti terlihat dalam demikian produk-
diagram Gambar .r.2. produk converter dapat berupa produk untuk kebutuhan
industri atau
pun produk-produk untuk konsumsi (consumable products). produk
kertas adalah konversi dari wood pulp dan lembaran
baja adalah kon_
Sumberdaya
r,{\l versidari iron ingot. Ciri-ciridariconverter ialah tidak
alam I memiliki proses
I
Mateilals perakitan. walaupu n produk-prod u k tersebut reratif
Consumer itms
sederhana, proses
konversi sering kali sangat rumit.

Gamber 1.2 Mata Rantai Transformasi


Fabricator and Assembler
..'. producer industries
Basic APlcs mendefinisikan assembrer sebagai suatu pengorahan
out-
Basic producer industry iarah industri yang mengorah put dari converter ke dalam berbagai produk. Dalam
sumber contoh terdahulu
daya alam sebagai bahan dasar untuk menghasirkan ditunjukkan bahwa output cJari converter antara rain
bahan baku (raw iarah rembaran
materials) yang dibutuhkan oleh perusahaan manufacturing plat baja, dan pulp kayu. tsahan-bahan ini diolah
lanjutan_ lebih lanjut men_
nya. lndustri ini mengambil bahan-bahan dari sumbernya jadi komponen-komponen produk dan kemudian
dan melaku_ merakitnya menjadi
kan transformasi (refrnement) tertentu misalnya dengan produk-produk akhir misarnya prat baja menjadi
merubah sifat- komponen-kompo-
sifat kimia atau mungkin juga sifat-sifat fisika bahan nen tangki dan selanjutnya merakit menjadi tangki pe-nimbunan
tersebut sehingga mi-
menjadi bahan baku. Contoh produk-produk yang berada nyak, ketel uap, konstruksi/bangunan dan rain-rain,
daram ke- sedangkan purp
lompok ini ialah batangan baja yaitu suatu produk yang kayu menjadi bermacam-macam kertas turis, kertas gambur]drn
dihasilkan dari rain-
proses peleburan biji besi (iron ore) menjadi Iain. Disebut assemb/er apabira operasi pembuatan
ingot, prtp Lryu (wood tersebut meribat-
kan operasi perakitan dan fabricalor apabira
Pulp) dari kayu, balok-balok kayu dari penggergajian kayu (saw mill), meribatkan operasi pem-
crude palm oil (CPO) dari pengolahan tandan sawit, buatan komponen dan perakitan menjadi produk
dan lain-lain. akhir.
Produk-produk di atas dihasirkan daram proses produksi 1.4.3 Berdasarkan Volume
yang
cenderung bersifat kontinu (continuous ftow) atau pun proses
batch Pengelompokan produksi berdasarkan vorumenya
yang besar. Proses tersebut pada umumnya adarah: job
membutuhkan investasi shop production, batch/intermittent production,
yang besar, bersifat spesialisasi dengan automasi mass production
termasuk dalam (f I ow / repetitive) dan ce I I u ! ar p rod u ction.
sistem material handling. Karena bersifat spesialiasi dan
aliran kontinu
maka fleksibilitas proses sangat rendah.

t6 Perencanaan dan pengendalian produki \,


Pendohuluon
'-..i,t i :': 17
job Shop Seperti halnya pada lob shop production, jobJot production
Produksi
juga ditunjang oleh mesin dan peralatan yang bersifat gen eral purposes
shop adalah suatu metode produksi made-to-order untuk
lob tetapi memiliki kapasitas produksi yang cukup tinggi. Misalnya turret
memenuhi keinginan khusus pelanggan di mana produk-produk yang
/athes adalah salah satu mesin potong logam yang memiliki berbagai
dibuat mempuyai tipe proses yang cukup bervariasi dengan ukuran /ot
mata jenis pahat (cutting tools) sehingga dapat dioperasikan untuk
yang relatif kecil. Proses produksi dengan lingkungan yang demikian
membuat beragam komponen. jobJot dan batch production adalah
sangat sulit dioptimumkan sehingga mesin-mesin produksi yang ber-
metode produksiyang paling umum digunakan di industri manufactur-
sifat khusus yang ekonomis juga sulit dikembangkan. Oleh karena itu,
ing. Produk-produk yang sering diproduksi melalui iobJot atau batch
operasi produksi harus didukung oleh fasilitas yang memiliki fleksibili-
production antara lain ialah berbagai peralatan rumah tangga (house-
tas yang tinggi untuk memungkinkan variasi operasi dapat dilakukan.
hold appliances), furniture, mesin potong rumput dan lain-lain.
Agar fleksibilitas operasi dapat dimanfaatkan terutama untuk melaku-
kan berbagai operasi yang bersifat khusus maka operator harus memi- * Produksi Massa (Mass Production)
liki keterampilan yang tinggi. Produksi massa (mass production) adalah metode produksi yang
Beberapa contoh produk yang dihasilkan dalam iob shop pro- bersifat kontinu untuk menghasilkan produk-produk non-discrete.
duction antara lain mesin-mesin khusus, suku cadang khusus, turbin Produksi massa sering juga disebut flow production Jika produksi
besar, pesawat udara, peralatan elektronik khusus dan lain-lain. Ham- dilakukan secara kontinu dengan produk yang diskrit maka disebut
pir semua mesin dan peralatan yang digunakan untuk membuat kom- prod u ks i yan g repeti Lif (r e p etiti v e p ro d u cti o n).
ponen-komponen produk-produk di atas bersifat umum (general pur- Produksi massa dengan produk non-diskrit menghasilkan produk
pose equipment). Dengan demikian, mutu produk yang dihasilkan yang identik. Tujuan utama berproduksi secara massa atau repetitif
sangat ditentukan oleh keterampilan para operator yang menjalankan ialah untuk memperbesar kapasitas guna mencapai lingkungan pro-
mesin dan peralatan produksi tersebut. duksi pada skala ekonomi (minim um efficient sca/e). Cambar 1 .3
menunjukkan bahwa pada ukuran batch yang berbeda ditemui unit
* Produksi lntermittent (lob'Lot or hatch Production)
juga disebut biaya yang berbeda juga. batch yang berukuran terlalu kecil atau
lob-lot production dan batch production sering terlalu besar biaya per unit akan mencapai titik ekstrim (tinggi). Pada
intermittent production. lntermittent production didefinisikan oleh ukuran batch tertentu biaya per unit mencapai minimum (mininum
APICS sebagai suatu bentuk manufacturing di mana iob-job mengalir
efficient scale).
di antara departemen/stasiun-stasiun kerja dalam lot-lot yang ukuran-
nya sering tidak sama. Ukuran /ot pada umumnya berada dalam ka- Salah satu masalah yang sering dihadapi dalam batch produc-
tegori medium dengan produk yang sejenis. iob-lot production pada tion ialah waktu setup yang sering sulit diminimumkan khususnya
um u m nya d i gunakan untuk memen uh i permi ntaan pelan ggan terhadap apabila produk yang dibuat pada setiap batch berbeda. Namun, jika
suatu produk atau item tertentu yang sifatnya berkelanjutan (continu- produk identik maka masalah setup menjadi tidak signifikan. Waktu
ous demand) melalui pengadaan persediaan. Persediaan dibutuhkan setup ialah lamanya waktu dibutuhkan untuk melakukan kegiatan
untuk menunjang produksi make-to stock atau assembly to-order. yang berhubungan dengan penyiapan stasiun kerja dan mesin produk-

Perencanaan dan Pengendoli on Produksi Pendahuluan 19


18
si atau pun penggantian mesin dan stasiun kerja untuk batch berikut- Secara lebih lengkap, berbagai keuntungan dari produksi dengan sel-
nya setelah satu batch selesai dikerjakan. Pada continuous produc- lular adalah pengurangan waktu setup, perbaikan produktivitas dan
tion, waktu setup sama dengan nol. fleksibilitas produksi, penurunan work-in-progress, penyederhanaan
kegiatan pengendalian produksi, penurunan operasi dan biaya ma-
terial handling, dan penurunan jumlah produk cacat. Beberapa ke.
Biaya
rugian yang juga tidak dapat dihindarkan apabila metode produksi ini
per \)
unit W
----------------i Curva unit biaya produksi digunakan ialah efek serius berupa penghentian kegiatan sel apabila
MES -
Minimum Efficient Scale salah satu mesin dalam sel tersebut mengalami gangguan serta me-
lemahnya pengembangan kemampuan khusus operator sehubung-
an dengan melebarnya kegiatan yang dilakukan oleh mereka dalam
kuran Batch Q mengoperasikan masing-masing sel.

Gambar 1.3 Produksi pada Skala Ekonomis -oo0oo-

* Produksi Seltular (Cellular Production)


Metode produksi sellular didasarkan pada teknologi kelompok
@roup technologfl yang dirancang sedemikian rupa untuk mengam-
bil manfaat berupa effisiensi tinggi pada operasi produksi dengan
mengeksploitasi kesamaan bentuk dari komponen-komponen produk
yang diproduksi oleh mesin-mesin produksi. Konsep teknologi kelom-
pok menjelaskan bahwa part atau komponen produk yang akan dibuat
pada masing-masing mesin jika dikelompokkan atas kesamaan ben-
tuk (simi/arity of processing requirements) dan mesin-mesin produksi
yang dibutuhkan dalam pembuatan masing-masing kelompok disusun
sebagai sebuah sel maka penghematan besar dalam hal waktu setup,
material handling dan minimum waste akan diperoleh. Penghematan
waktu setup diperoleh karena kemiripan item akan mempermudah
setup setiap mesin dalam sel tersebut karena kegiatan setup dapat di-
lakukan dengan satu pola.
ini mengambil manfaat
Pada dasarnya produksi menurut sellular
dari iob shop dan repetitive shop untuk menangani produk dengan
keragaman pekerjaan dalam bentuk iob yang cukup tinggi pada biaya
dan waktu respons yang kecil dalam pekerjaan yang berulang-ulang.

20 Perenconoan dan Pengendolion Produki Pendahuluan 2t


BAB

2
Perenconoon Produksi

2,L Proses Konversi


oduk dihasilkan melalui proses konversi sumber daya alam
ke dalam bentuk yang berwujud (tangible) atau tak berwujud
(intangible). Proses konversi dapat berupa kegiatan sederhana
atau serangkaian kegiatan dengan tahapan yang panjang dan cukup
kompleks. Karena produk yang dihasilkan harus memiliki nilai man-
faat tinggi maka proses konversi dengan segala elemen pendukungnya
harus terencana dengan baik. Pengertian proses konversi terencana
dengan baik ialah semua input yaitu sumber daya produksi tersedia
pada waktu yang tepat, mutu yang tepat dan proses konversi dapat
dilaksanakan secara efisien.

Gambar 2.1 Proses Konversi Sumber daya Menjadi Produk


Proses konversi dengan semua kegiatan pendukungnya disebut
produksi tproduction) dan keluaran yang dihasilkan disebut produk
(product)- Produksi dapat didefinisikan sebagai kegiatan (acts) yang
yang baik akan memberikan proses konversi terkendali sehingga
dilakukan secara terencana (intentional) untuk menghasilkan sesuatu out-
put yang diinginkan dapat dihasilkan secara efisien, tepat waktu,
@roducts) yang berguna (Riggs, l.L, l976). pengertian umum rentang tepat
mutu dan tepat jumlah.
produk yang berguna (usefu/ products) sangat ditentukan oleh peng-
guna (users) dari produk tersebut yaitu kelompok masyarakat yang di- lnput Output yang diinginkan
jadikan sebagai kelompok target dari produk. oleh karena itu usefu/
Bahan
p rod ucts dapat d iarti kan sebagai m arketabl e p rod ucts (prod
u k-prod u k Tenaga buruh
yang mempunyai nilai pasar), saleable products (produk_produk yang Mesin-mesin
Energi
dapat dijual) dan lain-lain yang semuanya memiliki manfaat bagi ma- Lain-lain
nusia (benef icial purpose for mankind) baik secara rangsung maupun Output yang tak diinginkan
tidak langsung.

sumber daya yang dibutuhkan dalam proses konversi sangat Gambar 2.2 proses Konversi dengan l)mpan Balik
beragam, tetapi dapat dikelompokkan ke dalam eremen-elemen yaitu lnti dari perencanaan dan pengendalian proses konversi men-
elemen bahan, elemen mesin/peralatan, elemen bangunan, eremen cakup tiga aspek yaitu perencanaan dan pengendalian aliran informasi
utilitas, elemen energi dan elemen lainnya yang semuanya disebut in- (flow of information), aliran bahan (flow of materials)
dan aliran biaya
put. Produk-produk yang dihasilkan yang disebut output dapat dibagi (flow of costs), (plossl tgg4).lnformasi dibutuhkan mulai
dari tahap
atas dua kelompok yaitu output yang diinginkan (intended output) dan awal yaitu informasi pasar hingga jadwar pengiriman produk kepada
output yang tidak diinginkan (unintended output). Output yang tidak pelanggan. lnformasi harus dikumpurkan sehingga tersedia
tepat wak-
diinginkan sering disebut waste (limbah). Karena input adalah barang_ tu pada tingkat akurasi yang tinggi. perencanaan dan pengendalian
barang ekonomi yang ketersediaannya sangat terbatas maka proses aliran bahan mencakup penentuan bahan apa, di mana dibutuhkan,
konversi perlu dilaksanakan secara efisien sehingga setiap unit yang kapan dibutuhkan, dan berapa banyak dibutuhkan. Kelancaran
aliran
digunakan dapat memberikan jumlah intended output yang maksi- bahan sangat menentukan pengiriman produk kepada pelanggan tepat
mum. waktu. Perencanaan dan pengendalian aliran biaya harus menjamin
agar biaya-biaya yang dibutuhkan tersedia tepat waktu dan besaran-
Dalam praktek, proses konversi dengan efisiensi yang tinggi
besarannya dapat ditelusuri untuk mengetahui kewajarannya.
sering sangat sulit diwujudkan. seperti telah dijelaskan dalam Bab 't,
tidak sedikit faktor ketidakpastian (uncertainty factors) yang mengha- Pengendalian proses konversi yang baik dicirikan oleh proses
dang dan membuat proses konversi tidak terkendari. Berbagai faktor umpan balik yang berjalan lancar dan setiap penyimpangan yang ter-
ketidakpastian yang dimaksud antara lain ketidakakuratan data, keru- indikasi oleh proses umpan balik akan terkoreksi secara lancar pula.
sakan mesin tiba-tiba, kekurangan persediaan bahan baku, dan ke- suatu hal yang perlu dipahami ialah seberapa baik dan lancar pun
salahan rancangan produk. Untuk meminimumkan pengaruh negatif kegiatan pengendalian proses dapat dirakukan, kegiatan tersebut
tetap
dari faktor ketidakpastian tersebut maka proses konversi dan semua berwujud pemborosan sehingga harus diminimumkan. oleh karena
elemen pendukungnya harus direncanakan dengan baik. perencanaan itu, perencanaan yang baik dicirikan oreh kegiatan pengendalian yang
minimum.

24 Perenconaan dan Pengendalian produksi


Perencanaan Produki
25
2.2 Deflnlsl dan Sasaran Pen(endalian Produksl .i. Perencanaan produksi meliputi:

The American Production and lnventory Control Society Mempersiapkan rencana produksi mulai dari tingkat agregat
mendefinisikan perencanaan produksi sebagai berikut: untuk seluruh pabrik yang meliputi perkiraan permintaan pa-
sar, dan proyeksi penjualan
1. Perencanaan produksi ialah suatu kegiatan yang berkenaan de.
Membuat jadwal penyelesaian setiap produk
ngan penentuan apa yang harus diproduksi, berapa banyak di-
Merencanakan produksi dan pengadaan komponen yang
produksi, kapan diproduksi dan apa sumber daya yang dibutuh-
dibutuhkan dari luar (bought-out ftems) dan bahan baku
kan untuk mendapatkan produk yang telah ditetapkan.
Menjadwalkan proses operasi setiap order pada stasiun kerja
2. Pengendalian produksi ialah fungsiyang mengarahkan atau meng-
terkait
atur pergerakan material (bahan, partlkomponenlsubassembly
Menyampaikan jadwal penyelesaian setiap order kepada para
dan produk) melalui seluruh siklus manufacturing mulai dari per-
pemesan
mintaan bahan baku sampai pada pengiriman produk akhir ke.
pada pelanggan. Perencanaan persediaan meliputi:
Mempersiapkan rencana persediaan bahan pada tingkat agre-
Ada tiga sasaran pokok yang sekaligus menjadi barometer ke-
gat yang meliputi bahan baku, work-in-progress dan produk
berhasilan perencanaan dan pengendalian produksi yaitu:
akhir.
o Tercapainya kepuasan pelanggan yang diukur dari terpenuhinya Merencanakan persediaan untuk masing-masing item dengan
order terhadap produk tepat waktu, tepat jumlah dan tepat mutu. memperhatikan faktor skala ekonomis, waktu ancang-ancang
r Tercapainya tingkat utilitas sumber daya produksi yang maksimum pengadaan, ketidakpastian permintaan dan tingkat pelayanan
melalui minimisasi waktu setup, transportasi, waktu menunggu kepada pelanggan.
dan waktu untuk pengerjaan ulang (rework).
Perencanaan kapasitas meliputi:
. Terhindarnya cara pengadaan yang bersifat rush order dan perse-
diaan yang berlebihan Menyusun rencana kapasitas jangka panjang, menengah dan
pendek untuk mendapatkan rencana jadwal produksi terma-
suk rencana jadwal kebutuhan fasilitas produksi.
2.3 Fungsl Perencanaan dan Pengendallan Produksl
Otorisasi produksi dan pengadaan meliputi:
Fungsi perencanaan dan pengendalian produk si (production
planning and control) yang sering disingkat sebagai pengendalian Otorisasi produksi melalui pengeluaran perintah kerja
Otorisasi pengadaan bahan-bahan yang dibutuhkan dari luar
produksi (production control) mencakup perencanaan produksi, pe-
pabrik
rencanaan persediaan, perencanaan kapasitas, otorisasi produksi dan
pengadaan, pengendalian produksi dan penyimpanan bahan. Pengendalian produksi mel iputi:
Memantau, mencatat dan membuat laporan secara terus-
menerus tentang kemajuan pengerjaan order-order pelang-
gan, tingkat persediaan dan kapasitas produksi

26 Perencanaon dan Pengendolian Produksi Perencanaan Produksi 27


* Membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil yang diren- produk jadi, produk setengah jadi (work-in-process) atau bahan baku
canakan melipti: (raw materia/s) yang semuanya bersifat tangible (berwujud fisik). Jasa
(services) adalah output yang bersifat intangible (berwujud non-fisik).
Mengoreksi penyimpangan terhadap rencana, memecahkan
masalah yang dihadapi Perbedaan yang paling mendasar antara kedua tipe output tersebut
ialah pada produk fisik, waktu untuk proses pembuatan dan pengiriman
* Penyimpanan dan pemindahan bahan meliputi:
(delivery) kepada pelanggan bersifat terpisah atau dapat dipisahkan
Menerima bahan dari vendor, menguji kesesuaian (spesifika- sedangkan pada jasa waktu proses dan pengiriman (de/ivery) kepada
si, jumlah, harga) dengan order yangdisampaikan pelanggan adalah simultan. Karena, pada produk fisik waktu proses
Meletakkan bahan yang diterima dalam store room dan pengiriman jasa kepada pelanggan bersifat simultan maka masalah
Memel i hara catatan persed iaan ( i nv e nto ry recor d s) pengendalian mutu menjadi sangat kritikal.
Mengeluarkan bahan dari storeroom sesuai permintaan dari
lantai pabrik atau pengguna lainnya Berdasarkan motifnya, kegiatan produksi dapat dibedakan atas
Pengiriman produk akhir kepada pelanggan tiga kelompok yaitu motif produksi (production motive), motif laba
(profit motive) dan motif pelanggan (customer motive). Motif produksi
Mengendalikan aliran bahan di lantai pabrik
ialah suatu keadaan di mana kegiatan produksi dimotivasi terutama
Dari uraian di atas terlihat bahwa peranan dari fungsi perencanaan karena ketersediaan sumber daya produksi baik berupa bahan baku
dan pengendalian produksi dalam perusahaan yang berbasis manufac- maupun tenaga terampil dan kapital. Misalnya, jika seseorang me-
turing merupakan sentral kegiatan karena menjadi penghubung antara miliki atau menguasai sumber bahan baku maka dia akan berupaya
fungsi marketingdan fungsi manufacturing. Dalam uraian berikut akan melakukan aktivitas ekonomiterhadap sumber daya tersebut misalnya
dijelaskan lebih rinci hubungan antar fungsi-fungsi dalam perusahaan mengolah atau menjualnya untuk mendapatkan penghasilan. pada
rnanufacturing untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam umumnya, kegiatan ekonomi yang demikian dilakukan hanya sebatas
tentang peran dan kedudukan fungsi perencanaan dan pengendalian ketersediaan sumber daya tersebut dan pasar masih menginginkan.
produksi sebagai fungsi sentral. Dalam literatur asing, istilah produc-
Jika bahan sudah habis atau pasar tidak membutuhkan lagi maka ke-
tion planning and control(PPC) sering disingkat menjadi production giatan ekonomi pun terhenti. Upaya untuk mengganti sumber bahan
control tanpa maksud menghilangkan kegiatan planning. atau beralih kegiatan ekonomi sangat jarang dilakukan.
Dalam uraian berikut ini, istilah perencanaan dan pengendalian Kegiatan produksi dengan motif laba sedikit lebih maju dari mo-
produksi ditulis pengendalian produksi untuk mempersingkat istilah tif produksi. Kegiatan produksi dengan motif laba lebih ditentukan oleh
tetapi maksudnya ialah perencanaan dan pengendalian produksi. adanya kesempatan untuk memperoleh laba dan kegiatan produksi
dipandang sebagai balas jasa atas resiko kapital yang digunakan un-
2.4 Sistem Produksi tuk melakukan kegiatan produksi. Besarnya ekspektasi laba menjadi
Produksi dalam pengertian sederhana adalah keseluruhan pro- dasar penentuan besarnya aktivitas produksi. Kapital yang digunakan
ses dan operasi yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. tidak selalu harus dimiliki sendiri tetapi dapat berupa milik pihak lain.
Produk yang dihasilkan sebagai output dari proses tersebut dapat
berupa produk akhir (finished products) yang sering juga disebut

Perencanaan dan Pengendolian Produki Perencanaan Produksi 29


Bila peluang laba tidak atau belum terlihat maka upaya untuk melaku- produksi dan keterintegrasian semua unsur perencanaan dan eksekusi
kan kegiatan produksi sangat lemah. rencana produksi dalam sistem merupakan keharusan (Cambar 2.3).
Masalah yang terkait dengan kedua pandangan di atas ialah fak-
tor laba dianggap akan selalu terjamin (taken for granted) dan bukan
untuk diciptakan. Dalam sistem ekonomi klasik di mana kegiatan eko.
nomi masih kurang bersaing, pendekatan-pendekatan diatas mungkin
masih berjalan. Tetapi dalam sistem ekonomi modern terlebih dalam
era globalisasi yang sekarang berjalan semakin cepat yang ditandai
dari suasana persaingan berjalan semakin tajam, kedua pendekatan
di atas jelas telah usang. Persaingan antar pelaku bisnis mau tak mau
harus semakin mengarah kepada pemenangan konsumen (consumers' I Pembelian/ I

favour competition). Sehubungan dengan situasi persaingan ini, Peter I Pengadaan

I
I

F. Drucker mengatakan bahwa hanya bisnis yang berorientasi kepada L_i"i-


pelanggan (customer motive) yang akan memenangkan persaingan.
Customer motive production ditandai dari penetapan tujuan
utama produksi yaitu memberikan kepuasan kepada pelanggan (cus-
tomeri satisfaction). Tiga pilar pendukung terciptanya kepuasan
pelanggan ialah: --J

o Ket€patan waktu pengiriman produk kepada pelanggan (timeli- Keterangan: --+Aliranlnformasi


bahan baku)
nessof deliveries) [l;'"*'u"n
o Mutu produk yang sesuai dengan harapan pelanggan (acceptable
-llffi
product quality) Gambar 2.3 Sistem Produksi
o Harga jual produk yang bersaing (reasonable products'prices). Seperti terlihat dalam Cambar 2.3 sistem produksi berawal dari
pemahaman terhadap keinginan dan harapan para pelanggan berdasar-
Apabila para pelanggan dapat dipuaskan maka permintaan pelang-
gan terhadap produk-produk atau jasa yang dihasilkan akan terus kan temuan-temuan dari kegiatan pemasaran termasuk permintaan
langsung dari para pelanggan terhadap produk-produk tertentu. Data
meningkat. Apabila dalam suasana permintaan yang meningkat, ke.
giatan produksi dilakukan secara efisien dan pada produktivitas yang dan informasi tentang keinginan pelanggan kemudian diterjemahkan
ke dalam bentuk rancangan produk atau jasa untuk mengetahui part,
tinggi maka laba yang wajar akan dapat diperoleh. Terlihat dengan
jelas bahwa kegiatan produksi dengan motif konsumen menempat- komponen dan sub-assembly apa yang dibutuhkan termasuk dimensi
(ukuran dan spesifikasi dan jenis bahan), bentuk dan jumlah masing-
kan perolehan laba sepenuhnya berdasarkan kinerja atau prestasi kerja
yang tinggi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Hal ini masing item yang dibutuhkan untuk setiap unit produk yang diingin-
mengindikasikan bahwa keterlibatan pelanggan dalam perencanaan
kan. Berdasarkan hasil rancangan ini kemudian ditentukan proses
pembuatan (manufacturing) di lantai pabrik yang meliputi tahapan

30 Perenconoon don Pengendalian Produki Perenconaan Produksi 31


proses, teknologi proses yang akan digunakan pada setiap tahapan, gaimana juga halnya dengan perusahaan nan-manufactur, harus me-
estimasi waktu setup (setup time), waktu operasi (running time) dan mi I i ki organ pelaksana. Misatnya, fungsi-fungsi keuangan, personat ia,
waktu pindah antar proses (move tfme) dan lain-lain. pembelian, dan pemasaran (marketing) yang masing-masing merupa-
Data dan informasi yang telah tersedia kemudian disampaikan kan fungsi spesifik dilakukan oleh Bagian Keuangan, Bagian persona-
kepada bagian cost accounting untuk menilai kelayakan pembiayaan lia, Bagian Pembelian dan seterusnya. Karena kegiatan produksi ada-
dan penerimaan. Bila dinilai layak maka diteruskan kepada pimpinan lah sebuah jaringan (network) yang membentuk kesatuan kegiatan dari
untuk disahkan. Setelah mendapatkan pengesahan kemudian disusun operasi yang paling hulu (perencanaan) hingga operasi yang paling hi-
rencana dan program pengolahan di lantai pabrik yang meliputi jad- lir (pengiriman produk kepada pelanggan) maka hubungan fungsional
wal tentatif proses operasi, jadwal dan jumlah kebutuhan bahan baku dari seluruh organ yang ada harus jelas, bersinergis dan tidak tumpang
(raw materia/s) dan bahan tambahan dari luar (bought-out items) dan tindih. Beberapa organ yang tipikal pada perusahaan manufaktur ialah
jadwal operasi dan kapasitas fasilitas produksi yang akan digunakan unit perancangan produk (design & engineering), unit penentuan dan
dan lai n-l ai n. Berdasarkan jadwal-jadwa I terseb ut, rencana pen gqltran penyusunan proses operasi tproduction engineering), unit penentuan
bahan, kapasitas stasiun kerja, tenaga operator disusun dan kemudian
jenis bahan yang dibutuhkan (quality engineering), unit perencanaan
diimplementasikan. program dan pengendalian produksidi lantai pabrik tproduction plan-
ning and controldisingkat production control) dan unit pengolahan
Monitoring dan pengendalian operasi di lantai pabrik dilakukan (manufacturing). Secara diagramatik, hubungan sinergis antar organ-
secara rutin untuk memastikan tidak terjadi penyimpangan termasuk
organ tersebut dapat digambarkan seperti terlihat dalam Cambar 2.4.
penyimpangan mutu (spesifikasi) dari setiap item yang dikerjakan.
Apabila penyimpangan tidak dapat dihindarkan maka tindakan per-
tl
baikan yang meliputi penjadwalan ulang sisa operasi di lantai pabrik A
R
segera dilakukan, pengadaan tambahan bahan bila diperlukan dan se- K
E
bagainya. Beberapa sumber penyimpangan yang umum terjadi ialah T

kesalahan dalam pembuatan rancangan part dan komponen, keke- &

liruan dalam penentuan waktu setup dan operasi, ketidaksesuaian c


U
mutu bahan, kerusakan pada tasilitas produksi dan lain-lain. Produk s
r
yang telah selesai di angkut ke gudang penyimpanan untuk dikirim- o
M
kan kepada para pelanggan sesuai dengan jadwal pengiriman yang E
R
disepakati. s

2.4 Organ{Drgan Kelen$kapan Perusahaan Keterangan :


-----+ Aliran informasi
Aliran bahan
Manufaclur -.-.-.-.r
-....r+
Aliran finansial

Untuk melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan, operasi dan


Gambar 2.4 Hubungan Fungsi-fungsi pada
pemeliharaan seperti dijelaskan di atas, perusahaan manufaktur seba-
Perusahaan Manufaktur

32 Perenconoon don Pengendalion Produki Perencanaon Produki 33


tugasnya yang demikian besar. Fungsi ini dilaksanakan oleh bagian
Production Control. Ruang lingkup kegiatan pengendalian produksi
secara garis besar adalah seperti terlihat dalam Cambar 2.5.

Di samping itu bagian Quality Contolyang secara tradisional


IJ- ++ merupakan bagian yang berdiri sendiri dengan tugas melakukan pe-
G;;;--1 I r,,,s,,,u"1 f M"dt,.,*s.1 fr-T,,"-,"-l
Iforcasting l- r[ canacnr L, capacitv L rencanan dan pengendalian mutu baik di lantai pabrik maupun di
I ptanntng | | planning I l'*lili,L1)" I
lokasi penerimaan bahan, dalam sistem produksi modern dilebur ke
dalam setiap unit pelaksana kegiatan, dalam arti setiap pelaksana ke-
giatan bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengendalian mutu
Production
Control
pada pekerjaan masing-masing. Peleburan tanggung jawab pengen-
Function dalian mutu pada setiap unit lebih menjamin terciptanya pekerjaan
bermutu dari pada dilakukan oleh satu unit tersendiri.
r,i.iiri " Iii'-----i
Manufacturing fi-----------L------r
r-L-_-_-_-:::::'
I

2.6 Llngkunlla n Manufactur


2.6.1 Klasifikasi Operasi Manufactur
Tipe proses operasi manufacturing secara umum dapat diklasifi-
kasikan dan diidentifikasikan sebagai proyek, job, batch, repetitif dan
operasi kontinu. Pemilihan terhadap proses operasi yang sesuai untuk
digunakan tergantung kepada jumlah produk akhir atau partlkompo-
Gambar 2.5 Hubungan antara Production Control Function dan nen yang akan diproduksi dan sumber daya yang dibutuhkan untuk
M an u f actu r i n g F u nctio n d al am Sistem man ufaktu r menghasi I kan produk tersebut.
(Sumber: Bedworth, DD, I 987)
Operasi manufaktur disebut proyek apabila pekerjaan yang di-
Perlu diketahui bahwa cakupan fungsi dari masing-masing lakukan bersifat unik, relatif berskala besar yang ditujukan untuk pem-
organ sangat tergantung kepada ukuran perusahaan manufaktur dan buatan satu atau beberapa produk akhir yang harus diselesaikan dalam
tingkat kompleksitas kegiatan yang dilakukan. Pada perusahaan yang waktu yang ditentukan. Masing-masing produk akhir yang diproduksi
berukuran besar, fungsi perancangan, pengujian bahan dan pengujian dikerjakan secara khusus untuk memenuhi permintaan tertentu. Ber-
proses mungkin harus dilakukan oleh bagian yang terpisah, masing- bagai tipe produk yang secara umum dikerjakan sebagai proyek an-
masi n g adalah de s i gn e ngi n ee r i n g, qu al ity e ngi nee r i n g dan p rod ucti o n tara lain ialah bangunan, bendungan, jalan raya, kapal laut, pesawat
engineering. Tetapi pada perusahaan skala kecil dan menengah, ketiga udara dan lain-lain yang pada umumnya berbiaya tinggi dan memakan
fu ngsi tersebut dapat disatukan dalam satu bagian yaitu bagian Design & waktu relatif lama. Pekerjaan yang dilakukan sangat beragam, sering
Engineering. Tetapi fungsi perencanaan dan pengendalian produksi berupa kegiatan multifungsi . order pelanggan bersifat kontraktual di
sangat.jarang digabung dengan fungsi-fungsi lain karena ruang lingkup mana penyerahan produk merupakan akhir dari proyek.

Pe rencanaan dan Pengendalian Produksi Perenconaan Produksi 35


Berbeda dengan proyek, operasi manufaktur disebut iob apabila Produk-produk yang dihasilkan dalam operasi manufaktur kon-
order membutuhkan kegiatan berskala kecil, dengan output yang ter- tinu mengalir melalui tahapan proses tanpa interupsi antar proses.
diri dari satu atau beberapa item yang identik, bersifat custom-made Produk-produk yang tipikal untuk operasi manufaktur yang kontinu
(dibuat untuk memenuhi keinginan khusus pemesan). Beberapa con- ialah produk-produk berbentuk fluida seperti minyak bumi dalam
toh dariiob ialah operasi manufaktur untuk pembuatan barang-barang proses penyulingan, berbentuk butiran (bulk) seperti pupuk urea, ba-
cor khusus (special-purpose casting), operasi pemesinan khusus (spe- tubara, berbentuk bubur seperti pulp dan lain-lain. Operasi manufak-
cific operation machining) dan lain-lain. iob dapat dikatakan sebagai tur cara hibridajuga tidak jarang ditemukan misalnya produksi secara
sebuah proyek skala kecil di mana pekerjaan dilakukan dalam sebuah batch melalui proses operasi repetitif atau kontinu. Pada awal operasi
pabrik berskala kecil yang disebut iob shop oleh para profesional atau dilakukan operasi secara batch dan kemudian pada tahap berikutnya
orang-orang berjiwa dagang yang memiliki keterampilan. proses dimodifikasi untuk memproduksi batch untuk produk yang ber-
beda.
Apabila iob mencakup pembuatan sejumlah produk akhir yang
identik, produk-produk itu akan diproduksi secara batch. Produk- Nicho/as, 1.M., (1998) menggambarkan kedudukan relatif
produk yang sejenis atau dikelompokkan dan order terhadap produk proyek, lob, repetitif dan kontinu dalam hubungannya dengan kebutuh-
sejenis tersebut dibagi ke dalam beberapa batch. Proses operasi di- an sumber daya per unit dan volume produksi dalam diagram seperti
lakukan batch per batch dan setiap batch yang selesai langsung di- ditunjukkan dalam Cambar 2.6.
kirim kepada pemesan. Terdapat kecenderungan bahwa setiap batch
adalah produk-produk standar agar proses manufaktur dari satu batch Tinggi

ke batch yang lain membutuhkan waktu setup yang minimum, dan


pengadaan bahan yang memungkinkan pemotongan harga akibat Volume
pembelian dalam skala besar. Produksi

Operasi manufaktur yang bersifat repetitif atau pun kontinu


ditandai dari operasi produksi yang identik dalam volume besar. I
Karena volumenya besar maka operasi dilakukan berulang-ulang
sampai seluruh order selesai dikerjakan. Operasi manufaktur yang Rendah
repetitif dan kontinu sering juga disebut flow shops karena material
bergerak secara mulus dengan hanya sedikit atau tidak ada interupsi. -------------) Sumberdaya per Unit
Produk-produk yang sering dibuat secara repetitif adalah produk-
Gambar 2.6 Posisi Relatif Operasi manufaktur Proyek, job, Repetitif
produk yang bersifat diskrit misalnya mobil, komputer, televisi dan
dan Kontinu
lain-lain. Peralatan yang digunakan dalam operasi manufaktur yang
repetitif dirancang dengan maksud tunggal untuk menghasilkan 2.6.2 Klasifikasi Posisi Produk
efisiensi yang tinggi. Para operator dilatih dalam keterampilan yang
Pada dasarnya, perencanaan dan pengendalian produksi mem-
sempit untuk melakukan pekerjaan yang tidak terlalu bervariasi.
bedakan empat tipe posisi produk dalam lingkungan manufacturing

36 Pe renconaon don Pengendalian Produksi Perenconaan Produksi 37


yang masing-masing memberikan pengaruh yang berbeda terhadap produksinya. Perusahaan yang menerima order subkontrak ini disebut
proses perencanaan dan pengendalian. Empat tipe yang dimaksud beroperasi berdasarkan tipe make+o-order
adalah: n Assentbly to order
* Engineering to order Perusahaan menyediakan sejumlah model dasar dari produk
Pelanggan menyediakan spesifikasi dari produk yang diingin- tetapi dilengkapi dengan berbagai alternatif dan variasi yang diperki-
kannya dan berdasarkan spesifikasi tersebut perusahaan membuat de- rakan akan memperkaya pilihan bagi pelanggan. Pelanggan melaku-
sain, menyediakan bahan, membuat partlkomponen, merakit, meng- kan pemilihan terhadap model, variasi dan tipe produk yang diingin-
uji kinerja produk dan kemudian mengirim produk kepada pelanggan. kannya dari alternatif yang tersedia. Kegiatan produksi dilakukan untuk
Kegiatan produksi dilakukan apabila pelanggan telah datang meng- membuat komponen-komponen standar dengan semua variasinya dan
ajukan order. Bills of materials, gambar-gambar teknik (engineering perakitan produk akhir dilakukan setelah pelanggan mengajukan per-
drawings) dan perintah kerja (iob orders) dipersiapkan perusahaan se- mintaan.
cara terpisah untuk setiap order.
Rencana produksi disusun berdasarkan peramalan permintaan
lsu-isu kunci pengendalian produksi dalam lingkungan operasi terhadap model dasar, pilihan-pilihan dan variasi produk. Aspek kritis
ini ialah mengenai estimasi waktu ancang-ancang untuk penentuan dalam pengendalian produksi ialah peramalan permintaan untuk pilih-
jadwal penyerahan order kepada masing-masing pelanggan. Karena an-pi I ihan dan variasinya.
engineering adalah bagian dari waktu ancang-ancang maka pengen- * Make to stock
dalian produksi harus mencakup kegiatan engineering. Di samping
Pelanggan tidak mempunyai kesempatan untuk memilih sesuai
itu, karena sifatnya memenuhi order satu per satu maka peramalan
dengan seleranya tetapi membeli langsung produk yang sudah jadi
permintaan jangka pendek tidak diperlukan tetapi peramalan jangka
dari persediaan. Kegiatan produksi dilakukan untuk mengisi persedi-
panjang masih relevan khususnya untuk penyediaan kapasitas.
aan yang jumlahnya dinyatakan dalam jadwal induk produksi. Jadwal
+ Make to order induk produksi disusun berdasarkan peramalan terhadap potensi per-
Pelanggan menyediakan spesifikasi dan desain produk. Ber- mintaan pelanggan untuk setiap produk akhir. Untuk mengantisipasi
dasarkan desain tersebut perusahaan menyediakan bahan, pembuatan kekurangan persediaan khususnya akibat fluktuasi permintaan yang
part dan komponen, merakit dan mengirimkan produk kepada pelang- sering di luar batas antisipasi normal maka persediaan pengaman
gan. Sama seperti engineering to order kegiatan produksi dilakukan (safety stock) ditentukan. lsu utama dalam tipe make-to-stock ialah
apabila pelanggan telah mengajukan permintaan. Karena engineering permamalan permintaan dan penentuan persediaan pengaman (safety
design disediakan oleh pelanggan maka perencanaan dan pengenda- stock).
lian produksi tidak mencakup kegiatan engineering. Empat tipe posisi produk dalam lingkungan manufaktur di atas
Tipe make-to-order sering dijumpai pada perusahaan industri menunjukkan bahwa dalam dua tipe lingkungan yang pertama, para
pelanggan terlibat secara tidak langsung dalam proses perencanaan
mesin-mesin di mana original equipment manufacturer sering me-
subkontrakkan pembuatan sebagian komponen mesin-mesin yang di- karena mereka menyediakan sendiri spesifikasi atau desain produk
yang akan dibuat di lantai pabrik. Dengan demikian, kegiatan produksi

38 Pe'rencanaan don Pengendalian Produksi Perencanaon Produksi 39


hanya dilakukan setelah pelanggan mengajukan order kepada perusa- Seperti telah diuraikan di muka, tujuan utama dari perencanaan
haan. Tipe lingkungan yang ke tiga yaitu assembly to order, pelanggan dan pengendalian produksi ialah untuk meyakinkan semua pihak ter-
diberi kesempatan untuk memilih secara terbatas terhadap model dan kait bahwa produk yang diinginkan dapat diproduksi pada waktu yang
variasi yang sudah disediakan Juga telah dijelaskan bahwa perusaha- tepat, dalam jumlah yang tepat, memenuhi spesifikasi mutu yang dite-
an melakukan peramalan tentang potensi permintaan terhadap setiap tapkan dan biaya operasi yang minimum. Juga telah dijelaskan bahwa,
model dan variasi. Berdasarkan hasil peramalan, kegiatan produksi perencanaan dan pengendalian produksi pada perusahaan manufaktur
dilakukan untuk membentuk persediaan. order pelanggan dipenuhi mencakup berbagai kegiatan secara terintegrasi mulai dari mendapat-
dengan merakit part dan komponen-komponen dari persediaan sesuai kan permintaan produk dari pelanggan, menterjemahkan permintaan
dengan konfigurasi yang diinginkan pelanggan. ke dalam rencana manufacturingyang fisibel, menyusun rencana de-

Pada tipe lingkungan ke empat, pelanggan tidak dapat memilih


tail kebutuhan dan aliran bahan (bill of materials), menyusun renca-
na kebutuhan kapasitas dan terakhir ialah menyusun jadwal eksekusi
alternatif tetapi memesan secara langsung produk yang sudah jadi. Pe-
(shopfloor manufaktur scheduling) dan rencana pengadaan bahan dari
rusahaan meramalkan potensi permintaan pelanggan dan kemudian
memproduksi untuk disimpan dalam persediaan. Kebebasan pelang-
vendor. Manfaat utama yang diharapkan dengan pengintegrasiaan
gan hanya dalam penentuan besar order dan jadwal pengiriman.Or- kegiatan-kegiatan di atas adalah waktu ancang-ancang manufacturing

der pelanggan dipenuhi secara langsung dari persediaan. Ke empat lebih pendek, persediaan yang minimum, penggunaan kapasitas pro-
duksi yang efisien dan jam lembur operator yang minimum.
tipe lingkungan produksi tersebut dapat digambarkan seperti terlihat
dalam Cambar 2.7. Perbandingan antara ke empat lingkungan terse- Perbandingan antara masing-masing lingkungan manufak-
but secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 2.1. Dari Cambar 2.7 tur di atas ditinjau dari berbagai aspek dapat dilihat pada Tabel 2.1.
terlihat bahwa produksi dalam lingkungan engineering-to-order mem- Lingkungan engineering-to-order dan make+o-order pada dasarnya ti-
punyai waktu ancang-ancang yang paling panjang karena kegiatannya dak berbeda kecuali dalam hal pembuatan engineering design Oleh
meliputi semua elemen dalam perencanaan produksi. karena itu kedua tipe lingkungan itu disatukan. Dapat dilihat bahwa
manufacturing dalam lingkungan make-to-order dan engin eering-to-
order hanya efektif dalam skala produksi kecil. Produk-produk yang
Engineering to order
dihasilkan pada umumnya mempunyai proses yang cukup rumit dan
Make to order mempunyai waktu ancang-ancang yang relatif panjang, kadang-kadang
I sampai bertahun-tahun. Persediaan baik dalam hal bahan baku, mau-
Assembly to order I
pun part atau komponen relatif kecil atau pun mungkin tidak ada
Make to i karena jenis dan tipe produk yang diproduksi sangat bervariasi sesuai
stock
i (+l I
dengan keinginan pelanggan.
Engineering Procurement Manufacturing Assembly i o"lirury t
Pada lingkungan assern bly-toorder tersedia modul-modul stan-
dar part atau komponen yang memberi kesempatan kepada pelang-
Cambar 2.7 Empat Tipe Posisi Produksi gan untuk memilih variasi part atau komponen yang diinginkan dalam

-l
40 Perencanaan don Pengendali on Produksi Perencanaan Produki 41
produk yang dipesannya. Seperti pada engineering-to-order, pelang- Tabel 2.1 Laniutan
gan menentukan produk yang dipilihnya hanya saja pilihan sangat ter- Lingkungan
batas sesuai dengan modul standar yang tersedia atau disediakan. Aspek MakelEngineering-
Make-to-Stock Assembly-to-Order
to-Order
Pada lingkungan make-to-stock, peramalan dan persediaan
Satuan jadwal Produk akhir Modul-modul standar, Order-order pelang-
merupakan ciri utama. Proses produksi, kapasitas dan kebutuhan sum- induk produksi va ri a nt, komponen-kom- gan, bahan baku
ponen umum standar, komponen
ber daya lainnya pada umumnya mudah dikendalikan karena bersifat
standar
pengulangan (repetition). Karena tidak mengakomodasi kemungkinan Item dalam Produk akhir Modul-modul utama, sub Rancangan produk,
perubahan keinginan pelanggan dalam rentang waktu relatif panjang persediaan assemb/ies, komponen bahan-bahan standar

maka lingkungan ini memberi resiko kegagalan yang tinggi jika di-
umum
Jadwal perakitan Sangat dekat Ditentukan pelanggan Mencakup semua
operasikan dalam lingkungan ekonomi yang sangat dinamis. Sifat akhir dengan jadwal .jawal perakitan
proses operasi yang repetitif ini membuat permasalahan lebih mudah induk
Struktur b// of Bill of material of Bill of mateialyang
diatasi walaupun dalam kegiatan produksi dilakukan dalam kapasitas material standar
Perencanaan bil/
material khusus
besar.
Faktor kritis Distibution re- Konfigurasi produk, Jadwal perakitan
sourse planning jadwal induk produksi, akhir, perencanaan
Tabel 2.1 Perband i ngan Li ngku ngan M anufactu r i ng Berdasarkan jadwal perakitan akhir kebutuhan kapasitas,
Make-to-Sto ck, Assembly-to-O rder dan
M ake-to-O rderl E n gi nee r i n g-to-O rde r. 2.7 Struktur Organisasi Perusahaan Manufaktur
Llngkungan Kedudukan Departemen Perencanaan dan Pengendalian Pro-
Aspek MakdEngln*rtng- duksi (disingkat Departemen Pengendalian Produksi) dalam struktur
Mak*to-Stock Assembly-to-Order to-Order
organisasi perusahaan manufaktur pada umumnya berbeda antara satu
lnteiace anlara Rendah dan jauh Terutama pada tingkat Berada pada tingkat
manufacluring penjualan engineeing dan unil perusahaan dengan perusahaan lain dan sangat ditentukan oleh besar-
dan pelanggan penjualan nya perusahaan serta jumlah pabrik yang dikelola. Pada perusahaan
Jadwal Pendek Medium Panjang yang mengelola banyak pabrik yang produk-produknya tidak memiliki
pengiriman
Rendah
keterkaitan, masing-masing pabrik memi liki sendi ri departemen terse-
Volume produksi Tinggi Medium
tiap unit but. Tetapi apabila memiliki keterkaitan misalnya part atau komponen
penjualan
yang dibuat pada satu pabrik diangkut ke pabrik lain untuk dirakit
Kisaran produksi Rendah Mediumtinggi Tinggi
dengan part atau komponen yang dibuat di pabrik lain maka Departe-
Basis dalam Ramalan penjual- Peramalan terhadap Backlq, customer
perencanaan dan an produk akhir opsi produksi untuk jad- intelligence forecast men Pengendal ian Produksi sering d isentral isasi seperti terl ihat dalam
pengendalian wal induk dan backlog Cambar 2.8.
produksi untuk jadwal perakitan
akhir
Basis pelayanan Ketersediaan Ketersediaan modul- Ketersediaan kapasi-
produk dalam modul standar dan las engineeing dan
persediaan komponen umum manufactuting

42 Perenconoon don Pengendalian Produksi Perencanaan Produki 43


BAB

3
Sejarah Perkembangan
Manufacturing

3.1 Awal Manufaclurlngl


Gambar 2.8 Pengendalian Produksi Dalam Struktur Organisasi perkemban gan manufacturingdapat ditelusuri mulai dari
Tradisional
,nejarah
\ era kerajinan tangan jauh sebelum revolusi industri yang dimo-
(-Z tivasi oleh penemuan mesin uap oleh James Watt pada tahun
-oo0oo-
1769. Era kerajinan tangan berkembang pesat sehubungan dengan
serikat kerja kerajinan menggalakkan para anggotanya untuk mening-
katkan kecakapan dan keterampilan menggunakan peralatan tangan
dalam membuat produk-produk kerajinan untuk memenuhi keinginan
pasai. Para pekerja mempelajari kondisi perdagangan dan dari pelajar-
an yang diperoleh mereka sedikit demi sedikit metakukan pekerjaan
awal yang diberikan oleh pimpinan yang memiliki keterampilan tinggi
dalam membuat produk-produk keraj i nan.
Pada tahun 1776, Adam Smith menulis buku lhe Wealthof Na-
tfons yang isinya antara lain menjelaskan keunggulan pembagian tugas
dalam pembuatan produk. Buku tersebut ternyata sangat mempenga-
ruhi para pekerja kerajian tangan. Mereka kemudian metakukan pem-
bagian tugas di antara para spesialis dalam membuat produk-produk
kerajinan dan hasilnya sangat mengagumkan karena produktivitas
meningkat sampai lima kali lipat. Sejalan dengan populernya pem-

44 Perencanoon don Pengendolion Produksi


Frank Cilbreth seorang insinyur yang sangat terpengaruh oleh
bagian tugas dalam pembuatan produk, beberapa tahun kemudian
konsep-konsep F.W. Taylor, tidak ketinggalan memperkenalkan hasil
persisnya tahun 1780, Eli Whitney di Amerika Serikat dan teB/ance
analisisnya tentang gerakan dasar dari kegiatan manusia (the funda-
di Perahcis secara terpisah mengembangkan konsep pertukaran suku
mental motion of human activities) atau basic motions yang diberinya
cadang (interchangeable parts) dalam pembuatan produk. Konsep
nama therblrg, sebuah kata yang merupakan kebalikan nama Ci/breth.
ini memungkinkan komponen/part dibuat secara batch yang mana
Dia juga memperkenalkan hasil studinya mengenai gerakan dari ba-
masing-masing komponen dan parttersebut memenuhi toleransi desain
gian-bagian tubuh (the motion of part of human body). Lilian Cibreth
dan sesuai untuk dirakit menjadi produk-produk. Dengan populernya
seorang psikolog dan juga adalah istri dari Frank melengkapi konsep
konsep interchangeable pans ini berbagai tipe produk berkembang
gerakan tubuh manusia yang dikemukakan Frank dengan dimensi hu-
pesat. Probahan yang terjadi paling dramatis dalam kegiatan produksi
man factors. Penerapan konsepkonsep mereka kembali membawa
ialah peralihan dari pekerja kerajinan tangan menjadi mekanisasi dan
perubahan besar dalam peningkatan produktivitas kerja manusia. Ha-
pembagian tugas di antara para pekerja.
sil kerja mereka membuahkan ilmu baru yang disebut human factors
Perkembangan selanjutnya terjadi ketika Fredrick Winslow Tay- engineering.
Ior memperkenalkan konsep-konsep baru dalam industri manufaktur
yang antara lain ialah work design yang kemudian dikenal sebagai
Henry Laurence Cantt seorang rekan F.W. Taylor mengembang-
kan konsep Cantt Chart. Konsep tersebut sangat efektif digunakan da-
method study dan work measurement yang disebut sebagai time
lam penjadwalan mesin-mesin produksi di lantai pabrik. Karena ke-
study, kemudian production scheduling, piece rate system, shop ma-
berhasilan tersebut, konsep canttchart kemudian dikenal sebagai alat
nagement dan lain-lain. Konsepkonsep tersebut dikembangkan oleh
perencanaan produksi, pemantauan dan perencanaan pemanfaatan.
Taylor setelah diinspirasi oleh Iowne dan Ceorge Wentworth seorang
profesor matematika dari Phillips fxeter Academic Towne Yang se- Salah satu konsekuensi dari berkembangnya konsep-konsep di
lalu mengemukakan pandangannya tentang perlunya para insinyur atas khususnya konsep scientific management yang dikembangkan
memahami aspek profitabilitas dari setiap rancangan yang dibuatnya. oleh F.W. Taylor, ialah menurunnya peranan para pekerja dalam ke-
Ceorge Wentworth adalah orang yang pertama memperkenalkan giatan'perencanaan produksi dan pengendalian' dan menyerahkan
metode penentuan batas waktu pelaksanaan/penyelesaian suatu pe- kegiatan tersebut kepada kelompok 'manajer'dan para spesialis dalam
kerjaan. kegiatan tersebut. Para pekerja kemudian hanya memfokuskan perha-
tian dan keterampilannya pada proses operasi.
F.W.Taylor (1909) selanjutnya mempopulerkan konsep baru-
nya yang diberi nama lhe Principle of Scientific Management kepada Perlu diketahui bahwa Jepang merasa sangat terganggu dengan
dunia industri manufaktur. Walaupun pada awalnya konsep baru ini konsep spesialiasi yang dikembangkan oleh F.W. Taylor khususnya
tidak mendapat perhatian yang serius, ternyata belakangan disambut tentang pemisahan secara kaku peran dan tugas antara para pekerja
dengan hangat berkat hasil yang dicapai oleh perusahaan yang secara dan manajer. DiJepang, para pekerja pabrik terus dibekali dan dikem-
serius menggunakannya. Konsep ini kemudian membawa perubahan bangkan dengan keterampilan yang relatif luas yang memungkinkan
besar dalam pemanfaatan metode ilmiah pada peningkatan produkti- mereka dirotasi secara bebas di antara berbagai tugas. Mereka me
vitas organisasi dan manajemen perusahaan. mandang sistem yang demikian sangat efektif untuk membangun ke.

46 Perenconoan don Pengendolian Produksi


Sej arah Pe r ke mbangon filanuf aktu r 47
mungkinan pendelegasian kewenangan sehingga komitmen mereka ngiriman partyang selesai ke tempat perakitan sehingga proses dapat
terhadap tugas-tugas mereka semakin nyata. berjalan tanpa gangguan.

Pada tahun 1908, ketika memproduk:si Mobil T, Ford memodi-


3.2 Kontribusi lndustri Automobil fikasi cara kerja tukang di tempat perakitan dengan menetapkan spesi-
Salah satu kunci utama perkembangan dunia industri manufak- alisasi pekerjaan bagi setiap tukang. Perubahan cara kerja ini ternyata
tur ialah perkembangan industri automobil. Bagaimana dan mengapa lebih efisien dibandingkan dengan cara sebelumnya. Tetapi karena
prinsip the better, the cheaper, the sooner and more agile production kecepatan kerja antar tukang berbeda maka tukang yang bekerja lebih
(prinsip makin baik, makin murah, makin cepatdan makin cerdas dalam cepat sering harus menunggu pekerja yang lebih lambat. pada tahun
produksi) pada saat ini demikian popular di dunia manufacturingtidak 1913, Ford melakukan inovasi lagi pada operasi perakitan dengan
terlepas dari perubahan-perubahan yang terjadi di dunia industri au- mengembangkan sistem perakitan berjalan (moving assembly line
tomobil. Dalam sejarahnya, industri automobil telah mengalami dua system). Dengan sistem perakitan ini, para tukang tidak berpindah-
kali perubahan yang sangat mendasar dalam cara berproduksi (Nicho- pindah tetapi berada pada posisi yang tetap dan mobil yang dirakit
las, J. M, (1998)). Perubahan pertama terjadi beberapa waktu setelah berpindah dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja berikutnya. Hasilnya
Perang Dunia I ketika Henry Ford dan Alfred Sloan mengembangkan sangat mengagumkan karena waktu perkitan yang semula 13 jam per
manufacturing dari industri kerajinan yang berproduksi satu per satu unit kini turun menjadi hanya 1.5 jam. Penggunaan sistem perakitan
menjadi industri massa (mass production system). Perubahan kedua berjalan yang didukung oleh pembuatan partyang bersifat dapat di-
ialah setelah Perang Dunia ll yaitu hasil kerja dari Eiii ToYota dan Tar- pertukarkan (interchangeable parts) ini disebut sebagai sistem produk-
ichi Ohno dari Toyota Motor Company yang mempelopori penerapan si massa (mass production system).
prinsip lust-in-Time yang memberikan kemajuan yang amat dramatis
lndustri automobil Toyota Motor Company didirikan pada ta-
bagi industri-industri automobil yang menerapkan prinsip tersebut. hun 1935 oleh keluargaToyodayang pada awalnya adalah pengusaha
Henry Ford memulai usaha industri automobil pada tahun 1903 industri tekstil. Karena sentuhan produksi masih sangat kasar maka
dengan nama perusahaan Ford Motor Company. Setiap unit mobil baik mutu maupun volume produksi yang dihasilkan relatif rendah.
yang disebut Mobil A dirakit oleh seorang tukang yang terampil (craft- Mendengar kisah sukses Ford Motor Company dalam penerapan mass
man) pada suatu lokasi perakitan yang tetap dengan menggunakan production system, Eiji royoda berangkat ke Amerika serikat untuk
part dan komponen yang dibuat oleh para pekerja. Bila part atau kom- mempelajari sistem tersebut di pabrik Ford River Rouge. Betiau me.
ponen tertentu tidak sesuai maka pekerja bersangkutan membuat kem- nemukan kenyataan di lapangan bahwa semua part, komponen dan
bali hingga benar-benar sesuai. Mengingat seringnya masalah timbul sub-assembly yang dibutuhkan dalam perakitan produk sepenuhnya
pada perakitan akibat ketidaksesuaian partlkomponen tersebut maka dibuat pada lokasi pabrik tersebut. Akibatnya ukuran pabrik demikian
ketika ide Whitney tentang standarisasi pertukaran komponen/part besar.
mengemuka, Fordsegera menindaklanjutinya dengan memerintahkan Selain one single manufacturing plant, Eiii Toyoda juga me-
para pekerjanya untuk membuat partlkomponen dengan menSSuna-
nemukan bahwa Ford Motor Company mengoperasikan dedicated
kan sistem ukuran yang distandarisasi. Dia juga memerintahkan pe- machines yaitu mesin-mesin yang hanya digunakan untuk pembuat

48 Perencanoan dan Pengendalion Produksi Sejorah Perkembongan lAonufoktur


satu macam part dan komponen saja untuk mencapai efisiensi yang duction system karena miskin variasi. Penerapan sistem tersebut
tinggi. Hal ini jelas mengurangi fleksibilitas operasi sehingga untuk dipastikan akan memunculkan masalah perburuhan yang sangat
mengkompensasinya, Ford Motor Company membuat persediaan se- sulit diselesaikan.
tiap part dan komponen melalui produksi dalam batch yang cukup be-
Berdasarkan pertimbangan terhadap butir-butir di atas, sekem-
sar. Setelah memahami sistem manufacturing Ford Motor Company,
bali dari kunjungan ke Ford River Rouge, Eiii Toyoda menugasi Taiichi
Eiji Toyodaberpendapat bahwa sistem tersebut tidak dapat diterapkan
Ohno, production engineer pada Toyota Motor Company memban-
diJepang, khususnya pada Toyota Motor Company dengan alasan an- gun sebuah sistem manufaktur yang dapat dijalankan padaToyota Mo-
tara lain ialah:
tor Company. Berdasarkan pemahaman terhadap kelemahan sistem
o Dalam mass production system yang didukung oleh penggunaan manufaktur Ford Motor Company, Ohno harus mengembangkan se.
dedicated machines, Jepang tidak akan mungkin menghasilkan buah desain sistem yang lebih efisien, lebih fleksibel yang mampu
mobil berbagai variasi. Padahal keragaman mobil sangat diharap- menekan pemborosan. Sistem tersebut mereka namakan Toyota Pro-
kan oleh masyarakat mengingat jumlah industri mobil di Jepang duction System
masih sangat terbatas. Di Amerika Serikat mass production system
Toyota Production System pada dasarnya adalah lean produc-
tidak masalah mengingat jumlah industri mobil yang memproduk-
tion karena fokus pada kegiatan yang memberikan nilai tambah dan
si berbagai tipe kendaraan cukup banyak.
menekan semua unsur pemborosan. Beberapa kunci pokok sistem
. Pembuatan seluruh part dan komponen secara lengkap dalam se-
produksi tersebut ialah:
buah pabrik berskala besar membutuhkan investasi yang sangat
tinggi. Pengadaan investasi besar menjadi kendala serius di Je-
. Pengurangan waktu setup. Waktu setup di mata Ohno adalah
pang sehingga mustahil cara investasi demikian dapat dilakukan salah satu sumber pemborosan sumber daya karena kegiatan set-
di Jepang termasuk oleh Toyota Motor Company. Eiii Toyoda up mengurangi waktu dan kapasitas produktif tanpa memberikan
berpendapat, part dan komponen yang dibutuhkan tidak perlu nilai tambah kepada produk yang dihasilkan. Ohno menganali-
sepenuhnya dibuat sendiri tetapi dapat dilakukan oleh beberapa sis secara seksama setiap prosedur khususnya dalam penyiapan
perusahaan sub-kontraktor melalui kebijakan outsourching. mesin-mesin dan stasiun kerja, mencoba mengeliminasi langkah-
Produksipart dan komponen dalam batch skala besar untuk men- langkah dan kegiatan yang sebenarnya tidak diperlukan, memodi-
jaga persediaan yang cukup untuk mendukung jadwal perakitan fikasi tata urutan untuk memberi kesempatan pengurangan waktu
sangat mengganggu pikiran beliau karena keyakinannya bahwa sefta melatih para operator agar terampil dalam melakukan setup
persediaan, transportasi dan berbagai aktivitas lain yang serupa mesin-mesin yang digunakannya dengan mempedomani prin-
hanya menimbulkan efek biaya tanpa menciptakan nilai tambah. sip-prinsip dan prosedur setup yang dikembangkan oleh Ohno,
dan lain-lain. Hasilnya sangat mengagumkan karena hampir pada
o Sistem perburuhan diJepang yang relatif kaku dalam arti sangat su-
semua daerah kerja terjadi pengurangan waktu setup yang sangat
lit memutuskan hubungan kerja dengan atau pun merekrut tenaga signifikan. Pada stamping machine misalnya, kalau di perusahaan
kerja baru yang sangat berbeda halnya dengan sistem perburuhan
Amerika memakan waktu berhari-hari, Toyota memperpendeknya
di Amerika Serikat akan tidak mendukung penerapan mass pro- menjadi hanya 3 menit.

50 Pe rencanaon dan Pengendalian Produksi Sej oroh Pe rkembongan l,/lonuf aktu r 51


Produksi dengan ukuran lot kecil. Kebiasaan perusahaan Ameri- perbaikan (repairing). Di samping itu, pengadaan suku cadang
juga sering terkendala karena terjadinya kerusakan tidak dapat di-
ka berproduksi pada ukuran batch skala besar dipicu oleh peng-
gunaan mesin-mesin yang dipersiapkan untuk membuat part de- ramalkan. Tetapi dengan kebijakan preventive maintenance yang
ngan keragaman yang sangat rendah untuk mendapatkan volume terjadwal, masalah-masalah di atas dapat di atasi dengan mudah.
produksi dan efisiensi tinggi. Tetapi berproduk dalam ukuran Pimpinan perusahaan pada umumnya menyerahkan pelaksanaan
batch besar selain akan meningkatkan waktu ancang-ancang dan preventive maintenance kepada sebuah departemen yang dise-
biaya penyimpanan juga memperbesar biaya cacat (defect costs) but Maintenance Department yang tugasnya menyusun rencana
yaitu biaya yang dibutuhkan dalam memeriksa dan mengerjakan dan jadwal pemeliharaan, jadwal kebutuhan bahan dan melaku-
ulang item-item cacat dalam setiap batch. kan pemeliharaan. Pada umumnya departemen tersebut taat azas
Menurut Ohno, penggunaan formula Wilson dalam menentukan dalam arti pemeliharaan tidak dilakukan di luar jadwal. Tetapi
ukuran batch optimum yang menyeimbangkan carrying cost de- karakteristik mesin atau fasilitas yang digunakan sering sulit di-
ngan total setup cost kurang realistik karena formula tersebut tidak ramalkan sehingga potensi gangguan pada kinerja cukup tinggi.
memperhitungkan pengaruh ukuran batch terhadap mutu, dan Karena situasiyang demikian, Toyota tidak mau mengambil resiko
waktu ancang-ancang. Karena Toyota telah menemukan prosedur dengan menyerahkan kebijakan dan pelaksanaan pemeliharaan
untuk menurunkan waktu setup maka perusahaan dapat meng- pada departemen tertentu tetapi memberdayakan setiap operator
hindarkan diri dengan masalah yang berhubungan dengan batch untuk melakukan pemeliharaan dasar karena diyakini mereka me-
skala besar. Toyota dapat berproduksi pada ukuran /ot kecil secara miliki posisi yang paling baik dalam mendeteksi gejala-gejala me-
ekonomis yang memungkinkan perusahaan ini memproduksi ber- sin atau sumber daya yang mereka operasikan mengalami gang-
bagai item tanpa khawatir akan kehabisan persediaan. guan. Para tenaga spesialis pemeliharaan melakukan diagnosa
dan hanya melakukan perawatan dan perbaikarr apabila timbul
Pemeliharaan peralatan. Sama halnya dengan waktu setup, wak-
masalah yang komplek.
tu yang terbuang akibat mesin-mesin mengalami kerusakan akan
menurunkan kapasitas produktif. Apabila kerusakan sering terjadi . Pull production. Dalam sistem manufaktur tradisional, produk-
maka workin-progress menjadi tak terkendali sehingga biaya produk dibuat batch demi batch yang mengalir secara bertahap
produksi juga tak terkendali. Perencanaan pemeliharaan fasilitas dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja berikutnya. Karena waktu
berkaitan erat dengan upaya eliminasi atau pun minimalisasi pelu- proses berbeda-beda antar satu operasi dengan operasi lainnya
ang terjadinya kerusakan mesin-mesin atau fasilitas produksi lain- maka sangat sulit mensinkronkan aliran bahan antar semua tahap-
nya khususnya pada sumber daya kritis. an proses. Akibatnya, penumpukan work-in-progress pada sta-
Walaupun kegiatan untuk pemeliharaan fasilitas juga membutuh- siun kerja tertentu (pada umumnya berpindah-pindah) tak dapat
kan waktu dan selama kegiatan tersebut, aktifitas produksi pada dihindarkan sehingga jadwal penyelesaian order sering merewati
umumnya terhenti, kehilangan waktu dalam pelaksanaan peme- batas penyelesaian yang dijanjikan (promised delivery date) dan
car ry g cost u ntu k wo rk-i n-p rogress m en i n gkat.
liharaan jauh lebih kecil dan membutuhkan pembiayaan yang le- i n

bih rendah dibandingkan dengan waktu dan biaya untuk kegiatan

52 Perencanaan don Pengendali an Produki Sej arah Pe r ke mban gan Manu f aktu r 53
Untuk mengatasi masalah ini Ohno mengembangkan pullproduc' Ohno meyakini bahwa untuk mengeliminasi produk cacat, semua
tion method, suatu metode berproduksi di mana jumlah output cacat harus ditemukan dari setiap sumbernya dan segera dikorek-
yang akan dihasilkan di suatu stasiun kerja sepenuhnya ditentu- si. Hal ini berarti pemeriksaan mutu mesti dilakukan oleh sum-
kan oleh permintaan bahan dari stasiun kerja berikutnya. bernya sendiri yaitu para operator yang melakukan proses operasi
pada setiap tahap. Dengan alasan tersebut, Ohno memberikan
tanggung jawab pemeriksaan mutu kepada setiap operator. Apa-
bila suatu cacat ditemukan dan tidak dapat segera di atasi penye-
babnya maka operator bersangkutan diberi kewenangan meng-
Keterangan: Jumlah output dari WlC300 ditentukan oleh banyaknya hentikan seluruh lini tersebut.
input yang dibutuhkan oleh WIC 400 dan iumlah output
WIC 200 ditentukan oleh banyaknya input yang dibutuh- Pada awalnya cara ini terlihat sangat beresiko karena penghen-
kan WlC300 dan seterusnya. tian lini sering terjadi akibat ditemukannya cacat.Tetapi sejalan
dengan waktu dan proses pembelajaran yang dilakukan, jumlah
Gambar 3.1 Putl Production System
cacat yang terjadi semakin sedikit dan penghentian lini semakin
Ohno juga mengembangkan sebuah skema yang disebut Kanban jarang bahkan sering proses operasi berjalan tanpa menghasilkan
untuk mengkoordinasikan aliran kontainer kecil (sma// container) produk cacat (zero defect).
yang berisi bahan di antara tahapan proses operasi sehingga se-
o Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Untuk meningkat-
buah kontainer telah kosong persis pada saat sebuah kontainer
kan kontribusi dan kinerja para pekerja, Ohno mengorganisir
yang penuh berisi bahan tiba dari tahapan sebelumnya untuk
mereka dalam timtim yang kemudian diberikan tanggung jawab
menggantikan. lnilah sebenarnya yang dinamakan prinsip iust-in-
dan latihan untuk melakukan berbagai tugas yang terspesialisasi.
time. Produksi dengan ukuran batch kecil dipertahankan dengan
Setiap tim memiliki seorang pemimpin (leader) yang dipilih dari
menggunakan kontainer yang berukuran kecil sebagai alat dan
mereka. Masing-masing tim bertanggung jawab dalam mengatasi
tempat pengiriman bahan.
masalah dalam lingkup pekerjaan mereka, melakukan pembenah-
Mutu pada sumbernya. Proses manufacturing tradisional mem- an daerah kerja dan perbaikan terhadap alat kerja yang meng-
perlihatkan bahwa pengendalian mutu yang dilakukan oleh para alami kerusakan kecil. Mereka diberi kesempatan untuk melaku-
inspektor yang sepenuhnya bertanggung jawab dalam penangan- kan pertemuan guna mendiskusikan masalah yang ditemui oleh
an mutu produk tidak mungkin menjamin produk-produk yang masing-masing anggota bersama-sama mencari cara pemecahan.
dihasilkan bebas cacat. Cacat pada output suatu tahap proses yang Untuk itu mereka mengumpulkan data, melakukan diagnosa ter-
tak terdeteksi oleh inspektor, akan berlanjut pada tahap berikut- hadap setiap masalah yang ditemui, mengembangkan rencana
nya dan seterusnya. Apabila inspeksi pada tahap akhir menemu- pemecahan masalah, dan meminta pendapat dari para spesialis,
kan suatu cacat maka waktu dan biaya operasi dari tahap awal untuk menemukan akar masalah. Toyota mempopulerkan istilah
menjadi sia-sia dan jika dibebankan kepada produksi akhir yang five why's yaitu mernbiasakan diri untuk menanyakan mengapa
memenuhi standar mutu akan meningkatkan unit biaya. sampai turunan yang ke lima.

54 Pe re ncanaan don Pengendoli on Produ ksi Sej a r ah Pe r ke mbangon lAanu f oktur 55


o Keterlibatan suppliers. Toyota mengamati bahwa hubungan tra- Systems. Perangkat lunak MRP menghubungkan secara terintegrasi
disional pelanggan dan supp/iers (perusahaan pemasok)tidak per- semua informasi tentang part dan komponen yang dibutuhkan dalam
nah lepas dari permasalahan. Perusahaan manufaktur menetapkan pembuatan produk akhir. Sistem MRP mengelola perencanaan dan
spesifikasi untuk setiap part dan komponen yang diinginkannya pengendalian jadwal kebutuhan setiap sumber daya yang digunakan
dari setiap supplier. Untuk menentukan perusahaan pemegang dengan menggunakan prinsip independent and dependent demand.
kontrak, dilakukan proses tender dan pada umumnya pemenang Jumlah produk yang akan dibuat baik berupa produk akhir (finished
tender adalah pihak yang menawarkan harga kontrak terendah. products) maupun end items diramalkan secara independent. Semua
Sehubungan dengan itu, perusahaan manufaktur pada umumnya kebutuhan dan jadwal sumber daya yaitu part, komponen, sub-as-
memelihara sejumlah suppliers agar proses tender benar-benar semblies, dan kapasitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk
mampu memberikan harga terendah. akhir dan end items tersebut ditentukan dengan mengeksploitasi bil/
Ohno menilai bahwa memelihara hubungan dengan cara tradisi- of materialmasing-masing tipe produk dan end irem yang dibuat (de.
onal tersebut sangat lemah karena sulit membangun hubungan pendent de m and p r i ncip I e).
emosional. Ohno berpandangan bahwa hanya dengan jalinan Karena prinsip dependent and independent demand ini mem-
hubungan emosional, suppliers akan sulit untuk tidak setia dalam butuhkan manipulasi data dalam volume yang sangat besar dan akurasi
memenuhi seluruh promised delivery terhadap setiap order yang yang cukup tinggi. maka penggunaan teknologi komputer sangat
diberikan kepadanya. Untuk itu, Toyota memandang dan mem- menentukan keberhasi lan sistem tersebut. Perkembangan selanj utnya
perlakukan suppliers tidak sebatas hubungan dagang tetapi adalah menginginkan agar rencana dan kegiatan produksi dari sistem MRp
mitra (partner) yaitu sebagai bagian integral dari Toyota Produc- diintegrasikan dengan rencana pemasaran dan keuangan dan sistem
tion System. Supp/iers dilatih untuk mengurangi waktu setup, yang baru ini disebut Manufacturing Resource Planning yang dikenal
persediaan, produk cacat sebagaimana melatih para pekerjanya sebagai MRP ll yang tidak lain adalah bentuk peluasan dari MRP.
dalam mengatasi masalah-masalah di atas. Manfaatnya tidak se' Beberapa perkembangan lain yang muncul sehubungan dengan
dikit bagi Toyota, yaitu selain mendapatkan part dan komponen hadirnya teknologi komputer ialah Computer Aided Design (CAD),
bermutu tinggi, juga pengiriman produk tepat waktu dan biaya Com puter Aided Manufactu ri ng (CAM), F I exi b le M an ufactu ri ng Sy stem
yang wajar. Kondisi di atas sangat menunjang peningkatan daya (FMS), Computer lntegrated ManufacturinT GIM) dan E/ectronic Data
saing produk-produk Toyota di seluruh dunia. lnterchange (EDt).

