Anda di halaman 1dari 8

Praktikum Geologi Struktur

Minggu 2

4 Kedudukan Struktur Garis

Kedudukan sebuah struktur garis diwakili oleh sepasang angka : penunjaman (plunge) dan
arah penunjaman (trend). Jika struktur garis tersebut terbentuk pada sebuah struktur bidang
yang kedudukannya diketahui, maka orientasi struktur garis tersebut dapat diwakili oleh
sebuah angka yang disebut pitch4.

Dalam pengertian geologi, suatu struktur garis dapat berdiri sendiri, misalnya struktur garis
berupa arah butiran mineral dan arah memanjangnya suatu tubuh batuan. Pada umumnya
struktur garis berada pada suatu struktur bidang, misalnya sumbu perlipatan pada bidang
perlapisan, gores-garis pada bidang sesar, lineasi mineral pada bidang foliasi, dan
perpotongan dua buah bidang.

4.1 Penunjaman (Plunge) Dan Arah Penunjaman (Trend) Struktur Garis

Penunjaman sebuah struktur garis adalah sudut yang dibentuk oleh struktur garis tersebut
dengan bidang horizontal, diukur pada bidang vertikal (Gambar 4.1). Nilai dari penunjaman
berkisar antara 0° dan 90°, penunjaman 0° dimiliki oleh garis horizontal, dan penunjaman 90°
dimiliki oleh garis vertikal. Secara umum, penunjaman yang berkisar antara 0° dan 20°
dianggap landai (shallow), penunjaman yang berkisar antara 20° dan 50° dianggap sedang
(moderate), dan penunjaman yang berkisar antara 50° dan 90° dianggap terjal (steep).

Gambar 4.1 Definisi penunjaman (plunge) dan arah penunjaman (trend) dari struktur garis,
β adalah sudut arah penunjaman. (a) struktur garis menunjam ke timur. (b)
struktur garis menunjam ke barat. Arah penunjaman kedua struktur garis
berbeda meskipun kedua struktur garis tersebut memiliki besar penunjaman
yang sama (), dan keduanya terletak pada bidang yang sama.

Arah penunjaman sebuah struktur garis adalah arah dari proyeksi struktur garis tersebut ke
bidang horizontal. Struktur garis dan proyeksinya harus terletak pada bidang vertikal yang
sama (Gambar 4.1). Arah penunjaman dapat dideskripsikan dengan menggunakan konvensi
kuadran ataupun konvensi azimuth. Arah penunjaman harus menunjuk pada arah ke mana
struktur garis tersebut menunjam. Struktur garis yang menunjam ke timur tidak sama dengan
struktur garis yang menunjam ke barat. Kedua struktur garis ini berlawanan arah.

4
Istilah sinonim dari pitch adalah ”rake”, tetapi istilah rake ini jarang digunakan.

Laboratorium Geologi Dinamik


Teknik Geologi
Institut Teknologi Bandung
Praktikum Geologi Struktur
Minggu 2
4.2 Pitch Struktur Garis

Pitch sebuah struktur garis adalah sudut antara struktur garis tersebut dengan horizontal,
diukur pada bidang di mana struktur garis tersebut terbentuk (Gambar 4.2). Kisaran
nilai pitch adalah antara 0° dan 90°. Jika arah penunjaman sejajar dengan garis jurus, maka
pitch = 0°. Jika arah penunjaman tegak lurus garis jurus, maka pitch = 90°.

(c)

Gambar 4.2 Diagram blok menggambarkan: (a) penunjaman. (b) pitch. (c) pengertian pitch
dan hubungannya dengan penunjaman dan arah penunjaman. ‟r‟= pitch (diukur
pada bidang miring), β = arah penunjaman (diukur pada bidang horizontal), φ
= kemiringan sebenarnya dari struktur bidang, dan θ = penunjaman struktur
garis.

