Anda di halaman 1dari 33

GEOTEKNIK TAMBANG

Proyeksi Stereografis (Stereonet)


• Geoteknik Tambang
• Mekanika Batuan Proyeksi Stereografis (Stereonet)

• Kestabilan Bawah Tanah


PENDAHULUAN
Dalam bidang ilmu geologi, khususnya geologi struktur banyak sekali kita mengenal
istilah istilah seperti analisa unsur titik, garis, bidang dan sudut bahkan perpotongan
dan kombinasi antara keempatnya, oleh karena itu diperlukan berbagai metode yang
dapat digunakan untuk menganalisa unsur-unsur tersebut secara lebih mudah dan
praktis serta memberikan hasil yang akurat demi efisiensi kerja namun dengan hasil
yang maksimal. Untuk itu, muncullah suatu metode analisa yang cukup praktis dan
mudah untuk mengaplikasikannya dalam analisa struktur geologi, yaitu metode
proyeksi stereografis (Hertanto, 2012).
Proyeksi itu sendiri merupakan suatu metode atau langkah untuk menggambarkan
suatu bentuk tertentu menjadi bentuk yang lain dengan cara atau langkah yang
tertentu dalam satu bidang atau garis yang disebut sebagai bidang proyeksi atau garis
proyeksi

Menurut Ragan, 1985, proyeksi stereografis adalah gambaran dua dimensi atau
proyeksi dari permukaan sebuah bola sebagai tempat orientasi geometri bidang
dan garis.
Aplikasi proyeksi stereografis untuk struktur bidang dan struktur garis meliputi :
• Menentukan apparent dip pada arah tertentu dari suatu bidang.
• Menentukan plunge dan rake garis yang terletak pada suatu bidang.
• Menentukan kedudukan bidang dari dua apparent dip.
• Menentukan kedudukan garis perpotongan dua bidang.
• Menentukan kedudukan suatu bidang dari beberapa batas litologi yang tersingkap
pada beberapa bagian lereng.
• Masalah rotasi (perputaran) bidang atau garis.
Unsur geometri utama dalam struktur–struktur geologi adalah bidang–bidang dan
garis–garis. Mereka tidak saja sebagai batas–batas luar dari suatu batuan, tetapi juga
memberikan pola unsur–unsur struktur didalam batuan itu sendiri, seperti perlapisan
dan rekahan. Proyeksi stereografis terdiri dari beberapa macam, antara lain :
• Equal Angle Projection Net (Wulf Net)
• Equal Area Projection Net (Schmidt Net)
• Orthogonal Projection Net (Orthographic Net)
• Polar Projection
EQUAL ANGLE PROJECTION NET (WULF NET)

Proyeksi ini pada dasarnya memproyeksikan setiap titik pada permukaan bola ke
bidang proyeksi pada suatu tutuk zenith yang terletak pada sumbu vertikal melalui
pusat bola bagian puncak. Bidang-bidang dengan sudut yang sama akan digambarkan
semakin rapat ke arah pusat
EQUAL AREA PROJECTION NET
(SCHMIDT NET)
Proyeksi ini lebih umum digunakan dalam analisis data statistik karena kerapatan hasil
ploting menunjukkan keadaan yang sebenarnya. Proyeksi equal area merupakan
proyeksi yang akan menghasilkan jarak titik pada bidang proyeksi yang sama dan
sebanding dengan sebenarnya.
ORTHOGONAL PROJECTION NET
(ORTHOGRAPHIC NET)
Penggambaran objek pada bidang horizontal dan vertikal yang saling tegak lurus.
Proyeksi ini merupakan kebalikan dari equal angle projection karena pada proyeksi
ortogonal, titik-titik pada permukaan bola akan diproyeksikan tegak lurus pada suatu
bidang proyeksi dan lingkaran hasil proyeksi akan semakin renggang ke arah pusat
POLAR PROJECTION

Pada proyeksi ini, baik unsur garis


maupun bidang tergambar sebagi suatu
titik. Stereogram dari proyeksi kutub ini
adalah polar net atau billings net. Polar
net ini diperoleh dari equal area
projection, sehingga apabila ingin
mendapatkan proyeksi bidang dari suatu
titik pada polar net, harus menggunakan
schmidts net.
Proyeksi stereografis telah digunakan untuk bermacam-macam data di geologi,
misalnya menampilkan hubungan antara unsur-unsur struktur, seperti kedudukan
perlapisan, sumbu lipatan dan belahan. Prinsip dasar dari proyeksi stereografis adalah
untuk membuat suatu plot yang mewakili proyeksi dua dimensional dari suatu titik
yang merupakan perpotongan dari suatu garis yang melewati pusat dari suatu bola
(sphere) dengan permukan bagian bawah bola (lower hemisphere)
Perbedaan utama antara wulf net dan schmidt net adalah :
• Wulf net adalah lingkaran besar dan lingkaran kecil didapat dari proyeksi
permukaan bola ke arah titik zenith.
• Schmidt net adalah lingkaran bersar dan lingkaran kecil dibuat berdasarkan luas
yang mendekati kesamaan dari jaring yang dihasilkan dari perpotongannya,
sehingga interval tiap lingkaran akan tetap merata pada setiap kedudukan.
Metode Proyeksi Stereografis merupakan tahap awal dalam melakukan analisis
kemantapan lereng sebelum melangkah ke tahap perhitungan angka faktor keamanan.
Dengan melakukan analisis ini dapat di ketahui jumlah bidang, jenis dan arah
longsoran yang mungkin terjadi
Penggambaran bidang kekar yang jumlahnya sangat banyak sulit dilakukan, untuk itu
yang diplot pada stereonet adalah kutubnya