Computer Aided Design memudahkan para perancang mem-


3.3 fllanufaclufl'nglModern buat desain untuk part, komponen atau produk akhir serta menguji
Sungguh pun kemajuan besar dalam sektor manufacturing telah fitur dan kekompakannya dengan partdan komponen lainnya dengan
dimunculkan oleh Toyota Motor Company, kontribusi dari teknologi bantuan teknologi komputer. Computer Aided Manufacturing adalah
komputer dalam membangun sistem manufaktur modern sungguh perangkat lunak untuk menterjemahkan kebutuhan desain ke dalam
luar biasa. Penggunaan teknologi komputer dalam sektor manufaktur instruksi untuk mengendalikan mesin-mesin produksi. Karena CAM
secara signifikan diawali oleh Material Requirements Planning (MRP)

56 Perencanoan dan Pengendalion Produ ksi Sej a rah Pe r ke mba ngan lionuf aktu r 57
tergantung pada CAD maka CAD|CAM sering dipandang sebagai satu menyampaikan order dan sharing dalam jadwal produksi secara cepat
kesatuan teknologi yang terintegrasi. dan akurat antar perusahaan yang mempunyai hubungan customer-
supplier.
Keterintegrasian operasi manufaktur dengan sistem material
handling diperoleh dengan bantuan teknologi Flexible Manufacturing Teknologi komputer juga berjasa dalam memunculkan mass
System (FMS). FMS bertujuan untuk mendapatkan output yang customization system. Mengenai sistem ini, John Nicho/as (1998)
memiliki variasi tinggi dengan biaya yang rendah. FMS pada dasarnya membuat berbagai skenario, diantaranya ialah pada suatu perusahaan
adalah suatu sistem manufaktur yang otomatis (computer-controlled manufaktur, para pelanggannya menelepon seorang insinyur untuk
automated manufacturing system), dengan volume dan keragaman mendiskusikan part apa yang mereka inginkan yang sesuai dengan
produk yang moderat yang dikendalikan secara sentral oleh komputer. kebutuhan spesifik perusahaan tersebut. Setelah ditemukan maka in-
Misalnya keputusan tentang part mana yang harus dinaikkan pada sinyur tersebut memasukkan data spesifikasi partyang diinginkan itu
mesin dan stasiun kerja mana yang harus dituju berikutnya oleh masing- ke dalam sebuah CADICAM dan automated machines segera menger-
masing bahan dilakukan oleh komputer. lntervensi manusia dalam jakan part tersebut. Skenario lain ialah seorang k/erk penjualan pa-
operasi hanya dibutuhkan apabila terjadi hal-hal yang tak terduga. kaian pada sebuah perusahaan garmen memasukkan data vital statis-
Suatu FMS yang besar melibatkan banyak mesin atau proses yang tics para pelanggan ke dalam komputer untuk membuat pola digital
masing-masing tingkat mekanisasinya beruariasi dan dihubungkan yang dibutuhkan dalam penjahitan pakaian tersebut. Pola dalam ben-
oleh sistem transfer automatic, automated guided vehicles, atau robot tuk digital ini dikirimkan ke pabrik dan menginstruksikan robot untuk
yang semuanya dikendalikan oleh komputer sentral. memotong kain yang dirujuk sesuai dengan ukuran yang disampaikan
dalam data digital . Automated machine kemudian melakukan penger-
FMS mencakup kegiatan manufaktur dengan spektrum yang
jaan penjahitan sehingga seluruhnya dapat diselesaikan persis seperti
luas seperti pemesinan, pengelasan, pengeriaan logam bentuk lem-
keinginan pelanggan dalam waktu sangat singkat. ltulah yang men-
baran, fabrikasi atau pembuatan part dan komponen serta perakit-
jadi tujuan rnass customization- Kedua skenario di atas menunjukkan
an. Teknologi kelompok (Croup Technology) sering disebut sebagai
bagaimana teknologi komputer dapat dimanfaatkan untuk mengopera-
padanan penggunaan yang paling tepat dengan FMS. Langkah beri-
sikan dan mengendalikan mesin-mesin produksi untuk merencanakan
kutnya setelah FMS ialah Computer-lntegrated Manufacturing. CIM
dan membuat produkproduk spesifik dengan segera. Dengan demiki-
menghubungkan CAD ICAM, automated material handling, robotic
an, kelemahan mass production yang selalu berbasis produk standar
dan autom ated manufacturing planning, control and excecution ke
dapat di atasi berkat keunggulan teknologi komputer.
dalam suatu sistem yang terintegrasi. Electronic Data lnterchange
(EDI) adalah suatu sistem di mana antar komputer terjadi pertukaran Perkembangan sistem manufaktur dari bentuk awal hingga saat
informasi (computer-to-computer exchange of information). Perang- ini dengan jelas memperlihatkan adanya kecenderungan yang me.
kat lunak yang berfungsi sebagai penterjemah mengkonversikan data ngarah kepada pemberian kepuasan kepada pelanggan dalam bentuk
yang dikirimkan dari file komputer perusahaan pengirim kepada file pemotongan waktu ancang-ancang, pengiriman tepat waktu, mutu
komputer perusahaan penerima. EDI memudahkan perusahaan untuk dan ketelitian yang tinggi serta harga yang wajar. Hal ini dapat terjadi
karena perkembangan teknologi khususnya teknologi manufaktur dan

58 Pe rencanoan dan Pengendali an Produksi Sej o r ah Pe r ke mbangan lion uf oktu r 59


teknologi informasi sangat berhasil memotong biaya tenaga kerja, ba-
Tabel3.l Laniutan
han, waktu transportasi dan besarnya persediaan serta memperbaiki
waktu siklus dan fleksibilitas manufacturing. Tabel 3.'l secara ringkas
Era Konsep Tahun Figur Kunci
menunjukkan kronologis perkembangan manufacturing mulai dari
Mass cusfom- o ClM, EDI 1980-1990
usaha kerajinan sampai manufacturing modern disertai dengan figur ization
kunci yang menjadi pelaku.
Sumber: Nicholas, J.,(l 998)
Table 3.1 Kronologis Perkembangan Manufacturing dan Figur Kunci
-oo0oo-
Era Konsep Tahun Figur Kunci
Produksi kera- . Kelompok pengera- Sebelum 1900-
jinan jin, keterampilan an
manual dan tukang
Revolusi industi c Penemuan mesin uap 1769 James Watt
. Pengelompokan 1776 Adam Smith
tenaga kerja (division
of laborl
o Pembuatan partlkom- 1780 EliWhitney
ponen yang dapat
saling menggantikan
(interchangeable
parts)
Prduksi massa o Prinsip-prinsipscien- 1911 EW. Taylor
dan scientific tific management
management o Time and motion 1911 Frank & Lilian
study Gilbreth
. Penjadwalan kerja 1912 Henry Gantt
dan insentif kerja
. Assembly line 1913 Henry Ford
. Organisasi fungsional 1920 Alfred Sloan
o Comp/ete vertical 1930 Henry Ford
integration
. Munculnya industri 1935 Eiji Toyoda
mobil Toyota
Lean production r Prinsip-prinsip/ust- 1950 TaiichiOhno
systems in-Time dan /ean dan Eiji Toyoda
produclion
Pesaingan o Flexible Manufac- 1965 1965- Molin Ltd (UK)
global dan turingSystems... 1970
manufactur- CADICAM
ing yang fleksi- o Material Require 1975 Joseph Orlicky
bel ments Planning

fr Perencanoan dan Pengendali on Produksi


Sejaroh Per kembangon filanufoktu r 6l
BAB

4
Prinsip-prinsip
Just-in-Time

4.1 Men$apa Just.ln-Time


stilah /ust-/n-Time (llT) dalam bidang manufaktur mengemuka
sejak awal tahun 197O-an dan diperkenalkan sebagai filosofi
baru oleh para pakar bisnis di bidang tersebut. Populernya isti-
lah llT tidak terlepas dari sukses besar industri otomotif Toyota Motor
Company dalam menerapkan sistem produksi yang dikembangkannya
sendiri yang diperkenalkan sebagai Toyota Production System. Seperti
telah diuraikan dalam Bab ll, konsep dasar loyota Produaion System
disusun dan dikembangkan berdasarkan keyakinan bahwa daya sa-
ing perusahaan akan semakin meningkat apabila perusahaan mampu
menghindarkan seluruh kegiatan dan proses produksi dari pembo-
rosan (wasting). Pemborosan diartikan sebagai suatu keadaan di mana
dalam pelaksanaan suatu kegiatan digunakan sumber daya produksi
yaitu waktu, bahan, tenaga atau pun biaya melebihi jumlah seharus-
nya. Pemborosan sumber daya selalu menjadi beban biaya tambahan
sehingga akan menurunkan daya saing produk di pasar. Oleh karena
itu, sumber-sumber pemborosan harus terus menerus diidentifikasi
dan diperangi secara sistemik. Prinsip memerangi pemborosan ialah
melaksanakan setiap kegiatan pada waktu yang tepat, dalam jumlah
yang tepat dan mutu yang tepat. Prinsip ini dikenal sebagai iust-in- turing tetapi sebagai sebuah ilmu dalam bidang produksi yang pantas
time principles. dan perlu dipelajari di Perguruan Tinggi. Toyota Produdion System
kemudian dikenal sebagai iust-in-time based manufacturing system.
Keberhasilan Toyota Motor Company dalam penerapan prinsip
Melalui sistem tersebut, produk-produk Ioyota Motor Company ber-
//f telah mendorong perusahaan-perusahaan lain khususnya diJepang hasil merebut pasar dunia. Keberhasilan Toyota Motor merebut pasar
untuk mengadopsi prinsip tersebut. Dorongan untuk memerangi pem-
dunia semakin mempopulerkan terminologi dan prinsip iust-in-time
borosan initimbuldari pembelajaran masa lalu yaitu pertama pengala-
ke sektor-sektor lain. Prinsip just-in-time kemudian tidak lagi hanya
man pahit Jepang dalam Perang Dunia ll. Perang besar yang berlang-
diterapkan dalam sektor manufacturing tetapi juga meluas ke sektor-
sung hanya beberapa tahun itu telah menguras hampir habis sumber
sektor distribusi dan perdagangan, pembelian, pertukaran data elek-
daya negara Jepang. Jepang mengalami tekanan ekonomi yang cukup
tronik (e/ectronic data interchange) dan lain-lain.
serius akibat kelangkaan sumber daya produksi khususnya bahan baku
dan tenaga terampil.r Kedua, perusahaan-perusahan industri manufak- lust-in-time' menurut kamus APTCS (American Production and
turJepang yang dibangun seusai perang banyak menghasilkan produk lnventory System) ialah sebuah filosofi manufacturing berdasarkan
cacat. Produk-produk cacat tersebut turut memperlemah daya saing penghapusan setiap sumber pemborosan secara terencana dan pe.
perusahaan bersangkutan karena meningkatkan biaya biaya produksi. n i ngkatan kual itas secara berkelanj utan. Seperti telah di urai kan d i atas,

pemborosan peggunaan sumber daya akan selalu meningkatkan biaya


Kedua situasi di atas telah menanamkan keyakinan yang kuat
produksi tanpa memberikan tambahan kualitas dan nilai (adds cost
bagi masyarakat Jepang tentang perlunya setiap sumber daya digu-
without adds quality and value). Berbagai sumber pemborosan yang
nakan secara hemat. Mereka sangat meyakini, bahwa perekonomian
umum terjadi di perusahaan manufacturing ialah waktu penyetelan
Jepang akan dapat dibangun dan dikembangkan dengan daya saing mesin-mesin (machine setup time), pemindahan bahan-bahan (ma-
tinggi apabila setiap sumber daya produksi yang dimiliki dapat di-
terial movementltransportation), produk dan persediaan yang ber-
manfaatkan pada tingkat efisiensi setinggi-tingginya. Penghematan
lebihan (excessive inventory), kehabisan bahan (lacking of material)
sumber daya bukanlah sebuah alternatif tetapi sebuah keharusan.
metode kerja yang tidak tepat (faulty production methods), produk ca-
Taiichi Ohno, seorang insinyur kepala (chief engineer) dari To- cat (product defects), kerusakan mesin ketika proses produksi sedang
yota Motor Company merupakan salah seorang praktisi manufactur- berlangsung (machine breakdown) dan lain-lain.
ingyang sangat berhasil secara sistematis menekan berbagai sumber
pemborosan sumber daya produksi dalam proses manufaktur industri 4.2 Sumber Pemborosan
otomotif tersebut. Ohno mengembangkan sistem produksi sedemikan
Upaya perbaikan produksi dapat dilakukan secara berkelanjutan
rupa yang memungkinkan setiap pekerja dapat melaksanakan kegiatan
apabila didukung oleh keinginan untuk menemukan dan mengenali
masing-masing pada waktu yang tepat, dalam jumlah atau volume
pemborosan secara terus-menerus. Pada umumnya, pemborosan mu-
yang tepat dan metode yang tepat. Keberhasilan Ohno dalam penera-
dah dideteksi dari lingkungan sekitar kegiatan yang dilakukan. Apabila
pan prinsip just-in-time dalam perusahaan Toyota Motor Company
lingkungan produksi memperlihatkan ketidakteraturan maka pembo-
akhirnya membuahkan pengakuan terhadap Toyota Production Sys-
rosan pasti sedang terjadi walaupun jenis pemborosan dan besarannya
tem tidak hanya sebagai sebuah pendekatan dalam sistem manufa,c-

u Perenconoan don Pengendalian Produksi Pri nsi p-pri nsi p J ust, I n-Ti me 65
hanya dapat diketahui melalui pengukuran yang teliti. Aliran bahan * Produk Cacat
yang zigzag, tumpukan bahan setengah jadi (work-in-progress) berada Produk yang cacat adalah sumber utama pemborosan. Tidak se.
di setiap sudut ruangan, suku cadang dan peralatan kerja berserakan dikit perusahaan menghadapi masalah serius karena produk cacatyang
di lantai dan para buruh berkerumun atau mondar-mandir tanpa pola menimbulkan klaim dari pelanggan. Jika produk cacat lolos kepada
yang jelas adalah beberapa contoh ketidakberaturan yang dimak- pelanggan dan kemudian menimbulkan kerugian maka perusahaan
sud. Di samping pemborosan yang mudah dilihat, tidak sedikit pula harus mengganti kerugian yang diderita pelanggan. Salah satu dam-
pemborosan yang bersifat tersembunyi. Pembebanan mesin-mesin pak negatif yang serius akibat produk cacat lolos kepada pelanggan
produksi tidak pada kapasitas optimal, pelaksanaan kegiatan yang ti- ialah runtuhnya reputasi perusahaan di mata pelanggan. Apabila situ-
dak didukung oleh alat yang sesuai, metode kerja tanpa prosedur yang asi yang demikian tidak di atasi dengan segera maka perusahaan akan
dibakukan, waktu pindah bahan antar stasiun kerja, waktu setup mesin keh i langan pelanggan potensial nya.
dan lain-lain adalah contoh-contoh pemborosan yang tersembunyi.
Setiap produk cacat seharusnya diidentifikasi dan kemudian
Sumber dan besarnya pemborosan pada setiap perusahaan pada diseleksi atau diperbaiki sebelum pengiriman kepada pelanggan. Pro-
umumnya berbeda antara satu dengan lainnya. Untuk menyatakan ses menemukan, mengenali, menyelekasi dan memperbaiki produk
seriusnya masalah pemborosan, masing-masing perusahaan membuat cacat juga adalah kegiatan pemborosan karena menyita tambahan
terminologi sendiri tentang pemborosan yang dihadapinya. ToYota waktu, biaya dan kemungkinan tambahan bahan untuk perbaikan atau
Motor Company menyebut fhe Seven Wastes, Canon Corporation pengerjaan ulang (rework). J ika produk cacat tidak dapat lagi diperbaiki
menyebut Ihe Nine Wasted dan tidak sedikit perusahaan yang me- maka kerugian yang ditanggung perusahaan ialah pemborosan bahan,
nyebut lhe 5x Big l-osses. The Seven Wastes yang dimaksud Toyota jam mesin, jam buruh dan biaya pemusnahan produk cacat tersebut.
Motor Company ialah producing defect (menghasilkan produk cacat), Karena demikian besar kerugian yang ditimbulkan oleh produk ca-
tran spo rt ation (pem i ndahan), i nv e ntory (persed iaan), ov er p rod u cti o n cat maka upaya pencegahan harus ditingkatkan secara serius. Perlu
(memproduksi dalam jumlah berlebih), waiting time (waktu menunS- disosialisasikan kepada setiap unit yang terkait setiap kemungkinan
gu), processing (pemrosesan) dan motion (pergerakan). Sumber pem- terjadinya produk cacat mulai dari unit desain produk, unit pengola-
borosan pada Canon Corporation ialah work-in-progress (bahan sete- han dilantai pabrik, unit pengadaan bahan, unit penyimpanan, unit
ngah jadi), defect (produk cacat), equipment (peralatan), expenditure ditribusi dan lain-lain agar selalu awas terhadap hal-hal yang dapat
(pengeluaran), indirect /abor (pekerja tidak langsung), planning (pe- menimbulkan terjadinya produk cacat. Setiap unit harus selalu diingat-
rencanaan), human resources (sumber daya manusia), operations (ope' kan dan didorong agar melakukan setiap kegiatan dengan cara yang
rasi)dan setup (kegiatan persiapan untuk mulai melakukan kegiatan). benar sejak awal (do right from the very beginning).
Walaupun tidak identik, terlihat banyak kesamaan dalam sum-
* Transportasidan Material handting
ber-sumber pemborosan yang dihadapi oleh perusahaan. Sumber-
Sebagian besar perusahaan membutuhkan transpoftasi orang,
sumber pemborosan pada perusahaan manufaktur pada umumnya
bahan, part dan kornponen, bahan penolong dan lain-lain dari suatu
ialah:
lokasi ke lokasi manufacturing. Demikian juga dalanr proses manu-
facturing diperlukan pemindahan bahan (material handling), part dan

66 Perencanaan dan Pengendolian Produki Pri nsi p- p ri nsi p J ust- I n-fi m e 67


komponen serta bahan pembantu dari satu departemen ke departe- lnventory pada dasarnya ialah sejumlah item (bahan baku, ba-
men lain atau dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja berikutnya di han penolong, part. komponen, produk setengah jadi, produk akhir)
lantai pabrik. Setiap kegiatan transportasi dan material handling akan dalam keadaan menunggu untuk diperlakukan atau dikenakan sesuatu
mengkonsumsi sejumlah sumber daya yaitu waktu, tenaga kerja, ener- kegiatan berikutnya. Sama halnya dengan transportasi dan material
gi dan peralatan transportasi yang semuanya akan bermuara pada biaya handling, inventory juga memunculkan tambahan biaya seperti biaya
produksi. Kecuali pada transportasi produk akhir dari lokasi gudang penyimpanan, biaya idle capital, resiko kerusakan, dan kehilangan se-
pabrik ke gudang distribusi di pasar, operasi transportasi dan material lama penyimpanan dan lain-lain. Seperti telah dijelaskan di atas, situ-
handling sama sekali tidak mengandung nilai tambah (value added). asi tersebut sama sekali tidak menghasilkan value added bahkan ada
Nilai sebuah part atau komponen tidak akan bertambah apabila di- kemungkinan selama penyimpanan bahan-bahan tidak hanya meng-
angkut dari gudang penyimpanan bahan baku ke proses pengolahan alami kehilangan atau kerusakan, tetapijuga kemerosotan fungsi kare-
di lantai pabrik dan selanjutnya ke gudang penyimpanan produk di na terlalu lama tersimpan dalam gudang. Biaya penyimpanan akan
pabrik. meningkat dengan meningkatnya jumlah bahan yang disimpan dan
lamanya waktu penyimpanan. Masalah-masalah ini yang menyebab-
Kegiatan transportasi mungkin tidak dapat dihilangkan tetapi
kan Toyota Motor Company menyebut inventory sebagai iblis yang
dapat diminimisasi melalui perencanaan lokasi dan tata letak fasili-
harus diberantas.
tas (facility layout) yang baik. Faktor kesesuaian alat angkut, kapasi-
tas angkutan bentuk lintasan dalam pabrik merupakan titik-titik fokus Seperti telah disinggung di atas, para manajer produksi yang
perencanaan yang harus di teliti untuk meminimumkan pemborosan sering enggan menghilangkan inventory berargumantasi bahwa in-
dalam operasi angkutan dan matenal handling. ventory sangat efektif untuk meredam fluktuasi permintaan, meng-
hindarkan interupsi dalam proses produksi akibat kekurangan bahan,
+ Inventory mengakomodasi kekurangan bahan, partdan komponen serta produk
T oyota Motor Co m p anymenyeb ut i nve nto ry(persed iaan bahan) apabila ditemukan bahan, part dan komponen atau pun produk cacat
sebagai the root of evil. Pernyataan yang sangat keras ini menunjuk- dan sebagai upaya untuk menekan waktu setup. Argumen di atas me-
kan betapa seriusnya pemborosan yang ditimbulkan oleh kebijakan mang benar tetapi masalah-masalah tersebut sebenarnya dapat di atasi
pengadaan persediaan. Pada masa lalu, persediaan bahan malah di- tanpa kebijakan pengadaan persediaan. Beberapa skenario yang dapat
pandang sebagai salah satu strategi terbaik untuk menjamin kelan- digunakan untuk menghitangkan atau paling tidak menekan inventory
caran proses produksi.Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila sampai batas minimum sehubungan dengan ke empat 'keuntungan'
tidak sedikit manajer produksi memandang fungsi inventory sebagai yang dikemukakan oleh manajer prduksi tersebut ialah:
iust-in-case phylosophy. Masalah inventory tidak terbatas hanya pada Meredam fl uktuasi permintaan
bahan tersimpan dalam gudang persediaan tetapi jauh lebih luas dari Permintaan pelanggan terhadap setiap produk bagaimana pun
hal tersebut misalnya adanya gundukan bahan setengah jadi di lantai akan selalu berfluktuasi. Akibat fluktuasi permintaan produk akhir
pabrik, tumpukan produk akhir di gudang-gudang distribusi dan lain- maka kebutuhan bahan, part dan komponen untuk membuat pro-
lain. duk itu juga berfluktuasi. Fluktuasi permintaan yang polanya tidak

68 Perenconaan don Pengendolian Produksi Pri nsi p - pri nsi p J ust- I n -Ti me 69
diketahui akan membuat antisipasi tindakan juga sulit ditemukan. batch besar maka jumlah production run akan kecil sehingga
Dalam situasi seperti ini, pengadaan persediaan sering dipandang frekuensi kegiatan setup juga rendah. Mengingat seriusn;-a ke-
sebagai jalan keluar yang paling baik. Tetapi harus dipahami hilangan waktu produktif akibat keg[atan setup maka telah dikem-
bahwa berbagai metode peramalan telah berkembang termasuk bangkan berbagai cara untuk ,"ngh"rinya. Manajer produksi
metode peramalan berbasis komputer seperti simulasi komputer: dapat memilih metode yang sesuai dengan proses produksinya.
(computer-based simulation) yang memungkinkan berbagai Jika metode serup telah diperbaiki maka ukuran bJrch dapat di-
skenario perkiraan permintaan pelanggan dapat dibuat dengan perkecil dan,akibatnya jumlah persediaan akan menurun drastis.
lebih baik (akurasi yang lebih tinggi).
* fumlah output bertebih (over produaion)
Interupsi pada proses produki (produ ction process i nteruption)
Perusahaan manufaktur tidak jarang menetapkan kebijakan
lnterupsi pada proses produksi terjadi akibat berbagai faktor antara
membuat produk dalam jumlah yang melebihi perkiraan penjualan.
lain yang utama ialah kerusakan mesin dan pengiriman bahan dari
Kebijakan tersebut didasarkan pada pertimbangan untuk mencapai
pemasok terlambat. lnterupsi karena faktor kerusakan mesin rela-
tingkat utilisasi mesin-mesin produksi, dan peralatan/fasititas penun-
tif mudah di atasi dengan menerapkan preventive maintenance jang yang semakin tinggi. Walaupun pertimbangan tersebui tiaar
system dalam pemeliharaan fasilitas produksi. Keterlambatan
dapat dibantah, menghasilkan produk daram jumlah yang lebih besar
pengiriman bahan dari para pemasok di atasi dengan cara mem-
dari jumlah yang dapat dijual adalah pemborosan. pada umumnya,
bangun hubungan yang lebih harmonis antara perusahaan dengan
setiap produk akhir yang tersimpan lama di gudang akan menimbul-
para pemas ok (harmonious supplierlcustomer relationship).
kan masalah penyimpanan. Tidak jarang ditemui bahwa produk akhir
Produk cacat (defective product) yang tersimpan lama harus dijualdengan harga yang lebih rendah
dan
Untuk mengurangi jumlah produk cacat tidak ada jalan lain ke' kalau tidak dapat dijual maka harus dimusnahkan.
cuali memperbaiki atau menyempurnakan proses operasi dengan
Biasanya, perusahaan yang menghasilkan produk yang berlebih-
cara menggunakan bahan yang tepat oleh orang yang tepat de-
an terlihat sangat sibuk. para pekerja di lantai pabrik terlihat penuh
ngan alat produksi yang tepat dan metode yang tepat. Mendapat-
kesibukan dan tidak menunjukkan adanya situasi menganggu r (idte
kan orang tepat dapat dilakukan melalui pendidikan dan latihan
situation) dan semua kapasitas sumber daya termanfaatkan secara
yang disesuaikan dengan karakteristik pekerjaan yang akan dilaku-
maksimum. Tetapi benefit dari semua hal positif tersebut akan hilang
kannya. Menciptakan metode yang tepat dilakukan dengan proses
manakala kelebihan jumlah produk tersebut tidak menghasilkan uang
desain yang teliti dan berdasarkan desain produk dan proses di-
karena tidak dapat dijual atau pun dijual pada harga yang jauh di
lakukan seleksi mesin-mesin produksi yang sesuai.
bawah biaya produksi.
Waktu setup (setup timel
Waktu setup berbanding terbalik dengan ukuran batch dalam * Waktu menunggu (waiting time)
proses produksi. Apabila ukuran batch kecil maka jumlah produc- waktu menunggu adalah salah satu bentuk pemborosan yang
tion run akan meningkat yang berakibat frekuensi setup mesin- paling mudah dilihat dan diidentifikasi. waktu rnenunggu mempunyai
mesin juga meningkat. Sebaliknya akan terjadi yaitu bila ukuran bermacam bentuk antara lain ialah menunggu kJ""t rg"n order

7A Perencanoon don Pengendolion Produksi Pri nsip- pri nsip J ust-t n.Ti me 7t
?

pelanggan, menunggu tibanya part, komponen atau sub-assemb/y dari flow diagram. Dengan bantuan alat analisis tersebut, ketepatan tata
departemen sebelumnya, atau pun menunggu mesin-mesin produk- urutan proses dapat dianalisis sehingga diperoleh tahapan yang paling
si selesai perbaikan di bengkel. Pemborosan karena faktor waktu baik"
menunggu terjadi pada para pekerja, bahan-bahan dan mesin-mesin/
fasilitas produksi.
* Gerakan yang tak perlu (unnecessary motion)
Orang sering bingung dalam membedakan gerakan (motion)
Kerugian yang diderita karena terjadinya waktu menunggu
dan kerja (work) karena setiap kerja akan memunculkan adanya ge.
ialah menurunnya kapasitas produksi akibat menurunnya jam kerja
rakan. Tetapi perlu disadari sebaliknya bahwa setiap gerakan belum
produktif. Salah satu bentuk kerugian lain yang timbul apabila situasi
tentu menunjukkan adanya kerja. Untuk tidak membingungkan dalam
menunggu sering terjadi ialah moral kerja akan merosot tajam. Para
membedakan gerakan sebagai pemborosan dan gerakan yang bukan
pekerja di lantai pabrik akan tidak termotivasi untuk melalukan peker-
pemborosan maka didefinisikan kerja (work) ialah semua gerakan yang
jaannya tepat waktu. Untuk mencegah merosotnya moral kerja para
menciptakan atau meningkatkan nilai tambah dan gerakan (motion)
pekerja, tidak jarang para manajer di lantai pabrik memvariasi jenis
ialah setiap gerakan yang tidak mengandung nilai tambah. Seorang
kegiatan mereka sehingga jika terjadi situasi menunggu dalam sebuah
pekerja di Bagian Pemeliharaan mesin misalnya apabila melakukan
kegiatan, maka pekerja terkait ditugaskan untuk melakukan kegiatan
gerakan/kegiatan membongkar komponen-komponen mesin tersebut
lain. Hal ini juga sering kurang menolong karena melakukan kegiatan
tetapi tidak memberikan nilai tambah dalam pekerjaannya disebut se.
yang tidak direncanakan dari awal juga akan menimbulkan pembo-
dang melakukan pemborosan waktu. Contoh lain, ialah pekerja yang
rosan.
melakukan kegiatannya tanpa prosedur yang dirancang secara teliti
* Tahapan pemrosesn (processing stage) maka dia akan melakukan gerakan yang sebagian besar merupakan
pemboroskan waktu.
Tahap-tahap pemrosesan apabila tidak dirancanS secara teliti
juga akan menimbulkan pemborosan. operasi pengolahan bahan Konsep yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi pembo-
baku menjadi produk akhir dilantai pabrik pada umumnya melibat- rosan dalam gerakan ialah nilai kerja (work content) yang didefinisi-
kan serangkaian proses. Tahaptahap kegiatan dalam rangkaian proses kan sebagai berikut (Nicho/as, l. l99B):
memiliki sifat ketergantungan satu terhadap lainnya. Dalam operasi
Kerja
tertentu sangat sulit mengidentifikasi sifat saling bergantung tersebut NilaiKerja=
Cerakan
terlebih jika tata urutan prosesnya juga dapat dipertukarkan. Tata urut-
an proses yang tepat akan memberikan total waktu operasi yang mi- Jika sebuah pekerjaan diselesaikan dalam 10 menit yang terdiri dari
nimum dan sebaliknya akan membutuhkan waktu operasi yang lebih 4 menit untuk melakukan kegiatan mengangkat, memindahkan dan
lama. menempatkan benda kerja pada posisi yang dibutuhkan dan 6 me.
Untuk mendapatkan tata urutan proses yang tepat, dalam pe- nit untuk kegiatan permesinan (machining) yaitu pengubahan bentuk
fisik dari benda kerja tersebut maka Nilai Kerja dari pelaksanaan pe.
rancangan operasi di lantai pabrik sering digunakan alat bantu analisis
yaitu assem bly chart, flow process chart, operation process chart dan kerjaan tersebut ialah 6110 atau 60%. Berdasarkan konsep tersebut,
perancangan suatu pekerjaan dilakukan untuk mencapai nilai kerja

72 Perencanaan dan Pengendolion Produksi Pri nsip- pri nsip J ust- I n-fi me 73
lantai pabrik, kantor dan gudang-gudang merupakan keharusan untuk
yang mendekati 100%. Hal ini dicapai dengan cara meminimumkan
menumbuhkan lingkungan yang asri, nyaman dan produktif.
gerakan (motion) bukan meningkatkan kerja (work)-
* Kejelasan (visibility)
4.3 Prinsip tust-in-lime Salah satu hal yang perlu dilakukan oleh setiap manajer ialah
Filosofi /lr menegaskan bahwa pengeliminasian setiap pem- berkomunikasi dengan semua pihak yang relevan tentang segala se
borosan (waste elimination) dan penciptaan dan peningkatan nilai suatu yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan. Untuk kepentingan ter-
tambah (value-added) adalah fokus dari/lf. Bertolak dari fokus di atas, sebut, data dan informasi harus tersedia atau mudah dikumpulkan.
prinsip /lT dapat dijelaskan sebagai berikut: Pengumpulan informasi l'rarus dilakukan oleh setiap orang sesuai de-
ngan bidang masing-masing. Dengan informasi yang cukup, komuni-
* Penyederhanaan (simplification)
kasi yang efektif dapat dijalin pada semua arah dan,tingkatan
Penyederhanaan adalah semua bentuk tindakan yang dildkukan
untuk memotong, membuang atau mengurangi kegiatan yang tidak * Waktu Siklus (cycle time)
mengandung nilai tambah. Penyederhanaan tidak hanya terkait de- Waktu sikus adalah rentang waktu yang digunakan untuk me.
ngan prosedur tetapi juga dengan produk, dan jasa yang dihasilkan' lakukan suatu pekerjaan atau kegiatan dari awat hingga akhir. lstilah
Beberapa prinsip penyederhanaan yang telah banyak digunakan dalam ini hanya ditemui pada pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan secara
sektor manufaktur untuk mereduksi pemborosan secara signifikan
ialah
berulang-ulang. Perusahaan manufaktur pada umumnya berupaya un-
prinsip gerakan ekonomis (the principles of motion economy) yang tuk menemukan waktu standar penyelesaian setiap pekerjaan yang
dikembangkan oleh Frank dan Lilian Citbreth dan rekayasa serempak bersifat pengulangan (recurent activities). Apabila waktu pengeraan
(concurrent engineering). Selain itu, metode tradisional analisis gerak telah distandarisasi maka penjadwalan kegiatan akan dapat dibuat se.
dan waktu (motion and time analysis)juga masih dapat dimanfaatkan cara akurat, volume produksi dapat diprediksi lebih tepat dan kebutu-
secara efektif untuk menciptakan penyederhanaan dalam kegiatan han sumber daya (tenaga kerja) dapat ditentukan dengan baik
produksi.
* Kecerdasan (agilityy
* Kerapian dan Keteraturan (c/eanliess and orderliness) Menurut Cherter, R (1996), suatu perusahaan manufaktur di-
Tidak jarang ditemukan bahwa pengelolaan fasilitas fisik per- katakan agile manufacture apabila melakukan kegiatan yang disebut-
usahaan manufaktur di lantai pabrik cukup tidak rapi. Mesin-mesin nya OODA secara loop. OODA adalah akronim dari:
di-
bekas dan peralatan kerja berantakan di lantai, work-in-progress Observe (melakukan observasi terhadap situasi) secara terus
di
letakkan pada setiap ruang kosong, peralatan kerja bertebaran menerus
peman-
daerah kerja. Ketidakteraturan ini bukan hanya menciptakan Orient (melakukan orientasi perusahaan) dengan cara meletakkan
dangan yang tidak nyaman tetapi juga pemborosan ruangan
dan me-
semua informasi dalam konteksnya
nimbulkan kesulitan dalam menciptakan kelancaran transpoftasi di Decide (melakukan pemilihan tindakan yang perlu diambil)
lantai pabrik. Tidak kalah pentingnya ialah meningkatkan resiko ke- Act (melaksanakan tindakan yang telah dipilih)
di
celakaan. Menciptakan dan memelihara kerapian dan keteraturan

Produki Pri nsip - pri nsi p J ust- I n-Ti me 75


74 Perencanoan dan Pengendolian
Uraian di atas memperlihatkan bahwa agil manufacture yanS menciri- faat dari sudut finansial. Hasil studi terhadap perusahaan-perusahaan
kan ooDA loop tidak lain adalah lean manufacture yang memperluas yang mengimplementasikan prinsip /lf rnenunjukkan bahwa dibutuh-
konsep perbaikan fungsi sebagai sistem terbuka yang ditandai dari kan waktu 6 bulan hingga 3 tahun baru manfaat finansialnya dapat di-
kegiatan observe, kesediaan untuk melakukan perubahan pandangan rasakan. Dalam jangka pendek, implementasi llF akan terlihat sebagai
sesuai dengan perkembangan kenyataan lapangan (orient), dan meng- biaya saja walaupun manfaat lain seperti perbaikan mutu, penurunan
ambil tindakan yang efektif (decide), pada waktu yang tepat (act). Me- waktu siklus telah dapat dirasakan. Jika dilihat dari sudut payback pe-
lalui OODA loop, perusahaan akan dapat menarik perhatian pelang- riod, llT seperti mengandung resiko tinggi bukan karena pembiayaan-
gan dan meninggalkan perusahaan pesaingnya karena akan mampu nya besar tetapi karena manfaat finansialnya membutuhkan waktu
menyesuaikan produk, mutu dan lain-lain tepat. lama baru dapat dirasakan.

* Pengurangan variasi (variation reduction) , * Komitmen terhadap mutu


Variasi menggambarkan besarnya perbedaan terhadap nilai Salah satu prasyarat dari ltT iatah komitmen yang kuat terhadap
nominal seperti standar, target atau pun harapan. Variasi yang me- perbaikan mutu. Komitmen terhadap mutu membutuhkan perubahan
lebihi batas toleransi selalu menjadi pengganggu yang bermuara pada terhadap berbagai kebijakan yang mempengaruhi pembelian, proses
peningkatan biaya produksi, keterlambatan penyelesaian order dan produksi, perancangan produk, pemecahan masalah dan pembinaan
mutu produk yang dihasilkan. Cara konvensional yang digunakan hubungan perusahaan dengan para supplier. Hubungan dengan sup
untuk mengatasi dampak negatif dari variasi proses yaitu pengadaan p/ier misalnya yang berkaitan dengan penegasan terhadap jaminan
persediaan keamanan (safety stock, safety lead time, ekspedisi, kerja mutu bahan dan ketepatan waktu dan ketepatan jumlah pengiriman
lembur dan sebagainya) selalu menimbulkan tambahan biaya sehing- oleh setiap supplier.
ga manfaat finansialnya hampir tidak ada.
* Pengurangan variasi
* Pengukuran (measurement)
//f selalu berupaya menjaga dan meningkatkan stabilitas me-
prinsip pengukuran menjelaskan bahwa bentuk pemborosan
lalui pengurangan variasi pada pasokan, dan proses internal. stabilitas
apa saja yang akan dikurangi atau dihilangkan, pengukuran harus dalam proses internal dicapai melalui sistem pemeliharaan pencegah-
dilakukan untuk mengetahui sejauh apa perbaikan telah dicapai dan an (preventive maintenance) pada setiap fasilitas. Bila stabilitas terse.
berapa besar sisa masalah yang masih harus diselesaikan. Pengukur- but dicapai maka penjadwalan dapat dilakukan dengan lebih mudah,
an adalah pondasi dari siklus PDCA. Sebelum melakukan perbaikan, sehingga pemborosan akan semakin rendah.
besarnya pemborosan harus diukur terlebih dahulu untuk dijadikan
Salah satu bentuk kesalahpahaman yang umum terjaditerhadap
sebagai baseline.
//T ialah dugaan bahwa sasaran utama llT ialah menekan persedia-
4.4 Keterbatasan t ust{n'fime an. Akibat pemahaman ini, para manajer berupaya meminimumkan
persediaan tanpa memecahkan masalah-masalah yang terkait seperti
* Komitmen terhadap waktu
dijelaskan dalam prinsip //f.
Sebagian besar program //T membutuhkan waktu yang kadang-
kadang cukup panjang agar manfaatnya dapat terlihat terutama man-

76 Perencanaan dan Pengendolion Produksi Pri nsi p- pri nsi p J ust - I n-Ti me v
4.5 Manufacturingl yang Efektif 5. Perencanaan ulang atau merevisi rencana selalu berindikasi pem-
berian toleransi terhadap kesalahan dan kegagalan
Sejalan dengan prinsip just-in-time yang bertujuan mengelimi- 6. Membuat rencana yang tidak dapat dilaksanakan lebih buruk dari
nasi atau paling tidak mengurangi segala bentuk pemborosan khusus-
tidak menggunakan rencana tersebut
nya di bidang manufaktur, berkembang pula prinsip manufacturing 7. Waktu ancang-ancang bukan hanya dapat dimonitor dan disesuai-
yang efektil (efffective manufacturing principle) yang tujuannya rela- kan tetapi juga dapat dikendalikan
tif sama yaitu mengurangi semua penyimpangan yang terjadi dalam 8. Mengurangi waktu setup tidak hanya berdampak positif pada pe-
implementasi rencana dan program produksi yang telah ditetapkan. ngurangan waktu ancang-ancang tetapi akan memperlancar aliran
Prinsip manufacturing yang efektif ini dikembangkan berdasar;kan karena menekan pemborosan waktu produktif
pengalaman dalam mengimplementasikan berbagai model sistem 9. Perencanaan adalah penentuan kebutuhan sumber daya dan
produksi khususnya Material Requirements Planning (MRP) dan eksekusi adalah penggunaan sumber daya yang direncanakan un-
Manufacturing Resource Planning (MRP //). Berdasarkan ragam per- tuk memenuhi harapan pelanggan
masalahan yang dihadapi dan faktor penyebab munculnya masalah 10. Hanya sumber daya yang membutuhkan kegiatan jangka panjang
serta pemahaman terhadap karakteristik masing-masing masalah maka yang perlu memiliki perencanaan ke depan sedangkan rencana
prinsip di bawah ini dapat dijadikan pedoman untuk meminimumkan detail hanya mencakup kebutuhan sumber daya jangka pendek.
masalah dan dampaknya terhadap pencapaian tujuan produksi.
Jangan menetapkan penggunaan sumber daya yang sifatnya fleksi-
1. Masalah produksi harus dan dapat dieliminasi atau dikurangi. bel untuk kebutuhan spesifik kecuali saat penggunaannya telah
Mengurangi dampak negatif masalah dengan cara pengadaan tiba.
persediaan tidak akan pernah berhasil dengan baik. 'l
1. Waktu adalah sumber daya yang paling berharga di antara sumber
2. Persediaan selalu lebih bersifat biaya (more of liability) dari pada daya lain yang dibutuhkan dalam manufacturing
aset. Persediaan hanya bermanfaat pada saat terjadi fluktuasi per- 12. Hanya ada satu sistem perencanaan dan pengendalian manufac-
mintaan dan penyimpanan selalu memunculkan biaya. turing yang kerangka kerjanya harus sesuai untuk keseluruhan
3. Memberikan toleransi waktu terhadap kemungkinan mesin tidak 13. Operasi yang dapat dilaksanakan dengan baik tidak pernah mem-
beroperasi (down time) jauh lebih baik dari pada menggunakan butuhkan sistem yang kompleks
mesin untuk mengerjakan sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuh- 14. Semua pekerja membutuhkan pembelajaran secara berkelanjut-
kan hanya untuk menghindarkan mesin dalam situasi menganggur an.
(idle)
4. Melakukan perencanaan ulang atau revisi rencana secara berulang- -oo0oo'
ulang dalam rentang waktu yang relatif pendek untuk mendapat-
kan rencana pada akurasi yang tinggi tidak akan menghasilkan
implementasi yang baik karena faktor penentu keberhasilan im-
plementasi ialah besarnya upaya pelaksana implementasi untuk
mewujudkan keberhasilan

Pri nsi p- pri nsip J ust- I n-Ti me


78 Pe renconoan dan Pengendoli an Produ ki 79
BAB

5
-

Sistem Perenconaan dan


Pengendalian Produksi

5.1 Fungsi Perencanaan dan pengendalian


rencanaan dan pengendalian adalah dua fungsi manajemen
yang tidak dapat dipisahkan dalam setiap bidang kegiatan ter_
masuk kegiatan produksi. perencanaan adatah langkah per_
tama dalam proses manajemen yang meliputi penetapan tujuan dan
sasaran yang ingin dicapai dan keputusan tentang bagaimana cara
un-
tuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut. seperti terlihat pada cam-
bar 5.1, perencanaan dan pengendalian dihubungkan oleh proses
eksekusi yaitu proses implementasi rencana yang telah disusun. proses
implementasi dikendalikan yaitu dimonitor, diawasi, dievaluasi dan
terhadap setiap deviasi yang terjadi dirakukan tindakan perbaikan.
5.2 Kerangfka Dasar kegiatan produksi atau production activity control) dan pengadaan
sumber daya operasional tpurchasing) adalah perencanaan eksekusi.
Sistem perencanaan dan pengendalian produksi terdiri dari be-
Perencanaan ini merupakan tahap akhir seluruh perencanan, disusun
berapa sub-sistem yang dirancang untuk mencapai secara utuh dua
oleh para manajer tingkat bawah (lower managers) yang secara lang-
sasaran pokok perencanaan dan pengendalian produksi yaitu terca-
sung menangani kegiatan di lantai pabrik seperti manajer penjadwal-
painya kepuasan pelanggan dan tingginya tingkat utilisasi penggunaan
an, manajer pengolahan dan lain-lain.
sumber daya produksi. Agar sasaran-sasaran tersebut dapat dicapai se-
cara maksimum maka seluruh sub-sistem harus secara sinergik mela- Demand Management
kukan fungsi-fungsi perencanaan dan pengendalian misalnya perenca- Forecasting
Disttibution
naan dan pengendalian bahan, kapasitas dan proses produksi' Require rnents
Planning
Kerangka dasar sistem perencanaan dan pengendalian produksi Order Enty

yang t'erintegrasi dan aliran informasi antar sub-sistem adalah seperti


terlihat dalam Cambar 5.2. Kerangka dasar tersebut memperlihatkan
dua tipe integrasi yaitu pertama integrasi antara rencana jangka pan-
jang, rencana jangka menengah dan rencana operasional atau rencana
eksekusi di lantai pabrik dan kedua ialah integrasi antara unit-unit
fungsional dalam setiap fase perencanaan. Perencanaan pada empat
OoF,ntion
sub-sistem pertama yaitu perencanaan bisnis (business planning), manage.
ment
perencanaan pemasaran (marketing planning), perencanaan agregat executicn
Praduction Activity Control of M ateri al s
Pu rchasi ng
(aggregate planning) dan perencanaan sumber daya (resource plan- Order release Vendor selection

ning) adalah termasuk dalam perencanaan strategis (strategic plan'


Operation scheduling Oder placement
Dbpatching Vendor rcheduling
ning). Perencanaan ini merupakan tanggung jawab dan disusun oleh Expediting Order follow-up
Production reporting
manajemen puncak (top executives). Jangkauan waktu (time horizon)
ke empat perencanaan ini pada umumnya lima tahun atau kurang.
Perencanaan pada empat sub-sistem kedua yang meliputi pe'
Cambar 5.2 Kerangka Dasiar Sistem Perencanaan dan Pengendalian
rencanaan jadwal induk produksi (master production scheduling),
Produksi
rough-cut-capacity plan n i ng, perencanaan kebutuhan bahan (mate-
ri al requ i rements pl an ni ng), perencanaan kebutuhan kapasitas (capa' 5.3 Sistem Perencanaan dan Penglendalian
city requirements planning) adalah perencanaan jangka menengah. Rencana jangka panjang yang berjangka waktu paling lama lima
Perencanaan ini pada umumnya berjangka waktu satu tahun dan
tahun, memuat isu-isu strategik bisnis yang meliputi antara lain penen-
merupakan tanggungjawab manajer lini (linelmiddle managers). Dua
tuan bisnis apa yang perlu dikembangkan ke depan, di mana basis
perencanaan terakhir yaitu perencanaan kegiatan produksi di lantai
pemasaran, berapa besar potensi permintaan pada masing-masing
pabrik (sering lebih dikenal sebagai perencanan sistem pengendalian

82 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Sistem Perencanoon Produ ksi 83


wilayah basis dan perkiraan prospek distribusi permintaan pada sub- Rencana kebutuhan bahan (materra/ requiretn*nfx pfannfng) di-
wilayah pasar. Hasil akhir dari perencanaan jangka panjang ini ialah susun dengan menguraikan produk akhir pada iadwal induk produksi
rencana agregat (aggregate plan). kepada kebutuhan part dan komponen berdasarkan bill of rr?aterrars
(BOM) dari produk tersebut. 8i// of materfals menjelaskan struktur/lri-
Rencana agregat memuat perkiraan target produksi atau omset
rarkis komponen dan partyang membentuk produk akhir. Bill o{ m*
penjualan tahun per tahun sampai tahun ke lima dengan memper-
terral menjelaskan bagaimana produk akhir disusun dari komponen-
hatikan potensi sumber daya produksi yang tersedia atau dapat dise-
komponennya secara berjenjang. Dengan demikian hasil penguraian
diakan dalam jangka panjang. Dalam perencanaan agregat, satuan
ini ialah sebuah daftar panjang tentang partlkomponen apa yang harus
produk akhir yang akan dihasilkan belum diidentifikasi satu per satu
dibuat, berapa banyak harus dibuat dan kapan harus sudah selesai
tetapi d inyatakan sebagai kelompok produk (product-groups). Contoh
dibuat sehingga jadwal perakitan produk akhir dapat tedukung. Se-
kelompok produk misalnya adalah 20.000 set peralatan elektronik
belum daftar panjang ini difinalkan, kebutuhan bersih masing*nasing
kebutuhan rumah tangga yang akan diproduksi per tahun. Kelom-
part dan komponen dihitung dengan mengurangi jumlah part atau
pok produk ini misalnya terdiri dari televisi, radio, tape recorder, dan
komponen yang sebelumnya sudah tersedia di gudang. Kemudian ren-
lain-lain yang merupakan kebutuhan rumah tangga. Masing-masing
cana kebutuhan kapasitas untuk pembuatan masing-masing part dan
diproduksi dengan proporsi tertentu dan seluruhnya 20.000 unit per
komponen dihitung dengan bantuan bill of capacity.
tahun.
Daftar panjang kebutuhan bahan kemudian diuraikan lebih lan-
Rencana jangka menengah yang berjangka waktu paling lama
jut menjadi rencana eksekusi. Penyusunan rencana eksekusi merup:l-
satu tahun yang sering dikenal sebagai rencana kerja tahunan memuat
kan tahap akhir perencanaan. Rencana operasi eksekusi berisikan jad-
omset tahunan yang merupakan terjemahan rencana jangka panjang
wal dari perintah-perintah kerja di lantai pabrik dan jadwalpengadaan
ke dalam rencana operasional. Perencanaan ini meliputi penguraian
bahan. Berdasarkan rencana ini eksekusi pembuatan part dan kompo-
product group menjadi satuan-satuan produk akhir (individual end
nen di lantai pabrik dilakukan, dirakit dan dikirim kepada pemesan
products) yang disusun dalam bentuk rencana induk produksi (master
sesuai dengan jadwal pengiriman yang telah dtentukan.
production schedule atau MPS). Rencana induk produksiadalah suatu
daftar yang memuat iumlah masing-masing produk akhir yang akan
5.4 Elemen-elemenSistem Perencanaan
dihasilkan per tim*bucket. Time bucket biasanya dinyatakan dalam
mingguan sepanjang rentang/jangkauan waktu perencanaan (time Secara lebih rincielemen-elemen atau subsistem darisistem pe
horizon) yang lamanya 6-12 bulan. Jadwal induk produksi disusun rencanaan dan pengendalian produksi dapat jelsskan sebagai berikut:
dengan memperhatikan potensi permintaan, dan potensi kapasitas. * Business planning
Potensi kapasitas dievaluasi dengan menggunakan teknik rough-cut
Penyusunan rencana tentang ruang lingkup bisnis yang akan
capacity planning (RCCP). Berdasarkan jadwal induk produksi kemu-
dibangun atau ditumbuhkan dimasa yang akan datang (lima tahun
dian disusun jadwal perakitan produk akhir (final assembly schedu/e)
ke depan) yang meliputi jenis produksi yang akan dikembangkan,
dan rencana kebutuhan bahan (material requirements plan atau MRP).
wilayah pemasaran, perkiraan volume produksi (dalam satuan kelom-
pok produk) dan nilai penjualan. Rencana ini disusun dengan maksud

u Perencanoan dan Pengendalian Produksi Si stem Pe rencanoan Produ ksi 85


dan tujuan pengembangan bisnis melalui penambahan unit kegiatan akan dibangun, berapa besar target pangsa pasar yang dapat diharap-
produksi baru. Misalnya dalam waktu 5 tahun ke depan, perusahaan kan dan perkiraan prospek penjualan tahunan pada masing-masing
akan mengembangkan produk-produknya dengan menambahkan pro- segmen. Hasil marketing planning ini sekali gus memberikan koreksi
duk-produk elektronik kebutuhan rumah tangga seperti televisi, tape terhadap busi ness plan.
recorder dan radio terhadap produk-produk yang sudah ada atau pun
juga menggantikan sebagian dari produk lama.
* Aggregate planning
Berdasarkan prospek penjualan tahunan, dibuat perkiraan per-
Dengan pengembangan atau penambahan unit kegiatan produk- mintaan terhadap kelompok produk per tahun yang dipecah per time
si tersebut, direncanakan perluasan wilayah pemasaran ke lndonesia bucket. Biasanya satu time bucket adalah satu minggu ke atau satu
Bagian Barat, Asia Tenggara dan Timur Tengah. Volume produksi bulan. Dengan demikian, perkiraan tentang jumrah atau volume ke-
direncanakan 200;000 set dengan total nilai penjualan (sampai lima lompok produk dalam satu tahun di-break down menjadi permintaan
tahun ke depan) direncanakan 5 juta dollar. Rencana yang disusun ini mingguan atau bulanan dengan memperhatikan fluktuasi permintaan
relatif masih kasar tetapi sudah dapat digunakan sebagai basis untuk dari minggu ke minggu ke sepanjang rentang waktu perencanaan
penyusunan rencana jangka menengah. (planning horizon) seperti terlihat dalam Cambar 5.2.

* Demand management * Resource planning


Perm ntaan pelan ggan terhadap prod uk/jasa perusahaan adal ah
i
Untuk menguji kewajaran rencana agregat maka kebutuhan
kunci kehidupan setiap bisnis. supaya permintaan pelanggan tetap ter- kapasitas secara agregat dihitung dan dibandingkan dengan kapasitas
pelihara maka potensi permintaan pelanggan harus dikelola dengan yang tersedia. Kebutuhan kapasitas secara agregat dihitung berdasar-
baik. Dengan memperhatikan situasi dan prospek persaingan di masa kan jumlah machine-hour rata-rata yang dibutuhkan oleh kelompok
yang akan datang, dilakukan peramalan tentang potensi permintaan produk dibandingkan dengan jumlah machine-hour yang tersedia
pelanggan, membuat perkiraan tentang kemungkinan distribusi dan untuk mengeksekusi rencana agregat. Bila kapasitas tidak memadai
jadwal permintaan antar wilayah pemasaran potensial, dan kemung- maka dipertimbangkan untuk menambah kapasitas atau mengoreksi
kinan permintaan yang telah disampaikan oleh para pelanggan. Dari rencana agregat. Uraian lebih rinci akan diberikan lebih lanjut.
ketiga informasi ini, dikemas suatu daftar tentang potensi permintaan
pelanggan terhadap produk-produk perusahaan dari tahun ke tahun. .8. Master production scheduling
Jenis produk yang diidentifikasi pada tahap ini masih bersifat
makro Kelompok produk dalam rencana agregat dielaborasi menjadi
yaitu dalam satuan kelompok produk (product groups)- produk akhir (endp roducts) untuk setiap time bucket yang ditunjukkan
sebagai jadwa induk produksi. Jadwal induk produksi yang merupakan
* Marketing planning
roll-up kepada rencana agregat ialah sebuah rencana yang memperli-
Pada masing-rnasing wilayah pemasaran yang telah diidentifi- hatkan produk apa, dan berapa banyak masing-masing produk akan
kasi dalam business plan, masukan dari demand management kemu- dihasilkan pada setiap time bucket sepanjang planning horizon. yang
dian dievaluasi terutama mengenai produk-produk apa yang dinilai dimasud dengan produk dapat berupa produk akhir (end products),
paling prospektif, bagaimana segrnen pasar dan saluran distribusi yang

86 Perencanaon dan Pengendalion Produki Sistem Perencanoon Produki 87


item tersebut diketahui berdasarkan hasil eksploitasi bill of materials
komponen yang bersifat end item (item yang merupakan produk akhir
terhadap jadwal induk produksi.
yang siap untuk diiual atau disimpan sebagai stok bebas).

+ Rough-cut capacity Planning


n Mabrial requirequirements planning
Dengan bantuan bitl of materials master production schedule
Sama halnya dengan resource planning, rough-cut capacity
dielaborasi ke dalam jadwal kebutuhan bahan yaitu part, komponen,
planning menguji kewajaran jadwal induk produksi (master produc-
sub-assembly. Bill of materials adalah sebuah file komputer yang
tion schedu/e) dengan membandingkan jumlah machine-hour yang
menjelaskan tata urutan dan banyaknya item (part atau komponen)
dibutuhkan dengan machine-hour yang tersedia pada masing-masing
yang dibutuhkan untuk mendapatkan satu unit produk jadi. yang
stasiun kerja untuk mengeksekusi master production schedule. Peren-
dimaksud dengan tata urutan ialah tahapan dari masing-masing part
canaan kapasitas ini dibuat untuk menghasilkan informasi dalam kebi-
jakan pengadaan kapasitas jangka menengah. Uraian yang lebih rinci
dalam menyusun produk akhir seperti ditunjukkan dalam product
structure tree. Atas dasar tata urutan ini, maka bill of materials sering
tentang rough-cut capacity planning akan diberikan dalam bab selan-
juga disebut goez into file.
jutnya.

* F A Schedule * Capacity requirements planning


Sama dengan rough-cut capacity planning, capacity require-
Final Assembty S;chedule (iadwal perakitan untuk produk akhir)
rnents planning menguji kewajaran material requirements schedule
ialah penyusunan jadwal untuk operasi tahap akhir setelah semua
dengan membandingkan kebutuhan kapasitas untuk mengeksekusi
parr dan komponen selesai dikerjakan. Dalam lingkungan assembly
master production schedule dengan kapasitas stasiun kerja yang terse-
to order, Final Assembly Schedu/e (FAS) mencakup perakitan ter-
dia. capacity requirements planning menghasilkan rencana kapasitas
hadap pilihan-pilihan terhadap part, komponen dan sub-assemb/ies
yang cukup rinci. Uraian lebih rinci tentang capacity requirements
yang diambil dari persediaan untuk dirakit sesuai dengan pesanan
planning akan diberikan dalam bab selanjutnya.
pelanggan. Dalam lingkungan make-to-stock, FAS adalah jadwal yang
dipersiapkan untuk proses operasi perakitan termasuk pengujian mutu
tahap akhir sehingga jadwal induk produksi dapat dipenuhi.
Sub sistem production activity conuol (pAC) meliputi pembe-
* lnventory record rian perintah-perintah kerja di lantai pabrik berdasarkan jadwal ke-
lnventory record merupakan suatu file yang berisikan status butuhan bahan, menyusun production time-table (jadwar murai dan
selesai setiap order yang akan dikerjakan), penjadwalan operasi dan
suatu part, komponen, sub-assembly atau bahan baku yang dicatat
penentuan urutan operasi pada setiap stasiun kerja, penentuan rincian
dan di update setiap kali terjadi transaksi atas item-item tersebut.
beban kerja setiap stasiun kerja, menjadwal ulang operasi yang meng-
Masing-masing part, komponen, sub assembly atau bahan baku memi-
liki inventory record tersendiri. Data atau informasi dari inventory re' alami keterlambatan, pembuatan laporan operasional yang berisikan
output yang dicapai, progres dan masalah yang dihadapi (order-order
cord dibutuhkan untuk mengetahui f umlah bersih (net reguirements).
yang terlambat selesai, iumlah dan jenis paft yang cacat pada setiap
Suatu item harus diproduksi setelah jumlah kotor (gross requirements)
stasiun kerja) di lantai pabrik dan lain-lain.

Produki Sistem Perencanaon Produki 89


88 Perencanoon don Pengendalian
* Purchasing BAB
Fungsi pembelian (purchasing) meliputi pemilihan vendor, pe-
nyampaian order-order pembelian, penjadwalan vendor dan meng-
ikuti order pembelian (follow up). 6
{. Pertormancemeasurement Perencilnoon
Pengukuran kinerja (performance measurement) memberikan
informasi kepada manajemen berdasarkan hasil evaluasi seberapa baik
Jangku Punjung
sistem perencanaan dan pengendalian beroperasi dalam mencapai tu-
juan dan sasarannya. Pengukuran kinerja juga memberikan highlight
tentang permasalahan pada setiap area baik pada sisi perencanaan
maupun sisi pengendalian serta rekomendasi tindakan perbaikan yang
perlu dilakukan.
6.1 Umum
-oo0oo- rencanaan jangka panjang pada dasarnya mencakup 4 sub-
'sistem perencanaan yang bersifat
hierarkis yaitu perencanaan
strategis, perencanaan bisnis, perencanaan pemasaran dan
perencanaan agregat. lnput utama dalam sub-sistem perencanaan
strategis ialah analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan
eksternal sedangkan input untuk perencanaan bisnis, perencanaan
pemasaran dan perencanaan agregat ialah dema nd management dan
resource plan. Diagram perencanaan jangka panjang ditunjukkan
dalam Cambar 6.1
Berikut ini akan diuraikan proses perencanaan pada masing-ma-
sing sub-sistem serta keterkaitan masing-masing sub-sistem sebagai ke-
satuan sistem perencanaan jangka panjang.

6.2 Perencanaan Strategis (Strategic Ptanningll


Strategic planning adalah suatu proses perencanaan mengenai
penentuan arah pengembangan perusahaan dalam jangka panjang.
Jangkauan rencana strategis pada umumnya lima tahun ke depan.

% Perencanaon dan Pengendalian Produksi


perubahan yang diperkirakan akan terjadi pada masing-masing faktor
lnternal Environment External Environment
Analysis: Analysis: lingkungan tersebut serta dampaknya terhadap perusahaan maka akan
Human Resource Legal
Economy
dapat dirumuskan berbagai strategi dan kebijakan untuk memanfaat-
Financial Resource
Organzationl Palitic kan secara maksimum peluang yang diperkirakan akan terbuka dan
Management Lcology
I meminimumkan potensi ancaman terhadap perusahaan.
ftc Social
Demography
Technology Output utama dari strategic planning yaitu pernyataan tentang
visi, misi, tujuan/sasaran perusahaan dalam jangka panjang dan ru-
Demand Management musan strategi perusahaan yang akan digunakan untuk mewujudkan
Forecasting
Distribution visi dan tujuan jangka panjang tersebut. visi perusahaan iarah per-
Requirements
nyataan tentang wujud perusahaan yang diinginkan pada masa yang
Planning
Order Entry akan datang. Misalnya, pada industri otomotif, visinya ialah....men-
iadi perusahaan manufaktur terdepan dalam industri otomotif di pasar
global-..Perusahaan penerbangan British Airways pada tahun 1980-an
Gambar 6.1 Perencanaan langka Paniang menetapkan visinya ...to become the first choice in the international
flight. visi tersebut menjelaskan bahwa dalam jangka waktu lima ta-
Fokus perencanaan ialah analisis tentang berbagai kemungkinan ske-
hun ke depan, British Airways akan telah terwujud sebagai sebuah
nario perubahan pada lingkungan eksternal dan lingkungan internal perusahaan penerbangan yang menjadi pilihan pertama bagi para pe-
perusahaan serta dampaknya terhadap perusahaan dalam jangka
numpang yang melakukan penerbangan internasional... visi perusaha-
paniang. Faktor-faktor lingkungan eksternal yang dalam jangka pan,ang
an hanya dapat ditetapkan apabila arah dan kecenderungan perubah-
mengalami perubahan dan membawa dampak kepada perusahaan
an pada setiap faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal telah
antara lain ialah peraturan perundang-undangan baik pada tingkat
dianalisis secara cermat hingga ditemukan peluang apa saja dalam
nasional maupun internasional, perkembangan ekonomi, persaingan jangka panjang yang akan timbul dan dapat dimanfaatkan perusahaan
global, perkembangan teknologi, sosial budaya, politik dan isu-isu
dan ancaman apa saja yang bakal dihadapi.
lingkungan ekologis. Faktor-faktor lingkungan internal antara lain
ialah potensi sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan baik Misi perusahaan menjelaskan pondasi dan pilar-pilar perusa-
pada saat ini maupun pada masa yang akan datang, potensi keuangan, haan yang harus dibangun dan dikokohkan untuk mewujudkan visi
pengalaman paniang perusahaan dan lain-lain. perusahaan. Misalnya, untuk mewujudkan visi di atas, misi perusa-
haan ialah 1) memperkokoh riset dalam bidang teknologi otomotif,
perubahan pada salah satu dari faktor di atas akan membawa
2) membangun profesionalisme sumber daya manusia untuk meman-
dampak terhadap perusahaan. Dampak yang dialami perusahaan se-
faatkan hasil-hasil riset dalam proses manufacturing seperti pembuat-
lalu pada dua sisi yaitu sisi positif misalnya terbukanya peluang bagi
an desain dan rekayasa proses, 3) mengembangkan iaringan pemasar-
pengembangan perusahaan dan sisi negatif misalnya munculnya an-
an berbasis teknologi informasi dan lain-lain.
caman-ancaman baru yang dapat mematikan atau menurunkan daya
saing perusahaan. Dengan memahami dan mengantisipasi perubahan-

92 Pe rencanoon dan Pengendali an Produksi Perencanaan Jangka Panjong 93


Tujuan jangka panjang perusahaan ialah pernyataan tentang tar- di mana produk-produk yang direncanakan masih dinyatakan sebagai
get-target pencapaian jangka panjang yang sejalan dengan pernyataan product groups bahkan tidak jarang masih dalam bentuk omset pen-
visi dan misi perusahaan. Misalnya, pencapaian target posisi ketiga jualan. Tidak sedikit top executive berpendapat bahwa karakteristik
terbesar dalam persaingan global, mencapai pangsa pasar tidak kurang dari business planning ialah perencanaan yang berorientasi kepada
dari 20"1o di pasar global dan 30% di pasar domestik. Sasaran perusa- aspek makro finansial yaitu penetapan sasaran-sasaran dan potensi
haan ialah meningkatnya omset penjualan sebesar 50% dalam 5 tahun penjualan yang dapat dan layak dicapai apabila visi perusahaan telah
ke depan dan seterusnya. diwujudkan. sangat jarang binis planning menetapkan perkiraan vo-
lume penjualan dan daerah pemasaran secara spesifik walaupun ke
6.3 Perencanaan Bisnis (Business Plannin$) dua aspek itu secara tetap dibahas.

Business planning merupakan tahap lanjutan atau penjabaran Seperti ditunjukkan dalam diagram Cambar 6.1, business plan
dari strategic planning. Business planning ialah proses penyusunan disusun oleh top executive dan memuat dengan jelas hal-hal berikut
rencana bisnis (business plan) yaitu rencana tentang bisnis apa saja secara makro, Sheikh, K., (2001):
yang akan dikembangkan atau ditingkatkan dalam jangka panjang. a. Strategi produk dan pemasaran yang meliputi, pangsa pasar yang
Business plan dipersiapkan dengan menggunakan masukan dari proses ingin dicapai, rencana pengembangan produk baru, analisis per-
analisis potensi permintaan pasar (demand management) disamping saingan, strategi distribusi, rencana profit dan posisi produk dalam
hasil-hasil analisis lingkungan eksternal, lingkungan internal. Business mencapai sasaran kepuasan pelanggan.
p/an akan menjadi sebuah dokumen yang merupakan komitmen b. Daerah geografis pasar dan target demografis yang akan dijadikan
pimpinan puncak (explicittop executive commitment) mengenai arah basis pemasaran.
pengembangan perusahaan. c. Rencana penjualan tahunan yang dinyatakan dalam satuan finan-
Kata'bisnis'dalam hal ini adalah bentuk aktivitas produksi atau sial.
jasa yang menjadi sumber pendapatan perusahaan di masa yang akan d. Penetapan kebijakan tentang membuat atau membeli berbagai in-
datang yang perlu ditambahkan atau dikembangkan dalam aktivitas put yang dibutuhkan dalam pencapaian target penjualan.
produksi yang telah dilakukan saat ini. Misalnya, penambahan atau e. Keputusan tentang penggunaan teknologi proses yang akan digu-
pengembangan lini produksi baru, diversifikasi produk-produk yang nakan antara semua alternatif yang tersedia untuk dipilih.
dihasilkan, peningkatan volume produksi yang telah ada dan lain-lain. t. Kebijakan tentang pengadaan atau peningkatan kapasitas yang
Rencana pengembangan atau penambahan lini produksi baru tentu meliputi perluasan fasilitas, lokasi, ketenagaan dan lain-lain.
hanya dapat direkomendasi apabila gambaran persaingan dan perma- g. Kebijakan sumber daya manusia yang meliputi rancangan struktur
salahan yang akan dihadapi pada masa yang akan datang telah dapat organisasi, sistem penghargaan terhadap prestasi kerja, dan ren-
diperkirakan. cana peningkatan keterampilan personalia.
h. Rencana investasi dan sumber pendanaan.
Rentang waktu atau jangkauan ke depan perencanaan bisnis
i. Kebijakan infrastruktur manufacturing yang meliputi sistem pe-
pada umumnya sama dengan rentang waktu perencanaan strategis
ngendalian produksi dan persediaan (tingkat persediaan, sasaran
yaitu sampai 5 tahun ke depan. Perencanaan ini masih bersifat makro

94 Perencanaan don Pengendali an Produksi Pe renconoo,n Jangka Panjang 95


turnover persediaan), sistem mutu dan pembiayaan, manaiemen membawa dampak besar positif atau negatif tergantung dari arah per-
ketenagakerjaan dan lain-lain. ubahan tersebut. Tidak sedikit perusahaan yang berhadapan dengan
masalah besar akibat tidak siap atau tidak mampu melakukan anti-
Di samping butir-butir diatas, business plan iuga harus mencakup
sipasi terhadap perubahan undang-undang atau kebijakan tersebut.
berbagai rencana lain yang berkaitan secara tidak langsung dengan
oleh karena itu, manajemen Derusahaan harus secara terus menerus
produksi misalnya masalah lingkungan ekologis, dan tanggung jawab
mengantisipasi kemungkinan adanya perubahan dan melakukan anali-
sosial perusahaan (socia/ corporate responsibility).
sis dampaknya terhadap perusahaan tersebut

Analisis Linkungan * Faktor Ekonomi


Eksternal:
Legal Perkiraan atau proyeksi perkembangan ekonomi nasionar dan
Ekonomi global sangat membantu manajemen dalam membuat perkiraan pe-
Sosial Budaya
Ekolosi luang dan potensi bisnis yang dapat dimanfaatkan untuk pengem-
Business Plan
Politik (5 tahun ke depan): bangan bisnis yang ada saat ini. Bila pertumbuhan ekonomi nasional
Teknologi
Kompetisi
Tujuan dalam 5 tahun ke depan diperkirakan akan membaik, maka rapangan
5asaran
5trategi
kerja baru akan terbuka lebar dan pendapatan/daya beli masyarakat
Analisis Lingkungan
Kebiiakan akan meningkat. Perkiraan ini tentu merupakan gambaran peruang
lnternal:
Sumberdaya bagi perusahaan untuk pengembangan bisinis guna meningkatkan
finansial pangsa penjualan. Peluang dan potensi pengembangan yang dimak-
SDM
Organisasi sud dapat berupa perluasan kegiatan yang telah ada, pengembangan
Manajemen jenis usaha, pengembangan produk baru, kerja sama bisnis dan rain-
lain yang dapat dimanfaatkan. sebaliknya, jika analisis proyeksi eko-
Gambar 6.2 Proses Penyusunan Rencana
nomi nasional menunjukkan kelesuan, maka pemutusan kerja dalam
Seperti telah diuraikan di atas, analisis lingkungan eksternal mencakup skala besar diperkirakan akan terjadi sehingga daya beli masyarakat
analisis tentang kecenderungan perubahan di masa depan yaitu lima akan merosot. Perkiraan seperti ini mengharuskan perusahaan untuk
tahun yang akan datang akibat perubahan yang ditimbulkan oleh ber- mempersiapkan antisipasi peningkatan efisensi dan penajaman skala
bagai faktor ekternal. Berikut ini diuraikan secara ringkas hal-hal pen- prioritas produks.
ting yang perlu diperhatikan dalam analisis lingkungan internal-
* Faktor Sosial Budaya dan Demografi
* Faktor Legal Faktor sosial budaya dan perkembangan demografi tidak jarang
Perubahan peraturan perundang-undangan termasuk kebijakan membawa resiko kepada perusahaan apabila tidak diantisipasi secara
pemerintah merupakan faktor yang cukup dominan membawa darn- cermat. Kecenderungan perubahan sistem nilai pada masyarakat,
pak kepada perusahaan. Misalnya perubahan pada undang-undang kondisi sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan kesehatan, pertum-
perpajakan, undang-undang ketenagakerjaan, undang-undang pena- buhan penduduk dan harapan hidup, pengangguran, kriminalisme
naman modal, kebi.iakan fiskal dan moneter, dan lain-lain akan selalu dan berbagai penyakit sosial di masyarakat sangat mempengaruhi

96 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Perencanoan Jangka Panjang 97


kinerja perusahaan yang beroperasi di lingkungan masyarakat terse- 1980-an hingga pertengahan dekade 1990-an dikenal sebagai era in-
but. Pengembangan bisnis ke depan harus benar-benar memperhi- dustri. Dalam periode tersebut berkembang teknologi industri yang
tungkan faktor-faktor tersebut. Di negara-negara Barat, lnggris misal- dikenal sebagai advanced manufacturing technology 6MT). Dengan
nya terdapat kecenderungan bahwa wanita karir tidak tertarik untuk teknologi tersebut persaingan bisnis meningkat tajam karen a custom-
berkeluarga dan yang telah berkeluarga t:Cak menghendaki kehadiran ized production s,,stem dapat diimplementasikan dengan baik. peru-
anak dalam keluarga. Akibat kecenderungan tersebut peluang pasar sahaan industri manufaktur yang gagal mengadopsi teknologi terse-
bagi produk-produk kebutuhan bayi misalnya merosot tajam. but sangat kehilangan daya saing. pada pertengahan dekade 1990-an
berkembang pula teknologi informasi berbasis komputer. Teknologi
* Faktor Ekologis ini dalam waktu singkat'merevolusi'tata cara penanganan perusahaan
Perusahaan hanya dapat beroperasi dengan aman dan berkelan- tidak hanya dalam hal perencanaan tetapi juga pada proses eksekusi
jutan apabila lingkungan ekologis menunjang, Reaksi masyarakat rencana, pengendalian produksi dan pemasaran. lstilah-istilah e-pur-
terhadap perusahaan akan berubah sejalan dengan perubahan pada chase, e-commmerce, e-business, e-finance dan lain-lain muncul
kualitas lingkungan ekologis karena perusahaan selalu dianggap se- sehubungan dengan penggunaan teknologi informasi secara intensif
bagai sumber utama penyebab kerusakan lingkungan. Perusahaan dalam pengelolaan produksi, pembelian, dan pemasaran. perusahaan
perlu menghindarkan konflik dengan masyarakat khususnya mereka masih tetap perlu mengantisipasi perkembangan teknologi berikutnya
yang peduli pada kelestarian lingkungan. Antisipasi terhadap kecen- serta mempersiapkan diri untuk mengadopsi secara tepat.
derungan perubahan lingkungan akan sangat memudahkan manaje-
men untuk merancang dan mengembangkan operasinya sejalan de- * Faktor Kompetisi
ngan tuntutan lingkungan yang lestari. Faktor kompetisi bisnis yang saat ini cenderung bersifat frontal
sebagai konsekuensi dari penandatanganan CATT(Ceneral Agreement
* Faktor Politik
on Tariff and Trade) di Marokko pertengahan dekade 1990-an lalu me-
Analisis lingkungan politik terkait dengan perkiraan potensi dan rupakan salah satu faktor perubahan lainnya yang penting diantisipasi
peluang kerja sama bisnis antar perusahaan. Persaingan dalam era glo- secara terus menerus. Pemerintah yang terkait dengan penandatanga-
bal telah mendorong kerja sama antar negara khususnya antar nega- nan cArrsudah tidak diperkenankan melakukan perlindungan bisnis
ra-negara yang berbatasan semakin kuat. Kerja sama antar 10 negara domestik secara diskriminatif dengan perusahaan pesaing dari luar.
anggota ASEAN misalnya telah diperkuat dengan penandatanganan Dengan kata lain, masing-masing perusahaan harus mampu memagari
piagam kesepakatan oleh pemimpin tertinggi masing-masing negara diri sendiri dalam menghadapi persaingan. Manajemen perusahaan
pada tahun 2OO7 lalu. Faktor peluang kerja sama ini sangat perlu di- perlu mendeteksi dan membuat analisis perkiraan intensitas persaing-
kaji dalam business p/an karena akhirnya tidak ada perusahaan yang an di masa yang akan datang agar dapat disusun strategi bersaing yang
bersaing secara maksimal tanpa bermitra. efektif.

* Faktor Teknologi Analisis lingkungan internal terkait dengan inventarisasi potensi


Perkembangan teknologi merupakan salah satu faktor yang pa- sumber daya perusahaan yang dapat dimanfaatkan saat ini dan pada
ling cepat memberikan perubahan pada perusahaan. Sejak awal tahun masa yang akan datang. sumber daya kritis yang potensinya harus

Perenconaan don Pengendolian Produksi Perencanaon Jongka Panjang 99


benar-benar diketahui ialah sumber daya manusia, keuangan, organi- menggunakan model matematik mengasumsikan trend permintaan
sasi/manajemen dan sumber daya energi. Analisis ini diarahkan untuk pada masa yang akan datang tetap sama dengan trend permintaan
menemukan strategi yang efektif untuk memelihara kelanjutan seluruh pada masa lalu.
sumber daya perusahaan untuk mendukung daya saing perusahaan di Di samping peramalan tentang potensi permintaan dari luar
pasar global. perusahaan, juga perlu dikelola permintaarr yang disampaikan se-
cara langsung oleh para pelanggan kepada perusahaan (order entries)
6.4 Manajemen Permintaan (Demand Managlementl dan juga konsumsi internal yaitu kemungkinan penggunaan sebagian
Karena keberhasilan perusahaan sangat ditentukan oleh kemam- produk-produk yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan internal
puan mendapatkan order dari para pelanggan maka manajemen per- perusahaan.
lu mengetahui besarnya potensi permintaan pasar pada saat ini dan Berdasarkan sasaran di atas maka ruang lingkup demand mana-
masa yang akan datang. Potensi permintaan perlu dikelola secara baik, gement ialah:
dengan memperhatikan perubahan berbagai faktor lingkungan khu-
susnya perkembangan persaingan, perubahan ekonomi, sosial budaya
a. Peramalan dan antisipasi permintaan produk-produk baru

masyarakat. Sasaran pengelolaan permintaan (demand management)


b. Advertensi dan promosi perusahaan dan produk-produknya, ter-
masuk penetapan kebijakan harga jual.
produk-produk perusahaan ialah:
c. Pelayanan kepada pelanggan yang meliputi melayani pertanyaan
a. Mendapatkan gambaran proyeksi permintaan yang paling wajar pelanggan dan memahami keinginan-keinginan khusus pelanggan
(the most reasonable projection of demand) untuk masa yang potensial serta berinteraksi secara terus menerus dengan tim pe-
akan datang. nyusun jadwal induk produksi (master production scheduler).
b. Mengidentifikasi perbedaan permintaan yang cukup berartiterma- d. Memproses permintaan langsung pelanggan (actual order entry
suk kecenderungan permintaan antar daerah pemasaran secepat processing).
mungkin agar tindakan penyesuaian dapat dilakukan tepat wak- e. Menentukan jadwal pengiriman terhadap order pelanggan.
tu. t. Menentukan jawal pengiriman ke gudang-gudang distribusi di se-
c. Memutahirkan proyeksi permintaan di masa yang akan datang tiap daerah pemasaran.
apabila ditemukan gejala yang menunjukkan terjadinya perubah-
an permintaan. 6,5 Perencanaan Pemasaran (Ma*eting! Ptanning!)
Teknik-teknik peramalan permintaan perlu dievaluasi dan digu- Marketing planning (Perencanaan Pemasaran) ialah proses pen-
nakan dalam pengelolaan permintaan. Teknik peramalan dibutuhkan jabaran bisnis p/an ke dalam aspek marketing dengan memperhatikan
untuk penyusunan rencana jangka panjang. Beberapa dari teknik ini hasil analisis dari demand management. Analisis pasar mencakup dua
disajikan pada bagian akhir bab ini. Perlu dipahami bahwa penggu- entitas pokok yaitu secara demografik dan geografik. Entitas demo-
naan model matematik dalam peramalan permintaan memerlukan grafik meliputi kelompok masyarakat atau tipe pelanggan yang akan
evaluasi awal mengenai pola atau kecenderungan permintaan masa dijadikan sasaran pemasaran untuk merealisasi business p/an misalnya
lalu apakah masih berlanjut ke masa yang akan datang. Peramalan kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi, kelompok masyarakat in-

100 Perencanoan don Pengendali on Produksi Perencanoon Jongka Panjang 101


dustri, kelompok usia remaja dan lain-lain serta membuat perbanding- sering disusun secara simultan dan keduanya disebut sales and opera-
an potensi dan proyeksi pertumbuhan masing-masing kelompok. ti on pl an n i ng (S &O P). Aggregate p I an n i ng mengkonversi kan anti si pasi
pen.iualan dan product groups yang dinyatakan dalam business plan
penetapan segmen pasar yang akan dijadikan target didasarkan
dan market p/an ke dalam rencana agregat (aggregate plan). Rencana
pada potensi masing-masing segmen selta kondisi yang yang perlu di-
agregat pada umumnya mempunyai rentang waktu satu tahun dengan
penuhi untuk merealisasi potensi setiap segmen. Secara garis besar
time bucket satu minggu ke atau satu bulan.
sasaran dari marketing p/an ialah:
Sasaran dari perencanaan agregat ialah menetapkan jumlah
a. Mengolaborasikan potensi pemasaran secara denrografik dan geo-
produk yang akan dihasilkan, tingkat persediaan dan perkiraan jumlah
grafik target pemasaran yang ditetapkan dalam business plan.
tenaga kerja yang optimum dalam situasi permintaan yang berfluk-
b. Mengidentifik4si product Sroups yang potensial untuk masing-
tuasi. Beberapa alternatif strategi yang digunakan untuk menghadapi
masing segmen pasar.
permintaan yang berfluktuasi ialah (Naidu, 1998):
c. Menganalisis proporsi distribusi penjualan pada masing-masing
segmen terpilih. Berproduksi dengan volume produksi yang konstan dari periode
d. Membuat kebijakan saluran distribusi dan persediaan pada ma- ke periode dan fluktuasi permintaan diabsorb oleh akumulasi
sing-masing segmen persediaan.
e. Mengolaborasikan kebijakan advertensi, promosi pada yang di- Berprodukasi dengan kapasitas yang konstan tetapi pada volume
tetapkan dalam business p/an untuk masing-masing segmen pasar produksi yang bervariasi melalui pengadaan kerja lembur, sub-
f. Mengantisipasi besar investasi untuk implementasi market plan. kontrak dan lain-lain.
Berproduksi pada kapasitas dan volume peroduksi yang berva-
Perlu diketahui bahwa dalam marketing p/an selain mengiden-
riasi mengikuti fluktuasi permintaan dengan menerapkan kebijak-
tifikasi segmen pasar serta potensi penjualan pada masing-masing seg-
sanaan merekrut dan melepaskan tenaga kerja sewaktu-waktu.
men baik secara demografik maupun geografik serta kebijakan saluran
pemasaran, pada tahap ini
Mempelajari kemungkinan penerapan backlog terencana (ke-
mungkinan pengiriman susulan apabila jumlah produk yang terse-
Jumlah product groups yang akan dihasilkan juga diidentifikasi. dia tidak mencukupi permintaan pada periode berjalan apabila
Misalnya, 500 ton batangan baja per tahun untuk daerah pemasaran pelanggan terkait bersedia).
Asia Tenggara, 1000 ton lembaran baja per tahun untuk daerah pema-
Strategi ke tiga kemungkinan paling sulit dilakukan bahkan
saran Timur Tengah dan sebagainya. Pada tahap ini, masing-masing
product group tersebut belum dirinci ke dalam spesifik produk ma- membawa resiko biaya paling besar karena melibatkan perekrutan
dan penghentian tenaga kerja (planned hiring and layoffs work force)
sing-masing.
dari periode ke periode mengikuti fluktuasi permintaan. Strategi yang
paling baik sangat tergantung pada kondisi dari perusahaan manufak-
6.6 Perencanaan A!!re$at (Agl/lre$ate PI anningl)
tur bersangkutan. Strategi pertama sering menjadi pilihan pada seba-
Aggregate planning merupakan langkah berikutnya setelah mar- gian besar perusahaan karena sederhana untuk diterapkan. Menurut
keting p/an tersusun. Aggregate planning dan marketing planning strategi ini, apabila kapasitas dan volume produksi dijaga pada jum-

102 Pe rencanaan dan Pengendali an P roduksi Perencanoan Jangko Panjong 103


lah yang konstan dan pada saat permintaan pada periode berjalan di Tabel 6.1 Perkiraan Permintaan Terhadap Kelompok Produk l, ll dan
bawah volume produksi maka kelebihan produksi disimpan sebagai lll Selama 24 Bulan Ke depan Berdasarkan Market Plan.
persediaan dan sebaliknya apabila pada periode berikutnya perminta- Kelom- Bulan Kuartal
an melebihi volume produksi maka kekurangan diisi dari persediaan. pok lan Feb Mar Apr Mei Jun 3 4 1 2 3 4
Produk
persediaan akhir : persediaan awal + produksi periode berjalan - 228 230 158 178 198 226 47i 541 454 535 545 480
pengiriman il 130 135 145 145 172 t58 475 485 448 i92 420 375
ilt lBO 160 165 140 149 136 s0B 584 422 447 48t 478
Untuk memahami strategi-starategi di atas, berikut ini diberikan se-
buah contoh. windsor steel Cylinder Manufacturing (wscM) adalah Berdasarkan perkiraan di atas maka aggregate plan untuk ren-
sebuah perusahaan industri manufaktur yanS memproduksi tiga ke- tang waktu rencana 24 bulan ke depan ialah seperti terlihat dalam Ta-
lompok produk tproduct grpups) silinder yaitu Ke/ompok Produk l, ll bel 6.2. Rencana agregat ini masih bersifat tentatif karena masih perlu
dan ///. diuji kewajarannya dengan perkiraan kapasitas yang dapat disediakan.
Rencana agregat pada tahap ini disebut sebagai prospective aggregate
plan.

Tabel 6.2 Rencana Agregat Produksi Kelompok Produk l, ll dan ll


dan Perkiraan Persediaan untuk Memenuhi Permintaan
24 Bulan Ke depan

Kelompok Produk
Bulan / !umlah
Hari I il m
Kuartal
Gambar 6.3 Tiga Kelompok Produk Sebagai Output Proses Kerja Stok Kebu-
Prod
Stok Kebu-
Prod
Stok Kebu-
Prod
Awal tuhan Awal tuhan Awal tuhan
Transformasi
lan 22 44 228 208 25 130 120 30 180 70
Berdasarkan data marke t plan, estimasi jumlah permintaan ter- Feb 20 24 230 224 15 135 140 20 160 60

hadap masing-masing kelompok produk dalam 24 bulan ke depan Mar 21 18 158 160 20 145 140 20 165 60
Apr 20 178 145 150
masing-masing ialah Kelompok Produk I sebanyak 4.246 unit, Kelom-
20 180 15 15 140 140
Mei 22 22 198 200 20 172 't70 r5 149 50
pok Produk tl 3.480 unit dan Kelompok Produk lll 3.750 unit dengan
Jun 20 24 226 220 18 158 150 t6 136 40
rincian terlihat pada Tabel 6.1- JulSep 64 'r8 473 480 20 475 480 20 s0B 510

Dimisalkan pula bahwa persediaan awal yaitu jumlah produk


OktDes 64 25 541 540 25 485 480 22 484 480
63 24 454 450 20 448 450 422 420
yang tersisa di warehouse untuk masing-masing kelompok Produk l, ll
lanMar 1B

AprJun 62 20 535 540 22 392 390 16 447 450


dan I/l ialah 44,25 dan 30 unit. Besarnya persediaan pada akhir setiap lulSep 64 25 545 540 20 420 420 19 481 480
periode diperkiraan berkisar antara 10-15% dari jumlah permintaan OktDes 64 20 480 480 20 375 390 IB 478 480
pada periode beri kutnya. Fl uktuasi j umlah persediaan awal tergantung Total 506 4.246 4.222 3.480 3.490 3.750 3.740

dari perkiraan fluktuasi permintaan pada periode berikutnya'

Perencanaan don Pengendalian Produksi Perencanaon Jongka Panjang 105


Prosp,ective aggregate plan di atas memperlihatkan fluktuasi efisiensi operator. Karena unit produksi dalam rencana agregat di-
persediaan yang mengikuti fluktuasi permintaan. Mungkin akan dibu- nyatakan dalam kelompok produk (product-mix atau product group)
tuhkan penyesuaian apabila analisis resource planning menunjukkan maka perlu ditetapkan besarnya kapasitas sumber daya yang dibutuh-
kapasitas yang tersedia atau dapat disediakan secara agregat tidak kan untuk memproduksi tiap unit produk campuran tersebut.
mendukung.
Misalkan, analisis proses operasi manufaktur untuk ketiga ke-
lompok produk di atas menunjukkan bahwa stasiun kerja kritikal akan
6.7 Perencanaan Sumber daya (Resource Planningl) terjad i pada Depa rtment Assembly. Selanj utnya, berdasarkan anal isis
Seperti telah dijelaskan pada bab terdahulu, sebuah rencana pasar, Kelompok Produk / terdiri dari tiga jenis produk yaitu A, B dan
sumber daya (resource plan) menjelaskan banyaknya sumber daya C (Cambar 6.4).
tertentu dibutuhkan untuk menunjang permintaan agregat yang di-
nyatakan dalam rencana agregat (aggregate plan). Kapasitas suatu Produk A
sumber daya diukur atau dinyatakan sebagai level kapasitas (capacity
Produk B
/eve/) yaitu jumlah waktu maksimum tersedia bagi sumber daya terse-
but untuk dimanfaatkan per satuan waktu. Sebagai contoh, sebuah Produk B
Assembly Machine dapat dioperasikan 40 jam per minggu, maka di- Gambar 6,4 Kelompok Produk lTerdiri Dari Produk A, B dan C
katakan level kapasitas mesin tersebut ialah 40 jam-mesin per minggu.
Ketiga produk ini membutuhkan Departemen Assembly masing-
Perencanaan sumber daya (resource planning) digunakan un- masing sebesar 1.90, 1.50, dan 1.4 jam-mesin per unit. Komposisi
tuk perencanaan kapasitas jangka panjang, pada umumnya berjangka rata-rata setiap produk dalam Kelompok Produk I berdasarkan data
2-5 tahun ke depan yang kemudian dijabarkan daiam rencana tahun- produksi 2 tahun terakhir misalnya adalah 4Oolo,25olo, dan 35%. Ber-
an. Hanya sumber daya kunci yang diperhatikan dalam perencanaan dasarkan data ini, bill of resource untuk Departemen Assembly ialah
kapasitas ini. Sumber daya kunci ialah sumber daya yang kritis yaitu (0.40X1.90) + (0.25)(1.50) + (0.35X1.40) : 1.65 jam-mesin per unit.
bersifat khusus, sulit, langka, memerlukan keterampilan sangat tinggi, Dengan cara yang sama kebutuhan kapasitas untuk pembuatan se-
dan tidak fleksibel. Sumber daya yang sering mengalami bottleneck tiap unit produk campuran dalam Kelompok Produk // dan Kelompok
termasuk dalam kategori sumber daya kunci. Seperti halnya sebuah Produk /// dapat dihitung dan hasilnya misalnya ialah 't.50 dan, 1.30
rantai yang kekuatannya ditentukan oleh mata rantai yang terlemah, jam-mesin masing-masing. Juga diketahui bahwa jumlah jam kerja
kapasitas sumber daya kunci juga menentukan total kapasitas seluruh ialah B jam per hari, dan 5 hari per minggu. Dengan demikian, jumlah
proses manufaktur. jam kerja per minggu ke ialah 40 jam. Sesuai dengan kalender per-
Perencanaan sumber daya ditujukan untuk menguji kecukupan usahaan, jumlah minggu ke kerja (working weeks) per bulan dalam 24
kapasitas yang tersedia terhadap kapasitas yang dibutuhkan dalam bulan ke depan kemudian ditetapkan.
mendukung rencana agregat. Faktor-faktor yang dipertimbangkan Berdasarkan data tersebut, maka dapat diestimasi jumlah ming-
dalam menghitung kapasitas yang tersedia ialah jumlah hari kerja per gu ke dan kebutuhan kapasitas agregat pada Departernen Assembly
minggu, jumlah shift per hari, jumlah unit sumber daya dan faktor

106 Perencanaan don Pengendalian Produki Perencanoon Jangko Ponjang 107


untuk ketiga kelompok produk tersebut yaitu seperti terlihat pada karena kebutuhan kapasitas tersebut bukan dalam jangka pendek se-
Tabel 6.3. hingga masih cukup waktu untuk proses pengadaan. Alternatif kedua
ialah mengoreksi prospective aggregate p/an dengan cara menurun-
Tabel 6.3 Perkiraan lumlah minggu ke dan Kebutuhan Kapasitas
kan angka estimasi jumlah unit product group dalam market p/an se-
Departemen Assembly
hingga kapasitas yang tersedia dapat menjangkau kebutuhan. Kedua
Kelompok Produk
Bulan/ Jumlah
f umlah alternatif tersebut perlu dianalisis secara cermat untuk mendapatkan
Hari I il ilt
Kuartal Minggu
Kerja
pilihan yang paling baik. Alternatif mana pun yang dipilih, haruslah
Unit Kapasitas Unit Kapasitas Unit Kapasitas
4 22 208 344 20 180 170 221
memenuhi kedua prinsip berikut ini:
Jan
Feb 4 20 224 370 40 210 160 208 o Realistik yaitu dapat dilaksanakan apabila berada pada batas ke-
Mar 4 21 160 264 40 210 160 208 mampuan maksimal yang dapat diberikan.
Apr 4 20 180 297 50 225 140 142
o Efisien yaitu alternatif terpilih tidak akan menurunkan daya saing
Mei 4 22 200 330 70 255 150 195
'r
produk di pasar
Jun 4 20 220 363 60 240 40 182
lul-Sep 13 64 480 792 480 620 510 663 Sehubungan dengan itu, trade off analysis sering harus dilakukan
Okt-Des 15 64 540 891 450 675 480 624
dengan memperti mbangkan j uga faktor-faktor subjektif. Faktor subjek-
.lan-Mar 12 63 450 743 480 620 420 546
Apr-Jun 12 62 540 891 390 585 450 585
tif yang dimaksud antara lain pengalaman masa lalu, kemungkinan
lul-Sep 13 64 540 891 420 630 480 624 perubahan permintaaan pasar, dan lain-lain.
Okt-Des 15 64 480 792 390 585 480 624
Total 104 506 4.222 6.968 3.490 5.035 1.740 4.a62 6.8 Teknik-teknik Peramalan
Penggunaan model matematik dalam peramalan besarnya po-
Berdasarkan perkiraan 'prospective aggregate plan' di atas, di-
tensi permintaan terhadap produk-produk yang akan dibuat pada um-
peroleh bahwa kebutuhan kapasitas Departemen Assembly rata-rata
umnya lebih didominasi oleh perusahaan yang beroperasi dalam ling-
perhari ialah (6.968 + 5.035 + 4.862) + 506 hari : 33.34jam per
kungan make-to-stock. Tetapi, akhi r-akh ir ini perusahaan-perusahaan
hari. Angka ini menunjukkan bahwa untuk mengeksekusiprospective
dalam lingkungan make-to-order juga sudah semakin tertarik untuk
aggregate p/an tersebut, Departemen Assemb/y harus memiliki kapa-
men ggunakan tekn i k-tekn ik peramalan, walau pun hasi I nya d i gu nakan
sitas minimum sebesar 33.34 jam per hari. Apabila jumlah jam kerja B
sebagai bahan pembandingan terhadap hasil-hasil analisis berdasar-
jam per hari dengan tingkat efisiensi dan utilitas masing-masing sebe-
kan analisis skenario perkembangan pasar yang dibuat oleh pimpinan
sar 90% dan 95% maka Departemen Assembly harus memiliki 4.BZ
puncak.
= 5 unit mesin yang bekerja secara paralel.
Dalam pemilihan metode peramalan dan pengembangan sistem
Ada dua alternatif yang dapat dilakukan apabila kebutuhan kapa-
peramalan, perlu diperjelas terlebih dahulu maksud dan tujuan pera-
sitas sebesar 37.25 jam per hari pada saat ini belum dapat dipenuhi.
malan sehingga metode yang akan dipilih dapat disesuaikan dengan
Alternatif pertama ialah menambah kapasitas dengan cara penambah-
maksud tersebut. Seperti terlihat dalam diagram Cambar 6.2, perenca-
an jumlah mesin pada stasiun kerja tersebut. Hal ini dimungkinkan
naan produksi meliputi penyusunan serangkaian rencana yang bersi-

108 Perencanaan don Pengendolian Produksi Perencanoon Jangko Panjong


f.rt hierarkis mulai dari rencana jangka panjang untuk produk dengan rasi peramalan dapat diperbaiki apabila peramalan degan meng-
agregasi yang tinggi, rencana jangka menengah untuk produk-produk gunakan model yang sederlrana diganti dengan model yang lebih
yang lebih rinci dalam rentang waktu rencana medium, hingga ren- komprehensif tetapi biaya peramalan juga akan meningkat tajam.
cana jangka pendek atau rencana operasional dengan rentang waktu Oleh karena itu perlu dilakukan trade-off antara tingkat akurasi
rencana yang relatif pendek. Beberapa pertanyaan yang perlu dijawab yang dibutuhkan dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan.
sebelum perancangan sistem peramalan dibuat ialah: Peramalan dengan menggunakan metode yang sangat kompre-
. Agregat, produk-produk, alternatif atau pilihan produk apa yang hensif tidak selalu menjadi pilihan apabila faktor jumlah biaya
akan diramalkan? yang harus dikeluarkan menjadi tidak sebanding.
o Area geografis mana saja yang akan dicakup? Respon
o Berapa panjangkah rentang waktu peramalan (forecast horizon)? Sistem peramalan haruslah stabil dalam arti hasil peramalan tidak
. Bagaimana rentang waktu perencanaan dibagi menjadi periode- memperlihatkan fluktuasi yang bersifat liar karena faktor random
periode yang lebih pendek? yang berlebihan. Pada pihak lain, apabila tingkat permintaan yang
o Berapa sering hasil perafnalan harus di up4ate? sebenarnya berubah maka peramalan juga harus menunjukkan
o Bagaimana tingkat akurasi yang diinginkan? hasil peramalan yang berubah. Untuk mengkompromikan kedua
situasi yang saling konflik ini maka sistem peramalan perlu men-
6.8.1 Karakteristik Peramalan Yang Baik cakup dua fitur yaitu a) monitoringterhadap terjadinya perubahan
Sedikitnya ada empat elemen yang disebut sebagai karakterstik nyata permintaan dan b) kemampuan sistem untuk melakukan
peramalan yaitu: ketelitian (accuracy), biaya (cost), respon (reponse) respon sesaat secara cepat terhadap perubahan tersebut. Hasil
dan kesederhanaan (simpl icity). peramalan akan sangat buruk apabila dalam situasi nyata terjadi
. Ketelitian peningkatan permintaan tetapi peramalan tidak mampu mende-
Sasaran peftama dalam peramalan permintaan ialah mendapatkan teksi situasi tersebut sehingga hasil peramalan tidak menunjukkan
hasil peramalan dengan tingkat akurasi yang tinggi. Ada dua ukur- kenaikan permintaan.
an yang digunakan dalam mengevaluasi akurasi peramalan yaitu Kesederhanaan
penyimpangan (bias) dan konsistensi (consistency). Penyimpang- Metode peramalan yang lebih sederahana selalu lebih diinginkan
an terjadi apabila hasil peramalan memperlihatkan secara terus dibandingkan dengan metode yang rumit karena akan lebih mu-
menerus angka yang tinggi atau rendah. Konsistensi berkaitan dah dirancang, digunakan, dan dipahami. Apabila kesulitan ter-
dengan ukuran atau besarnya eror. jadi dengan penggunaan metode yang sederhana maka akan lebih
o Biaya mudah menelusuri masalah yang terkait serta melakukan perbaik-
Biaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan model peramalan annya. Namun demikian, pilihan yang terbaik ialah harus sesuai
serta menggunakannya sering cukup besar. Makin banyak item dengan sasaran penggunaannya.
yang akan diramalkan dan makin tinggi tingkat ketelitian yang di-
inginkan makin besar pula biaya yang dibutuhkan. Tingkat aku-

110 Pe renconaan dan Pengendolion Produki Pe renconaan Jangka Panjang 111


6.8.2 Prinsip-prinsip Peramalan lingkungan make-to-stock, apabila besarnya permintaan
Ada lima prinsip peramalan yang sangat perlu diperhatian untuk terhadap produk akhir telah diperkirakan berdasarkan hasil
mendapatkan hasil peramalan yang baik yaitu peramalan maka besarnya jumlah part, komponen, sub-
assembly dan bahan baku untuk produk tersebut lebih baik
Prinsipl: Peramalan selalu mengandung error. Hampir tidak pernah
dihitung berdasarkan principle of dependent demand dari
ditemui bahwa hasil peramalan persis seperti kenyataan
pada masing-masing ditetapkan berdasarkan hasil peramal-
di lapangan. Peramalan mengurangi faktor ketidakpastian
an.
tetapitidak pernah mampu untuk menghilangkannya. Para
pengguna atau pelaksana peramalan harus benar-benar 6.8.3 Metode Peramalan
memahami situasi ini. Metode peramalan dapat diklasifikasi atas dua kelompok be-
Prinsip 2: Peramalan harus mencakup ukuran dari eror. Karena pera- sar yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Kedua kelompok tersebut
malan selalu mengandung error maka para penguna perlu memberikan hasil peramalan yang kuantitatif. Perbedaannya terletak
mengetahui besarnya error yang terkandung. Besarnya pada cara peramalan yang dilakukan. Metode kualitatif didasarkan
error dapat dijelaskan dalam bentuk kisaran sekitar hasil pada pertimbangan akal sehat (human judgement) dan pengalaman.
peramalan baik dalam unit atau persentase dan probabili- Metode kuantitatif adalah sebuah prosedur formal yang menggunakan
tas tentang permintaan sesungguhnya akan berada dalam model matematik dan data masa lalu untuk memproyeksikan kebutuh-
kisaran tersebut. an di masa yang akan datang.
Prinsip 3: Peramalan item yang dikelompokkan dalam famili selalu
Metode kuantitatif dapat dibagi lebih lanjut menjadi dua bagian
lebih akurat dibandingkan dengan peramalan dalam item
yaitu metode intrinsik (intrinsic method) dan metode ekstrinsik (extrin-
per item. Jika famili dari produk sebagai sebuah kesatuan
(unit) diramalkan maka persentase error akan semakin ke- sic method). Metode intrinsik sepenuhnya berdasarkan pada latar be-
lakang riwayat permintaan terhadap item yang diramalkan sedangkan
cil, tetapi apabila diramalkan masing-masng sebagai indr-
metode ekstrinsik menggunakan faktor eksternal yang dikombinasikan
vidual product maka persentase error akan semakin tinggi.
dengan permintaan terhadap item yang diramalkan misalnya dalam
Prinsip 4: Peramalan untuk jangka pendek selalu lebih akurat diban
hubungan sebab-akibat (causa/ relationship).
dingkan dengan peramalan untuk jangka panjang. Dalam
jangka pendek, kondisi yang mempengaruhi kecenderung- a. Metode Kualitatif
an permintaan hampir sama atau kalau pun berubah hanya Metode kualitatif pada umumnya digunakan apabila data kuan-
sedikit dan berjalan sangat lambat. Apabila rentang waktu titatif tentang permintaan masa lalu tidak tersedia atau akurasinya ti-
peramalan bertambah panjang maka kecenderungan per- dak memadai. Misalnya peramalan tentang permintaan produk baru
mintaan semakin dipengaruhi oleh berbagai faktor sehing- yang akan dikembangkan, jelas data masa lalu tidak tersedia. Walau-
ga error akan semakin besar. pun data masa lalu tersedia, kalau kondisi lingkungan masa yang akan
Prinsip 5: Apabila dimungkinkan, perkiraan besarnya permintaan datang sama sekali sudah berbeda dengan kondisi masa lalu maka
lebih disukai berdasarkan perhitungan dari pada hasil keberadaan data masa lalu itu tidak akan menolong peramalan per-
peramalan. Misalnya dalam perencanaan produksi dalam mintaan masa yang akan datang.