Arah pitch harus harus dideskripsikan. Bayangkan jika struktur bidang pada Gambar 4.2 (c)
berjurus NE-SW, yaitu jika garis dari O ke A mengarah ke NE. Arah pitch untuk garis pada
bidang miring dari O ke D adalah NE, sedangkan arah pitch untuk garis pada bidang miring
dari A ke C adalah SW.

4.3 Cara Penulisan dan Penggambaran Struktur Garis

Kedudukan struktur garis secara lengkap dideskripsikan oleh penunjaman dan arah
penunjaman. Penunjaman (dua digit angka) ditulis terlebih dahulu, diikuti dengan arah

Laboratorium Geologi Dinamik


Teknik Geologi
Institut Teknologi Bandung
Praktikum Geologi Struktur
Minggu 2
penunjaman (tiga digit angka), keduanya dipisahkan oleh tanda koma. Sebagai contoh,
struktur garis yang menunjam 48° pada arah N300°E ditulis 48°, N300°E atau 48°, N60°W.

Simbol peta untuk suatu struktur garis adalah sebuah panah yang digambar sejajar dengan
arah penunjaman struktur garis tersebut (Gambar 4.3). Sebuah angka dituliskan di dekat
simbol panah untuk menandakan sudut penunjamannya. Seringkali, simbol panah untuk
struktur garis digambarkan bersamaan dengan struktur bidang di mana struktur garis tersebut
diamati dan diukur.

4.4 Penyelesaian Problem Struktur Garis Dengan Geometri Deskriptif

Di dalam banyak kasus, kita berhadapan dengan struktur garis yang berhubungan dengan
struktur bidang. Hal ini menunjukkan bahwa, untuk setiap struktur garis, besaran penunjaman
struktur garis sama dengan besaran kemiringan semu dari struktur bidang yang memuat
struktur garis tersebut. Geometri deskriptif yang digunakan untuk memecahkan masalah ini
sama dengan metode-metode yang dibahas pada bab sebelumnya yaitu pada Sub Bab 3.2.

Laboratorium Geologi Dinamik


Teknik Geologi
Institut Teknologi Bandung
Praktikum Geologi Struktur
Minggu 2

Gambar 4.3 Simbol struktur garis pada peta.

4.4.1 Masalah 4-1: menentukan kedudukan struktur garis dan pitch pada struktur
bidang

Suatu struktur bidang memiliki kedudukan N45°E/30°SE. Pada bidang tersebut terdapat
struktur garis berarah N180°E. Tentukan kedudukan5 dan pitch struktur garis tersebut.

4.4.2 Pemecahan 4-1 (Gambar 4.4)

1. Bayangkan (tidak perlu digambar!) permasalahan dalam tiga dimensi (Gambar 4.4a).
COED adalah bidang miring. Beda tinggi antara garis jurus CO dan garis jurus DE
adalah t (t dapat ditentukan secara bebas). Garis FG adalah proyeksi garis DE pada
bidang peta. Dari Gambar 4.5a dapat dilihat bahwa untuk dapat mengukur besar
penunjaman, kita harus memutar bidang OAB ke bidang peta dengan menggunakan
garis OA sebagai garis lipat. Untuk dapat mengukur sudut besar pitch, kita harus
memutar bidang COED ke bidang peta dengan menggunakan garis CO (garis jurus)
sebagai garis lipat.
2. Gambar garis jurus pada arah N45°E dengan panjang bebas (pada gambar 4.4c garis
dengan panjang bebas ditandai dengan lingkaran hitam kecil pada pangkal dan ujung
garis). Tentukan posisi titik C pada garis ini (bebas). Gambar garis CI tegak lurus
jurus (searah dengan arah kemiringan sebenarnya).
3. Jadikan garis CI sebagai garis lipat F1, putar bidang penampang ke bidang peta.
Gambar garis CJ yang membentuk sudut 30° (kemiringan struktur bidang) dengan CI.
4. Buat garis KL tegak lurus CI (sejajar jurus). Garis ini memotong garis CI dan CJ di
titik F dan D'. Dalam pembuatan garis KL ini, usahakan agar panjang FD' memiliki
angka yang bulat dalam satuan milimeter. Garis KL ini merupakan proyeksi garis
jurus DE (lihat Gambar 4.4a) pada bidang peta. Dalam penggambaran yang baru saja

5
Untuk kedudukan struktur garis (penunjaman dan arah penunjaman), kita hanya tinggal menentukan
penunjamannya saja, karena arah penunjamannya sudah diketahui, yaitu N180°E.