Kalau di daerah yang terdapat beberapa sistem kekar, maka perlu dicari orientasi
utama masing-masing sistem kekar (dengan statistik)

Selanjutnya dapat digambarkan kembali bidang-bidang kekar utama yang mewakili


setiap sistem kekar yang ada
Teknik stereografis merupakan metode grafis yang digunakan untuk
menunjukan struktur dari suatu bidang yang berupa strike dan dip dari bidang
tersebut. Sebelum melakukan pengeplotan pada struktur perlu dipahami
dahulu beberapa istilah dalam pengukuran bidang lemah.
• Strike: Arah dari garis potong yang dibentuk oleh suatu bidang lemah dengan
bidang khayal horizontal
• Dip : Sudut kemiringan yanbg dibentuk oleh bidang lemah dengan bidang
khayal
• Dip Direction : Arah kemiringan dari bidang lemah, diukur pada bidang horizontal
(tegak lurus)
• Plunge : Arah dan kemiringan suatu garis, diukur dari bidang horizontal
• Trend : Arah dari kemiringan suatu garis yang diukur pada bidang horizontal
yang merupkan proyeksi dari garis miring tersebut pada bidang horizontal
• Pitch/rake : Sudut yang dibentuk oleh garis pada bidang lemah dengan strike,
yang diukur pada bidang lemahnya
PENGGAMBARAN STRUKTUR BIDANG

Sebagai contoh akan digambarkan sebuah bidang dengan orientasi N400E/500. Tahap
penggambarannya adalah:
• Tahap I : Kertas transparan (kalkir) ditumpangkan pada jaring Schmidt,
kemudian buat lingkaran luar, tandai titik utara (N) serta titik pusat. Dari arah N di
ukur 400 ke arah E, kemudian ditandai.
• Tahap II : Arah yang ditandai diatas (400 kearah E) diputar kearah N (diimpitkan
pada N), kemudian gambar busur mengikuti busur pada streonet, yaitu 500 dari luar
lingkaran stereonet. Kutub bidang tersebut diperoleh dengan menggambarkan
sebuah titik dengan cara mengukur 900 dari busur yang telah digambar tadi.
• Tahap III : Titik utara (N) yang
sudah ditandai pada tahap I,
kemudian dikembalikan pada
posisi semula sehingga bidang
dengan orientasi N40 0E/500
sudah tergambar

Penggambaran struktur bidang


pada jaring Schmidt
(Hoek & Bray,1981)
ARAH PENUNJAMAN PERPOTONGAN DUA BIDANG

Sebagai contoh akan digambarkan dua bidang A dan B yang saling berpotongan dengan
orientasi N1300E/500 dan N2500E/300 :
• Tahap I : Penggambaran dua bidang dilakukan pada jaring Schmidt
• Tahap II : Putar titik perpotongan kedua bidang diatas sampai berhimpit sumbu W-
E, kemudian ukur sudutnya dari luar lingkaran. Sudut tersebut merupakan plunge dari
garis hasil perpotongan dua bidang yaitu 20,50
• Tahap III : putar kembali kertas transparan hingga titik utara kertas berimpit
dengan arah utara stereonet. Arah perpotongan kedua bidang diperoleh dengan
menarik garis dari pusat jaring ke titik perpotongan kedua bidang (20,50)

Penggambaran arah dan penujaman perpotongan dua bidang


(Hoek & Bray,1981)
SUDUT PERPOTONGAN DUA BIDANG

Sebagai contoh akan digambarkan dua bidang A dan B,


dengan orientasi N2400E/540 dan N1400E/400 :
Tahap I : Gambarkan kedua bidang tersebut pada
stereonet dan gambarkan juga kutub dari masing-masing
bidang
Tahap II : Putar kertas transparan hingga kedua
kutub berimpit pada satu busur, lalu hubungkan kedua
kutub tersebut (mengikuti gambar busur pada stereonet).
Sudut antara kedua kutub tersebut merupakan sudut
perpotongan bidang A dan bidang B

Sudut perpotongan dua bidang. (Hoek & Bray,1981)


CONTOH LAIN

1. Penggambaran Struktur Bidang


2. Sudut perpotongan dua bidang
REFERENSI

Geoteknik Tambang “Mewujudkan Produksi Tambang yang Berkelanjutan dengan


Menjaga Kestabilan Lereng”. Prof.Dr.Ir..Irwandy Arif, M.Sc
Buku Panduan “Praktikum Geologi Struktur Proyeksi Stereografis”

Anda mungkin juga menyukai