112 Perencanaan dan Pengendalian Produki Perencanaan Jongka Panjang 113


Apabila data masa lalu tidak tersedia atau tidak memadai maka para pakar ini tidak dipenemukan satu sama lain bahkan mungkin
satu-satunya pilihan metode peramalan yang dapat digunakan ialah pula tidak saling mengetahui keterlibatan masing-masing. Mereka
metode kuaiitatif. Ada dua pendekatan yang dapat dilakukan yaitu secara terpisah diminta memberikan pendapat masing-masing ter-
pertama peramalan berdasarkan penaksiran secara langsung (direct hadap sejumlah hal yang diajukan sebagai pertanyaan. Jawaban
judgement) dan kedua penaksiran digunakan sebagai dasar koreksi dari setiap anggota panel dianalisa, dan dihitung rata-ratanya dan
terhadap hasil peramalan. Metode peramalan kualitatif yang umum kemudian kepada panelis yang memberikan jawaban yang mem-
digunakan dalam perencanaan produksi ialah: punyai deviasi yang tinggi diminta untuk memberikan alasan.
o Keputusan Manajemen Alasan dan hasil analisis statistik dari pendapat seluruh panelis
Keputusan manajemen yang juga sering disebut iurY of executive : dikirimkan kepada masing-masing panelis serta diminta mem-
opinion merupakan metode yang paling umum digunakan dalam berikan jawaban apakah masih tetap bertahan dengan pendapat
memperkirakan besarnya permintaan produk untuk jangka pan- semua atau akan mengoreksi pendapat tersebut. Proses ini mung-
:

jang. Sekelompok anggota eksekutif dari bagian marketing, engi- kin dilakukan secara berulang-ulang untuk mendapatkan hasil
neering, dan manufacturing bertemu dan berdiskusi tentang isu- ;t yang semakin mengerucut dan mengarah kepada bilangan yang
isu yang terkait dengan perusahaan dan melakukan perkiraan ke semakin mendekati. Pengalaman menunjukkan bahwa teknik
depan tentang besarnya permintaan sehubungan dengan isu-isu Delphitidak pernah sampai kepada sebuah hasil yang solid se-
yang dibahas. Keragaman pengalaman dan bidang kepakaran dari bagai konsensus bersama tetapi kisaran dari jawaban mereka telah
para pesefta diskusi sangat membantu dalam membuat perkiraan memberikan sebuah ide dengan derajad ketidakpastian tertentu.
yang lebih reliable. Tetapi, kesulitan akan timbul apabila salah
Cabungan Pendapat Tenaga Penjual
seorang atau lebih dalam kelompok tersebut cukup dominan
Para penjual (sales forces) karena selalu berada pada posisi paling
baik karena posisinya atau pun pengalaman yang lebih panjang
depan di pasar memahami benar perilaku para pembeli. Apabila
membuat anggota lainnya menjadi kurang berperan memberikan
mereka diberi kesempatan menyampaikan pendapat sesuai de-
pendapat. Ketua kelompok yang berpengalaman pada umumnya
ngan pengalaman masing-masing dan pendapat mereka digabung
berhasil mengatasi masalah dominasi pendapat dalam diskusi
secara bersama (sa/es force composite) akan diperoleh sebuah ha-
tersebut.
sil peramalan yang sering cukup terpercaya. Namun demikian,
. Teknik Delphi penggunaan data perkiraan permintaan berdasarkan pendapat
Untuk melakukan peramalan permintaan jangka panjang dalam para tenaga penjual ini dapat mengandung penyimpangan karena
lingkungan yang cukup kompleks yaitu perkembangan teknologi faktor subjektivitas masing-masing tenaga penjual tersebut.
yang pesat, perubahan kondisi ekonomi global dan suasana geo-
Riset Pasar
politik yang berubah cepat, sering dibutuhkan pembentukan se-
Riset pasar (marketing research) adalah pengumpulan data secara
buah panel yang beranggotakan para pakar atau ahli dari berbagai
sistematis dan analisis terhadap fakta-fakta yang berhubungan
latar belakang pengalaman dari luar perusahaan. Untuk meng-
dengan pemasaran. Maksudnya ialah mencari solusiterhadap per-
hindarkan kemungkinan munculnya pihak yang dominan maka
masalahan yang berhubungan dengan produk dan metode mar-

114 Pe rencanaan dan Pengendalian Produksi Perenconaan Jangka Panjang 115


keting. Salah satu bentuk dari riset pasar ialah survei pelanggan di mana a,b dan c adalah konstanta dan simbol-simbol lain sama se-
di mana informasi mengenai preferensi pelanggan dicari dengan perti telah dijelaskan sebelumnya. Bentuk kurva kedua model di atas
menyampaikan kuesioner kepada sejumlah pelanggan yang diten- adalah sebagai berikut:
tukan sebagai sampel. Riset pasar sering digunakan untuk mera-
malkan jumlah permintaan terhadap produk baru
o Analogia Historis
Pertumbuhan permintaan terhadap produk baru kadang-kadang 1 1
c c
diramalkan berdasarkan metode analogia historis (historical o
o gG
analogies) dari produk dan teknologi yang terkait dengan produk .E .E

tersebut. Misalnya, peramalan tentang jumlah permintaan terha-


_E
-E
o) o
(L
(L
dap videocassette recorders dilakukan berdasarkan pertumbuhan I
permintaan terhadap televisi hitam-putih dan televisi berwarna.
: waktu Waktu
o Kurva Siklus Daur Hidup
Kurva daur hidup (life cycle curves) sering dikembangkan untuk
-
Gambar 6.5 l"ogrstic Curve (a) dan Logarithmic Second Curve (b)
produk-produk baru. Kurva initerutama berguna untuk peramalan
permintaan produk-produk yang mempunyai daur hidup bebe- b. Metode Kuantitatif
rapa tahun seperti microcomputer dan produk-produk elektronik Peramalan berdasarkan metode kuantitatif (i ntri nsic forecasti ng)
lainnya. Kurva daur hidup sering juga disebut sebagai kurva-S' mempunyai asumsi bahwa data permintaan masa lalu dari produk
Permintaan pada awalnya cukup rendah, kemudian bertumbuh atau item yang diramalkan mempunyai pola yang diperkirakan masih
pada kecepatan tertentu dan kemudian menurun pada saat pasar berlanjut ke masa yang akan datang. Pola permintaan tersebut mung-
telah memasuki fase kejenuhan dan kemudian mendatar. Kurva kin kurang jelas terlihat karena faktor random yang menghasilkan fluk-
permintaan dengan pola kurva-S ini dapat dijelaskan dengan mo- tuasi. Peramalan mencakup analisis data masa lalu untuk menemukan
del logistik berikut: pola permintaan dan berdasarkan pola ini diproyeksikan besarnya
Yr: kl(l +e'*b) permintaan pada masa yang akan datang. Karena metode peramalan
intrinsik ini didasarkan pada asumsi bahwa pola permintaan masa lalu
dimana, y, permintaan pada tahun t
akan terus berlanjut ke masa yang akan datang maka metode ini tidak
e : bilangan Napier (logaritma natural) mampu memproyeksikan titik belok (turning points) yaitu perubah-
a, b konstanta an permintaan secara tiba-tiba. Untuk peramalan permintaan jangka
k : asimptot atas pendek masalah yang demikian tidak akan ditemui.
Model lain dari kurva daur hidup disebut a logrithmic second 1). Analisis Time Series
curve sebagai berikut: Analisis time series menemukan bagaimana indikator produk ter-
logyr: a+b+c2 tentu bervariasi terhadap waktu. fime series adalah serangkaian

116 Perencanaon don Pengendalian Produki Perencanaon Jangko Panjong 117


observasi terhadap suatu variabel tertentu yang dilakukan secara
diskrit. Misalnya observasi terhadap permintaan bulanan terhadap
suatu produk selama 12 bulan. Analisis time series mengasumsi-
kan bahwa time series dapat didekomposisi ke dalam sejumlah
komponen atau faktor-faktor terkait dan kemudian masing-masing
komponen-komponen diidentifikasi. Pemahaman terhadap kom-
ponen tersebut kemudian digunakan untuk membentuk model
matematika yang disebut model peramalan. Model ini digunakan
untuk membuat peranlalan. Faktor-faktor terkait yang dimaksud !
Waktu
pada umumnya ialah trend (trend), siklus (cycles), musiman (sea- i
sonalvariation) dan residu (random factors) . 1#
i Gambar 6.6Time Series dan Trend
t
Dengan menggunakan faktor-faktor di atas, model peramalan ber- ?

dasarkan time series dapat dijelaskan sebagai berikut: atur tentang jumlah permintaan per periodik yang maksimum dan
minimum.
Y: TCSR

: nilai peramalan
o Variasi musiman (S)
dimana, Y
: Variasi musiman ialah pola permintaan tinggi dan rendah yang
T trend
: terjadi berulang-ulang setiap tahun. Variasi ini pada umumnya
C siklus variasi sekitar trend
terjadi karena faktor musim, baik karena iklim maupun kebiasaan
5 : variasi musiman
manusia misalnya musim lebaran, musim liburan, tahun baru, na-
R : residu atau variasi lainnya yang tidak dapat dijelas-
tal dan lain-lain yang terjadi setiap tahun.
kan
Trend (T) o Residu (R)

Trend ialah salah satu komponen peramalan yang menunjukkan Residu menggambarkan kesempatan terjadinya variasi karena fak-
kecenderungan yang dapat dilihat dari pola permintaan masa lalu. tor random. Variasi ini tidak dapat dijelaskan oleh trend, siklus,
Cambar 6.6 menunjukkan bahwa data permintaan masa lalu cu- atau pun pergerakan musiman. Residu ini tidak dapat diramalkan
kup berfluktuasi dari waktu ke waktu tetapi terlihat adanya suatu karena tidak diketahui faktor penyebab terjadinya.
trend yang lurus menanjak (koefisien arah bertanda positifl. Bila Untuk memudahkan pemahaman terhadap metode time series
tidak ada trend maka permintaan bersifat konstan. berikut ini diberikan sebuah contoh. Data nilai penjualan produk pada
Siklus (C) perusahaan industri manufaktur Pilkington Mfgdalam 5 tahun terakhir
Siklus adalah pergerakan periodik yang bergantian antara puncak yang dikelompokkan per kuartal adalah sebagai berikut:
dan lembah. Cambar 6.6 menunjukkan ada pola yang relatif ter-

fi8 Pe rencanoan dan Pengendali an Produksi Perencanaan Jangka Panjong 119


Tabel 6.4 Jumlah Peniualan Dalam 5 Tahun Terakhir ( Unit) di mana,Y perkiraan jumlah penjualan berdasarkan pera-
malan
Tahun
Kuartal
2 J 4 5
X urutan tahun
b:
1

950 980 a, konstanta


I 800 BBO 940
il 980 950 900 980 970 Untuk mendapatkan nilai konstanta a dan b maka persamaan (6.1)
ill 820 1010 1 140 1 080 1 120 dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi dua persamaan sebagai
IV 950 980 920 940 990 , berikut:
3550 3820 3900 3950 4060
Total
! Yt =d+ bXt
Jika data penjualan tersebut diplot dalam sumbu
jumlah dan waktu t Yz = a+ bX2
,.1

maka diperoleh diagram pencar sebagai berikut: i


&
4400
Yn = a+ bxn
i
4200
F
g a000 s
Iv, - na+ bZX, (6.2)
n i=1 i=1
3800 r
t

3600 '1:
Dikembangkan sebagai berikut:

3400
YrXr = aX.,+bX.,2
3200 YzXz = aX2+ bX22

12 3
:
Tahun
YnXn=aXr+bXn2
Gambar 6.7 Kurva Peniualan

1) Regresi Caris Lurus (Linear Regression) Iv,x, =aZxi+b\xi2 (6.3)


i=] i=1
Jika diasumsikan trend dari jumlah penjualan dalam 5 tahun
ter-
akhir memiliki pola garis lurus (linear pattern) maka untuk mera- Dari persamaan (6.3) dan (6.4), nilai konstanta a dan D dapat
malkan jumlah penjualan pada tahun berikutnya yaitu tahun ke- nnn
6, dapat digunakan model matematik sebagai berikut:
diketahui apabila Zv, ,Zx, ,ZY,X,, dan \xl dihitung dengan
i=1 i=1 i=1

Y-a+bX (6'1) menggunakan data historis. Dengan menggunakan data Tabel 6.4,
perhitungan besaran-besaran di atas adalah sebagai berikut:

t jtl Perenconoon don Penge ndalian Produki Perencanaan Jangka Panjang 121
Tabel 6.52 Perhitungan Ni/ai Konstanta Tabel 6.6 Perhitungan Faktor Musiman Terhadap lumlah penjualan

Tahun Kuartal Tahun Total Rata-


Yi xi X,, Yixi
1 2 3 4 5 rata
I 3550 1 1 3550 800 880 940 950 980 4550 910
2 3720 2 4 7440 il 980 9s0 900 980 970 4780 956
3 3700 3 9 11100 ill 820 1010 1140 1080 1120 5170 1 034
4 3950 4 16 1 5800 IV 950 980 920 940 990 4780 9s6
5 4060 5 25 20300 Total 35s0 3820 3900 39s0 4060 r 9280 964
Total 1 B9BO 25 55 sBl 90
lndeks Kuartal (91O)/$6a) :0.95
1:

Persamaan (6.3): 18.980 : 5 a + 25 b lndeks Kuartal ll: (956)/964 :0.99


Persamaan (6.4): 58.190 : 25 a + 55 b lndeks Kuartal lll: (103a)/(964) :1.O7
Dari kedua persamaan tersebut nilai konstanta a : 1173.8 dan b
lndeks Kuartal lY: (956)l96a) :0.99
: 524,4. Dengan demikian, model matematik permintaan terha- Dengan menggunakan indeks kuartal sebagai faktor musiman
dap produk tersebut ialah maka diperkirakan bahwa jumlah permintaan per musim selama
tahun ke 6 adalah sebagai berikut:
Y: 1173.8 + 524.4X

Berdasarkan model peramalan ini, jumlah permintaan produk


Kuartal l: [(0.95)/a](4320) : 1026 unit
tersebut pada tahun berikutnya yaitu tahun ke 6 diramalkan se-
Kuartal ll: [(0.99)/a]@320) : 1069 unit
bagai berikut:
Kuartal lll: [(1.07)lal@320) : 1156 unit
Kuartal lY:[(0.9%la](4320) : 1069 unit
Y6 : 1173.8 + (524.4) (6) Total 4320 unit
: 4.320.2 unit = 4320 unit
2) Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Average)
Perlu diperhatikan bahwa model matematik ini hanya dapat digu- Peramalan berdasarkan metode rata-rata bergerak ialah peramalan
nakan untuk meramalkan jumlah permintaan dalam satu periode dengan men$gunakan datadata permintaan dalam beberapa peri-
ke depan. Jika periode peramalan dinyatakan dalam satuan tahun ode lalu secara berurutan, biasanya mencakup satu tahun. Data
maka peramalan permintaan hanya dapat digunakan untuk mem- permintaan ini dihaluskan (smoothed out) dengan cara membagi
perkirakan 1 tahun ke depan. jumlah permintaan selama beberapa periode dengan jumlah peri-
Perkiraan faktor musiman terhadap hasil peramalan tersebut di- ode sehingga diperoleh jumlah permintaan rata-rata per periode.
lakukan dengan menghitung indeks musiman sebagai berikut. Dalam hal ini, periode dapat berupa bulanan atau kuartalan. lsti-
lah rata-rata bergerak dimunculkan karena harga rata-rata dihitung
secara berkelanjutan dengan membuang data permintaan satu
periode lama dan menggantinya dengan data periode baru.

122 Pe rencanaan dan Pengendali on Produ ki Perencanaan Jangka Panjang 123


Contoh di bawah ini menunjukkan bagaimana metode ini diope- masukkan data berikutnya sebagai data pengganti sehingga harga
rasikan. Data-data yang digunakan adalah data permintaan seperti rata-rata bergerak dari satu periode ke periode berikutnya. Kemu-
ditunjukkan dalam Tabel 6.4. dian, harga rata-rata bergerak antar periode dihitung seperti di-
tunjukkan dalam kolom 5. lndeks musiman pada periode teftentu
Tabel 6.7 Perhitungan Rata-R ata Bergerak 4 Periode
dihitung dengan membagi jumlah permintaan dengan titik pusat
Tahun Kuartal fumlah Per- Rata-rata Titik Pusat lndeks rata-rata bergerak seperti ditunjukkan dalam kolom 6.
mintaan Bergerak 4 Rata-rata Musiman
Periode Bergerak lndeks musiman rata-rata kemudian dihitung seperti terlihat dalam
1 I 800 :
.:
Tabel 6.8.
il 980 1;

ilt 820
+BBB ) B98 0.92
s Tabel 6.8 Penyesuaian Indeks Rata-Rata Kuartal
908
IV 950 ) 904 1.05 a Uraian Kuartal
900 ;
2 I BBO 924 0.95 *
g4B il ilt tv
il 950 952 1.00
955 h
o.92 1.05
ilt 1010 963 1.05 {
"8',

970 tI 0.9s 1.00 1.05 1.01


IV 980 964 1.01
9sB s 0.97 o.92 't.17 0.94
3 I 940 974 o.97 rr
990 0.96 1.00 1.09 0.95
il 900 983 o.92 *
975 0.98 o.97
ilt 1140 977 1.17
978 Total 3.86 3.89 4.23 3.9s
IV 920 9BB o.94
998 Rata-rata 0.965 0.973 1.058 O.98B
4 950 990 0.96
982 Penyesuaian o.97 0.98 1.06 0.99
il 980 985 1.00
9BB
ilt 080 992 1.09
1
99s Tabel 6.8 menunjukkan bahwa indeks permintaan Kuartal l, ll,
IV 940 994 0.95
993 lll dan lV masing-masing adalah 0.97 ,0.98, 1 .06 dan 0.99. Perlu
5 980 998 0.98
1 003 dicatat bahwa bilangan indeks tersebut akan terus berubah atau
il 970 1 009 0.97
+>1015 bergerak dengan berjalannya waktu. lndeks ini kemudian digu-
ilt 1120
nakan untuk meramalkan permintaan dalam Kuartal I dan ll untuk
IV 990
tahun ke-6 sebagai berikut:
Tabel 6.7 menunjukkan bahwa rata-rata bergerak 4 periode di-
Kuartal l: (0.97X998) : 968,06 unit = 967 unit
tampilkan dalam kolom 4. Misalnya, jumlah rata-rata permintaan
periode l, ll, lll dan lV dalam tahun 1 ialah (800+980+820+
Kuartal ll: (0.98X1004) : 983.92 unit = 984 unit

950)14 : 888 unit. Rata-rata bergerak untuk periode berikutnya Peramalan untuk Kuartal lll dan lV hanya dapat dilakukan apabila
ialah (980+820+950+BB0)/4 :908 unit. Demikian dilanjutkan indeks bergerak untuk Kuartal lll dan lV telah dihitung.
seterusnya dengan membuang data terlama satu periode dan me-

124 Pe rencanaan dan Pengendolion Produksi Perenconoan Jangko Ponjang 125


3) Metode Penghalusan Eksponensial (Expone ntial Smoothing)
Fn+1= crY, +(1-cr)F,
Peramalan dengan menggunakan metode penghalusan ekspo-
nensial (exponential smoothing) pada umumnya digunakan un- : c-Y, + cr(1 - cr)Yn-r + o(1 - a)2 Y n-t + ........ + (1
- cr)n-] Y.,

tuk perkiraan potensi penjualan produk-produk secara individu Persamaan di atas adalah sebuah fungsi linier dari semua data
(individual product sa/es). Metode ini sering dianggap lebih baik
masa lalu yang dibobot oleh sebuah konstanta penghalusan. Ma-
dari kedua metode sebelumnya yaitu regresi linier dan rata-rata kin besar harga cr, bobot data terbaru dalam menentukan nilai
bergerak karena kemampuannya menggunakan data masa lalu peramalan makin besar. Hal ini berarti pengaruh data terbaru
dengan pemberian bobot berdasarkan kekinian data. Data yang terhadap penentuan besarnya nilai peramalan makin besar. Seba-
lebih kini diberi bobot lebih besar dibandingkan dengan data liknya makin kecil harga o, makin kecil pula bobot data terbaru
sebelumnya. Asumsi yang digunakan ialah data yang lebih kini dalam menentukan nilai peramalan. Sebagai contoh, perhatikan
selalu mempunyai pengaruh yang lebih kuat terhadap hasil pera- data jumlah penjualan selama 5 tahun terakhir (N : 5) dalam
malan dibandingkan dengan data yang lebih usang. Tabel 6.7 yaitu berturut-turut 3550, 3820,3900, 3950 dan 4060
Model matematik peramalan Penghalusan Eksponensial adalah unit. Untuk meramalkan jumlah penjualan tahun berikutnya yaitu
sebagai berikut: tahun ke-6 atau ke n +1:

Fn+1 = crY, + (1- o)F, F6 = aY 5+ cr(l - a)Y c +cr,(1 - a)2 Y, + cr(l - cr)3 Y: + o(t - cr)4 Yr

dimana, Fn*r : hasil peramalan pada periode n+ 1 Karena nilai 0 1 a 11, maka koefisian suku-suku pada ruas kanan
Fn : hasil peramalan untuk periode sebelumnya bergerak kearah bilangan yang semakin kecil. Bila cr : 0.20 maka
fungsi persamaan di atas adalah sebagai berikut:
cr : konstanta penghalusan di mana 0 < o < 1

Yn nilai sebenarnya untuk periode sebelumnya F


6= 0.2Y, +0.2(0.8)y4 + 0.2(0.8)2Y' + 0.2(0.8)3 Y' +0.2(0.8)4y1

Periode 1: F1 =crY6 +(1-cr)Fo (6.s) F6 = 0.20(4060) +0.16(3950) +0.128(3900)


+ O.'l'024(3820) + 0.082(3550)
Periode 2: Fz = aYr + (1- cr)F,
: 812 + 632 + 499 + 391 + 291
: crYl + (1- o[ crY6 + (1- cr.)Fo] (6.6)
: 2625 unit
Periode 3: F, = aY2+(1-cr)f2
Bila cr : O.7smaka,
: c^Yz+(1-cr)Y1 +(t-cr)2[crYo +(1-o)Fo] $J) E : 0.75(4060) + 0.1875(3950) + 0.047(3900)
,6
Persamaan (6.5) menunjukkan bahwa peramalan untuk periode 1 + 0.0117(3820) + 0.0029(3550)
tergantung pada Yo (data aktual pada tahun 0) dan F, (hasil pera- : 4024 unit
malan tahun 0). Karena Y, dan F, tidak ada maka F, : 0. Dengan
Pada kedua harga cr yang berbeda tersebut terlihat besarnya per-
demikian, model peramalan berdasarkan metode penghalusan
bedaan hasil peramalan. Sehubungan dengan itu, penentuan har-
eksponensial ialah:
ga konstanta o perlu dilakukan secara hati-hati, dengan memper-

126 Pe renconaon dan Pengendalian Produksi Perenconoan Jangka Ponjang 127


hitungkan semua faktor yang dipandang berpengaruh. Salah satu
faktor berpengaruh yang dimaksud ialah besar data sampel yang BAB
digunakan untuk peramalan tersebut. Bila data historis yang di-
gunakan adalah N tahun terakhir maka umur rata-rata data ialah:

0+1+2+3+4+...+N-1 N-1
=- 2
7
N Perencanaan
Umur rata-rata data dan harga a dapat dijelaskan dalam sebuah
Jangku Menengah
fungsi sebagai berikut:

N-1_ 1-cr
2a
Dari persamaan di atas harga cr dapat diturunkan sebagai fungsi
dari N sebagai berikut: ri
*
J
2 i
*
{
7.1Pen$ertian
N+1 $
* erencanaan jangka menengah adalah proses penyusunan
Bila N :.l0, maka cr:0.182, dan N:5, diperoleh cr:0.333. f
'
rencana induk produksi (master production schedule) sebagai
Dengan menggunakan data dalam contoh di atas, pada cr :0.333, { jabaran dari rencana agregat. Pada umumnya, rentang waktu
hasil peramalan Fu: 3454. Jika hasil peramalan (F6 :3454) cakupan (time horizon)jadwal induk produksi ialah antara 6-18 bulan
dibandingkan dengan trend data penjualan aktual yang bergerak * tetapi tidak sedikit perusahaan membatasinya hanya sampai 12 bu-
dari Y, : 3550 unit hingga Ys:406A unit maka sulitditerima apa- I
9
lan. Dalam uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa rencana agregat
bila penjualan pada tahun ke-6 yaitu Fu diramalkan hanya sebesar
memuat rencana produksi dalam lima tahun ke depan yang dirinci
3454 unit karena lebih rendah dari seluruh data penjualan aktual
tahun per tahun. Rencana agregat tahun pertama dinyatakan dalam
yang menunjukkan trend meningkat.
time bucket bulanan (monthly periods). Jumlah produk-produk yang
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penggunaan metode penghalus- dinyatakan dalam tiap time bucket masih dalam satuan kelompok
an eksponensial untuk peramalan ialah usia data historis sangat peka produk (product group). Perencanaan jangka menengah menguraikan
dalam mempengaruhi harga koefisien penghalusan cr. Oleh karena itu (dissaggregation) kelompok produk tahun peftama ke dalam produk-
perlu dipikirkan secara hati-hati seberapa jauh data masa lalu sebaik- produk tunggal (individual products) untuk satu dengan time bucket
nya digunakan dalam meramalkan besarnya permintaan pada periode yang lebih pendek yaitu mingguan (week/y periods). Ada juga perusa-
berikutnya. haan menggunakan time bucket dua-minggunan (beweekly periods).

-oo0oo- Dalam menterjemahkan rencana agregat ke dalam jadwal in-


duk produksi, ada dua masukan penunjang yang perlu dipertimbang-
kan yaitu final assembly schedules dan rough-cut capacity planning.

128 Perenconoon dan Pengendalion Produksi


Dalam uraian terdahulu telah dijelaskan bahwa final assembly sche-
dules adalah rencana jadwal perakitan yang menjamin seluruh produk
yang diinginkan pelanggan dapat dikirimkan tepat waktu. Dengan
demikian, rencana jadwal perakitan ini akan menjadi alat kontrol bagi Top
executive
Forecasting
penyelesaian setiap part, komponen dan sub-assembly yang dibutuh- Distribution
planning

kan dalam perakitan akhir setiap produk. Secara matematis, jadwal Order Entry
perakitan akhir ditetapkan dengan cara mengurangi lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proses operasi perakitan akhir,
pemeriksaan mutu, dokumentasi dan persiapan pengiriman dari jad- Middle
wal atau tanggal pengiriman produk tersebut kepada pelanggan. manage
ment
planning
Rough-Cut Capacity Planning (RCCP) adalah suatu proses anali-
sis dan evaluasi kapasitas dari fasilitas produksi yang tersedia
lan- di
tai pabrik agar sesuai atau dapat mendukung jadwal induk produksi Operation
yang akan disusun. RCCP juga masih bersifat makro karena kebutuh- manage-
ment
an kapasitas tidak memperhitungkan jumlah persediaan produk dan execution

work-in-progress yang sudah ada. Juga, analisis dan evaluasi kebutuh-


an kapasitas hanya didasarkan stasiun kerja kritis (bottleneck work
cented. Kebutuhan kapasitas dihitung dalam satuan kapasitas standar
bill of capacity. Apabila bill of capacity telah ditetapkan,
yang disebut
mak4 dihitung beban kerja (work-load) stasiun kerja dan kemudian
dibandingkan dengan kapasitas yang tersedia. Bila tidak mencukupi
maka berbagai kebijakan akan dipilih seperti dijelaskan dalam uraian Gambar 7.1 Sub-sistem Perencanaan Produksi Jangka Menengah
berikut ini.
7.2 Penyusunan Jadwal lnduk Produksi (Master Pro-
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menjabarkan (dis-
duction Schedulingl)
saggregation) aggregate plan ke dalam master production schedu/e
ialah perkiraan pola permintaan masing-masing individual product Jadwal induk produksi ialah suatu pernyataan tentang produk
yang ada dalam setiap product group, kebijakan persediaan, kapasitas akhir apa atau item apa yang direncanakan untuk diproduksi, berapa
produksi yang tersedia dan biaya. banyak produk atau item tersebut akan diproduksi pada setiap peri-
ode sepanjang rentang waktu perencanaan. Rencana induk produksi
berfungsi sebagai basis dalam penentuan jadwal proses operasi di lan-
tai pabrik, jadwal pengadaan bahan dari luar perusahaan (boughout
materials) dan jadwal alokasi sumber daya untuk mendukung jadwal

130 Perencanaan don Pengendali an Produksi Perencanaan J angka l,Aenengah '131


pengiriman produk kepada pelanggan. Berikut ini dijelaskan bebera- hadap produk tertentu relatif rendah selama bulan Januari, Februari
pa hal penting yang perlu dipahami dalam penyusunan jadwal induk dan Maret, tetapi pada bulan April, Mei dan Juni meningkat tajam
produksi. yaitu meningkat hampir 50% di atas permintaan rata-rata pada tiga
Setiap produk tidak terkecuali bahan kebutuhan pokok selalu bulan sebelumnya. Dengan mengidentifikasi persentase perubahan
perkiraan permintaan pasar pada setiap musim maka rencana produk-
mengalami fluktuasi permintaan. Permintaan terhadap perabot rumah
tangga dan peralatan dapur misalnya akan mencapai puncak pada bu-
si agregat tahun pertama dapat diuraikan ke dalam rencana produksi
agregat bulanan.
lan tertentu misalnya menjelang lebaran dan tahun baru. Permintaan
terhadap peralatan sekolah meningkat tajam pada masa penerimaan Untuk menguraikan lebih lanjut proses penyusunan rencana
murid baru dan alat-alat pertanian pada musim tanam dan musim pa- produksi agregat ke dalam jadwal induk produksi perlu ditetapkan
nen. Permintaan pada bulan-bulan lain mungkin relatif merata atau secara jelas satuan time bucket dan p/ann ing horizon Penetapan ini
berfluktuasi walaupun tidak mencapai puncak yaitu sebesar perminta- merupakan kewenangan middle management. Diperlukan kesepakat-
an pada periode khusus di atas. i an antara para manajer produksi, keuangan dan pengadaan (procure-
Permintaan pasar terhadap produk yang berfluktuasi akan me- ment). Pada umumnya, jadwal induk produksi dengan time bucket
nimbulkan iluktuasi dalam kebutuhan sumber daya produksi seperti dalam mingguan dapat diimplementasikan dengan baik. Planning ho-
bahan baku, kapasitas produksi dan tenaga operator. Fluktuasi ke-
rizon pada dasarnya ditetapkan paling tidak sama dengan lead time
terpanjang dari produk-produk yang akan dibuat. Namun demikian,
butuhan terhadap sumber daya produksi ini menimbulkan kesulitan
dalam praktek, planning horizon sepanjang 12 bulan ke depan sudah
tersendiri karena faktor supply yaitu kapasitas produksi dan jumlah
umum digunakan.
tenaga operator pada umumnya relatif konstan sehingga ada peluang
terjadinya mismatch (ketidaksesuaian) antara jumlah sumber daya Kondisi lain yang juga perlu dipedomani dalam penyusunan
yang dibutuhkan dan jumlah sumber daya yang tersedia. Pada umum- jadwal induk produksi ialah kalender perusahaan dan komposisi ma-
nya masalah ini di atasi dengan pengendalian persediaan baik pada sing-masing produk individu dalam setiap product group. Kalender
tingkat produk akhir maupun pada tingkat work-in-progres dan bahan perusahaan menjelaskan jumlah hari kerja per minggu. Bila perusa-
baku. Konsekuensi dari kebijakan pengendalian persediaan ini ialah haan menetapkan hari kerja 5 hari per minggu ke dan jumlah jam
biaya produksi akan meningkat. Oleh karena itu suatu trade-off analy- kerja adalah B jam per hari maka p/anning horizon 12 bulan akan
sis perlu dilakukan sebelum keputusan dibuat. terdiri dari 52 time bucket mingguan dengan 260 hari kerja. Hal ini
Ada dua faktor penting yang perlu diperhatikan dalam men- memberikan indikasi bahwa jadwal induk produksi akan dieksekusi
jabarkan rencana agregat ke dalam jadwal induk produksi. Pertama seluruhnya dalam 260 hari kerja efektif. Cambar 7.2 adalah contoh
sebuah kalender perusahaan. Hari-hari yang di blok ialah hari libur
ialah kondisi fluktuasi permintaan masing-masing kelompok produk
yaitu Minggu, Sabtu dan hari Iibur lainnya.
dari rentaqg musim ke musim. Yang dimaksud dengan rentang musim
ialah rentang periode terjadinya perubahan permintaan secara signifi-
kan. Rentang waktu ini mungkin satu bulanan atau dua bulanan atau
tiga bulanan dan seterusnya. Misalnya, besarnya permintaan pasar ter-

132 Perenconoan dan Pengendali an Produksi Perenconaan Jangka Menengah 133


fanuari dari waktu ancang-ancang item atau produk yang dibuat. Waktu
Minggu Senen Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu ancang-ancang yang dimaksud dalam hal ini adalah lamanya waktu
r|*ji;ili!,itr dibutuhkan mulai dari kebutuhan waktu untuk pemesanan bahan
2 r;fr:ii3l:lll:i:'rl'
::ililtlii;,i,r+ ltlilil.lt; 5 6 7 B 9 jtlillll; 0'l
baku ditambah waktu setup, ditambah waktu proses operasi dan di-
: ;,1 'llllt.,,Ii

,,1*i,;1',1,1 1lll:tii 12 l3 14 15 16 :i!$*il,Lliiatti


tambah waktu menunggu hingga produk tersebut siap untuk diangkut
lili&i:rfl'6j*$ 19 #iltrol$i:li$ 21 22 23 ffiiia;i$6;E
ke warehouse (gudang penyimpanan) atau pun shipping area (area
;ffiJ,{t,l2,s]Silliii 26 27 2B 29 30 ,l
pengiriman produk kepada pelanggan). Bila lamanya waktu terpan-
't
(
jang untuk penyelesaian suatu order misalnya 3 bulan maka planning
Februari *
I horizon tidak boleh kurang dari tiga bulan.
Minggu Senen Selasa Rabu Kamis umat Sabtu *
f I;
4
Perhatikan rencana produksi agregat yang ditunjukkan dalam
l,rlll1ilrt,*i111r1 lSSi2;lilitli't,il 3 4 5 6 i$,frfl$ialfllillilfi f
ll '13 * f abel 7.1. Sepanjang planning horizon ada 52 time bucket mingguan
rirrirtti ii 6 tr{i,,iii
9 10 t1 12 r*lltril..I s
?
t
yang dari bulan ke bulan bervariasi dari 4-5 time bucket. Jika dimisal-
:r,;llt,itl!5.$:1$ 16 17 Itl:;lir,li a iJlil${r 19 20 i{., irr,t:**ilil 'i
& kan komposisi Produk A, B dan C dalam Kelompok Produk / masing-
',:iii:92l}fifliii!
23 24 25 26 27 rrlffilliJzal{f;f:$ll ';
:.\

masing adalah 40olo,25olo dan 35% maka setiap produk individu terse-
h
Maret l
but akan diproduksi dalam enam bulan pertama adalah seperti terlihat
i
Minggu Senen Selasa Rabu Kamis lumat Sabtu li dalam Tabel 7.2.
liiil]r,1,i tffi rL'$i. 2 3 4 5 6 f
trit
i Tabel 7-1 Rencana Produksi Agregat*
$nrr!;6&i 9 10 11 12 13 i
*
16 17 1B 19 20 fziI {* Kel. Bulan Total
ilLt{i:U2$ 23 24 25 26 iril|ll{!iiiilj_illl
i Produk I 2 5 4 5 6 7 o 9 10 1t 12
Ii 29, 30 31 1 2 3 M I (4) (4) (4) (4) (4) (4) (4) (s) (4) (5) 6) (s) 52
*
I 208 224 160 180 200 220 160 180 150 180 rB0 160 2162
Gambar 7.2 Contoh Kalender Perusahaan Bulan Januari dan Februari
il 120 140 140 150 170 160 160 150 160 130 140 130 1750
Tahun 20xx
ill 170 160 160 140 150 't40 170 160 140 't50 160 160 r 860
Karena jumlah hari kerja per minggu ke adalah 5 hari maka bila
time bucket dinyatakan dalam mingguan maka kalender perusahaan * Data-data hipotetis
tersebut menunjukkan bulan Januari mempunyai 4 time buckets yaitu
Dalam bulan pertama dengan masa kerja 4 minggu ke atau (4X5):20
1-4 dan bulan Februari 4 time buckets yaitu 5-8 dan Maret 4 time
hari kerja, Produk A direncanakan akan dihasilkan sebanyak (0.40)
buckets yaitu 9-'12. Time bucket ke B dalam bulan Februari mengam-
(208) unit :84 unit, Produk B sebanyak (0.25X208) unit :52 unit dan
bil 2 hari pada bulam Maret dan time bucket ke 12 dalam bulan Maret
Produk C sebanyak (0.35X20S) unit :72 unit. Cara perhitungan yang
mengambil t hari dalam bulan April.
demikian dilakukan untuk bulan-bulan berikutnya sehingga seluruh
Dalam penentuan planning horizon, salah satu faktor penting produk pada masing-masing Kelompok Produk I telah diketahui jum-
harus diperhatikan ialah rentang waktunya tidak boleh lebih pendek lah yang harus diproduksi sepan jang planning horizon.

134 Pe renconaon dan Pengendali on Produksi Pe renconoan Jangka lrlenengah 135


Tabel 7.2 Rencana Produksi Produk A, B dan C Dalam Kelompok
7.3 Rough-Cut Capacity Planningl (RCCP)
Produk l* Rough-Cut Capacity Planning menghitung kebutuhan kapasitas
Bulan secara kasar dan membandingkannya dengan kapasitas yang tersedia.
Total
Produk 1 2 3 4 5 6 Perhitungan secara kasar yang dimaksud terlihat dalam dua hal yang
(4) (4) (4) (4) (4) (4) 24 menjad i karakteristik RCCP yaitu: Pertama, kebutuhan kapasitas masi h
A B4 90 64 72 BO B8 478 didasarkan pada kelompok produk, bukan produk per produk dan ke
B 52 56 40 45 50 55 298 dua tidak memperhitungkan jumlah persediaan yang telah ada. Beri-
C 72 78 56 63 70 77 416 kut ini dijelaskan secara sistematis cara perhitungan kebutuhan kapa-
Total 208 224 160 180 200 220 1192
sitas yang dimaksud.
*Data-data hiPotetis I Misalkan dari data empiris yang dikumpulkan dalam 3 tahun ter-
Berdasarkan Tabel 7 '2' iadwal induk produksi tentatif
(tentative akhir diketahui bahwa besarnya kapasitas rata-rata setiap Work Center
rnaster production schedu/e) masing-masing produk individu sudah (WIC) yang digunakan untuk menghasilkan Produk A, B, C, masing-
dapat ditetapkan. Jadwal induk yang disusun ini masih bersifat tenta- masing sebanyak 100 unit adalah sebagai berikut:
tif karena faktor ketersediaan atau dukungan kapasitas produksi yang Tabel 7.4 Data Empiris Waktu setup dan Waktu Operasi Pada
tersedia belum dipenimbangkan apakah mendukung atau tidak dapat
Pembuatan Produk-Produk A,B,C, per 100 Unit Dalam
mendukung. Dengan membagi jumlah produksi yang direncanakan
jadwal rencana Kelompok Produk I (lam)
dengan jumlah time bucket per bulan maka diperoleh
produksi tentatif untuk Produk A, B dan C sepefti terlihat pada Tabel No. NamaWC Produk A Produk B Produk C
wc
7.3. Jadwal induk produksi untuk masing-masing produk belum mem- Waktu Waktu Waktu Waktu Waktu Waktu
setup ope setup Operasi setup Operasi
perhitungkan perkiraan persediaan awal. rasi
r01 Turret Lathe 0.6 16.0 0.6 20.0 0.6 22.O
Tabel 7.3 ladwat tnduk Produksi A, B dan C Untuk Kelompok
Produk l* 102 Vertical Lathe o.7 30.0 o.7 14.0 0.6 24.O
201 Mills 0.5 20.o 0.8 0.5 1.5 16.0
Bulan
Total 202 Bridgeports 1.0 30.0 1.0 20.0 1.0 35.0
,| .' 3
Produk 203 Numerical Con- 1.8 23.8 1.5 25.O 1.8 25.0
1 2 3 4 5 6 7 B 9 10 1l 12 trol
A 21 21 21 21 23 2i 23 23 16 16 16 16 240 601 Welding 0.6 19.6 0.6 15.6 0.6 24-O

1i 1i 13 13 14 14 t4 l4 10 10 10 10 148 701 Subassembly 1.5 73.5 1.2 40.8 1.4 45.O


B
1B t8 20 20 20 20 14 14 14 14 208
C 18 1B
*Datadata hipotetis
52 52 52 52 57 57 57 57 40 40 40 40 596
Total
Dari data empiris tersebut juga diketahui bahwa komposisi Produk A,
*Datadata hipotetis
B dan C dalam Kelompok Produk I masing-masing sebesar 40olo,251o
dan 35%. Berdasarkan data-data tersebut, profil beban (load profile)
,E
G
Perencanaan Jangka Menengah 137
136 Pe rencanaan dan Pengendalian Produksi

*
Kelompok Produk I pada masing-masing work Center per 100 unit 1
Tabel 7.6 Profil Beban Pada Masing-MasingWork Cenrer Akibat
product group adalah sebagai berikut:
ra.
, Kelompok Produk l, ll dan lll Per 100 lJnitx.
!
:* No. NamaWC Kel. Produk Kel. Produk ll Kel. Produk lll
Tabel 7.5 Profil Beban Product croup t pada Masing-masing work
I
t: w/C
Center Per 100 Unit.* ,a
Wak- Waktu Wak- Waktu Wak- Waktu
tuSet- ope- tu Operasi tu ope-
up rasi setup setup rasi
Kelompok Produk I
101 Turret Lathe 0.5 19.10 0.4 28.30 0.6 35.30
No. WC Nama WC Waktu setup Waktu Operasi 'r.0
102 Vertical Lathe o.7 23.90 0.8 18.25 22.65
0am) 0am) 't8.23
201 Mills 0.5 0.5 17.40 o.7 15.20
r01 Turret Lathe 0.6 19.10
202 Bridgeports 1.0 29.25 1.3 21.75 1.4 29.30
o.7 23'190 203 Numerical Control 1.8 24.52 't.5 25.20 1.0 37.42
102 Veftical Lathe
18.23 60'l Welding 0.6 20.14 0.5 15.45 0.5 26.12
201 Mills 0.5
701 Subassembly 1.5 55.35 1.4 30.08 2.5 32.30
202 Bridgeports 1.0 29.25
*Datadata hipotetis dalarn satuan jam
203 Numerical Control 1.8 24.52
601 Welding 0.6 20.'t4 Data profil beban ini digunakan untuk mengestimasi kebutuhan
Subassembly 1.5 55.35 kapasitas masing-masing stasiun kerja apabila jadwal induk produksi
*Datadata hipotetis yaitu rencana produksi agregat tahun pertama dieksekusi. Tabel 7.1
menunjukkan bahwa dalam rencana produksi agregat untuk bulan
Tabel di atas menunjukkan bahwa setiap 100 unit Kelompok Produk Januari ialah 208 unit Kelompok Produk l, 120 unit Kelompok produk
I membutuhkan kapasitas stasiun kerja wc /01 sebesar 19.10 jam ll dan 170 unit Kelompok Produk lll. Berdasarkan rencana agregat
dan stasiun kerjawlC 102 sebesar 23.90 jam dan seterusnya. waktu tersebut, besarnya kebutuhan kapasitas stasiun kerja WlC No./01
setup pada umumnya tidak terlalu bervariasi sehingga dapat diguna- yaitu Turret Lathe dalam bulan Januari dihitung sebagai berikut:
kan waktu setup rata-rata. Dalam contoh di atas waktu setup rata-rata [{0.s + (208)(1 9.10)} + {0.+ + (120)(28.30)} + {0.6 + (1 70X35.30)}]/100
adalah 1.2 jam. Perlu diketahui bahwa waktu setup tidak tergantung :133.72 jam. Bila waktu kerja selama bulan Januari adalah 4 minggu
pada jumlah item yang dikerjakan tetapi pada kegiatan setup yang ke dan jumlah jam kerja per minggu ke 40 jam dan bila jumlah mesin
perlu dilakukan sesuai dengan sifat operasi dari produk bersangkutan. ada 1 unit maka kapasitas WIC t 0l yangtersedia dalam bulan Januari
Dengan cara yang sama, dihitung profil beban pada masinS-ma- adalah (4)(4O)jam : 160 jam.
singWlC untuk pengerjaan produk-produk dalam Kelompok Produk ll ini menunjukkan bahwa jumlah
Estimasi kebutuhan kapasitas
dan Kelompok Produk lll. Berdasarkan perhitungan tersebut, misalkan kebutuhan masih lebih rendah dari jumlah kapasitas yang tersedia.
profil beban pada setiap WC untuk mengerjakan masing-masing sebe- Dengan cara yang sama, dapat dilakukan perbandingan antara esti-
sar'100 unitproductgroup Kelompok Produk l, lldan llladalah seperti masi kebutuhan kapasitas dan kapasitas yang tersedia untuk stasiun
terlihat dalam Tabel 7.6. kerja yang lain. Hasil perhitungan selengkapnya adalah seperti ter-
lihat dalam Tabel 7.7. Hasil perhitungan yang ditunjukkan dalam

Pe renconaan dan Pengendali on Produksi Pe r e nconaan J ongka ille ne ngah 139


138
karena mengoreksi jumlah produk yang dihasilkan akan menu-
Tabel 7.7 menggambarkan bahwa semua stasiun kerja dapat me- runkan pangsa pasar
menuhi kebutuhan kapasitas sepanjang bulan Januari'
Alternatif 2:
Tabel7.7 Estimasi Kebutuhan Kapasitas dan Kapasitas yansTersedia . Melakukan penyesuaian (re-adiustment) jumlah unit product
dalam Bulan JanuariTahun 200X group tertentu antar time bucket misalnya sebagian dipindahkan
No. Kebutuhan Kapasitas (lam) Total Ke. Total ke periode lebih awal atau ke periode di belakangnya. Diagram
butuhan Kapasitas
wc NamaWC
Kapasitas Tersedia
Cambar 7.3 memperlihatkan bahwa profil beban kerja menun-
Kel. Kel. Kel. jukkan kelebihan beban pada bulan Februari dan April terhadap
Produk Produk Produk
I I ill kapasitas yang tersedia. Sebagian beban pada bulan April akan
101 Turret Lathe 40.23 34.36 60.61 135.20 160.00 dapat digeser ke bulan Maret dan sebagian lagi ke bulan Mei se-
'160.00
't02 Vertical Lathe 50.41 22.70 39.54 1't2.65 hingga kapasitas yang tersedia mencukupi.
38.42 21.38 26.54 86.34 120.00 Terhadap kelebihan beban pada bulan Februari yang jumlahnya
201 Mills
60.94 26.23 51.21 138.38 160.00
202 Bridsepofts relatif kecil tidak perlu dilakukan penyesuaian karena perkiraan
64.6'l 'r46.80 160.00
Numerical Control 51.80 30.39
203 beban tersebut masih merupakan perhitungan kasar.
42.50 19.04 44.90 106.44 160.00
601 Welding
701 Subassembly 1 16.63 37.00 57.42 21 1 .05 320.00 Alternatif 3:

BahkanbeberapastasiunkerjayaituWlC60ldanWlCT0l
o Melakukan penambahan kapasitas stasiun kerja di mana defisit
kapasitas terjadi misalnya melalui penambahan jumlah mesin ter-
mempunyaikelebihankapasitasyangrelatifcukupbesar.Dengan
produksi agre- kait dan lain-lain.
demikian, ditinjau dari kebutuhan kapasitas, rencana
gat bulan Januari adalah feasible sehingga master production
schedu/e

Lulan Januari juga feasible. Dengan prosedur dan metode yang sama,
dilakukan
estimasi kebutuhan kapasitas dan kapasitas yang tersedia
planning horizon
untuk bulan-bulan berikutnya sehingga menjangkau Kapasitas
dari master production schedule'
bulan
Apabila pada salah satu atau beberapa stasiun kerja dalam
lebih besar dari I
tertentu ditemui keadaan bahwa kebutuhan kapasitas
kapasitas yang tersedia maka beberapa alternatif keputusan perlu di- Jan Feb Mar Apr. Mei Jun
Bulan
analisa sebagai berikut:

Alternatif 1: Gambar 7.3 Profil Beban WIC 101 Bulan Januari-luni 200X
yaitu di-
-
. Rencana produksi agregat pada bulan tersebut dikoreksi Keputusan yang diambil haruslah berdasarkan hasil analisis
turunkan sampai kepada jumlah yang realistik ditinjau
dari ke- trade-off yang mendalam dari ketiga alternatif tersebut dengan mem-
tersediaan kapasitas. Resiko terhadap alternatif ini
perlu dikritisi pertimbangkan tidak hanya faktor finansial tetapi juga faktor teknis dan

:i
, Pe renconaon Jangka lAenengoh 141
140 Pe renconoan dan Pengendalian Produksi
*
pemilik
faktor sosial yang terkait dengan kepentingan para karyawan' BAB
modal dan tidak terkecuali kepentingan pelanggan'

7.4 Flnal AssembtYSchedules 8


Untuklebihmenjaminpenyelesaiansetiapprodukpadajadwal
jadwal induk produk-
Peren c unoan Op erusio nul
yang telah ditentukan seperti ditunjukkan dalam
simakaperludisusunsuatudaftarberupajadwaltentangprosesakhir
yangmenjelaskankapanoperasiakhirdaritahapan.tahapanproses
harus dilakukan sehingga jadwal penyelesaian dapat
dipenuhi. Jadwal
per-
proses akhir yaitu final assembling dapat ditentukan melalui suatu
hitungan mundur (backward scheduling). Jika jadwal selesai dikurangi
(,rinal assembling) maka wak-
dengan lamanya waktu pengerjaan akhir S.I. Pengertian
Dalam bidang
tu mulai pengerjaan final assemb/ing dapat ditentukan.
perakitan tahap erencanaan jangka pendek yang sering juga disebut peren-
manufaktur, proses akhir yang pada umumnya berupa
(packing)' Ber- canaan operasional merupakan tahap akhir perencanaan
akhir termasuk pemeriksaan akhir dan pengemasan
final assem- produksi. Hasil akhir dari perencanaan ini ialah sebuah ren-
dasarkan hal ini jadwal dari operasi tahap akhir disebut
cambar cana program yang siap untuk dieksekusi. Tujuan dan sasaran peren-
bly schedute (FAS). Format FAs adalah seperti terlihat dalam
proses canaan jangka pendek ialah:
z..q Jadwal FAs ini digunakan sebagai alat kontrol selesainya
operasi pembuatan part. Komponen dan sub-assembly
guna lebih me- 1. Menentukan kebutuhan bahan-bahan (part, komponen dan sub-
tertera pada
mastikan bahwa jadwal pengiriman produk akhir seperti assembly) baik yang harus dibuat maupun yang harus dipesan dari
jadwal induk produksi dapat dilaksanakan tepat waktu' luar untuk memenuhi jadwal induk produksi.
2. Menghitung kebutuhan kapasitas masing-masing stasiun kerja
No. Produk FAS lead On- Keterangan lain: yang terkait per periode untuk mendukung jadwal induk produksi
time hand
Dart serta memeriksa tingkat kecukupan kapasitas yang tersedia.
10 unit
sA-1 A 2 minggu
2 3 4 5 6 7 B 9 10 11 12
3. Menetapkan jadwal penugasan kegiatan (work orders schedu/es)
Minggu I
pada setiap stasiun kerja dengan memperhatikan prioritas dan ke-
Order 21 21 21 21 23 2i 23 23 16 16 16 16
tersediaan kebutuhan bahan dan kapasitas.
Jumlah tersedia
lumlah diianiikan
4. Menyusun/mempersiapkan perintah-perintah kerja (work orders)
sesuai dengan jadwal pengerjaan.
FAS

Sumber utama data dan informasi dalam penyusunan rencana jangka


Gambar 7.4 Contoh Format Final Assembly Schedule
pendek yaitu jadwal induk produksi (Master Production Schedu/e) dan
-oo0oo- jadwal perakitan akhir (Final Assembly Schedu/es).

142 Pe rencanlan dan Pengendali an Produksi


vendor lead times bagi item-item yang dibeli dari luar perusahaan
(boughout items).
I 3. lnformasi yang dibutuhkan untuk menentukan ukuran /ot atau
I
Top I batch yang ekonomis yang meliputi data biaya setup/biaya peme-
executive
planning t sanan, biaya penyimpanan item dalam persediaan (carrying
costs).
4. Scrap factors untuk mendapatkan ketelitian jumlah kebutuhan
pengadaan.

Middle
manaSe-
8.2 Material Requirements Planning! (M RP)
ment
planning Telah dijelaskan bahwa jadwal induk produksi dalam sistem
perencanaan dan pengendalian produksi merupakan basis dari semua
rencana aktifitas dilantai pabrik. Berdasarkan jadwal induk produksi,
Operation maka ditetapkan partlkomponen/sub-asembly apa saja yang harus
manage-
ment
dibuat, berapa banyak harus dibuat dan kapan dibuat. Proses pen,g-
execution uraian jadwal induk produksi menjadi jadwal kebutuhan bahan
Vendot selection I

order placement i
adalah inti dari material requirements planning. Logika dari proses
Vendor scheduling I

Order follow-up
penguraian tersebut sangat sederhana seperti diperlihatkan pada Cam-
i

t__________ bar 8.2.

Gambar 8.1 Sub-sistem Perencanaan Operasional

cambar B.'l memperlihatkan mekanisme pelaksanaan kegiatan untuk 1)


mencapai sasaran 1-4. lnformasi/data lain yang dibutuhkan dalam pe-
Gambar 8.2 Produk A Dibuat Dengan Merakit Komponen B dan C
rencanaan operasional antara lain ialah:
1. Status persediaan baik pada tingkat produk akhir maupun pada Apabila suatu produk yang disebut A dibuat dengan cara merakit part
tingkat produk setengah jadi (part, komponen, sub-assembly)' atau komponen B dan part C dan tiap unit A membutuhkan 2 unit
Data/informasi yang dimaksud meliputi jumlah unit fisik yang ada B dan 1 unit C maka untuk menghasilkan l0 unit A akan dibutuh-
dalam persediaan, jumlah unit yang sedang dalam pemesanan kan 2x10: 20 unit B dan dan 10x1 :10 unit C. Selanjutnya, apabila
dan jadwal penerimaan masing-rnasing item- A harus diselesaikan 6 hari yang akan datang dan proses perakitan
2. Waktu ancang-ancang baik manufactured lead times untuk item- membutuhkan 2 hari maka masing-masing komponen B dan C sudah
item yang dibuat di lantai pabrik (manufactured items) maupun harus tersedia 6-2 :4 hari yang akan datang. Selanjutnya lagi, apa-

Perenconaan dan Pengendali on Produksi Perencanaan Operasi onal t45


144

*
bila lamanya waktu yang dibutuhkan untuk penyediaan komponen B suatu hal yang penting diperhatikan dalam penyusunan rencana
dan C masing-masing 2 hari dan 3 hari maka pengadaan komponen B kebutuhan bahan ialah keterkaitan antar partlkomponen dalam struk-
harus sudah dilakukan pada hari ke 2 dan komponen C pada hari ke tur produk. sebelum daftar panjang ini difinalkan, kebutuhan bersih
1. Proses penguraian di atas memberikan rencana kebutuhan bahan masing-masing part dan komponen dihitung dengan mengurangi jum-
seperti terlihat pada tabel 8.1. lah part atau komponen yang sebelumnya sudah tersedia di gudang.
Kemudian rencana kebutuhan kapasitas untuk pembuatan masing-ma-
Tabel 8.1 Rencana Kebutuhan Bahan B dan C Untuk Produk Akhir A
sing part dan komponen dihitung dengan bantuan bill of capacity.
Hari Ke I 2 3 4 5 6 7 I 9 10
Produk Jadi A 8.2.1 Product Structure Tree dan Bitt of Materials
fadwal perakitan B,C
seperti telah dijelaskan, product structure tree suatu produk
ladwal pengadaan B C
ialah sebuah diagram (menirukan pohon dengan cabang_cabangnya)
Dari uraian sederhana di atas dapat dijelaskan bahwa rencana kebutuh- yang memperlihatkan bagaimana suatu produk dibentuk dari kompo-
an bahan (material requirements plan) disusun dengan menguraikan nen-komponennya. Untuk lebih memudahkan pemahaman konsep
produk akhir pada jadwal induk produksi kepada kebutuhan part dan ini diberikan sebuah contoh sederhana di bawah ini. Misalkan produk
komponen berdasarkan product structure (struktur produk) dan bill A yang terdapat dalam Product croup / mempuny ai product structure
of materials (BOM) dari produk tersebut. Struktur produk ialah suatu tree seperti terlihat pada Cambar g.3.
diagram yang memperlihatkan hubungan hierarkis antara partlkompo-
nen/sub-assembly yang membentuk produk tersebut. Bill of materials
merupakan suatu tabular form menjelaskan struktur/hirarkis antara
partlkomponen/sub-assembly yang membentuk produk akhir disertai
dengan informasi lain yang dibutuhkan dalam perencanaan kebutuh-
an bahan misalnya jumlah masing-masing partlkomponen/sub-assern-
bly yang dibutuhkan dalam membentuk komponen/sub-assembly di
atasnya, sifat masing-masing item apakah dibuat (manufactured) atau
dipesan dari luar (bought-out) dan sebagainya. Dengan demikian,
product structure dan bill of materialmenjelaskan sistematika proses
pembentukan atau penyusunan produk dari komponen-komponennya
secara berjenjang. Hasil penguraian ini ialah sebuah daftar panjang
tentang parirlkomponen apa yang harus dibuat, berapa banyak harus
dibuat dan kapan harus sudah selesai dibuat sehingga jadwal perakit-
an produk akhir dapat terdukung.

Gambar 8.3 product Structure Tree tJntuk produk A

146 Perencanoan dan Pengendalian Produksi Pe renconoan Ope rasi onol


147
akan dihasilkan dan sub-assembly, part dan komponen apa yang
Diagram di atas memperlihatkan sebuah struktur hubungan antar dua
dibutuhkan untuk itu dan berapa banyak masing-masing item harus
item yaitu item atas dan item bawah. Misalnya, hubungan antara item
dibuat atau diadakan untuk menghasilkan produk akhir sebanyak
5A-1 dan item sA-2 dan item P-4. item sA-2 adalah item atas yanS
yang diinginkan. Apabila Produk A yang akan dihasilkan adalah 100
dibuat dengan cara merakit item bawah sA-2 dan item P-4. Berdasar-
unit maka mudah dihitung banyaknya item-item pembentuknya yang
kan struktur tersebut item SA-1 disebut parent-item dan kedua item
harus diproduksi. Sub-assembly SA-1 harus diproduksi sebanyak 100
bawah yaitu 5A-2 dan P-4 disebut sub-item. Hal yang sama dapat
unit, sub-assembly 5A-2 sebanyak 100 + 100 : 200 unit, part P-3 se-
dijelaskan dalam hubungan antara item atas dan item bawah lainnya {
banyak 200 unit, part P-l dan P-2masing-masing sebanyak 100 + 100
misalnya antara item sA-2 dengan item P-l dan P-2 atau antara item A
&
's

dengan item SA-2, item P-i dan item 5A-I. Hubungan antara item atas *
: 200 unit, dan part P-3 sebanyak 200 unit. Perhitungan kebutuhan
bahan dengan cara di atas disebut dependent demand principle.
dan item bawah akan diperjelas dalam uraian selanjutnya.
a

i}
Perhitungan berdasarkan prinsip tersebut relatif sangat mu-
Angka dalam kurung menyatakan jumlah unit item bersangkut-
dah dilakukan karena cukup sederhana. Namun demikian, jika jenis
an dibutuhkan untuk pembuatan tiap unit parent-item. Misalnya, un-
produk akhir yang akan diproduksi cukup banyak dan beragam de-
tuk memproduksi satu unit 5A-1 dibutuhkan satu unit item sA-2 dan 2
ngan product structure tree yang relatif panjang maka perhitungan ke-
unit item P-4. Untuk membuat satu unit item 5A-2 dibutuhkan 1 unit
butuhan bahan menjadi sangat melelahkan apabila dilakukan secara
item P-l dan satu unit item P-2. Demikian seterusnya dengan item-
manual. Terlebih lagi jika pada produk-produk itu terdapat common
item yang lain.
items (item yang sama). Untuk memudahkan cara perhitungan dengan
seperti terlihat dalam gambar 8.3 Product structure untuk penggunaan teknologi komputer maka product structure tree dirobah
Produk A dihasilkan dari semua sub-asemblY, part dan komponen se- ke dalam bentuk format data file yang disebut bill of materials.
cara bertahap. Produk akhir yaitu A dibuat dengan cara merakit 1 unit
Ada beberapa format data yang ditampilkan dalam bill of ma-
sub-assembly sA-t dengan 2 unit part P-i dan 1 unit sub-assembly
terials antara lain ialah singleJevel bill, indented bill, summarized
SA-2 di stasiun kerjaWlC B0l. Sub-assembly 5A-f dibuat dengan me-
bi I l, si ngle-level where used bil I dan indente d where-used bil I (S m ith,
rakit 1 unit sub-ass embly sA-2 dan 2 unit part P-4. Sub-assembly sA-2
Spencer.B. l9B9).
dibuat dengan merakit 1 unit part P-l dan 1 unit part P-2 di stasiun
kerjawlC 701. Part P-3 diproduksi melalui 3 tahapan proses operasi * Singlelevel bill of materials
yang berturut-turut adalah stasiun keria WIC 201, WIC 20i dan WlC
Single-level bill of materials adalah sebuah file yang memperli-
601 sedangkan part P-4 dibuat melalui 3 tahap operasi yaitu stasiun
hatkan hubungan antara produk akhir dan setiap part, komponen dan
kerja wlC 101, wlc 102 dan wlc 202. part P-t dibuat melalui wc
sub-assembly yang bersifat langsung seperti terlihat pada Cambar 8.4.
I01 dan wtc t02 dan part P-2 melalui wlc 101 dan wlC 202, Ml,
M2, Mi dan M4 adalah bahan baku yang masing-masing digunakan
untuk pembuatan part P-\, P-2, P-j dan P-4'

Product structure tree dengan jelas menunjukkan hubungan


langsung (dependency) antara jenis dan jumlah produk akhir yang

Perencanaan dan Pengendalian Produksi


Perenconoon Ope rasional 149
148
SINGTE LEVEL Bttt OF MATERIATS INDENTED BII.L OF MATERIALS

Product Code Product Code


Product Name Product Name
Stock No. Stock No.
Item Stock
Description Unit Source Quan- Stock
Quantity No. Level Description Unit Source
No. titv No.
A 1 Each Manufactured 0 I 2 3
SA-I 1 Each Manufactured A I Each Manufactured
SA-2 2 Each Manufatured SA-I 1 Each Manufatured
P-t 2 Each Bought-out SA-2 Each Manufactured
2 Each Bough-out P-l I Each Manufactured
P-2
D1 I Each Manufactured
P.3 2 Each Manufactured
2 Each Manufactured P4 2 Each Manufactured
P-4
SA-2 1 Each Manufactured
Gambar 8.4 Single Level Bill of Materials P-t I Each Manufactured
P-2 I Each Manufad.ured
* tndented bill of materials P-3 2 Each Manufaaured
Berbeda dengan single-level materials yang menempat-
bill of
Gambar-8.S lndented Bill of Materials Produk A
kan setiap part, komponen dan sub-assemb/y seakan-akan berada
dalam satu level, indented bill of materials menunjukkan setiap item * Summarized bill of materials
pada levelnya masing-masing sesuai dengan tahapan proses pembuat- Summarized bill of materials mirip dengan indenred bitl of ma-
an seperti terlihat pada Cambar 8.5. tndented bill of material untuk terials kecuali pada summarized bill of materials, item yang sama han-
Produk A memperlihatkan bahwa Produk A sebagai produk akhir dise- ya terlihat satu kali saja dengan cara menjumlahkan semua kebutuhan
but sebagai item pada level 0 sedangkan item yang membentuknya item yang sama tersebut. Format summarized bill of materials untuk
yaitu sub-assembly 5A-1 dan part P-3 ditempatkan sebagai item level produk A dapat dilihat pada Cambar 8.6.
1 . ltem-item yang membentuk sub-assembly sA-l
yaitu sub-a ssembly
5A-2 dan part P-4 ditempatkan sebagai item-item level 2 dan item-
where used bill of material reports merupakan daftar semua sub-as-
item yang membentuk sub-assembty sA-2 adalah item-item pada level
sembly, part dan komponen yang dibuat untuk kepentingan engineer-
3. Penetapan level masing-masing item akan sangat berguna dalam
ing changes (perubahan pada bill of materials) sehubungan dengan
penentuan time phased (jadwal pembuatan item pada level bawah
masalah yang ditemukan dalam proses operasi di lantai pabrik atau
untuk membuat item di atasnya.
perubahan desain yang harus dilakukan sehubungan dengan perubah-
an keinginan pelanggan (Smith, Spencer, B).

150 Pe rencanaan dan Pe;ngendalian Produksi Pe re nconoon Opg rosi onal 151

*
SUMMARIZED BILT OF MATERIALS pembuatan bahan tersebut pada suatu ketika tidak tersedia baik karena
faktor kerusakan mesin, kesibukan mesin yang memuncak dan lain-
Product Code
Product Name
lain. Tetapi, timbulnya persediaan bahan lebih sering disebabkan oleh
Stock No. kebijakan pembuatan yang menggunakan prinsip penggabungan ke-
Quan- Stock butuhan untuk beberapa periode ke depan dalam sebuah /ot untuk
l-evel Description Unit Source
titv No. meminimumkan biaya pengadaan bahan tersebut. Misalnya, jumlah
0 I 2 3 1 Each Manufactured
part X dibutuhkan dalam 4 minggu ke depan adalah 50 unit dengan
A I Each Manufactured
rincian sebanyak 10 unitdibutuhkan pada minggu ke 5, t5 unit pada
SA-1 2 Each Manufatured
minggu ke 6, 12 unit pada minggu ke 7 dan 13 unit pada minggu
sA-2 1 Each Manufactured
P-1 2 Each Manufactured ke B. ldealnya, masing-masing kebutuhan tersebut dipenuhi dalam 4
P-2 2 Each Manufactured proses operasi. strategi operasi lotfor /ot ini tentu tidak menimbulkan
2 Each Manufactured persediaan karena jumlah part yang dibuat persis sama dengan jumlah
P-3 2 Each Manufaclured kebutuhan untuk periode tertentu saja.

Gambar 8.6 Summa rized Bill of Materials Produk A Tetapi strategi operasi lot for /ot ini sering tidak efisien ditin-
jau dari biaya apabila biaya setup relatif tinggi atau fasilitas produksi
8.2.21 nformasi Pendukung terkait akan mengalami situasi under capacity. situasi under capacity
Proses penguraian kebutuhan bahan untuk memenuhi jadwal akan terjadi apabila proses operasi menggunakan mesin-mesin non-
induk produksi berdasarkan bill of materia/s disebut proses eksploitasi automatic atau sern,-automatic yang pada urnumnya berkapasitas be-
(MPS exptotion of BoM). Proses ini akan diuraikan lebih rinci pada ba- sar. Dalam keadaan seperti ini, beberapa kebutuhan digabung dalam 'l
gian selanjutnya. Agar proses eksploitasi dapat dilakukan secara baik, atau 2 /ot pembuatan. Hal ini tentu akan meminimumkan biaya setup
maka beberapa data dan informasi pendukung harus tersedia antara dan biaya pembuatan per unit (unit machining cost) tetapi akan tim-
lain yang utama ialah status persediaan (inventorY status), waktu an- bul biaya persediaan (inventory carrying cost) karena tidak semua part
cang-ancang(tead times), biaya pemesanan dan penyimpanan perse- atau komponen yang dihasilkan tersebut akan terkonsumsi segera.
diaan (ordering and inventory carrying costs). Kembali kepada operasi eksploitasi, apabila kebutuhan jumlah
kotor (gross requirements) telah dihitung maka jumlah kebutuhan
* Status Persediaan
bersih (net requirements) dihitung dengan mengurangi gross require-
Dalam operasi manufaktur di lantai pabrik, kebijakan penangan- ,nents sebanyak jumlah persediaan yang ada. Tabel 8.2 adalah sebuah
an bahan khususnya bahan-bahan yang dibuat sendiri (manufactured contoh bagaimana net requirernents ditentukan pada setiap periode.
items) sering dibedakan atas dua tipe yaitu bahan dengan persediaan
dan bahan tanpa persediaan. Kebijakan pengadaan bahan dengan Kebutuhan bersih : (Kebutuhan kotor) - (Persediaan)

persediaan sering didasari oleh keinginan untuk mengantisipasi kesu-


litan yang timbul apabila kapasitas stasiun kerja yang terkait dengan

152 Pe renconaon dan Pengendalion Produksi Pe r e nconaan Ope rasi ona I 153
Tabel 8.2 Hubungan Antara Kebutuhan dan Persediaan bahan untuk memenuhi jadwal yang telah ditentukan bila bahan terse-
Untuk ltem A but harus sudah selesai dibuat. Misalnya produk akhir atau Produk A
yang dirakit dari item SA-2, SA-l dan part P-3 harus sudah selesai pada
Minggu
Uraian minggu ke 6 dan waktu ancang-ancang pengolahan (proses perakitan)
.3 4 5 5 7 B 9 10.
16 16
adalah 1 minggu, maka sub-assembly SA-2, SA.l dan part P-3 masing-
Kebutuhan kotor 21 21 23 23 23 16
masing harus sudah tersedia untuk dirakit pada minggu ke 6-1 : 5
Persediaan A 75 54 33 10 0 0 0 o 0 atau minggu ke 5.
Kebutuhan bersih 0 0 0 13 23 16 16 16
Mengacu kepada daftar kebutuhan bersih Produk A dan status
persediaan awal sebanyak 75 unit maka jumlah Produk A yang harus
Tabel 8.2 menunjukkan bahwa pada awal minggu ke 3 jumlah perse-
diproduksi pada minggu ke 6, 7 dan 8 masing-masing adalah sebanyak
tliaan item A ialah 75 unit. Dalam minggu ke 3 dibutuhkan item A 13 unit,23 unitdan 23 unit. KarenaitemsA-t adalah salah satu kom-
sebanyak 21 unit. Jumlah ini disebut kebutuhan kotor (gross require- ponen yang dibutuhkan untuk membuat produk A dengan komposisi
rnents). Jumlah kebutuhan kotor item A sebanyak 21 unit pada minggu 'l:1 maka jumlah kebutuhan kotor item 5A-1 untuk memenuhi kebr.r-
ke 3 sepenuhnya dapat dipenuhi dari persediaan yang ada sebanyak
tuhan tersebut adalah juga 13 unit, 23 unit dan 23 unit. Tetapi karena
75 unit. Dengan demikian, kebutuhan bersih pada minggu ke 3 adalah
waktu ancang-ancang proses perakitan produk A dari komponennya
0 dan persediaan item A pada akhir minggu ke 3 adalah 54 unit- Perse-
adalah satu minggu ke maka item SA-1 sudah harus tersedia sebanyak
diaan ini juga dapat digunakan untuk memenuhi seluruh kebutuhan jumlah yang disebut di atas 1 minggu ke sebelumnya yaitu pada ming-
kotor pada minggu ke 4 sehingga kebutuhan bersih minggu ke 4 gu ke 5, 6 dan 7 sepertiterlihat pada Cambar 8.7.
juga adalah 0. Persediaan pada akhir minggu ke 4 menjadi 33 unit'
Demikian juga halnya dengan minggu ke 5, semua kebutuhan dapat Persediaan awal item 5A-I adalah sebanyak 30 unit dan tidak
dipenuhi sehingga kebutuhan bersih adalah 0 dan persediaan pada ada kebutuhan sebelum minggu ke 5 dan pada minggu ke 5 dibutuh-
akhir minggu ke 5 hanya tinggal 10 unit. Tetapi pada minggu ke 6, kan sebanyak '13 unit maka pada akhir minggu ke 5 akan ada persedia-
jumlah persediaan yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan kotor an sebanyak 17 unit. Jumlah ini digunakan untuk menutupi sebagian
sebanyak 23 unit. Dengan demikian, jumlah kebutuhan bersih adalah kebutuhan pada minggu ke 6 sebanyak 23 unit sehingga kekurangan
23 -10 : 13 unitdan persediaan padaakhirminggu ke 6 menjadi 0, pada minggu ke tersebut hanya sebanyak 6 unit dan pada minggu ke

demikian seterusnya. 7 sebanyak 23 unit. Jumlah kekurangan ini dikenal sebagai kebutuhan
bersih (net requirements) yang harus diproduksi. Demikian seterusnya
* Waktu Ancang-Ancang dilakukan sehingga sampai pada level yang paling bawah untuk me-
Waktu ancang-ancang (lead time) ialah lamanya waktu dibu- ngetahui kebutuhan bersih setiap irem baik paft, maupun komponen
tuhkan terhitung dari saat kebutuhan diidentifikasi, pembuatan order dan sub-assembly sefta bahan baku yang dibutuhkan dalam proses
pengadaan, penyampaian order hingga order diterima dan bahan yang manufaktur.
dibutuhkan siap untuk digunakan. Data dan informasi mengenai waktu
ancang-ancang diperlukan untuk menentukan jadwal kebutuhan suatu
:
:a
* ncon aan Ope r osi ono I
154 Perenconaan dan Pengendalian Produksi ii
6
Pe r e t55

*
Kebutuhan item A sub-item. Misalnya 5A-1 adalah parent item terhadap SA-2 dan p4
Persediaan awal 75 unil
dan kedua bahan ini adalah sub-tem terhadap 5A-/. Demikian juga,
Minggu 5A-I adalah sub-item terhadap A dan A adalah parent-item terhadap
Uraian
3 4 5 6 7 I 9 to SA-T.
Kebutuhan kotor item A 2'.| 21 23 23 23 23 l6 t6
Persediaan A 75 54 33 10 0 o o 0 0
Level 0
Kebutuhan bersih A 0 0 0 13 23 23 16 16

Kebutuhan itern SA-1


Persediaan Awal 30 unit
Waktu.Ancang-ancanglminggu
J
I f
Uraian
3 4 8 9 10
Ketrutuhan kotor SA-t 0 0 13 23 23 16 16

Persediaan SA-, 30 30 30 17 0 0 0 0

Kebutuhan bersih 5A-I o 0 0 6 23 't6 t6

Gambar 8.7 Hubungan Kebutuhan Produk A dan Sub'assembly SA-1 level 3

Proses eksploitasi adalah proses yang berkenaan dengan peng-


uraian jadwal induk produksi ke dalam bentuk kebutuhan bahan
mulai dari bahan pada level paling hilir hingga paling hulu. Seperti
telah dijelaskan di muka, material requirements planning logic perlu
membedakan setiap part, komponen, sub-assemb/y berdasarkan level
yaitu posisinya dalam produk. Telah disinggung di muka, bahan no-
Gambar 8.8 Product Structure lree leve/ing untuk Produk A
menklatur material requirements planning menetapkan produk akhir
(item paling hilir) sebagai bahan pada level 0. Bahan-bahan yang se- Maksud dari pengelompokan item berdasarkan hubungan
cara langsung berada di bawahnya disebut bahan level 1 dan bahan parent-sub-item ini ialah untuk mengidentifikasi jumlah kebutuhan
di bawahnya lagi disebut bahan pada level 2 dan seterusnya (lihat setiap item berdasarkan jumlah kebutuhan parent-item (principle of
Cambar 8.8). dependent demand). Sebagai contoh, bila produk akhir A dibutuh-
kan 10 unit maka sub-item 5A-7 juga dibutuhkan 10 unit karena l
Juga telah dijelaskan bahwa dalam setiap 2 level berlaku hu- unitA membutuhkan 1 unit SA-I. Sedangkan part P-4 dibutuhkan 20
bungan 'bapak-anak' yaitu bahan yang berada di sebelah atas disebut
unit karena setiap 1 unit 5A-/ membutuhkan 2 unit part P-4. Dengan
parent-item dan bahan yang berada langsung di bawahnya disebut
demikian, jumlah kebutuhan seluruh bahan sudah dapat diketahui

156 Pe renconaan dan Pengendali an Produksi Perencanaan Operosi onal 157


berdasarkan jumlah kebutuhan produk akhir yang teftera dalam jad- an untuk memenuhi kebutuhan bersih suatu bahan dalam setiap peri-
wal induk produksi. ode. Untuk memudahkan pemahaman terhadap konsep ini perhatikan
contoh yang ada pada Tabel 8.3.
Dalam perhitungan kebutuhan bahan berdasarkan principle of
dependent demand ini, dikenal atau digunakan istilah-istilah gross Tabel 8.3 Perhitungan Kebutuhan Bersih item X
requirements (jumlah kebutuhan kotor), net requirernents (iumlah
Minggu
kebutuhan bersih), lot-sizing (penentuan ukuran /ot untuk pesanan/ Uraian
'il
3 4 5 6 7 B 9 10 12
permintaan dan offsetting (penentuan jadwal pemesanan dengan 't2
Kebutuhan kotor X 12 10 15 12 13 10 10 5 5
memperhatikan waktu ancang-ancang).
Persediaan X 36 24 12 2 o 0 o o o o o
r
't3
* fumlah kebutuhan kotor (gross requirements) f
Kebutuhan bersih X 0 0 o 12 13 10 10 5 5

Jumlah kebutuhan kotor suatu item ialah banyaknya suatu item Tabel 8.3 menunjukkan bahwa jumlah kebutuhan bersih item X ialah
dibutuhkan yang dihitung berdasarkan jumlah kebutuhan parent-item sebanyak 68 unit yang terdiri dari 1 3, 12, 13,'10, 10, 5 dan 5 masing-
nya. Dalam praktek, jumlah kebutuhan kotor sering tidak hanya di- masing untuk minggu ke 6,7, B, 9,10, 11 dan 12. Bila jumlah item
tentukan oleh jumlah kebutuhan parent-item tetapi juga kebutuhan- X harus diproduksi persis sebanyak 13 unit pada minggu ke 6, se-
kebutuhan lain terhadap item tersebut misalnya kebutuhan service banyak 12 unitpadaminggukeT, sebanyak 13 unitpadaminggu ke8
paru (bila item tersebut juga dibutuhkan untuk keperluan mainte- dan seterusnya maka tidak ada sisa yang akan menjadi persediaan dari
nance di samping untuk pembuatan produk jadi)dan kebutuhan lain- item tersebut pada akhir setiap periode. Bila waktu ancang-ancang un-
nya. Bagaimana logika perhitungan kebutuhan kotor telah dijelaskan tuk setiap /ot adalah 1 minggu ke maka jadwal pemesanan adalah
dalam uraian di atas yaitu seperti ditunjukkan dalam Gambar 8.7. seperti terlihat pada Tabel 8.4).Telah dijelaskan sebelumnya bahwa
pembuatan item X secara lot for /ot hanya efisien apabila biaya setup
{. lumlah kebutuhan bersih (net requirements) relatif kecil dibandingkan dengan biaya penyimpanan jika pembuatan
Jumlah kebutuhan bersih (net requirements) suatu item ialah dilakukan sebanyak 68 unit sekaligus.
jumlah kebutuhan kotor (gross requirements) item tersebut dikurangi
Bila untuk memenuhi seluruh kebutuhan yang jumlahnya se-
dengan f umlah persediaan. Jumlah kebutuhan bersih adalah nol apa-
banyak 68 unit dilakukan dalam satu /ot dan lamanya waktu dibutuh-
bila jumlah persediaan item tersebut sama atau lebih besar dari jumlah
kan untuk pembuatan /ot tersebut adalah 2 minggu ke maka pemesan-
kebutuhan kotor. Jumlah kebutuhan bersih pada setiap periode adalah
an harus sudah dilakukan pada awal minggu ke 4 supaya pada awal
dasar dari perencanaan pembuatan order (pemesanan bahan) dan ke-
minggu ke 6 jumlah item X harus sudah tersedia sebanyak 68 unit.
butuhan kapasitas setiap stasiun kerja yang terkait dengan pembuatan
bahan tersebut. Jika dikurangi dengan kebutuhan bersih pada minggu ke 6 se-
banyak 13 unit maka jumlah item Xyang sisa adalah sebanyak 68 - 13
* Penentuan ukuran lot (lot sizing) unit : 55 unit. Sisa ini menimbulkan biaya penyimpanan. Situasi ini
Penentuan ukuran /ot adalah suatu konsep yang berkaitan de- ditunjukkan dalam Tebel 8.5.
ngan upaya meminimumkan biaya yang dibutuhkan dalam pemesan-

158 Perenconaan dan Pengendalian Produksi Perencanoan Operosi onal 159


Tabel 8.4 Pemenuhan Kebutuhan Bersih Melalui Pemesanan
Cost (LTC), Least Period Cost (LpC), wagner & within Algorithm (vww
Secara lot Per Lot di samping lotfor tot (LFL) dan lain-lain.
Minggu
Uraian
3 4 5 6 7 B 9 10 ll 12
* Penentuan fadwat pemesanan (Offsefting)
Kebutuhan kotor item X 12 '12 10 15 12 13 l0 10 5 5 Apabila jumlah kebutuhan bersih dan /ot sizing(ukuran /ot opti-
Persediaan item X 36 24 12 2 o 0 0 0 o o 0 mum) telah dtentukan maka jadwar mulai pembuatan sudah dapat di-
Kebutuhan bersih o o 0 r3 t2 13 r0 10 5 5 tentukan. Dalam penentuan jadwal pembuatan ini, digunakan asumsi
Jadwal pemesanan 13 12 13 10 t0 5 5 bahwa setiap item yang akan dibuat harus sudah selesai pada awal
Jadwal tersedia 13 12 10 periode kebutuhan. Hal ini berarti periode mulai pembuatan
13 10 5 5 ditetap_
Proyeksi persediaan 0 0 0 0 o 0 0 kan dengan mengurangi periode item harus seresai dengan ramanya
pembuatan. Jika periode item harus selesai adalah awal minggu
ke 6
Tabel 8.5 Proyeksi Persediaan Apabila Seluruh Kebutuhan Bersih dan lama pembuatan adalah r minggu ke maka periode ,rt"i pu,n-
Dipesan dalam Satu lot buatan ialah 6-1 - 5 atau minggu ke 4.

Minggu Perlu diperhatikan bahwa item tertentu mungkin terdapat pada


Uraian
3 4 5 6 7 8 9 10 11 l2 lebih dari satu lokasi dalam product stucture tree. Dalam contoh
Kebutuhan kotor item X 12 12 10 r5 12 13 10 10 5 5 product structure tree cambar g.B, item sA-2 terdapat dalam dua
lo-
Persediaan item X 36 24 12 2 0 0 0 0 0 0 0 kasi. Akibatnya, semu a sub-item dari parent item ini yaitu item p-l
Kebutuhan bersih 0 0 0 13 12 13 r0 10 5 dan item P-2 jugaakan terdapat pada lebih dari satu lokasi.
5 Jumlah ke-
Jadwal X penerimaan 68 butuhan kotor dari item yang demikian harus merupakan perjumlahan
Jadwal pemesanan 6B kebutuhan dari semua lokasi. Dengan demikian, eksploitasi dari item
Proyeksi persediaan 55 43 30 20 10 5 0 atau produk A akan dapat ditentukan secara lengkap.

Biaya penyimpanan ini harus dipertimbangkan secara cermat, * Proses Eksptoitasi Detail
karena apabila jumlahnya relatif besar maka mungkin lebih baik di- Berpedoman kepada konsep perhitungan kebutuhan kotor, ke.
lakukan pembuatan secara lotfor /ot atau membagi atas beberapa lot butuhan bersih, penentuan ukuran /ot dan offsettingseperti telah diu-
jika cara ini lebih efisien misalnya 38 unit dalam /ot pertama dan 30 raikan dimuka maka proses eksploitasi produk akhir A seperti tertera
unit dalam /ot kedua. Penentuan ukuran lot pada dasarnya adalah dalam jadwal induk produksi untuk menemukan kebutuhan bahan-
penetapan jumlah ltem dalam sebuah /ot yang memberikan total biaya bahan pada setiap level datam product. structure tree/ bill of materials
setup dan biaya penyimpanan yang minimum. Ada berbagai model adalah seperti terlihat pada cambar g,9. Telah dijelaskan bahwa jum-
pendekatan dalam penentuan ukuran /ot yang optimum, beberapa di lah kebutuhan sub-item adalah perkalian antara jumlah parent-item
antaranya ialah Economic lot Quantity (EOQ), part Period Balance dengan jumlah unit sub-item per unit parent-item. Misalnya, jika se.
(PPB), Period order Quantity (POQ), Least t-lnitCost(L\JC), LeastTotal tiap unit parent-item membutuhkan 2 unit sub-item dan jumlah kebu_
tuhan bersih parent-item adalah 40 unit maka jumlah kebutuhan t oto,

t60 Perencarnan dan Pengendolion Produki Pe r e nconaan O pe r asi onaI 161


sub-item adalah 4O x 2 - B0 unit. Jika jumlah persediaan sub-item Tabel 8.6 Daftar Program Manufacturing di Lantai pabrik
tersebut misalnya adalah 30 unit maka kebutuhan bersih adalah B0
Item Uraian
- 3O unit : 50 unit. Dalam contoh proses eksploitasi di bawah ini
MingEu
3 4 5 6 7 8 9 10
metode lot sizing yang digunakan ialah lot for lot. Perakitan Akhir 13 23 23 23 16 16
Minggu SA.I Perakitan 6 23 23 16 16
Item Uraian
3 4 5 6 7 I 9 to SA-2 Perakitan 32 46 32 32
A Kebutuhan kotor 21 21 23 23 23 23 16 l6 P-t Pembuatan 57 48 48
Persediaan 75 54 33 r0 0 0 0 0 0
Kebutuhan bersih 0 o r3 23 23 23 16 16
ladwal penerimaan 0 0 13 23 23 23 't6 16
8.3 Capa city Requirements planning(CRp)
Minggu
Jadwal pemesanan 13 23 23 23 16 16
Capacity Requirements planning (perencanaan kebutuhan
kapasitas jangka pendek) adalah proses penentuan kebutuhan kapa-
sA-' Kebutuhan kotor 13 23 23 23 16 l6 sitas untuk rnemenuhi rencana pembuatan bahan yang tertera dalam
Persediaan iO 30 17 0 0 o 0 o program manufaktur di lantai pabrik seperti terlihat pada Tabel 8.6.
Kebutuhan bersih 0 6 23 23 16 l6
Perlu diketahui bahwa perencanaan kebutuhan kapasitas ini hanya
Minggu ladwal penerimaan 6 23 23 16 10
ladwal pemesanan 6 23 23 16 16
difokuskan pada kapasitas stasiun kerja yang bersifat kritis yang dise-
sA-2 Kebutuhan kotor 13+6 23+23 23+23 16+ 16 l6+ 16 but bottleneck work center capacity. pengalaman rapangan dalam
Persediaan 33 14 0 o 0 0 proses manufaktur memberikan pelajaran bahwa tidak semua stasiun
Kebutuhan brsih 0 32 46 32 32 kerja yang digunakan dalam proses manufaktur mengarami masalah
ladwal penerimaan 32 46 32 32
misalnya sering mengalami situasi overloaded sehingga memuncul-
ladwal pemesanan 32 46 32 32
kan antrian panjang di belakang stasiun kerja itu. Kenyataan menun-
jukkan bahwa paling banyak hanya t-3 stasiun kerja saja yang sering
P-1 Kebutuhan kotor 6+32 23+46 16+32 l6+32 mengalami overloaded sedangkan sisanya bahkan underloaded. oleh
Persediaan 5o 50 12 0 0 0 karena itu hanya terhadap stasiun kerja kritis saja yang perlu dilakukan
Kebutuhan bersih 0 57 48 4B perencanaan keb utu han kapasitas secara detai l.
Minggu
Jadwal penerimaan 57 48 48

ladwal pemesanan 57 48 4B 8.3.1 Beberapa Teknik CRP


WA adalalr waktu ancang-ancang, diasumsikan untuk masing-masing item adalah 1 Teknik perencanaan kebutuhan kapasitas jangka pendek dapat
minggu
dibedakan atas cara yaitu capacity planning Factors, Bilt of Capacity,
Gambar 8.9 Proses Eksploitasi Produk A Time-phased Bill of Capacity dan Timephased CRp.

Berdasarkan proses eksploitasi di atas, program manufacturing a. Capacity Planning Factors (CpD
tentatif di lantai pabrik adalah sebagai berikut: Capacity Planning Factor adalah unit konversi yang digunakan
untuk mengkonversikan rencana output stasiun kerja ke daram jum-

162 Perencanaon dan Pengendalian Produki Pe r e ncanoon Ope rasi onal 163
lah unit kapasitas yang dibutuhkan untuk memproduksi jumlah out-
memudahkan pemahaman terhadap teknik ini akan digunakan kem-
put tersebut. Teknik ini mendasarkan perhitungan kebutuhan kapasi-
bali product structure tree seperti tertihat pada Gambar g.r 0.
tas standar. Ada beberapa cara untuk menentukan kapasitas standar,
salah satu di antaranya ialah berdasarkan rata-rata kapasitas riil selama
satu tahun terakhir. Kebutuhan kapasitas rata-rata ialah jumlah kapasi-
tas yang digunakan pada masa lalu misalnya dalam tahun lalu dibagi
dengan jumlah unit output yang dihasilkan dalam periode tersebut.
Misalnya, dalam tahun lalu, total kapasitas yang digunakan oleh selu-
ruh stasiun kerja terkait ialah 10.000 jam dengan jumlah output 2.000
unit. Berarti, standar kebutuhan kapasitas ialah 10.000 jaml2.000 unit
: 5 jam per unit. Jika jumlah yang akan diproduksi tahun depan se-
suai dengan jadwal induk produksi 2500 unit maka total kebutuhan
kapasitas standar ialah 2.500 x 5 jam/unit : 12.500 jam.

Satuan yang digunakan pada umumnya adalah jam-orang wa-


laupun kadang-kadang dapat juga jam-rpesin apabila proses operasi
lebih dominan pekerjaan mesin. Jika proses operasi pembuatan output
tersebut melibatkan misalnya 4 stasiun kerja dengan proporsi wak-
tu pada stasiun kerja yang dikategorikan sebagai stasiun kerja kritis
adalah 36.5olo maka total kebutuhan kapasitas stasiun kerja tersebut
untuk mengeksekusi jadwal induk produksi berdasarkan teknik CpF
adalah 0.365 x 12.500 jam : 4.563 jam. Dengan menggunakan pro- Gambar 8.1O product Structure Tree L)ntuk produk A
porsi jumlah produk yang dihasilkan per periode seperti dinyatakan
dalam jadwal induk produksi maka jumlah kebutuhan kapasitas sta- selain data dari Bill of Materialslproduct structuretree, datadata
utama lain yang dibutuhkan daram menentuka n Bill ofCapacity
siun kerja tersebut per periode akan dapat diperkirakan. ialah
datadata rute operasi. Data rute operasi memperlihatkan rute proses
Cara perhitungan kebutuhan kapasitas dengan teknik CpF ini operasi pembuatan masing-masing part, komponen dan sub-ass
embly
terlihat cukup kasar karena mengabaikan pengaruh beberapa hal an- yang dibutuhkan dalam tiap unit produk akhir yang akan dihasiikan,
tara lain yaitu perbedaan komposisi produk campuran terhadap ke- stasiun kerja yang digunakan, waktu setup, waktu operasi dan
waktu
butuhan kapasitas, persediaan partlkomponen dan sub.assemb ly, dan pindah antar operasi (inreroperation time) dan ukuran lot.
Misalkan
work-in progress. data rute operasi adalah seperti terlihat pada Cambar g.1 1 .
b. of Capacity (BOC)
Bill Besarnya waktu standar yang dibutuhkan pada masing-masing
Bilt of Capacity (BOC) menyatakan besarnya kapasitas stasiun stasiun kerja dapat ditentukan dengan cara: pertama, hitung waktu
kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk. Untuk setup rata-rata dengan cara membagi waktu setup dengan jumlah
unit

1U Perencanaon dan Pengendolian Froduksi


P e re ncanaan Ope rasi ono I
165
J
.l
rl

,l
ll
I
dalam lot; Sebagai contoh, waktu setup rata-rata stasiun keriaWlC 801 I Tabel 8.7 Waktu Standar Per Unit
ialah 1.5 jam /20 unit :0.075 jam. Selanjutnya, dengan menjumlah- ii
Kode No No Setup Waktu opera- Waktu Stan- Ukuran
kan waktu setup rata-rataWlC 801 yaitu 0.075 jam/unit dengan waktu ::
Item Operasi wc 0am) si (iam/unit) dar (jam/unit) Iot Rata-rata
operasi sebesar 0.80 jam/unit maka diperoleh waktu standar per unit A 1 BOI t.50 o.Bo 0.875 20
pada stasiun kerja WlC 80l yaitu 0.875 jam /unit. Dengan cara yang ,j' SA-I I 701 1.50 0.60 0.700 t5
SA-2 I 701 t.50 o.50 0.600 t5
sama maka dapat ditentukan waktu standar per unit pada setiap sta-
P-t 2 102 0.80 0.3s 0.377 i0
siun kerja seperti terlihat pada Tabel 8.7. f I 101 o.50 0.2s 0.267 30
,

DATA RUTE P-2 2 202 0.60 0.s0 0.530 20


Kode Produk I tol 0.s0 0.20 0.225 20
Nama Produk 3 202 0.60 0.40 0.450 12
Waktu Ukuran 2 102 o.Bo 0.30 4.i67 I2
Kode .No Setup waktu Pindah
No WC (am)
operasi (jam/ (jam)
/ot Rata- 1 t0t o.50 o.20 0.242 t2
Item Operasi
unit) rata P-3 j 601 t.o0 0.60 0.65A 20
A 1 801 1.50 o.Bo 4.0 20 2 203 0.80 0.70 0.740 20
SA-1 1 701 1,50 0.60 4.0 t5 I 201 0.60 0.40 0.4i0 20
SA-2 1 701 t.50 0.50 4.4 15
P-t 2 102 0.80 0.35 4.0 30 Data Bill of Capacity yang ditunjukkan oleh Tabel 8.8 me-
I 101 0.50 o.25 4.0 30
nyatakan bahwa untuk memproduksi 1 unit produk akhirA dibutuhkan
P-2 2 202 0.60 o.s0 4.0 20
101 0.50 o.20 4.0 20
kapasitas stasiun kerja WC 801 sebesar 0.875 jam, WIC ZOt sebesar
P4 3 202 0.60 0.40 4.0 t2 1.900 jam,WlC 601 sebesar 1.300 jam dan seterusnya. Berdasarkan
2 102 0.80 0.30 4.0 12 data ini maka dapat dihitung kebutuhan kapasitas masing-masing sta-
101 0.50 o.20 4.0 t2 siun kerja untuk memproduksi produk akhir A sebanyak yang tertera
P-3 3 601 1.00 0.60 4.O 20
dalam jadwal induk produksi.
2 20i 0.80 0.70 4.0 20
I 201 0.60 0.40 4.0 20
Tabel B.B Bill of Capacity (BoC) pada setiap Stasiun Kerja
Gambar 8.11 Data Rute OPerasi No. Standar Kebutuhan Kapasitas Stasiun Kerfa/Unit Produk A BoC
wc (jam)
Bitl of Capacity (BoC) untuk setiap stasiun kerja per unit item A sA-1 sA-2 P4 P-3 P-2 P-1

yang dihasilkan dihitung dengan cara menjumlahkan semua waktu 801 o.875 o"875
701 0.700 1.200 1.900
standar yang terkait dengan pembuatan item tersebut pada stasiun
60r r.300 1.300
kerja yang sama. Misalnya per unit produk A yang dihasilkan mem- 203 1.480 1.480
butuhkan 0.875 jam pada WIC 801 dan per unit 5A-, membutuhkan 202 0.900 0.900
0.200 jam pada WIC 701 . Per unit 5A-2, dibutuhkan 0.600 jam pada 201 0.860 0.860
102 o.734 r.060
WtC 7Ot . Bill of capacity per unit produk A pada setiap stasiun kerja o.754 2.548
101 o.484 0.450 0.534 1.468
terkait adalah seperti terlihat pada Tabel 8.8.

166 Pe rencanaan dan Pengendali an Produksi Pe r e nconaan Ope rasi ona I 167
Seperti ditunjukkan dalam Cambar 8.9, jumlah produk akhir A Tabel 8.10 lnput-O;utput KapasitasW/C 7Ol
yang akan diproduksi menurut jadwal induk produksi dikoreksi de- Minggu
Uraian
ngan cara mengurangi jumlah persediaan sehingga kebutuhan bersih 3 4 5 6 7 8
menjadi 6,23,23, 16, 16 unit yang harus diproduksi berturut-turut lnput (iam) 1 1.40 43.70 43.70 30.40 30.40
pada minggu ke 4, 5, 6,7 dan 8. Besarnya kebutuhan kapasitas setiap Output (jam) 35.00 35.00 35.00 35.00 35.00
Deviasi(jam) 23-60 (8.70) (8.70)
stasiun kerja untuk memproduksi jumlah tersebut adalah seperti ditun- 4.64 4.60
jukkan dalam Tabel 8.9. Terlihat bahwa pada minggu ke 5 dan 6 diperkirakan akan terjadi
kekurangan kapasitas masing-masing sebesar 8.78 jam sedangkan
Tabel 8.9 Perkiraan Ke,butuhan Kapasitas Jangka Pendek
pada minggu ke 4, 7 dan B akan terjadi surplus kapasitas. perlu diten-
No. Minggu tukan kebijakan untuk mengatasi kekurangan dan ketebihan kapasitas
BoC 0am)
wc 3 4 5 6 7 B 9
tersebut karena keduanya menimbulkan beban biaya di lantai pabrik.
801 o.875 5.25 20.13 20.1 3 14.00 14.00
c. Time-Phased Bitt of
Capacity OpBoC)
601 r.300 7.80 29.90 29.90 20.80 20.80
Time-Phased Bill of Capacity sering juga disebut product load
203 1-480 8.88 34-O4 34.O4 23.68 23.68
profile menetapkan kebutuhan kapasitas berdasarkan backward sche-
202 o.900 5.40 20.70 20.70 14.40 14.40
duling terhadap jadwal induk produksi dengan menggunakan waktu
201 o.860 5.16 19.78 19.78 13.76 13.76
40.77 40.77
ancang-ancang standar. Untuk memudahkan pemahaman terhadap
102 2.548 15.29 58.60 58.60
102 1.465 8.79 33.70 33.70 23.44 23-44 teknik ini perhatikan kembali product structure tree seperti terlihat
pada Cambar 8.10. Pertama-tama susun data rute operasi, dan data
Kebutuhan kapasitas tersebut kemudian dibandingkan dengan
kapasitas standar stasiun kerja, misalkan seperti terlihat di bawah ini.
kapasitas yang tersedia periode per periode sepanjang rentang waktu
perencanaan (planning horizon) untuk mendapatkan informasi pada * Data Rute Operasi
periode mana terjadi defisit dan periode mana yang mengalami sur- Misalkan data rute operasi, waktu setup dan waktu operasi pada
plus sehingga dapat disusun strategi untuk mengatasi masalah kapasi- setiap stasiun kerja terkait adalah sepertiterlihat dalam cambar 8.12.
tas defisit dan surplus tersebut. Perlu dicacat bahwa dalam perhitungan
DATA RUTE
kapasitas ini, jumlah kebutuhan harus didasarkan kepada kebutuhan Kode Produk
bersih setiap item mulai dari item pada level 0 (produk akhir) sampai Nama Produk
item pada level paling bawah. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Kode ltem No Operasi No WC Sefup Waktu operasi Waktu Pindah
dalam membuat analisis kapasitas jangka pendek, hanya kapasitas 0am) 0am/unit) 0am)
A I 801 1.50 4.80 4.0
stasiun kerja kritis (bottleneck work center) saja yang perlu diidentifi-
SA-I I 701 1.50 o.60 4.O
kasi dan dianalisis. Misalkan stasiun kerja WC 701 adalah bottleneck SA-2 I 701 1.50 0.sa 4-O
work center Terhadap stasi un kerja i ni di lakukan anal isis i nput-output P-1 2 102 o-Bo 0.is 4.0
sebagai berikut: I tot o.5a o.25 4.O

Pe re nconaan Ope rosi onol 169


168 Perencanaon dan Pengendolian Produksi
Kode ltem No Operasi No WC Seftrp Waktu operasi Waktu Pindah nya dengan faktor efisiensi, faktor utilisasi juga sangat sulit mencapai
0am) fiam/unit) 0am) 100o/o, pada umumnya berkisar B0 95o1o.
P4 3 202 0.60 0.40 4,0
-
2 102 0.80 0.30 4.0 Dalam perencanaan kapasitas jangka pendek, kedua faktor di
I 101 0.50 0.20 4.0 atas penting dipertimbangkan untuk menghindari terjadinya antrian
P-3 j 60t t.oo 0.60 4.0 yang berlebihan pada sebagian stasiun kerja yang berakibat tingginya
2 203 o.Bo o.70 4.O wo r k-i n-p ro,gress dan terlam batnya pen g i ri man prod u k kepada pe! an g-
1 201 o.50 o.40 4to gan. Pada umumnya, besaran standar dari kedua faktor efisiensi dan
utilisasi ditetapkan berdasarkan hasil penelitian lapangan walaupun
Cambar 8.12 Data Rute Operasi Manufaktur, Waktu setup dan
tidak jarang digunakan pendekatan harga rata-rata. Forrnat dari data
Waktu Operasi pada Masing-masing Stasiun Kerja
kapasitas stasiun kerja diperlihatkan dalam Tabel 8.11.
.! Data Kapasitas Stasiun Kerja
TabetB.lI f)ara KapasitasEfektif Stas iun Kerjap", U:tinggu
Data kapasitas stasiun kerja adalah datadata mengenai kemam-
puan masing-masing stasiun kerja melakukan operasi manufaktur den-
No WC Nama Jumlah lumlah Faktor Faktor Kapasitas
Operasi shift Mesin Efisiensi Utilisasi Efektif
gan memperhatikan faktor-faktor efisiensi (efficiency factors) dan util- 801 1 1 0.80 0.95 30.40
isasi (utility factors). Faktor efisiensi menjelaskan keadaan seberapa 70'l 2 0.80
1
0.90 57.60
jauh stasiun kerja tertentu mampu menggunakan kapasitas yang terse- 601 2 0.85
1 0.80 54.40
dia secara efisien. Misalkan suatu operasi manufaktur di stasiun kerja 203 1 2 0.80 0.85 54.40
tertentu, berdasarkan standar operasi yang telah ditentukan menurut 202 I 2 0.85 0.90 61.20
hasil penelitian, seharusnya dapat diselesaikan dalam waktu 2.5 jam 201 I 2 0.90 0.85 61.20
102 t 3 0.90
per unit. Sehubungan dengan berbagai kesulitan teknis yang dihadapi, 0.85 91.80
10r 1 3 0.90 0.80 86.40
maka waktu yang digunakan dalam penyelesaian operasi misalnya
3.0 jam. Dengan demikian, inefficiency adalah t(3.00 - 2.5)12.501 x Tabel 8.11 menunjukkan bahwa dalam waktu kerja I minggu, stasiun
100o/o :2ooto sehingga efficiency factor adalah 100%- 20% : 80"1". kerjaw/C B0I mempunyai kemampuan menyelesaikan beban kerja
Dalam kenyataan, hampir tidak ada stasiun kerja beroperasi pada ef- sebesar 30.40 jam dan wlc 701 sebesar s7.60 jam dan seterusnya.
{iciency faaor 100%. Apabila suatu order memiliki beban kerja sebesar g0 jam, maka or-
Faktor utilisasi adalah ukuran kemampuan stasiun kerja dalam der tersebut akan selesai di wlc B0I dalam waktu go/30.40
- 2.63
memanfaatkan kapasitas tersedia (available capacity) secara efektif. minggu ke atau di wlc z0l selama 1.39 minggu. Dengan demikian,
Misalnya suatu stasiun kerja mempunyai kapasitas tersedia sebesar ellapse time pada wlc B0r adalah r.39 mingg, ke alu pada w/C
40.0 jam-mesin per minggu. Sehubungan dengan berbagai permasalah- 701 adalah 2.63 minggu. Dengan menggunakan data elapse time ini
an teknis yang berakibat tingginya idle time misalnya mencapai rata- akan dapat dilakukan proses backward scheduling untuk menentukan
rata 6.0 jam per minggu ke maka tingkat utilisasi stasiun kerja tersebut besarnya kebutuhan kapasitas setiap stasiun kerja pada setiap periode
menjadi rendah yaitu [40.0 * 6.0)140.0] x 100% : 85%. Seperti hal-

t70 Perencanoan dan Pengendalian Produksi P e r e ncanaan Ope rasi ona I t7t
berdasarkan perhitungan mundur dari jadwal selesainya produk se- Tabel 8.12 Backward Scheduling
pertitertera dalam jadwal induk produksi.
Item fumlah No. wtc Mulai Selesai Kapasitas
(Unit) Operasi No. Minggu Iam
d. TimePhasedCapacity Requirements
A 2i I BOt
Minggu lam 0am)
6 21 7 1 19.9
Time-Phased Capacity Requirements menghitung kebutuhan SA-1 2i 701 "t7
1 5 36 6 20.7
kapasitas setiap stasiun kerja berdasarkan proses backward schedul- sA-2 23 701 'r9
I 5 5 32 t 3.o
ing hanya saja dalam pendekatan ini tidak digunakan bill of capac- P-1 23 2 102 5 6 t
J r5 8.9
ity. Kebutuhan kapasitas pada setiap stasiun kerja dihitung dengan 2i I t0t 4 35 5 2 6.3
cara mengalikan jumlah unit yang akan dikerjakan pada stasiun kerja P-2 23 2 202 5 2 5 15 12.'.|

tersebut dengan waktu operasi/unit dan kemudian ditambah dengan 2i 1 10t 4 32 4 38 5.1
waktu setup. Untuk memudahkan pemahaman terhadap pendekatan P4 46 3 202 5 13 5 32 l9.o
ini, maka di bawah ini diberikan sebuah contoh bagaimana proses 46 2 t02 4 34 5 9 14.6

backward sched u I i ng d i lakukan.


46 1 tol 4 29 4 30 9.7
P-3 46 3 601 6 8 6 17 8.6
Misalnya, untuk memproduksi 23 unit produk A dalam minggu 46 2 203 5 11 6 4 33.0
ke 7 seperti ditunjukkan dalam jadwal induk produksi, maka perlu 46 1 20t 4 28 5 7 19.O
ditentukan jadwal proses operasi tahap demi tahap yang harus dilaku- SA-2 23 701 6 4 6 17 13.0
kan untuk dapat menyelesaikan produk akhirA sebanyak 23 unit pada P-t 2i 2 102 5 3t 6 0 8.9
23 101 20 27
awal minggu ke 7. Proses operasi tahap akhir yang harus dilakukan 1 5 5 6.3
P-2 23 2 202 5 27 6 o 12.1
ialah pada WIC 801 yaitu perakitan tiga item berbeda masing-masing
23 1 tot 5 't7 5 23 5.I
ialah sub-assembly SA-1, sub-assemby SA-2 dan part P-3 masing-ma-
sing dalam perbandingan 1: 1: 2 . Jumlah kebutuhan kapasitas pada Tabel di atas menunjukkan bahwa untuk memproduksi sebanyak 23
WlC 801 ialah (23 x 0.80) + 'l .50 : 19.9 jam. Bila proses operasi pe. unit Produk A pada minggu ke 7, maka jadwal perakitan akhir dari tiga
rakitan harus sudah selesai pada awal minggu ke 7 yang berarti pada item yaitu sub-assembly sA-2, sub-assemb ly sA-t dan part p-4 dengan
jam ke 1 minggu ke 7 maka proses perakitan harus sudah dimulai perbandingan 1:1:2 harus sudah mulai dilakukan pada stasiun kerja
pada minggu ke 6 pada jam ke 21 dengan asumsi bahwa 1 minggu ke wlc B0l pada minggu ke 6 jam ke 21. Hal ini berarti, ketiga itern
adalah ekivalen dengan 40 jam. Agar proses perakitan dapat dimulai tersebut harus sudah dalam keadaan tersedia pada minggu ke 6 jam
minggu ke 6 pada jam ke 2'1, ke tiga item SA-1 , SA-2 dan P-3 harus su- 21 . Agar ketiga item tersebut sudah tersedia pada waktu tersebut maka

dah tersedia pada jadwal tersebut. Untuk itu, jadwal selesai dan mulai proses operasi pernbuatan ketiga item tersebut harus sudah dimulai
operasi masing-masing item tersebut ditentukan satu per satu secara masing-masing pada minggu ke 5 jam ke 19, minggu ke 5 jam ke 36
sistematis seperti terlihat dalam Tabel B.12. dan minggu ke 4 jam ke 2g- Dari seluruh proses operasi yang harus
dilakukan maka pembuatan part P-3 pada w/c 201merupakan jadwal
paling awal yaitu pada rninggu ke 4 jam ke 28.

172 Perenconaan don Pengendalian Produksi Perencanaan Operasionol 173


it
Perlu diperhatikan bahwa jadwal operasi di atas hanya akurat t
I 8.3.2 Sistematisasi Capac ity Requi rements planni
apabi la telah di rekonsil iasi dengan ketersed iaan kapasitas masi ng-ma- ng
sing stasiun kerja terkait pada jadwal yang diharapkan. Sehubungan
Karni, R',rg,v mengemukakan sebuah moder sistematisasi
perencanaan kebutuhan kapasitas jangka pendek
dengan itu, jadwal tersebut digunakan sebagai sumber informasi pem- suatu stasiun kerja
dengan memperhatikan keterkaitan kebutuhan
bebanan loading process, pengujian ketersediaan kapasitas dengan secara berantai dari
periode ke periode sepanjang rentang waktu perencanaan.
menggunakan teknik capacity requirements planning model perlu di- secara dia-
gramatik, Karni menggambarkan keterkaitan
lakukan. Apabila ketersediaan kapasitas tidak mendukung maka revisi tersebut seperti diperri-
hatkan pada Cambar 9.13.
jadwal perlu dilakukan.

Dari Tabel 8.12 dapat disusun Daftar order dan Jadwal Operasi setiap
order yang menunjukkan kapan setiap order diharapkan dapat dimu-
lai, pada stasiun kerja yang mana operasi awal dimulai dan berapa
banyak dikerjakan.

Tabel 8.13 Daftar order dan ladwalOperasi


CC
No. Item No. Minggu
Order wc 3 4 5 6 7 I I 10 Gambar B.1l Model Keseimbangan Kapasitas
A 801 23
SA-2 701 23 23
* Sasaran
SA-1 701 23 sasaran dari perencanaan kapasitas jangka pendek
berdasarkan
P-4 tol 46 model Karni ialah mendapatkan kapasitas stasiun
kerja yang optimum
P-3 2Al 46 berdasarkan rencana input (permintaan kapasitas
P-2 tot 46
p"r'puiioae), be-
sarnya backlog awaldan perkiraan waktu ancang-ancang.
P-t 102 23 23

* Pembatas
Tabel 8.13 memperlihatkan bahwa proses operasi pengerjaan part
Beberapa pembatasan (constraints) yang digunakan
P-|, P-3 dan P-4 diharapkan sudah dapat dimulai pada minggu ke 4 dalam mo-
del tersebut ialah
masing-masing sebanyak 23, 46 dan 46 unit, sedangkan proses ope-
rasi pengerjaan part P-2, sub-assembly 5A-I dan 5A-2 dimulai pada
. Kapasitas maksimum dan minimum stasiun
kerja
minggu ke 5. Khusus pembuatan sub-assembly SA-2 sebanyak 23 unit
. Panjang antrian maksimum dan minimum
mulai dikerjakan pada minggu ke 5 dan sebanyak 23 unit lagi dibuat
. Delay maksimum dan minimum
pada minggu ke 6. o Work-in-progress maksimum dan minimum
o Waktu ancang-ancang maksimum dan minimum

174 Perenconaon dan Pengendalian Produksi i


Perenconaan operasiontal 175
Ti ri, -.n
Variabel-variabel 7 : k"brtuhan kapasitas rata-rata : ! tr* r-,lr tt/lT(T +1)t2l
t : periode ke t dengan rentangan dari t:1 hingga t: f t=l

l. : kapasitas yang dibutuhkan pada periode ke t Hubungan matematika sistem kapasitas


C : kapasitas stasiun keria (work center) 1. Neraca input-output
Q, - intrian pada akhir periode ke t Periode J Q, : Qr+/,-C
\
D, : delaY Pada Periode ke t Periode 2

-QtC : Qr+1, +l;2C


Wt - work-inprogress pada periode ke t Periode 3 Q, - Qr+/r-3C
L, :Q,-,+l : lr+lr+lr-3C
= waktu ln."ng-rn.ang pada stasiun kerja pada periode
ket
- W/C Periode t Q, : Qr+l I,-tC
t=l
& - kumulatif input pada stasiun kerja hingga periode ke I
- RitC
: eo *I/,t

t:1 Dari hubungan di atas diperoleh bahwa:


W:C+Q
* Kapasitas rata-rata stasiun kerja, panjang antrian dan work-in-
proSress L:1+D
9 =
kapasitas stasiun kerja (diasumsikan konstan) Dari hubungan.hubungan di atas dapat diformulasikan bah-
wa:
a - panjang antrian rata-rata
: ZQ,tr
T
C = [Qo +(f + 1)l/21/tD+(f + 1)l2l dan
- t:l
W : work-in-progress rata-rata
T
zwtlT Q = tr + 1l[2Qs1I + t) +i - Clt z
t=1
n delay rata-rata 2) Kapasitas dan Panjang Antrian
TT Untuk melihat bagaimana model tersebut beroperasi, di
ZDt tr Z e, tcr
t=1 bawah ini diberikan sebuah contoh hipotesis sebagai berikut:
,-
t_ waktu ancang-ancang rata-rata : I L, lT : lW, tCf
t=l t=l

Pe rencanoan Operosi onal 1n


t76 Pe rencanaon dan Pengendalian Produksi
Berdasarkan jadwal induk produksi yang disusun untuk ren- Tabel 8.14 Perkiraan Waktu Ancang-ancang per Periode
tang waktu 6 bulan ke depan, diperoleh gambaran bahwa ke- Minggu
Uraian
Rata-
butuhan kapasitas pada stasiun kerja kritis (bott/eneck work o I 2 3 4 5 6 7 8 9 t0 rata
center) WIC 701 untuk 10 minggu ke pertama ialah 250, Rencana inpul 250 120 240 160 370 loo 125 50 180 160

12O, 24A, 160, 37O, 100, 1 25, 50, 180 dan 160 jam-mesin. Rencana output 185 185 185 t85 185 185 185 185 185 r85 185

Besarnya beban kerja yang menunggu pada awal periode di- Panjang antrian r50 215 150 205 180 365 280 220 B5 80 55 204
Larna delay 1.l "t.2
perkirakan 150 jam-mesin. Waktu ancang-ancang pada sta- 1.1 0.8 1.0 2.O 1.5 0"5 o.4 0.3 1.16
Rencana WiP 400 335 390 365 550 465 445 270 265 240 389
siun kerja tersebut ditetapkan 2 minggu.
Waktu ancang-an- 2.2 1.8 L. t 2.O 3.O 2.5 1.5 1.4 r.3 2.00
Data perkiraan kebutuhan kapasitas pada stasiun kerja terse- cang

but menunjukkan bahwa dalam periode '10 minggu ke depan, Seperti terlihat dalanr Tabel 8.'t4, pacla kapasitas '185 jam-rnesin per
total kebutuhan atau permintaan kapasitas untuk mengek- minggu, waktu ancang-ancang pada stasiun kerja tersebut bervariasi
sekusi jadwal induk produksi ialah: antara 1.3-3.0 minggu ke dengan rata-rata 2.0 minggu. Waktu ancang-
10 ancang rata-rata sarna dengan atau mendekati waktu ancang-ancang
Total input: It, : 1755 jam-mesin
yang ditetapkan, tetapi pada minggu ke 5 dan 6 terlihat agak berlebih-
t=1
an yaitu 3.0 minggu ke dan 2.5 minggu. Pada minggu ke B, 9 dan 10,

lnput rata-ratu : 7 : I,r*1-t)/r IIT(T +1)t2l stasiun kerja memperlihatkan waktu ancang-ancang yang lebih rendah
t=1 dari yang ditetapkan.
, '191 jam-mesin Perlu dipahami bahwa upaya untuk menurunkan waktu ancang-
'10 ancang yang ekstrim misalnya dengan penambahan kapasitas khusus
Kumulatif input : R, : Qo + I,, pada periode tersebut akan selalu menimbulkan dampak penurunan
150 +'117s5 jam-mesin waktu ancang-ancang pada periode berikutnya sehingga pemerataan
yang diharapkan akan sulit dicapai. Misalkan pada minggu ke 5 di-
1905 jam-mesin
harapkan waktu ancang-ancang sebesar 2.5 minggu. Untuk mencapai

a situasi ini, dibutuhkan penambahan kapasitas pada periode tersebut


Perkiraan kebutuhan kapasitas stasiun keria
sebesar 35 jam-mesin misalnya melalui kebijakan kerja lembur se-
Apabila waktu ancang-ancang rata-rata sama dengan waktu an-
hingga kapasitas menjadi 22O jam-mesin. Rencana kebutuhan kapasi-
cang-ancang yang ditetapkan maka kapasitas stasiun kerja tersebut
tas akan terlihat seperti ditunjukkan pada Tabel 8.15.
yang harus tersedia adalah sebagai berikut:
Terlihat bahwa fluktuasi waktu ancang-ancang hanya sedikit
Kapasitas stasiun kerja G [Q6 + I +1)i121/tL+(I
-1)l2t mengalami penurunan yaitu berkisar 1.1- 2.5 minggu ke dibandingkan
[1 50 + (10 + 1)191/2lll2 +
(10 -1)/2] dengan keadaan sebelumnya yang berkisar 1.3 - 3.0 rninggu. Waktu
1200.516.5 : 1 85 jam-mesin ancang-ancang rata-rata mengalami penurunan dari 2 minggu ke men-
jadi 1.86 minggu.

178 Perencanaan dan Pengendalian Produki Pe rencanoon Operosional 179


Tabel B. 15 Efek Penambahan Kapasitas Pada Periode Tertentu Ter- . Pengumpulan data (data colledion) di lantai pabrik
hadap Fluktuasi Waktu AncangAncang. . Tindakan koreksi (order expeditingl apabila terjadideviasi
. Pelaporan kegiatan {production reporting) terhadap situasi dan
Minggu Rata-
Uraian
, kemajuan kegiatan di lantai pabrik
0 1 3 4 5 6 7 I 9 t0 rata
Rencana input 250 120 240 160 370 100 125 50 t80 t60 Pengendalian Kegiatan Produksi telah dipandang sebagai suatu
Rencana output 185 185 185 185 220 r85 185 185 185 185 188.5 sub-sistem dari sistem produksi karena semua kegiatan yang terkait
Panjang antrian r50 215 '150 20s 180 330 245 185 50 45 20 177.5
di dalamnya merupakan satu kesatuan yang harus dilaksandkan se.
Lama delay 1.2 0.8 t.I 1.0 r.5 r.3 1.0 0.3 0.3 0.1 0.86
cara sinkron untuk menjamin jadwal induk produksi dapat dieksekusi
Rencana WIP 400 335 390 365 550 430 370 235 320 205 389
'1.3
secara baik. Berikut ini diuraikan secara garis besar, hal-hal yang ter-
Waktu ancang-an- 2.2 1.8 2-1 2.O 2.5 2.3 2.O 1.3 1.1 r.85
cang cakup dalam masing-masing kegiatan dalam sub-sistem Pengendalian
Kegiatan Produksi sebagai berikut:
8,4 Pengendalian Kegliatan Produksi (Production Ac-
tivity ConEoI) MPS, FAS, MRP, CRP

Pengendalian Kegiatan Produksi (Production Activity Control)


adalah sebuah istilah yang digunakan dalam kegiatan pengelolaan
eksekusi rencana operasional yang telah disusun. Seperti telah diurai-
kan di atas, jadwal induk produksi (master production schedu/es),
jadwal perakitan akhir (final assembly schedule), rencana kebutuhan
bahan (material requirements plan) dan rencana kebutuhan kapasitas
(capacity requirements plan) yang semuanya merupakan entitas ope-
rasional manufaktur di lantai pabrik telah disinkronkan sehingga pro-
gram operasional produksi di lantai pabrik sudah dapat disusun. Pro-
gram operasional yang dimaksud ialah penentuan urutan dan prioritas
yang akan dieksekusi, ukuran atau besar setiap order, stasiun kerja
yang dibutuhkan dalam mengeksekusi setiap order. Kegiatan yang
termasuk dalam Pengendalian Kegiatan Produksi ialah (lihat Cambar
8.14):
. Pelepasan order (order release) ke stasiun kerja terkait untuk Cambar 8.14 Pengendalian Kegiatan Produksi di Lantai pabrik
segera dieksekusi di lantai pabrik
. Penjadwalan operasi (operation schedulling) di stasiun kerja
8.4.1 Pelepasan order (Order Release)
. Pemilihan order dan penentuan urutan operasi (dispatching) di Rencana kebutuhan bahan {material requirements p/an) yang
stasiun kerja diturunkan dari jadwal induk produksi (master production schedule)

1W Pe renconaan dan Pengendali an Produksi Pe re nconaan Operosi onal 181


mulai dikerjakan pada minggu ke 5 dan sebanyak 23 unit lagi dibuat
dan jadwal perakitan akhir (final assembly schedule) setelah direkon-
pada minggu ke 6.
siliasi dengan rencana kebutuhan kapasitas (capacity requirements
plan) memberikan informasi lengkap tentang bahan (part, komponen, Pelepasan order dilakukan beberapa hari sebelum jadwal
sub-assemb/y) apa yang harus dibuat atau diproses, berapa banyak ha- eksekusi tiba. Dalam praktek, pelepasan order sering dilakukan satu
rus dibuat, kapan harus dibuat dan di stasiun kerja mana harus dibuat. minggu ke sebelum jadwal eksekusi untuk memberi waktu kepada su-
lnformasi tersebut secara sistematis dicatat order per order sebagai do- pervisor dan operator terkait mempersiapkan semua kebutuhan proses
kumen program produksi. lnformasi dalam dokumen inilah yang digu- operasi seperti gambar teknik (engineering drawing) dari part yang
nakan sebagai trigger dari mulainya operasi pada setiap stasiun kerja. akan dikerjakan, pengadaan bahan, kebutuhan mesin dan alat-alat
kerja (tools, fixs and jiggers), tenaga operator dan lain-lain. Dengan
Perhatikan kembali output dari backward scheduling seperti di-
demikian, segala hambatan yang mungkin timbul ketika proses opera-
tunjukkan oleh Tabel 8.12. Misalkan informasi tentang jadwal mulai
si akan dimulai dapat dihilangkan atau diminimalkan sebelum jadwal
dan jadwal selesai yang tertera dalam tabel tersebut telah direkon-
operasi dimulai. Jika semua sumber daya yang dibutuhkan telah terse-
siliasi atau disinkronkan dengan rengana kebutuhan kapasitas. Dari
dia maka dilakukan alokasi pada waktunya sehingga tidak digunakan
tabel tersebut dapat disusun Daftar order dan Jadwal Operasi (shop
Iagi untuk kepentingan lain.
ordersljob orders) setiap order yang menunjukkan kapan setiap order
diharapkan dapat dimulai, pada stasiun kerja yang mana operasi awal
8.4.2 Penjadwalan Operasi
dimulai dan berapa banyak dikerjakan.
Operation schedulling (penjadwalan operasi) adalah kegiatan
Tabel 8.16 Daftar order dan ladwal Operasi selanj utnya dalam sub-sistem pen gendal ian kegiatan prod uksi setelah

Minggu
pelepasan order dilakukan. Penjadwalan operasi berkenaan dengan
No. Item No.
Order W/C 3 4 5 6 7 B 9 l0 penentuan order-order mana yang telah benar-benar siap untuk dimu-
A 801 23 lai pengerjaannya pada masing-masing stasiun kerja jika periode atau
SA.2 701 23 23 jadwal eksekusi seperti ditunjukkan dalam job order telah tiba.
5A-' 701 23
Perhatikan kembali job orders yang ditunjukkan dalam Tabel
P4 t0t 46
P-3 201 46
8.16. Bila minggu ke 4 telah tiba maka ada 3 order yang akan diek-
P-2 10t 46 sekusi masing-masing ialah pembuatan item P-4, P-3 dan P-| di WlC
P-1 102 23 23 1Ot, WIC 201 dan W/C 102. Jika hanya satu order saja yang sedang
menunggu pada masing-masing stasiun kerja maka tidak ada masalah
Tabel 8.16 memperlihatkan bahwa proses operasi pengerjaaan part
penentuan prioritas karena order tersebut dapat segera dikerjakan apa-
P-t, P-3 dan P-4 diharapkan sudah dapat dimulai pada minggu ke 4
bila semua kebutuhan proses operasi di stasiun kerja tersebut telah
masing-masing sebanyak23,46 dan 46 unit, sedangkan proses ope'
tersedia. Dalam praktek, seringkali beberapa order membutuhkan
rasi pengerjaan part P-2, sub-assembly 5A-I dan 5A-2 dimulai pada
stasiun kerja yang sama pada waktu bersamaan pula. Dalam con-
minggu ke 5. Khusus pembuatan sub-assembly SA-2 sebanyak 23 unit
toh iob order pada Tabel 8.16 misalnya terlihat bahwa pada minggu

Perencanoan Operosi onol 183


182 Pe rencanaan dan Pengendolian Produl<si
ke 6 terdapat 2 buah order masing-masing Sub-asembly 5A-1 dan sub- katakan bersifat kritis apabila stasiun kerja tersebut mempunyai kapasi-
assembly SA-2 di stasiun keriaWlC 701 . Dalam situasi yang demikian, Ias terkecil di antara semua stasiun kerja yang ada. Dengan demikian,

perlu dilakukan penentuan urutan prioritas order di antara order-order ukuran kapasitas suatu pabrik lebih ditentukan oleh kapasitas bottle.
tersebut guna memberikan hasi I terbaik. Pengertian hasi I terbaik meru- neck work centre. Jika stasiun kerja ini berkurang kapasitasnya satu
juk pada tercapainya seluruh atau sebagian besar sasaran berdasarkan r-rnit maka pabrik tersebut akan berkurang kapasitasnya sebesar 1 unit

5 kriteria berikut: jadwal penyelesaian tepat waktu (meetingdue date), dan demikian sebaliknya seperti ditunjukkan oleh Cambar 8.15. Dari
waktu ancang-ancang yang minimum (minimum lead time), waktu set- kelima stasiun kerja tersebut, WC '102 mempunyai kapasitas terkecil
up yang minimum (minimum setup time), work-in-progress yang mini- yaitu 17 tonljam. Dengan demikian, kapasitas maksimum lini produk-
mum (minimum work-in-progress) dan tingkat utilisasi stasiun kerja si tersebut hanya 17 ton /jam walaupun stasiun kerja lain mempunyai
tinggi (maximum work center utilization level). kapasitas yang jauh lebih besar. Apabila kapasitas stasiun kerja WC
102 karena adanya berbagai masalah, seperti penjadwalan tidak di-
.Walaupun penjadwalan operasi demikian penting karena sa-
lakukan secara optimum sehingga hanya dapat dimanfaatkan sebesar
ngat menentukan tercapainya ke lima kriteria yang telah dijelaskan di
l5 ton/jam maka kapasitas lini tersebut juga turun menjadi hanya l5
atas, dalam praktek sangat sulit ditemukan prioritas yang benar-benar
ton/jam. Penjelasan di atas menunjukkan betapa penjadwalan operasi
memuaskan seluruh kriteria tersebut. Oleh karena itu untuk setiap or-
pada bottleneck work center demikian penting dalam mempertahan-
der sering harus dilakukan analisis 'untung-rugi' (tradeoff analysis)
kan kapasitas manufaktur yang tinggi.
antara satu kriteria dan kriteria lain. Misalnya, terhadap order teftentu
apakah tercapainya jadwal penyelesaian tepat waktu lebih penting
dari pada tingkat utilisasi stasiun kerja yang tinggi apabila keduanya
tidak dapat dicapai secara simultan. Untuk menyederhanakan perma- 20 tonljam 17 ton{am 25 ton/jam 22lonfiam 20 ton/jam
salahan tersebut, hanya salah satu kriteria yang paling diutamakan se'
bagai dasar dalam penentuan prioritas order. Gambar 8.15 Rantai Kapasitas Proses Operasi
Teknik penjadwalan operasi dalam situasi stasiun kerja dengan Penjadwalan operasi pada stasiun kerja tunggal relatif sederhana
mesin tunggal (sing/e machine scheduling) memiliki perbedaan yang namun sangat penting. Data-data yang dibutuhkan dalam penentuan
cukup signifikan dengan teknik penjadwalan pada stasiun kerja de' prioritas order-order di stasiun kerja tersebut ialah:
ngan mesin ganda (multiple machine schedulin$. Berikut ini akan o Waktu order ke i telah tersedia (readytime) untuk diproses pada
dibahas teknik penjadwalan pada masing-masing stasiun kerja dengan
stasiun kerja tersebut (R/
mesin tunggaldan mesin ganda. o Waktu proses @rocessing time) yaitu lamanya waktu dibutuhkan
a. Penjadwalan Operasi pada Stasiun Keria Tunggal oleh order ke i pada stasiun kerja tersebut (t/ termasuk waktu setup
Operasi pada stasiun kerja tunggal umumnya terkait dengan sta-
. Waktu selesai (due date) yaitu waktu pada mana order ke i di-
siun kerja kritis (bott/eneck work center). Dalam industri manufaktur, harapkan telah selesai (D/
jumlah stasiun kerja yang bottleneck hanya beberapa buah saja yaitu
1-3 buah dan hanya satu saja yang paling kritis. Suatu stasiun kerja di-

1U Perenconoan don Pengendolian Produksi Pe renconaan Ope rasi onal 185


Datadata yang akan diperoleh sebagai hasil eksekusi di stasiun der yang lebih diprioritaskan ialah order yang mempunyai waktu
kerja berdasarkan prioritas yang ditentukan dari penjadwalan operasi operasi yang lebih pendek atau lebih kecil. Hal ini berarti order
tersebut ialah: yang mempunyai waktu operasi paling pendek dijadwalkan lebih
dahulu. Contoh berikut akan memudahkan pemahaman terhadap
. Waktu komplit (completion time) yaitu waktu kapan dalam ke-
aturan ini.
nyataan order ke i telah selesai (C,)
. Waktu alir (flow time) order ke i yaitu waktu komplit (contpletic:n Contoh-I:
time) dikurangi dengan waktu tersedia (ready trme) (F) Pada stasiun kerja WIC 7Ol sedang menunggu 5 buah order untuk
r lateness dari order ke i yaitu waktu komplit dikurangi dengan segera diproses. Masing-masing order tersebut telah memenuhi
waktu diharapkan atau direncanakan selesai, bila hasil pengurang- syarat untuk diproses karena semua kebutuhan sumber daya mu-
an bertanda negatif ([) lai dari bahan, tenaga operator, tools, jig, blue prinidan lain-lain
t Tardiness dari order ke i yaitu waktu komplit dikurangi dengan telah tersedia. Di samping itu, data tentang lamanya waktt-l proses
waktu selesai yang direncanakan, bila hasil pengurangan bertanda masing-masing order serta jadwal dlharapkan selesai diproses ber-
0 atau positif (T) dasarkan rencana adalah seperti terlihat pada tabel 8.17.
. Waktu antri (queue time) yaitu lamanya order ke i berada dalam
antrian yang dihitung sebagai waktu komplit dikurangi waktu Tabel 8.77 Waktu Proses dan Waktu Se/esai order Pada WIC 701
proses (e/ Order Waktu Proses Waktu Selesai
. Banyaknya work-in-process pada waktu r adalah (wr) o (r) (D)
Perlu dijelaskan bahwa kedua istilah /ateness dan tardiness 1 25 55
2 40 96
adalah parameter-parameter kinerja yang merujuk kepada ketidak-
3 l5 60
mampuan penjadwalan untuk menyelesaikan order pada waktu yang
4 22 73
direncanakan atau diinginkan. Parameter kinerja lateness digunakan
5 18 48
apabila order lebih cepat selesai dari waktu selesai yang direncanakan
clan parameter tardiness digunakan apabila order lebih lambat selesai Parameter-parameter output dihitung sebagai berikut bila waktu
dari waktu selesai direncanakan. Apabila waktu penyelesaian tepat ready (ready time) order ke i adalah R, maka:
waktu maka kinerja ini juga dijadikan parameter tardiness yang be-
sarnya sama dengan nol. c, : It, 5
(waktu komplit orde ke i)
i=1
Aturan (rule) yang digunakan untuk menentukan urutan prioritas
penjadwalan pada stasiun kerja dengan mesin tunggal ialah:
Fi = Ci - Ri (waktu alir orde ke i)

1) Waktu Proses Terpendek (Shortest Processing fime)


Li = Ci Di
- (waktu lateness orde ke i)

Waktu proses terpendek atau shortest processing time (SPD Qi = Ci -ti -Ri (waktu antri orde ke i)
adalah suatu aturan penjadwalan (scheduling rule) di mana or-

186 Perenconaan don Pengendali an Produksi Pe r e ncanaon O pe r asi ono I 187


Aturan shortest processing time (SPT) mencoba meminimumkan wak- saat yang bersamaan dan perlu diproses lebih lanjut pada sebuah
tu komplit rata-rata (e ), waktu alir rata-rata (F), iateness rata-rata (t), stasiun kerja yang sama pula tetapi waktu selesai kedua order ini
waktu antri rata-rata tO) dan work-in-progress rata-rata W. berdasarkan rencana tidak sama maka order yang waktu selesai-
nya lebih awal diberi prioritas. Aturan penjadwalan berdasarkan
Tanpa terlalu peduli dengan satuan untuk waktu proses dan wak-
waktu selesai paling awal cukup baik untuk digunakan apabila
tu selesai diharapkan, urutan prioritas pengerjaan order-order tersebut
kinerja manufaktur hendak diukur berdasarkan /ateness yang
adalah order 3, order 5, order 4, order'l dan terakhir order 2. Misalkan
maksimum (maximum /ateness) Ln,r,, dan tardiness yang maksi-
dengan urutan prioritas tersebut waktu komplit masing-masing order
adalah 20, 22, 18, 28 dan 36. Jika waktu ready semua order adalah
mum (maximum tardiness) I."*.
sama yaitu (R,) :10 maka berdasarkan data output ini dapat disusun Contoh:
daftar waktu alir, /ateness, tardiness dan waktu antri sebagai berikut: Dengan menggunakan contoh di muka, dapat dihitung besarnya
L-"* dan I."* sebagai berikut:
Tabel B.1B Uruta n Prioritas order Pada WIC 701
Tabel 8.19 latene ss dan Tardiness order pada W/C 701
Order Waktu Waktu Waktu Waktu Lateness Waktu
(D Proses Selesai Komplit Alir (r) Antri Order Waktu Waktu Waktu Waktu lateness Tardiness
(f) (D) (c) (r) (a) (,) Proses Selesai Komplit Alir (t, ) (I,)
J 16 2B 26 16 -12 0 (t, ) (D,) (c, ) (r,)
5 18 4B 44 34 -14 6 3 16 2B 26 '16 -2 0
4 22 53 66 56 3 24 5 18 4B 44 34 4 0
1 25 90 91 B1 -9 46 4 22 53 66 56 0 13
2 40 100 131 131 21 71 1 25 90 91 B1 0 1

Rata-rata 61.6 61.6 _) ) 29.4 2 40 100 131 121 0 31

Catatan: Waktu ready diasumsikan : 10


Work-in-pr:ogress rata-rata (W) dihitung sebagai berikut:
Hasil perhitungan dalam tabel 8.19 menunjukkan bahwa L_^..:-4
dan T.u, : 31.
(5 xL6) + (4 xt9) + (3 x22) + (2x25) + (Lx
w
: 44.34
111 3) lumlah orderyang Tardy Minimum (Minimum Number of Tardy
Order)
2). Waktu Selesai Paling Awal (Earliest Due Date) Pentingnya meminimumkan jumlah order yang diselesaikan lebih
Penjadwalan operasional terhadap order berdasarkan waktu se- lama dari waktu selesai yang direncanakan dalam sistem ekono-
lesai paling awal ialah suatu aturan penjadwalan yang menem- mi modern semakin penting karena telah terlihat tendensi para
patkan order yang waktu selesainya (due date) paling awal pada pelanggan semakin tak mampu memberikan toleransi terhadap
prioritas lebih tinggi. Bila dua buah order yang telah ready pada produsen sering mengalami keterlambatan menyelesaikan order-

188 Pe renconoan dan Pengendalian Produksi Perenconaon Operasi onal 189


order yang ditanganinya. Hal ini tidak pula berarti bahwa penye- Tabel 8.20 ldentifikasi order Set E dan Set f
rahan order lebih cepat dari waktu selesai yang direnrcanakan SET E SET T
akan membahagiakan para pelanggan karena mereka belum tentu
Order 3 5 4 1 2
pula siap menerima produk yang mereka order lebih awal dari
waktu yang ditentukan. Namun, dibandingkan antara keduanya, ft,) 16 IB 22 25 40
keterlambatan penyerahan orcler sering dinilai lebih berdampak (g) 26 44 66 91 13'l
negatif dibandingkan dengan penyerahan lebih awal. (D) 28 4B 53 90 100
Untuk mendapatkan jumlah order yang mengalami keterlambatan (r) 0 0 13 1 31
yang minimum (minim um number of tardy orders) Ny diperlukan
Dari tabel 8.20 terlihat bahwa tardy order yang pertama kali dite-
sebuah prosedur tiga langkah sebagai berikut:
mukan apabila waktu proses disusun ascending order (berjenjang
Langkah 1: Urutkan semua order berdasarkan waktu selesai yang berdasarkan urutan besarnya) ialah order ke 4 dengan ukuran
direncanakan mulai dari paling rendah sampai paling tardy sebesar 13, menyusul order ke 1 dan order ke 2. Menurut
tinggi. Set ini disebut order E. Langkah 3, dari semua order yang non-tardy ini, order ke 5 mem-
Langkah 2: Teliti set order E apakah ditemukan ada order yang punyai waktu proses paling besar yaitu 48, sehingga dikeluarkan
tardy. Jika tidak ditemukan maka urutan prioritas dari set E dan dipindahkan ke set f. Dengan demikian set I berisi
menurut set order F tersebut sudah optimum. Jika 4 order yaitu order ke 3, 4,1, dan 2 sedangkan set f berisi satu
ditemukan maka dikenali order tardy yang pertama order yaitu order ke 5.
ditemukan dalam urutan misalnya orderkek.
Bila langkah 2 diulangi maka akan diperoleh hasil sebagai berikut:
Langkah 3: Pilih order yang paling lama di antara order ke k
yang pertama dan pindahkan order tersebut ke dalam Tabel 8.21 Perbaikan Prioritas order pada WIC Z0t
set order T. Update waktu komplit semua order dan
SET E SET T
kembali ke Langkah 2
Order 3 4 1 2 5
Jawabanya ialah semua order yang non-tardy menurut urutan ber- (r,) 16 22 25 40 1B

dasarkan besarnya waktu selesai. (c,) 26 4B 73 113 118


(D) 2B 53 90 100 100
Contoh: (r,) 0 0 o 't3 11
Perhatikan kembali data yang ditampilkan pada contoh soal terda-
hulu. Apabila prosedur dengan ketiga langkah di atas dikenakan Dalam tabel 8.21 terlihat bahwa hanya ada 1 order yang tardy
terhadap data tersebut maka akan diperoleh set E dan set T se- dalam set E dan 1 order dalam set T. Dengan demikian, jumlah or-
bagai berikut: der yang tardy telah menurun dari 3 buah menjadi hanya 1 buah.

190 Perencanaon dan Pengendalian Produki Pe rencanaan Ope rasional 191


4) Biaya setup Minimum
dan kalau ada 4 order maka jumlah alternatif urutan melonjak
tajam menjadi 24 pola urutan dan dipilih satu yang terbaik. Tentu
Salah satu sumber pemborosan dalam konsep lean manufactur-
akan sangat sulit dilakukan apabila ada 20 buah order yang harus
ing ialah waktu setup (setup time) atau biaya setup (setup cost).
dijadwal secara harmonis.
Waktu setup adalah waktu yang dibutuhkan untuk mempersiap-
kan stasiun kerja mulai dari pembersihan daerah kerja, persiapan Beberapa teknik yang jauh lebih efisien dari teknik enumersi leng-
mesin-mesin produksi seperti penggantian tools, pelumasan me- kap yang dapat digunakan untuk penentuan urutan serasi ialah
sin produksi, penyiapan dokumen-dokumen yang dibutuhkan dan branch and bound technique dan dynamic programming. Untuk
lain-lain. Semua kegiatan tersebut dapat dikategorikan sebagai branch and bound technique, data input yang harus tersedia ialah
kegiatan non-productive karena tidak ada output yang dihasilkan waktu setup atau biaya setup yang timbul dengan pola urutan ter-
sebagai kompensasi dari biaya atas sumber daya yang digunakan. tentu ditunjukkan dalam format matrik seperti contoh dalam tabel
OIeh karena itu, upaya selalu dicari untuk merninimumkannya. 8.22: Sel-sel dalam matriks menunjukkan waktu setup atau biaya
setup. Misalnya, sel (3,2) menunjukkan bahwa apabila setelah or-
Salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya waktu setup
der 3 disusul oleh order 2 maka waktu setup order 2 adalah 9. Sel
ialah keserasian proses antara order-order yang dikerjakan pada
(4,3) menunjukkan bahwa apabila setelah order 4 disusul oleh
mesin tesebut. Apabila tata urutan antar order kurang serasi dalam
order 3 maka waktu setup order 3 adalah 3, demikian seterus-
pengertian hanya sedikit kesamaan proses antara order-order yang
nya. Khusus untuk sel-sel pada diagonal seperti sel-sel ('1,1), (2,2),
dikerjakan secara berurutan maka waktu setup akan tinggi dan
(3,3), (4,4) dan (5,5) waktu setup disebut - karena bersifat n.a (not
sebaliknya apabila cukup serasi maka waktu setup akan relatif
applicable).
rendah. Misalnya, order-order yang dikerjakan secara berurutan
memiliki kesamaan bentuk geografis maka waktu setup akan ren- Tabel 8.22 Matriks Waktu setup
dah karena mungkin hanya dibutuhkan penyesuaian kecil. Ber-
Order Berikutnya
dasarkan keadaan tersebut, untuk meminimumkan total waktu
23
setup atau total biaya setup perlu dilakukan penentuan urutan
@ 5 3 1 4
order yang serasi. Salah satu cara untuk menemukan urutan ter- 1

2 6 @ 2 7 3
baik ialah dengan melakuan enumerasi lengkap (complete enu-
Order 3 2 9 @ 4 12
meration) terhadap seluruh order yang ada dan terhadap setiap
,4
sebelumnva
5 @ 6
urutan dihitung total waktu setup atau total biaya setup. Urutan 1 3

yang memberikan total waktu setup atau total biaya setup terkecil 5 I 4 7 3 @

adalah urutan order yang optimum.


Pemecahan masalah branch and bound dan dynamic program-
Cara enumerasi lengkap seperti dijelaskan di atas hanya realistik rning dipelajari secara mendalam dalam Penyelidikan Operasion-
dilakukan apabila jumlah order yang menunggu pada mesin rela- al. Masalah yang harus dipecahkan ialah bagaimana urutan order-
tif kecil misalnya 3-4 buah order saja. Apabila hanya 3 order maka oder tersebut disusun sehingga total waktu setup akan minimum.
jumlah alternatif urutan adalah i! atau 3 x 2 x 1:6 pola urutan

192 Perencanaon dan Pengendalian Produki


Perencanaon Operasi onal t93
b. Penjadwalan Operasi pada Mesin Ganda (Multipe Machine Algoritma fohnson
Scheduling) Salah satu metode yang cukup dikenal dalam pemecahan ma-
Berbeda dengan penjadwalan pada stasiun kerja tunggal di salah //owshop schedu/ing ialah algoritma yang dikembangkan oleh
mana perhatian hanya pada sebuah stasiun kerja saja, penjadwalan Selma lohnson. Algoritma tersebut sangat populer karena demikian
pada serangkaian stasiun kerja akan melibatkan sejumlah stasiun kerja efisien. Tetapi hanya berlaku untuk dua stasiun kerja dengan n buah
yang sebagian atau seluruhnya harus dilalui oleh setiap order. Penjad- order dengan sasaran meminimumkan makespan (total waktu yang di-
walan pada serangkaian stasiun kerja dapat dibedakan atas dua tipe gunakan untuk menyelesaikan seluruh order pada kedua stasiun kerja
yaitu pure flowshop scheduling dan generalized flow shop. A pure tersebut). Algoritma lohnson mencakup prosedur 3 langkah yaitu:
flow shop melibatkan dua atau lebih stasiun kerja dan semua order
Langkah 1: Cari order yang memiliki waktu proses paling kecil di an-
mempunyai routing yang sama dalam arti setiap order diproses pada
tara semua order yang ada.
semua stasiun kerja dengan pola urutan yang sama. A generalized
flowshop sedikit berbeda dengan pure flow shop karena setiap order
Langkah 2: lika order dengan waktu terkecil ditemukan pada stasiun
kerja pada urutan pertama maka bebankan order terse-
dapat mengabaikan satu atau lebih stasiun kerja misalnya suatu order
but pada stasiun kerja pertama ini pada waktu sesegera
dapat langsung diproses pada stasiun ke dua atau mengikuti proses
mungkin. Jika waktu proses terkecil ditemukan pada or-
terakhir sebelum memasuki stasiun keria ke M.
der yang dimulai pada stasiun kerja urutan ke dua, be-
bankan order. tersebut pada stasiun kerja ini pada ke-

-fl
(a)

-E* sempatan terakhir. Jika ada beberapa order. mempunyai


waktu proses terkecil yang sama maka dapat dipilih salah
satu di antaranya.
Langkah 3: Eliminasi order yangtelah dibebankan pada stasiun kerja
tertentu dari daftar dan kemudian prosedur diulang lagi
dari Langkah t hingga semua order telah dibebankan
pada stasiun kerja yang terkait.

Cambar 8.16 (a) Pure FlowshoP TYPe, Contoh: Perhatikan 5 order yang akan dikerjakan secara berurutan
(b) Ceneralized FlowshoP TYPe pada 2 stasiun kerja seperti ditunjukkan dalam Cambar 8.17.

Untuk memudahkan pengembangan algoritma penjadwalan un-


1 1
tuk kedua tipe tersebut, generalized flowshop type dapat dipandang Order 2 2
sebagai pure flowshop type dengan mengasumsikan bahwa stasiun 3 3
kerja yang tidak dilalui dianggap tetap dilalui tetapi dengan waktu 4 4
5 5
proses sama dengan nol.

Gambar 8.17 Penjadwalan 5 order Pada 2 Stasiun Kerja

194 Pe rencanaan dan Pengendali an Produksi Pe re nconaan O pe r asi onaI 195


wC 1 dan 2 adalah Telah dijelaskan bahwa Algoritma lohnson hanya berlaku untuk
waktu proses masing-masing order tersebut pada
penjadwalan sejumlah order pada hanya 2 stasiun kerja di mana urut-
seperti ditampilkan dalam tabel 8.23.
an operasi dari seluruh order pada stasiun kerja tersebut sama. Bila
Tabel 8.23 Waktu Proses 5 order Pada 2 Stasiun Keria jumlah stasiun kerja tidak hanya dua maka persoalan menjadi cukup
komplek. Dalam situasi yang demikian, pemecahan masalah dapat di-
Waktu Proses
Order lakukan dengan menggunakan teknik branch and bound walaupun
w/c1 wlc 2
komputasi akan terlihat sangat berlebihan.
1 3 12
2 5 9 Kasus khusus untuk penggunaan Algoritma lohnson,jika digu-
3 8 7 nakan untuk penjadwalan sejumlah order yang melibatkan lebih dari
4 10 2 dua stasiun kerja dapat dijelaskan sebagai berikut: Pada awalnya laku-
5 7 5 kan penjadwalan pada hanya dua stasiun kerja saja rnisalnya pada
stasiun kerja 1 dan stasiun kerja 2 seperti dijelaskan oleh algoritma
Berdasarkan prosedur Langkah 1 dan Langkah 2, diperoleh hasil se-
di atas. Setelah selesai maka dilakukan penjawalan dengan cara yang
perti pada tabel 8.24.
sama untuk stasiun kerja 2 dan stasiun kerja 3. Demikian seterusnya
Tabel 8.24 Waktu Proses Minimum dan Urutan Parsial sehingga penjadwalan pada semua stasiun kerja telah selesai.

Urutan Smith dan Dudek mengembangkan metode heuristik untuk


Order-order yang Waktu Proses
Tahap
Diurutkan Minimum Parsial mendapatkan penyelesaian yang dinilai cukup baik walaupun bukan
xxxx4 penyelesaian yang optimum. Metode heuristik ini sangat unik. Misal-
1 1,2,3,4,5 2
1,2,3,5 1 xxx4 kan ada 6 buah stasiun kerja yang terlibat. Pertama sekali lakukan
2 1

2,3,5 5 'l2xx4 penjadwalan pada dua stasiun kerja yaitu stasiun kerja 1 dan stasiun
3
4 3,5 5 12x54 kerja 6 dengan menggunakan algoritma lohnson. Setelah selesai maka
5 3 7 12354 jumlahkan waktu proses stasiun kerja 1 dan stasiun kerja 3 dan juga
waktu proses stasiun kerja 6 dan stasiun kerja 5. Kemudian lakukan
Jika urutan operasi kedua mesin tersebut digambarkan secara diagram lagi penjadwalan dengan menggunakan algoritm a Johnson terhadap
maka akan diperoleh urutan proses sebagai berikut:
kedua kelompok stasiun kerja (setelah penggabungan). Selanjutnya
o3 l6 33 jumlahkan lagi waktu proses stasiun kerja 1 ,2 dan 3 dan waktu proses
Stasiun Kerja 1 1 2 3 5 4 stasiun kerja4,5 dan 6. Kenakan lagi algoritmalohnson terhadap ke
dua stasiun kerja gabungan tersebut. Demikian seterusnya.
I 2 j 5 4
Stasiun Keria2
lobshop Scheduling
03 15 24 31 36 38
Berbeda dengan flowshop yang melibatkan aliran dari order
Gambar 8.18ladwal Optimal Pada Stasiun Keria 1 dan atau iob melalui serangkaian stasiun kerja, pada iobshop setiap sta-
Stasiun Keria 2 siun kerja disusun menurut fungsionalnya misalnya unit pengecoran

196 Pe rencanoon dan Pengendoli an Produl<si Pe r e ncanaa n O pe r asi onal 197


(sme/ting), unit penempaan (forging), unit perakitan {assembling), unit merupakan aturan yang paling awal dikenal dan ditemukan atau dip-
pengecatan tpainting) dan lain-lain. Masing-masing unit memiliki se- raktekkan dimana-mana. Priority rule ini bahkan disebut sebagai salah
$
jumlah mesin di mana pekerjaan dapat dimulai dari mesin mana pun satu dari simbol keadilan di masyarakat. Tetapi di dunia manufaktur,
dalam unit fungsional tersebut. Setiap unit atau stasiun kerja mungkin bukan masalah keadilan yang harus dinilai walaupun tidak diabaikan
memproses orderyangberbeda-beda dan dapat berasal dari luar sistem apalagi terkait dengan kepentingan pelanggan.
(open system) atau pun hanya dari dalam sistem (c/osed system). Penilaian terhadap setiap priority rule pada umumnya didasar-
Dalam iobshop scheduling system, jadwal-jadwal dimunculkan kan kepada efek biaya dalam pengertian luas yang ditimbulkannya.
secara internal yaitu berdasarkan pada kondisi order-order yang siap Beberapa di antara priority rules yang telah berhasil dikembangkan
(ready) untuk dijadwalkan ada stasiun kerja tersebut. Akibatnya, jum- dan dievaluasi dalam sistem jobshop ialah:
lah alternatif jadwal yang dapat dibuat pada sebuah unit fungsional a. Shortest operation time remaining (order yang kebutuhan waktu
akan sangat besar dan meningkat tajam dengan makin banyaknya or- penyelesaiannya lebih kecil didahulukan pengerjaannya)
der dan jumlah mesin yang terkait. Bila jumlah mesin ada m buah dan b. Earliest due date (order yang batas waktu penyelesaiannya lebih
jumlah order adan buah maka banyaknya alternatif jadwal yang dapat kecil diberi prioritas tertinggi).
dibuat ialah (n!)'. Misalnya apabila m:3 dan n :4 maka banyaknya c. Critical ratio (order yang mempunyai rasio terkecil yaitu rasio sisa
alternatif jadwal adalah 13.824 buah yang salah satu terbaik harus waktu tersedia terhadap sisa waktu pengerjaan menyelesaikan or-
dipilih. cara pemilihan dengan menggunakan enumerasi lengkap ki- der diberi prioritas tertinggi).
ranya sangat tidak masuk akal kecuali jika jumlah mesin dan order d. Slack time per remaining (order yang memiliki s/ack time yang
relatif sedikit. paling kecil didahulukan atau diberi prioritas lebih tinggi)

Ada berbagai cara yang telah dikembangkan untuk menentukan


e. Queue ratio (order yang mempunyai rasio terkecil antara s/ack
time dan queue time diberikan prioritas lebih tinggi)
order mana yang harus didahulukan terhadap yang lain @riority rules).
Barangkali tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa iobshop schedu- Teknik simulasi komputer yang digunakan untuk mengevalu-
/ing ini merupakan salah satu bidang riset yang paling banyak dilaku- asi efektifitas masing-masing priority rule tersebut dilakukan dengan
kan baik oleh para mahasiswa di strata dua dan tiga misalnyaCranfield menggunakan data hipotetis dan sebagian lagi menggunakan data ak-
lnstitute of Technology, Cornell University, lJniversity of California tual dari lantai pabrik. Misalnya diasumsikan ada sejumlah mesin yang
Los Angeles maupun oleh lembaga-lembaga ilmiah dan perusahaan- berbeda dalam sebuah area fungsional di lantai pabrik. Kemudian dia-
perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur, di antaranya sumsikan pula ada sejumlah besar iob yang sedang antri menunggu
ialah IIil tBM, Rand Corporation Ceneral Electric dan lain-lain. Se- di setiap mesin, yang masing-masing iob mempunyai rute operasi
bagian dari riset tersebut berfokus pada evaluasi priority rules dengan (operation routing), waktu operasi (operation time), waktu setiap iob
menggunakan teknik simulasi komputer. Lebih dari 1O0 priority rules telah siap (ready time), waktu selesai yang direncanakan (due date)-
telah berhasil dikembangkan (!mith, B.S). First come first served (or- Varibel-variabel simulasi di atas ditetapkan secara random atau pun
der yang datang lebih dahulu akan dilayani lebih dahulu pula) meru- dengan metode lain yang dipandang mencerminkan situasi nyata di
pakan sebuah priority rule yang paling awal dievaluasi. Priority rule lantai pabrik.

198 Perencanaan dan Pengendalian Produksi P e r e ncanaon Ope rasi onal 199
Kemudian, teknik simulasi dioperasikan dengan menggunakan Tabel 8.25 Status order P,Q" R, 5, T, dan U
masing-masing priority rule di atas dan hasilnya dievaluasi dengan Waktu sekarang 20 Agustus 20xx
menggunakan berbagai kriteria seperti telah diuraikan terdahulu misal-
iob Waktu operasi(iam) Waktu Selesai Keterangan
nya average flow time, average /ateness, maximum tardiness, fraction Direncanakan
of jobs tardy, average queue length dan lain-lain. Salah satu kesimpu- M-1 M-2 M-3 M-4
29 Aeustus 20xx
lan yang diperoleh dari hasil riset dengan teknik simulasi komputer ini P 6 B 4 6

ialah bahwa tidak ada satu priority rule pun yang un88ul dalam semua a 9 4 5 9 2B Asustus 20xx
R B 4 03 September 20xx
kriteria tetapi masing-masing memiliki keunggulan dalam kriteria ter-
3

s B 9 7 6 05 Septembr 20xx
tentu.
T 9 5 01 September 20xx
U 12 10 27 Asustus 20xx

Bila diasumsikan bahwa t hari kerja adalah B jam dan 1 minggu ke


R
adalah 5 hari kerja maka dalam 1 minggu ke ada 40 jam kerja. Dengan
o
R demikian, jumlah waktu tersedia dihitung mulai dari tanggal hari ini
5 hingga waktu selesai dirancanakan adalah seperti terlihat dalam Tabel
T
U 8.26.

Tabel 8.26 Waktu Operasi dan Sisa Waktu Tersedia


Waktu sekarang 20 Agustus 20xx
Waktu operasi(fam) Sisa Waktu Sisa Waktu
Gambar 8.119 lJrutan Proses Setiap iob Pada Mesin 1, 2, 3 dan 4 iob M-1 M-2 M-3 M-4 Operasi(lam) Tersedia (lam)
Untuk memudahkan pemahaman terhadap priority rules di atas per- P 6 I 14 6 34 64
hatikan sebuah functionalarea seperti terlihat pada diagram Cambar a 9 4 5 9 27 56
8.1g. Area ini memiliki 4 buah mesin yang masing-masing melakukan R B B 4 20 BO

sebuah operasi untuk setiap iob yang diproses. Pada saat ini ada 6 s B 3 7 6 24 96
buah lob yang sedang menunggu, sebanyak 4 buah iob yaitu P, Q R T 9 5 14 72

dan 5 menunggu di mesin M-\, iob f menunggu di mesin M-2 dan iob U 't2 10 21 48
U menunggu di mesin M-3. Lintasan setiap iob di antara mesin-mesin Data-data dalam sel menunjukkan lamanya waktu proses dibutuhkan
ditunjukkan oleh tanda panah yang diberi notasi sesuai dengan notasi oleh masing-masing iob pada mesin proses tertentu. Misalnya iob
masing-masing job. waktu operasi dan tanggal masing-masing iob di- P membutuhkan waktu proses pada mesin M-l selama 6 jam, pada
harapkan selesai (due date) ditunjukkan oleh Tabel 8-25. mesin M-2 selama I jam dan seterusnya. job R tidak membutuhkan
proses pada mesin M-2. iob P, Q R dan S dimunculkan dari dalam
sedangkan dua iob yaitu iob 5 dan f berasal dari luar dan tidak mem-

2m Pe re ncanaan dan Penge ndalian Produksi Pe rencanaan Operosionol 201


butuhkan seluruh proses yang ada dalam unit fungsional tersebut. iob 2O jam, maka lob R diberi prioritas untuk dijadwalkan pada mesin
f msalnya hanya membutuhkan proses pada mesin M-2 dan mesin M-l. Dua iob iain yaitu iob T dan U ticlak membutuhkan proses pada
-l
M-4 sedangkan iob U membutuhkan proses pada mesin M-3 dan M-4- mesin M-l. Selanjutnya pada mesin M-2 ada iob yang sedang me-
nunggu yaitu job f maka iob T otomatis dijadwalkan pada mesin M-2.
Sisa waktu proses dihitung sebagai lamanya waktu dibutuhkan
oleh masing-masing iob terhitung mulai dari waktu proses pada mesin Menarik untuk diperhatian bahwa pada iob P misalnya dite-
mana lob tersebut menunggu untuk segera dijadwalkan. Sisa waktu mukan bahwa sisa waktu operasi adalah 34 jam sedangkan sisa waktu
tersedia dihitung sebagai lamanya waktu yang masih tersedia mulai yang tersedia adalah 64 jam. Hal ini menunjukkan bahwa waktu yang
dari saat ini hingga waktu selesai yang direncanakan atau diharapkan tersedia masih jauh lebih banyak darijumlah waktu yang dibutuhkan.
selesai sesuai rencana. Namun demikian, tidak ada jaminan bahwa job P dapat diselesaikan
tepat waktu apabila prloritas job ini selalu rendah. Apabila iob-job
* First Come First Served
berikutnya datang dengan waktu operasi yang selalu lebih kecil maka
Seperti telah dijelaskan di muka, priority rule ini sangat seder- peluang untuk dijadwalkan bagi job yang mempunyai waktu operasi
hana karena tidak memandang situasi masing-masing iob baik yang yang tinggi boleh dikatakan hampir tidak ada. .lika demikian halnya
berkaitan dengan waktu proses, maupun waktu selesai yang diingin- maka akan ditemukan iob yangtidak akan pernah dieksekusi. Masalah
kan kecuali waktu tiba lob itu pada stasiun kerja di mana dia akan ini dipandang sebagai salah satu kelemahan pokok dari penjadwalan
dijadwalkan. Apabila pada stasiun kerja tersebut tidak ada iob lain dengan priority rule berdasarkan shortest operation time remaining.
yang yang juga sedang menunggu maka penjadwalan dapat segera Untuk mencegah timbulnya masalah ini maka priority rule inidimodi-
dilakukan pada saat itu juga. Tetapi, apabila ada beberapa iob lain fikasi dengan mengemukakan istilah truncated shonest operation time
yang sudah menunggu, maka iob yang saat tibanya paling awal harus remaining yaitu membiarkan order. yang mempunyai waktu operasi
didahulukan atau diprioritaskan di antara iob-iob lain. Demikan di- yang tinggi rnenunggu sampai batas waktu yang ditentukan dan kemu-
lakukan seterusnya. Perlu dicatat bahwa, penjadwalan dengan priority dian setelah batas waktu itu terlampaui dan iob tersebut masih tetap
rule first come first served sekaligus dapat menentukan urutan priori- belum mendapat kesempatan untuk dijadwalkan maka kepadanya di-
tas setiap iob yang sudah atau sedang menunggu dan urutan prioritas beri prioritas pertama.
tersebut tidak akan dapat diintervensi oleh iob-iob lain yang datang
Hasil riset tentang penggunaa n priority rule berdasarkan shortest
berikutnya.
operation time remaining menyimpulkan bahwa secara umum kinerja
* Shortest Operation Time Remaining operasional di lantai pabrik memberikan /ateness rata-rata yang relatif
Priority rule ini menentukan urutan prioritas berdasarkan sisa lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan priority rule yang lain
waktu operasi terkecil setiap iob. Seperti ditunjukkan dalam Cambar walaupun standar deviasinya cukup besar. Juga disimpulkan bahwa
8.19, ada 3 job yang menunggu untuk dijadwalkan pada mesin M-l priority rule ini sangat tidak sesuai untuk digunakan apabila sebagian
yaitu iob P, q R dan 5 masing-masing dengan sisa waktu operasi 34, incomingiobs memiliki waktu operasi yang cukup besar atau berle-
27, 20 dan 24 jam. Sisa waktu operasi terkecil yaitu pada iob R ialah bihan.

Pe r e ncanaan Ope rasi ono I 203


202 Perenconaon dan Pengendolian Produksi
* Earliest Due Date direncanakan dikurangi dengan tanggal pada saat mana iob-job terkait
Teknik penfadwalan ini menetapkan prioritas berdasarkan due sudah menunggu untuk dijadwalkan.
date, yaitu iob dengan due date lebih awal diberikan prioritas lebih Perhatikan kembali data-data pada Tabel 8.25. Dari tabel terse-
tinggi. Teknik ini akan efektif mencegah iob yang waktu prosesnya but terlihat bahwa ada 4 iob yaitu F, Q, R dan 5 yang sedang menung-
relatif kecil akan menunggu lama karena selalu mendapat prioritas ren- gu jadwal pada mesin M-l . Slack time per remaining operation untuk
dah. Teknik ini mirip dengan teknik penjadwalan berdasarkan shortest keempat iob tersebut adalah sebagai berikut:
operation time remaining. Namun perlu dipahami bahwa due date
tidak selalu didasarkan hanya pada faktor operation time. Berbagai Tabel 8.27 Slack Time Per Remaining Operation
faktor lain yang ikut menentukan due date ialah ketersediaan mate- Iumlah Waktu Waktu
Slack Time per Re'
rial, peralatan dan lain-lain sehingga apabila ketersediaan faktor-faktor lob Operasi Operasi Penyelesaian
maining Operation
ini dipertimbangkan maka due date suatu iob mungkin menjadi lama Tersisa Tersisa Tersedia

walaupun operation time remaining relatif kecil- P 4 34 64 (64-34)/4 :7.s0


a 4 27 56 (s6-27)14 : 7.25
* Slack Per Remaining OPeration R 3 20 BO (80-20)/3: 20.00
4 24 96 (96-24)/4: 18.00
Salah satu priority rule yang paling sering digunakan dalam S

memecahkan masalah penjadwalan ialah slack per remaining ope- Terlihat bahwa dari keempat job tersebut, iob Q mempunyai s/ack
ration. Slack time didefinisikan sebagai selisih waktu antara waktu time per remaining operatian yang paling kecil. Maka cukup wa.iar
operasi tersedia dengan waktu yang dibutuhkarr untuk mengerjakan apabila iob Q diberikan prioritas pertama di antara ketiga iob lannya.
iob terkait. Misalnya, waktu yang tersedia untuk menyelesaikan iob Berdasarkan rumus di atas terlihat bahwa priority rule ini hanya
terkait adalah 5 hari sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk menger-
dapat digunakan apabila rencana jadawal penyelesaian setiap iob (due
jakannya ialah 4 hari maka slacktime adalah 5-4:1 hari. Definisi di
date) diketahui atau telah ditentukan. Di dalam sistem order point in-
atas menunjukkan bahwa slacktime dapat diartikan sebagai besarnya
ventory system di mana jadwal penyerahan tidak diketahui atau tidak
waktu longgar setiap iob. Dengan demikian , slack time per remaining
ditentukan maka priority rule ini tidak dapat digunakan kecuali dilaku-
operation adalah lamanya waktu longgar tersedia dibagi dengan jum-
kan penaksiran jadwal penyerahan terlebih dahulu. Salah satu cara
lah operasi yang tersisa untuk menyelesaikan iob tersebut secara utuh.
simpel untuk menaksir jadwal penyerahan dalam sistem pengadaan
(Sisa Waktu Tersedia) - (Sisa Waktu Operasi) barang-barang untuk persediaan ialah:
Slack time per : ( Posisi Persediaan - Persediaan Keamanan)
Remaining Operation Jumlah Operasi Yang Tersisa Waktu Penyerahan - Tanggal saat ini +
Permintaan Rata-rata per hari

Seperti telah dijelaskan sisa waktu tersedia adalah la-


di muka, .:. Critical Ratio
manya waktu yang diberikan untuk menyelesaikan iob terkait secara
utuh yang dihitung sebagai selisih antara tanggal penyelesaian yang Critical Ratio priority rule kendati masih baru ditinjau dari sudut
penggunaannya dapat dikatakan paling populer di antara semua pn-

204 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Pe r e ncanaa n Ope r osi ono I 245
i
I
l

o,rity rule yang telah dikenal atau biasa digunakan. Critical Ratio (CR) CR> 1,
adalah sebuah indeks yang dihitung sebagai perbandingan antara
]ob dianggap masih aman (ahead of schedu/e) karena tidak akan
sisa watu tersedia dan waktu ancang-ancang standar dari iob terkait. mengalami keterlambatan penyelesaian
Waktu ancang-ancang standar (standard lead time) mencakup elemen-
elemen waktu pemindahan antar mesin (interoperation time), waktu CR:
',
antri (queue time) dan waktu operasi (operation time). Waktu operasi Job dianggap kurang aman (iust about schedu/e) karena cen-
adalah setup (setup time) ditambah dengan waktu running (running derung mengalami keterlambatan jika hambatan-hambatan yang
time)' tak terduga tidak dapat diantisipasi
sisawaktu Tersedia CR< I,
CR:
Job diperkirakan akan segera berada dalam keadaan terlambat
Waktu Ancang-ancang Standar
(behind schedu/e)

Dalam praktek, waktu ancang-ancang sering diasumsikan sebagai * Queue Ratio


waktu proses yang dibutuhkan untuk menyelesaikan operasi yang ter- Queue Ratio adalah priority rule yang menentukan prioritas
sisa (operat ion time remaining). Apabila data yang yang ditunjukkan penjadwalan lob berdasarkan situasi antrian (queue) pada mesin ter-
dalam Tabel 8.26 digunakan maka Critical Ratio untuk masing-masing kait. Priority rule ini digunakan secara efektif oleh perusahaan B/ack
ybb adalah: & Decker sebuah perusahaan manufaktur alat mekanik dan Hughes
Aircraft salah satu industri pesawat terbang terbesar di dunia. Queue
Tabel 8.26 Critical Ratio dan Prioritas Masing-masing iob Ratio (QR) dihitung sebagai berikut:
Jumlah Waktu Waktu (Sisa Waktu Tersedia) - (Waktu Antri) - (Waktu Memindahkan)
Tingkat
Job Operasi Operasi Penyelesaian CR
Tersisa Tersisa Tersedia
Prioritas QR:
(Waktu Antri Yang Direncanakan)
P 4 34 64 1.88 1

o 4 27 56 2.O7 2 Sama hal dengan Critical Ratio priority rule, parameter QR memberi
R 3 20 80 4.00 3 arti sebagai berikut:
S 4 24 96 4.00 3
QR> 1,

Bilangan CR menunjukkan bahwa semua mempunyai besaran ) 1. Job dianggap masih aman (ahead of schedule) karena tidak akan
Prioritas tertinggi diberikan kepada iob yang mempunyai CR paling mengalami keterlambatan penyelesaian
kecil. iob R dan 5 memiliki tingkat prioritas yang sama karena masing- QR:7,
masing mempunyai CR:4.00
Job dianggap kurang aman (iust about schedule) karena cen-
derung mengalami keterlambatan jika hambatan-hambatan yang
. tak terduga tidak dapat diantisipasi

205 Pe rencanaan dan Pengendolian Produksi Pe rencanaon Operasi onol 207


d

QR< 1, an dalam penjadwalan khusus ialah Over/ap Scheduling, Operating


Splitting,, dan order Splitting.
Job diperkirakan akan segera berada dalam keadaan terlambat
(behind schedu/e)

* Operation Due Date


Operation due date adalah salah satu priority rule yang mirip
dengan shortest processing time. Bedanya ialah kalau pada shortest
processing time, prioritas diberikan pada iob yang waktu prosesnya
paling kecil maka pada operation due date, prioritas diberikan kepada
iob yangjadwal rencana penyelesaian (due date) yang paling pendek.
Kedua priority rules ini sama-sama menggunakan informasi yang sifat- Gambar B.2O Pemecahan batch A Meniadi Beberapa batch
nya hanya searah karena tidak memperhatian lamanya waktu penger- Berukuran Lebih Kecil
jaan yang tersisa dan lamanya waktu tersedia secara bersama-sama.
1) Overlap Scheduling
Merujuk kepada data iob dalam Tabel 8.26, dari keempat iob P, Overlap scheduling adalah suatu teknik penjadwalan yang digu-
Q, R dan 5 yang secara bersama-menunggu dijadwalkan pada mesin nakan untuk mengurangi total waktu ancang-ancang suatu order
M-\, berdasarkan operation due date priority rule, iob Q diberi pri- dengan cara mengeliminasi elemen menunggu dalam waktu an-
oritas pertama karena mempunyai waktu penyelesaian tersedia paling cang-ancang suatu order. Seperti telah dijelaskan bahwa waktu
kecil yaitu 54 hari dibandingkan dengan ketiga lob tainnya. ancang-ancang setiap order terdiri dari waktu setup (setup time),
waktu proses (run time), waktu menunggu lwaittime), dan waktu
8.4.3 Teknik Penjadwalan Khusus transit antar operasi (move time). Waktu menunggu akan dapat
Berbagai teknik penjadwalan yang telah diuraikan di atas meng- diturunkan secara signifikan apabila operasi dari batch A1, A2 dan
gunakan ketentuan bahwa setiap iob atau order dipandang sebagai A3 dilakukan secara overlap seperti terlihat dalam diagram Cam-
sebuah batch tunggal yang setiap unit item di dalamnya harus selesai bar 8.21 .

diproses sebelum batch tersebut dipindahkan dan di proses pada me'


Pertanyaan yang perlu diajukan dalam aplikasi teknik overlap
sin berikutnya. Dengan ketentuan ini, item-item yang sudah selesai
scheduling ini ialah berapakah ukuran optimal masing-masing
dalam batch tersebut harus menunggu dan belum dapat diproses se-
sub-batch agar total waktu ancang-ancang untuk penyelesaian or-
lanjutnya. Hal ini berakibat waktu ancang-ancang setiap batch pada
der tersebut minimum? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, di
setiap mesin tidak optimum.
bawah ini diberikan sebuah contoh.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memperpendek
Batch A berukuran Q akan diproses dalam 2 oper:asi dengan me-
waktu ancang-ancang ialah dengan rnemecah setiap order tersebut
sin yang berbeda. Misalkan batch tersebut dipecah hanya menjadi
menjadi beberapa batch dengan ukuran yang lebih kecil seperti terli-
dua sub-batch yang masing-masing disebut batch A I berukuran
hat pada Cambar 8.20. Tiga teknik pendekatan yang umum digunak-
Q, dan batch 42 berukurln Qr. Kedua sub-batch ini dijadwalkan

Perenconaon don Pengendolion Produksi Pe r e nconaon Op e r asi ona I 249


208
QR< 1, an dalam penjadwalan khusus ialah Overlap Scheduling, Operating
Splitting, dan order Splitting.
Job diperkirakan akan segera berada dalam keadaan terlambat
(behind schedule)

* Operation Due Date


Operation due date adalah salah satu priority rule yang mirip
dengan shortest processing time. Bedanya ialah kalau pada shortest
processing time, prioritas diberikan pada iob yang waktu prosesnya
paling kecil maka pada operation due date, prioritas diberikan kepada
iobyangjadwal rencana penyelesaian (due date)yang paling pendek.
Kedua priority rules ini sama-sama menggunakan informasi yang sifat- Gambar B.2O Pemecahan batch A Meniadi Beberapa batch
nya hanya searah karena tidak memperhatian lamanya waktu penger- Berukuran Lebih Kecil
jaan yang tersisa dan lamanya waktu tersedia secara bersama-sama.
I) Overlap Scheduling
Merujuk kepada data iob dalam Tabel 8.26, dari keempat iob P, Overlap scheduling adalah suatu teknik penjadwalan yang digu-
Q, R dan 5 yang secara bersama-menunggu dijadwalkan pada mesin nakan untuk mengurangi total waktu ancang-ancang suatu order
M-\, berdasarkan operation due date priority rule, iob Q diberi pri- dengan cara mengeliminasi elemen menunggu dalam waktu an-
oritas pertama karena mempunyai waktu penyelesaian tersedia paling cang-ancang suatu order. Seperti telah dijelaskan bahwa waktu
kecil yaitu 54 hari dibandingkan dengan ketiga iob lainnya. ancang-ancang setiap order terdiri dari waktu setup (setup time),
waktu proses (run time), waktu menunggu (waittime), dan waktu
8.4.3 Teknik Penjadwalan Khusus transit antar operasi (move time). Waktu menunggu akan dapat
Berbagai teknik penjadwalan yang telah diuraikan di atas meng- diturunkan secara signifikan apabila operasi dari batch A1, 42 dan
gunakan ketentuan bahwa setiap iob atau order dipandang sebagai A3 dilakukan secara overlap seperti terlihat dalam diagram Cam-
sebuah batch tunggal yang setiap unit item di dalamnya harus selesai bar 8.2'1.
diproses sebelum batch tersebut dipindahkan dan di proses pada me-
Pertanyaan yang perlu diajukan dalam aplikasi teknik overlap
sin berikutnya. Dengan ketentuan ini, item-item yang sudah selesai
scheduling ini ialah berapakah ukuran optimal masing-masing
dalam batch tersebut harus menunggu dan belum dapat diproses se-
sub-batch agar total waktu ancang-ancang untuk penyelesaian or-
lanjutnya. Hal ini berakibat waktu ancanS-ancang setiap batch pada
der tersebut minimum? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, di
setiap mesin tidak optimum.
bawah ini diberikan sebuah contoh.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memperpendek
Batch A berukuran Q akan diproses dalam 2 operasi dengan mer
waktu ancang-ancang ialah dengan memecah Setiap order tersebut
sin yang berbeda. Misalkan batch tersebut dipecah hanya menjadi
menjadi beberapa batch dengan ukuran yang lebih kecil seperti terli-
dua sub-batch yang masing-masing disebut batch A/ berukuran
hat pada Cambar 8.20. Tiga teknik pendekatan yang umum digunak-
Q, dan batch ,42 berukuran Qr. Kedua sub-batch ini dijadwalkan

208 Perencanaan dan Pengendolian Produki Pe re ncanoan Ope rasi ona I 249
1
l
lt

dengan menggunakan teknik overlap scheduling pada Operasi 1 Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa ukuran batch Al
dan Operasi 2. Waktu setup pada Operasi 1 dan Operasi 2 mas- adalah 110 unit dan batch 42 ialah 200-110 : 90 unit.
ing-masing ialah 5, dan 5, dan waktu proses per unit masing-mas-
Perbedaan waktu ancang-ancang dari proses operasi batch A an-
ing P, dan Pr. Waktu transit dari Operasi 1 ke Operasi 2 ialah T,r.
tara operasi overlap dan tanpa overlap operasi dapat dilihat dalam
a:Q,+Q, Cambar 8.22. Tanpa operasi overlap total waktu ancang-ancang
QrPr+T,r+5, > QrPr+T, adalah 9025 menit dan dengan operasi overlap total waktu an-
cang-ancang 6850 menit. Penghematan waktu ancang-ancang
Dari kedua persamaan di atas diperoleh Q, sebagai berikut: adalah 9025-6850 : 2175 menit.

wt=QPr - 5z Tanpa averlap


pz+n

Opr I Batch Al Opr 1 Batch ,{2 Opr I Batch A3

Dengan overlap
Opr 2 Batch Al
Operasi 1 Ql Operasi 1 Q2
2750 5000
2775 2B2S 5025

Keterangan: N
N
m
Waktu setup untuk Batch Al , A2 dan 43

Waktu setup untuk Batch Al , A2 dan 43 pada Operasi 2

Waktu setup untuk Batch Al , A2 dan Ai


pada Operasi

pada Operasi 3
1

lmF "l
f
,I Waktu transit dari operasi t ke operasi 2 Gambar 8.22 Perbandingan Waktu Ancang-ancang Dengan dan
|
,l *roru transitdari operasi 2 ke operasi 3 Tanpa Operasi Overlap

2) Operation Splitting
Gambar 8.21 Overlap Scheduling batch A1, A2 dan A3
Operation splittingadalah operasi di mana seluruh sub-batch yaitu
batch A1, A2, 43 dan seterusnya diproses sepenuhnya secara
Jika Q adalah 200 unit, P,-25 menit, P2-2O menit sedangkan
52: 50 menit dan f,, : 25 menit maka: simultan. Kalau dalam operasi overlap sebuah sub-batch harus
selesai lebih dahulu dan kemudian disambung dengan sub-batch
(20ox2s) - so berikutnya diproses pada mesin yang sama maka pada operation
Qt: 25+20 splitting, semua sub-batch diproses secara serentak sejak dari awal.
1 10 unit

210 Perenconaan dan Pengendalian Produksi Pe re ncanaon Ope r asi ona I 211
I
,l
*
I
I
Hal ini menyaratkan bahwa stasiun kerja terkait harus memiliki 3) Order Splitting
f umlah mesin yang sama banyaknya dengan
jumlah sub-batch.
I Penjadwalan dengan teknik order splitting sering digunakan
Di samping persyaratan perlunya tersedia beberapa mesin seje- dalam situasi yang dapat dikategorikan bersifat darurat seperti
nis yang dapat dioperasikan secara simultan yang berarti investasi adanya keperluan yang sangat mendesak terhadap item tertentu
yang relatif lebih tinggi , operation splittingjuga melakukan bebe- yang sedang dalam keadaan menunggu untuk diproses. Teknik
rapa kali setup pada operasi yang sama sesuai dengan banyaknya ini juga tidak jarang digunakan untuk menghindarkan terjadinya
sub-batch. Kondisi ini mengindikasikan bahwa hanya pada ope- situasi overloaded pada mesin-mesin tertentu. Misalnya batch A
rasi manufacturing yang memiliki waktu setup yang relatif ren- berukuran Q unit diproses pada sesudah mesin akan membutuh-
dah operation splittingdapat memberikan hasil yang memuaskan. kan waktu operasi selama x jam yang membuat mesin tersebut
Atau dengan pengertian lain, bila rasio antara total run time ter- overloaded. Untuk menghindari hal tersebut maka hanya seba-
hadap setup time relatif tinggi maka operation splitting potensial gian batch A saja yang diproses.
memberikan total waktu ancang-ancang yang relatif lebih kecil.
Oprl Q
Apabila data-data manufacturing yang digambarkan pada operasi
overlap dikenakan dalam situasi operation splitting seperti ditun-
jukkan dalam Cambar 8.23 maka penghematan waktu ancang-
ancang sebesar 4000 menit akan dapat diperoleh.

f anpa Oper ation Spli tti n g

Dengan operation Splitting


Gambar 8.24 order Splitting
Operasi 'l Ql

'J'lllllTlllr"*ttl 8.5 Dispatchingl


2775 2825 Dispatchingadalah suatu kegiatan yang berkenaan dengan pe-
Operasi I Ql milihan (se/ecting) dan penentuan urutan dari iob yang akan dipro-
ses pada suatu stasiun kerja dan mengeluarkan perintah kerja kepada
operator dan stasiun kerja tersebut untuk dilaksanakan. Sasaran dari
dipatching ialah untuk mencapai jadwal-jadwal penyelesaian setiap
iob seperti telah direncanakan. Dispatching (pemberian perintah ker-
Gambar 8.23 Perbandingan Waktu Ancang-ancang Dengan dan ja) mencakup penegasan tentang iob-iob dan semua informasi terkait
Tanpa Operation Splitting untuk dikerjakan pada stasiun kerja yang akan ditugaskan. lnformasi

212 Perenconoan dan Pengendalian Produksi P e re nconaa n O pe rasi ono I 213


yang dimaksud antara lain meliputi no. order, jumlah item, ukuran 8.6 Expediting
di-
order, waktu ancang-ancang, tanSSal penyerahan order, tanggal Expediting merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pen-
lain-lain
harapkan selesai (due date), no. stasiun kerja, no. operasi dan jadwalan ulang semua order atau lob yang jadwalnya telah kadalu-
yang akan dijadikan acuan oleh operator sewaktu melaksanakan
order
arsa karena berbagai hambatan. Ada beberapa kebijakan yang dapat
tersebut. diambil dalam penanganan order-order yang mengalami jadwal ka-
Dalam praktek, dispatching dapat dilakukan secara sentralisa- daluarsa yaitu memberikan kode yellow, red atau hot. Suatu order
yang jadwalnya telah kadaluarsa diberi kode yel/ow apabila batas
si atau desentralisasi. Dispatching secara sentralisasi dilakukan oleh
(Production waktu penyelesaiannya belum terlampaui tetapi tidak akan tercapai
Departemen Perencanaan dan Pengendalian Produksi
planning and Control Department). Cara ini dipilih untuk menjamin lagi tepat waktu mengingat jumlah waktu tersedia lebih pendek dari
mudah di- jumlah waktu dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh proses. Ter-
bahwa semua jadwal kegiatan di lantai pabrik dapat lebih
de- hadap order yang demikian, prioritas penjadwalan diberikan apabila
integrasikan karena direncanakan dan dikendalikan oleh sebuah
partlmen. Kelemahan dari cara ini ialah karena keragaman kegiatan tidak ada order-order lain yang sifatnya sangat mendesak menunggu
peka ter- untuk dijadwalkan.
relatif tinggi maka dispatcher mungkin akan meniadi kurang
yang
hadap order-orde, tertentu sehingga potensial memberikan hasil Suatu order diberi kode hot apabila jadwal rencana selesainya
kurang optimal. baru saja terlampaui sehingga sudah pasti akan terlambat tetapi tidak
Dispatchingsecaradesentralisasidilakukanolehmasing-masing terlalu serius dalam arti tidak terlalu lama mengalami keterlambatan
yang ditugaskan dan klaim keterlambatan juga tidak serius. Sebaliknya suatu order di-
departemen dengan foreman atau pun orang iain
menjadi dispatcher untuk stasiun kerja tertentu. secara fungsional, beri kode red jika sudah jauh mengalami keterlambatan dan resiko
keterlambatan juga membawa konsekuensi finansial yang tidak kecil.
para dispatcher ini menyampaikan laporannya kepad a chief dispatch-
yang berkedudukan di Departemen Perencanaan dan Pengendalian
Terhadap order yang demikian, prioritas pertama segera diberikan
er
sepanjang semua kebutuhan telah tersedia.
Produksi(Smith,S.B).Dalamperusahaanbesar,seorangdispatcher
dapatmelayani50-l00operator.DispatcherjugabertanSsunSjawab
dalam mengarahkan order atau iob yang telah selesai di suatu
stasiun 8.7 Production Reporting!
produksi (produc-
kerja ke stasiun kerja berikutnya sesuai dengan rute Production reporting (penyusunan laporan) adalah kegiatan
tionrouting)dengancaramenyerahkanmovecardkepadamaterial yang berhubungan dengan pengumpulan data dan inforrnasi tentang
handlers. pelaksanaan kegiatan di lantai pabrik (mencakup semua departemen

Baik dalam sistem sentralisasi maupun desentralisasi, dispatch- dan stasiun kerja) untuk kepentingan evaluasi dan perbaikan peren-
menyu- canaan berikutnya. Beberapa data dan informasi yang dikumpulkan
ing listpada umumnya dipersiapkan per hari atau per shift dan
terjadi- pada setiap departemen dan stasiun kerja antara lain status setiap
sun langkah-langkan antisipasi terhadap setiap kemungkinan
tak terduga, order yang telah dijadwalkan, masalah yang dihadapi, sumber daya
nya hambatan misalnya karena kekurangan bahan secara
kerja dan yang telah digunakan, tingkat utilisasi stasiun kerja, efesiensi tenaga
kerusakan mesin dan alat-alat kerja, operator tidak masuk
kerja, status order yang belum terjadwalkan dan lain-lain.
lain-lain.

Perencanaan dan Pengendalian Produksi Per enconaan Ope rasi onal 215
214
{

Production rcportingdapat dilakukarr dalam 3 mode yaitu a/arm UNRELEASED order STATUS REPORT
DATE:
mode, response mode dan periodic report mode (Smith, S.B-). Alarm
Item Planned
Order No. Order Qty Due Date Reason
mode reportadalah report atau laporan berisikan fakta dan kondisi ter- Item No.
Descr Release
tentu yang disusun untuk mendapatkan perhatian/tindakan segera dari
foreman yang berhubungan dengan kondisi yang dilaporkan. Laporan
seperti ini umumnya ditampilkan dalam layar monitor komputer sehu-
bungan dengan masalah-masalah kerusakan mesin, jadwal penundaan
order yang berlebihan, faktor skrap dan lain-lain.
Laporan yang bersifat response mode pada umumnya berisikan
berbagai pertanyaan (i nq ui ry) tentang kebutuhan-kebutuhan tertentu Cambar 8.26 Unreleased order Status Report
seperti sumber daya, dan juga informasi mengenai status setiap order.
MACHINE UTILIZATION REPORT
seperti order-order yang telah selesai dikerjakan, lokasi penyimpanan, Date:
faktor skrap dan lain-lain serta order-order yang akan dilaksanakan WC No. Description Hours Sched- Hours Worked Utilization (%)
pada hari berikutnya pada masing-masing stasiun kerja. uled

Periodic report atau laporan periodik dipersiapkan/disusun se-


cara periodik baik disampaikan melalui terminal komputer maupun
melalui cetakan pada kertas berisikan kinerja dan permasalahan yang
dihadapi di lantai pabrik serta berbagai usul perbaikan. Laporan ini
ditujukan kepada manajemen sebagai bentuk pertanSSung jawaban
foreman dalam pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Gambar 8.27 Machine Utilization Report
ORDER STATUS REPORT LABOR UTI LIZATION REPORT
Date: Date:
Order Item Item Order Qtv Release Complt date Current Remai-
WC No. Description Hours Sched- Standard Hours Efficiency
No. No. Descr Qtv Com- Date Loc. ning Produced (7")
uled
plt Plnd Act Plnd Act L.T.

Cambar 8.25 order Status Report


Gambar B.2B Labor Efficiency Report

Perenconaan Operosi onol 217


216 Perenconaan don Pengendalian Produksi
q

8.8 Pembelian informasi dan fakta-fakta tentang kinerja calon-calon baik yang
. bersumber dari berkas calon yang mengajukan permohonan atau
Pembelian dalam perusahaan manufaktur merupakan salah satu
pun dari sumber-sumber lain seperti internet, majalah bisnis dan
fungsi yang tidak kalah pentingnya dengan fungsi produksi dan fungsi
lain-lain. Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam
marketing.' Funggi pembelian berkenaan dengan seluruh kebijakan,
pembuatan daftar perusahaan pemasok ialah integritas calon.
keglatan dan tindakan tentang penjaminan kelancaran aliran bahan
yang dipesan dari perusahaan pemasok sehingga dapat diterima di c. Menyeleksipemasok
lokasi pengolahan tepat waktu, tepat jumlah dan tepat mutu sesuai Menyeleksi pemasok adalah proses penetapan perusahaan pe-
dengan order yang disampaikan. Pada umumnya, bahan-bahan yang masok yang dipercaya untuk memenuhi kebutuhan bahan yang
dibutuhkan dari perusahaan pemasok cukup beragam antara lain ba- diinginkan. Proses ini dapat melalui proses tender, pemilihan
han baku, partlkomponen teftentu (boughtout items), peralatan kerja, terbatas dan lain-lain. Apabila terkait dengan proses tender maka
sampai kepada mesin-mesin produksi. Sebuah perusahaan manufak- perlu dibentuk panitia yang diberi kewenangan. Berbagai per-
tur sering berhubungan dengan beberapa pemasok tergantung kepada syaratan yang perlu dipenuhi oleh para pemasok harus ditentukan
keragaman bahan atau barang yang dipesan dari waktu ke waktu. Se- secara jelas dan disampaikan kepada setiap calon peserta yang
cara rinci fungsi pembelian dapat diuraikan sebagai berikut: potensial. Pemilihan terbatas adalah sistem seleksi yang dilakukan
secara sederhana dan biasanya terkait dengan pengadaan bahan-
a. Memelihara hubungan dengan pelanggan
bahan yang pemasoknya bersifat khusus.
Memelihara hubungan baik dan harmonis dengan perusahaan-
perusahaan pemasok merupakan suatu kebijakan yang strategis Menyeleksi pemasok adalah salah satu langkah strategis dalam
untuk menumbuhkan hubungan emosional antara kedua belah membangun hubungan baik dalam jangka panjang dengan per-
pihak. Memelihara hubungan harmonis berarti perusahaan man- usahaan pemasok. Dalam sistem tradisional, jumlah pemasok
ufaktur juga harus memahami kesulitan yang dihadapi perusa- selalu diupayakan lebih dari satu untuk menciptakan lingkungan
haan pemasok dalam pengiriman order-order yang disampaikan. yang bersaing di antara para pemasok. Tidak jarang bersarnya
Seperti halnya perusahaan manufaktur, perusahaan pemasok juga pesanan dipecah menjadi beberapa bagian agar setiap pemasok
menghadapi masalah yang berkaitan dengan pengadaan bahan- mendapat bagian. Hal ini tentu tidak sesuai dengan mekanisme
bahan yang dibutuhkan untuk memenuhi orderorder yang diteri- pemesanan yang optimum. Pemecahan order sehingga setiap pe-
ma, masalah keterbatasan kapasitas dan sumber daya lainnya. Per- masok mendapat bagian penting demi terpeliharanya hubungan
masalahan ini harus ditanggulangi bersama agar pesanan dapat baik.
diterima tepat waktu.
Berbeda dengan sistem tradisional, dalam sistem //I, jumlah pe-
b. Mendaftar perusahaan pemasok masok selalu diupayakan sediki dan diutamakan pemasok yang
Mendaftar atau membuat daftar perusahaan pemasok ialah keg- berlokasi dekat dengan pabrik agar pengiriman yang sering tetapi
iatan yang terkait dengan identifikasi potensi dan lokasi perusa- dalam jumlah kecil lebih mudah diimplementasikan.
haan-perusahaan, pemasok yang layak untuk dimasukkan sebagai
calon pemasok. Kegiatan ini berkenaan dengan pengumpulan

218 Pe renconoon dan Pengendoli on Produksi Perencanaon Operasi onal 219


d. Membuat order Mengikuti order (order chasing-up)
Kegiatan yang tercakup dalam pembuatan order meliputi penetap Perusahaan pemasok sebagaimana halnya perusahaan manufak-
an ukuran /ot pemesanan (lot size) yang optimum, pembuatan tur juga banyak menghadapi kendala dan masalah yang dapat
dokumen pemesanan serta penyampaian order tersebut kepada membuat mereka gagal atau terlambat mengirimkan order dari
pemasok yang terkait. Perlu diketahui bahwa ukuran lot optimum para pelanggan. Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya ke-
ditentukan oleh banyak variabel antara lain besarnya biaya peme- terlambatan pengiriman maka setelah order disampaikan, bagian
sanan (ordering cost) dan biaya penyimpanan (carrying cos0. Bi- pembelian perlu melakukan pemantauan (chasing-up), sehingga
aya penyimpanan meliputi ongkos gudang penyimpanan, biaya apabila ditemukan masalah dapat dipecahkan bersama.
pemeliharaan persediaan, dan biaya-biaya yang timbul karena
Mengevaluasi pemasok
kerusakan barang selama penyimpanan. Dalam sistem JlT, pem-
Evaluasi berkala terhadap kinerja pemasok dilakukan untuk me-
belian selalu diupayakan pada ukuran lot yang kecil dan frekuensi
pengiriman yang tinggi dari pemasok sedangkan dalam sistem tra- mastikan bahwa perusahaan pemasok yang digunakan tetap
memiliki mutu yang sesuai dengan harapan. Faktor-faktor yang
disional ukuran /ot optimum ditemukan dengan cara menyeim-
dievaluasi ialah mutu bahan yang dikirimkan, ketepatan waktu
bangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
pengiriman, harga yang dikenakan, dan lain-lain. Hasil evaluasi
Untuk mengurangi faktor ketidakpastian pengiriman atas order- masing-masing pemasok dibandingkan dalam suatu daftar unjuk
order yang disampaikan kepada perusahaan pemasok, perusa- prestasi (rating I ist).
haan manufaktur sering mengindikasi jenis dan jumlah serta
membuat jadwal kebutuhan hingga beberapa bulan bahkan tidak g. Melakukan klaim atas ketidaksesuaian
jarang sampai 1 tahun ke depan. Jadwal ini sangat bermanfaat Klaim pembelian adalah kejadian yang tidak jarang terjadi dalam
bagi perusahaan pemasok karena dapat digunakan sebagai dasar proses pembelian. Klaim dilakukan apabila bahan yang diteri-
penyususnan rencana produksi. Manajer perusahaan manufaktur ma dari pemasok mengalami penyimpangan terhadap spesifi-
dan perusahaan pemasok kemudian membahas bersama tentang kasi, mutu atau jumlah yang ditetapkan dalam order pembelian.
upaya dan kerja sama yang dapat atau perlu dilakukan agar jadwal Dasar klaim ialah hasil temuan pada incoming goods inspection
pengiriman sesuai rencana dapat lebih terjamin. Bila kesepakatan yang pada umumya dilakukan oleh orang-orang yang diberi tu-
dan kerja sama telah terbangun maka pemesanan dapat dilaku- gas khusus memeriksa hasil kiriman dari setiap pemasok. Klaim
kan secara blanket untuk memudahkan perusahaan pemasok me- yang dapat diterima oleh pemasok akan ditindaklanjuti dengan
nyusun jadwal pengiriman ke depan. Blanket orders ialah suatu pengiriman ulang atau denda ganti rugi sesuai dengan perjanjian
mekanisme penyampaian sejumlah order kepada perusahaan pe- yang disepakati seperti dinyatakan dalam dokumen pembelian.
masok yang dilakukan secara serentak dengan jadwal pengiriman Walau klaim akan memberikan ganti rugi, kerugian perusahaan
setiap order yang berbeda. Blanket orders memudahkan pengen- sering tidak dapat dihindarkan apabila penyimpangan itu mem-
dalian oleh kedua belah pihak sehingga kemungkinan pengiriman buat jadwal produksi terganggu sehingga merusak kepercayaan
order yang terlambat dapat ditekan. para pelanggan.

220 Pe rencanaon don Pengendalian Produksi Perencanaan Operasi onol 221


ft
t

h. Membual analisis rantai nilai A adalah jumlah unit produk yang diminta per tahun, S adalah set up
Membuat analisis rantai nilai pembelian antara suppliers-customer cost, H adalah biaya penyimpanan persediaan per unit per tahun (unit
agar perbaikan proses pembelian akan berjalan semakin efisien annual holding cost), f adalah total variable cost dan Q adalah ukuran
dan memberikan nilai atau manfaat yang semakin tinggi kepada batch produksi.
semua pihak yang terkait dengan mata rrantai dalam sistem pem-
Karena kecepatan produksi P unit per hari lebih besar dari per-
belian.
mintaan D unit per hari maka tingkat akumulasi persediaan adalah
sebesar (P-D) unit per hari. Persediaan akan mencapai puncaknya pada
8.9 Operasi Sistem Multiproduk
waktu t, dan jumlah persediaan mencapai tpe-D). Jumlah persediaan
Misalkan sebuah mesin digunakan untuk memproduksi bebe- rata-rata adalah tp(P-D)|2. Karena lamanya waktu dibutuhkan produksi
rapa jenis produk yang berbeda. Mesin tersebut memerlukan biaya adalah t, dan kecepatan produksi P unit perhari maka jumlah produk
setup setiap kali terjadi pergantian tipe produk yang dil<erjakan. Juga dibuat per siklus Q : (to)(n). Dengan demikian, tp:Q/P. Apabila t,
dimisalkan bahwa makin lama mesin tersebut menyelesaikan satu pro- disubstitusi ke dalam persamaan di atas maka:
duk sebelum digunakan untuk membuat produk lain, makin banyak
persediaan dari produk tersebut harus disediakan karena waktu yang a(P-p)_e_ep (8.1)
lebih lama sebelum stasiun kerja tersebut kembali membuat produk 2P22P
tersebut. Dalam situasi ini terlihat dua situasi yang bertolak belakang
yaitu antara setup cost dan biaya persediaan (inventory holding costs).
:9[,-2)
2[
(8.2)
P)
Situasi di atas dapat dijelaskan dengan diagram Cambar 8.29.
(8.3)
r =Z*nfr-9)9
a \ P)2
Tingkat
perse. Cambar 8.30 memperlihatkan hubungan antara besarnya f dengan Q.
diaan
,t Untuk mendapatkan volume produksiyang optimal (Q*) maka f didif-
ferensiasi terhadap Q dan hasilnya disamakan dengan nol.
I

o t' (8.4)
#=-#.+[,-?)=.
tR
+ Waktu

Gambar 8.29 Model Produksi Berdasarkan batch


Q*= (8.s)
Misalkan t^p adalah lamanya waktu untuk membuat satu batch
produk dan t* adalah waktu yang dibutuhkan mulai dari awal pembua-
tan sampai kepada awal pembuatan produk itu kembali. Juga dimisal-
Volume produksi optimum.diperoleh pada jumlah Q* dan jumlah
kan D adalah tingkat permintaan terhadap produk tersebut (unit per
run pertahun (N)adalah
hari) dan P adalah kecepatan produksi (unit per hari). Misalkan juga fr.
222 Perenconoan dan Pengendalian Produksi Pe re ncanaon O pe r osi onal 223
Total annual
lll, lV, V, Vl, Vll dan Vlll
berdasarkan formula Q* dalam persamaan
vaiabb co$ (8.5) dapat dilihat pada Tabel 8.30. Tabel tersebut memperlihatkan
Biaya
Total inventory bahwa ukuran batch optimum untuk setiap tipe dari kedelapan tipe
Perse- holding cost
produk adalah seperti ditunjukkan dalam kolom (2) dan lamanya wak-
diaan Total *tup
cosf tu untuk menyelesaikan pembuatan masing-masing tipe produk terse-
1 but dalam satu siklus ditunjukkan dalam kolom (5). Apabila ukuran
I
batch setiap tipe produk dibagi dengan jumlah permintaan rata-rata
per hari maka diketahui lamanya waktu untuk menghabiskan masing-
+ Q* Jumlah Unit Produk
masing produk yang dihasilkan yaitu seperti ditunjukkan dalam kolom
Gambar 8.30 Volum e Produksi Optimum (7t.

Berikut ini adalah sebuah contoh sederhana bagaimana model Total waktu dibutuhkan untuk menyelesaikan satu run untuk
produksi ini digunakan. Data Tabel 8.29 menunjukkan ada delapan seluruh tipe produk ialah 40 hari. Hal ini berarti untuk setiap tipe
tipe produk yang dibuat pada sebuah mesin yang sama. Jumlah hari produk, bila satu run telah selesai maka run berikutnya hanya dapat
kerja per tahun adalah 300 hari. Jumlah masinS-masing produk dibu- dimulai 40 hari kemudian. Produk V/ dan V/// akan habis sebelum
tuhkan pertahun, tingkat kecepatan pembuatan, lamanya waktu pem- waktu run berikutnya tiba. Produk V/ misalnya, dengan ukuran batch
buatan dan biaya penyimpanan per unit per tahun ditunjukkan dalam 1005 unit dan jumlah permintaan rata-rata per hari adalah 26.7 unit
Tabel 8.29. maka barch tersebut akan habis dalam waktu 38 hari, padahal run ber-
ikutnya hanya dapat dimulai setelah menunggu 40 hari, yang berarti
Tabel 8.29 Data Produl<si Masing-masing Produk
selama 2hari produk V/ akan mengalami kehabisan persediaan.
lumlah Ke. Kecepatan Waktu Biaya Biaya
Tipe butuhan Produksi Produksi Penyimpanan Setup Tabel B.3O Ukuran batch Untuk Masing-masingTipe Produk
Produk (unit/tahun) (hari) ($/unit/tahun) ($)
Ai Pi Ni Hi si (1) (2) (3) (4) (s) (6) (n
I 5.000 200 25 0.15 50 Tipe lumlah Hari Jumlah
Produk Di
Ai Q*i Ni Pi Produksi Hari
il 10.000 450 23 0.40 40
(2)l(4)
(1)/300
Untuk Q*
ut 6.000 300 20 0.50 40
I 5.000 1.9't0 2.62 200 9.55 16.7 115
tv 6.000 150 40 o.35 50
il 10.000 1.470 6.80 450 3.27 33.3 44
2.000 100 20 o.45 30
ilt 6.000 1 .014 5.92 300 3.37 20.o 51
vl 8.000 350 23 0.60 35
tv 6.000 1.407 4.26 150 9.37 20.o 70
vil 7.000 300 24 0.30 20
v 2.000 534 3.75 r00 5.34 6.7 80
vilt 6.000 2so 24 0.s0 20
VI 8.000 1.005 7.96 3s0 2.86 26.7 38*
r99
vil 7.000 r.005 6.97 300 3.3s 23.3 43
vill 6.000 722 8.31 250 2.89 20.o 36*
Dengan menggunakan data produksi yang ditunjukkan dalam Tabel
40.00
8.29, ukuran batch untuk pembuatan masing-masing tipe produk /, //,

224 Pe rencanaan don Pengendoli an Produksi Pe rencanoon Ope rasi onal 225
Analisis di atas menunjukkan bahwa apabila ukuran lot untuk Persamaan (8.4) menjadi lebih sederhana yaitu:

masing-masing tipe produk dilakukan secara terpisah maka sering tim- T = 0N +?,"/ 2N (8.12)
bul keadaan yang tidak wajar seperti ditunjukkan dalam contoh di
Apabila persamaan (8.5) f didifferensiasi terhadap N dan hasilnya
atas. Untuk mengatasi ini, maka perlu dikembangkan formula baru
disamakan dengan nol untuk menemukan f yang optimum maka di-
dengan pendekatan yang mengintegrasikan seluruh tipe produk dalam
peroleh,
sebuah run.
t DN= 6--l- (8.13)
Apabila dilihat kembali persamaan (8.1), ruas kedua pada sisi dT
' =6
2Nt
kanan dari persamaan tersebut menjelaskan total biaya penyimpanan
per tahun. Dengan mensubstitusi A/N untuk Q dari persamaan (8.3), N*= I (8.14)
2O
maka total biaya penyimpanan persediaan per tahun adalah sebagai
zHiAi(1-D IP )
berikut: l, i=1
N*= (8.1s)
n
2b
Hi(-pi t Pi)Ai (8.6) 2IS
j
2N =l

Apabila ada n tipe produk yang diproduksi, maka total biaya penyim- dan Qi=li (8.16)
panan untuk keseluruhan adalah sebagai berikut:
(8.7)
Bila formula dalam persamaan (8.15) digunakan untuk data yang di-
ttzNiui,+i(l-D /P)
i=l tunjukkan dalam Tabel 8.29 maka diperloleh N* : 5.66, atau dengan
Analog dengan total biaya setup untuk n tipe produk kata lain, jumlah run optimum secara bersama ialah 5.66 kali per ta-
hun. Dengan menggunakan hasil perhitungan jumlah run optimum
(B.B)
NT5, ini, dapat ditentukan ukuran batch masing-masing tipe produk seperti
i=I ditunjukkan dalam Tabel 8.31.
Total biaya variabel persediaan yaitu total biaya setup per tahun dan
Tabel 8.31 t)kuran batch Optimumsecara Kolektif
total biaya penyimpanan per tahun adalah:
(1) QI (3) (4) (s)
Tipe Lamanya Q*
r = rvf si + tt zNiniAi(1- Di / Pi) (B.e)
Produk Ukuran /ot
Pi
Jumtah Hari Di Dihabiskan
i=l i=l Qi=Ai/N* Produksi (1)/(2)
oy(4)
Untuk menyederhanakan masalah, dimisalkan: I 883 200 4.4 16.7 53
il 1.767 450 3.9 33.3 53
n
lsi=
i=1
o (8.10)
ilt
tv
1.050
1.060
300
400
3.5
2.7
20.0
20.0
53
53
n
dan !ruiei$-D lPl: 1. (8.11)
i-1
Perencanoon Ope rosi onal 227
226 Perenconoan dan Pengendali an Produksi
t
ilit

(1) (2) (3) (4) (s) Ada beberapa motif pengadaan persediaan yaitu pelayanan,
Tipe Lamanya Q*
Ukuran lol jumlah Hari antisipasi dan spekulasi. Motif pelayanan berkaitan dengan upaya ma-
Produk Pi Di Dihabiskan
Qi=Ai/N'* Produksi (1)/(2)
(1y(4) najemen untuk selalu dapat memenuhi permintaan pelanggan yang
3s3 100 3.5 6.7 53 sewaktu-waktu muncul. Dengan adanya persediaan, maka hanya per-
vt 1.413 350 4.O 26.7 53 mintaan yang bersifat ekstrim yang tidak dapat dipenuhi. Motif antisi-
vil 1.237 300 4.1 23.3 53 pasi berhubungan dengan upaya untuk memenuhi permintaan di masa
vilt 1.060 2so 4.2 20.0 53 yang akan datang yang sifatnya sering tidak menentu. Apabila per-
30.3 mintaan lebih besar dari yang diperkirakan maka kekurangannya akan
Tabel 8.31 memperlihatkan bahwa dengan pendekatan kolektif ini la- dipenuhi dari persediaan. Dengan cara demikian tingkat pelayanan
manya waktu dibutuhkan untuk menghabiskan jumlah produk sebesar kepada pelanggan dapat dipertahankan cukup tinggi. Motif spekulasi
ukuran /ot untuk masing-masing produk adalah sama yaitu 53 hari. Bila berhubungan dengan keinginan untuk mendapatkan keuntungan dari
dibandingkan dengan waktu siklus yang besarnya 40 hari maka terlihat persediaan karena ada dugaan dalam waktu yang tidak lama akan ter-
bahwa tidak ada satu produk pun akan mengalami kehabisan persedi- jadi kenaikan harga. Persediaan akan dijual apabila harga telah meng-
aan sebelum run berikutnya dapat dimulai. Sehubungan dengan ma- alami l<enaikan sehingga keuntungan yang lumayan dapat diperoleh.
salah yang dihadapi dalam penentuan ukuran /ot optimal yang tidak Setiap persediaan membawa efek biaya sedangkan keberada-
wajar sepefti diperlihatkan dalam Tabel 8.31 , Magee dan Boodman annya tidak memberikan nilai tambah kepada produksi. Namun de-
mengusulkan sebuah ruie of thumb yaitu jika lamanya waktu untuk mikian, pengadaan persediaan sering tidak dapat diabaikan karena
menghabiskan persediaan sebesar ukuran /o,t dalam sistem individu- fungsinya sebagai penyangga (buffer) dalam memelihara kelancaran
al lebih dari dua kali waktu siklus seperti ditunjukkan oleh produk- proses produksi dan distribusi. Sehubungan dengan itu, dibutuhkan
produk I dan V maka sebaiknya produk-produk itu diproduksi dengan suatu model tentang jumlah persediaan yang optimum.
menggunakan waktu siklus lain bahkan dapat frekuensi produksinya
Model tentang persediaan telah dikembangkan oleh F. Harris
dikurangi untuk mengurangi biaya persediaan lebih lanjut.
pada awal Abad XX persisnya tahun 1915. Harris adalah orang yang
pertama kali membahas masalah persediaan secara matematis. Pada
8.10 Perencanaan Persediaan
tahun 1930, Wilson kemudian mengembangkan lebih lanjut formula
8.10.1 Ukuran lot Optimum Harris dan kemudian mempublikasikan dan mempopulerkan formula
Hampir setiap sistem produksi membutuhkan persediaan (inyen- tersebut kepada masyarakat industri. Kepopuleran formula Harris yang
tory). Dalam perusahaan manufaktur, dibutuhkan persediaan bahan belakangan lebih dikenal sebagai formula Wilson demikian pesat dan
baku, work-in-progress, produk akhir dan supplies. Di perusahaan jasa oleh sebagian masyarakat industri dipandang sebagai sebuah pemecah-
industri rumah sakit d ibutuhkan persed iaan obat-obatan, bahan-bahan an efektif dari sejumlah masalah yang dihadapi dunia industri. Hasil
makanan, dan peralatan medis. Di kantor-kantor pemerintahan dibu- pengembangan oleh Wilson ini menandai awal dari pengembangan
tuhkan persediaan bahan-bahan administrasi seperti kertas, blanko/ model-model persediaan modern.
formulir, dan peralatan tulis lainnya.

228 Pe rencanoon don Pengendolion Produksi Pe rencanaon Ope rasi onal 229
Model dasar persediaan yang dikembangkan oleh Harris adalah aan rata-rata adalah / unit. Biaya penyimpanan persediaan adalah bia-
seperti terlihat pada Cambar 8.36. Model dasar ini sering dikenal se- ya yang timbul sehubungan dengan penyimpanan satu unit persedi-
bagai model gigi gergaji karena fluktuasi jumlah persediaan dari wak- aan selama satu tahun dengan asumsi bahwa biaya ini bersifat [inier
tu ke waktu memperlihatkan pola seperti gigi gergaji. Misalkan pada terhadap waktu dan jumlah item yang disimpan. Biaya pembuatan
waktu t:0 jumlah persediaan adalah Q unit. Kemudian, dengan ber- pesanan adalah seluruh biaya yang timbul dari kegiatan pemrosesan
jalannya waktu, jumlah persediaan menurun terus karena penarikan sebuah pesanan yang meliputi biaya adminstrasi pembuatan dan pe-
sesuai dengan permintaan. Apabila jumlah persediaan menurun hing- nyampaian order kepada vendor, penerimaan barang yang dipesan
ga mencapai R unit pada waktu t, maka dilakukan pemesanan ulang dari vendor, seleksi barang yang diterima dan menempatkan barang
sebanyak Q unit. Misalkan I adalah lamanya waktu menunggu mulai tersebut ke dalam persediaan (store room) hingga siap digunakan un-
dari pemesanan ulang diproses hingga pesanan diterima dan masuk tuk memenuhi permintaan pelanggan.
ke dalam persediaan. Dengan demikian, jumlah persediaan sebanyak
Seperti halnya pada konsep pengendalian produksi, total bia-
R unit harus cukup untuk memenuhi permintaan selama menunggu ya persediaan per tahun (annual inventory cost) adalah perjumlahan
pesanan ulang tiba.
dari total biaya pemesanan (annual aquisition cost) dan total biaya
penyimpanan persediaan (annual inventory holdingcost). Kedua jenis
biaya ini mempunyai sifat yang berlawanan dalam arti apabila ukuran
/ot pada setiap pemesanan ulang dibuat cukup besar maka frekuen-
si pemesanan akan rendah sehingga total biaya pemesanan menjadi
rendah tetapi total biaya penyimpanan akan meningkat karena jumlah
item dalam persediaan cukup tinggi dan sebaliknya.
Perlu dipahami bahwa dalam prakteknya, jumlah biaya penyimpanan
persediaan tidak semata-mata didasarkan kepada biaya langsung yang
ditanggung untuk menangani persediaan seperti sewa gudang, gajil
t2 upah operator dalam mengelola persediaan, dan biaya kerusakan/ke-
Keterangan:
a : Jumlah pesanan hilangan/penurunan nilai fungsional persedian tetapi juga termasuk
R = Jumlah persediaan minimum biaya alternatif (opportunity cost) yaitu biaya yang dihitung sebagai
ROP - Titik pemesanan ulang
L : Waktu ancang-ancang ekivalen peluang yang hilang akibat adanya persediaan. Peluang yang
hilang ini diartikan sebagai kesempatan untuk mendapatkan bunga
Gambar 8.31 Model Persediaan Harris uang yang hilang akibat adanya persediaan. Besarnya biaya alterna-
Dimisalkan pula bahwa jumlah permintaan terhadap persediaan tif ini dihitung dari nilai finansial rata-rata persediaan dikali dengan
adalah A unit per tahun, harga perolehan tiap potong item persediaan tingkat bunga uang per tahun.
M dan biaya penyimpanan persediaan (inventory holding cost) H per Dengan demikian, total biaya persediaan adalah penjumlahan
unit per tahun, biaya pembuatan order adalah P dan jumlah persedi- dari total biaya pembuatan pesanan + total biaya penyimpanan +

230 Perenconaan dan Pengendali on P roduksi Pe renconaon Operasi onol 231


'l
;
j
s

maka
biaya alternatif. Secara matematis, biaya-biaya tersebut dirumuskan
sebagai berikut: 2PA

t : Lp*loru
o 2- *Leiu
2-
(8.17) (t +iu)

z+ (o.zo[to)
**9@*iu)
o 2'
(8.18)
: 212 unit
dimana, A: jumlah item d ibutuhkan/un itltahun
D- Di bawah ini diperlihatkan perbandingan total biaya variabel persedi-
t- biaya pemesanan
aan per tahun pada berbagai ukuran lot mulai dari kecil hingga besar
H: biaya penyimpanan per unit
sebagai berikut:
M: harga item per unit/tahun
i_
t- interest rate rabers'32Perba:!:E:ir::;:'J;y::i:iabetPersediaan

Untuk menemukan ukuran pesanan yang optimum maka dari per- Ukuran Total Biaya Total Biaya Total Biaya
samaan (8.17),7 didifferensiasi terhadap Q dan hasilnl'a disamakan Iot Penyimpanan Pembuatan Order Variabel

dengan nol yaitu: a PA/Q


Persediaan
|{u*iu) T
100 200 900 1.100
dT (8.19)
dQ
=-#.|W+iM):o 200 400 450 850

300 600 300 900


2PA (8.20)
Q= 400 BOO 225 1.O25
@;M s00 I OO0
'tB0 1.180

Sebuah contoh sederhana berikut ini menjelaskan bagaimana model


Dari Tabel 8.32 bahwa total biaya variabel persediaan akan be-
ukuran /ot tersebut digunakan.
rada di titik minimum yaitu sebesar $ e+A per tahun apabila ukuran /ot
Bila A 4.500 unit per tahun (Q) sebesar 212 unil. Diagram Cambar 8.32 menunjukkan bagaima-
H $ 2 per unit per tahun na kedua biaya pembuatan order dan biaya penyimpanan bervariasi
P $20 per pesanan ulang terhadap ukuran /ot Q. Perlu diperhatikan bahwa model persediaan
M $ 10 per unit Harris ini hanya efektif apabila digunakan untuk pengendalian perse-
i: 2Oolo per tahun, diaan yang tidak terlalu berfluktuasi dan tidak mengalami permintaan
yang sangat ekstrim.

Perenconoan Ope rasi onol 233


232 Perenconaan dan Pengendolion Produksi
data transaksi yang terjadi pada item tersebut. Dalam contoh yang
Total biaya
persediaan
ditunjukkan dalam Cambar 8.33, pada tanggal 04 September 20xx
Mr tehun tidak ada transaksi dan jumlah item yang tersimpan dalam store room
(stock onhand) 1500 pcs. Dengan demikian potensi persediaan (po-
Total biaya tentialstock) ada sebanyak 1500 pcs dan jumlah yang bebas untuk
penimpanan
I=848 per tahun
digunakan (free stock)juga sama yaitu 1500 pcs. Tetapi pada tanggal
05 September terjadi penarikan (withdrawal) sebanyak 100 pcs se-
hingga jumlah persediaan yang tersimpan turun menjadi 1400 pcs dan
Tdal Uaya
pembuatan
potensi persediaan dan jumlah persediaan yang bebas digunakan juga
otder oer tahun masing-masing sebanyak 1400 pcs.

Q=212
Pada tanggal 07 September 20xx, ada permintaan yang tidak
segera ditarik sebanyak 250 pcs dan penarikan dari store room akan
dilakukan pada tanggal 10 September 20xx. Pada transaksi seperti ini,
Gambar 832 Total Biaya Persediaan Terhadap L)kuran Lot
kartu mencatat pada kolom alokasi (allocation) sebanyak 250 pcs dan
8.10.2 Kartu Kendali Persediaan alokasi kumulatif (total allocation) 25O pcs. Potensi persediaan tidak
berubah karena item masih berada dalam persediaan tetapi jumlah
Kartu kendali persediaan memegang peranan sangat penting
stok bebas turun menjadi 1 150 pcs.
dalam meniaga ketersediaan setiap bahan mulaidari bahan baku, part,
komponen, sub-assemb/y termasuk supp/ies yang mendukurtg kelan- Perlu diketahui bahwa pemesanan ulang terhadap persediaan
caran administrasi. Kartu kendali persediaan berisi informasi yang akan dilakukan apabila jumlah persediaan bebas telah mencapai atau
lengkap tentang kondisi dan status setiap irem bahan yang dibutuh- berada di bawah batas jumlah persediaan bebas. Karena kartu kendali
kan. Fungsi dari kadu kendali persediaan ialah mencatat semua infor- persediaan mencatat secara lengkap data historis item terkait maka
masi tentang suatu item yang dibutuhkan dalam persediaan sehingga peranan kartu ini sangat penting sebagai sumber data bagi pengelo-
status item tersebut dapat diketahui secara akurat. laan item yang dicatatnya misalnya penentuan ukuran /ot pemesanan
Kartu kendali persediaan dapat berupa lembaran kartu atau pun ulang, titik pemesanan, penggunaan rata-rata per satuan waktu dan
berbentuk file komputer yang semua informasi yang direkamnya cu- yang tidak kalah penting untuk perhitungan biaya persediaan yang
kup lengkap dan mudah diakses. Format dasar kartu kendali perse- akan menjadi salah satu komponen biaya bahan dalam penentuan unit
diaan adalah seperti terlihat pada Cambar 8.33. Bagian atas kartu biaya produksi.
memuat informasi tentang identitas item seperti nomor kode item,
lokasi penyimpanan termasuk nama perusahaan yang menjadi pe-
masok item tersebut. Kolom-kolom di bawahnya mencatat seluruh

234 Perenconaan don Pengendali an P roduksi Perenconaan Operosi onal 235


{i
8.10.3 Beberapa Masalah Pengendalian Produksi
o o O O rn ro o O o o o o O O '
q o
rn $
ln N a.l N N N
O o Ot $ cO
Or O)
@ @
Ot
\o rJ')
Dalam konsep tradisional sistem produksi, perhatian pada
o (.o (n aO N N N
o umumnya lebih difokuskan pada pencapaian peningkatan efisiensi
biaya atau meminimumkan unit biaya. Untuk itu diciptakan metode
EJ o O O u') tr-) o O o O o O O o standar yang dijadikan sebagai pedoman dalam pengendalian proses
O o F\
6J-;9
E.E E
O
ro $ rt N No NOl N<t N(Y) cn (n (f)
Ol
@
N
Ot
co
6I
Ol
\o ro
N N manufaktur di lantai pabrik. Beberapa model konvensional yang pada
awal munculnya diterima dengan baik antara lain ialah model pengen-
o N N
l! o O dalian persediaan Harris, model Wagner and Whitin, model part Pe-
a E bo O)
o
o riode Balance dan lain-lain.
o
lr, o b @
$
d (s Sejalan dengan semakin ketatnya persaingan dan munculnya
I bo)
u9-:
a q (!Utr o gejala-gejala kegagalan model-model di atas dan merespons permin-
oo.= lot o o o.Y
rn
N a) taan pelanggan yang semakin sulit mentolerir keterlambatan pengi-
o-
ora= tE
riman atas order-order mereka maka muncul pula model yang lebih
o FOIELF (B
d
oo o E
rn komprehensif yang dikenal sebagai Material Requirements Planning
U <3 N
V
OJ
(MRP). Model ini pada awalnya mendapat penghargaan yang sangat
o
d \N
O tinggi karena bersifat komprehensif dan memperlihatkan dengan jelas
z o V
.\Y rr) keterkaitan antara rencana jangka panjang, jangka menengah dan ren-
o
U 35 e
N
o cana operasional dilantai pabrik. Tidak sedikit para pakar dan praktisi
Y
U *-.-oh-E
-EF o
o a o
O o
ro rO o a O o o o O O o manufaktur yang menilai bahwa model tersebut merupakan kunci ja-
o 5
(r,
+ 3E
(u.<=oJ a\(!
v-c rn $ .t
N N
N o N N N Ol Ot O)
@ \o Lo
O) O) @ \o ro N N c{
U
(n waban semua masalah manufaktur pada masa yang akan datang.
d, l) t-t J aYl

O co
dr .g O
l! Dalam pelaksanaan di lapangan ternyata hanya sedikit perusa-
e, 0) ua
(\l
E
haan yang berhasil mengambil manfaat dari model komprehensif ter-
(!
an
o o o u sebut. Sebagian besar ternyata gagal. Faktor utama yang menimbulkan
O trl o o o
(n'=-\
rr)
- =3 O N t)
N
LO
rn c!
N N
o
N
@
kegagalan ialah persyaratan yang dituntut oleh model tersebut sangat
OrE6t
OF
XE.r, =s sulit dipenuhi yaitu data yang digunakan harus mempunyai akurasi
O) Ol Ol O) O) Ol Ol
Or O) Ol Ol yang tinggi. Mengingat model tersebut demikian logis atau sangat ma-
o o o ON O o o O O o Ot
O O o
()
q z s
o \o a O cf) $ h.\ @ Ot
o o N suk akal maka para praktisi tidak ingin meninggalkannya tetapi mere-
0 o o o O o O o o o o o O visinya supaya lebih fleksibel dalam persyaratan akurasi data. Hasil
d
q
z M.
Z = = = = = = revisi disebut Manufacturing Resource Planning yang lebih dikenal
(.) P
Etr..
016= o
Ol Ol N Ot Ot Ol Ol O) Or
o o O o O o O O O
Ot
o O)
O o Ot
Or
o sebagai MRP ll. Tenyata model ini juga mengalami nasib yang sama
Qz #
o
(! Ot
o o O o o Ol O) O) (t)
Ot
O
Ot
o o o O)
O
O) Ot
o O)
o Ot o dengan pendahulunya MRP, karena masalah akurasi data tetap tidak
E E.E 3 $ r.) \o F\ b rn $ t\ @ Ot b
(U(UL6 O o o O cl terpenuhi.
----
-iJd

236 Pe renconoon dan Pengendali an Pr oduksi Perenconoon Ope rosi onol 237
i;
?

Karena persaingan dalam dunia manufaktur semakin keras maka daya baik berupa waktu, biaya, bahan, jam mesin, jam kerja karyawan
para praktisi terus mencoba mengembangkan model-model terbaru dan lain-lain sebagai kelebihan dari jumlah yang seharusnya diguna-
yang mampu meningkatkan efisien pada setiap masing-masing unit kan. Misalnya, untuk menyelesaikan suatu order, apabila dilaksanakan
kegiatan misalnya pada unit pengolahan, unit persediaan, unit peme- dengan metode yang tepat, oleh operator yang kualitasnya tepat dan
liharaan, unit pengadaan dan lain-lain sehingga unit biaya yang mini- menggunakan alat yang tepat maka dibutuhkan waktu penyelesaian
mum dapat dicapai. dalam beberapa jam. Tetapi dalam kenyataan, karena ketiga kondisi
tersebut tidak dapat semuanya dipenuhi maka dibutuhkan waktu lebih
Kendati model-model MRP dan MRP // telah gagal di lapangan,
lama dan kebutuhan bahan yang lebih banyak. Kelebihan jam kerja
faktor keterintegrasian kegiatan yang dibangun oleh model tersebut
dan bahan adalah waste yang dipandang sebagai masalah serius ka-
tetap mendapat penghargaan yang tinggi. Masalah yang timbul apa-
rena akan mengakibatkan total biaya produksi yang semakin tinggi
bila upaya meminimumkan unit biaya dilakukan secara individual
seperti telah diuraikan dalam Bab lV.
atau tidak secara integral dengan kegiatan lain ialah terjadinya asin-
kronisasi dalam pelaksanaan antar unit kerja. Unit-unit kerja pada da-
8.11 Pengukuran Kineria
sarnya saling berhubungan atau berkaitan (interlinkages). Misalnya,
kegiatan pengadaan bahan seperti bahan baku dan suku cadang mesti Pengukuran kinerja merupakan salah satu komponen atau sub-
disinkronkan dengan jadwal kegiatan manufaktur di lantai pabrik ka- sistem dari sistem produksi. Pengukuran kinerja juga dapat dipandang
rena operasi manufaktur hanya dapat dilakukan apabila semua ke- sebagai sebagai umpan balik yang menjelaskan seberapa baik kinerja
lengkapan seperti gambar teknik komponen-komponen produk yang yang dihasilkan oleh sistem produksi yang telah direncanakan, diim-
akan dibuat, status mesin-mesin produksi, operator termasuk kesedia- plementasikan dan dikendalikan baik dalam jangka pendek maupun
an telah terpenuhi. Bila salah satu kelengkapan tersebut tidak tersedia jangka menengah dan jangka panjang. Proses pengukuran kinerja
tepat waktu maka operasi manufaktur akan gagal dilakukan. Hal ini ialah menyediakan data dan informasi yang dapat diolah untuk meng-
mengisyaratkan bahwa walaupun efisiensi pengadaan bahan dapat di- eval uasi derajad pencapaian target-target kuantitatif dan kual itatif yan g

capai setinggi mungkin, apabila tidak terintegrasi dengan jadwal ope- ditetapkan oleh manajemen. Hal ini mengindikasikan bahwa kriteria
rasi manufaktur di lantai pabrik, maka total biaya tidak akan pernah evaluasi yang digunakan haruslah bersifat komprehensif dan kompati-
minimum. Meminimumkan biaya secara lokal selalu memberikan ha- bel (bersesuaian) dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai oleh
sil yang tidak optimum. manajemen perusahaan.

Sebagai pengganti model MRP, berbagai pendekatan baru telah Menurut Lynch dan Cross (1991), sub-sistem pengukuran ki-
dikembangkan oleh para pakar yang semuanya mengutamakan opti- nerja harus dapat:
masi secara keseluruhan sebagai pengganti minimisasi biaya secara in- o Mengukur semua variabel penting yang berkenaan dengan keingi-
dividual. Toyota Way misalnya mencoba meminimumkan unit biaya nan pelanggan
melalui pengurangan bahkan penghilangan waste secara menyeluruh o Menyeimbangkan ukuran-ukuran keuangan dan bukan keuangan
dari sistem produksi (Liker, l.K and Meier, D 2006). Seperti telah di- . Mengidentifikasi dan mengeliminasi pemborosan
jelaskan dalam Bab lV, waste didefinisikan sebagai sejumlah sumber o Memotivasi para pekerja dan manajer

238 Pe rencanaan dan Pengendalian Produksi Pe renconoon Ope rasi onal 239
. Mentransformasikan sistem pengambil keputusan top-down yang Tabel 8.33 Laniutan
kaku menjadi horizontal yang bersifat responsif Funssi Kriteria Kineria Ukuran Kinerja Standar Kinerja
. Menerjemahkan fleksibilitas perusahaan ke dalam ukuran-ukuran Man-hrs /unit 120 iam per unit
khusus floor cvcle 3 hari
Kineria kapasitas % Waktu keria lembur ( 5o/u
Pengukuran kinerja dapat dibedakan atas 2 kelompok sasaran
% Utilisasi kapasitas 80Yo
yaitu operasional, dan strategis. Pengkuran kinerja dengan sasaran Persediaan Manajemen perse- Akurasi persediaan 98o1"
operasional dilakukan oleh supervisor di lantai pabrik untuk meng- diaan
evaluasi seberapa jauh target-target operasional dapat dicapai. Ber- o/o
Kehabisan persediaan Kehabisan perse-
diaan tidak terjadi
dasarkan hasil pengukuran ini, para supervisor di lantai pabrik akan
"lo Machine downtime Mesin tidak meng-
dapat melakukan perbaikan. Beberapa tipe kinerja yang termasuk karena kehabisan perse' alami kerusakan.
dalam sasaran operasional ialah machine utilization, equipment avail- diaan
ability, rate of quality, work-in-progress turnover, days of inventory Perputaran persediaan Tinsei
dan lain-lain. Tabel 8.33 adalah contoh hasil pengukuran kinerja ope- Nilai rata-rata persediaan Kecenderungan
menurun
rasional yang banyak digunakan sebagai bahan evaluasi di tingkat
Shiopins Waktu pengiriman Yo Pengiriman tepat waktu 98%
operasional.
Jumlah hari terlambat 0 hari
rata-rata
Tabel 8.33 Area Fungsional Dari Pengukuran Kineria
Waktu ancang-ancang Kecenderungan
Waktu ancang-ancanq menurun
Fungsi Kriteria Kinerja Ukuran Kineria Standar Kinerla
Bisnis Keuangan Pendapatan operasi sebe- Financial plan
o/o
Operasi Cycle counting Akurasi 100% Akurat lum bunga dan pajak
Srap Nilai dollar skrap/tim Kecenderungan Aliran kas sebelum bunga Financial plan
perbaikan dan paiak
Produktivitas Frekuensi ekspedisi Pengeluaran operasi Financial plan
Frekuensi exception mes- Return on sa/es (RoS) Financial plan
Sages
Return on net asset (RoNA) Financial plan
o/" Bahan diterima tepat 98%
Supplier Bahan masuk
Sales per person $ 500/person
waktu
Bahan cacat Frekuensi ditemukan bahan I 2 per 100 kali Personalia/ Absenteisme % Karyawan absen 0olo

cacat/dikembalikan Keselamatan
Labor turn over 0%
"/" Bahan masuk ditolak 0?o

Marketine Order oelanssan Jumlah order per hari


Kecelakaan kerja Waktu kerja hilang karena ( 2olo per tahun
kecelakaan kerja
Jumlah jam kontak dengan 4 jam per hari
Pelanggan Penolakan terha- % Jumlah unit ditolak <0.10%
oelanesan
dap produk
Manufaktur Kinerja manufak- Jumlah unit/hari 8 unit per hari
tur

240 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Pe rencanoon Operosi onal 241


Tabel 8.33 Laniutan BAB I ,.

Fungsi Kriteria Kinerja Ukuran Kineria Standar Kineria

Sumber daya
Waktu kontak
rata-rata
Ketepatan waktu
Waktu kontak rata-rata Per
pelanggan
o/o
3.iam

penilaian kinerja sumber 100% tepat waktu


9
manusia penilaian kiner.ia
sumber daya ma-
daya manusia tepat waktu Tbknologi Kelompok
nusia

Pengukuran kinerja dengan sasaran strategis berkenaan dengan kinerja


asset yang dioperasikan. Kinerja asset diSunakan untuk bahan evalu-
asi kebijakan pimpinan dalam pemanfaatan sumber daya kapital pe-
rusahaan. Beberapa contoh pengukuran kinerja asset yang dimaksud
antara lain Return on lnvestment (Rol), Return on Total Asset (RoTA),
Asset Turn Over (ATO), Capital ProductivitY (CP), Value Added per
9.1 Pengantar
Employee NAE).
ebagian besar masalah yang timbul dalam proses manufacturing
-oo000-
berdasarkan pendekatan iob-shop (iob-shop environment) ber-
sumber dari upaya menggunakan setiap tipe fasilitas produksi
secara multi guna (multi- purpose facility) dalam membuat part atau
komponen dalam proses yang sifatnya unik yaitu memiliki kekhususan
tertentu. Produk-produk yang dibuat melalui proses manufaktur dalam
lingkungan job-shop, pada umumnya memiliki volume dan variasi
yang cukup besar. Variasi produk yang cukup besar pada umumnya
menuntut volume desain yang cukup besar dan penggunaan mesin-
mesin yang bersifat khusus. Kebutuhan ini jika dipenuhi akan menun-
tut investasi yang besar, biaya tools yang tinggi, proses penjadwalan
yang lebih rumit, waktu setup yang juga sering berkepanjangan dan
faktor skrap yang tinggi. Hal ini tentu membawa konsekuensi negatif
kepada perusahaan berupa peningkatan biaya manufaktur, gangguan
pada mutu produk dan waktu ancang-ancang untuk pengiriman yang
sulit ditekan.
Salah satu upaya yang sering dilakukan manajer produksi un-
tuk mencoba memperlakukan mesin-mesin dan fasilitas produksi ter-

242 Pe rencanoan don Pengendolion P roduksi


1
*i

tentu sebagai fasilitas yang bersifat multi-guna dengan cara perluasan dapat diperoleh. Secara umum, kesamaan yang dapat dieksploitasi
kemampuan fasilitas tersebut. Hal ini membuat kinerja operasional untuk dibagi dalam kelompok-kelompok antara lain ialah kesamaan
fasilitas terkait tidak optimum. Pada dasarnya, untuk mengatasi ma- karakteristik fisik, kesamaan dimensi, kesamaan bentuk geometris, ke-
salah tersebut dibutuhkan suatu upaya untuk mengintegrasikan pada samaan bahan, dan kesamaan proses/operasi. Pengelompokan produk
fase yang lebih tinggi terhadap kegiatan desain dan manufaktur dalam tersebut mengindikasikan bahwa sebuah sistem manufaktur yang
arti kedua kegiatan pokok tersebut harus direncanakan secara terinte- berukuran besar yang beragam dibagi-bagi (diuraikan) menjadi sejum-
grasi. Teknologi kelompok (group technology) merupakan salah satu lah sub-sistem dari pembuatan partlkomponen yang lebih homogen
konsep yang dapat digunakan untuk pengintegrasian kegiatan desain baik dalam atribut desain atau pun fitur manufaktur.
dan manufaktur seperti yang dimaksud. Konsep teknologi kelompok
Atribut-atribut desain yang dimaksud antara lain ialah konfi-
memungkinkan produksi dengan batch kecil dapat diproses secara gurasi dari part akan diproduksi (bentuk bulat, prisma dan lain-lain),
ekonomis.
dimensi (rasio panjang terhadap diameter), integritas permukaan (per-
mukaan kasar, toleransi dimensi, tipe material, bentuk bahan baku
9.2 Pen$ertian Teknolo$i Kelompok
(coran, tempaan, batangan) dan lain-lain. Fitur manufacturing men-
Teknologi kelompok adalah suatu pendekatan dalam desain dan cakup proses operasi (turning, drilling, milling) dan urutan operasi,
manufacturing yangmengelompokkan item-item yang akan diproduk- ukuran batch, tool dari mesin dan alat potong yang dibutuhkan dalam
si ke dalam famili untuk mengambil manfaat dari kesamaan karak- pelaksanaan operasi, waktu operasi dan seterusnya.
teristik desain (design attributesl, atau proses kesamaan pengerjaan
manufaktur (manufacturing features) atau kedua-duanya. Maksud dari 9.3 ldentifikasai Kesamaan Produk dan Pengkodean
pengelompokan berdasarkan karakteristik desain atau proses manu- part
facturing ialah untuk mengurangi variasi dalam proses penanganan
Kesamaan produk dapat diidentifikasi dengan menggunakan
order pelanggan dan bukan mengurangi variasi dari order tersebut.
cara pengkodean produk (product coding) dan skim klasifikasi (c/as-
Filosofi dari teknologi kelompok ialah jika keragaman produk dapat
sification scheme). Pengkodean produk mengacu kepada pemberian
dikurangi dengan cara pengelompokan ke dalam kelompok-kelompok
nomor (multi digit), kode alpha numerik kepada setiap produk. Misal-
yang memiliki kesamaan yang lebih mendekati satu sama lain dan
nya suatu produk diberi kode'6932AQ' di mana setiap digit dan huruf
jika keragaman proses manufaktur juga dikurangi dengan mengelom-
merujuk kepada atribut tertentu dari produk tersebut seperti dimensi,
pokkan ke dalam beberapa kelompok dengan kesamaan yang lebih
material dan kebutuhan mesin. Jumlah digit dalam kode pada umum-
mendekati, maka pemborosan-pemborosan akan dapat dikurangi se-
nya bervariasi antara 8-120 tetapi paling sering digunakan adalah an-
cara signifikan.
tara 12-30. lnformasi yang tipikal digambarkan oleh digit-digit dalam
Produk-produk yang diorder oleh para pelanggan sering terlihat kode sebuah part ialah:
sangat beragam. Tetapi jika diteliti akan terlihat kesamaan dalam ber- . Bentuk dasar luar
bagai hal. Jika produk-produk tersebut dibagi atas kelompok berdasar- o Bentuk dasar dalam
kan kesamaan maka berbagai kemudahan dan penurunan pemborosan o Lubang tambahan

244 Perenconaon dan Pengendalian Produksi Teknologi Kelompok 245


. Ulir (threads) pafr, digit kedua menuniukkan sub-kelompok misalnyapaft berputar
o Lekukan/alur(grooves) (rotational), dan part tak berputar (non-rotational). Dari Cambar 9.1
. Celah (slots) kode 1 10 misalnya menunjukkan machined part (digit pertama) yang
o Cerigi (gear teeth) non-rotational (digit ke dua) dengan rasio panjang terhadap lebar
. Kisaran diameter luar (LAl/<1) (digit ke tiga). Dalam sistem pengelompokan berdasarkan
e Kisaran diameter dalam monocode, setiap digit tidak dapat diinterpretasikan secara terpisah
o Kisaran panjang karena digit pertama benalian dengan digitdigit berikutnya secara
o Material berurutan.
o Toleransi
. Proses utama Pengelompokan berdasarkan monocode sangat baik untuk pe'
o , Proses minor nyimpanan dan pengambilan informasiyang berhubungan dengan de'
o Alat bantu mesin (machine too/s used) sain misalnya informasi desain tentang bentuk geometris, bahan, ukur-
o Tipe fixture an dan lain-lain seperti ditunjukkan dalam Cambar 9.1. Kelemahan
o Alat bantu potong (cutting too/s) dari sistem monocode ini ialah timbulnya kesulitan dalam menangkap
informasi tentang fitur manufaktur karena tata urutan manufaktur tidak
Pengkodean ini dapat digunakan untuk tiga kepentingan yaitu dalam bersifat hierarkis tetapi bersifat independen satu sama lain.
design engineering, computer-aided process planning di samping un-
tuk proses manufaktur dengan pendekatan teknologi kelompok.
Ada tiga skim dasar yang dapat digunakan untuk memberikan
kode pada produk yaitu: hierarkis, rantai dan campu ran (hybrid).

9.3.1 Struktur Hierarkis (Monocode)


struktur hierarkis sering juga disebut kode tunggal (monocode)
memperlihatkan bentuk seperti pohon. setiap simbol menjelaskan in-
formasi yang diberikan oleh digit sebelumnya. sebagai contoh, perha-
tikan contoh struktur hierarkis yang diberikan oleh Hyer & Wemmer-
/ov (1985) seperti terlihat pada cambar 9.1. Digit pertama (dari nol
(mafor
sampai sembilan) membagi material ke dalam kelompok besar
groups) misalnya kelompok part berupa plat logam (sheet metal partsl,
part yang dibuat dengan mesin (machined parts), partyang dibeli dari
luar (purchased parts) dan komponen-komponen dan seterusnya. Gambar 9.1 Contoh Pengkodean Berdasarkan Struktur Hierarkis
Digit kedua dan berikutnya membagi kelompok besar lebih lanjut
ke dalam sub-kelompok. Misalnya, dari kelompok besar machined

246 Pe renconoon dan Pengendoli an Produksi


Teknologi Kelompk 247
*

9.3.2 Polycode Jika dilihat Tabel Referensi akan diketahui bahwa arti masing-
masing digit pertama sampai digit ke lima adalah seperti terlihat dalam
Pengkodean berdasarkan struktur polycode sering juga dikenal
kolom 1 dan 2 dalam Tabel 9.1. Misalnya digit peftama menjelaskan
sebagai chain code, discrete code atau fixed4igit code, Berbeda hal-
kelas dari part, digit ke dua adalah bentuk luar dari part dan seterus-
nya dengan struktur monocode, pada polycode simbol-simbol kode
nya. Sedangkan interpretasi dari masing-masing kelima digit dari kode
tidak bersifat hierarkis tetapi independen satu sama lain. Struktur ini
37357 adalah seperti diperlihatkan dalam kolom 3 dan 4 Tabel 9.1.
sangat efektif untuk digunakan dalam pengelompokan menurut fitur
Misalnya angka 3 pada lokasi pertama menyatakan bahwa part terse'
manufaktur. Setiap digit dalam lokasi kode tertentu menjelaskan si-
but dikenakan proses turning dengan rasio panjang terhadap diameter
fat-sifat khusus dari item bersangkutan. Dengan perkataan lain setiap
lebih besar dari 2, angka 7 pada lokasi ke dua merujuk kepada bentuk
lokasi digit selalu menjelaskan atribut atau fitur yang sama tentang
konis dan seterusnya.
part bersangkutan. Sebagai contoh, sebuah struktur pengkodean, digit
pertama selalu merujuk misalnya kepada kelas daripart bersangkutan, Tabei 9.1 Contoh lnterpretasi Kotde FiturlAtribut dalam Struktur
digit ke dua kepada bentuk luar part, digit ke tiga kepada bentuk inter- Polycode
nal dan seterusnya. lokasi Digit lnterpretasi Dari Tabel Referensi
Setiap digit adalah salah satu nomor yang diambil antara 0 sam- Kelas dari part 3 Turning dari part dengan UD>2

pai 9 atau salah satu huruf antara A sampai Z seperti terlihat pada 2 Bentuk luar part 7 Konis
Cambar 9.2. Misalnya sebuah part memiliki kode 37i57- Kode ini 3 Pemesinan internal 3 Pelekukan

dapat d ii nterpretasi kan berdasarkan referensi seperti d itu nj ukkan o I eh 4 Pemesinan permukaan 5 Perataan permukaan dalam
5 Pembuatan eerisi dari sear 7 Memirinskan geriqi dari gear
Tabel 9.1.

9.3.3 Struktur Campuran (Hybri$


Kode alfabetik

Lokasi digit
<- untuk nilai lokasi Struktur campuran digunakan untuk mengambil manfaat dari
keunggulan monocode dan polycode. Karena itu, struktur campuran
Material
ini paling banyak digunakan dari pada struktur monocode atau poly-
Bentuk material code. Salah satu contoh dari penggunaan struktur campuran ialah
Material kimia pengkodean menurut sistem klasifikasi Opitz yang telah demikan
dikenal dalam dunia manufaktur khususnya dalam teknologi kelom-
Jumlah produksi
pok. Dari namanya jelas terlihat bahwa struktur campuran terdiri dari
Permukaan akhir
sub-kelompok yang monocode dan sub-kelompok polycode" Misal-
Toleransi
nya kode 396-56098-2722 menjelaskan tiga digit pertama dan empat
Orientasi elemen digit terakhir adalah struktur monocode dan lima digit yang di tengah
berdasarkan polycode. Beberapa sistem klasifikasi pengkodean ber-
Gambar 9.2 Pengkodean Berdasarkan Struktur Polycode dasarkan struktur campuran selain Opitzs adalah Brisch Birn, Code,

Teknologi Kelompok 249


248 Pe r enconaan dan Pengendalian Prcdlulai
MiclasslMulticlass. Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas sistem Atribut dari part yang berotasi (rotational parts) dijelaskan
klasifikasi pengkodean menurut Opius. oleh 6 digit pertama seperti ditunjukkan dalam contoh Cambar 9-4.
Struktur klasifikasi Opitzs dikembangkan oleh Technical Uni- Digit pertama menjelaskan informasi tentang kelas dari part, digit ke
versity of Aachen dengan bantuan Cerman Machine Tool Association. dua tentang bentuk dan elemen bentuk luar atau eksternal dari part.
Tata urutan digit yang digunakan oleh Opitzs adalah sebagai berikut: Digit ke tiga tentang bentuk internal dan elemen bentuk internal, dan
seterusnya.
12345 6789 ABCD
Digit I Digit2 Digit3 Digit4 Digit5 Digit
I Kelas dari Part Bentuk Pemesinan Pemesinan Bentuk, loban& 6 T 8 g
I
utama rotasi permukaandatarBerisitambahan
I t
I
+
o uDso.5
Kode bentuk Kode suplemen Kode sekunder Elemen Elemen Pemesinan Lubang a
(Form Code) (Supplementarv Code) (Special Code) 1 0.5<uDs3 bentuk bentuk permukaan dan gerigi
luar lain
o
UD >3 A
datar
\\ G
2 o \ tr
Struktur dasar pengkodean terdiri dari 9 bidang kode yang dibagi o
o UD<2
.; (E
i ,a
menjadi 2 bagian seperti terlihat dalam Cambar 9.3. Kode campuran 3 o
t_
\ Bentuk
J Pemesinan J Pemesinan Lubang, c
o o
(u

lima digit yang pertama fokus pada dimensi geometris dan fitur yang (! 3
r o!
gengl oan

relevan dengan desain part bersangkutan. Supplementary code adalah


4

5
UD>2

Spesial
I rotasi
tl datar
I
lFrq!,, (!

= '
(l'
-v

I v
polycode yang terdiri dari 4 digit yang terakhir merujuk kepada infor- B"^t.,k 3
utama
masi yang berhubungan dengan manufacturing seperti raw-material, 6 A,/B<3 fi c
o
NC>4 Lobang po-""in"n
.; I I ubano VI (o
toleransi dan kekasaran permukaan. Untuk mengidentifikasi proses 7
(0
A,/B>3 Bentuk utama dan remukaar gerigi dan
pemesinan
utama datar bentuk lain
operasi produksi dan tata urutannya, digunakan kode sekunder yang o ,otasi
8 A,/B<3
terdiri dari 4 simbol alfabetik yang masing-masing dapat ditetapkan c NC<4
le;,il]
o
sendiri oleh pengguna. Dalam Cambar 9-3,4 digit terakhir, pengguna 9 z Spesial utama

menetapkan informasi tentang dimensi, bahan, bentuk awal bahan


baku dan akurasi. Sumber: Hyer & Wimmerlov (1985)
Dari Cambar 9.4, terlihat bahwa jika sebuah part berada dalam
Gambar 9.3 Struktur Dasar Menurut Kode Opitzs
famili yang dibentuk oleh tiga digit menurut Opitz dengan kode 1 32
misalnya, maka part tersebut mempunyai rasio panjang terhadap di-
ameter berkisar 0.5 - 3.0 (digit pertama), part bertangga ke satu ujung
dan berlalu (digit ke dua) dan elemen-elemen permukaan dalam beru-
lir (digit ke tiga).

250 Perencanaan dan Pengendolion Produki Teknologi Kelompok 25t


tsentuk El(stemal, Bentuk lntemal Pemesinan Permu Lobang Penunjang ke dua dan ke enam. Jika digit pertama menggambarkan jenis materi-
K.I'3Pln Elemen B€ntuk Elemen Bentuk kaan Datar dan Gerigi Gear
Ekstemal lntemal
al, digit ke dua adalah kondisi khusus penyimpanan, digit ke tiga jenis
I ak ada Tak ada p€ Tak ada lobang
proses pemesinan dan digit ke empat, ke lima dan ke tujuh menggam-
0 t/D$.5 o el€ren bentuk 0 lobang 0 pmukaan 0 penuniang
barkan aspek dimensi dari produk tersebut sedangkan digit ke enam
1
:5
c o I aoa
aK
elemen
Pemukaan da-
tar/mlengkung
Aksial, tidak pada
diameter lingkaran
adalah proses penyepuhan tplating) tahap akhir maka ke dua jenis
menl bentuk 1 1

o
bentuk $tu a6h produk tersebut dapat dikelompokkan dalam sebuah famili produk
6 o
a Berulir Pemukaan luar Aksial pada uiung yang mempunyai kebutuhan material dan proses operasi yang sama.
2 g tJD >3 2 Berulir 2
o
2 datar 2 diameter lingkaran
ao o -=
o
o E
3 6
c
3 o
E t
6 BeElur 3 E
BeElur ueralur dan
3 celah 3
Radial tidak pada
diameter linkaEn
Jika sebuah famili produk memiliki kebutuhan besama reratif
E
! o n
I I ak ada elg Tak ada Aksial dan / atau
cukup besar maka penanganan produk-produk tersebut dapat diraku-
4 4 o
c
men benluk 4 o ele men 4 Poligon 4 radial dan / atau kan secara khusus (focused factory) dalam arti semua kegiatan yang
,
=
b6ntuk aEh lain

E Berulir remuraan AIGEI dAN / AtaU


terkait dengan pembuatan produk tersebut mulai dari tahap desain,
0
5 5 o Berulir 5 dalam datar dan /
5 o
atau @lah
Edial pada dia- pengadaan material sampai pada rnanufacturing dapat dilakukan se.
o 6 meter lingkaEn
0 o
to
o
6 B€mlur Gerigi runcinq
cara eksklusif. Jika demikian halnya maka sistem product layoutdapat
6 6 6 ! BeElur 6 o 6 datar/ ada celah
=
P
o 6 gear
dibangun sehingga operasi berbasis repetitif dapat diimplementasi-
7
I 7 Kmis
ueng sercng
kan. Proses operasi yang dapat dilaksanakan secara repetitif jelas akan
o 7 Konis 7 Poligon 7 gear
o
c geflgr €mnla sangat efisien/ekonomis sehubungan dengan volume produksi yang
rqrgon n€rnau
8 8 Bqulir 8 Berulir I okstemal poligon 8
E
o
L
cukup besar. Volume produksi yang cukup besar dapat diciptakan
9 9 LainJain I Lain-lain 9 Lai+hin I Lain+in karena penggabungan dari beberapa produk yang berada daram famili
tersebut. Focused factory menggabungkan variasi dan fleksibilitas dari
Sumber: Hyer &Wimnrerlov (1985)
job shop dalam aliran material (flow line) yang simpel dan efisien di
lantai pabrik.
Gambar 9.42 Atribut dari Part Berputar Menurut Kode Opitz
9,5 Focused Factory
9.4 Pembentukan Famiti Produk
Focussed factorydapatdiartikan sebagai bagian dari lantai pabrik
Telah dijelaskan bahwa produk-produk yang memiliki kesa- yang difungsikan untuk memproduksi produk-produk tertentu yang si-
maan karakteristik yang diidentifikasi dari hasil pengkodean akan fatnya repetitf. seperti telah dijelaskan, operasi produksi yang repetitif
dapat dikelompokkan secara bersama dan diklasifikasi sebagai sebuah
dimungkinkan karena dengan pembentukan pengelompokan produk
famili dari produk, pdrt ataupun komponen. Pada umumnya semua yang beragam ke dalam famili-famili produk, volume produksi pada
item dalam sebuah famili dibuat dari bahan yang sama, memiliki di- masing-masing famili akan besar. Fasilitas produksi untuk setiap famili
mensi yang berdekatan, membutuhkan mesin-mesin operasi, tooling
disusun sebagai sebuah sel yang melakukan operasi secara repetitif.
dan ruting yang sama. Misalnya dua jenis produk A dan I masing- Apabila jumlah famili cukup banyak maka jumlah sel juga akan ba-
masing memiliki kode tujuh digit 30200il dan 3t 20001. Kode kedua
nyak sesuai dengan jumlah famili. Hal ini seakan-akan memperlihat-
jenis produk tersebut sangat mirip karena perbedaan hanya pada digit

2s2 Pe rencanoan dan Pengendali an Produki Teknologi Kelompok 2s3


kan bahwa masing-masing sel berfungsi sebagai sub-plantyang bersifat automated transportation system untuk menghubungkan operasi antar
aotonomi dalam sebuah plant besar. Disebut autonomous p/at karena mesin akan sangat efektif.
setiap sel mempunyai mesin-mesin produksi sendiri, operator sendiri
Famili
bahkan tidak jarang pula mempunyai sistem maintenance, pengadaan,
1

engineering dan staf pendukung tersendiri. Masing-masing sel dapat


pula mempunyai spervisor dan manajer tersendiri jika ukurannya cu-
kup besar.
Famili 2
Konsep focussed {a1tory pertama kali dikemukakan melalui
tulisan oleh Wickham Skinner tahun 1974. Pada masa itu, beliau
mengemukakan manfaat besar yang dapat diperoleh apabila kon- Gambar 9.5 Focusse d Flow Lines
sep tersebut digunakan terhadap produk-produk tunggal. Pada masa
sekarang focussed factory diterapkan dalam manufaktur order-order
* Work cell
produk khusus dari pelanggan yang khusus pula seperti order berupa Dalam sebuah work cell mesin-mesin disusun mengikuti urutan
peralatan militer, aerospace, peralatan konstruksi bagi para kontraktor proses operasi yang memungkinkan beberapa famili dapat diproses
dan lain-lain. secara simultan atau paralel. Pada umumnya proses operasi untuk se'
tiap famili bersifat searah (unidirection) seperti terlihat pada Cambar
d factory memiliki beberapa bentuk yaitu focussed flow
Focusse
9.6. Apabila tidak searah (omnidirection) maka akan terjadi operasi
line, workcell dan focussed work center. Ketiga tipe focussed factory
yang zigzak sehingga aliran material menjadi rumit dan sistem mate
tersebut akan diuraikan secara ringkas berikut ini.
rial handling juga menjadi tidak sederhana.
* Focussed Flow Line
Familil
susunan mesin-mesin produksi pada focus sed flow /ine sangat
mirip deng an product layoutdengan sedikit pebedaan yaitu pada pro' Famili2
duA.layout, fasilitas produksi disusun hanya untuk membuat produk
tunggal sedangkan pada focussed flow line untuk memproduksi fa-
mili produk (lihat Cambar 9.5). Focussed flow line dapat digunakan
apabila setiap item yang ada dalam famili produk mempunyai urutan
proses operasi yang sama di samping waktu operasi pada setiap mesin
yang juga tidak berbeda secara signifikan. Famili Produk I atau Famili
produk 2 misalnya terdiri dari beberapa jenis produk yang akan di-
hasilkan tetapi masing-masing mempunyai urutan proses operasi yang
sama. Dalam operasi ini penggunaan conyeyor, gravity s/ides atau Gambar 9.6 Work Cell

dan Pengendatian Produksi Teknologi Kelompok 255


254 Pe rencanaan
* Focussed Work Center tuk manufaktur famili dari part atau komponen. Part yang dikerjakan
Focussed work center mirip dengan process layout di mana adalah mirip atau sama kebutuhan prosesnya misalnya dalam hal ope-
mesin-mesin produksi disusun berdasarkan kesamaan fungsi. Perbe. rasi, toleransi, dan kapasitas too/ pemesinan (Hyer & Wemmerlove,
daannya ialah bahwa pada focussed work center mesin-mesin tertentu 1985). Tujuan utama dari implementasi sistem manufactur seluler
dalam setiap area fungsional digunakan secara khusus untuk meng- ialah untuk meminimumkan waktu setup dengan mengambil manfaat
hasilkan familipart" Misalnya, apabila Famili I diproses maka semua dari kesamaan karakteristik dari famili part, waktu alir (flow time) me.
part atau komponen selalu mengikuti alur 5 M B W f sedangkan Fa- lalui minimisasi waktu setup, waktu pindah antar mesin (move time),
mili 2 selalu pula mengikuti alur S W C D f seperti terlihat dalam waktu tunggu (waittime) dan ukuran batch yang lebih kecil.
Cambar 9.7.
Untuk merancang sistem manufaktur seluler diperlukan serang-
kaian proses dan kegiatan sebagai berikut:

tr tr -t;t
-Li:l *trtr 1). Mengidentifikasi dan menyeleksi part berdasarkan kesamaan
Famili 1 ---+
2 --> g. ./
karakteristik desain dan fitur manufaktur dan kemudian menge-
lompokkannya ke dalam familipart
Famili
E}-__ tr 2). Menyeleksi mesin-mesin dan proses, kemudian mengelompok-
]_Gfn- t-*1 kannya ke dalam sel-sel
7 --t:{q 3). Menyeleksi tool, fixture dan pallet
4). Menyeleksi peralatan material handling dalam pabrik
5). Memilih tata letak peralatan (equipment layout)

trtr- ---l =f-E trtr -' -t'

Telah banyak pendekatan dikembangkan oleh para pakar untuk meran-


cang sebuah manufaktur seluler yang efektif. Beberapa pendekatan di
antaranya ialah Analisis Kelompok Mesin-Komponen (Machine Com-
Gambar 9.7 Focussed Work Cente,r ponent Croup Analysis), Algoritma Cugus Peringkat order (Rank order
Dengan alur yang tetap tersebut penjadwalan mesin menjadi seder= Clustering Algorithm), dan pendekatan Koefisien Kesamaan atau Ke-
hana, waktu setup mesin rendah dan pengendalian mutu mudah di- m i ri pan (S i m i I a r ity Coeff i c i e nt-Based Ap p roach).

lakukan.
* Machine-Component Group Analysis
9.6 Sistem Manufaktur Seluter Analisis ini dilakukan berdasarkan analisis aliran produksi (pro-
duction flow analysis). Dengan pendekatan ini, kelompok mesin-
Manufaktur seluler (cellular manufacturing) adalah suatu sistem
komponen dibentuk melalui pengubahan baris-baris dan kolom dari
aplikasi dari teknologi kelompok dalam manufaktur di mana semua
machine-component chart ke dalam bentuk zermne matrix. Ada tiga
atau sebagian dari sistem manufaktur di lantai pabrik dikonversikan ke
tahap kegiatan dalam analisis aliran produksi yaitu:
dalam sel-sel. Sebuah sel manufaktur adalah satu gugus mesin-mesin
atau proses yang ditempatkan berdekatan dan digunakan khusus un-

Pe re ncanaan don Pengendalian Produki Teknologi Kelompok 257


-f

Tahap 1: Klasifikasi mesin berdasarkan operasi yang dapat dilakukan Tabel 9.3 Pengelompokan Mesin dan Komponen
pada mesin tersebut. Setiap operasi yang dapat dilakukan
oleh suatu mesin diberi nomor tertentu.
Tahap 2: Pengecekan part list dan informasi rute produksi untuk se-
tiap part yang terdapat dalam famili.
Tahap 3: Analisis kelompok mesin-komponen untuk mendapatkan
kelompok yang bersesuaian.

Untuk memudahkan pemahaman terhadap tahap-tahap tersebut di


bawah ini diberikan sebuah contoh sederhana seperti ditunjukkan
* Rank order Clustering Algorithm
oleh Tabel 9.2. Algoritma pembentukan kelompok mesin-komponen ini relatif
sederhana dan didasarkan kepada penyortiran baris dan kolom dari
Tabel 9.2 Komponen dan Mesin Operasi Terkait matriks insidensi mesin-komponen (machine-<ompanent incidence
Komponen matrix). Algoritma ini terdiri dari empat step kegiatan sebagai berikut:
Mesin
t 2 3 4 5 6 Step 1: Berikan bobot binar dan-hitung bobot desimal untuk masing-
M1 1 1 1
masing baris dan kolom dengan menggunakan formula beri-
M2 1 1 1
kut:
M3 1 1 1

M4 1 1 1
Bobot desimal untuk baris ke i : ii,or*-o
P=1
Angka 1 menunjukkan bahwa komponen terkait mengalami operasi
pada mesin yang terdapat dalam baris yang bersesuaian. Misalnya Bobot desimal untuk kolom ke i: i60,2*o
Komponen 2, 3 dan 6 pada masing-masing mesin Ml, dan M3. Sel P=1
yang kososng menunjukkan komponen bersangkutan tidak berkaitan
dalam hal operasi dengan mesin yang tertera dalam baris yang ber- dimana, i 7,2,3,......n, merujuk kepada baris matrik,
sesuaian. Misalnya Komponen 1 tidak mengalami operasi pada mesin I 1,2,3,.-....m, merujuk kepada kolom matrik
Ml dan M3. bii bilangan biner;
Dari contoh sederhana di atas, mudah dikelompokan mesin dengan bii I jika komponen i dikenakan operasi pada
komponen yang dikenakan operasi yaitu seperti ditunjukkan dalam mesin i

Tabel 9.3. 0 jika komponen i tidak dikenakan operasi


Komponen 2, 3 dan 6 dapat dikelompokkan dengan mesin MI pada rnesin i
dan M3 sedangkan Komponen 'l , 4 dan 5 dikelompokkan dengan me- Step 2: Tentukan peringkat baris rJaiarn lrutan nilai l:obot desinral
sin M2 dan M4. Dengan demikian, terdapat dua kelompok mesin- menurun
komponen berdasarkan analisis aliran produksi. Step 3: Ulangi Step 1 dan 2 untuk setiap kolorn

2s8 Perenconaon dan Pengendalion Produksi Teknologi Kelompok 259


Step 4: Lanjutkan sehingga tidak ada perubahan pada posisi masing- Dengan cara yang sama, bila dilakukan untuk setiap baris
masing baris elemen baris dan kolom sebagai contoh, perha- hingga diperoleh ekivalensi desimal seperti pada tabel 9.2
tikan matrik mesin-komponen dalam Tabel 9.4.
Tabel 9.5 Ekivalensi Desimal tJntuk Baris

Tabel 9.4 Matrik Mesin-Komponen Komponen


1 2 3 4 5 6 7 B 9 10 Ekiva-
Mesin Komponen lensi
Mesin Bobot Biner
desimal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2e 28 21 26 2s 24 23 22 2l 20
M1 1 1 1 1 1 1 I 1
M1 1 1 I 1 I 1 1 1007
'l
M2 1 1 1
M2 1 I 1
,l
1 451
M3 1 1 1 1
M3 1 1 1 568
M4 1 1 1 1 1 1
M4 1 I 1 1 1 455
M5 1 1 1 1 1 11 1 1 M5 1 1 1 1 1 1 1 1 020

Stepl: :
Bila m jumlah kolom; p : jumlah baris dan bii : bilangan
biner maka: Step 2: Susun baris berdasarkan urutan menurun bobot serta desimal

Bobot desimal baris ke i : I baris serta hitung bobot desimal kolom.

kolom I :1 ialah: - (1X2)'"' : 512 Bobot desimal untuk kolom i: I ialah: ii,rr^-,
Bobot desimal baris ke i : 1 P=1

kolomi :2 ialah: : (1X2)'t' :256 Bobot desimal untuk kolom i: I, baris i: 1: (1XZ;u-.' - U
Bobot desimal untuk kolom j : , baris i:2: (1XZ1r-, -
1 U
: Bobot desimal untuk kolom i : 1, baris i:3: (1)(2)r3 : q
Bobot desimal baris ke i : / Bobot desimal untuk kolom i - 1, baris i:4: (1)(2)5-+ : 2
koloml : 6 ialah: (1X2)rffi : 0 Bobot desimal untuk kolom j :1, baris i:5: (1X2)s-s : 0
n
i:lbr,z'-P : 16 + 8 + 4 + 2 + o : 28
Bobot desimal baris ke i :1, P=t
kolom i :10 ialah: (1X2)lo-10: 1
Dengan cara yang sama dihitung untuk kolom i 2, 3, 4 dan :
Maka untuk baris i:1. 10 ,, : 512 + 256+ ...'.+ 0 5 sehingga hasilnya adalah seperti terlihat dalam Tabel 9.6.

+.....+ 2 :1oo7 Zb'r2"

2@ Pe renconaon dan Pengendali on Produksi Teknologi Kelompok 261


Tabel 9.6 Ekivalensi Desimal Untuk Baris Dari hasil pembobotan desimal kolom dan baris seperti ditunjukkan
dalam Tabel 9.6 diperoleh bahwa adatiga kelompok yang dapat diben-
Komponen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 tuk yaitu Kelompok Mesin-Komponen (Ms,Ml,M3 - 1,5,7,2,3,4,8);
Bobot Bobot Binari Kelompok Mesin-Komponen (M i-6) dan Kelompok Mesin-Komponen
Mesin Binari
(M2,M4 - 9,10).
2e 28 27 26 2s 24 23 22 2l 20
'I
* Pendekatan Berdasarkan Koefisien Kemiripan (Similarity
M5 1 1 1 1 1 1
24 Coefisientl
M1 23
1 1 I 1 1 1 1 1 1
Metode pembentukan famili part dan kelompok mesin ber-
M3 1 1 1 dasarkan pendekatan koefisien kesamaan atau kemiripan telah banyak
22
dikembangkan. Beberapa di antaranya yang telah dikenal secara luas
M4 2l 1 1 1 1 1
ialah metode Single-Linkage Cluster Analysis (McAuley, 1972), Ave-
M2 20
'|
1 1
rage-Linkage (,Safoddini & Wolfe, t986), Complete Linkage, Centroid
Ekivalensi Desi- and Median (Mosier, l9B9), Mathematical Classification (Purchek,
28 27 27 27 28 20 28 26 11 1t
mal Kolom t 989) dan Cluster ldentification Algorithm (Kusiak and Chow, 1gB7).
Dasar dari pendekatan ini ialah pengukuran kesamaan atau kemiripan
Step 3: Susun urutan kolom berdasarkan urutan menurun bobot desi-
antara mesin-mesin, tool, fitur desain dan lain-lain untuk membentuk
mal kolom
famili part dan kelompok mesin. Berikut ini hanya pendekatan Single-
Tabel 9.7 Susunan Baris dan Kolom berdasarkan Urutan Menurun Linkage Cluster Analisis (SLCA) saja yang dikemukakan.
Bobot Desimal Pendekatan SLCA dikembangkan oleh Mc Auley tahun 1972.
Komponen
Ekiva-
Beliau menggunakan metode pengelompokan mesin secara hierarkis
'I
5 7 2 3 4 B 6 9 10
yang dikenal sebagai single-linkage c/uster analysis dengan menggu-
Bobot lensi
Mesin Bobot Binari Desimal
Binari nakan koefisien kemiripan mesin-mesin untuk membentuk sebuah po-
Baris
2e 28 27 26 2s 24 23 22 2l 20 hon yang disebut dendrogram. Koefisien kemiripan antar dua mesin
1 020 didefinisikan sebagai rasio antara banyaknya part yangmembutuhkan
pengolahan pada kedua mesin tersebut secara bersama dan banyaknya
part yang diolah pada masing-masing mesin. Secara matematik, rasio
M3 1 1 1 900 tersebut dirumuskan sebagai berikut:
22
M4 1 1 123
2l 1 1

M2 1 1 1 115 Zx,io
20 k=1
5r= N
Ekivalensi De 28
simal Kolom
28 2B 27 27 27 26 20 1'l 11
ItIo +zip-xiir)
k=1

262 Perenconoon dan Pengendalian Produksi Teknologi Kelompok 263


I
"I
i

dimana, X,o : Operasi pada part k yang dilakukan pada mesin i Step 1: Koefisien kemiripan antara mesin Ml dan mesin M2 adalah:
dan mesin i
5,, : : 0.556
Yk : Operasi pada part k yang dilakukan pada mesin i (9+5-5)
Ztk : Operasi pada part k yang dilakukan pada mesin i Seluruhnya ada 10 pasangan beranggotakan dua mesin yang dapat
Dendrogram pada dasarnya ialah sebuah pictorial yang menggam- dibentuk dari ke lima mesin tersebut. Dengan cara yang sama di-
barkan rangkaian kemiripan antara mesin-mesin yang diukur sebagai peroleh koefisien kemiripan untuk pasangan-pasangan antara mesin-
koefisien kemiripan. Algoritma untuk mengukur koefisien kemiripan mesin lainnya yaitu sebagai berikut:
tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 9.8 Pasangan Mesin-mesin Beranggota Dua
Step 1: Hitung koefisien kemiripan untuk semua pasangan mesin
Pasangan Mesin Beranggota Dua
yang mungkin dibentuk
M1 M1 M1 M1 M2 M2 M2 M3 M3 M4
Step 2: Pilih dua mesin yang paling memiliki kemiripan untuk mem-
M2 M3 M4 M5 M3 M4 M5 M4 M5 M5
bentuk sel mesin
Koefisien Ke. 0.55 0.30 o.67 o.70 0.00 0.83 0.30 0.00 0.50 0.40
Step 3: Turunkan tingkat kemiripan yang disebut nilai treshold dan mirioan
bentuk sel-sel baru dari mesin dengan mengikutsertakan
semua mesin dengan koefisien kemiripan tidak kurang dari
Step 2: Koefisen kemiripan yang tertinggi ialah pada pasangan M2-
M4 yaitu 0.83. Pilih pasangan mesin M2-M4 dan bentuk se-
nilai tresho/d.
buah sel.
Step 4: Lanjutkan Step 3 hingga semua mesin telah dikelompokkan
Step Koefisien kemiripan berikutya yang di bawahnya (tresho/d)
3:
ke dalam sel tunggal.
ialah 0.70 yang berada pada pasangan mesin Mt-M5. Bentuk
Jika algoritma ini digunakan terhadap matrik mesin-komponen sel kedua dengan pasangan mesin M2-M5
dalam Tabel 9.4 maka untuk pasangan mesin Mt- M2 misalnya di- Step.4: Lanjutkan pembentukan sel-sel baru dari pasangan-pasangan
peroeh bahwa banyaknya paftyangdiolah bersama oleh ke dua mesin yang ada berdasarkan nilai koefisien terendah berikutnya dan
tersebut (X,r): 5. Banyaknya part yang diolah pada mesin Ml atau seterusnya. Dari pasangan-pasangan ini dibentuk dendrogram
N--9 sebagai berikut:
(|Y,u): 9 dan banyaknya partyang diolah pada mesin M2 atau
Dalam pasangan M2-M4, pasangan Ml-M5, pasangan M1-M4 terlihat
k=l
bahwa salah satu atau kedua mesin dalam pasangan yang terakhir ini
N=9 telah mencakup mesin-mesin dalam pasangan sebelumnya. Dengan
(zzik): s- demikan, pasangan mesin-mesin M1-M2, M4-M5 membentuk sebuah
k=1
kelompok mesin. Dalam pasangan selanjutnya yaitu pasangan mesin
Mt-M2, mesin Mt dan M2 sudah ada dalam kelompok mesin Ml-M2-
M+Ms maka secara otomatis tidak membentuk sel baru. Pasangan

Pe renconoan dan Pengendolian Produksi Teknologi Kelompok 265


2U
?
*
mesin-mesin lain berdiri sendiri sebagai sel terpisah. Konfigurasi Alter-
mesinberikutnyaialahM3-M5dengankoefisien0.50.Sebuahselun- natif 3 ialah mesin M2 dan M4 membentuk sebuah kerompok mesin,
tukpasanganinitidakdapatdibentukkarenamesinM5sudahberada mesin Ml dan M5 sebuah kelompok mesin lain dan mesin M3 sebuah
mesin M3 mem-
dalam sebuah kelompok mesin' Dengan demikian' kelompok mesin. Konfigurasi Alternatif 4 ialah mesin Ml, mesin M2,
bentukseltersendiri.Dendrogramdarisel-selmesin-mesintersebut mesin M4 dan Mesin M5 membentuk sebuah kelompok mesin dan
adalah seperti ditunj'ukkan dalam Cambar
9'B'
mesin M3 sebagai sebuah sel. Konfigurasi Alternatif 5 ialah semua
M4 M2 M5 MT M3 mesin dijadikan sebagai sebuah kelompok mesin.
1.00
Tabel tersebut memperlihatkan bahwa makin banyak jumlah
c6 0.80
cr
'=
mesin yang menjadi anggota kelompok mesin makin rendah koefisien
'E 0.60
o konfigurasi. Hal ini cukup wajar karena makin banyak anggota sebuah
:z
c 0.40 kelompok secara umum menunjukkan makin banyak perbedaan yang
,9
.9
ditemukan antara satu anggota dengan anggota lain Masarah yang
E
:Z
0.20
perlu dicari jawabannya ialah konfigurasi alternatif mana yang paling
optimum untuk dipilih. Kriteria yang dapat digunakan sebagai dasar
Gambar 9'B Dendrogram Sel-Sel Mesin pilihan cukup banyak tetapi di antaranya yang dipandang cukup wajar

Dari dendrogram ini dapat digambarkan konfigurasi sel-sel alternatif ialah total biaya material handling antar sel minimum dan juga ge-
dan M5 seperti terlihat rakan-gerakan intrasel (dalam setiap sel)juga minimum. Dalam meng-
dari ke lima elemen mesin Ml, M2, M3' M4
gunakan kedua kriteria tersebut, perlu diperhatikan pengaruhnya ter-
dalam Tabel 9.9.
hadap layout kelompok-kelompok mesin, layout mesin-mesin daram
Tabel 9.9 Konfigurasi Sel-Sel Alternatif kelompok dan tata urutan operasi dari part melalui sel-sel mesin dan/
atau kelompok mesin.

Ekspektasi total jarak gerakan sebuah komponen dari sekelom-


(M-1), (M2), M?, W!4)10vls) pok komponen menuju sebuah sel akan dapat ditentukan apabira me-
(M2-M4), (M5), (M!),(w sin-mesin dalam sel disusun dalam jajaran garis lurus, empat persegi
(M2-M4), (M1-M5), (M3)
atau bujur sangkar. Namun demikian, sebuah model pendekatan telah
(Mt-M2-M4-M,), (y!2
dikembangkan dengan menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut
(M1-M2-M3-M4-M2
(Singh, 1996):
Terlihatbahwaada5alternatifkonfigurasiselyangdapatdibentuk. . Mesin-mesin diletakkan secara random
KonfigurasiAlternatiflialahmasing-masingmesinberdirisendirise- o Hanya ada satu jarak antara setiap mesin dalam sebuah kerompok
bagaisebuahselyangterpisah.Alternatifinisamasekalitidakmern- mesin
relatif terhadap kompo-
peihatikan faktor kemiripan dari mesin-mesin " Sebuah parr harus menuju dua mesin dalam sebuah kelompok
nenyangdikerjakanpatiarnesin-mesintersebut.KonfigurasiAlternatif mesin beranggotakan N buah mesin.
kelompok mesin da;r
2 ialah llerin M2 dan M4 membentuk sebuah
Teknologi Kelompok 267
266 Perencanaon don Pengendalian Produksi
H

Model pendekatan berdasarkan asumsi tersebut menjelaskan figurasi Alternatif 3, Tabel 9.10 ditransformasikan ke datam bentuk
bahwa ekspektasi jarak p buah part antara dua mesin dalam sebuah matrik mesin-komponen maka akan terlihat sebagai berikut:
sel yang mempunyai kelompok dengan N buah mesin adalah sebagai
Tabel 9.1o Matrik Mesin-Komponen rJntuk Konfigurasi Atlternatif 3
berikut:
: t Nl1 I(p)
Mesin Komponen
. Pada straight-line layout(O -"
3 5 2 3 4 7 I 9 to 6
MI
. Pada rectangular layoutdengan M baris masing-masing I- buah
(O :lM *L M2 1 I 1
mesin ialah t l(r)
t\r'
3 M4 1 1 I
M3 'l
I
n Pada square layout (O:2{ 1

Dalam kelompok mesin Mt-M5,jumlah gerakan merarui kedua mesin


tersebut ialah 7 dan dalam kelompok mesin M2-M4jumlah gerakan
Jumlah jarak pergerakan dalam sel ke i untuk konfigurasi ke
melalui kedua mesin tersebut ialah 5 yang terdiri dari 2 gerakan di
m dalam kelompok mesin dan 3 gerakan di dalam dan di luar kelompok
i -l}diikiil(Pl, mesin. Pada sel M3 tidak ada gerakan dalarn sel karena hanya ada satu
i, mesin.
di mana,d.. : ekspektasi jarak pergerakan antara dua mesin untuk
Total jarak untuk seluruh gerakan intraser :Trr, * frst * o
konfigurasi sel ke i 11
a L.
-
k,, jumlah pergerakan antara dua mesin oleh semua part
untuk konfigurasi dalam sel ke l. Jumlah gerakan intrasel adalah 10. Misalkan unit biaya per gerakan
intersel C, :$Z.OO dan intrasel C, + $ t.OO. Maka total biaya untuk
Total biaya pergerakan inter dan intra seluler (TC,) untuk konfigurasi Konfigurasi Alternatif 3 ialah:
m
ke i ialah sebagai berikut: TCi =C,N, + Cr4d,ik,i m
I fCr-C,N,+C2\.diikii
,
dimana, Cr unit biaya pergerakan intersel : ($ 2.00)(10) + ($l .00X12)
C2 biaya per unit jarak dalam intrasel : $ 32.00

N, : jumlahpergerakandalamintersel untukkonfigurasisel Bila dihitung total biaya pergerakan inter dan intraseluler untuk ma-
kel sing-masing konfigurasi alternatif maka diperoleh gambaran biaya se-
bagai berikut:
Untuk memudahkan pemahaman terhadap model di atas perhatikan
contoh berikut. Misalkan dievaluasi Konfigurasi Alternatif 3. Jika Kon-

268 Perencanaon dan Pengendali on P rodu ksi Teknologi Kelompok 269


F
Tabel 9.1'lTotal Biaya Pergerakan lnter dan lntraseluler Untuk Setiap o Waktu proses per unit (trr6)
Konf i gu rasi Alte r n atif .
Total
t.rkp : tmskp , jika proses operasiso terhadap part k dikerjakan
fumlah Total farak
Alter- Pergerakan Pergerakan Biaya pada mesin m dengan menggunakan kombinasi
Konfigurasi
natif lntersel !ntrasel ($) plan kp
I (M1), (M2), (Mi), (M4), (M5) 22 0 44 : oo , jika operasi tersebut tidak dapat dikerjakan pada
2 (M2-M4), (M5), (Ml), (M3) 1B 5 41 mesin m
32
3 (M2-M4), (Ml-M5), (M3) 10 12
o Paramater
4 (Mt-M2-M4-M5), (M3) 4 30 38

5 (Mt-M2-M3-M4-M5) 0 44 44 a.s(p 1, jika operasi so harus dilakukan dengan kombinasi kp


0, selainnya
Dari.tabel di atas terlihat bahwa Konfigurasi Alternatif 3 memberikan CT, 1, jika operasi so dikerjakan pada mesin m untuk kom-
total biaya terkecil sphingga merupakan alternatif terbaik yang dapat
msKp

binasi plan kp
dipilih. 0 , selainnya
p* 1 , jika part k adalah anggota dari famili f
9.6 Model Programa Matematik 0 , selainnya
Model ini dikembangkan oleh Nanua singh, Department of tn- C^ biaya pemesinan pada mesin tipe m
dustrial and Manufacturing Engineering, Wayne State University. B Jumlah budget
Misalkan ada k tipe part (k*1, 2, 3, -..--....K) yang masing-ma-
2,, jumlah mesin tipe m dalam famili f

sing tipe dibutuhkan sebanyak do unit dan m tipe mesin


(m * 1 , 2, i, Z,r jumlah mesin tipe m dalam sel c

-... U)'y^ngmasing-masing memfunyai kapasitas b^. Juga dimisalkan o Variabel-variabelkeputusan:


bahwa part kmembutuhkan s*operasi (so : 1, 2, 3,"""''Sr )' Operasi Yke 1, jika partkdibuat dengan menggunakan plan p
yang dikenakan pada part menggunakan plan p di mana P: 1,2, 0, selainnya
3,,-....p) 1, jika mesin m digunakan untuk melakukan operasi s*
kmskp
Biaya proses operasi per unit (unit proces.sing cost) dan waktu untuk kombinasi kp
proses per unit (unit processing time) adalah sebagai berikut: 0, selainnya

o Biaya proses operasi Per unit (.-*)


: jika proses operasis*terhadap part k dikerjakan
Fungsi Tujuan f, =\C*Z^, (9.1)
cmskp cmskp ,
pada mesin m dengan menggunakan kombinasi
plan kp
-@ , jika proses operasi tersebut tidak dapat dikerjakan
pada mesin m

Perencanaon dan Pengendalian Produki Teknologi Ketompok 271


270
*
#

Fungsi Pembatas:
Tabel 9.12 Data waktu operasi dan Biaya operasi per unit
PartlOperasi Tipe Mesin
LYoo - 1,......... ntuk semua harga k (e.2)
p
m-l m:2 m-3
s:1 s-2 s:3 s: I s:2 s-3 s- I s-2 s-3
k:t p:l 5/3)* 3ls
Ld*r*px*skp = askpYkp "untuk semua harga s' k' p (e.3)
p-2
712 413 10
8/8 918 7/7 7/9
k-2 D-l 3/4 10/9 7lB Bl9 4/3 7/7 10
Ikos (Prrdt )x 1 b ' untuk sem ua harga m' f (9.4) p:2 6/s 313 6/6 2/3
^rkpt^skp ^Z ^f k:3 p*l 2/2 313 2/2 414 10
p*2 11/7 112 Bl8 2/4
(e.s) p:3
ldoX*roocmskp 3 B ' Bl1 714 s/9 9/5 9/2 3/10
kpms k:4 p:1 112 3/s 213 216 2/1 2/4 10
o:2 9/7 9tB 8/9 'tol9
Fungsi tujuan ialah meminimumkan total discounted investment me- Kapasitas 100 100 100
sin-mesin dengan berbagai tipe yang digunakan untuk mengerjakan
part dalam semua famili. Fungsi pembatas (9.2) memberikan batasan *) ab menunjukkan bahwa a adarah waktu proses per unit dan b biaya proses pet
bahwa hanya satu rencana (plan) proses yang dipilih dari setiap part, unit
dan fungsi pembatas (9.3) menjamin bahwa hanya semua operasi Model matematik pemecahan masalah di atas dirumuskan sebagai
dalam rencana proses dilakukan pada satu mesin yang tersedia. Se- berikut:
dangkan fungsi pembatas (9.4) menjamin bahwa kapasitas mesin yang
tersedia tidak terlampaui dan fungsi pembatas (9.5) membatasi biaya Fungsi Tujuan: Min f :100 Zr, * 1OO 212 + 25O Zr, * 25O Zr, +
operasi yang tidak melebihi budget yang tersedia. 3OO231+ 300Z*

Contoh sebuah masalah yang dapat digambarkan dengan model Fungsi Pembatas:
matematik di atas adalah sebagai berikut; Perusahaan industri manfak- 1. Pemilihan Rencana lptan)
tur P-T XYX memproduksi 4 tipe part yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pelanggannya. Berdasarkan proses pengkodean dan klasifi- Y11 +Y1, = 1
kasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa part 1 dan part 2 berada Y21 +Y2, = 1
dalam Famili part t sedangkan part 3 dan part 4 berada dalam Famili Yr, +Yrr+ Yr, = 1

part 2. Part-parttersebut dapat diproses pada 3 tipe mesin tetapi proses Ya1 +Yo, = 1
alternatif juga telah ditemukan/dapat dilakukan. Biaya pengadaan ke-
tiga mesin ialah masing-masing $100, $250 dan $300 sedangkan bud- 2. Pemilihan mesin (machine)
get yang tersedia hanya $350. Biaya proses operasi per unit dan waktu
proses operasi per unit untuk setiap part dan rencana proses alternatif Xrrrr *X:rr, -yrr =0
adalah seperti terlihat dalam Tabel 9.t 2. Xttzt + Xsrz, -Yz.t = O

272 Perenconoon dan Pengendalian Produksi Teknologi Kelompok


273
tr
{ I

{
+

20xti3l +1OXl13. +20Xilo1 +7OXya2+7OXp32 +40X1331 +5OXt34t +30Xr23, +2OX2..IJ|+


Xrrr, *Xr,r'' -Y, 0
gOX2,,.)+3OX2241+IOX2242+8OX2rr2 +50X2333 +6OXrror+2OX3131 +2OXr,,3+10x3t4r
X,rrr*Xr,rr-Y' 0 +

X,,o, *Xr,., -Yo, 0 gOX


rro, + 4OX rrr, + 4OX 3.2,2+ I 00X3233 + 4OX rror+ 9OXrro, < 350

X,,or*Xr',or-Yo, 0
5. Non-negative constraints
Xrrr, *Xrr,. -Y,,', 0
Untuk semua harga m, s, k,p berlaku: X^rkp ( 1,.......
Xrrr, *Xrrr, -Y,,, 0
Xrrr, *Xrrr, -Yr', 0 X
-skp
2 0,...... dan integer.
xrrr, * xrrr, - Y* 0 Bila zero-one integer programming di atas diselesaikan maka di-
xrrr, *Xrrr, -Y, 0 peroleh penyelesaian optimum sebagai berikut:
Xrrr, *Xrrr, -Y, 0 t,
Al
Xr.rr, *Xrrr, -Y, 0
Xrro, *Xrrr, -Yo,, 0 Sel 1: Part 1 dan part2diproduksi pada mesin tipe I dan tipe 2 yaitu
Xrro, * Xrro, - Yo, 0 2 unit mesin tipe 1 dan 1 unit mesin tipe 2
X,r,, *Xrrrr -Y', 0 Sel 2: Part 3 danpaft4 diproduksi pada mesin tipe 1 dan tipe 2 yaitu
X,rrr *Xrrr', -Y, 0 1 unit mesin tipe 1 dan 1 unit mesin tipe 2
Xrrr, * Xrrr, - Y* Rencana (plan): Plan 1 digunal<an untuk paft ",
, part 3 dan part 4
X,rrr*Xrrrr-Y, 0 PIan 2 digunakan untuk part2.
X,rrr*Xrrrr-Y, 0
Xrrn, *Xrro., -Yo, 9.8 Benefit Teknologi Kelompok
Berbagai keuntungan yang dilaporkan oleh perusahaan yang
3. Kapasitas
< mengimplementasikan teknologi kelompok adalah sebagai berikut:
5OXr rr r + 30Xr r2r + B0Xr3r2 + 1 OOXr32r + 60Xr322 - 1 00Zr r 0
+ 3}Xrrrr+7OXr3r2 * 80Xrrr, + 6OX:II22 -'|OOZ21 3 O
30X22r r + 90X22 12 +7OX222.t
1 0023r s 0
a. Perancangan Produk do
7OX3r r r + 4OX3r 2t + 4OX 3211 + 7 OX r212 + 7 OX 3221 + 2OiX :ntz-

+ 80Xr + + 90 Xn42 +'11 OXr332 + 70Xr333 + 30xr34t - 1 00212 < 0 o Perancangan part baru semakin berkurang
2OXr rr r33 1 OXr r4r

30X223r+'10X2232+50X2233 +2OX2241+gOX2242+BOXB32+90X2333 +20X2141-100222<O


" Jumlah gambar-gambar teknik menurun karena telah terstan-
2OX3r3r + gOXr ,, + 2OXrror+ 8OX3r42 + 40Xrrr, + 2OX3B2 + 3OX32lr + 20X3241+
100x3242 - darisasi
1o0zr2 < 0 o Kegiatan drafting di ruang pembuatan gambar teknik menu-
run
4. Budget o ldentifikasi terhadap part substitusi semakin mudah
+3OX2222+
3oxrrrr +40xil2, +80X,312 +90X1321 +50X,322 +5Ox22rI +80X2212 +80X2221

+70Xv1+30X3222 +
7OXsr2 +90Xr12, +6OX422+ 20X3111 + 30X3,r, + 30X3211 90X32,2
+

Teknologi Kelompok
274 Perencanoan dan Pengendalian Produksi 275
&

b. Perencanaan Layout . Prosedur evaluasi terhadap vendor semakin sederhana se.


o Luas lantai pabrik yang dibutuhkan semakin berkurang hingga kemungkinan penerapan lust-in-time dalam pembe'
o Kebutuhan miaterial handling yang dibutuhkan semakin I ian semakin dimungkinkan

berkurang h. Pelayanan Pelanggan


L. Spesifikasi Peralatan, fools,/igs dan Fixtures o Estimasi biaya-biaya yang ditanggung pelangan semakin mu-
o Peralatan menjadi terstandardisasi dah dihitung
o tmplementasi sistem manufaktur selular " Manajemen terhadap spare parts semakin sederhana sehingga
o Jumlah alat-alat bantu, pallets,iigs dan fixtures berkurang respons dalam pelayanan kepada pelanggan sernakin cepat
. Biaya-biaya pembuatan part baru berkuran8 secara signifikan
d. Perencanaan Proses manufacturing -oo0oo-
o Biaya setup dan waktu produksi berkurang secara signifikan
o Ruting alternatif semakin tersedia/mudah ditemukan
. pembebanan mesin produksi (loading loading) semakin mu-
dah dilakukan
. Jumlah operasi pemesinan (machining operation) semakin
berkurang
Pengendalian Produksi
o Work-in progress menurun tajam
o ldentifikasi stasiun kerja kritis (bottleneck operation) mudah
dilakukan
o Atiran material semakin lancar dan biaya persediaan produk
akhir menurun Perubahan terhadap jadwal operasi dapat di-
respons semakin cePat
f. Pengendalian Mutu Manufacturing
o Jumlah partyangcacat semakin menurun
r lnspeksi semakin mudah dilakukan
o Akuntabilitas operator dan supervisor semakin mudah diting-
katkan
o Pembelian
. Pembelian lebih ekonomis karena informasitentang kebutuh-
an material Yang sangat lengkaP

276 Perencanoon don Pengendalian Produksi Teknologi Kelompok 277


BAB

10
Pull Production System

10.1 Push vs Pull Production System


stilah push dan pull dalam sistem produksi mengemuka ti-
dak lama setelah Taiichi Ohno dari Toyota Motor berhasil
mengembangkan sistem produksi di perusahaan motor Toyota
dan mengangkatnya ke level dunia. Sistem yang dikembangkan oleh
Ohno tersebut diakui sebagai sebuah sistem produksi yang memiliki
keunggulan tertentu di antara sistem-sistem produksi yang telah di-
kenal sebelumnya. Seperti dijelaskan dalam sejarah penemuan sistem
produksi Toyota yang dikenal luas dengan sebutan ToYota Produc-
tion System , Taiichi Ohno menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk
menemukan cara perbaikan sistem koordinasi seluruh unit atau bagian
dalam jaringan produksi tanpa menimbulkan persediaan yang besar.

Masalah utama yang dilihat oleh ohno dalam industri otomotif


yang d i kelolanya ialah su I itnya mengkoord i nasi kan kegiatan prod u ksi
dengan pengiriman bahan dan part pada kegiatan sub-asembly dan
kegiatan final assemb/y. Proses menjadi kompleks bukan karena fak-
tor teknologi tetapi karena demikian banyaknya komponen dan part
yang sebagian berukuran besar, sebagian lagi berukuran kecil yang
diproduksi oleh ribuan pekerja hanya untuk sebuah mobil. secara
q

r-

terdisional, pengkoordinasian akan relatif mudah dilakukan apabila &


ditentukan melalui perhitungan mundur dari jadwal pengiriman di-
rnasi ng-masi ng komponerr d i kendal i kan melal ui persed iaan. Bi la kebi- kurangi dengan waktu lamanya proses pembuatan pada setiap stasiun
jakan ini dilakukan maka timbul pula masalah pada biaya persediaan
kerja secara berurutan dan waktu pengadaan input. Karena operasi di-
yang sangat berlebihan karena akan membuat biaya produksi menin- lakukan dari satu stasiun kerja menuju stasiun kerja di depannya maka
gkat tajam. Ohno berjuang selama 5 tahun untuk menemukan cara sistem tersebut dinamakan sistem dorong (push production system)
pengkoordinasian yang lebih baik untuk menghindarkan. yang aftinya operasi di depan mendorong operasi berikutnya secara
Beliau akhirnya berhasil menemukan cara berdasarkan pelajar- berantai (lihat Cambar 10.1).
an yang diperolehnya dari cara orang Amerika berbelanja di super-

,4;\/-\^ / \/-\/\r-\n
Upstream Down stream
market. Dia mengamati bahwa mereka yang berbelanja setiap bahan
kebutuhan hanya membeli secukupnya dan tidak pernah berpikir
untuk membuat persediaan. Untuk menjaga agar kebutuhan selalu
terpenuhi maka seseorang harus melakukan kunjungan ke supermar-
a o a o a @ a @i:'i"r
baiu

..Kd*1l8unt ,.___r, t.r--rl \,\,


\--// \---l

ket. Supermarket juga belajar dari cara pelanggannya berbelanja yang


selalu menghindarkan persediaan. Supermarket menghitung berapa A lnarocess buffer

banyak barang yang terjual setiap hari dan berdasarkan data itu dia-
dakan pembelian dari perusahaan pemasok sebanyak yang dipesan.
/\
o Operasi pada stasiun kerja

Aliran bahan antar stasiun kerja yang mengalir dari operasi hulu
Dengan demikian, supermarket terhindar dari kebijakan persediaan. ke opersi hilir

Di mata para pengusaha Jepang, persediaan adalah salah satu ben- sisnat) dari stasiun keria sebelumnva mengalir
\ t-- , ti'r',TJ,lt'r'Jltl"rder
tuk pemborosan sumber daya yang tidak boleh ditolerir. Jadi, untuk -'

menghindarkan penumpukan persediaan, maka penggantian (reple- Gambar 10.1 Aliran Bahan dan Signal antar Stasiun Kerja dalam
nishment) barang dilaksanakan hanya sebatas pengisian ulang barang Sistem Dorong.
yang keluar dari rak (she/ves) dan tidak untuk mengisi gudang perse-
Untuk memudahkan pemahaman sistem tarik, perlu diperjelas
diaan. Sistem ini menunjukkan bahwa pelanggan menarik barang dari
terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan sistem dorong. Sistem do-
shelves dan supermarket kemudian mengisi kembali shelves dengan
rong pada dasarnya adalah suatu sistem perencanaan dan pengenda-
barang yang dipesannya dari pemasok. Sistem penggantian kembali
lian produksi berbasis material requirements planning (MRP). Dalam
bahan dengan cara ini disebut produksi sistem tarik (oull system).
MRP, sebuah jadwal induk produksi (Master Production Schedule't
Sistem ini sangat berbeda dengan sistem lain yang telah dike yang merupakan rencana jadwal selesainya produk akhir (end pro-
nalsebelumnya. Jadwal pengiriman barang kepada pelanggan disusun ducts) dielaborasi menjadi jadwal kebutuhan part dan komponen.
berdasarkan peramalan yang dilakukan oleh para staf tingkat menen- Berdasarkan jadwal kebutuhan part dan komponen ini dibuat order
gah. Berdasarkan jadwal tersebut dibuat perkiraan kapan kegiatan permintaan dalam ukuran /ot yang disusun berdasarkan logika MRp.
produksi harus dilakukan pada setiap stasiun kerja terkait sampai ke' order permintaan ini kemudian mendorong material ke lantai pabrik
pada jadwal pengadaan material yang dibutuhkan. Jadwal-jadwal ini, untuk diproses menjadi part dan komponen yang dibutuhkan. Ukuran

280 Perencanaan dan Pengendali an Produksi Pull Production System 281


t
/ot dalam sistem dorong pada umumnya cukup besar sehingga waktu sesnya pada sebuah bin yang berfungsi sebagai buffer (in-process
ancang-ancang produksi (production lead time) menjadi panjang. buffer) untuk menyediakan bahan bagi operasi di depannya.

Selama rentang waktu perencanaan (planning horizon), jadwal

6, \r1/} /^\/-\/-\ f=\ /} /-\


--------------+ Down stream
induk produksi tidak mengalami perubahan kecuali pada saat awal,
dapat dilakukan penyesuaian jika diperlukan. Namun demikian, akan
terjadi perubahan atau lebih tepat disebut penyesuaian dalam jadwal
;;';A O A O A @ A @i:r*
t ,.-_-,r' t t t
karena berbagai faktor yang muncul akibat dinamika dari permintaan **rljrrn , ---,/ ---," ---.r'
dan proses produksi, misalnya, material terlambat datang dari vendor,
atau pun mesin produksi megalami kerusakan. Apabila keadaan yang
demikian terjadi maka jadwal yang telah tersusun mau tidak mau akan
A ln-prmas buffer

mengalami perubahan. Dengan demikian ukuran /ot akan menjadi ti- o


/^\
Operasi pada stasiun keria

Alinn bahan antar stasiun keria yang mengalir dari operasi hulu
dak sesuai lagi (mismatch) dengan jadwal induk produksi. ke openi hilir

Part dan komponen yang telah selesai dikerjakan di suatu sta- Aliran informasi (order signah dari stasiun kerja berikutnya mengalir
dari hilir ke hulu
siun kerja kemudian segera didorong ke stasiun kerja di depannya.
Masalah muncul apabila sebagian dari part yang didorong tersebut ti- Gambar 1O.2 Aliran Bahan dan Signal antar Stasiun Kerja dalam
dak cukup jumlahnya akibat cacat atau mengalami kerusakan. Operasi Sistem Tarik
pada stasiun kerja di depan tersebut tentu akan mengalami Sangguan
Cambar 10.2 menjelaskan bahwa apabila permintaan pelang-
kekurangan bahan. Juga dapat terjadi jumlah partdan komponen yang
gan telah tiba maka Operasi /V mengambil bahan dari /n-progress
didorong ke stasiun kerja di depan tersebut melebihi jumlah yang
Buffer 4 misalnya untuk dirakit (operasi akhir) dan kemudian setelah
dibutuhkan. Kedua masalah ini merupakan waste atau muda dalam
selesai maka diserahkan kepada pelanggan yang memesan. Karena
istilah Toyota Production System.
isi ln-progress-Buffer 4 telah berkurang sehingga mencapai jumlah
Sepertiterlihat pada Cambar 10.1, sistem dorong adalah sebuah minimum maka Operasi /// beroperasi dengan menarik bahan dari /n-
single flow proces.s dalam arti aliran material dan aliran informasi ber- progress Buffer 2 untuk mengganti kekurangan padaln-prograss Buffer
jalan dalam arah yang sama dari satu tahap operasi ke tahap operasi 4. Demikian seterusnya berlangsung untuk Operasi // dan Operasi t.
berikutnya. Hal inilah yang menjadi perbedaan yang mendasar de- Buffer / berisi bahan baku dari pemasok sebanyak yang dibutuh-
ngan sistem tarik, di mana aliran material berlawanan arah dengan kan untuk membuat in-progress material untuk mengisi ln-progress
aliran informasi. Buffer 2.

Uraian di atas menjelaskan bahwa suatu operasi pada stasiun


LO.2 Pull Production System
kerja tertentu hanya terjadi jika ada signal dari operasi di depannya
produksi dengan sistem tarik dapat dijelaskan lebih mudah (downstream operation) yang ditandai dari pengambilan bahan dari
dengan memperhatikan diagram Cambar 1o.2.2.Dalam sistem tarik, buffer yang berada di antara kedua stasiun kerja tersebut. Dalam
masing-masing operasi menempatkan bahan yang telah selesai dipro-

282 Pe rencanaan dan Pengendalian Produksi Pull Production System 283


pemesanan yaitu sebu ah kanban (order card) yang menjelaskan
contoh di atas, operasil/ misalnya hanya dapat berlangsung apabila
nama bahan, keterangan tentang supplier dan jumlah bahan yang
Operasi ttl yangdi depannya telah mengambil bahan dari /n-progress
perlu dipesan jika kotak tersebut telalr kosong. Jika kotak pertama ini
Buffer 3. Tanpa signal tersebut, Operasi // tidak akan beroperasi.
telah kosong maka, kartu tersebut dikeluarkan dan dikirimkan kepada
10.3 Sistem Pengendalian Produksi Berdasarkan departemen pembelian untuk pengadaan kembali. Ketika pemesanan
sebanyak Q unit sedang berlangsung, kotak kedua dibuka dan isinya
Kanban
(sebanyak R unit) digunakan. Bila isi kotak kedua ini telah habis di-
Kanban dalam bahasa Jepang artinya kartu (card). Dalam sistem gunakan, diharapkan pesanan ulang tesebut telah tiba.
tarik (pul/ system), setiap kanban mengacu kepada jumlah standar
produksi atau ukuran dari kontainer. Sebuah kanban berisikan infor- Dalam praktiknya, Ohno menggunakan dua jenis kanban yang
masi dasar produksi seperti nomorpart, uraian singkat, tipe kontainer,
satu sama lain dikenal sebagai kartu produksi (production kanban)
unit beban (misalnya jumlah unit per kontainer), stasiun kerja sebe- dan kartu penarikan (withdrawal kanban). Kartu produksi ialah se-
buah kartu yang memberikan otorisasi terhadap kegiatan produksi dan
lumnya (dari mana bahan itu datang), dan stasiun kerja berikutnya
(ke mana material itu pergi selanjutnya). Kadang-kadang, kanban di- kartu penarikan memberikan otorisasi terhadap pemindahan bahan ke

beri kode warna untuk membedakan sifat bahan pada setiap tahapan stasiun kerja dari mana kartu ini datang. Masing-masing kartu ditem-
produksi, misalnya kanban untuk bahan baku diberi warna berbeda pelkan pada kontainer. Untuk lebih mudah memahami mekanisme
dengan kanban setelah bahan tersebut menjadi part atau komponen. operasional sistem dua kartu ini, perhatikan gambar 10.3.
lnformasi dalam kanban tidak berubah selama produksi. Kanban yang
sama dapat dirotasi kembali di antara stasiun kerja sebelum dan sesu-
dahnya.

Kanb andapat d iarti kan sebagai si stem persed i aan den gan j um ah
I

tetap (fixed-quantity inventory system). Dalam sistem persediaan ini,


item sejumlah tertentu yaitu Q dipesan apabila tingkat persediaan
telah melorot mencapai atau di bawah titik pesan ulang (reorder
point). Persediaan dengan jumlah tetap direpresentasikan oleh sistem
@
@
dua kotak (two bin system) dalam sistem pengelolaan persediaan.
Two bin system merepresentasikan dua kotak yang berukuran tidak
sama. Kotak pertama berukuran besar, berisikan jumlah bahan sebanyak
E Kontainer dfengan kartu produksi ---+ Alirarr bahan

(Q-R) atau order quantity dikurangi dengan reorder point, sedangkan


kotak kedua berukuran lebih kecil berisikan sebanyak R atau sebanyak
tu
tI kontainer berisi bahan

reorder point. Reorder point ialah banyaknya bahan dalam persedia-


an yang jumlahnya sama dengan besarnya kebutuhan selama waktu Gambar 10.3 Aliran Bahan dan lnformasi Pada Sistem Tarik
ancang-ancang. Pada dasar kotak pertama diletakkan sebuah kartu

Pull Production SYstem 28s


2U Pe rencanaan dan Pengendalion Produksi
Berikut penjelasan gambar 10.3: Aturan 2: Penarikan bahan dari stasiun kerja sebelumnya hanya se-
banyak jumlah yang benar-benar dibutuhkan untuk meng-
1) Proses B menerima sebuah kartu produksi yang mengindikasikan
hindarkan terjadinya waste (muda). Untuk memastikan hal
bahwa Proses B perlu segera melakukan kegiatan operasi di sta-
tersebut, maka perlu diperhatikan (dibaca secara teliti) in-
siun kerja tersebut untuk mengisi kontainer kosong di mana kartu
formasi yang tertera dalam setiap kanban yang salah satu di
produksi (P) tersebut d itempel kan.
antaranya ialah tentang jumlah bahan yang akan ditarik.
2) Untuk memenuhi kebutuhan Proses B maka Proses I melaku-
Aturan 3: Jangan pernah mengirimkan bahan yang cacat ke stasiun
kan permintaan bahan dari proses A dengan menempelkan kartu
kerja berikutnya. Kualitas part yang dikirim dari stasiun
penarikan pada kontainer kosong (M.
kerja sebelumnya ke stasiun kerja berikutnya merupakan
3) Kontainer kosong yang telah ditempeli dengan kartu penarikan
salah satu inti keberhasilan sistem iust-in-time. Oleh karena
dikirimkan ke Stasiun Kerja A.
itu, operasi pada stasiun kerja di bawah harus benar-benar
4) Karena Sasiun Kerja A masih memiliki sejumlah item, maka Sta-
mampu menghindarkan terjadinya cacat, jika tidak maka
siun Kerja A menempelkan kartu penarikan pada kontainer yang
prinsip iust-in-time akan mengalami kegagalan.
berisi penuh dan dengan segera mengirimkan kontainer tersebut
ke Stasiun Kerja B. Aturan 4: Stasiun kerja sebelumnya (preceeding work station) harus
5) Kartu produksi yang pada awalnya ditempelkan pada kontainer memproduksi jumlah yang sesuai dengan jumlah yang di-
yang berisi penuh kemudian dicabut dan ditempelkan pada kon- tarik oleh stasiun kerja berikutnya (succeeding work sta-
tainer kosong yang mengindikasikan operasi produksi pada Stasi- tion). Aturan ini adalah konsekuensi dari Aturan 3. Aturan
un Kerja A harus segera dimulai. 6) Produksi pada Proses A mem- ini penting untuk mencegah terjadinya sisa bahan yang
butuhkan sebuah kontainer untuk part yangtelah diproduksinya. kemudian harus disimpan sebagai persediaan sehingga
menjadi pemborosan. Untuk menjamin produksi dilaku-
1O.4 Prakondisi Opera sl Kanban kan pada jumlah minimum absolut maka ikuti secara pasti
informasi yang tertera di kanban.
Berdasarkan uraian di atas, kanban mencirikan sebuah alat un-
tuk mengelola daerah kerja secara efektif. Agar efektifitas pengaturan
Aturan 5: Produksi harus diupayakan berlangsung secara mulus
dalam arti jangan terjadi pernarikan bahan dari stasiun ker-
dapat dicapai maka aturan yang perlu diberlakukan dalam operasional
ja sebelumnya dalam jumlah yang berfluktuasi. Walaupun
kanban dapat dijelaskan sebagai berikut:
situasi ini tidak selalu dapat diwujudkan, fluktuasi jumlah
Aturan 1: Jangan ada penarikan bahan dari stasiun kerja sebelumnya penarikan mau tidak mau harus didukung oleh persediaan
@receeding work center). Sebuah kanban adalah suatu untuk menghindarkan terjadinya kekurangan bahan pada
mekanisme di mana pengendalian produksi berbasis iust- stasiun kerja berikutnya.
in-time. Hanya kanban yang memiliki otoritas penarikan
Aturan 6: Ratakan produksi dengan kanban. Variasi yang kecil dalam
bahan dari stasiun kerja di bawah (preceeding work center) produksi disesuaikan dengan berbagai cara misalnya meng-
untuk dikirim ke stasiun kerja berikutnya (succeeding work
hentikan produksi sementara apabila jumlah permintaan
center).

286 Perenconoan don Pengendalian Produki Pull Production System 287


,

menurun dan melakukan kerja lembur apabila permintaan


$
*
Jumlah kebutuhan per hari (12.000 unit)/ 20 hari :600 unit per hari.
i
Bi la data-data tersebut dimasukkan ke dalam formula maka diperoleh
meningkat. Perlu dicatat bahwa kerja lembur harus pula di-
jumlah kanban (y):
batasi karena termasuk salah satu bentuk waste atau muda
dalam terminologi Toyota Production Systern'
..
v:
(ooo[o.so)( .:o)
50
1O.5 Perencanaan PenEendalian l(anban 7.8 xB
seperti telah dijelaskan sebelumnya, kanban adalah inti dari
um ah kanb an mentai n kan Jadi, dibutuhkan 7.8 buah kanban (dibulatkan 8 buah) untuk mengen-
si stem prod uksi yan g berbasi s i ust-in-time. .l
I

dalikan kelancaran proses pengolahan berdasarkan prinsip //7.


peran yang paling penting dalam kegiatan perencanaan, pengenda-
lian, dan pengurangan persediaan work-in-progress. Urntuk menen- Apabila operasi manufacturing berjalan secara lancar dalam arti
tukan besar atau jumlah kanban, Toyota Production System menggu- permintaan setiap bulan tersebut relatif cukup merata, maka safety fac-
nakan formula Monden (1983) sebagai berikut: tor (faktor keamanan) dapat diturunkan misalkan menjadi hanya'10%
maka jumlah kanban yang dibutuhan akan lebih sedikit yaitu:
Jumlah kanban trl t S!j}Ba
\,:
'50
(oooXo.soXr.r o)

Dimana, D : jumlah permintaan per satuan waktu 6.6 N7


Tw : waktu tunggu kanban
Contoh di atas menunjukkan, makin rendah tingkat fluktuasi perminta-
Tp : waktu proses
an, makin sedikit kanban dibutuhkan dan sebaliknya. Suatu hal lain
c[ : kapasitas kontainer (biasanya < dari 10% kebutuhan
yang perlu diperhatikan ialah masalah yang ditimbulkan oleh pembu-
Per hari)
latan jumlah kanban apabila hasil perhitungan memberikan bilangan
a : faktor keamanan rpolicy variable
yang tidak integer seperti contoh di atas. Jumlah kanban hasil perhi-
y : jumlah kanban
tungan adalah 7.8 buah dan kemudian dibulatkan menjadi B. Apabila
Misalkan perusahaan lndustri manufaktur Engineering & co mendapat y: B maka faktor keamanan adalah o : 600/o. Hal ini bertentangan
pesanan untuk salah satu produknya yaitu Produk X. Besar order se- dengan upaya penurunan fluktuasi permintaan. Dalam situasi yang
cara rata-rata ialah 12.000 unit per bulan. sistem llT yang diterapkan demikian, sebaiknya ukuran kontainer yang disesuaikan dari 500 unit
perusahaan menetapkan faktor keamanan sebesar 30%. Kapasitas kon- menjadi 4BB unit.
(manu-
tainer adalah 50 unit part dan waktu ancang-ancang produksi
ialah Apabila sistem tarik digunakan dalam kegiatan produksi dengan
facturinglead time) adalah 0.5 hari. Jumlah hari kerja per bulan
lebih dari satu tipe part dalam proses operasi maka perhitungan jun.r-
20 hari. Berdasarkan data di atas jumlah kanban yang dibutuhkan
lah kartu produksi dan kartu penarikan adalah seperti terlihat dalam
dapat dihitung sebagai berikut:
contoh berikut. Misalkan produk X dirakit dari dua tipe part masing-
rP)(l+ o)
2 D(r*
+
kanban 1Y; masing adalah part P dan Q. Data-data terkait dengan proses operasi
a
tersebut diberikan pada Tabel 10.1 .

Pe renconaon dan Pengendali an Produksi Pull Production System 289


288
Tabel 1O.1 Kondisi Proses Operasi Pembuatan Produk X part P dan part Q masing-masing ialah sebanyak 8.8 (dibulatkan
9) dan 6.
Faktor Kapasitas
Kebutuhan Waktu An- Kontainer
Operasi Part Keamanan
(UniUHari) cang (Hari) (cr) (Unit) 2). Perhitungan jurnlah kartu produksi (production kanban)
Assembly P 1.200 1.0 0.10 r50 Waktu ancang-ancang yang digunakan untuk menentukan jumlah
a 600 o^5 0.20 60 kartu produksi ialah lamanya waktu dibutuhkan oleh masing-ma-
Manufacturing P 1.200 o.5 0.25 150 sing part untuk diproses pada Stasiun Kerja P dan Stasiun Kerja
a 600 1.0 o.o0 100
Q. Dengan menggunakan formula Monden maka jumlah kartu
produksi untuk part P dan part Q masing-masing ialah sebanyak
PreceedingWork Center Succeeding Work Center 5 dan 6.

10.6 Masalah Waktu setup


Manufacturing berdasarkan prinsip //T sering diartikan sebagai
kegiatan manufaktur dengan ukuran /ot satu satuan item. Maksudnya,
setiap satu unit item selesai pada satu stasiun kerja maka dia meminta
bahan dari stasiun kerja sebelumnya secukupnya untuk memproduksi
satu satuan item lagi. Bila lingkungan manufacturing yang demikian
yang ingin diciptakan, masalah waktu setup harus telah diselesaikan
yaitr,r sistem manufacturing tersebut mampu meminimumkan wal<tu
setup hingga serendah-rendahnya.
Keterangan: PK P- Production Kanban Part P
PKQ : Production Kanban PartQ Hal di atas dapat dijelaskan dengan menggunakan model Economic
WK P : Withdrawal Kanban Part P
PK Q : Withdrawal Kanban Q Production Quantity dengan ukuran /ot sebesar Q sebagai berikut:
SA P - Staging Area untuk Part P
SA Q : Staging Areauntuk PartQ
= A2- l9(,, 9)
Gambar 1A.4 Layout Proses Operasi Manufacturing Produk X
rC
a 2 \ - P)
dimana, A Biaya setup
1). Perhitungan jumlah kartu penarikan (witfidrawal kanban) l'-
L Unit biaya
waktu ancang-ancang yang digunakan untuk menentukan jumlah i: Biaya penyimpanan (%)
kartu penarikan adalah lamanya waktu yang dibutuhkan masing- r-\
U Kecepatan permintaan (urrit per hari)
masing part untuk berpindah dari stasiun kerja sebelumnya yaitu P Kecepatan permintaan (unit per hari)
stasiun Kerja P dan stasiun Kerja Q ke stasiun kerja berikutnya o
< tJkuran /ot (unit)
yaitu Stasiun Kerja Assembly X. Dengan menggunakan formula TC: Total biaya per tahun
Monden maka jumlah kartu penarikan yang dibutuhkan untuk

Perenconaan dan Pengendali an Produksi Pull Production System 291


290
Untuk mendapatkan total biaya yang minimum maka ukuran /ot yang Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk menekan waktu setup
optimum harus dicari. Dengan menggunakan operasi matentatik sehingga mendekati nol (zero setup time) antara lain ialah melaku-
sederhana terhadap formula di atas diperoleh bahwa ukuran /ot opti- kan penggantian alat perkakas (tool and die) secara cepat, pergunakan
mum (Q*) adalah: konsep cellular manufacturing system dan lain-lain.
2AD -oo0oo-

43
Untuk memudahkan pemahaman tentang pengaruh waktu setup ter-
hadap ukuran /ot optimum tersebut, perhatikan contoh berikut ini:
Jika A:$ 400, C:$ 100.00, i:10%, D:10.000 unit per tahun dan
P:15.000 unit per tahun maka Q*:1.549 unit. Apabila diinginkan
ukuran lot optimum Q* : 1 unit maka biaya setup A: $ 0.00016. Hal
ini berarti hanya dengan waktu setup mendekati nol yang dapat mem-
berikan biaya setup yang demikian rendah.

Biaya ($)

O-=}'*O-

Ukuran Lot (unit)


--+
Gambar 10.5 Diagram lJkuran lot Optimum

292 Pe renconaan dan Pengendoli an Produksi Pull Production System 293


q

g BAB
,,)
I
s

11
Compater-Bused
Production Control
Systems

11.1 Sistem Komputer


mpute r-based prod uction co ntrol systems atau kom puteri sasi
sistem perencanaan dan pengendalian produksi tidak berbeda
dengan sistem perencanaan dan pengendalian produksi kon-
vensional atau pun sering juga dinamakan sistem manual kecuali se-
luruh sub-sistem yang melakukan fungsi tertentu didukung oleh pro-
gram-program komputer. Sungguh pun demikian, sistem komputer ini
tidak sepenuhnya beroperasi secara otomatis sehingga tidak membu-
tuhkan tenaga manusia. Tenaga manusia tetap dibutuhkan hanya saja
dia bekerja dengan dukungan atau menggunakan alat komputer dan
program komputer secara intensif. Dengan demikian, ketersediaan
tenaga-tenaga yang memiliki kompetensi tinggi merupakan prasyarat
keberhasilan sistem ini.

17.1.7 Perangkat Keras


Sistem komputer yang digunakan dalam perencanaan, imple-
mentasi dan pengendalian kegiatan produksi terdiri dari perangkat
keras dan perangkat lunak komputer. Perangkat keras terdiri dari cen-
tral processing unit (CPU), mesin elektronik yang melakukan operasi
-{

dalam storage sementara (temporary storage devices) yang disebut re-


yang
pengolahan logika, data, dan aritmatika berdasarkan instruksi gister.
juga mencakup
diberitan melalui program-program. Perangkat keras
data Controlunit mengendalikan aliran data antara unit-unit dalam
berbagai alat dan perlengkapan periperial untuk memasukkan
penyimpanan CPU dan juga operasi unit logika-aritmatika. Controlunit menjalankan
input dan mengeluarkan output dari CPU dan tempat
instruksi dan data dari memori utama ke register dalam unit logika-
data.
aritmatika dan memulai pemrosesan. Apabila pemrosesan telah
selesai maka Control unit memindahkan hasilnya ke register yang
CPU
bersesuaian dan selanjutnya ke memori utama. Kecepatan komputer
Main Memory diukur sebagai access time yaitu lamanya waktu digunakan oleh
controlunit mengalokasikan elemen data dalam memori utama dan
mentransfernya ke register unit logika-aritmatika'

Control Unit secondary memory adalah memori tambahan di samping me-


mori utama. Penggunaan memori ini penting mengingat memori
utama sangat mahal sehingga apabila perlu penambahan memori
maka clitambahkan secondary memory. Memori ini sering
juga disebut
Arithmatic I
Logic Unit memori eksternal (external memory) atau memori pembantu (auxiliary
memory). Ada dua tipe memori eksternal yang umum digunakan ya-
itu magnetic tape dan magnetic disk. Magnetic tape seperti namanya
adalah berbentuk pita yang digulung pada sebuah ree/. Record
Gambar 11.1 Central Processing unit dan Peralatan Periperial
disimpan secara berurutan (sequentia/) oleh kunci tertentu misalnya
CentralProcessinglJnitterdiridaritigakomponenyaitume- nomorpart. Data disimpan dalam tape dalam bentuk bits dan ditranfer
(arithmaticlogic
mori utama (main memory), unit logika-aritmatika dari dan ke memori utama melalui pita ini.
unit)danunitpengendalian(controlunit).Memoriutamadigunakan
untukmemegangprogramdandatayangakandiprosesdanjugaun-
terdiri dari se' / Printer
tuk menyimpan hasil-hasil pemrosesan. Memori utama T"r*in"l -t Komputer
binary'
perangkat semikonduktor yang menyimpan data dalam.sistem
kapasitas komputer'
Besarnya memori utama merupakan ukuran dari
yang disusun
Makin kompleks rencana produksi dan pengendalian
dan diimplementasikan makin besar memori utama
yang dibutuhkan. /rrp"\
Drives
Disk
Unitlogikadanaritmatikamelakukanoperasiaritmatikadan \t Drives
operasilogika.Unitinimengeksekusiinstruksisatuper.satusesual
elemen data
dengan urutannya dalam program' Program instruksi' Gambar 11.2 Secondary Memory dalam Sistem Komputer
yan! akan diproses dan hasil dari pemrosesan semuanya disimpan
Compute r Bosed Production Control Systems
Perenconaon dan Pengendalion Produki
296
sehingga sering harus dirancang spesifik untuk perusahaan manufaktur
Magnetic disk merupakan random accsess storage yang juga
yang menggunakannya.
disebut direct access storage devices. Disk ini berputar pada disk drive
dan setiap record pada disk dapat diakses dengan cepat oleh fixed atau
11.1.3 tnput-Output
movable head untuk dibaca dan ditulis. Dengarr demikian, file-file
Peralatan input-output melakukan transfer data dari dan ke CPU
dapat diupdate, dan informasi yang tersimpan dapat diambil kembali
untuk pengolahan, penyimpanan atau pembuatan report. Peralatan ini
tanpa pemrosesan seluruh file. Juga informasi dari file yang berbeda
terdiri dari terminal, saluran (channel), bar coding dan printer.
dapat diambil dan dikombinasikan secara efisien untuk pembuatan
berbagai report. 11.2 Data Base
11.1.2 Perangkat Lunak Data base merupakan sub sistem ke tiga dari computerized pro'
duction and control system setelah subsistem perangkat keras dan
Perangkat lunak terdiri dari berbagai instruksi yang dinamakan
subsistem perangkat lunak. Sebelum database dikenal secara luas, in-
program dan berbagai langkah dan prosedur yang mengatur kerja
formasi tentang part, komponen, subassemblies, bahan baku, produk
sistem komputer. Perangkat lunak komputer dapat dibagi atas dua ka-
dan proses dikembangkan dan digunakan dalam departemen terkait
tegori program yaitu program sistem (systems programs) dan program
serta disimpan secara terpisah pada masing-masing departemen.
apl i kasi (appl ication programs). Program si stem adalah program-pro-
Misalnya parts lists yaitu daftar yang berisikan tentang data dan infor-
gram yang membantu para pengguna dalam menjalankan komputer
masi tentang part dan kompnen yang dibutuhkan untuk pembuatan
secara efisien dengan hanya sedikit membutuhkan intervensi secara
sejumlah produk disimpan di departemen-departemen design engi-
langsung nrisalnya dalam hal membuat format Tabel untuk urutan part
neering, pengendalian produksi, pembelian, industrial engineering,
berdasarkan dimensi, menentukan urutan iob yang akan dikerjakan,
akuntansi biaya dan manufaktur.
mengurutkan data, mengalokasikan space dalam memori utama dan
lain-lain. Dalam sistem komputer, cara di atas tidak dapat dibenarkan.
Sebuah database yang memuat informasi yang intensif tentang pro-
Program aplikasi adalah program yang ditulis secara khusus
duk-produk perusahaan, seluruh assembly, part dan komponen serta
untuk pemecahan masalah tertentu misalnya program aplikasi untuk
bahan baku termasuk tentang status persediaan dan cara pengadaan
pembuatan laporan, pemecahan masalah pemrograman linier, pe-
yaitu apakah dibuat atau dibeli dari luar, sumber daya yang tersedia
ngendalian persediaan dan lain-lain. Program aplikasi dapat dibuat
untuk keperluan pembuatan dan lain-lain sangat dibutuhkan untuk
sendiri atau dibeli atau disewa sebagai paket perangkat lunak dari
perencanaan dan pengendalian. Pembuatan data base merupakan tan-
perusahaan komputer, perusahan pembuat software dan lain-lain.
tangan yang paling berat dalam komputerisasi sistem perencanaan dan
Program aplikasi banyak beredar di toko-toko penjual perangkat lu-
pengendalian produksi karena selain harus memuat informasi yang
nak komputer. Program aplikasi ada yang bersifat standar dan cukup
lengkap juga harus akurat. Tidak jarang ditemukan bahwa perusahaan
memadai untuk digunakan apabila tidak ada masalah-masalah khusus
industri manufaktur memiliki 10.000 -100.000 item yang data dan in-
yang ingin dipecahkan. Program aplikasi standar ini-mudah diperoleh.
formasinya harus dikelola dengan baik dalam sebuah database.
Tetapi untuk keperluan pemecahan masalah perencanaan dan pe-
ngendalian produksi, program aplikasi standar sangat tidak memadai

Perenconaon dan Pengendalian Produksi Computer Based Production Control Systems 299
298
Dalam sistem komputer, satu set file data perlu dikembangkan Make or buy code Stan d ar d m ate r i al s cost

dan semua depaftemen yang membutuhkan data/informasi yang terda- Buyerlplanner code Actual materials cost
pat dalam file-file tertentu dapat mengambilnya melalui input-output Master schedule code Standard overhead cost

device. Setiap departemen harus beroperasi dengan menggunakan Low level code Actual overhead cost

data yang bersumber dari database yang terus menerus di-update- Ber- Unit of measure Total ordering cost
ABC class lnventory carrying cost
bagai cara dapat digunakan untuk mengalokasikan data dalam file'
n sj nee r i n s, ch an ge nu mber Selling price
file pada database tetapi secara umum, dalam hal perencanaan dan E

Ensineerins chanee reason code Stock location


pengendalian produksi, ada lima master file yang harus dirancang
En gj neeri ng change d i sposition Pegging code
yaitu: item master file, bill of materials file, routing file, work center
Ensineerins chanse effective data Purchase lead time
file tool file dan inventory status file.
Order policv code Shrinkase factors
Tidak ada standar format dari file-file di atas, tetapi Smith, S. B, Fixed order quantity On-hand inventory
(1989) mengemukakan format file sebagai berikut: Maximum order quantity Allocated inventorv
Minimum order quantity Forecast demand h periods)
11.2.1ltem Master File Order quantity multiple Cross requirements (n periods)
Item master f ile yangjuga disebut part master f ile atau inventory Safety stock Scheduled receipts h periods)
record master file berisikan record untuk setiap item yang ada dalam Setup time Projected available balance (n peri-
ods)
persediaan perusahaan yaitu produk, subassemblies, part, komponen,
Run time Firm planned orders (n periods)
bahan baku dan supplies. Record ini berisikan 4 kategori informasi
Forecast model code Planned orders (n periods)
yaitu: identifikasi dan uraian dari item bersangkutan, order quantity,
Smoothed averase Time buckets
status persediaan, dan data biaya yang akan digunakan dalam per-
hitungan akuntansi. Jumlah ragam data yang terkait dengan keempat Gambar 11.3 item Master File
kategori informasi di atas sangat bervariasi tergantung dari tingkat
Item Number
fleksibilitas sistem yang dibangun. Makin tinggi fleksibilitas sistem ma-
Item number merupakan identitas setiap item yang ada dalam in-
kin banyak ragam data dibutuhkan. Jumlah dan jenis informasi dalam
ventory, oleh karena itu item number harus unik dalam arti tidak
item master file pada gambar 11.3 sudah cukup memadai untuk im-
boleh sama untuk item yang berbeda. ltem number merupakan
plementasi suatu sistem komputer.
kunci untuk mengakses record dalam file. /tem number dalam
Item number Trends sistem komputer pada umumnya terdiri dari 6 angka. ltem num-
Item description Seasona/ indices ber dengan 6 angka ini masih cukup untuk memberi nomor yang
Drawing number MAD/standard deviasi unik bagi sekitar satu juta item sehingga jumlah digit tidak perlu
Routine number Smoothing constans ditambah. Namun demikian, perlu diperhatian cara pencegahan
Croup technology code Standard labor cost kemungkinan terjadinya kekeliruan dalam memasukkan nomor
User code Actual labor cost item karena sesuatu kekeliruan kecil misalnya urutan terbalik atas

Computer Based Production Control Systems 301


3m Perenconoon dan Pengendalian Produksi
memiliki structure tree yang unik. Structure tree menggambarkarr
dua nomer saja akan menimbulkan error. Untuk itu metode check
posisi masing-masing item dalam menyusun produk akhir baik
digit untuk setiap nomor item perlu dipersiapkan'
berupa produk akhir atau pun sub-assembly sebagai end itent.
Salah satu cara untuk menentukan check digit adalah sebagai
ber-
produk akhir atau produk akhir selalu diberi kode 0, sub-itemnya
ikut: Misalnya item cross bar diberi nomor item 386254. Sesuai yaitu semua item yang secara langsung berada di bawahnya diberi
dengan urutan, digit pertama diberi bobot 6, digit kedua diberi kode 1, sub-itemnya diberi kode 2 dan seterusnya seperti terlihat
bobot 5 dan seterusnya sehingga dua digit terakhir yaitu 5 dan pada Cambar 11.4.
6 masing masing diberi bobot 2 dan 1. Kemudian, masing-ma-
sing digit dikalikan dengan bobotnya dan hasilnya dijumlahkan. Level
Remainder dari ha-
Jumlah ini kemudian dibagi bilangan sebelas.
sil pembagian ini dapat dijadikan check digit untuk nomor item
tersebut.
Itemnumber 3 8 6 2 5 7

Bobot:654321
Perkalian 18 15 10
24 6 7
2...-.....'.
Perjumlahan 18+ 15+24 + 6+ 10+ 7:80
Jika bilangan 80 dibagi dengan 11 maka diperoleh
7 dengan
remainder(sisa hasil bagi)adalah 3. Dengan demikian nomor
item 3 ............
tersebut dalam file ditulis 386257 dengan check digit 3. Dengan
memasukkan nomor item tersebut sekaligus dengan check digit 3
maka item yang dimaksud tidak akan keliru. Jika salah satu nomor
keliru dimasukkan (salah diketik misalnya bukan 386257 tetapi
386527) dengan check digit 3 maka error message akan keluar
walaupun nomor item 386527 ada di file tetapi nomor item Gambar 11.4 Low LevelCoding
386527 mempunyai check digitg (bukan 3)'
11.2.2 Bill of Materials File
b. Master Schedule Code
posisi item Bill of materials file adalahsebuah file yang memberikan in-
Master schedulecode adalah kode yang menunjukkan
formasi tentang item apa (part, komponen, sub-assembly) yang di-
dalam tahap perencanaan misalnya apakah pada master produc'
gunakan untuk membuat produk akhir. Dalam sebuah bill of material,
tion schedule, material requirements planning, atau pada final as-
setiap item dibedakan atas dua kategori yaitu parent item dan sub-
sembly schedule.
item. Suatu item dikatakan parent item apabila item tersebut berada
satu level langsung di atas suatu item dan disebul subitem apabila
i:T:::7,',3i1,","n nomor kode item vans menunjukkan pada
item tersebut satu level langsung di bawah parent item. Dalam pro-
produk
level mana item terkait berada pada struktur produk. setiap

Perencanaon don Pengendalian Produksi


Computer fused Production Control Systems 303
302
(a)
duct structure tree Cambar 10.3, item 5A-1 adalah subitem terhadap
item FP tetapi parent item bagi item Q dan item R. Masing-masing
record dalam bill of materials file berisikan hubungan parent-subitem.
Data dalam file ini ialah:

(b)
Nomor komponen (component item number)
Nomor item parent (parent item number) Item No Item Code Description Quantity Unit
Jumlah unit item parent (quantitY per parent item)
125483 FP Finished product 1 Piece
Satuan (unit of measure)
Lokasi penggunaan (pointof usage) 235414 P part P 2 Piece
Nomor operasi parent item (parent operation number) 247821 SA-7 Sub Assemblv-1 1 Piece
Faktor skrap (scrap allowance) 394672 SA-2 SubAssemb/y 1 Piece
Nomor perubahan engineering (engineering change number) 479035 R part R 3 Piece
S part s 1 Piece

Gambar 11.5 tnformasilData Dalam Billof Materials Gambar 11.6 Single Level Bill of Materials

Ada dua tipe bil/ of materials yaitu sing/e level bill of materi-
a/s dan indented bilt of materials. Single level bill of materials ialah BILL OF MATERIALS
sebuah daftar yang menunjukkan semua part, komponen dan subas- Nomor ltem t 2548i
sembly yang dibutuhkan dalam membuat produk akhir atau produk Kode Produk. FP
akhir dalam satu level saja. Single levelbill of materials untuk product Nama Produk Finished Product
structure tree yang ditunjukkan dalam Cambar 11.4, adalah seperti Nomor Stok
leve/
terlihat dalam Cambar 11.6 dan 11.7. lumlah Satuan Sumber No. Stok.
0 1 2 3
Berbeda halnya dengan single level bilt of ntaterials, pada in- FP 1 Unit Diproduksi
dented bitl of materials, posisi masing-masing dalam product struc' SA-1 1 Unit Dioroduksi
ture tree ditunjukkan pada masing-masing level seperti terlihat dalam SA-2 I Unit Dioroduksi
Cambar 11.8. Di samping itu apabila suatu item terdapat pada bebe- R 2 Unit Diproduksi
rapa sub-as sembly maka dalam indented bill of material item tersebut s 1 Unit Diproduksi
Unit Dioroduksi
akan terlihat pada beberapa tempat sedangkan dalam single level bill
R 1

P 2 Unit Dioroduksi
of materialhanya dimunculkan satu kali saja.
Gambar 11.7 Bill Of Materials Produk FP

Perencanaan dan Pengendali an Produksi


Computer Based Production Control Systems 305
304
11.2.3 Routing File Overlap dan sp/it operation adalah istilah yang digunakan dalam
penjadwalan operasi pada suatu stasiun kerja. Overlap operatiion ialah
Routing file adalah file yang berisikan informasi tentang ke-
mem- operasi yang dilakukan sebelum operasi sebelumnya telah sepenuh-
giatan-kegiatan atau proses operasi yang harus dilakukan untuk
nya selesai sedangkan split operation ialah operasi yang dilakukan
buat suatu item. File ini pada umumnya disusun oleh departemen in-
terhadap sebuah /ot yang dibagi dalam beberapa subJot dan masing-
dustrial engineering. lnformasi yang dimuat dalam file ini antara lain
masing dikerjakan secara simultan. Kedua overlap dan sp/it operation
ialah proses operasi yang akan dilakukan, tata urutan proses operasi,
dilakukan untuk memperpendek waktu ancang-ancang operasi.
jenis stasiun kerja/nama mesin dan alat yang digunakan serta infor-
masi lain berkaitan dengan standar waktu masing-masing operasi se- 11.2.4 Work Center File
perti terlihat pada Cambar 11.8. Setiap item yang berbeda yang ditan-
Work center lrile ialah file yang berisikan informasi tentang sum-
dai dari perbedaan nomor item, masing-masing memiliki routingfile.
ber daya produksi dengan kapasitas yang tersedia untuk dimanfaatkan
Perlu diketahui bahwa standard labor dan standard machine run time
dalam mengeksekusi jadwal induk produksi. Sebuah stasiun kerja ter-
perlu clibedakan karena ada kemungkinan seorang operator dapat
diri dari satu atau lebih mesin produksi serta operator yang merupakan
mengoperasikan lebih dari satu mesin. Bila demikian maka informasi
satu kesatuan. lnformasi tentang kapasitas stasiun kerja ini dibutuhkan
tentang kedua sumber daya produksi ini sangat penting diketahui un-
dalam perencanaan kebutuhan kapasitas dan penetapan jadwal ope-
tuk perencanaan kebutuhan.
rasi. Work center file secara lengkap memuat informasi seperti pada
gambar 11.9.
Nomor rute (routing number)
Nomor operasi (operation number) Nomor stasiun kerja (work center number)
U raian operasi (operation description) Uraian (description)
Stasiun Kerja (work centre) Nomor depaftemen (department number)
Nomor mesin (mach ine number) Jumlah mesin (number of machines)
Nomor mata pahat (tool number)
Jumlah operator (number of workers)
Nomor pita numerik (numerical tape number) Faktor efisiensi stasiun kerja (work center efficiencY)
Waktu standar setup (standard setup time) Faktor utilisasi stasiun kerja(work center utilization factor)
Waktu standar operasi per unit (standard machine run timel unit) Jumlah jam kerja per shift (number of hours per shift)
Waktu standar operator per unit (standard labor run time per unit)
Jumlah shift per hari (number of shift per day)
Waktu antar operasi (interoperation time)
Jumlah jam kerja maksimum per hari (maximum daily hours)
Overlap pieces or hours Tarif mesin (machine rate)
Jumlah mesin untuk split operation (nuntber of machine for split Tarif operator (labor rate)
operation) Biaya tidak langsung (overhead rate)
Faktor skrap (scrap facto{ Biaya setup (setup rate)
Nomor operasi alternatif (alternate operation number). Lamanya antrian (queue time)
Lamanya waktu menunggu (waittime)

Gambar 11.8 Routin g File


Gambar 11.9 Work Center File

Computer Based Production Control Systems 307


306 Perenconoon dan Pengendoli on Produksi
&

11.2.5 Tool File


ldentitas item (item identity)
Tool f ile ialah file yang berisikan informasi tentang semua too/s Karakteristik item (item characteristics)
dan status masing-masing misalnya dalam keadaan siap untuk digu- Persediaan pengaman (safety stock)
nakan (available), sedang dalam perbaikan (being repaired), dalam Pointer ke file lain (poirrters to other files)
Kebutuhan kotor (gross requirements)
keadaan sedang digunakan (in use) dan lain-lain. Apabila beberapa
Jadwal penerimaan order (scheduled qrder receipts)
too/ yang identik dipergunakan maka masing-masing diberi nomor se- Persedian on-hand (stock on-hand)
rial untuk membedakan satu dengan yang lain. lnformasi secara leng- J u m lah persed iaan teralokasi (al I ocated on-h an d)

kap yang dimuat dalam tool file adalah seperti terlihat dalam Cambar Rencana pelepasan order lplanned order released)
J u m lah perm i ntaan eksternal (exter n al requ i re m e nts)
11.10.
Order yang sedang berjalan (open (shop or purchase) orders)
Pengiriman item (shipment of item requested)

Nomor mata pahat (tool numbel


Uraian (description) Gambar 11.11 lnventory Status File
Status (Status available, in use, being repaired)
Jumlah mata pahat (number of tools)
Nomor seri (sera/ number) 11.3 Master Data Processlng!
Lokasi penyimpanan (storage location)
Fungsi dari maste r data processing dalam sistem komputer
Penugasan (current assignment, work center, order number)
Lokasi penggunaan (usage location) ialah memelihara (maintenance), mengembangkan (loading) dan me.
Akumulasi waktu penggunaan (accumulated use time since /ast nampilkan (retrieval) file.file sesuai dengan keperluan (lihat gambar
repair) 11.12). Pemeliharaan file sangat penting khususnya berkaitan dengan
Perkiraan umur pakai mata pahat (estimated tool life)
penambahan record baru dalam file sehubungan dengan misalnya
Tanggal perbaikan terakhir (date of last tool repair).
penambahan item baru dalam sistem produksi yang dioperasikan,
pembaharuan record pada file, pengurangan record dan lain-lain.
Gambar 11.10 Tool File Pengembangan file berkaitan dengan penambahan file baru ke dalam
secondary memory sehubungan dengan perluasan atau pengembang-
11.2.6 InventoryStatus File
an produk yang dilakukan dalam sistem produksi. Menampilkan data/
lnventory status lrile ialah file yang berisikan informasi tentang
informasi dalam file merupakan tujuan utama dari sistem database.
status setiap bahan (material) yang terdapat dalam item master file.
Menampilkan informasi dapat secara batch atau real time-online ter-
Setiap item memiliki satu inventory status file. File ini sulit disusun gantung kepada keperl uannya.
secara sederhana karena demikian banyak informasi yang dibutuhkan
baik dalam perencanaan maupun dalam pengendalian operasi di lan-
tai pabrik (Orlicky, 1., 1975). Sebagian dari informasi penting yang
harus dimuat dalam file ini antara lain seperti gambar 11.11.

Computer Based Production Control Systems 309


308 Perencanaon dan Pengendolion Produki
*

BAB

t2 Perenconoan
Proses Manufakturing

Gambar 11.12 Master Data Processing System


-oo0oo- L2.L Pengertlan
,6etiap produk yang diorder oleh pelanggan dapat diklasifikasi se-
\ bagai barang konsumsi (consumable goods)dan barangteknologi
l) ftechnogical goods). Barang konsumsi ialah produk-produk yang
merupakan barang habis atau sekali pakai yaitu barang yang ditujukan
untuk memenuhi konsumsi tertentu misalnya bahan-bahan makanan,
obat-obatan dan lain-lain. Sebaliknya barang teknologi ialah produk
yang digunakan sebagai alat produksi seperti mesin-mesin, komputer
dan lain-lain. Ditinjau dari sudut proses perencanaan dan manufac-
turing, barang-barang konsumsi relatif sederhana sedangkan barang-
barang teknologi demikian rumit karena pada umumnya melibatkan
banyak part, komponen dan sub-assembly yang har,us berfungsi se'
cara baik dalam jangka waktu yang relatif lama. Pada bab ini perenca-
naan proses yang dibahas dibatasi pada manufacturing barang-barang
teknologi.

Sebelum proses manufaktur dilakukan, setiap produk beserta


seluruh partlkomponen dan sub-assembly yang menyusunnya di-

310 Perenconoan dan Pengendolian Produksi


desain untuk melakukan fungsi tertentu. Berdasarkan fungsi dan ki-
nerja yang diharapkan, spesifikasi masing-masingpa7t, komponen dan
sub-assemb/y ditetapkan dan proses manufacturing dilakukan untuk
mendapatkan spesifikasi desain tersebut. Proses perencanaan adalah
jembatan penghubung antara tahap desain dan tahap manufacturing
dalam arti setelah tahap desain selesai, proses perencanaan dilakukan
untuk menjelaskan bagaimana masing-masing part, komponen dan
sub-assemb/y dibuat di lantai pabrik. Karena berhubungan dengan
proses manufaktur maka proses perencanaan berkaitan dengan waktu
proses, biaya manufacturing dan lain-lain.

12.2 Proses Desain Produk


Engineering design dari produk dan proses merupakan salah
satu faktor yang paling kritis dalam sistem manufacturing modern.
Oleh karena itu, pemahaman tentang proses desain dan CAD too/s
sangat dibutuhkan agar produk dan proses yang di desain dapat dilak-
sanakan di lantai pabrik.

Engineering design dalam sistem manufaktur terintegrasi meru- Gambar 12.1 Blok Diagram Proses Desain
pakan proses yang sangat mutakhir dan membutuhkan keterlibatan
12.2.1 ldentifikasi Masalah
penuh tidak hanya para insinyur desain tetapi juga para ahli di bi-
dang manufactur, keuangan, pemasaran, pengendalian mutu, mate- Pemahaman yang benar tentang keinginan atau persyaratan pa-
rial dan lain-lain. lnput utama dalam proses desain ialah fakta-fakta sar tentang produk yang akan dibuat merupakan kunci keberhasilan
tentang produk atau jasa yang akan dibuat. Sehubungan dengan itu, dari proses desain. Yang dimaksud dengan keinginan dan persyaratan
pasar tentang produk yang akan dibuat berkaitan dengan fakta dan
dalam mendesain produk langkah peftama yang dilakukan ialah me'
ngenali motif produk yang memenuhi persyaratan pasar atau keingin- informasi tentang produk apa yang dibutuhkan oleh pasar atau para
an pelanggan. Secara sistematis, langkah-langkah yang dibutuhkan calon pelanggan serta atribut dari produk tersebut. Jika keinginan dan
dalam desain produk meliputi: identifikasi masalah, pengembangan karakteristik produk tesebut tidak secara cermat diidentifikasi maka
ide awal dan alternatif, analisis detail dari ide awal, evaluasi engineer- desain yang akan dihasilkan tidak akan mencerminkan realitas pasar.
i mplementasi
i ng dari alternatif desai n, pemi I i han alternatif desai n dan Proses identifikasi masalah meliputi kegiatan-kegiatan pe.
"12.1
seperti terlihat pada Cambar ngumpulan data dan fakta lapangan, surve dan eksperimentasi pasar,
membuat pertimbangan baik secara intuisi maupun analisis, termasuk
melakukan pengukuran terhadap variabel dan parameter lapangan
yang dipandang berpengaruh penting. Misalnya jika diinginkan un-

312 Perencanaon don Pengendolian Produki


Perencanoon Proses llonuf akturing 313
12.2.4 Analisis dan Proses Keputusan
tuk memproduksi komputer bermutu tinggi dengan ukuran note book
Proses analisis ialah tahap berikutnya dengan kegiatan menga-
maka perlu diidentifikasi karakteristik dari produk tersebut yang di-
nalisis dan mengevaluasi desain terbaik ditinjau dari berbagai kriteria
pandang efektif untuk memenangkan persaingan di pasar. Peftanyaan
antara lain ialah biaya, persyaratan fungsional dan kemampuan me-
yang harus dijawab dalam tahap identifikasi masalah ialah kebutuhan
nembus pasar persaingan (marketability). Untuk mengevaluasi desain
mengenai berat yang diinginkan, tingkat portabilitas, tingkat keleng- ':,
i_'i
t digunakan berbagai alat evaluasi seperti metode finite-element, dan
kapannya, ukuran, keyboard layout, kompatibilitas operating system
3 assembly analysis.
dan berbagai fitur lainnya. Semua informasi di atas dibutuhkan dalam n
membuat desain komputer tersebut. ilL Apabila analisis dan evaluasi telah dilakukan dengan teliti maka
*G dapat diambil keputusan alternatif desain mana yang akan dipilih.
12.2.2 Pembuatan lde Awal +
Dalam praktek, sering hanya sebuah desain saja yang dipilih. Oleh
Apabila domain masalah telah diidentifikasi maka pada tahap *1
karena itu, desain yang terpilih haruslah selengkapnya memiliki karak-
berikutnya dimunculkan ide.ide sebanyak mungkin. Berbagai cara teristik yang diinginkan yaitu memenuhi kriteria mutu, biaya pembuat-
dapat dilakukan untuk memunculkan ide.ide yang dimaksud salah an yang minimum, dapat dengan segera diwujudkan dan lain-lain.
satu cara yang paling sering digunakan ialah gugah pendapat (brain Pada umumnya untuk proses pengambilan keputusan ini digunakan
strorming). tde-ide yang dikemukakan dalam gugah pendapat ialah alat matrik keputusan (decision matrix approach) untuk membanding-
mengenai alternatif pemecahan masalah yang telah diidentifikasi. Se' { kan keunggulan dan kelemahan masing-masing alternatif desain ditin-
tiap alternatif yang dikemukakan haruslah lebih unggul dari apa yang ., jau dari karakteristik yang diinginkan.
dilakukan saat ini. Misalnya dalam contoh pembuatan komputer uku- :i

ran notebook seperti dikemukakan di atas, dipertimbangkan kemung-


12.2.5 Proses lmplementasi
kinan penggunaan teknologi yang disebut very large scale integrated Tahap implementasi ialah tahap pembuatan dari desain yang
circuit, pemilihan bahan dan kompleksitas desain serta pilihan-pilihan terpilih yang meliputi detail dari bahan yang akan digunakan, dimensi,
lain yang memberikan kehandalan produk dan kemudahan pembuat- toleransi dan kehalusan permukaan yang harus dihasilkan. Untuk itu
dibuat gambar teknik yang dapat digunakan secara langsung untuk
pembuatan rencana proses manufaktur.
12.2.3 Proses Penghalusan lde'ide
Dalam tahap ini beberapa ide yang dinilai cukup baik diperta- 12.2.6 Computer-aided Design
jam dan keunggulan masing-masing alternatif dievaluasi. Proses peng- Computer-aided design adalah proses desain dengan bantuan
halusan ide meliputi pembuatan gambar-gambar teknik dalam skala komputer. Dalam proses ini para insinyur desain memberikan penge-
(sca/e engineering drawings) dari ide tersebut agar dapat dilihat keun- tahuan, kreativitas dan pengendalian proses desain mulai dari tahap
tungan dan kerugiannya dari sudut penggunaan ruangan, ukuran kri- identifikasi masalah sampai ke tahap implementasi. Komputer kemu-
tis, dimensi dari struktur dan lain-lain. Penggunaan model geometrik dian memperbaiki efisiensi dan produktifitas proses desain melalui
akan sangat membantu dalam menetukan identitas produk tersebut. pembuatan grafik yang teliti tetapi mudah dimodifikasi, melakukan
analisis desain yang kompleks pada kecepatan tinggi, menyimpan dan

Pe rencanaon Proses lvlonuf oktu ri ng 315


314 Pe r encanaon don Pe nge ndali an P r odu ksi

..'u\
yang telah ditetapkan. Perlu diketahui bahwa bidang manufaktur tidak
mengambil kembali informasi. Sistem computer-aided desrgn pada
hanya berhubungan dengan pengolahan logam tetapijuga mencakup
dasarnya adalah campuran dari karakteristik terbaik manusia peran-
pengolahan bahan kimia dan elemen elektronik. Namun demikian,
cang dengan kecepatan dan ketelitian komputer dalam memroses un-
proses manufaktur yang dibahas dalam bab ini dibatasi hanya pada
tuk mendapatkan hasil desain yang terbaik. Computer-aided design
proses pengolahan logam (metal-cutting process)
drafting (CADD) digunakan untuk membuat gambar kerja dan doku-
men engineering lainnya dengan bantuan komputer- (a) Straight turning (c) Profiling
G) Tapor tuming

ftF'
I
Pada intinya, computer-aided design terdiri dari tiga komponen
utama yaitu perangkat keras (komputer dan kelengkapan input-output),
perangkat lunak aplikasi (application software) dan perangkat lunak
sistem operasi (operating system software). Perangkat lunak operasi
-- ll
(d) TumirE and ext€rn8l Srmving
ffi (c) Faclry (/) Face grooi/ing

bertindak sebagai interfase antara perangkat keras dan sistem peranS-


kat lunak aplikasi computer-aided design Arsitektur dari dasar sistem ffi+
.-D
-[h'
computer-aided design adalah seperti terlihat dalam Gambar 12.2.

ffi
(a) Form tool 0r) Bodrg ard int€rnal Srooving (i) Drilling

User
interface
rf'l (il Cutingoff

ffi
{&) Ttuerdltq

U^
I

Sumber: Singh, N. (1996)

Gambar 12.3 Beberapa Tipe Proses Pada Pemesinan Bubut


Proses manufaktur yang termasuk dalam kategori proses dasar
Gambar 12.2 Arsitektur Dasar Sistem Computer-aided Design adalah turning, drilling, milling dan grinding (Singh, N, t 996). Turn-
rng adalah proses pemesinan (machining process) untuk pembuatan
L2.STiniauan Rin$kas Proses Manutactufing! benda-benda berbentuk silinder, konis, bola dan benda-benda yang
Proses manufarcturing ialah semua proses yang merubah ben- permukaan luar atau dalamnya halus, beralur, berbentuk tak teratur,
tuk dan sifat-sifat bahan yang diproses untuk memenuhi spesifikasi dan lain-lain seperti terlihat pada Cambar 12.3. Proses pembentuk-

Perenconaon Proses l{ianufokturing 317


316 Perenconaon dan Pengendalian Produki
o Countershinking : Seperti pada counterboring tetapi lubang
an dilakukan oleh mata pahat terhadap benda kerja yang berputar
berbentuk konis
pada sumbunya. Jenis mesin perkakas yang digunakan untuk proses
o Reaming Melakukan proses penyesuain ukuran lu-
ini ialah mesin bubut (engine lathe). part dan komponen yang tipikal bang untuk mendapatkan akurasi yang tinggi
dihasilkan oleh proses ini ialah pins, shaft (batangan), spindle, handle, . Tapping Membuat gigi sebelah dalam dengan meng-
dan komponen-komponen berbentuk O-ring groov, hole, thread (alur gunakan threaded tool with multiple teeth
pada permukaan dalam atau luar). Proses pemotongan yang dilakukan
oleh mesin bubut antara lain straight turning, tapper turning, profiling, Milling adalah proses permesinan yang digunakan untuk mem-
turning and external grooving, facing, face grooving, drilling, boring bentuk permukaan datar, bergelombang (contoured), atau berpilin
and internal grooving, cutting off (pemotongan), threading dan knurl- (helical). Pada proses milling, mata pahat dan benda kerja bergerak
ing. Parameter penting yang menjadi perhatian pada proses ini ialah secara simultan yaitu mata pahat berputar dan dikenakan pada benda
kecepatan potong @uttingspeed), kecepatan gerak benda kerja (feed kerja yang bergerak lurus. Berdasarkan kepada arah gerakan mata pa-
rate), ke dalaman potong (depth of cut), dan waktu proses (machining hat dan benda kerja, proses smiling dibedakan atas up-milling, dan
time). down-milling. Pada up-milling, benda kerja dimasukkan berlawanan
arah dengan perputaran mata pahat sedangkan pada down-milling,
Drilling adalah proses dasar yang dilakukan untuk pembuatan
arah putaran mata pahat bersamaan dengan arah pemasukan benda
lubang pada benda kerja baik berupa lubang tembus (through hole)
kerja pada titik kontak antara mata pahat dan benda kerja. Untuk
maupun lubang buntu atau tak tembus (blind hole). Pada umumnya
menghasilkan berbagai bentuk, pilihan milling cutter ada bermacam-
pembuatan lubang pada benda kerja ditujukan kepada keperluan
macam antara lain plain milling cutter untuk menghasilkan permukaan
penggabungan partatau komponen dalam proses assembling dengan
datar, side milling cutter untuk menghasilkan permukaan yang beralur
menggunakan paku keling (rivet), sekrup (screw) atau baut dan mur
(slot, groove dan spin) , T-slot dan form milling cutter untuk membuat
(bott\. Berbeda dengan proses turning, pada proses drilling mata pahat
roda gigi (gear) dan membuat permukaan yang cembung atau cekung.
berbentuk silinder berukuran tertentu (cylindrical rotary-end cutting)
berputar pada titik yang diinginkan pada benda kerja. Proses grinding pada dasarnya mirip dengan proses milling ke-
cuali sebagai pengganti mata pahat digunakan roda pengikis (abrasive
Beberapa proses lain yang berkaitan dengan pembuatan lubang
whee/s) yang berputar dan kontak dengan benda kerja. Proses grind-
pada benda kerja antara lain ialah boring, counter boring, spot facinS,
ing digunakan untuk menghaluskan permukaan atau lebih tepat dise-
countershinking; reaming dan tappi ng.
but untuk mendapatkan dimensi yang teliti pada produk-produk yang
c Boring : Membesarkan lubang yang sudah ada sebe- dikerjakan. Pengikisan atau pembuangan bagian-bagian pada permu-
lumnya kaan benda kerja dilakukan dengan menggunakan roda abrasif 'yang
. Counterboring : Membesarkan lubang hanya pada satu sisi berputar di atas permukaan benda kerja. Proses grinding terdiri dari
saja berbagai tipe antara lain gerinda permukaan datar (surface grinding),
. Spot facing : Melakukan finishing pada area sekitar lu- gerinda silindris (cylindrical grinding), gerinda internal (internal grind-
bang ing) dan center/ess grinding.

Pe rencanaan Pr oses llanu f aktu ri ng 319


318 Pe re nconaan dan Pengendalian Produki
L2.4 Lan$kah-lan$kah Perencanaan Proses Langkah 3: Penentuan operasi manufaktur dan urutan operasi
Untuk mendapatkan fitur, dimensi dan toleransi yang
Langkah-langkah kegiatan yang perlu dilakukan secara sistematis
sesuai dengan persyaratan desain, dibutuhkan serang-
dalam perencanaan proses manufaktur dilakukan secara bertahap mu-
kaian proses operasi manufaktur dan tata urutan ma-
lai dari analisis kebutuhan, pemilihan benda kerja, penentuan proses
sing-masing operasi mulai dari operasi pertama hingga
pemesinan dan tata urutan, pemilihan mesin perkakas (machine tools),
akhir. Penentuan proses operasi dan tata urutan (ope.
pemilihan alat pemotong dan peralatan bantu (working devices serta
ration sequence) merupakan kegiatan kritis karena ter-
peralatan inspeksi), dan penentuan kondisi pemesinan yang mencakup
kait dengan pemilihan berbagai alternatif dengan kon-
cutting speed, feed and depth of cut dan waktu manufacturing yaitu
sekuensi waktu dan biaya masing-masing alternatif.
setup time, processing time, dan lead time of manufacturing. Secara
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
sistematik, langkah-langkah tersebut ialah sebagai berikut:
tipe mesin dan tata ulutan proses operasi antara lain
Langkah 1: Analisis kebutuhan dan persyaratan rancangan part ialah:
yang akan dikerjakan. a. Efisiensi biaya dan waktu
Untuk menyusun rencana proses pembuatan suatu part Kendati untuk mengerjakan sesuatu part atau kom-
atau komponen perlu diketahui berbagai informasiten- ponen dapat dilakukan dengan beberapa alternatif
tang desain dari part atau komponen tersebut, misal- operasi, tingkat efisiensi waktu dan biaya masing-
nya data tentang spesifikasi data dimensi, toleransi dan masing operasi sering berbeda sehingga perlu dipi-
fitur. Pertama-tama dianalisis fitur dari partlkomponen lih tipe operasi yang lebih efisien.
yang meliputi bentuk geometris (datar, silindris, konis,
bertingkat-tingkat, bertepi dan lain-lain). Variasi lain
b. Ketergantungan proses operasi
Walaupun tidak sedikit part dan komponen dapat
dapat ditambahkan misalnya berlubang, beralur, beru-
dihasilkan dengan proses operasi yang satu de-
lir dan lain-lain. Analisis dimensi dan toleransi dilaku-
ngan yang lain tidak saling bergantung tetapi tidak
kan .setelah bentuk geometris dijelaskan.
jarang pula faktor ketergantungan operasi perlu
Langkah 2: Pemilihan bahan benda kerja diperhatikan untuk mendapatkan mutu yang lebih
Pemilihan bahan benda kerja merupakan salah satu ta- baik.
hap yang sangat penting dalam perencanaan proses.
Faktor kesesuaian bahan (bentuk, ukuran dan jenis
c. Faktor toleransi
Mesin-mesin tertentu dirancang untuk mendapat-
bahan) sangat menentukan biaya proses pemesinan.
kan spesifikasi dengan toleransi tertentu. Tidak
Misalnya, bahan yang memiliki tebal jauh di atas ke-
jarang pula ditemukan bahwa pada toleransi ren-
butuhan tidak hanya menimbulkan beban biaya bahan
dah, cukup dilakukan dengan satu proses opera-
yang tinggi tetapi juga waktu proses pemesinan (ma-
si tetapi apabila diinginkan toleransi lebih tinggi
chining time) yang lama dan penggunaan mata pahat
maka dibutuhkan dua atau lebih operasi. Misal-
yang lebih banyak.
Dy?, pembuatan lubang pada benda kerja dengan

320 Perencanoan dan Pengendalion Produksi Perencanaan Proses llonuf akturi ng 321
permukaan kasar pada toleransi rendah cukup an inspeksi dibutuhkan dalam mengendalikan akurasi
dengan melakukan operasi drilling. Tetapi apabila dimensi, toleransi dan kehalusan permukaan akhir pro-
pada permukaan halus dan toleransi lebih tinggi duk.
dibutuhkan proses drilling yang kemudian diikuti Pemilihan mesin perkakas, mata pahat atau alat pe-
oleh proses boring(Singh, N, 1996\. motong kutting tools), peralatan bantu (work holding
Langkah 4 : Pemilihan mesin perkakas device) dan peralatan inspeksi tidak terlepas dari atau
Pemilihan mesin perkakas untuk melakukan proses didasarkan pada bentuk part yang dibuat. Misalnya,
operasi yang sudah ditetapkan sangat kompleks karena jika part yang dibuat berada pada toleransi + 0.0002
banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Faktor- sampai + 0.0005 inch per inch dan kehalusan permu-
faktor pertimbangan dalam pemilihan mesin perkakas kaan akhir 16 - 32 p inch maka mesin perkakas Swiss
antara lain ialah atribut benda kerjh, atribut mesin dan Automatics dengan high-speed stee/ sing/e-point tool
volume produksi. sering direkomendasikan untuk digunakan (Singh, N
Atribut benda kerja antara lain ialah bentuk, dimensi 1 996).

dan toleransi partlkomponen yang akan diproduksi, Alat bantu yang dibutuhkan untuk menempatkan dan
bentuk dan jenis bahan yang digunakan' memegang benda kerja sangat beragam antara lain
Atribut mesin perkakas antara lain ialah moda operasi ialah c/amps, iigs dan fxture. Alat-alat bantu ini dapat
(manual, semi otomatis, otomatis, pengontrolan secara dibagi atas tiga kategori ditinjau dari sifatnya manual
numerik), kemampuan perkakas misalnya ukuran, tipe atau flexibel yaitu manually operated devices, de-
magazine, penggantian secara otomatis dan lain-lain). signed devrces dan flexible fixture devices. pemilihan
alat bantu ditentukan oleh bentuk, dimensi, akurasi di-
Volume produksi yang dihasilkan ditentukan oleh
mensi, kecepatan produksi dan keragaman part yang
frekuensi pesanan dari pelanggan.
akan dikerjakan.
Tiga kriteria dasar yang pada umumnya digunakan
untuk menilai kesesuaian mesin perkakas dalam me-
Langkah 6: Penentuan kondisi pemesinan
Yang dimaksud dengan kondisi pemesinan ialah ke-
nyelesaikan operasi manufaktur ialah unit biaya pro-
seluruhan mengenai, kecepatan gerak benda kerja dan
duksi, waktu ancang-ancang manufacturing dan mutu
ke dalaman potong dalam proses pemesinan. Selama
produk yang diperoleh.
proses pemesinan, ketiga variabel di atas harus diken-
Langkah 5 : Pemilihan alat pemotong, alat bantu dan peralatan ins- dalikan untuk mendapatkan kondisi pemesinan yang
peksi
optimum. Untuk mendapatkan kondisi pemesinan
Mesin perkakas dengan alat pemotong tertentu akan yang optimum, berbagai model perencanaan proses
memberikan bentuk pada part yang dibuat- Alat bantu telah dikembangkan, salah satu di antaranya akan di-
dibutuhkan untuk menempatkan dan memegang ben- uraikan berikut ini.
da kerja sehingga benda kerja dapat dibentuk. Peralat-

322 Pe rencanoon dan Pengendalian Produksi Pe renconoan Proses Manufoktu ri ng 323


12.5 Model Penentuan Kondisi Pemesinan t:
e
waktu non-prod uktif (men it)
t: waktu pemesinan (menit/unit)
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kriteria pokok yang sering
m
td waktu penggantian mata pahat (menit)
digunakan dalam menilai optimalitas proses pemesinan ialah biaya t- waktu pemesinan aktual per unit (menit/unit)
per unit, waktu ancang-ancang manufactur dan mutu produk yang di-
a
T umur pakai mata pahat
hasilkan. Berikut ini diuraikan sebuah model matematika yang cukup
sederhana yang dapat digunakan untuk mencapai kondisi pemesinan
yang optimal (sin+h, N, 1996).
cu - Core +corm .."u(?)..,(?) (12.1)

vTn :C (12.2)
12.5.1 Biaya Manufacturing per Unit rLD
Untuk mengetahui besarnya biaya pembuatan komponen per
t-: 1000VF
(12.3)
I
,'nit (rrnrfacturing cost per piece) perlu diketahui terlebih dahulu
apa saja komponen-komponen biaya tersebut. Taylor membagi bi-
c.: c.r. ...(##) ...(##Xi)"',, ..,(##)[;)"' (12'4)

aya manufacturing atas empat komponen yaitu biaya non-produktif


(non-productive cost), biaya pemesinan (machining time cost), biaya
i
vmin : (*,)['f")] (12.s)
penggantian alat (too/ changing cost), biaya alat (tooling cost). Biaya ,1

non-produktif adalah biaya yang dibebankan sehubungan dengan


pelaksanaan persiapan untuk pemesinan seperti memasukkan dan
*
.*
s
l
rmn: (* ,)tr#") (12.6)
s
mengeluarkan benda kerja (loading and unloadingwork piece), mesin
12.5.2 Kecepatan Produksi Maksimum
menunggu (idle time\ dan lain-lain.

Biaya per unit ( C,) - Biaya non-produktif per unit + biaya pemesin- Tu- re +tm.u(?) (12.7)
an per unit+ biaya penggantian mata pahat
per unit + biaya mata pahat per unit (
nLD.[.,ooorrj[a]
nLD \/r\l/n
Tr- *,ooorf t4 (12.8)
'u
Misalkan,
C
co : upah rata-rata operator dan supervisi ($/ menit)
v maks (12.9)

cr
C
biaya rata-rata mata pahat per proses ($ per cutting edge)
konstanta yang berhubungan dengan masa pakai mata pa-
rF,l,
hat rnaks: (12.10)
Kecepatan potong (meter/men it)
[(*-rft,)]
f kecepatan umpan (mil I imeter/putaran)
d ke dalaman potong (millimeter)
n konstanta

324 Perencanoon don Pengendalian Produki Pe rencanaan Proses llanufokturing 325


1 2.5.3 Waktu Ancang-an cang Manufacturing Dengan demikian, maka dapat dihitung bahwa:
Waktu ancang-ancang : Waktu setup utama + TrQ a. Umur mata pahat minimum (f min)
Untuk memudahkan pemahaman rumus-rumus di atas, berikut ini
diberikan sebuah contoh hipotesis sederhana. Misalkan Departemen
Pemesinanan mendapat order untuk pembubutan ba.ia batangan
T
'mtn (*-,)t+f")
dengan panjang 50 cm dan diameter 5 mm sebanyak 1000 unit.
Sesuai dengan spesifikasi produk yang diinginkan, mesin perkakas 0.21x0.50 + 4.50
yang dipandang sesuai untuk pekerjaan tersebut ialah NC /athe pada
kecepatan 0.20 mm per putaran dan ke dalaman potong 1 mm.
tt#'I o.25 )l
Berdasarkan kondisi tersebut, misalkan persamaan umur mata pahat 73.68 menit
sebagai fufigsi dari kecepatan potong (persamaan 9.2) adalah vI' :'C b. Kecepatan potong minimtim (umin)
di mana n : 0.20 dan C :200 (diasumsikan). Misalkan pula:
. Upah operator mesin perkakas : $ 8.00 per jam C
'mrn
. Upah buruh tidak langsung : $ 4.60 per jam r,fiin
. Tarif mesin bubut (termasuk biaya tak langsung : $ 12.00 per
200
jam : 84.64 m per menit
r Harga mata pahat : $ 24.00 per unit (73.68)0'20
o Lamanya operasi pemesinan : 2 menit per unit
o Lamanya waktu memasukkan/mengeluarkan bahan : 0.50 menit c. Umur mata pahat maksimum (I.rt )
per unit
r Lamanya waktu untuk penggantian mata pahat : 0.50 menit r^"k [(* ,)u,,]
o Mata pahat hanya dapat diasah maksimum 5 kali, berarti jumlah
penggunaan maksimum ialah 6 kali.

Upah operator mesin dan buruh tak langsung (co) ialah: -2oomenir
t(*-r)]osol
8'oo+ 4'60 :
Co: $ 0.21 per
DU.zl menit
Perllletllt d. Kecepatan potong maksimum (v.rks)
60
Biaya mata pahat per operasi (c, ) ialah:
vmaks
ct: 24.00 '_
6
12.00 :
60
$4.50
ttrr]t 200
: 174.11 menit
(z.oo)o'20

326 Perenconaon don Pengendolian Produki Perenconaon Proses lllonufokturing 327


e. (C,) ialah:
Biaya minimum per unit
ir BAB
Dengan kecepatan umpan 0.2 mm per putaran maka jumlah

13
putaran untuk menyelesaikan benda kerja sepanjang 50 cm ialah
s
(500 mm)/ (0.20 mm) : 2500 putaran. Volume pekerjaan yang
dihasilkan (2500)(a)(50):392.500 mm atau 392.50 m. Dengan
kecepatan potong minimum (vrin) sebesar 84.64 m per menit Rekayaso Serempuk
maka waktu pemesinan atau waktu potong per unit (t.) yang
dibutuhkan ialah (392.50)/(84.64) : 4.64 menit per unit. Dengan
mengasumsikan/.identik dengan lo maka biaya minimum per
unit (C,) dapat dihitung sebagai berikut:

C, cote + cotm +.,,r(9 ..,(9 13.1 Konsep Dasar


(0.21)(0.s)(**) teknologi rekayasa serempak (concurrent engineer-
(0.21x0.s) + (0.21 )(4.64)+ lphirnya
( +.aq\ ll ing) sering disebut sebagai respons Abad XXI terhadap kondisi
+4.50
T a'Jv 1-l c{.-rp"rruingan dalam dunia manufactur. Hal ini berhubungan de-
\lE.oa) ngan perubahan karakteristik pasar yang memperlihatkan keragaman
$ 1.37 per unit. produk yang semakin tinggi, desain produk yang semakin kompleks
Waktu produksi per unit pada kecepatan produksi minimum ([ ) dan tingkat permintaan yang semakin rendah sefta kecenderungan
lingkungan manufactur terhadap discrete products. Agar perusahaan
Tu re + rm -,-,rf+l
\,,/ ( 4.64\
industri manufaktur dapat bertahan dalam lingkungan yang demikian
kompleks, setiap perusahaan harus mampu memperbaiki dan mem-
0.50 + 4.64 + 0.s0
[i368J pertahankan produktivitas dan mutu produk yang tinggi serta fleksibili-
5.17 menit tas dalam proses operasi manufacturing.
h. Waktu ancang-ancang ( Z)
Untuk mencapai keadaan yang demikian, perusahaan mem-
Waktu ancang-ancang (I) untuk menyelesaikan order berukuran butuhkan sistem perancangan, manufacturing dan distribusi produk
1000 unit ialah, jika waktu setup utama (/) misalkan 15.0 menit yang bersifat komprehensif yang didukung oleh ketersediaan infor-
ialah:
masi yang akurat, tepat waktu dan tepat mutu sehubungan dengan
L : l+(Q)(T") kebutuhan perancangan, manufacturing, distribusi produk serta ke-
: 5.0 + (1000)(5.17 inginan pelanggan. Rekayasa serempak (concurrent engineering) me-
)menit
: 5. 185 menit rupakan salah satu upaya yang ditemukan untuk menjawab masalah di
atas atau paling tidak sebagai pendekatan terhadap masalah tersebut.
-oo0oo- Rekayasa serempak pada dasarnya adalah suatu kesepakatan dalam

328 Perencanoan don Pengendolian Produksi


perubahan terhadap model tersebut maka fungsi yang terkait langsung
mengintegrasikan secara penuh fungsi-fungsi perancangan, analisis
dengan pengubahan prototipe tersebut akan melakukannya secara ter-
dan engineering dari produk dan proses. Pengintegrasian ini diarah-
isolasi dalam arti hanya perubahan prototipe itu saja yang difokuskan.
kan kepada pengurangan biaya dan waktu serta peningkatan kualitas
Padahal bisa terjadi bahwa jika prototipe dirubah maka ada aspek lain
produk yang akan dihasilkan.
yang terkena untuk penyesuaian. Apabila situasi yang demikian ter-
Rekayasa serempak adalah manajemen dan sekaligus filosofi jadi pada setiap fase maka dapat dipastika akan timbul tambahan bi-
rekayasa dalam perbaikan mutu produk dan pengurangan biaya dan aya, waktu dan kemungkinan besar penurunan mutu yang semuanya
waktu penyelesaian produk-produk mulai dari tahap pembuatan kon- menjadi beban tambahan kepada perusahaan tersebut. Rekayasa serial
sep produk hingga pengembangan produk termasuk modifikasi pro- secara diagramatik dapat digambarkan sebagai berikut:
duk. Rekayasa serempak didefinisikan oleh The US lnstitute of De-
fence (1989) sebagai berikut: Rekaydsa Manufaktuing, test,
mutu,pelayanan
Rekayasa serempak adalah suatu pendekatan sistem atis dalam
perancangan secaraterintegrasi dan serempak dari produk dan semua
proses yang berkaitan termasuk manufaktur dan pendukungnya.
Pendekatan ini dimaksudkan untuk menyadarkan dan mengingatkan
para tenaga-tenaga yang terlibat agar memperhatikan secara kompre-
hensif dan terintegrasi semua elemen dalam product life cycle mulai
dari konsepsi sampai disposal produk termasuk mutu, biaya, iadwal
dan kebutuhan dari pelanggan. i!!ii#ii:'i!i!i!,i,;,
arti bahwa perancangan dan
Rekayasa serempak mempunyai Cambar 13.1 Diagram Alir Rekayasa Serial
pengembangan produk termasuk semua proses dan peralatan ma-
Jika dalam fase proses pengujian muncul kesimpulan bahwa beberapa
nufacturing serta peralatan perbaikan ditangani secara serempak. lde
variabel desain seperti kekuatan bahan atau dimensi harus dirombak
rekayasa serempak ini menjadi sangat kontras dengan praktek dalam
maka semua tahapan proses yaitu verifikasi, prototipe dan seterusnya
dunia industri yang berlangsung sebelumnya yang menggunakan pen-
harus diulang lagi walaupun mungkin hanya dalam batas-batas terten-
dekatan serial.
tu. Hal ini bukan hanya menimbulkan beban tambahan dalam waktu,
a. Perbedaan Rekayasa Serial dan Rekayasa Serempak tenaga dan biaya tetapi juga akan menimbulkan kebosanan yang bere-
Dalam rekayasa serial (seflal engineering), masing-masing area siko terhadap penurunan mutu produk yang akan dibuat.
fungsional yaitu desain , manufacturing, pelayanan pelanggan dilaku-
Berbeda dengan rekayasa serial, dalam rekayasa serempak, se-
kan secara terpisah. lnformasi dalam rekayasa serial berjalan secara
mua fungsi diintegrasikan dengan proses desain. Selama proses de-
berurutan sesuai dengan urutan fasenya. Misalnya, apabila model pro-
sain, rekayasa serempak membuat pertimbangan keuntungan dan ke-
totipe produk yang diverifikasi oleh hardware prototyping atau pun rugian dalam hal parameter manufacturing, pengujian, dan pelayanan
melalui suatu teknik simulasi menyimpulkan bahwa perlu diadakan
terhadap kinerja, ukuran, berat dan biaya produk yang akan dibuat.

Rekayoso Serempak 331


330 Perenconaan dan Pengendalian Produksi
Perbedaan rekayasa serempak dengan rekayasa serial dapat lebih
jelas situasi dalam fase desain atau perancangan secara lengkap
adalah seperti terlihat alam diagram Cambar 13.3. Proses perancang-
terlihat dalam diagram alir rekayasa serempak seperti ditunjukkan da-
lam Cambar 13.2.
an memperhatikan dan mempertimbangkan Semua yang bersumber
dari perencanaan mutu, kebutuhan pelanggan, pembelian, sistem
akuntansi pembiayaan, pemasaran dan penjualan, material handling,
proses manufacturing, operasi assemb/ing (perakitan produk) hingga
data-data manajemen. Mengingat demikian banyaknya faktor yang ha-
rus dipertimbangkan yang kemungkinan besar membuat fleksibilitas
dalam proses perancangan semakin berkurang maka dilakukan pe-
nyesuain-penyesuaian bukan hanya terhadap hasil desain tetapi juga
terhadap aktivitas yang mempengaruhi proses desain tersebut. Hal ini
sangat penting untuk mendapatkan hasil desain yang optimal.

Sumber: Singh, N. (1989)

Gambar 13.2 Diagram Alir Rekayasa Serempak


Diagram di atas memperlihatkan bahwa dalam fase desain,
semua informasi yang kritikal mengenai kinerja yang diharapkan dari
produk yang sedang dirancang, pengujian, operasi manufacturing,
mutu, batasan pembiayaan dan sistem pelayanan kepada pelanggan
dikumpulkan secara lengkap lebih dahulu sebelum proses desain di-
lakukan. Semua informasi tersebut kemudian dipertimbangkan secara Sumber: Singh, N (1 989)

serempak dalam proses desain bahkan oranS-orang yang berkom-


Gambar 13.3 Tim Lintas Sektor Pada desain Menurut
peten dengan sumber informasi tersebut ikut dalam tim desain. De-
Rekayasa Serempak
ngan demikian, hasil rancangan tersebut telah memperhatikan semua
aipet ke depan yaitu fase-fase setelah desain selesai. Hal ini akan Singh, N. menggambarkan tipikalcurve yang menjelaskan persentase
memperkecil tejadinya pengulangan proses yang berarti pengurangan biaya yang ditanggung pada setiap tahap dalam productJife-cycle se-
perti terlihat dalam diagram Cambar 13.4 .
dalam pemborosan waktu, biaya, tenaga dan lebih menjamin tercapai-
nya mutu produk seperti diharapkan.

Rekoyasa Serempak 333


332 Perenconaan dan Pengendolian Produksi
Ditolak

Dimensi rata-rata

Gambar 13.4 Kurva Karakteristik Biaya yang Timbul Selama Daur 1 t 0.003 inch
Hidup Produk (b)
Misalkan Departemen desain menetapkan batas toleransi untuk Gambar 13.5 (a) Proses transformasi dan (b) Kurve Normal Untuk
memenuhi kebutuhan fungsional tertentu dan t[ dan t[ masing-mas- Dimensi Produk
ing adalah batas toleransi atas dan bawah untuk komponen shaft yang
Dimisalkan bahwa manajemen menetapkan kebijakan proses manu-
dikenakan sistem toleransi ke k.Juga dimisalkan bahwa o; dan p;
facturing tidak melakukan rework dalam arti apabila ada produk di-
masing-masing adalah deviasi standar dan dimensi rata-rata proses
mensinya berada di luar batas toleransi maka produk tersebut ditolak
untuk produk shaft tersebut dengan menggunakan alternatif metode
dan dijadikan limbah. Bila V,.f , yi1, dan y-'adalah jumlah output, in-
manufacturingke j. Dimisalkan lagi bahwa dimensi produk yang di-
put dan skrap maka pada tahapan transformasi yang menggunakan
hasilkan terdistribusi secara normal sebagai berikut:
proses manufacturingke j, akan diperoleh jumlah skrap sebagai beri-
kut:
tf; -$i = a,l* (13.1)
o;
sC;r : o(zjo),r * 1 - o(zir)
ti. - *ri zt
/,t
--tK
(13.2)
+ (13.3)

o;
di mana, /( ) adalah fungsi padat kumulatif dari variate normal stan-
Zi1, dan Zlildalah variate normal standar masing-masing un-
-:
di mana
dar. Lebih lanjut, pada tahapan transformasi terjadi neraca bahan se-
tuk batas ioleransi atas dan bawah dalam sistem toleransi alternatif
bagai berikut:
yang menggunakan metode manufacturingke k -

Pe renconoan dan Pengendalian Produksi Rekayasa Serempak 33s


proses manufacturing maka akan diperoleh persamaan untuk biaya
Yiu:vf1,+V:,1 (13.4)
sebagai berikut:
Koefisien teknologi per unit output yang memperlihatkan hubungan- x'iuyio +vlut(v|u)= riurfo + xi1,vf* (13.11)
nya dengan penggunaan input dan skrap yang terjadi dapat digambar-
kan sebagai berikut: Apabila persamaan (13.11) dibagi dengan Y,.f maka diperoleh unit
. :# Y!,- cost untuk output X,f sebagai berikut:
k'k (13.s)
Yi*
xi.:[+),., . rl (13.12)
,.s:
xi*
Yfk
uo (.13.6)
[*J-o [ffJ,t
ri* Dalam bentuk yang disederhanakan, persamaan di atas adalah sebagai
beiikutt
Persamaan (1 2.1j - 02.6)memberikan hasil sebagai berikut:
sc;t Xio : k',oX',* -kioxio * *',of(vio) (13.13)
kio t - SC;r Persamaan (13.9), (13,10) dan (13.13) merupakan model analitis yang
menjelaskan bagaimana desain dan manufacturing berinteraksi ditin-
o(z',u)*1-oki-)
_W,rTM,I (13.7) jau dari sudut unit biaya untuk pada kegiatan produksi, mutu dan wak-
tu ancang-ancang m an ufactu r i n g.

* Unit Biaya
k'io'
- l * ki.k
1
Persamaan (12.13) memperlihatkan hubungan antara unit biaya
sebagai fungsi dari parameter desain dan manufacturing. Hubungan
(13.8)
analitis ini sangat menolong dalam memahami implikasi perubahan
* Persamaan Neraca Bahan alternatif spesifikasi desain dan teknologi manufacturing terhadap unit
biaya.
Persamaan neraca bahan bila diturunkan dari persamaan
koefisien teknologi akan diperoleh sebagai berikut: * Waktu Ancang-ancang Rata-rata
Yi* : k'p
(13.9) Berdasarkan persamaan (12.9), waktu ancanS-ancang rata-rata
proses manufacturing dengan menggunakan teknologi manufacturing
Y:tk :
(13.10)
k;kYfl
ke I yaitu Ii dapat dihitung sebagai berikut:
* Persamaan Untuk Biaya
Bila Sradalah waktu setup, adan ti adalah waktu proses manufactur-
Dalam proses transformasi, nilai uang yang masuk sama dengan ing maka waktu ancang-ancang manufacturing t untuk menghasil-
,
nilai uang yang keluar..lika Xjr Xfl, dan Xf1 masing-masing adalah tan y,? unit produk akhir yang memenuhi spesifikasi adalah:
biaya untuk input, output dan skrap aan f(V,'u) adalah unitcost untuk

336 Perenconaan dan Pengendalion Produksi Rekayasa Serempak 337


L3.2 Pendekatan RekaYasa Serlal
Ti = 5, +tikii*Yio* (1 3.14)

dan (13.14) Turret/athe dipandang sebagai alternatif pertama dari teknologi


persamaan-persamaam (13.4), (13.9), (13.10), (13.13)
memilih alter- manufacturingyangdapat digunakan, oleh karena itu untuk teknologi
adalah model matematik yang dapat digunakan untuk
ini 7 = 1. Juga batas toleransi 1 t0.003 dipandang sebagai alternatif
natif sistem toleransi dan proses manufacturing untuk
mendapatkan
lebih cahulu dan pertama dari sistem toleransi yang dapat dipilih untuk pembuatan de-
biaya minimum pada mutu tertentu yang ditetapkan
sain sehingga untuk itu t = 1. sema partyanl berada di atas
atau di
inilah yang menjadi sasaran utama pengembangan model
rekayasa
bawah toleransi tersebut dimasukkan sebagai skrap'
serempak.
Berdasarkan data di bahwa: Z!., = *L96 dan
atas, diperoleh
Untukmemahamibagaimanamodelmatematikahubungan Z\t = -1.00.Dari Tabel normal, dapat dilihat bahwa persentase item
unit biaya,
desain dan proses manufacturing berpengaruh terhadap yang berada di atas batas toleransi ialah 15.87% dan di bawah batas
produk' di bawah
waktu ancang-anc ang manufacturing dan mutu toleransijuga'l 5.87'lo. Dengan demikian persentase
jumlah item yang
ini diberikan sebuah contoh sederhana yang diambil dari Nanua ditolak dan menjadi skrap adalah 31.74"1" dan persentase
produk akhir
S i n gh,Co m p uter I ntegr ated
De s i gn an d M an uf actu r n g'
i

68-26"1o. Berdasarkan hasil analisis ini dapat ditentukan:


PTMetalEngineeringmendapatorderuntukmengolahl.000
unitcylindricalshaftkedalambentukdanukuranyangditetapkan ,. s
Kl1 :1-sc"
SCrr
teknologi proses o Koefisien teknologi skraP
oleh pelanggan. Dengan memahami sifat pekerjaan'
yangtersediadankegunaandariproduktersebut'Departemendesain
inch'
o.3174 : a.4649
merekomendasikan batas toleransi terhadap output t0.003
1
1-0.3174
Datadata yang tersedia adalah sebagai berikut: o ,(i, 1+ kf t
Koefisien teknologi inPut
Biaya bahan
: $ 10.00 Per unit : 1 + 0.4649:1.4649
: $ 2.00 Per unit
Harga iual skraP
Biaya prose s manufacturing
: $ 7'00 per unit . Jumlah unit skrap vli ki.|v,',
: 0.4649 x 1.000
Berdasarkan analisis dari gambar teknik
produk yang akan dibuat, De-
: 465 unit
partemendesainmengusulkanpenSgunaanturretlathedalamproses yi1
manufacturing dengan pendekatan rekayasa serial'
Namun demikian' o Jumlah unit bahan dibutuhkan kf1y1l

sebelum dilaksanakan Departem en Manufacturing


mengusulkan per- : 1.4649 x 1.000
lunya dilakukan analisis mendalam tentang
penggunaan pendekatan : 1.465 unit
rekayasaserempakdankemudianmencobamembuatperhitungan o Unit biaya output Xri : kirxi',- ki,Xi, + kjl(Vi 1)
tentangperbedaanpadaketigaindikatortersebutapabilaorderterse-
serial engineering : 1.4649 x'10.00 -0.4649 x 2.00
but diselesaikan dengan menggunakan pendekatan
(rekayasa serempak). + 1.4649 x 7.00
rekayasa serial) atau concur rent engineering
: $ 23.e7

339
338 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Rekayax SeremPak
perlu dipahami bahwa dalam pendekatan rekayasa serial, spe- tim bahwa jika proses manufacturing digunakan engine latlre sebagai
sifikasi desain adalah penggerak utama, toleransi ditetapkan berdasar- pengganti turret lathe akan diperoleh deviasi standar proses yang le-
kan kebutuhan kinerja dan teknologi manufacturing dipilih atas dasar bih rendah yaitu 0.002 inch. Namun, unit biaya manufacturing akan
pencapaian spesifikasi dari desain. Contoh di atas memperlihatkan meningkat menjadi $ 9.00 per unit dari sebelumnya yang besarnya
bahwa jumlah irem yang ditolak demikian besar yaitu 465 unit yang hanya $ 7.00. Datadata lain kurang lebih sama dengan sebelumnya.
dapat dipastikan sulit diterima oleh manajemen karean dinilai ter- Unit biaya dari output, banyaknya skrap terjadi dan banyaknya bahan
lalu boros. Dengan demikian, cukup beralasan apabila pendekatan dibutuhkan untuk menghasilkan 1.000 produk akhir adalah sebagai
lain dipertimbangkan yaitu rekayasa serempak yang pendekatannya berikut:
menekankan pada penilaian semua aspek secara simultan seperti ter- Karena engine lathe adalah alternatif ke dua dalam teknologi manu-
lihat di bawah ini. facluring makaT = 2. Selanjutnya, karena spesifikasi produk tidak
berubah yaitu mengenai batas toleransi 1 +0.003 inch maka k tidak
1 3.3.3 Pendekatan Rekayasa Serempak berubah yaitu t = l.Tetapi karena deviasi standar berubah dari 0.003
Dalam pendekatan rekayasa serempak, semua batas-batas inch menjadi 0.002 inch maka Zir = +1.5 dan Zt)r= -1.5 sedangkan
fungsional dihilangkan dan fungsi-fungsi marketing desain, rekayas persentase produk ditolak karena melebihi batas atas toleransi adalah
manufacturing dan semua masukan dari stakeholder dianalisis secara 6.700t dan ditolak karena berdimensi lebih kecil dari batas bawah
serempak dan isu-isu yang muncul diintegrasikan dalam diasin, manu' toleransi 6.70o[. Dengan demikian, total produksi yang ditolak adalah
facturing, pengendalian mutu, pelayanan pelangghan dan lain-lain. 13.40olo dan ki, =o.t 547,kr=1.'1547 ' Berdasarkan parameter ini
o Departemen Marketing mendapatkan informasi bahwa batas to' dapat dihitung:
leransi 1 +0.003 inch dinilai terlalu ketat sehingga perli dilong- . 0.1547 x 1.000 : 154'7
Banyaknya skrap, Yir=Yft: = 155
garkan.
unit.
. Departemen Mutu menekankan pentingnya penSurangan jumlah . Banyaknya mater,iat dibutuhkan, Yj.r=Y)rYfr: 1.1547 x 1.000
item yang harus ditolak. : 1.550 unit
. Departeman Perencanaan manufacturing menyarankan perlunya o -
Unit biaya, X?r = kL$L, kirXi, + *rrf(v;r',
menggunakan machine tools yang memiliki kapabilitas yang lebih :1.1547x10.00*o.1547x2.00+1.1547x9.00
baik.
. - $ 21.63
Depatemen Pengadaan tidak mampu mengadapan bahan seba-
nyak yang dibutuhkan menurut pendekatan rekayasa serial karena 2) Pertemuan tim ke dua
keterbatasan Pasokan di Pasar. Departemen Pengadaan dan Departemen Mutu merasa tidak
puas dengan jumlah skrap sebanyak 155 unit. Departemen Marketing
1)
Pertemuan tim Pertama
.iuga menilai unit biaya masih terlalu tinggi. Sebagai respons terhadap
Rapat memutuskan bahwa batas toleransi dimensi produk yang pandangan Departeme n M arketi ng, Departemen desai n mengem uka-
dibuat yaitu 1 +0.003 inch perlu tetap dipertahankan dengan berbagai kan pandangannya, bahwa untuk kegunaan produk seperti yang di-
pertimbangan. Departemen Manufacturing mengemukakan kepada maksudkan oleh pelanggan, batas toleransi yang sedikit diperlonggar

340 Pe rencanaan don Pengendalian Prdulcsi Rekoyosa Serempok 341


hal ini
menjadi 1 +0.004 inch tidak akan menjadi masalah. Namun, perlu mengetahui unit biaya dari output, junrlah skrap dan banyaknya
pro-
harus dijelaskan lebih dahulu kepada pelanggan yang memesan bahan dibutuhkan untuk memproduksi 1.000 unit produk akhir de-
duk tersebut untuk mendapatkan persetujuannya' ngan memperhatikan batas toleransi 1 +0.003 dan 1 + 0.004 inch'

Setelah mendapat persetuiuan pelanggan, tim memutuskan


bah- e Untuk batas toleransi 1 t 0.003 inch dan automated screw ma-
wa batas toleransi dimensi produk adalah 1 t 0.004 inch'
Mengenai
Datadata
chinek=ldan j=3.
teknologi manufacturing, engine lathe dinilai masih sesuai.
a Banyaknya skrap, Ir", = Ir', =O.OO27 x 1.000 : 3 unit
lain yang relevan adalah seperti pada sebelumnya'
Banyaknya bahan dibutuhkan, Yit= kl,y:', - 1.002 x 1.000 :
Unit biaya output, banyaknya skrap, dan jumlah bahan yang
a

sebagai be-
dibutuhkan untuk menghasilkan 1.000 unit produk adalah 1.003 unit
rikut: o Unit biaya output, x?t=k\tx't,r -kj,xj', +r5,f(v;,): 1.0027 x
Dalam kasus ini j =2 dan k=2'Menggunakan
proseduryangsama
dengan sebelumnYa diPeroleh:
10.00 - O.OO27 x 2.00 + 12.00 x1 .0027
. Banyaknya skrap, yi, = kttrYfr: 0'0456 x 1'000 : 46 1:
: $ 22.Os
,}

o Jumlah bahan dibutuhkan , Yi.z = k'rrYfr: 1'0456 x 1'000 _{


a Untuk batas toleransi 1 + 0'004 inch' 7 =3 dran k =2
: 1.046 unit .a
a Banyaknya skrap, Yiz = kizYfz: 0.000 x 1'000 : 0.00
o Unit biaya, - x?z = kLrxL, - k)zxi, + r 'o+so x 10'00
*\rtl;r): K\z :1 + o.oo : 1.oo unit
- 0.0456 x 2.00 + 1.0456 x 9'00 Jumlah bahan dibutuhkan, Yiz = k\rYr9r: 1.00 x 1.000 : 1.000
: $ 19.78
unit
3). Pertemuan tim ke tiga
dan
o Unit biaya outpu t, . X?z = ki2x52- kirx't, + Xrrt(Vir)
Tim membandingkan hasil-hasil kedua pertemuan tersebut : 1.00 x 10.00 - 0.00 x 2.00 + 1.00 x'12
produk yang
mencari cara penurunan biaya manufacturing, lumlah : $ 22.00
ditolakdanbanyaknyabahandibutuhkan.Walaupunjumlahproduk
yang ditolak menurun secara signifikan, tingkat mutu masih
kurang '&
a
4). Pertemuan tim ke emPat
t
m"*uaskan pelanggan. Sehubungan dengan itu, pelanggan
bersedia f Diketahui bahwa dari pertemuan tim ke tiga telah diperoleh
hasil lebih baik e
membayar lebih mihal apabila proses memberikan perbaikan yang cukup dramatis baik pada mutu produk dan waktu
auto- ancang-ancang manufacturing. Skrap telah menjadi nol yang menjadi
dari engine lathe. Tim menyelidiki kemungkinan menggunakan
mated screw machine- perhatian Departemen Pengendalian Mutu dan Departemen Penjual-
an.
Untuk automated screw machine, deviasi standar sekarang
menjadi 0.001 inch dan unit biaya proses manufacturing
adalah x Perhatikan kembali situasi di mana batas toleransi adalah
$l2.00.Datalainsamadenganterdahulu.Dalampertemuanini,tim 1 t 0.004 inch. Misalkan fungsi biaya proses dengan menggunakan
?
automated screw machine adalah sebagai berikut:

Perencanoan dan Pengendalian Produksi * ?&


342 Rekoyasa Serempak

*
rr

Tabel 13.2 Hasil tnteraksi Antara Desain dan ltdanu{acturing,


Eatas Toleransi {inch}
4r;) - r2.oo - o.oor v;, Alternatif Tek- 'l + 0.003 tr + 0.004
nologi Manufae
Unit Waktu Ancang-
Unit biaya proses untuk menghasilkan 1.000 unit produk akhir adalah turing Unit Skrap Waktu Ancang- Skrap
Biaya ($) (unit) ancang (menit) Biaya ($) {unit) ancans (menit)
$ 9.00. Dengan demikian, unit biaya output adalah: Turret Lathe 23.97 465 1.485 20.37 184 1.2M

xiz :
949 19.78 46 862
= k\zX\z - kirxl, + xr;lvir) a! Engine Lathe
ASM
2"1.63
22.O5
155
3 752 22.OO 7so
1.00 x 10.00 - 0.00 x 2.00 + 1.00 x 9.00 t
$ 19.00 ** Dari serangkaian contoh di atas terlihat bagaimana anggota tim
4
'!* rekayasa serempak memahami interaksi antara desain dan manufac-
Untuk mengetahui waktu ancang-ancang manufacturing pada kedua
K
turing dengan memperhatikan secara simultan isu-isu tentang kedua
pendekatan rekayasa serial dan rekayasa serempak, perlu diketahui t* kegiatan tersebut.
data tentang waktu setup dan waktu proses per unit (run time) un- .f
&
z -oo0oo-
tuk masing-masing proses manufacturing seperti terlihat pada Tabel
'13.1. Bila waktu setup pada ketiga tipe mesin dalam contoh di atas
yaitu turret lathe, engine lathe dan automated screw machine masing-
c
masing 20,25 dan 50 menit dan waktu proses per unit masing-masing $
,*
1,00, 0.80 dan 0.70 menit maka waktu ancang-ancangmanufacturing
*
adalah sebagai berikut: t
.E

Pada pendekatan rekayasa serial,


Waktu ancang-ancang waktu set up + jumlah unit diproses x
waktu proses/unit
2O + 1.465 x 1.00 menit
1.485 menit.
Dengan cara yang sama dapat dihitung waktu ancanS-ancang manu-
facturingpada pendekatan rekayasa serempak seperti terlihat pada Ta-
bel 13.2.
Tabel 13.1 Basic Data Manufacturing

Alternatif Tek- Biaya Proses Waktu Waktu Pro- Deviasi Stan-


nologi Manu- ($/unit) Sefup ses (menit dar Proses
facturing (menit) /unit) (inch)

Turret Lathe 7.00 20.00 1.00 0.003


Ensine Lathe 9.00 2s.oa 0.80 0.002
ASM 12.00 50.00 0.70 0.001

Rekoyaso Serempok 345


344 Perenconoan dan Pengendalian Produki
**

BAB

l4 fntegruted
s
$
Munufacturing Systems
.

.s
+
t
{
i,

L4.r, Pengantar
alah satu faktor penting yang membedakan sistem manufaktur
menurut konsep tradisional dengan konsep modern ialah dalam
hal keterintegrasian perencanaan semua komponen dalam
sistem. Dalam konsep tradisional, komponen-komponen sistem dia-
nalisis dan direncanakan secara terpisah sesuai dengan tata urutan
ketergantungan. Maksudnya, kegiatan desain, perencanaan proses
manufacturing, manufacturing, manajemen mutu dan pengendalian
,
$ persediaan dilakukan secara terpisah. Dengan menggunakan model
dan metode analisis ilmiah, masing-masing komponen dioptimalkan
{$
I
#,
dan kemudian disatukan dalam sebuah sistem.
i
* Dalam praktek, walaupun metode analisis di atas sering dinilai
g
g.'i cukup berhasil, bagaimana pun dia tidak mencapai titik optimar kare-
na faktor ketergantungan/sifat saling mempengaruhi antar komponen
dalam sistem tidak dipertimbangkan. Konsep di atas dalam era per-
saingan yang kini semakin menguat tidak akan dapat dipertahankan
lagi. Dalam sistem modern yang dikenal sebagai sistem manufactur-
ing terintegrasi (integrated manufacturing system), semua kegiatan
pembelian' Desain. Computer-aided design (CAD) system yang merupakan
engineering design, manufacturing, perencanaan proses,
salah satu dari alat bantu desain dalam sistem manufaturing ter-
penjualan dan fungsi pendukungnya diintegrasikan dalam satu sistem.
integrasi digunakan untuk membuat desain dari part, komponen,
Kelima area fungsional dasar diintegrasikan dengan bantuan teknologi
produk dan juga perkakas kerja (tools) dan alat bantu (fixtures)
komputer seperti terlihat dalam Cambar 14'1 '
Perencanaan proses. Computer-aided process planning (CAPP)
systems digunakan untuk menentukan urutan proses manufactur-
ing dan kebutuhan sumber daya untuk pembuatan part dan kom-

rc
0
I "n
fi
<.7
fP.r""""^*
pto.".
-l

I I

Desain part c Perencanaan t Pemrograman


0
I M"rrt"*
t",irg
komponen proses manu- . Perencanaan Percobaan. t
dan'produk facturing
I

Produksi ' Pengendalian


Mutu
I
t Perancangan c
0
1 fM"""r"-_l F*s"rdr[-
Mutu Persediaan
men
I
I I
0
Penyimpanan
Pengeluaran
Barangdari
I
ponen. Rencana manufacturing yang dihasilkan haruslah efektif
untuk meminimumkan biaya produksi, waktu ancang-ancang,
waktu menunggu dan sekaligus memaksimumkan mutu dari part
yang dihasilkan.
Manufacturing. Computer-aided manufacturing (CAM) mem-
bantu eksekusi proses permesinan part, komponen dan produk
. Desain alat c- permesinan
."; '-"
Persediaan pada mesin-mesin numerik di lantai pabrik. Berdasarkan desain
bantu dan .. c penguiian
^ o yang dibuat oleh sistem CAD dan rencana proses manufacturing,
perkakas '. rnsoeksi
i"::T::, program-program untuk mesin-mesin numerik dan alat-alat mate.
rial handling dibuat. Permesinan, perakitan dan berbagai operasi
Gambar 14.1 Area Fungsional Dasar Sistem
maanufakturing lainnya dilantai pabrik kemudian dilakukan.
M an uf actu r i n g T e r i ntegr as i
(Sumber:Kussiak,A.,ComputationallntelligencelinDesign
. Manaiemen mutu. Totalquality manaiemen concept OQM) meli-
and Manufacturing) puti kegiatan perancangan eksperimen, pengendalian mutu, peng-
ujian serta inspeksi pada proses manufacturing di lantai pabrik.
hal:
Sasarannya ialah untuk mendapatkan keuntungan dalam Kegiatan ini ditujukan untuk penjaminan mutu mulai pada fase
r peningkatan daya tanggap dan fleksibilitas sistem terhadap pe- desain, sampai pada perencanaan proses, manufacturing, pem-
rubahan lingkungan belian, dan penjualan sehingga part, komponen dan produk ber-
o perbaikan mutu baik dalam hal pelaksanaan kegiatan maupun mutu diperoleh.
produk Yang dihasilkan o Pengendalian persediaan. Automated storage and retrieval sys-
o Penguranganwork-in-Prograss tem (ASR) bahan baku, produk akhir dan work-in-process disim-
o Pengurangan waktu ancang-ancang manufacturing pan, dan dikeluarkan dari persediaan secara otomatis.
o Peningkatan produktivitas sumber daya produksi
Peran utama dari teknologi komputer dan hubungan antara komponen
bantuan
Kelima area fungsional dasar yang diinteSrasikan dengan sistem manufacturing adalah seperti terlihat pada Cambar 14.2.
teknologi komputer tersebut ialah:

Pe renconoon dan Pengendolian Produksi I ntegrated lvlanuf octuri ng System 349


348
sistem pakar harus membuat alternatif rencana proses (process plan
alternatives).

salah satu kesulitan yang sering diarami dalam mengintegrasikan


semua komponen dalam satu sistem ialah ketidakkompakan peralatan
dengan perangkat lunak. Hal ini pada umumnya terjadi akibat sistem
yang dirancang oleh vendor yang berbeda tidak dapat berkomunikasi
satu sama lain. oleh karena itu, pada masa yang akan datang, sistem
basis data manufacturing harus berisikan informasi yang lebih banyak
tentang rencana proses, perkakas dan alat bantu, program numerical
control, pengendalian mutu, program inspeksi, program robot dan
lain-lain.

14.3 Robotik
Kata robot digunakan pertama sekali oreh Karel Capek pada ta-
hun 1921 dalam sebuah permainannya yang artinya tenaga berkekuat-
Gambar 14.2 Saling Hubungan Antar Komponen dalam Sistem
an tinggi (forced labor). The Robotics lndustries Association yang pada
Manufacturing Modern
awalnya dikenal sebagai rhe Robotrc Institute of America memberi-
Dalam uraian berikut akan dijelaskan secara ringkas peran dari masing- kan definisi robot sebagai berikut:
masing komponen dalam sistem integrasi tersebut.
.......An industrial robot is a progtammable, multi funaional manipu-
lator design to move materials, parts, tools or specialdevr'ces through
L4"2 Integrasi Teknologi
variable programmed motions for the performance of a variety of
Keterintegrasian komponen dalam sistem manufacturing ditan- rasks........
dai dari penempatan area fungsional yang berbeda dalam satu kesa-
sejalan dengan perkembangan teknorogi dibidang mikro-
tuan. Kombinasi teknologi akan menjembatani gap antara desain dan
prosesor dan nurnerical contro/, teknologi robotik dikenal
manufacturing sehingga diperoleh suatu lintasan proses yang mulus sebagai
pionir dalam pengembangan automasi. Dalam bidang manufactur-
mulai dari konsep awal hingga produk akhir dalam satu sistem. Ke-
ing, robot pada umumnya digunakan dalam kegiatan-kegiatan sebagai
pakaran komputasi (computational intelligence) merupakan kom-
berikut:
ponen penting dari keintegrasian teknologi. Sistem pakar haruslah
dapat mencegah berbagai kemungkinan error atau penyimpangan.
o Angkutan part, komponen dan perkakas kerja
Misalnya, desain sebuah part ternyata tidak dapat dilaksanakan dalam
. Bongkar muat AVC dan mesin dengan part dan perkakas
proses permesinan karena mesin yang dipilih dalam desain tiba-tiba o lnspeksi secara onJine dan offJine
mengalami gangguan. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan ini,
. Lingkungan kerja yang berbahaya.

350 Pe renconaan don Pengendali an Produ ksi In te gr ate d hlanu f actu ri ng System
351
Robot terintegrasi dengan manufacturing melalui aliran bahan pada pengendalian persediaan yang lebih baik, perbaikan fleksibili-
dan informasi seperti terlihat pada Gambar 14.3. Produktivitas dan tas produksi secara utuh dan mengintegrasikannya secara utuh dalam

fleksibilitas robot akan meningkat apabila dilengkapi dengan: inte/- sistem manufacturing. Peralatan material handling mengangkut bahan
ligent vision, voice recoqnition, natural language processing dan off- dengan cara memikul beban satu per satu yang memungkinkan aliran
line programmimg. yang kontinu menggantikan cara tradisional yang menggunakan pal-
let. Pengintegrasian sistem persediaan dengan sistem angkutan seperti

'ffiily8\r6\
odm\ @
._-_-Vg
alat angkut konveyor dua arah yang digerakkan oleh be/t atau ran-
tai dan sistem transfer yang digerakkan oleh udara yang dikendalikan
AGV
6cl \7f+ i
oleh mikro prosesor akan memberikan perbaikan yang sangat signifi-
kan pada kecepatan produksi, pengurangan persediaan dan utilisasi
penggunaan ruangan (Kussiak, A., 2000).

1I-
*&iL5
,Patbtcontrol
\/
) I
#
I cNc/cNc
machine
o
Penggunaan automated guided vehicles (ACV) yang demikian
fleksibel pada masa kini telah semakin banyak digunakan dalam sistem
material handling pada perusahaan manufacturing. AGV bahkan juga
sering digunakan sebagai platform perakitan di samping berfungsi se.
bagai peralatan angkut. Peralatan angkut ini antara lain:
lntelligent monorall untuk pengangutan part antar stasiun kerja
Gambar 14.3 Robot Dalam Sebuah Sel Manufacturing o Conveyor untuk mengendalikan dan memberikan perintah-perin-
tah kerja kepada setiap stasiun kerja
Robot akan semakin 'pintar'dan memiliki 'inteligensia'yang se'
o Robot-robot untuk memasukkan dan mengeluarkan benda kerja
makin tinggi melalui peningkatan kemampuan sensori sehingga sema-
dari mesin-mesin proses, mengangkut ke lokasi perakitan dan
kin mudah mengenali perbedaan bentuk dari benda-benda yang akan
lain-lain
diambilnya. Sistem robotik yang lebih maju dilengkapi dengan sensor o Microload automated storage dan retrieya I machine untuk fungsi
inteligensia yang mampu memberikan informasi kepada robot tentang
pengangkutan bahan, penyimpanan dan pengendalian
situasi lingkungan, kemudian pengendali (controller) yang berinter- . Cart-on- track equipment untuk mengangkut bahan antara stasiun
fase dengan sensor dan perangkat lunak robot yang memberikan robot
kerja dan manualcarts untuk kegiatan material handling volume
kemampuan beradaptasi terhadap keadaan lingkungannya'
rendah

L4.4 Materlal handling


1,4.5 Automated Storagle Systems
sistem material handling digunakan untuk meningkatkan ke'
Pengembangan teknologi penyimpanan bahan dimotivasi oleh
cepatan pergerakan bahan, beban angkutan, jarak tempuh dan ke-
mendesaknya kepentingan untuk mengurangi jumlah bahan yang di-
mampuan untuk mengatasi kerusakan selama handling. Pengembang-
simpan dalam persediaan. Meluasnya penerapan prinsip just-in-time
an sistem material handling di masa depan perlu lebih difokuskan
1

352 Perenconoon dan Pengendalion Produki 3 I ntegrated lAanufacturing System 353

*
adalah bukti kuat tentang keinginan tersebut dan hasilnya cukup nan adanya kendala-kendala lain. Rencana proses manufacturing di-
memuaskan karena berhasil mengurangi permintaan material dari susun dengan menggunakan sistem computer-aided process planning
persediaan dalam skala besar (large scale automated storage retieval (CAPP). Berbagai informasi yang terkait dengan item yang akan dibuat
systems). seperti bill of materials, part routing, numerical controlprograms dan
Berbagai microload automated storage retrieval (ASR) systems alat perkakas dan bahan yang dibutuhkan harus tersedia pada saat
telah diperkenalkan dan digunakan untuk menyimpan, memindahkan, dibutuhkan. Untuk memungkinkan terfadinya pertukaran informasi
dan mengendalikan beban dalam kotak yang dipikul satu per satu. antar sub-sistem, jaringan komunikasi perlu dibangun. Jaringan me-
Miniload adalah mesin penyimpan dan pengambil bahan yang diken- nyediakan protokol untuk terjalinnya komunikasi antar sistem yang
dalikan secara penuh otomatis oleh komputer yang dirancang untuk berbeda-beda. Manufacturing automation protoco/ (MAp) adalah
mengangkut part kecil dalam bin ke order picker yang ditempatkan di suatu standar komunikasi yang didesain secara khusus untuk sistem
ujung gang. Pengendalian persediaan secara real time dalam sistem manufacturing. )aringan standar lainnya yang telah dikembangkan
miniload akan dapat secara signifikan memperbaiki akurasi persedi- ialah the technicaloffice protocol(TOP) suatu spesifikasi untuk komu-
n i kasi data bagi nonpropr ietary m u lti ple-vendor.
aan, kemampuan penyediaan bahan dan keterintegrasian dengan sys-
tem pengolahan data internal karena sistem miniload secara otomatis Akhir-akhir ini kita menyaksikan perkembangan yang sangat
akan meng-update inventory record, mencetak laporan manajemen pesat dalam hal pertukaran informasi antara perusahaan-perusahaan
serta menyampaikan status persediaan terhadap permintaan. industri dan jasa melalui lntranet dan Extranet (lihat Cambar 14.4).
Kedua teknologi elektronik bisnis tersebut telah membawa pengaruh
14.6 Sistem lnformasi besar ke dalam praktek-praktek bisnis karena dengan kedua teknologi
Karena sistem informasi menghubungkan dan mengintegrasikan tersebut faktor ketepatan waktu dan akurasi data dan informasi sudah
mesin-mesin manufacturing dengan sistem-sistem lain seperti sistem dapat diperbaiki secara sign ifikan. tntranet menghubungkan m itra-mi-
material handling, sistem persediaan dan lain-lain maka teknologi in- tra bisnis melalui internet dengan menggunakan standar transfer com-
formasi memegang peran yang sangat penting dalam system manufac- m u n i cati o n p rotoco I I i nte r n et p rotoco I (T C P I I P) .

turing yang teri ntegrasi.


Data karyawan
Seperti kita ketahui, tuiuan utama dari sistem manufacturing Pelanggan

yang terintegrasi ialah membuat dan mengirimkan produk-produk Produk


Kontraktor
manufaktur berbasis make to order. Dengan mengintegrasiakan de- Pemasok

sain, manufacturing dan supply chain management, maka order-order Distributor


Pemerintah
pelanggan dapat dipenuhi secepat mungkin. lndustri

Part dan komponen didesain dengan menggunakan sistem


Gambar 14.4 lntranet dan Extranet
computer-aided design (CAD). Hasil desain ini secara otomatis dia-
nalisis untuk mendapatkan kinerja yang tinggi, diperiksa kemudahan Karena dalam sistem manufaktur yang terintegrasi, analisis pa-
pembuatan nya (manufacturabi I ity) dan diperti mbangkan kemungki- sar, desain produk, proses manufaktur, pengendalian mutu dan lain-

354 Perencanaan dan Pengendalian Produksi I nte gr ate d lAanuf actu ri n g Syste m
g 355

I
. Knowledge-based systems di mana aturan-aturan keputusan dari
lain diintegrasikan secara penuh maka sistem membutuhkan data kepakaran manusia ditangkap dan digunakan untuk pengambilan
dan informasi dalam volume yang besar dan menyalurkannya tepat
keputusan.
waktu kepada masing-masing sub-sistem yang membutuhkan. Kondisi o Sistem perencanaan, pengujian dan diagnosa
ini membuat sistem manufaktur terintegrasi jauh lebih kompleks dari o Memecahkan masalah-masalah yang komplek, kabur, tidak leng-
sistem tradisional, terlebih lagi informasi yang dibutuhkan sering bersi-
kap atau datadata yang bertentangan satu dengan yang lain.
fat stokastik, kabur dan tidak lengkap. Hal ini mengharuskan sistem
memi I iki intel I igent database systems. Area penggunaan dari computational intelligence dalam sistem
manufacturing terintegrasi ialah dalam sistem robotik dan system
Salah satu kesulitan utama dalam penyimpanan dan pengam-
vision walaupun hingga saat ini kemampuan dari kedua sistem robotik
bilan informasi dalam pengintegrasian secara utuh komponen ma- dan sistem mesin vision masih sangat terbatas. Area penggunaan lain
nufaktur ialah ketidakkompaka n (incompatibility) antar sub-sistem.
dalam manufacturing ialah simulasi. Alat simulasi seperti ARENA,
Masing-masing sub-sistem seperti mesin CNC, program robot, jadwal
SIMPLE+ +, PRO-MODEL dan TAYLOR ll telah banyak digunakan
manufacturing, perencanaan proses dan pengendalian produksi ma-
dalam mensimulasi sistem manufacturing.
sing-masing membutuhkan informasi dalam bentuk tersendiri, sedang-
kan data dan informasi yang tersedia dalam basis data dalam bentuk
14.8 Karakteristik Sistem Manufaktur Modern
yang berbeda. Misalnya data untuk CAD sering dibutuhkan dalam
bentuk yang berbeda dengan informasi untuk perencanaan proses. Karakteristik dasar sistem manufaktur modern (sistem manufak-
lntelligent database system dapat memanipulasi objek yang kom- tur berbantuan komputer) yang sekali gus membedakannya dengan
pleks, menjaga hubungan kompleks antara data, mengambil tindakan sistem manufaktur tradisional ialah sebagai beikut:
perbaikan dalam kondisi tertentu dan membuat kesimpulan' Karakteristik 1 Derajat automasi sistem permesinan dan material
handling sangat tinggi. Seperti dijelaskan oleh defi-
L4.7 Computational Intelli€ene nisinya, sistem permesinan modern adalah sepe-
Salah satu masalah yang sulit yang dihadapi dalam sistem manu- rangkat mesin yang dihubungkan dengan flexible
faktur yang terintegrasi ialah ketidakmampuan sistem menirukan ke' material handl ing system.
mampuan dasar manusia seperti pengaturan secara teliti benda-benda Karakteristik 2 Sistem permesinan modern menggunakan mesin-
yang berbeda ukuran, bentuk dan lain-lain. Computational intelli- mesin produksi yang relatif sedikit .
gence adalah sebuah teknologi yang dapat digunakan untuk mengata- Karakteristik 3 Tipe peralatan material handling yang digunakan
si masalah tersebut. Computational intelligence memungkinkan auto- menentukan pola tata letak (layout) mesin-mesin
matedsystems seperti robot untuk menduplikasi kemampuan manusia produksi.
misalnya pengolahan bahasa dan vision yang membuat operasi robot Karakteristik 4 Jumlah setup dalam rencana proses relatif rendah.
menjadi efektif. Karakteristik 5 Waktu proses per pembebanan mesin lebih lama
produk-produk computational intelligence yanS memberikan
Karakteristik 6 Volume dan aliran informasijauh lebih besar

pengaruh signifikan dalam manufacturing ialah:


a

I ntegrated llianufacturi ng System 357


356 Perencanaon dan Pengendalian Produksi
6

*
Karakteristik 7 : Ukuran batch ditentukan oleh ukuran order, ka-
BAB
pasitas alat pendukung, keterbatasan umur pakai

Karakteristik 8 :
perkakas dan tidak berdasarkan perhitungan meng-
gunakan prosedur optimisasi model matematika.
Desain mempunyai pengaruh besar terhadap ope'
1s
rasi permesinan. Computer Integrated
Design Manufacturing
-oo0oo-
System

15.1 Lingkungan Perusahaan Manufaktur


774da sebagian besar perusahaan tidak terkecuali perusahaan
' lfJinaustri manufaktur, tujuan jangka panjang pada umumnya
ll ditekankan pada tercapainya suatu situasi bahwa perusahaan
bersangkutan tetap tumbuh dan berkembang dan mampu menghasil-
kan keuntungan yang wajar. Keinginan untuk mencapai situasi yang
memberikan kemampuan kepada perusahaan agar tetap tumbuh dan
berkembang serta mampu menhasilkan keuntungan yang wajar dimo-
tivasi oleh kekhawatiran yang sering menghantui pikiran para pebisnis
sehubungan dengan perubahan dinamis pada lingkungan industri yang
memasuki era Abad XXl. Dalam era ini, lingkungan bisnis dicirikan
oleh persaingan global yang disertai oleh semakin beragamnya barang
dan jasa yang ditawarkan ke pasar serta menurunnya permintaan ter-
hadap setiap tipe produk yang dipasok ke pasar global. Dalam kondisi
yang demikian individualisme pelanggan mau tidak mau harus dijadi-
kan tema sentral dari bisnis dalam arti perusahaan-perusahaan industri
manufaktur harus mampu membuat produk-produk yang memenuhi
selera khusus pelanggan untuk pasar yang luas (mass customization).

::

358 Perenconoon don Pengendalian Produki q

*
Hal ini sangat berbeda dengan situasi misalnya pada tahun (state-of-art technology and concept) tetapi juga mampu berfikir pada
1970-an. Dalam era 1970-an, biaya produksi merupakan penentu arah yang berkebalikan dalam arti membuat produk dengan sepenuh-
utama daya saing di pasar. Produk yang dihasilkan pada biaya yang nya menyadari harapan pelanggan yang berbeda-beda.
Iebih murah memiliki daya saing yang lebih kuat. Untuk mendapatkan
Langkah berikutnya menurut Singh ialah menentukan kebutuh-
biaya produksi yang minimum, perusahaan industri manufaktur ber-
an sumber daya produksi untuk mendukung strategi bisnis. Langkah
lomba menggunakan model-model pengendalian biaya baik pada sisi
ini meliputi pemilihan yang tepat atas orang, teknologi, dan proses
pengelolaan persediaan maupun pada pengendalian proses manufac-
bisnis. Selanjutnya diakukan pengawinan (pengintegrasian) strategi
turing di lantai pabrik. Pada tahun 1980-an masalah kualitas produk
korporasi, teknologi, orang dan proses bisnis dengan memperhatikan
kemudian mendominasi faktor biaya dalam menentukan daya saing.
pengembangan kebijakan yang memungkinkan setiap organ fungsi-
Seperti halnya pada era 1870-an, perusahaan-perusahaan berlomba-
onal perusahaan seperti keuangan, penjualan, pemasaran, rekayasa
lomba menerapkan manajemen mutu yang dikembangkan oleh para
produk, manufaktur, dan sumber daya manusia berperan secara sin-
pakar'mutu. Terminologi mutu dan berbagai konsep baru bermun-
kron untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan dalam mencapai
culan antara lain gugus kendali mutu, manajemen mutu terpadu, serti-
tujuan perusahaan.
fikasi I5O 2O0A dan lain-lain.
Kini, dalam era Abad XXl, taktor biaya per unit yang minimun
dan mutu produk yang tinggi tidak lagi memiliki kekuatan untuk
membangun daya saing. Saat ini, kedua faktor tersebut secara ber-
sama-sama telah dipandang oleh para pelanggan sebagai suatu kon-
disi dasar yang mutlak harus dipenuhi (taken for granted) oleh setiap
produk yang ada di pasar. Daya saing suatu perusahaan ditentukan
oleh kinerja dalam pengiriman (delivery performance), kemampuan
memenuhi keinginan khusus pelanggan (customization) dan kualitas
keterlibatan perusahaan dalam penanganan isu-isu lingkungan.
Nanua Singh mengemukakan bahwa langkah pertama yang di-
perlukan perusahaan dalam menghadapi tantangan persaingan di pa-
sar global ialah pengembangan strategi untuk persaingan di masa yang
akan datang. Perusahaan industri manufaktur tidak hanya harus me.
mahami keinginan pelanggan tetapi juga harus mampu mengembang-
kan mekanisme internal untuk merespon sesegera mungkin setiap
perubahan keinginan para pelanggan. Hal ini membutuhkan perubah-
an paradigma pada setiap unit kegiatan produksi. Proses produksi ti- Sumber:Nanua Singh CID&M (1996)

dak hanya harus mampu menggunakan konsep dan teknologi terbaru


Gambar 15.1 Pelanggan Sebagai Sentral Kebijakan Perusahaan

3@ Perenconaan dan Pengendalian Produ ksi Computer I ntegroted Design lAanufacturi ng Systems 361
,f

*
L5,,2 Penglertian Manu f acluringl disebut Flexible Manufacturing System (FMS). Sistem ini dibangun
dengan memanfaatkan peralatan yang dikendalikan oleh komputer
Manufacturing diartikan sebagai seperangkat kegiatan dan
(com puter-control led equ ipment) seperti co mputer n u merical control
operasi yang saling berhubungan yang mencakup desain, pemilihan
(CNC) equipment, automated guided vehic/es (ACVs) dan robots. Sis-
material, perencanaan, produksi, penjaminan mutu, manajemen dan
tem tersebut dikembangkan berdasarkan konsep teknologi kelompok
pemasaran produk-produk. Pengertian ini menjelaskan bahwa manu-
(Croup Technology) sehingga dapat memanfaatkan kemiripan bentuk
facturing tidaklah hanya sebatas proses tranformasi bahan baku men-
jadi produk yang memenuhi spesifikasi tertentu serta memiliki nilai komponen part dalam atribut desain dan fitur manufacturing.

tambah yang lebih besar. Agar perusahaan manufaktur mampu ber- 15.2.1 Numerical Controlled Machine
saing maka dia harus mampu mengirimkan produk-produknya kepada
Keunggulan mesin-mesin manufaktur yang dikendalikan dengan
pelanggan tepat waktu, pada biaya minimum dan mutu yang sesuai
menggunakan teknologi numerik (numerical controlled machines)
dengan harapan pelanggan.
pertama sekali di demonstrasikan di Massachusetts lnstitute of Tech-
Setiap produk yang dihasilkan memiliki waktu siklus yang terdiri nology (MlT) yang mendapatkan subkontrak dari Parsons Corporation
dari serangkaian tahap kegiatan yang secara garis besar berawal dari of Traverse City, Michigan yang didanai oleh US Air Force pada tahun
tahap pembuatan konsep produk, tahap pembuatan, tahap pelayanan 1950-an. Pada tahun 1960-an, mesin-mesin tersebut dilengkapi lagi
dan tahap disposal. Tahapan ini berimplikasi terhadap perancangan dengan sistem penggantian peralatan secara otomatis (automatic tool
dan manufacturing. changers) dan juga indexing worktables.
Pada masa kini, kegiatan manufacturing dapat diklasifikasikan Dalam periode ini, konsep direct numerically controlled (DNC)
atas dua kategori yaitu produksi dengan proses kontinu (continuous- systems di mana sejumlah mesin-mesin NCyang dihubungkan dengan
process production) dan produksi dengan proses diskrit (dicrete- komputer berhasil dikembangkan dengan baik. Selanjutnya pada ta-
process production). Untuk menghasilkan produk dengan biaya hun 1971, untuk pengembangan sistem pengendalian diperkenalkan
minimum, mutu tinggi dan respon yang cepat terhadap permintaan pula micro-computer-controlled NC machines di samping CNC mach-
pelanggan dalam lingkungan produksi dengan proses diskrit dibutuh- ines. Keunggulan utama penggunaan CNC ialah kemampuannya yang
kan kombinasi dari atribut produksi massa dengan iob shop. Perlu di- sangat besar dalam menyimpan program part dalam memorinya di
ketahui bahwa sistem produksi yang didasarkan kepada konsep iob samping sistem komunikasidengan pengendali lainnya atau komputer
shop memiliki fleksibilitas yang tinggi. OIeh karena itu sistem yang di- sentral.
dasarkan pada iob shop dapat dimanfaatkan untuk membuat kompo-
Keunggulan DNC dan CNC kemudian dikombinasikan dengan
nen part yang beragam tetapi produktivitas yang dicapai relatif rendah.
sistem lain dan hasil kombinasi ini disebut distributed numerically
Sebaliknya, pada sistem produksi massa yang umumnya dikhususkan
controlled (yang juga disingkat DNC). Dalam sistem DNC ini, sejum-
hanya untuk satu tipe produk saja, sehingga fleksibilitas sangat rendah,
lah mesin CNC dihubungkan dengan sebuah main host computer.
namun tingkat produktivitas jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
Pada tahun 1980-an, mesin-mesin CNC dikembangkan lebih lanjut
iob shop. Untuk mendapatkan fleksibilitas yang tinggi dan juga pada sehingga mampu membawa ratusan tool, memiliki multiple spindles
produktivitas yang tinggi telah dikembangkan suatu konsep baru yang

362 Perencanaon don Pengendolian Produksi Computer I ntegrote d Design llanuf actu ring Systems 363
dan mampu mengendalikan gerakan benda kerja sampai pada arah Komponen-komponen utarna NC adalah sebagai berikut;
enam sumbu. Kemampuan ini bersama-sama dengan perkembangan Program yaitu bentuk detail dari perintah yang disarnpaikan ke-
teknologi komunikasi komputer telah mengembangkan kemajuan pe- pada mesin atau perintah kerja mengenai apa yang harus dilaku-
sat pada aut om atic m an uf actu ri ng sYstem seperti comp uter-i ntegrated kan oleh mesin tersebut, dan langkah-langkah yang harus diikuti.
m an uf actu r i n g sy ste m s. Program ini dikodekan pada beberapa media input dan kemudian
Pada masa kini, penggunaan utama mesin-mesin NC dalam bi- diinterpretasikan oleh machine control unit. Media input yang
dang manufacturingadalah metal-cuttingtools di samping pada peng-
paling sering digunakan ialah direct numerical control(DNC) se.
elasan (welding), riveting, bending, hole-making dan drafting machi-
perti telah dijelaskan di atas.
nes. Operasi pemotongan logam di dunia manufaktur merupakan Machine controlunit yaitu suatu peralatan elektomekanikal dapat
salah satu operasi yang paling penting. Sebagai operasi manufaktur membaca dan menginterpretasikan instruksi yang disampaikan
yang utama mesin ini juga digunakan pada operasi finishing setelah melalui program dan merubahnya menjadi tindakan mekanikal
proses-proses lain seperti pengecoran atau penempaan selesai dilaku- (mechanical actions).
kan karena kemampuannya menghasilkan akurasi yang sangat tinggi
o Processing facilities yaitu bagian dari sistem yang melakukan pe.
::

dalam dimensi produk yang dikerjakan. i kerjaan langsung. Peralatan mesin ini terdiri dari pemutar alat po
lq tong dan benda kerja, meja kerja, alat pembuangan, alat penahan,
Fungsi dari NC machine tootr pada dasarnya sama saja dengan *
*
I
alat untuk menempatkan benda kerja dan lain-lain.
mesin-mesin konvensional termasuk dalam hal kemampuannya mela- g

kukan proses pemesinan (machining process). Perbedaannya hanya $


t 15.2.2 Sistem Material handling
terletak pada cara pengendalian gerakan misalnya pada penentuan Sistem material handling adalah bagian integral dari sistem ma-
posisi tool, pengarahan mata pahat terhadap benda kerja, pengaturan nufaktur. Sistem material handling secara ringkas dapat dijelaskan se
kecepatan serta pengaturan cairan pendingin yang tidak lagi dilakukan bagai suatu sistem integral dari seluruh kegiatan mengenai pengangkut-
oleh operator tetapi oleh machine control unit (MCU) yang dihubung- an, penyimpanan dan pengendalian pergerakan bahan dalam pabrik.
kan dengan mesin NC. Sasaran utama dari penggunaan sistem material handling ialah untuk
Sistem NC pada mesin mengaktifkan peralatan sebagai respon meyakinkan bahwa bahan yang tepat dalam jumlah yang tepat dapat
terhadap perintah yang disampaikan rnelalui urutan program yang di- diangkut ke tempat yang tepat dan dalam waktu yang tepat pula de.
simpan sebagai data digital dalam pita magnetik atau medium lainnya. ngan biaya yang minimum. Dalam dunia manufaktur, komponen bi-
Program NC mengirim sinyal digital pada aktivator yang menentukan aya material handing bervariasi dari 10-80% dari total biaya produksi.
posisi peralatan dalam tiga dimensi (x-y-z) relatif tehadap benda kerja. Di samping itu, kegiatan material handling sangat rawan kecelakaan.
Program juga dapat mengontrol fungsi lainnya seperti kecepatan alat Oleh karena itu, sistem material handling harus dirancang secara teliti
potong, pemilihan alat dan lain-lain. tidak hanya untuk meminimumkan biaya dan menjaga kompabili-
tas dengan mesin-mesin manufaktur tetapi juga untuk mendapatkan
tingkat keselamatan kerja setinggi mungkin.

3U Perenconoan dan Pengendalian Produksi Computer I ntegrated Design lianuf octu ri ng Systems 365
Kinerja dari sistem manufaktur dapat diperbaiki secara signifikan
6) Standardization principle
Standarisasi metode dan peralatan hand/ing apabila dimungkinkan
dengan menggunakan computer<ontrolled material flow yang akan
untuk memudahkan perencanaan dan penggunaan secara efisien.
mengurangi waktu menunggu, dan work-in-progress (WIP) dibanding-
kan dengan cara manual baik dalam hal loadinglunloading maupun 7) Ergonomic principle
dalam pemindahan material. The Material handling rnstitute meng- Kenali kapasitas dan keterbatasan manusia dalann nrendesain
kompilasi sebanyak dua puluh petunjuk untuk perancangan dan pen- prosedur dan peralatan material handling untuk mengefektifkan
goperasian sistem material handling. Petunjuk-petunjuk tersebut se- interaksi manusia dalam penggunaan sistem tersebut.
cara garis besar dapat diielaskan sebagai berikut: B) Energy principle
1) Orientation PrinciPle lkut sertakan konsumsi energi dari sistem handling dan prosedur
Perlu dipelajari hubungan-hubungan sistem secara menyeluruh material handling apabila membuat perbandingan atau pertirn-
sebelum perencanaan awal untuk mengidentifikasi metode yang bangan ekonomi.
ada dan permasalahannya, kendala-kendala fisik dan ekonomi dan 9) Ecology principle
menetapkan tujuan dan kebutuhan pada masa yang akan datang. Minimumkan efek negatif pada lingkungan dalam pemilihan
2\ Planning princiPle prosedur dan peralatan material handling.
Susun rencana yang mencakup kebutuhan dasar, pilihan-pilihan 1 0) Mechanization principle
yang diinginkan, dan pertimbangan kontingensi untuk semua ke' Mekanisasikan proses handlingsehingga feasible untuk dilakukan
giatan material handling dan penyimpanan dalam meningkatkan efisiensi dan ekonomi dari dalam menghan-
3) System PrinciPle d/ing bahan.
lntegrasikan kegiatan pemindahan/pengangkutan dengan pe' 1l) Flexible principle
nyimpanan sehingga terkoordinasi dalam sistem operasi yang Cunakan metode dan peralatan yang memungkinkan dilak-
lebih ekonomis termasuk-penerimaan, inspeksi, penyimpanan' sanakannya berbagai pekerjaan dalam kondisi yang bervariasi.
produksi, perakitan, pengepakan, warehousing, pengiriman dan
1 2) Simplification principle
transPortasi.
i
Sederhanakan handling dengan cara mengeliminasi, mengurangi
4) lJnit load PrinciPle I
r atau mengkombinasikan gerakan-gerakan yang tidak perlu de-
Memproduksi produk dalam jumlah sebesar mungkin sehingga ngan atau tanpa peralatan.
lebih praktis untuk menurunkan unit cost angkutan'
I i) Cravity principle
5) Space utilization PrinciPle Cunakan grafitasi untuk menggerakkan bahan apabila dimung-
Cunakan lantai dan ruangan pabrik/kantor seefektif mungkin un- kinkan dengan tetap memperhatikan keterbatasan mengenai ke-
tuk memPerPendek jarak angkutan. selamatan, kemungkinan kerusakan bahan dan kerugian lainnya.

dan Pengendalian Produksi Compute r I ntegroted Desi gn lianuf octu ri ng Systems 367
366 Pe rencanoan
t
merubah paradigma manufacturing yaitu nti&valume mid-varicty
14) Safety principle
production system yang mernunculkan sistem manufacturing flexibcl
Lengkapi faktor keselamatan dalam metode material handling se-
(FMSs) yang tidak hanya memiliki fleksibilitas dalam proses permesi-
suai dengan safety code, peraturan dan pengalaman sebelumnya.
nan tetapi juga fleksibilitas dalam operasi material handling, penyinr-
1 5) Computerization PrinciPle panan dan pengambilan kembali material dari persediaan. Dalam sis-
Cunakan sistem komputerisasi dalam sistem material handling tem yang demikian, peranan dariACVS dan sistem penyimpanan dan
dan penyimpanan apabila menjamin perbaikan dalam pengenda- pengambilan secara otomatis (ASIRS) yang terhubung dengan FMS
lian bahan dan informasi. sangat dibutuhkan. Penggunaan ACVS dalam sistem manufacturing
16) System flow princiPle memberi manfaat yang sangat tinggi dalam upaya peningkatan aku-
lntegrasikan aliran data dengan aliran fisik bahan dalam handling rasi dalam pelaksanaan seluruh kegiatan karena computer -controlled
dan penyimpanan system dapat menginterface ACVS material handling system dengan
sub-sistem lain yaitu:
t7) Layout princiPle
Persiapkan tata urutan operasional dan tata letak mesin dan
per- . Automated storage and retrieval system (AS/RS)
lengkapan untuk memberikan kelancaran dalam aliran dan
ge- o Flexible manufacturing system (FMS)

rakan dan pilih tata letak yang paling efisien'


o Computer numerical control(CNC) machines
o Process control equipment
18) Cost princiPle . Shop floor control system
Bandingkan pertimbangan-pertimbanSan ekonomi terhadap se-
Diagram pada Cambar 15.2 memperlihatkan bagaimana per-
tiap alternatif pemecahan masalah pada metode dan peralatan
gerakan ACVS dikendalikan dan dimonitor oleh system controller.
berdasarkan efektivitas ekonomi yang diukur menurut biaya han-
Cuide path control/er mengendalikan lintasan guide path pada ACVS
dling per unit.
dan meneruskan informasi kepada ACVS process controller. AGVS
1 9) Maintenance PrinciPle process controller kemudian mengarahkan kendaraan AGVS. Untuk
persiapkan perawatan pencegahan dan jadwal perbaikan pada
keperluan memonitoring, informasi ini didisplay pada layar display.
semua peralatan material handling Selanjutnya, AGVS process controller bertukar informasi dengan host
20) Obsolescence PrinciPle computer. Host computer digunakan untuk pengolahan data akuntasi,
penggan-
Susun kebijakan jangka panjang yang ekonomis untuk data keuangan dan data lain untuk kepentingan manajemen. ACVS
tian peralatan yang sudah usanS dengan memperhatikan after-tax computer -controlled system sangat efisien tetapi merupakan sistem
cycle costs. pengendalian yang juga sangat mahal dan merupakan tipe sistem
populer pengendalian yang cukup kompleks.
Automated guided vehicle systems (Acvs) yang secara
dikenal sebagai kendaraan angkutan tanpa supir merupakan bagian
integral dari automated manufacturing systems. Telah dijelaskan
di-
global telah
muka bahwa perubahan pada sifat persaingan di pasar

Perencanaan dan Pengendolion Produksi


Com pu te r I ntegrated Desi gn lvlanuf acturi ng Systems 369
368
ut
I

melebar keluar dan menyempit masuk rclatif terhadap tubuh robot.


Tubuh robot dapat berputar menurut sumbu vertikal, disertai dengan
lengan yang dapat berputar ke kiri dan ke kanan. pergelangan robot
juga dapat berputar sepanjang pusat longitudinal dari lengan, dapat
bergerak melengkung, berputar ke kiridan ke kanan. cerakan-gerakan
di atas telah dicoba untuk mendekati kemampuan manusia melaku-
kan gerakan walaupun hingga saat ini masih jauh berada di bawah
kemampuan manusia.

Karakteristik teknik penting dari robot yang perlu diketahui agar


penggunaan robot memberikan kepuasan ialah:
Gambar 15.2 Computer Control Architecture
o Cakupan wilayah kerja (work envelope) yaitu luas daerah kerja
untuk Pengendalian ACVS
yang dapat dijangkau oleh end effector dari robot.
15.2.3 Sistem Robotik
o Berat beban kerja (payload) yaitu berat beban yang harus diker-
jakan oleh robot dalam daerah kerjanya. Robot harus digunakan
Sejak pengembangan lengan buatan pada tahun 1950-an dan
sesuai dengan batas kemampuan kerjanya.
kemudian diikuti pula oleh pengembangan di area teknologi mikro-
prosesor, robot telah menjadi suatu kebutuhan dan tersedia dalam
. Deajad ketepatan gerakan (precision of movement) yaitu ketepat-
an robot dalam menggerakan end effectornya pada titik yang di-
berbagai tipe, style dan ukuran. Robot Institute of America mendefi-
inginkan dalam daerah kerja.
nisikan robot sebagai berikut:
o Kecepatan gerakan (speed of movement) yaitu tingkat kecepatan
Robot ialah suatu alat yang dapat diprogram untuk memanipulasi robot melakukan gerakan dengan payload tertentu dan pada jarak
multifungsi yang dirancang untuk melakukan kegiatan pemindahan pendek.
bahan (partlkomponen, peralaan khusus) yang memiliki variabel ge- . Stabilitas (stability) yaitu derajad goyangan atau getaran mekanis
rakan yang terprogram untuk berbagai ienis tugas. (mechanical oscillation) yang ditimbulkan oleh gerakan robot.
Robot telah digunakan untuk melakukan pekerjaan dalam area Beberapa bidang aplikasi di mana robot sering digunakan se-
yang cukup luas khususnya untuk melaksanakan pekerjaan pada ling-
cara intensif ialah pengelasan (welding), pengecatan (painting), pe
kungan tidak bersahabat (berbahaya), berat dan bersifat berulang- nempatan dan pengambilan bahan pada material handling dan lain-
ulang. Tergantung dari sifat pekerjaan yang dilakukan, robot dapat lain. Pada masa kini, robotik telah menjadi bagian integral dari sistem
bersifat stasioner atau pun berpindah-pindah (movable). sebagian manufaktur otomatis untuk pembuatan paft (automated discreteparts
robot juga dilengkapi dengan kemampuan pandang, kemampuan manufactu ri ng system seperti f lexibte man ufacturi ng systems). secara
mengindra (sensing) dan lain-lain. Untuk menciptakan fleksibilitas lebih rinci, penggunaan robot dapat dijelaskan sebagai berikut:
gerakan maka sebagian besar robot dirancang untuk memiliki se'
jumlah gerakan dasar yang sering disebut sebagai derajad kebebasan o Machine loading
robot. Misalnya, lengan robot dapat digerakkan naik-turun, bergerak Mengambil benda kerja dari rak, konveyor, meletakkan/mema_

370 Perencanoan dan Pengendalian Produksi Computer I ntegroted Design hlanufacturi ng Systems 371

*
*

sukkan benda pada mesin, mengambil komponen atau partyang . packing:


telah selesai dari mesin dan meletakkannya pada konveyor untuk Memasukkan benda ke dalam kotak, rnenutup kotak, menyegel
diangkut ke tempat penyimpanan atau stasiun kerja berikutnya. kotak, meletakkan di atas alat penimbang, membuat catatan berat
Material transfer berdasarkan hasil penimbangan dan mengambil kotak dari alat
Memindahkan bahan dari satu titik ke titik lainnya dalam lantai penimbang dan meletakkan di atas konveyor.
pabrik, mengambil benda dari satu konveryor dan memindahkan- . Component
nya ke konveyor lain, mengemas barang dalam kotak dan lain- Memasukkan komponen elektronik tertentu ke lokasi insertion
lain. tertentu pada circuit board.
Welding
Mengingat demikian luasnya penggunaan robot dalam industri manu-
Menyambung satu benda dengan benda lain menggunakan tek-
faktur maka dalam pembuatan rancangan produk sangat perlu diper-
nologi pengelasan. Robot dapat melalukan pekerjaan pengelas-
hatikan kemungkinan penggunaan robot dalam proses manufaktur,
an dengan sangat rapi dan juga ada jenis yang dapat melakukan
material handing, inspeksi dan pengepakan produk yang akan di-
pengelasan secara kontinu.
produksi.
Painting
Mengecat benda-benda kerja setelah diproses. Untuk melakukan 1 5.2.4 F lexi b I e M an uf actu r i n g Sysfems
pengecatan, alat penyemprot pada end effector robot diprogram Pesatnya perkembangan teknologi manufacturing dan perang-
untuk bergerak sepanjang lintasan tertentu tempat benda kerja kat pendukungnya seperti CNC, DNC, PLC, robotic, ACVs, sistem pe.
yang akan dicat diletakkan. Robot juga dapat diprogram untuk nyimpanan dan pengeluaran barang secara otomatis di gudang (au-
memasukkan benda ke dalam tangki cat. tomated storage & retrieval system), teknologi penggantian perkakas
Assembly secara otomatis dan lain-lain bersama-sama dengan teknologi manu-
Merakit dua atau lebih partlkomponen menjadi sebuah sub-as- faktur seperti teknologi kelompok (Croup Technologfi adalah dalam
sembly atau f i n al-asse mb I y rangka membangun pondasi sistem manufaktur secara otomatis (com-
Processing
puter-integrated manufacturing system) yang dibutuhkan untuk men-
Melalukan proses operasi tunggal seperti menggerinda, memahat, ciptakan fleksibilitas yang tinggi agar system mampu berproduksi pada
melubangi dan lain-lain. kapasitas dan keragaman tinggi. The Sunstrand Corporation adalah pe-
rusahaan manufaktur peftama yang berhasil memanfaatkan teknologi
lnspection
Memeriksa benda kerja untuk mendeteksi penyimpangan terha-
di atas dalam menciptakan sistem manufaktur dengan fleksibilitas
yang tinggi dalam pembuatan komponen pesawat udara. Walaupun
dap spesifikasi yang ditentukan seperti ukuran, kehalusan per-
sistem yang dibangun Ihe Sunstrand Corporation belum sebaik apa
mukaan, bentuk dan lain-lain. Kegiatan ini dapat dilakukan robot
yang telah diperoleh sekarang, sistem tersebut merupakan awal dari
karena memiliki sensor cahaya, alat uji mekanik dan lain-lain.
sistem manufaktur otomatis dengan aliran bahan yang terintegrasi
yang kemudian dikenal sebagai Flexible Manufacturing System (FMS).

372 Pe rencanaan dan Pengendolian Produksi Computer I ntegrated Design filanufacturi ng Systems
ti: 373

*
Machine flexibility yaitu fleksibilitas dalam kemampuan mesin
Fleksible Manufacturing system terdiri dari sejumlah mesin-me-
untuk memproduksi berbagai tipe produk dengan operasi yang berva-
sin produksi yang terprogram (programmable machine too/s) yang ter-
riasi dan volume yang juga bervariasi
hubungkan oleh sistem material handling otomatis dan dikendalikan
oleh sebuah jaringan komputer (common computer network). Sistem o Routing, flexibility yaitu kemampuan sistem memproduksi dalam
material handlingyang pada umumnya terdiri dari konveyor atau pun berbagai rute operasi.
automated guided vehicle 6VG) membawa benda kerja yang diletak- o Process flexibility yaitu kemampuan sistem mengabsorb perubah-

kan di atas pallet yang dapat dikunci pada mesin tertentu untuk
proses an dalam produk campuran tproduct-mix) dengan rnelakukan
pengolahan. Pallet ditransfer antar konveyor dan mesin secara otoma- operasi yang sama pada mesin-mesin produksi yang multifungsi.
tis-
. Product flexibility yang juga dikenal sebagai mix-change flexibility
yaitu kemampuan mengubah atau menyesuaikan proses pembuat-
an dari satu tipe ke tipe produk lain secara cepat dan ekonomis
untuk merespons perubahan keinginan pasar.
o Production flexibility yaitu kemampuan untuk memproduksi
dalam kisaran tertentu tanpa menambah perlengkapan utama ke.
culi perlengkapan keci l.
. Expansion flexibility yaitu kemampuan merubah sistem manufak-
tur untuk mengakomodasi perubahan ruang lingkup produk.
FMS pada dasarnya adalah suatu sistem manufaktur yang oto.
matis, dengan volume dan keragaman produk yang moderat dan di-
kendalikan secara sentral oleh komputer. Misalnya keputusan tentang
part mana yang harus dinaikkan pada mesin dan stasiun kerja mana
yang harus dituju berikutnya oleh masing-masing bahan dilakukan
Gambar 15.3 Flexible Manufaauring System oleh komputer. lntervensi manusia dalam operasi hanya dibutuhkan
Fleksibilitas dibutuhkan sehubungan dengan seringnya terjadi apabila terjadi hal-hal yang tak terduga.
perubahan internal seperti mesin mengalami kerusakan tiba-tiba, pe- FMS mencakup kegiatan manufaktur dengan spektrum yang
pada
rangkat lunak terganggu, operator mesin tidak absen, variasi luas seperti pemesinan, pengelasan, pengerjaan logam bentuk lem-
waktu operasi dan tain-lain. Untuk menyerap semua ketidakpastian baran, fabrikasi atau pembuatan part dan komponen sefta perakit-
yang timbul karena perubahan tersebut, system harus cukup fleksibel, an. Teknologi kelompok (Group Technology) sering disebut sebagai
dan mampu memproduksi pada variasi yang tinggi, biaya dan waktu padanan penggunaan yang paling tepat dengan FMS. Komponen fisik
ancang-ancang minimum. Fleksibilitas juga dibutuhkan untuk mening- yang utama pada FMS ialah:
katkan kemampuan sistem dalam memenuhi selera dan kebutuhan
pelanggan yang terus berkembang. Dalam automated manufacturing
yaitu:
systemdikenal dan dibutuhkan berbagai tipe fleksibilitas

Compu te r I ntegrated Desi gn l{ianuf actu ri ng Systems 375


374 Perencanaon dan Pengendolian Produki :i

*
telah dipilih dengan memperhatikan kendala teknologi dan kapasitas
.NCmachinetoolsyangmultifungsidanmampumelakukanpeng-
mesin. Untuk mengalokasikan operasi dan tool yang dibutuhkan telah
gantian alat secara otomatis.
part dikembangkan berbagai kriteria alokasi.
o Sistem material handlingyang otomatis untuk memindahkan
di antara mesin-mesin perkakas dalam stasiun-stasiun kerja.
oo0oo-
o Komponen-komponen mesin seperti mesin perkakas, perlengkap-
an material handling, alat pengganti/penukar too/ yang dikenda-
likan secara hierarkis oleh komputer
o perlengkapan lain seperti mesin pengukur kordinat dan peralatan
cuci part.
Kendati fleksibilitas tinggi yang dimiliki oleh FMs telah mem-
berikan kemajuan besar dalam sistem manufaktur karena telah
sema-

kin mendekatkan sistem tersebut kepada keinginan pasar yang


terus

berkemban g, FMS iuga memiliki serangkaian masalah


operasional'
keputusan
Masalah operasional ini berhubunSan dengan pengambilan
me-
yang mendetail dalam perencanaan jangka pendek' Khususnya
ngenai pemilihan part dan manajemen tool, seleksi fixture
dan pallet
dan pengelompokan mesin dan pembebanannya'

Masalahyangberkaitandenganpenentuanatauseleksitipepart
tertentuyangakandiprosesdarisejumlahtipeyangdapatdipilihbu-
too/
kan merupakan masalah sederhana. Keterbatasan ketersediaan
part yang
pada too/ magazinedan perbedaan kebutuhan too/ oleh tipe
akan diproses membuat masalah cukup rumit. Untuk
memecahkan

masalah ini berbagai model pemrograman matematika


dan heuristik
telah dikembangkan.
pallet ialah
Masalah yang berkaitan dengan seleksi fixture dan
menentukan
keragaman bentuk geometris clari part yang diproses dan
pemilihan fix-
tipeTixture yang dibutuhkan. Oleh karena itu masalah
dengan masalah
ture dan pallet harus dipandang sebagai satu kesatuan
pemilihantipepartyangakandiproses.Masalahpengelompokanme.
sindanpembebanannyaberkaitandenganpenentuanmesin-mesin
mengalo-
yang perlu dikelompokkan dalam kelompok yang sama dan
partyang
kasikan operasi dan tool yang dibutuhkan untuk memproses

Produki Compu te r I ntegroted Desi gn lAonuf actu ri ng Systems 377


376 Perencanoan dan Pengendalian
F

*
BAB

t6 Supply Chain
Management

16.1 Peran Strateglis Supplier


,-n ,- eberhasilan suatu perusahaan dalam melaksanakan mi-
' lK sinya tidak terlepas dari peran strategik para pemasok yang
,l \ bekerja sama dengan perusahaan tersebut. Setiap perusa-
haan bJHyang bergerak dalam bidang jasa perdagangan, transpor-
tasi, jasa perhotelan atau pun dalam bidang manufaktur, konstruksi
dan lain-lain akan selalu membutuhkan pasokan (input) dari luar per-
usahaan. Ragam dan jumlah barang dan jasa yang dipasok bergantung
pada jenis dan ukuran perusahaan. Perusahaan industri manufaktur
berukuran besar misalnya membutuhkan pasokan bahan baku, suku
cadang, bahan pembantu, peralatan kerja (tools), bahkan perlengkap-
an produksi (production equipment) dalam jumlah besar secara
teratur. Perusahaan jasa transportasi membutuhkan pasokan suku
cadang, bahan bakar, minyak pelumas dan lain-lain. Jasa perdagan-
gan membutuhkan pasokan barang dagangan. Jika bahan/barang dan
jasa yang dibutuhkan tersebut sering tidak dapat dipenuhi tepat waktu,
tepat jumlah dan tepat mutu, maka dapat dipastikan kinerja operasi-
onal (operational performances) akan merosot dan selanjutnya kinerja
keuangan (financial performances) perusahaan akan hancur. Jaminan

&

*
haan manufaktur berhasil menikmati berbagai keuntungan dengan
terhadapketersediaanpasokansecaratepatwaktu'tepatjumlahdan kebijakan outsourcing. Berbagai keuntungan yang sering dilaporkan
tepat mutu ditentukan oleh kinerja
jaringan perusahaan dengan para
adalah sebagai berikut:
pemasoknya (suPPliers).

Beberapa elemen biaya dan waktu yang potensial


membebani a. Biaya

perusahaan akibat kinerja jaringan perusahaan dengan


para pemasok Untuk membuat setiap bahan, part atau komponen yang diper-
'(supply yang tidak menen- lukan dalam proses perakitan dibutuhkan investasi untuk fasilitas
chain) rendah adalah waktu ancang-ancang
pasokan tidak terkendali (uncontrollab/e) yang membuat pengolahan dan juga keahlian tertentu. Melalui kebijakan out-
tu,'dan mutu
juga tidak terkendali' sourcing, investasi oleh perusahaan tidak perlu dilakukan'
biaya produksi dan jadwal penyelesaian produk
saing perusahaan'
Situasi ini akan beruiung pada kemerosotan daya b. Fleksibilitas
perusahaan mem-
Besarnya pengaruh para pemasok terhadap kinerja Salah satu karakteristik perusahaan manufaktur yang berhasil
salah saru kom-
buat supp)y chain disebut oleh /lr dan TQM sebagai dalam persaingan global ialah fleksibilitas dalam pembuatan
ponen utama dalam pembangunan daya saing' produk yaitu kemampuan perusahaan untuk membuat produk-
produk yang mampu mengikuti perubahan selera pelanggan' Pe-
L6.2 Outsourc ing, PolicY rubahan selera pelanggan mengharuskan perusahaan manufaktur
yang le-
Dalam terminologi produksi, kebijakan manajemen membuat produk yang berbeda sehingga membutuhkan pembua-
dalam memenuhi
bih memilih penSSunaan j"tu perusahaan pemasok tan part, dan komponen yang berbeda pula. Dalam lingkungan
disebut outsourcing
kebutuhan bahan, part, komponen dan lain-lain yang demikian, kebijakan vertical integration akan sangat merugi-
pengadaan semua atau
policy- Pentingnya peran jasa pemasok dalam kan bahkan hampir tidak mungkin diterapkan karena perusahaan
sebagian kebutuhan perusahaan telah sering
kali didiskusikan dalam harus selalu menyesuaikan fasilitas baru untuk pembuatan part
berbagaikesempatan.Keunlungandankerugiandaripenggunaanjasa dan komponen yang baru. Tetapi dengan kebijakan outsourcing
perusahaan pemasok dibahas secara mendalam
sebelum keputusan masalah di atas tidak perlu terjadi karena perusahaan manufaktur
policy selalu di-
diambil. Masalah yang dihadapi dengan outsourcing cukup hanya dengan mengganti perusahaan pemasoknya dengan
kaitkandenganberbagairesikoterhadapperusahaansehubungande- pemasok yang sesuai.
tanpa mengecilkan
ngan sulitny" p"ng"ndalian perusahaan pemasok
perusahaan pemasok' c. Mutu
arti dari berbagai manfaat yang diperoleh dari
dapat di- Kebijakan outsourcing memberi peluang yang lebih besar kepada
Di bawah ini diuraikan secara ringkas berbagai keuntungan
mengguna- perusahaan untuk memilih para pemasok yang memiliki keahlian
peroleh dan kerugian yang dihadapi perusahaan apabila
khusus membuat part atau komponen yang dibutuhkan bahkan
kan jasa Perusahaan Pemasok'
part atau komponen dengan spesifikasi khusus. Walaupun part
16.2.1 Keuntungan atau komponen khusus yang dibutuhkan cukup beragam, peru-
atau selalu sahaan akan menghadapi masalah pengadaan karena masing-ma-
Penggunaan jasa Pemasok tidaklah sePenuhnYa
Tidak sedikit perusa- sing dapat dipasok oleh perusahaan pemasok yang sesuai.
membawa efek negatif terhadaP perusahaan.

Supply Chain hlanagement 381


Perencanaan dan Pengendalian Produki 'a
3ffi
*
d. Keahlian cacat, rnanajemen perusahaan manufacturing tidak jarang pula men-
Melalui pengalaman panjang, perusahaan pemasok lebih mudah gambil tindakan dengan mengembalikan bahan cacat tersebut kepada
memahami bahan, part dan komponen sefta proses khusus yang perusahaan pemasok disertai dengan klaim tertentu. Kendati ada klaim
pembuatannya dibandingkan dengan perusahaan manufaktur yang sering terkait dengan penggantian kerugian, jadwal proses untuk
yang membutuhkan bahan-bahan tersebut. Perusahaan manufak- material yang dikembalikan tersebut akan terganggu sehingga jadwal
tur sebagai pengguna akan membutuhkan waktu bertahun-tahun pengiriman juga akan terganggu.
agar memiliki pengalaman yang memadai untuk membuat bahan-
bahan tersebut.

e. Kompetensi lnti
Kompetensi inti adalah keunggulan tertentu yang dimiliki peru-
sahaan melebihi perusahaan - perusahaan lain sehingga menjadi
ciri pokok yang dikenal secara baik oleh pelanggan (company's
raison d'etre)- Bila perusahaan pemasok memiliki suatu keung-
gulan lebih maka perusahaan manufaktur bersangkutan juga akan Gambar 16.1 Variabilitas Spesifikasi Bahan Dari Single Supp/ier
mendapat imbas positif. Di samping itu, perusahaan manufaktur
Untuk mengatasi masalah yang demikian, perusahaan manu-
tersebut akan lebih mudah memfokuskan diri pada pengadaan
faktur pada umumnya menggunakan beberapa perusahaan pemasok
sumber daya lain yang harus disediakan/dibuat sendiri dengan
(multiple suppliers) bahkan untuk pengadaan masing-masing jenis ba-
cara membangun kompetensi internal.
han baku/bahan pembantu, suku cadang, peralatan dan lain-lain. De'
16.2.2 Kerugian ngan menggunakan beberapa pemasok, perusahaan manufaktur akan
Berbagai kerugian ying sering diderita perusahaan sehubun-
memiliki peluang lebih besar untuk memilih perusahaan pemasok
yang lebih sesuai karena jika satu perusahaan pemasok menunjukkan
gan dengan outsourcing policy ialah variabilitas pada pasokan yang
keraguan dalam memenuhi persyaratan yang diinginkan maka per-
sering tidak dapat dihindarkan misalnya dalam hal biaya, mutu dan
usahaan pemasok lain yang ada dalam daftar rekanan dapat dipilih.
wahu pengiriman pasokan. Pada perusahaan industri manufaktur,
Namun demikian, kebijakan multiple suppliers ini juga tidak lepas
sekitar 50% dari masalah mutu produk yang dihasilkan adalah karena
dari masalah, selain menimbulkan beban tambahan terkait dengan
tingginya variabillitas mutu bahan yang diterima dari perusahaan pe-
pengelolaan para pemasok, setiap pemasok juga tidak akan pernah lu-
masok (Nicolas, J", t99B). Variabilitas mutu bahan tidak selalu berarti
put dari kekurangan misalnya pengiriman pasokan yang mengandung
balran yang dikirim pemasok mengandung bahan yang rusak tetapi
item cacat dan keterlambatan pengiriman dan lain-lain. Oleh karena
dapat berupa bahan dengan spesifikasi yang bervariasi tinggi seperti
itu, tidak benar kalau dikatakan bahwa kebijakan multiple suppliers
terlihat pada Gambar 16.1 .
akan menjamin pasokan yang tepat waktu, tepat mutu dan tepat jum-
Bahan yang cacat atau bahan dengan spesifikasi di luar batas lah. Bahkan tidak jarang tetapi tidak selalu, penerapan kebijakan mul-
toleransi akan meningkatkan biaya manufaktur. Terhadap bahan yang tiple suppliers memberikan efek yang lebih buruk (lihat Cambar 16.2).

382 Perencanaan dan Pengendalian Produksi g Supply Chain llanagement

*
demikan tinggi. Sangat sedikit perusahaan manufaktur yang mampu
menyediakan tenaga ahli yang cukup untuk menangani mutu setiap
Supplier C bahan, part dan komponen secara efektif. Bila tenaga ahli yang dibu-
tuhkan tidak dapat dipenuhi maka resiko yang dihadapi tidak akan
berbeda dengan resiko yang muncul pada outsourcing strategy.

16.3 Pengertian Suppry Chain


Pengertian supply chain berkembang sejalan dengan perkem-
bangan bisnis dan teknologi informasi yang dimanfaatkan dalam
Gambar 16.2 Variabilitas Spesifikasi Bahan Dari Multiple Suppliers
proses bisnis khususnya yang berkaitan dengan mata rantai informasi,
Bahan yang cacat atau bahan dengan spesifikasi di luar batas transpoftasi barang dan finansial mulai dari pemasok (suppliers) sam-
toleiansi akan meningkatkan biaya manufacturing. Terhadap bahan pai pada produser (manufacturing activities) hingga para pelanggan
yang cacat, manajemen perusahaan manufaktur tidak jarang pula dan sebaliknya. Supply chain didefinisikan sebagai serangkaian proses
mengambil tindakan dengan mengembalikan bahan cacat tersebut ke- bisnis dan informasi yang berkenaan dengan penyediaan produk atau
pada perusahaan pemasok disertai dengan klaim tertentu. Kendati ada bahan atau jasa mulai dari para pemasok melalui proses manufaktur
klaim yang sering terkait dengan penggantian kerugian, jadwal proses dan distribusi sampai kepada para pelanggan (Schroeder, 20A0). Defi-
untuk material yang dikembalikan tersebut akan terganggu sehingga nisi di atas memperlihatkan interaksi antara logistik, proses manufak-
.ladwal pengiriman juga akan terganggu. Fleksibilitas yang diperoleh tur dan pemasaran. Bahan baku dibeli, dan disimpan di gudang, dari
dengan kebijakan multiple suppliers harus dibayar dengan variabilitas bahan tersebut produk dibuat pada satu atau lebih unit manufacturing,
spesifikasi yang semakin melebar. Dalam situasi ini, sebuah trade-off kemudian diangkut ke gudang produksi (warehouses) dan selanjutnya
analysis perlu dianalisis untuk mendapatkan pilihan yang tepat antara diangkut ke gudang distribusi untuk dijual ke retailer atau para pelang-
kedua kebijakan tersebut. gan seperti terlihat dalam diagram Cambar 16.3.
Karena pengalaman buruk di atas, sebagian perusahaan manu- Tata urutan proses dan kegiatan bisnis yang tercakup dalam sup-
faktur memilih kebijakan lain yaitu vertical integration policy. Dari ply chain mencakup empat hal pokok yaitu:
pada menggunakan jasa perusahaan pemasok, perusahaan manufak- o Proses untuk mendapatkan/mengolah order pelanggan (custom-
tur mendirikan unit pengolahan part, komponen dan lain-iain yang ers'orders)
mereka butuhkan dan hanya terhadap bahan-bahan yang tidak dapat o Proses pengadaan bahan dan komponen dari suppliers
dibuat sendiri yang digunakan jasa pemasok. Kebijakan vertical inte- o Proses pengolahan (manufacturing) produk di lantai pabrik
gration ini dilakukan dengan sangat berhasil oleh Ford Motor Com- o Proses pengiriman produk kepada pelanggan
panY.

Kebijakan vertical integration ini juga tidak terlepas dari berbagai


rnasalah terutama apabila keragaman ienis bahan, part dan komponen

3A Pe rencanaan dan Pengendalian Produ ksi Supply Chain llonogement 385


nasian program dan kegiatan yang menjamin aliran bahan dan infor-
Customers masi berjalan secara lancar dan efisien yang memberikan kepuasan
kepada supplier, perusahaan manufaktur dan para pelanggan secara
Total
satisfaction
bersama-sama.
with qualitY,
price, 16.4 Perkembanglan SUPPIY Chaln
delivery
and seruice Pada awalnya, proses bisnis dan informasi mulai dari perusahaan
pemasok secara berjenjang terus ke proses manufaktur (bahan-bahan
yang dipasok diolah menjadi produk akhir), ke kegiatan distribusi dan
Cash
kegiatan pengiriman procluk kepada pelanggan. Masing-masing ke-
giatan berjalan sendiri-sendiri dan beroperasi untuk mengoptimum-
kan kegiatannya. Pemasok dan pelanggan dipandang sebagai kegiatan
Gambar 16.4 SuPPIY Chain yang independen terhadap perusahaan pengolahan. Demikian juga
Proses untuk mendapatkan/mengolah order
pelanggan merupa- dengan kegiatan pembelian, pengolahan dan distribusi walaupun
kan ujung tombak supply chain karena order pelanggan
yang menjadi merupakan bagian-bagian dari proses bisnis internal tidak terkoordi-
jenis
trigger permintaan bahan dan komponen dari suppliers' Jumlah' nasikan sebagai satu kesatuan.
jumlah dan jenis produk
aan laawat kebutuhan bahan ditentukan dari Dalam fase berikutnya, kegiatan pembelian, produksi dan dis-
yang diminta dan jadwal pengiriman kepada pelanggan' Jadwal dan
tribusi kemudian dikoordinasikan (internal supply chain) sedangkan
proses pengolahan produk dilantai pabrik dilaksanakan
dan ditetap-
kegiatan yang berhubungan dengan pemasok dan pelanggan masih
kandenganberpedomaupadaproductiontimetableyangdisusun tetap dipandang sebagai kegiatan independen. Dengan berkembang-
production rout-
berdasarkan jumlah permintaan , bill of materia/s dan nya teknologi informasi serta semakin luasnya pemanfaatan teknologi
dalam ke-
ing. pengiriman produk kepada pelanggan dikoordinasikan tersebut dalam peningkatan pelayanan kepada pelanggan maka ca-
semua ke-
bijakan persediaan produk. supply chain mengidentifikasi kupan supply chain diperluas dengan mengintegrasikan supp/ier dan
informasi dan
butuhan pada setiap tahap proses termasuk kebutuhan pelanggan/retailer dengan internal supply chain sehingga membentuk
beli-buat-
pembiayaan yang terkait dengan kegiatan tersebut. siklus integrated supply chain (Cambar 16.4).
pindahkan-simpan-iual adalah inti dari supply chain'
Dalam Fase 1, hubungan antar unit-unit yang terkait bersifat for-
yang terkait
Diagram cambar 16.3 menunjukkan bahwa fasilitas mal. Misalnya, unit distribusi yang juga berfungsi sebagai unit pema-
dengansupplychainpadadasarnyameliputiparasupplier,gudang saran berupaya mendapatkan/mencari informasi tentang kebutuhan
bahan-bahan,pusatpengolahan,gudangprodukjadi'pusat-pusatdis- pelanggan yaitu, produk apa yang diinginkan, berapa banyak diingin-
oleh
tribusi dan out/et lretailer. Fasilitas-fasilitas tersebut dihubungkan kan, kapan diinginkan, syarat-syarat yang diharapkan dan lain-lain.
jaringan transportasi dan komunikasi melalui mana bahan baku, ba-
lnformasi tersebut diteruskan ke unit produksi dan berdasarkan infor-
Permasalahan
han ietengah jadi, produk akhir dan informasi mengalir. masi tersebut disusun rencana dan jadwal produksi termasuk rencana
yangterkaitdengansupplychainialahberkaitandenganpengkoordi.

Supply Chain Management 387


386 Perencanaan dan Pengendalian Produksi
jadwal kebutuhan Perubahan kebijakan pada salah satu atau beberapa perusahaan
dan jadwal kebutuhan bahan-bahan. Rencana dan
pembelian. dalam supply chain karena berbagai masalah teftentu yang sedang
bahan-bahan disampaikan kepada unit pengadaan atau
atau akan dihadapi tidak dapat dihindarkan. Apabila salah satu
Unit pengadaan menyusun rencana dan jadwal pengadaan dengan
men8- perusahaan misalnya perusahaan manufaktur merubah kebijakan
memperhatian status persediaan. Pengadaan dilakukan dengan
bauran procluk yang dihasilkan sehubungan dengan perubahan
ajukan order pembelian kepada pemasok' Dengan memperhatikan
perusahaan lain, pe- kondisi persaingan maka jenis dan jumlah kebutuhan bahan yang
order. yang diterima termasuk order-order dari
dipesan cJari supp/ier juga akan berubah dan kebijakan distribu-
rusahaan pemasok menyusun rencana dan jadwal pengiriman
dengan
si juga akan berubah. Perubahan bauran produk tersebut akan
memperhatikan prinsip optimalisasi proses bisnisnya sendiri'
berpengaruft terhadap semua perusahaan dari hulu sampai hilir
dalam supply chain.
,",",,l o,tl fffi4 f"'d'*{ F'-'*tl V"^'*'l 2. Perubahan permintaan pada ting[<at end-userlretailer akan me-
r- munculkan efek perubahan (ketidakpastian) yanS semakin besar
,",",, IEilfl F*4 a *d,k'l F'*b"'-l terhadap perusahaan di hulunYa-
i Perubahan pada perusahaan di hulu adalah efek dari dependent
l
demand dalam supply chain. Hal ini memaksa perusahaan-peru-
t__ Internal suPPlY chain
sahaan di hulu merubah/menyesuaikan kebijakan persediaan agar

'- lebih responsif terhadap fluktuasi permintaan dari perusahaan di


Fase 3:
lIee,,asot I ll hilir.
lr,#',ffi:,, llPe'anssan
Waktu ancang-anc ang (total replenishment time) yang pendek
3.
titegrated suPPlY chain
-t efektif meningkatkan kinerja supply chain"
waktu ancang-ancang yang panjang sangat tidak memungkinkan
Gambar 16-4 Perkembangan Supply Chain perusahaan untuk dapat bereal<si cepat terhadap permintaan se-
tiap saat. Agar permintaan dapat dipenuhi maka perusahaan harus
16.5 Karakteristik SuPPIY Chain memiliki persediaan (stock). Makin pan.iang waktu ancang-ancang
yang terdiri dari makin besar tingkat persediaan. Oleh karena itu, salah satu cara
Seperti telah dijelaskan di muka, supply chain
l' terbaik untuk memperbaiki kinerja supply chain ialah dengan
berbagai perusahaan (suppl iers, manufactu rer, distributorslwholesel mengurangi atau memotong waktu ancang-ancang sehingga men-
seakan-akan sebagai
ers, retailers) yang secara keseluruhan berfungsi jadi minimum.
'perusahaan tunggal' yang efisien dan efektif
yang memiliki kemam-
puanmengelolainformasiyangtangguhdanakuntabelyangmemiliki
4. Akurasi peramalan tentang perubahan permintaan dan ketersedi-
aan infornrasi tentang permitrtaan aktual pada setiap tingkat efektif
karakteristik sebagai berikut:
untuk mengurangi efek negatif dari perubahan permintaan'
l.Keputusanyangdiambilpadasalahsatumatarantai(perusahaan)
akan mempengaruhi mata rantai (perusahaan lain)' .31

7
*
I
E
Produki
r Supply Chain illanagement 389
388 Perencanaan dan Pengendalian

I
16.8 Supply Ghaln Manatlement
Peramalan permintaan pelanggan termasuk besarnya perubahan
permintaan dari waktu ke waktu rnerupakan salah satu faktor ke- Supply chain management didefinisikan sebagai perencanaan,
sulitan besar dalam perencanaan produksi sehingga sering dipan- perancangan dan pengendalian aliran bahan, informasi dan uang
dang sebagai suatu tantangan besar yang harus dicari pemecahan- sepanjang rantai supply untuk memenuhi kebuttrhan pelanggan se'
nya. Pengelolaan permintaan melalui serangkaian kegiatan seperti cara efisien baik saat ini maupun pada masa yang akan datang (Sheikh,
peramalan permintaan, dan pembukuan permintaan langsung K. 2002). Fungsi dari supply chain management ialah mengkoordi-
yang dilakukan secara teliti akan menurunkan deviasi antara pe- nasikan aliran bahan, informasi dan uang antara semua perusahaan
rencanaan dan pelaksanaan. yang terkait seperti perusahaan pemasok dan perusahaan-perusahaan
lain yang terkait dengan pasokan bahan, perusahaan manufaktur yang
16.6 Informasi dalam SUPPIY Ghain melakukan pengolahan terhadap bahan yang dipasok, perusahaan dis-
'Ketersediaan informasi yang berkualitas (tepat waktu, akurat tributor dan perusahaan retailer.

dan mencukupi) adalah inti dari supply chain management. lnformasi


1. Aliran bahan meliputi aliran fisik bahan baku, bahan setengah jadi
(work - in - progress), produk jadi, suku cadang dan bahanbahan
merupakan bagian integral dari proses yang membuat semua kegiatan
yang diperlukan dalam proses produksi sepaniang rantai mulai
dalam supplv chain mulai dari supplier sampai kepada pelanggan
dari supp/ier sampai kepada para pelanggan-
dapat diintegrasikan dan dilaksanakan secara real time. Seperti telah
dijelaskan sebelumnya, munculnya teknologi informasi dalam bisnis 2. Aliran informasi meliputi peramalan permintaan, pengolahan data
telah memotivasi pengkoordinasian bahkan pengintegrasian semua dan informasi permintaan produk dan laporan status pengiriman
produk kepada pelanggan.
mata rantai yang terdapat dalam supply chain. Hasil nyata dari peman-
faatan teknologi informasi dalafor supplY chain management ialah 3. Aliran uang meliputi informasi dari kredit, jadwal pembayaran
proses transaksi yang semakin cepat dengan biaya yang semakin kecil.
dan penagihan dan lainJain
Sasaran yang ingin dicapai oleh supp/y chain management dapat
16.7 Eledronic Business dijelaskan sebagai berikut:
Electronic business (e-bisnis) adalah sustu sistem pendukung l. Menurunkan biaya persediaan dengan cara peramalan perminta-
bisnis di mana proses-proses fisikal diganti dengan sistem elektronik. an yang lebih akurat dan penetapan jadwal produksi yang lebih
Sistem ini digunakan dalam interaksi antara berbagai perusahaan dan baik.
juga antar individu dan perusahaan. Dalam e-business, transaksi di- 2. Mengurangi biaya produksi secara menyeluruh dengan cara me-
lakukan melalui berbagai media elektronik termasuk, email, EDl, e/ec- lancarkan aliran bahan melalui proses produksi dan perbaikan
tronic funds transfer (EFT), electronic publishing, image processin9' informasi antara perusahaan dengan para supplier dan distribu-
electronicbulletin boards, shared database, bar coding, fax, CD Room tornYa.
catalogues; internet, web site dan lain-lain' 3. Meningkatkan kepuasan pelanggan melalui pemenuhan kebutuh-
an pada mutu yang lebih tinggi, penawaran produk yang lebih

: Supply Chai n llonagement 391


3n Perenconaan dan Pengendalian Produki
I
.3.
beragam, penciutan waktu pengiriman dan pilihan-pilihan yang Tabel 16.1 Konflik Sasaran Antar Perusahaan Dalam Supply Chain
semakin mendekati permintaan spesifik para pelanggan. Pemasok Manufaktur Warehouse/ Pelanggan
Retailer
Untuk mencapai sasaran-sasaran di atas, ada tiga hal yang perlu
Permintaan ba- Volume produksi Volume persedi- Harga beli murah
dilakukan secara bersama-sama yaitu:
han dalam skala tinggi dengan variasi aan rendah tetapi dan barang selalu
1. Setiap fasilitas yang membawa pengaruh terhadap biaya dan me- besar dengan rendah, penerimaan pengiriman dari tersedia
variasi yang bahan dalam perusahaan manu-
megang peran dalam penentuan kesesuaian produk terhadap ke-
rendah volume kecil dan faktur bersifat-
butuhan pelanggan perlu mendapat perhatian yang serius. berkesinambungan, kontinu
2. Upaya untuk meminimumkan biaya pada sistem secara keselu- Jadwal pengirim- Fleksibel untuk Mutu produk
ruhan termasuk biaya persediaan untuk bahan baku, work-in- an kepada peme. memberi kesempat- tinggi dan variasi
san fleksibel an perubahan kebu- yang tinggi
progress, produk jadi, biaya transportasi, dan distribusi sekali gus tuhan pelanggan
perbaikan tingkat pelayanan harus terus menerus dilakukan. Biaya pengadaan Biaya bahan traku Waktu ancang-an-
3. Kegiatan-kegiatan pada semua tingkatan baik yang bersifat strate- rendah, harga dan biaya produksi cang yang pendek
jual tinggi juga rendah
gik (berdampak jangka panjang) maupun yang bersifat taktis dan
operasional harus diperjelas, dipahami secara mendalam dan di-
laksanakan. 16.10 Virtual Supply Chain
Seluruh kegiatan yang meliputi pengadaan bahan, penyim-
15.9 Faktor Pen$ham bat Penglinte$rasian panan bahan, pengolahan, penggudangan, distribusi dan pengiriman
Kinerja supply chain management sebagai sebuah sistem diten- produk kepada pelanggan adalah identik dengan kegiatan sebuah pe-
tukan oleh berbagai faktor, tetapi salah satu di antaranya yang paling rusahaan secara tradisional. Melaksanakan sendiri seluruh kegiatan
penting ialah keterintegrasian (integratedness) semua elemen yaitu tersebut hanya mungkin apabila pasar relatif stabil dalam arti perusa-
perusahaan-perusahaan dalam supply chain tersebut. Perlu dipaha- haan tidak menghadapi persaingan ketat di pasar. Pada situasi seka-
mi bahwa, masing-masing perusahaan memiliki sasaran yang jarang rang, bisnis tanpa persaingan ketat tidak dapat lagi diharapkan. Pasar
sinkron bahkan konflik satu dengan yang lain karena objektif terse- berubah semakin cepat dan menuntut mutu produk yang semakin
but harus sesuai dengan karakteristik setiap perusahaan. Misalnya, tinggi, waktu pengiriman yang semakin pendek dan harga yang sema-
perusahaan pemasok yang berada paling hulu selalu menginginkan kin bersaing. Situasi yang dinamis ini memaksa masing-masing pelaku
bahan yang dipesan dalam volume besar, tidak beragam, jadwal bisnis mempersempit ruang lingkup kegiatannya dan memfokuskan
pengiriman yang fleksibel dan harga yang tinggi. Tetapi perusahaan diri pada kegiatan-kegiatan teftentu saja misalnya kegiatan memasok
manufaktur menginginkan bahan dapat diterima dari pemasok secara atau mengolah, mendistribusikan/menyimpan dan lain-lain. Dengan
terus-menerus (dalam batch yang kecil tetapi berkesinambungan), mempersempit ruang kegiatan ini maka profesionalisme lebih mudah
harga murah dengan standar mutu tinggi. Di bawah ini diberikan bu- dibangun sehingga perubahan pasar akan lebih mudah diantisipasi.
tir-butir konflik antara perusahaan-perusahaan pemasok, manufaktur, Hal ini dijumpai dimana-mana. Ada perusahaan yang khusus menye-
warehousdretai ler dan pelang ganl end u se r. diakan diri untuk memasok berbagai bahan baku. Juga ada yang khu-

i
*E t
392 Perencanoon dan Pengendalian Produksi * Su pp ly C hoi n lvianage m e n 393
*
I
sus menyediakan jasa penyewaan gudang, atau khusus melakukan ke- fasilitas yang dibutuhkan. Misalnya, mengontrak pengadaan bahan
giatan manufaktur. Distribusi dan pernasaran produk yang dihasilkan dari perusahaan pemasok, mengontrak pembuatan produk yang diren-
dilakukan oleh perusahaan jasa distribusi dan pemasaran. canakan dari perusahaan manufaktur, menyewa gudang penyimpanan
produk dan melakukan negosiasi dengan perusahaan jasa distribusi
Kendati profesionalisme lebih mudah dibangun apabila ruang
dan pemasaran (perusahaan logistik) dan lain-lain yang dibutuhkan
kegiatan dipersempit, koordinasi antar seluruh kegiatan menjadi ma-
sehingga produk yang dihasilkan sampai ke tangan pelanggan atau re-
salah yang serius. Masalah ini terkait dengan tak terhindarkannya
tailer. Dengan demikian semua kegiatan tersebut lebih mudah dikon-
keinginan kuat masing-masing perusahaan untuk memaksimukan
trol sebagai sebuah rantai (virtual supply chain) terlebih fleksibilitas
objektif masing-masing (lihat Tabel 16.1) tanpa mempertimbangkan
dapat dipelihara karena adanya kebebasan dalam memilih persahaan-
sinkronisasi dan koordinasi antar kegiatan tersebut. Sinkronisasi dan
perusahan yang akan dikontrak. Pengalaman berbagai perusahaan
koordinasi antar kegiatan memang mustahil dilakukan karena masing-
yang bertindak sebagai virtual company menunjukkan bahwa mereka
masing kegiatan dilakukan oleh perusahaan yang terpisah terlebih
berhasil menciptakan Return on Net Asset (RONA) yang cukup tinggi.
apabila kepemilikan setiap perusahaan juga berbeda.
Namun demikian, pada pasar stabil, vinual company kurang rnampu
Masalah di atas dapat di atasi apabila ada perusahaan lain yang bersaing dengan perusahaan tradisional.
bertindak untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang terkait.
Dengan tersedianya fasilitas teknologi informasi termasuk internet 16.11 Pen$elolaan Pelanggan
maka pengkoordinasian/sinkronisasi semakin mudah dilakukan. Per-
Pengelolaan pelanggan dalam sistem supply chain management
usahaan ini dapat dipandang sebagai virtual companY (perusahaan
terkait dengan dua proses utama yaitu proses penempatan order (order
virtual) yang melakukan pembuatan produk dan jasa, memasok ba-
placement process) dan proses pemenuhan order (order fulfillment
han-bahan kebutuhannya, menyimpan, mendistridusi dan memasar-
process).
kan produk yang diproduksi walaupun dengan cara memanfaatkan
perusahaan-perusahan lain. Dengan demikian, perusahaan virtual ini a. Proses Penempatan Order
tidak perlu memiliki seluruh fasilitas seperti pabrik pengolahan, gu- Proses penempatan order adalah semua kegiatan yang perlu di-
dang, unit transportasi dan lain-lain karena semuanya dikontrak dari lakukan untuk mencatat permintaan terhadap produk dan jasa yang
perusahaan pemiliknya. Fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan virtual dihasilkan dan memastikan bahwaorder dari pelanggan telah terekam
ini ialah sebuah kantor, tenaga ahli, pegawai dengan sarana penun- dengan baik dan rapi. Proses penempatan order berawal dari inisiatif
jang komputer dan lain-lain yang dibutuhkan dalam membangun dan dan kerja kreatif perusahaan untuk mendekatkan seluruh produk atau
mem proteksi core.competencies. jasa yang dihasilkannya kepada pelanggan potensial. Pelanggan yang
Dengan memanfaatkan fasilitas teknologi, perusahaan virtual rasional akan tertarik terhadap suatu produk jika dia memahami benar
melakukan rencana dan program penjualan, rencana dan program tentang besarnya benefit yang diberikan oleh produk atau jasa tersebut
produksi dan rencana keuangan yang sinkron dan terkoordinasi. Ber- terhadap kebutuhan/masalah yang sedang atau akan dihadapinya. Jika
dasarkan rencana dan prograrn-program tersebut perusahaan virtual pelanggan yakin bahwa kebutuhan atau pun masalah yang dihadapi-
melakukan kontrak dengan masing-masing perusahan yang memiliki nya akan dapat terselesaikan secara optimal oleh produk/jasa yang
.:

Pe rencanoon dan Pengendali an Produ ksi Supply Chain lianagement 395


1!

t
jasa yang tinggi"
diperkenalkan kepadanya maka dia akan menempatkan produk/
tersebut sebagai kebutuhan yang kemudian berkembang rnenjadi or- * Pemotongan waktu proses
der.
Keberadaan web page perusahaan akan memungkinkan para
setiap pelanggan selalu mengharapkan order yang disampaikan- pelanggan memasukkan informasi credit card sebagai bagian dari
nya dapat dipenuhi tepat waktu yang pada kondisi sekarang dapat di- proses penempatan order. Hal ini akan sangat memudahkan dan me-
artikan sebagai 'sesegera mungkin' (the sooner the better). Pemenuhan nyingkatkan waktu proses billing kepada setiap pelanggan atas order
permintaan pelanggan yang bersifat 'sesegera mungkin' mengharus- yang ditempatkannya.
kan proses pencatatan tentang seluruh data dan informasi, yang terkait
dengan permintaan tersebut, harus ditangani secara cepat dan akurat. * Perluasan akses
Data dan informasi yang dimaksud antara lain jenis dan spesifikasi Salah satu benefit besar lainnya yang diperoleh dari pemanfaatan
produk, jumlah yang dipesan, kemasan yang diinginkan, harga yang internet dalam pengelolaan pelanggan ialah terbukanya peluang pe-
disepakati, tanggal penyerahan, alamat tujuan pengiriman, alat angkut rusahaan untuk menerima order setiap saat dari seluruh penjuru du-
dan lain-lain yang kemudian berlanjut dengan pengecekan terhadap nia. Para pelanggan potensial dapat mengakses informasi perusahaan
ketersediaan produk pada jadwal pengiriman yang diinginkan terse- dan produk-produk yang dihasilkan dimana pun mereka berada dan
but. membuat keputusan untuk memesan jika mereka merasa membutuh-
Proses pengumpulan data/informasi dan pencatatan ke dalam kannya.
file komputer yang dilakukan secara konvensional akan sangat mahal * Fleksibilitas dalam perubahan harga
dan mengandung resiko jika tidak akurat. Pemanfaatan teknologi inter-
Berbagai faktor lingkungan perusahaan secara terus menerus
net akan sangat membantu kemudahan dan ketelitian proses tersebut
mengalami perubahan yang sering berakibat manajemen harus melaku-
serta memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak sebagai berikut:
kan penyesuaian harga jual produk/jasa yang ditawarkan kepada para
t Penurunan biaya pelanggan. Kenaikan biaya energi akibat kecenderungan perubahan
harga pasar bahan bakar minyak dan gas misalnya sudah membukti-
Pemanfaatan teknologi internet akan menurunkan biaya pe-
kan hal tersebut. Berbagai produk perusahaan khususnya yang proses
mrosesan order karena para pelanggan dimungkinkan untuk berpar-
manufaktur membutuhkan energi yang besar seperti produk-produk
tisipasi lebih besar dalam mengkomunikasikan keinginan mereka se-
logam, semen dan lain-lain mau tidak mau 'memaksa' manajemen
cara cepat dan lebih teliti. Misalnya pelanggan membuka web site
perusahaan melakukan penyesuaian (menaikkan harga jual) bebera-
perusahaan dan menginput data/informasi tentang keinginannya serta
pa kali dalam satu tahun. Setiap perubahan harga jual membutuhkan
menempatkan order tanpa perlu berbicara kepada pihak perusahaan.
pencetakan buku katalog harga yang baru serta menyebarluaskannya
Bagian pengelolaan pelanggan pada perusahaan dapat segera mere-
kepada para pelanggan potensial dimana pun mereka berada. Jika pe-
spon order yang disampaikan oleh pelanggannya sehingga kesepakat-
rusahaan memanfaatkan teknologi internet maka kesulitan tersebut
an tentang transaksi dapat segera diambil. Proses ini akan sangat
tidak akan terjadi karena setiap pelanggan secara otomatis memiliki
efisien dari sudut pembiayaan dan lebih menjamin akurasi informasi
virtual catalog berupa website perusahaan.

396 Pe renconaan dan Pengendalion Produksi Supply Chai n lAanogement 397


* Proses Pemenuhan Order yang berdampak positif pada pengurangan biaya persediaan pada
Proses pemenuhan order adalah seluruh kegiatan yang dilaku- kedua belah pihak sefta mengurangi waktu ancang-ancang dalam pe
kan perutahaan untuk mengirimkan produkljasa kepada setiap pelang- menuhan order pelanggan.
gan sesuai dengan order yang telah disampaikannya. Karena jumlah
order yang harus dipenuhi sering cukup banyak dan tidak jarang pula
* Lokasi persediaan

beberapa di antaranya memerlukan pengiriman dalam batas waktu Salah satu masalah fundamental dalam pembuatan keputusan
yang bersamaan atau hampir bersamaan maka perusahaan perlu mem- supply chain ialah pemilihan lokasi yang paling sesuai untuk persedi-
buat keputusan tentang competitive priorities masing-masing order aan produk darimana order-order pelanggan akan dipenuhi. Tak dapat
berdasarkan faktor biaya, mutu waktu dan fleksibilitas. lsu-isu penting dihindarkan bahwa masalah penempatan lokasi persediaan produk
yang terkait dengan proses pemenuhan order ialah pertukaran infor- akhir membawa implikasi strategis. Analisis terhadap masalah funda-
masi (information sharing), lokasi persediaan dan penundaan jadwal mental ini selalu mengarah kepada dikotonni sentralisasi persediaan
pengiriman. pada lokasi dekat dengan sarana manufaktur (inventory pooling) atau
persediaan disebar secara luas ke lokasi-lokasi yang dekat dengan para
* Pertukaran informasi pelanggan potensial (inventory dispersing). Jika lokasi persediaan di-
Pertukaran informasi (information sharing) antara perusahaan poolkan dekat dengan lokasi fasilitas manufacturing akan sangat meng-
dan para pelanggannya sangat penting dalam membuat analisis an- untungkan ditinjau dari biaya persediaan karena fasilitas persediaan
tisipasi. Bagi perusahaan, ketersediaan informasi tentang situasi ope- tidak rangkap, dan biaya persediaan keamanan (cost of safety stock)
rasi para pelanggannya seperti posisi persediaan pelanggan setiap saat, rendah karena setiap kali ditemukan indikasi kekurangan persediaan
estimasi permintaan terhadap produk perusahaan dan lain-lain san- maka kegiatan pengisian ulang dapat segera dilakukan. Keuntungan
gat dibutuhkan untuk membuat antisipasi jadwal produksi. Dengan lainnya ialah daya redam yang tinggi terhadap fluktuasi permintaan
demikian, begitu order pelanggan diterima, jadwal produksi yang cu- dari para pelanggan. Bila besar order dari satu pelanggan lebih tinggi
kup akurat dapat ditetapkan sehingga pengiriman menjadi lebih aku- dari jumlah yang diperkirakan, akan tetap dapat dipenuhi melalui pe-
rat pula. Bagi pelanggan, ketersediaan informasi tentang perusahaan mindahan sejumlah tertentu dari order yang ukurannya lebih rendah
sangat dibutuhkan terutama mengenai status order dilantai pabrik, ket- dari yang diperkirakan. Kerugian dari inventory pooling system antara
ersediaan bahan baku dan lain-lain untuk membuat perkiraan jadwal lain ialah biaya pengiriman kepada pelanggan yang ordernya beru-
penempaan order kepada perusahaan tersebut. Hal ini penting untuk kuran rendah akan cukup tinggi, waktu pengiriman yang cukup lama
menghindarkan kemungkinan timbulnya kesulitan perusahaan dalam karena berjarak jauh dari lokasi pelanggan.
membuat dan mengirimkan produk yang dipesan dalarn waktu yang Apabila lokasi persediaan dekat dengan pelanggan (forward
cukup singkat. p/acement) misalnya dengan pengadaan sejumlah distribution center
pertukaran informasi yang efektif hanya dimungkinkan apabila atau wholesa/er maka waktu pengiriman akan semakin singkat dan
perusahaan memanfaatkan teknologi internet. Dengan demikian, sup- semua efek negatif dari inventory pooling akan hilang tetapi waktu
ply chain management yang didukung oleh teknologi internet akan yang dibutuhkan untuk pengisian ulang persediaan (arder replenish-
lebih menjamin tercapainya kesesuaian antara supply dan demand ment) dari fasilitas manufacturing akan meningkat dan perusahaan ha-

398 Perencanaan dan Pengendali an Produksi Supp ly Chai n lvlanagement 399


rus membangun fasilitas distribution center dalam jumlah yang cukup ,.6.12 Pengelolaan Supprier
banyak. Mengingat kedua faktor yang saling bertolak belakang terse- Fenggunaan teknologi internet tidak hanya efektif dalam penge-
but, maka dalam membuat keputusan tentang lokasi persediaan yang lolaan pelanggan seperti telah dijelaskan di atas tetapi juga memberi-
optimum, perlu dilakukan tradeoff analysis antara biaya persediaan kan benefit yang besar dalam pengelolaan para supplier. Teknologi
dan biaya transportasi terhadap kebutuhan untuk menurunkan waktu internet sangat membantu dalam proses pemilihan supplier, menga-
dalam memenuhi order pelanggan. nalisis implikasi dari pengadaan yang tersentralisasi dan analisis nilai.
* Penundaan a. E-Purchase
Dalam dunia manufaktur, istilah penundaan (postponement) lstilah e-purchasing digunakan untuk menjelaskan situasi di
digunakan untuk menjelaskan sebuah kebijakan tentang penttndaan mana proses pembelian mulai dari tahap identifikasi kebutuhan sam-
operasi pembuatan produk-produk tertentu yang memiliki berbagai pai kepada pemrosesan order, penempatan, follow-up, penerimaan
pilihan (option). Ada dua cara berproduksi yang memberikan op- hingga pemeriksaan barang dikirimkan oleh supp/ier dilakukan den-
tion kepada pelanggan yaitu assembly to order dan mass customiza- gan bantuan teknologi elektronik. Tidak dapat dibantah bahwa peng-
tion. Assembly to order mengacu kepada sistem produksi di mana gunaan teknologi elektronik khususnya internet telah merubah sifat
produk akhir dibuat dengan merakit komponen-komponen standar pasar dari pasar fisik tphysical market place) menjadi pasar maya (vir-
dan pelanggan diberi kesempatan terbatas untuk memilih konfigurasi tual market place). Perubahan ini memberikan berbagai perbaikan
dari komponen standar yang digunakan dalam perakitan. Mass cus- dalam proses pembelian. Ada empat pendekatan yang terkait kuat
tomization mengacu kepada sistem produksi di mana produk akhir di- dengan penggunaan teknologi internet dalam pembelian yaitu e/ec-
rakit dari komponen-komponen standar dengan spesifikasi ditentukan tronic data interchange (pertukaran data secara elektronik), catalog
sendiri oleh masing-masing pelanggan. hubs, exchange dan auction.
Dalam kedua sistem produksi tersebut, operasi perakitan tidak Electronic data interchange
dilakukan untuk tujuan mengisi persediaan tetapi ditunda hingga or- Electronic data interhange (EDI) adalah suatu sistem pertukaran
der dari pelanggan diterima dan kemudiaan segera diproses- Supaya dokumen bisnis dalam bentuk standar antara satu perusahaan dan
operasi perakitan dapat dilakukan dengan segera setelah order diteri- perusahaan lain melalui komputer. Sistem pertukaran dokumen
ma maka fasilitas produksi di lantai pabrik telah dioperasikan untuk ini dirancang oleh American Nationa/ Standards lnstitute (ANS/)
membuat komponen-komponen standar yang setelah selesai kemudi- dan the lnternational Organization for Standardization (lSO).
an disimpan sebagai persediaan. Berbagai pengalaman menunjukkan fDl secara mendasar mengubah sistem komunikasi bisnis/pertu-
bahwa operasi perakitan lebih baik jika dilakukan oleh distribution karan informasi dari cara tradisional yang menggunakan aliran
channel yang akan rnengirimkan produk tersebut kepada pelanggan keftas seperti pengiriman surat, jasa kurir atau teknologi facimile
terkait. Dengan kebijkan ini biaya produksi akan lebih rendah dan yang semuanya membutuhkan aliran kertas ke cara modern yang
waktu pengiriman kepada pelanggan akan semakin pendek. menggunakan teknologi elektronik ketika melakukan transaksi
bisnis. EDl menghubungkan setiap anggota atau masing-masing
mata rantai dari supply chain secara bersama-sama untuk menge.

400 Perenconaon don Pengendalion Produki Supply Choin llanagement


dengan sejumlah perusahaan supplier melalui internet. Dengan
fektifkan komunikasi antar dua pihak atau lebih dalam pelaksa-
demikian, setiap pembeli dapat rnemilih supp/ier terbaik yang
naan setiap transaksi misalnya dalam keperluan pengolahan or-
mampu memberikan harga dan mutu terbaik dari seluruh pilihan.
der, akunting, produksi, dan distribusi.
Sistem inijelas akan efektif untuk menurunkan biaya penempatan
Sistem ini memberikan kemampuan akses informasi yang cepat order kepada perusahaan-perusahaan supplier karena telah terhin-
sehingga keputusan yang lebih akurat dapat diambil dalam semua dar dari hubungan satu per satu (one-to'one connection) antara
aspek transaksi bisnis antar perusahaan. Kraiewski & Ritzman pembeli dan supplier.
(2002) secara rinci menjelaskan mekanisme operasional pertu-
karan informasi berbasis teknologi elektronik dengan mengambil b. Seleksi Supplier dan Sertifikasi
contoh transaksi pembelian oleh satu perusahaan (buyer) dari pe' Pemilihan supplier dan senifikasi merupakan dua langkah stra-
rusahaan lain (supp/ier) sebagai berikut:. tegis dalam proses pengadaan/pembelian dalam setiap perusahaan
karena komponen terbesar pengeluaran perusahaan manufaktur
Pembeli (buyer) menelusuri katalog elektronik penjual (supplier)
adalah pada pembelian. Kegiatan produksi di lantai pabrik yang telah
dan mengklik item yang ingin dibelinya. Komputer kemudian
direncanakan dengan baik tidak akan memberi arti banyak kepada
mengirimkan order pembelian secara langsung kepada suplier
perusahaan apabila Depaftemen Pembelian tidak mendapatkan para
melalui komputer supplier tersebut. Komputer supplier kemu-
supplier yang mampu menunjang jadwal produksi melaluipengiriman
dian mengecek kredit pembeli tersebut dan menemukan bahwa
bahan secara tepat waktu, tepat mutu dan tepat harga. Oleh karena itu,
item-item tersebut tersedia. Kemudian warehouse supplier dan
masalah seleksi supplier dan sertifikasi supplier dalam supply chain
departemen pengiriman diberi signal secara elektronik dan item
management sering disoroti secara tajam.
tersebut siap untuk dikirimkan. Selanjutnya, departemen akunting
pada pihak supplier memproses bill pembeli secara elektronik. Seleksi supplier
Kriteria yang selalu diutamakan dalam setiap proses pengadaan
Catalog hubs
pada perusahaan manufaktur pada umumnya ialah penerimaan
Catalog hubs adalah suatu pendekatan dalam supply chain
bahan tepat waktu, mutu bahan yang diterima sesuai dengan mutu
berkaitan dengan peningkatan interface supplier terhadap para
yang ditetapkan dan harga sangat wajar dalam arti terdapat ke-
pelanggan atau pembelinya dalam sistem e-purchase. Menurut
sesuaian yang tinggi antara mutu dan harga yang ditawarkan oleh
pendekatan ini, supplier menyampaikan katalog yang berisikan
supplier dan jadwal penerimaan. Ketiga variabel jadwal peneri-
daftar setiap item (baran$asa) yang dimilikinya beserta harga
maan, mutu, dan harga yang tidak sinkron memiliki potensi bi-
masing-masing ke dalam hub dari mana para pembeli akan dapat
aya yang tersembunyi. Jika bahan diterima tidak tepat waktu akan
memilih item-item apa yang diinginkan- Dengan menggunakan
menimbulkan idle capacity yang berakibat unit cost dari produksi
sebuah PC, pembeli kemudian melakukan pemilihan terhadap
meningkat dan jadwal pengiriman kepada pelanggan terganggu.
item-itern yang akan dibeli. sistem kemudian akan memproduksi
Jika mutu bahan yang diterima bervariasi maka perusahaan perlu
order-order pembelian (purchase orders) dan menyampaikan daf-
menerapkan sistem pengendalian incoming goods secara inten-
tar pembeliannya secara elektronik kepada supplier tersebut. Hub
sif yang akan membutuhkan tenaga, waktu dan biaya tambahan
tersebut pada umumnya menghubungkan perusahaan pembeli

Supply Chai n lrlanagement 403


42 Perenconaon dan Pengendalian Produksi
kepada perusahaan. Demikian pula halnya apabila harga yang produksinya dievaluasi oleh tim Secara mendalam termasuk mere'
dikenakan kepada bahan yang dibeli terlalu tinggi relatif terhadap view dokumen terkait untuk melihat kecukupan dan akurasinya.
mutu dan harga pesaing. Berdasarkan hasil evaluasi ini tim membuat keputusan apakah
perusahaan supplier tersebut dapat diberikan sertifikat kelayakan
Karena demikian pentingnya faktor jadwal penerimaan, mutu dan
atau tidak. Bila dinyatakan layak maka secara berkala kinerjanya
harga dalam menjamin efisiensi, efektivitas dan produktivitas pe-
dievaluasi untuk melihat konsistensinya dalam memenuhi terms
rusahaan manufaktur maka ketiganya telah umum dijadikan pula
and condition yang ditetapkan.
kriteria dalam melakukan seleksi supplier. Supplier dipilih ber-
dasarkan hasil penilaian terhadap kinerja mereka masa lalu dan
16.14 Kineria SupPlY - Chain
calon-calon yang potensial diminta membuat pernyataan yang
menunjukkan komitmen mereka yang tinggi dalam ketiga faktor Proses rantai pasokan seperti yang telah diielaskan di atas
di atas. Pada masa kini telah meningkat jumlah perusahaan yang bagaimana baiknya pun dilakukan sering tidak dapat menghindarkan
membuat kriteria ke empat dalam proses seleksi supplier yaitu terjadinya inventory pada beberapa titik di sepanjang supply chain.
dampak lingkungan. Hal ini bertolak dari kenyataan bahwa sema- Makin tidak efektif supply chain makin besar tingkat persediaan yang
kin banyak perusahaan manufaktur yang peduli dengan proteksi akan terjadi. Di samping itu, aliran bahan di sepanjang supply chain
lingkungan sehingga mereka menetapkan diri sebagai green pur- juga membawa berbagai implikasi keuangan perusahaan terkait. Oleh
chaser. Mereka mensyaratkan para supplier rnampu merancang karena itu sangat penting dilakukan pengukuran terhadap kinerja
dan membuat bahan-bahan yang akan dikirimkannya benar-benar supply chain yang dioperasikan baik dari sudut persediaan maupun
memperhatikan faktor lingkungan. Tidak jarang pula supp/ier keuangan dan lain-lain untuk memungkinkan dilakukannya evaluasi
yang dipilih adalah mereka yang bersedia mencanfumkan hal-hal tentang efektivitas supply chain dalam menunjang pencapaian tujuan
penting seperti g1een, biodegradable, recycle dalam kontrak. dan sasaran perusahaan.

Sertifikasi supplier 16.14.1 Kinerja Terhadap Persediaan


Program sertifikasi supplier menjelaskan tentang kemampuan sup-
Persediaan pada umumnya menyimpan item yang ragamnya
p/ier untuk memenuhi order dari perusahaan manufaktur sesuai
cukup banyak mulai dari bahan baku, supp/ies, suku cadang, me-
dengan syarat-syarat (terms and condition) yang ditetapkan. Pro-
sin-mesin cadangan, work in progress sampai kepada produk akhir.
gram sertifikasi pada umumnya mencakup kunjungan langsung
Karena setiap item mempunyai nilai ekonomi maka persediaan dapat
tim seleksi (cross-functionalteam) ke lokasi supplier untuk melaku- dianalogikan sebagai sejumlah uang yang tertimbun atau idle dalam
kan evaluasi secara mendalam sehubungan dengan kemampuan persediaan. Filosofi persediaan menjelaskan bahwa makin rendah
supplier tersebut dalam memenuhi kriteria-kritera di atas. Cross- jumlah nilai moneter item yang tertimbun di persediaan semakin baik
functional team tersebut pada umumnya terdiri oranS-orang yang
kinerja proses yang terkait dengan kegiatan persediaan tersebut.
berasal dari Departemen Manufaktur, pembelian, engineering,
sistem informasi dan akunting. Setiap aspek dari perusahaan sup- Ada 3 ukuran yang sering digunakan dalam mengukur kinerja
plier yang berkaitan dengan proses pembuatan bahan yang di- supply chain terhadap persediaan yaitu nilai rata-rata persediaan se

404 Perencanaan don Pengendalian Produksi Supply Chain l(anogement


Perlu diketahui bahwa nilai x, adalah nilai tengah dari dua trrittgl3tt
cara agregat (average aggregate inventory value),lama waktu supply
ke yang berurutan. Angka 5? rnerrunjtlkkan jurnlah minggu ke ptrr
(weeks of supply) dan perputaran persediaan (inventorY turn over).
tahun. Dalam hal pengukuran total nilai persediaan, pengertian
. Nilai rata-rata persediaan secara agregat jumlah minggu ke pertahun berbeda dengan pengukuran volurne
Nilai rata-rata persediaan secara agregat ialah total nilai dari produksi. Dalam pengukuran volume produksi, satu tahun operasi
semua item bahan yang ada dalam persediaan. Karena jumlah se-
dihitung sebagai jumlah minggu ke kegiatan produksi dilakukan
tiap item dalam persediaan mengalami perubahan dari waktu ke
selama tahun berjalan misalnya 48 atau 50 minggu. Bila dalam
waktu maka walaupun ragam atau jenis item dalam persediaan ti-
satu tahun, fasilitas produksi hanya dioperasikan selama 48 ming-
dak berubah, total nilai dari semua item terus menerus mengalami
gu ke dan selama 4 minggu ke terakhir dilakukan overhaul ter-
perubahan sesuai dengan jumlah masing-masing item setiap saat.
hadap seluruh fasilitas maka waktu satu tahun hanya 48 minggu.
Untuk mendapatkan sebuah nilai persediaan yang dapat diguna-
Tetapi persediaan mungkin tetap ada walaupun fasilitas produksi
kan sebagai parameter ukuran maka sering digunakan nilai rata-
sedang mengalami kegiatan overhaul.
rata seluruh item dalam persediaan selama satu tahun'
Lama waktu supply
Lama waktu supply didefinisikan sebagai nilai rata-rata persedia-
an per minggu ke dibagi dengan volume penjualan per minggu.
TotalNilai($) Volume penjualan per minggu ke tidak dihitung sebagai total ni-
lai penjualan tetapi total biaya dari produk yang dijual perming-
gu. Biaya yang dimaksud adalah harga pokok penjualan (cost of
2345 51 52 goods so/d) per minggu.
_------|>
Minggu Nilai rata+ata persediaan secara agregat
Lama waktu supply :
Gambar 16.5 ProfitTotal Nilai Persediaan dari minggu ke Total harga pokok peniualan per minggu
Minggu

Cambar 16.6 menunjukkan fluktuasi total nilai persediaan secara Makin singkat waktu supply nraka kinerja supply chain mana-
agregat dari minggu ke minggu ke selama 1 tahun. seperti ditun- gement dinilai semakin baik dan sebaliknya makin lama waktu
jukkan dalam gambar 16.5, pada minggu ke 1 total nilai persedia-
supply makin buruk kinerja supply chain management.
an misalnya x,, pada minggu ke 2 sebesar x2, pada minggu ke
3 sebesar x, dan Seterusya maka total nilai persediaan rata-rata
o PerputaranPersediaan
(5) ialah: Perputaran persediaan (inventory turn over) mengukur besarnya
perputaran persediaan yang dihitung sebagai pembagian total
52

_ I,,
c-i=l
harga pokok penjualan terhadap nilai rata-rata persediaan secara
agregat. Dari pengertian ini terlihat bahwa ukuran perputaran
52 ' persediaan berkebalikan dengan lamanya waktu supply. Dengan

dan Pengendali an Produ ksi Supply Chai n l{anagement 407


406 Pe renconaan
Tabel 16.2lanjutan
demikian, maka kinerja supply chain management dinilai sema-
kin baik apabila perputaran persediaan semakin tinggi dan seba- Tingkat Persediaan Biaya/Unit Total Nilai
Item
liknya kinerja supply chain management dinilai rendah apabil-a fenis Rata-Rata ($) Biaya ($)
jumlah perputaran persediaan adalah rendah. o 250 400.00 100.000.00
P 350 310.00 108.500.00
Total harga Pokok Persediaan a 200 500.00 100.ooo.oo
Perputaran persediaan : 673.250.00
Nilai rata+ata persediaan secara agregat Produk akhir X 60 4.500.00 270.000.00
75 3.400.00 225.000.00
z 40 5.000.00 200.000.00
Untuk memudahkan pemahaman terhadap kriteria kinerja yang 575.000.00
berhubungan dengan ukuran persediaan ini, diberikan sebuah Total 2.053.250.00
contoh.
Karena jumlah minggu ke pertahun adalah adalah 52 minggu ke maka:
Pilkington Manufacturing Engineering PLc memproduksi tiga jenis
Harga pokok penjualan per minggu ke : $ 13.000.000.00152 :
produk yang disebut produk X, Y dan Z. Ketiga produk ini meng-
$ 2s0.000.00
gunakan lima jenis bahan yang disebut bahan A,B,C, D dan E'
Weeks of supply : ($ 2.053.250.00)/$ 250.000.00 per minggu ke :
Work-in-progres diklasifikasi dalam tujuh kelompok yang disebut
8.2 minggu
K, L, M, N, O, P, Q. Hasil audit akunting per 31 Desember menun-
Perputaran persediaan :($ 13.000.000.00)/($ 2.053.25A.00) : 6.3
jukkan bahwa harga pokok penjualan selarna tahun berjalan (cost
kali per tahun
of goorlso/d) adalah $13.000.000.00. Tingkat peisediaan rata-rata
untuk bahan baku, work-in-progress dan produk akhir serta nilai Berdasarkan hasil pengukuran di atas akan dapat dievaluasi
biaya masing-masing per unit adalah sebagai berikut: apakah perputaran persediaan rata-rata 6.3 kali per tahun atau setiap
putaran terjadi dalam selang waktu rata-rata 8.2 minggu ke dinilai cu-
Tabel t6.Z Tingkat Persediaan Rata-Rata dan Nilai Biaya Per Unit kup memadaiatau tidak. Wajartidaknya hasil kinerja persediaan terse-
Tingkat Persediaan Biaya/Unit Total Nilai but dapat diketahui melalui banchmarking analysis. Suatu alasan yang
Item fenis ($) Biaya ($)
Rata-Rata perlu dipahami tentang manfaat dari persediaan ialah untuk menjamin
A 3.000 50.00 150.000.00
Bahan baku respons yang cepat terhadap kenaikan permintaan produk akhir secara
B 5.000 25.00 125.000.00
40.00 80.000.00 tak terduga.
C 2.000
D 8.000 15.00 120.000.00
E 6.000 35.00 210.000.00 16.14.2 Kinerja Terhadap Proses
685.000.00 Telah diuraikan bahwa dalam supply chain management ter-
K 450 125.00 56.250.00
Work-in-progress dapat tiga jenis proses utama yaitu proses penempatan order (order
L 275 220.OO 60.500.00
320.00 128.000.00 placement), proses pemenuhan order (order fulfillment) dan proses
M 400
N 600 200.00 120.000.00 pembelian (purchasing). Kinerja dari ketiga proses tersebut berkai-

Perenconoan dan Pengendalion Produki Supply Choi n lvlonagement


48
tan dengan biaya, waktu dan mutu. Ketiga variabel kinerja tersebut persediaan. Supply chain manag,ement yang efektif akan menurunkan
dijelaskan secara lebih rincidalam Tabel 16.3 di bawah ini. volume rata-rata persediaan yang juga bera*i ,1'urnlah uarrg yang ter-
tanam dalam persediaan akan rnenurun sehingga total current asset
Tabel 16.3 Kineria Terhadap Proses
dalam neraca perusahaan akan rendah. Bila situasi ini terjadi maka
Penempatan Order Pemenuhan Order Pembelian kinerja keuangan perusahaan yang diukur dari Return on Asset (RoA)
r Persentase order yang o Persentase orderyang o Persentase pen- yaitu net income dibagi dengan total asset akan semakin besar.
ditempatkan secara berhasil dikirimkan tepat giriman yang tepat
akurat waktu waktu oleh supplier Weeks of inventory yang menjelaskan berapa lama kegiatan
. Lamanya waktu trntuk r Persentase order yang tak o Waktu ancang-an- produksi dapat terdukung oleh persediaan yang ada juga menggam-
menyelesaikan proses lengkap dikirimkan cang supplier
barkan kinerja keuangan perusahaan yang diukur sebagai modal kerja
oenemoatan order
. o Lamanya waktu untuk o Persentase item cacat (working capital). Makin besar weeks of inventory makin besar nilai
Tingkat kepuasaan
pelanggan terhadap memenuhi order dalam kiriman yang modal kerja dan ini memberikan resiko keuangan yang semakin be-
proses penempatan diterima dari supplier
sar karena perputaran persediaan menurun dan biaya produksi akan
order
r Persentase item yang r Biaya pembelian semakin besar. Faktor keterlambatan pengiriman bahan dari supplier,
di- kembalikan karena material dan jasa banyaknya item cacat, jarak transportasi yang jauh dan lain-lain yang
tidak memenuhi haraPan semuanya merupakan sasaran optimalisasi dalam supply chain ma-
atau kesepakatan dengan
pelanggan nagement juga mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan kearah
o Besarnya biaya untuk negatif dan sebaliknya apabila terjadi perbaikan.
memproduksi item yang
dikirim kepada Pelang-
gan -oo000-
. Tingkat kepuasan pelang-
gan terhadap proses
pemenuhan order

Para manaiet supply chain perlu memonitor serta mengum-


pulkan data/mengukur biaya, waktu dan mutu pada masing-masing
proses di atas. Penggunaan metode pengendalian proses statistik (sta-
tisticalprocess control) sebagai alat analisis dapat dilakukan untuk
mengetahui apakah perubahan-perubahan kinerja yang teriadi setiap
waktu cukup signifikan atau tidak.

16.14.3 Kineria Terhadap Keuangan


Kineria keuangan yang dihasilkan oleh supply chain manage-
ment dapat ditinjau dari nilai kapital rata-rata yang tertanam dalam

410 Perencanaan don Pengendolian Produki Supply Chai n lvlanagement 4t1


Duftar Pustaka

Arnold, ).R., lntroduction to Materials management, Third Edition,


Prentice Hall, lnc, New York, 1989.
Askin, R.C., and Standridge, C.R., Modelling and Analysis of Manu-
facturing Systems, John Wiley & Sons, lnc, 1983
Bedworth, D.D., and Bailey, ).E., lntegrated Product Control System,
Management, Analysis Design, John Wiley and Sons, 1982.
Berry, W.1., Schmitt, T., and Vollmann, T.E. Capacity PlanningTech-
niques for manufacturing Control Systems; lnformational Re.
quirements and Operational Features, Journal of Operations
Management 3, No, , Nov, 1982.
Bodington, C.E., Planning Scheduling and Control lntegration in the
Process lndustries, McGraw-Hill, New York, '1995.
Brown, S., Strategic Manufacturing for Competitive Advantage: Trans-
forming Operations from Shop Floor to Strategy, Prentice Hall,
London, 1996.
Childe, 5.J., An lntroduction to Computer-Aided management: Strate-
gies for Reducing Cost and lmproving Services, Second Edition,
Engewood Cliffs, New Yorks, Prentice Hall, 1998.
Fogarty, D.W., Blackstore, J.H., and Hoffmann, T.R., Production and
- lnventory Company, lnc,Marietta, C.A., 1997.
Mabert, V.A. acob, F.R, eds, lntegrated Production Systems Design,
Christophe r, Logistic and suppty Chain management: strategies for
M.
Flartning, Controland Scheduling, Fourth Edition, lnstitute of
Reducing cost and lmproving Services, second Edition. Engle-
lndustrial Enginers, Nov, 1992.
wood Cliffs, New York, Prentice Hall, 1998'
Melnyk, S.A., Carter, P.L. Dilts, D.M., D.M., Shop Floor Cantrol,
Fogarty, D.W., Blackstone, J.H., and Hoffmann, T'R, Production and
Homewood, lllinoise, Dow Jones-lrwin, 1 995.
lnventory Management, second Edition, south-western Pub-
lishing Co., Cincinati, Ohio, 1991 ' Narasimhan, S.L., Dennis, W.L. and Billington, P.J., Production Plan-
ning and lnventory Contol, Second Edition, Prentice'Hall, lnc,
carwood, D., Bills of Material: structured for Excellence, Dogwood
Englewwod Cliffs, N.Y. 1994.
Publishing Company, lnc, Marietta, C'A', 1997'
Nicholas, ).M., Competitive Manufacturing Management, Continu-
Cibson, P., Creenhalge, C, and Kerr, R, Manufacturing Management:
ou s I m p rovement, Lean Production, Cu stomer-focused Qu al ity,
Principles and Concepts, Chapman & Hall, London' 1995'
lrwin McCraw-Hill, 1 998.
Crower, M.P., Automation, Production Systems and Computer-lnte-
Oden, H.W., Cray, A.L., and Raymond, A.L., Hand Book of Material
grated manufacturing, Prentice hall lnc, Englewood Cliffs' new
and Capacity Requirernents Planning, McCraw-Hill, lnc, new
Jersey, 1987.
York, 1993.
H itomi, K., M anufacturi ngsystems Engi neering. secon Ed ition, Taylor
Orlicky's Material Requirements Planning, Second Edition,
Plossi, C.,
& Francis ltd, London,1996.
NcCraw-Hill, lnc, New York, 1994.
Hoover, M.E, Jr. Eloranta, E., Holmston, J', and Huttunen',K'' Mana-
Plossi,C., (Ed),. The Production and lnventorY Control Environment
gingThe Suppty-Chain, Wiley, New York, 2OO2'
in Production and lnventory Contol Handbook. Third Edition,
Huin, S.F., Luong, L.H.S., and Abhry, K',lnternal Supply Chain
Plan-
McCraw-Hill, lnc. NewYork, 1997.
ning Determination in small and medium size manufacturers,
Man- Proud, ).F., Master Scheduling;A practical Cuide to Competitive Man-
lnternational lournalpf Physical Distribution and Logistics
ufacturing, John Wiley & Sons, lnc, New York, 1994.
agement 32, No. 9l1O,2OO2'
Russell, R.S., and Taylor lll, 8.W., Operations Management, The Pren-
Kenworthy, 1., Planning and Control of Manufacturing Operations'
tice Hall, Fourth Edition, 2003.
John WileY & Sons, lnc, new York, 1997'
Scherer, E., ed. Shop Floor Control - A Systems Perpective, Berlin Spri*
Kusiak, A., Computational lntelligence in Design and Manufacturing'
ner Verlag, Oct, 14,'1998.
John WileY & Sons, lnc, 2000'
a Practical Sheik, K. Manufacturing Resource Planning, (MRP ll) with lntroduc-
Liker, J.K., and Meier, D., The Toyota Way Field Book'
tion to ERP, SCM, and CRM, McCraw-Hill lnternational Edition,
CuideforlmplementingToyota's4Ps,McCraw-Hill'2006'
2002.
Lynch,R.,L.,andCross,K.,F.,MeasureUp!YardsticksforContinuous
lmprovement, Cambridge, M'A': Basil Blackwell' 1991

Doftar Pustoka 111


414 Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Simchi-Levi, D., Kaminsky, P. and Simchi-Levi, E., Designing and
Managing The Supply Chain: Concepts, Strategies, and Case
Studies, lrwin McCraw-Hill, Boston, Burr Ridge, l.L, 2000.
Singh, N., System Approach to Computer-lntegrated Design and Ma-
nufacturing,John Wiley & Sons, lnc, 1996
Tbntang Penwlis
Sinulingga, 5., Manufacturing Resource Planning with Manufactur-
ing Capacity lJtilization, PhD Dissertation, Cranfield lnstitute of
Technology, England, 1 989.
Smith, S.8., Computer-based Production and lnventory Control, Pren-
tice Hall, Englewood Cliffs, 1989.
Taylor, S.C, and Bolander, 5.F., Flow Process Scheduling, APlCs,
1994.
ukaria Sinulingga, lahir di Tanah Karo pada tanggal 27 Desem-
Taylor, S.C, and Bolander, 5.F., Production Planning Scheduling for
ber 1945. Mendapatkan gelar sajana Teknik lndustri di awal ta-
Process Flow Manufacturers, in Production and lnventory Con-
hun 1 973 dan menjadi tenaga pengajar di Departemen Teknik
trol Handbook, Third edition, McCraw-Hill, lnc New York,
lndustri, Fakultas Teknik USU. Setelah menjadi dosen, terus mengem-
1997.
bangkan diri dengan mengikuti pendidikan Pascasarjana, yang diawali
Toomey, J.W., MRP lt: Planning for Manufacturing Excellence, Chap-
di program Pascasarjana ITB dalam kluster Pengembangan Teknologi
man & Hall, NewYork, 1996.
lndustri tahun 1977 dan Asian lnstitute of Technology (AlT) di Bang-
Volmann, T.E, Berry, 8.L., Whybark, D.C, and Jacobs, F.R., Manufac- kok dalam bidang lndustrial Engineering and Management yang mem-
turing Planning and Control Systems, Fourth Edition, McCraw- berinya gelar Master of Engineering (M.Eng) tahun 1981. Setelah me'
Hill, 1997. namatkan studi di AIT kemudian angkat menjadi Pembantu Dekan I
Volmann, T.E., Berry, 8.L., Whybark, D.C., and F.R., Manufacturing Fakultas Teknik USU.
Planning and Control for Supply Chain Management, Fifth Edi- Selesai menunaikan tugas sebagai Pembantu Dekan l, pada ta-
tion, McCraw-Hill 2005. hun 1985 melanjutkan studi Program Doktordalam bidang Production
Wemmerlov, U., Assemble to Order Manufacturing: lmplementations Contro di School of Manufacturing, Cranfield lnstitute of Technology
for Materilas Management, Journal of Operations Management, (ClT) di Bedford United Kingdom dan mendapat gelar Doctor of Phi-
4(4\,1984. losophy pada awal tahun 1989. Setelah kembali ke tanah air, aktif se-
bagai tenaga pengajar. Disamping itu juga aktif mendalami/mempela-
Worthmann, 1.C., Wijngaard, J., and Bertrand, J.W.M., Production
jari praktek-praktek bisnis dan menjadi ketua salah satu kompartemen
Control, North-Hol land,....
di KADIN Sumatera Utara (1994-1998). Jabatan lain yang pernah di-
-oo0oo-

416 Perenconaan don Pengendalion Produksi


peganS tlP91992-1994),
tim pat ,/ring
officer Pada
proyek fSgot'
KelomPok
Ahli CubernUl Jurrrorg fenjabat
sebagdi
tim pakar DlKTl, beliau mendapatkan kesempatan mempelajari best
practice teaching in engineering di Wisconsin University dan Lowa
State University di Amerika Serikat.

Pada tahun 1ggg, diangkat menjadi Koordinator Bidang Manaje-


men Teknologi pada program magister manaiemen, Sekolah Pasca sar-
jana USU dan tahun 2002 menjadi ketua Program Magister Teknologi
pada Sekolah Pascasarjana tersebut. Pada tahun 2004 dikukuhkan
menjadi Profesor dalam mata pelajaran production Control. Pada
tahun 2005 diangkat menjadi pembantu Rektor USU dalam bidang
Perencanaan dan Kerjasama. Sebagai tenaga pengajar, mata pelajaran
yang diasuh ialah pengendalian Produksi, Rekayasa sistem Manufac-
turing, Rekayasa serempak, analisis produktivitas dan Analisis Ling-
kungan usaha.
,itrJ:
:';'rll l
-oo0oo- ,,1!;01;,'t

.rltl11

.:ti;;:i

363.057/BPK/P/2012
658.s
SIN SINULINGGA, Sukaria
p.4 Perencanaan dan pengendaliarr
produksi.

418 Perenconaon dan Pengendalian Produksi

Anda mungkin juga menyukai