Laboratorium Geologi Dinamik


Teknik Geologi
Institut Teknologi Bandung
Praktikum Geologi Struktur
Minggu 2
dilakukan, beda tinggi antara garis jurus CO dan garis jurus DE adalah sebesar
panjang FD' (t).

4.4.3 Penentuan penunjaman struktur garis

5. Gambar garis OA pada arah N180°E. Garis OA ini merupakan proyeksi struktur garis
pada bidang peta.
6. Jadikan OA sebagai garis lipat F2, putar bidang penampang ke bidang peta. Gambar
garis AB'' tegak lurus OA sepanjang t.
7. Gambar garis OB''. Sudut AOB'' merupakan penjunjaman struktur garis.

4.4.4 Penentuan pitch

8. Jadikan garis jurus CO sebagai garis lipat F3, putar bidang miring COED ke bidang
peta. Dengan menggunakan jangka, gambar busur penghubung dari titik D' ke D'', di
mana D'' terletak di sepanjang garis lipat CI dan titik C sebagai pusat busur
penghubung. Panjang CD'' sama dengan panjang CD'.
9. Gambar segi empat COE'D''. Segi empat ini adalah bidang miring COED yang telah
diputar ke bidang peta dengan menggunakan garis CO sebagai garis lipat. Setelah
perputaran ini, titik B yang sebelumnya berada di bidang miring, akan terputar ke B'
di bidang peta (Gambar 4.4b).
10. Gambar garis OB'. Garis ini adalah struktur garis OB yang telah diputar ke bidang
peta dengan menggunakan garis CO sebagai garis lipat. Sudut COB adalah pitch.
11. Pengukuran dengan menggunakan busur menghasilkan kedudukan struktur garis 23°,
N180°E, dan besarnya pitch 50°.

Dua buah bidang yang saling berpotongan akan menghasilkan satu garis potong yang
merupakan unsur dari kedua bidang tersebut. Pengertian ini dapat diterapkan untuk beberapa
unsur struktur geologi, misalnya perpotongan suatu lapisan batuan dengan sesar, intrusi suatu
korok (dike), urat-urat (veins), dan sebagainya.

Laboratorium Geologi Dinamik


Teknik Geologi
Institut Teknologi Bandung
Praktikum Geologi Struktur
Minggu 2

Gambar 4.4 Menentukan kedudukan struktur garis dan pitch pada struktur bidang.

4.4.5 Masalah 4-2 : struktur garis yang terbentuk dari perpotongan dua struktur
bidang

Suatu zona mineralisasi dianggap sebagai satu zona atau garis lurus, yang merupakan
perpotongan antara lapisan batugamping dengan kedudukan N70°E/40°SE, dengan suatu
korok andesit dengan kedudukan N140°E/25°SW. Tentukan kedudukan struktur garis yang
merupakan zona mineralisasi tersebut.

4.4.6 Pemecahan 4-2 (Gambar 4.5)

1. Gambar jurus kedua struktur bidang pada skala yang cocok dan saling berpotongan di
titik K. Tandai arah kemiringan pada kedua garis jurus.
2. Gambar garis lipat F1 tegak lurus jurus lapisan batugamping dan garis lipat F2 tegak
lurus jurus korok andesit, putar bidang-bidang penampang ke bidang peta. Gambar
garis PX dan BI yang masing-masing membentuk sudut 40° dan 25° terhadap F1 dan
F2.
3. Gambar garis YV tegak lurus F1. Garis ini memotong F1 dan PX di titik U dan S'.
Dalam pembuatannya, usahakan agar US' memiliki panjang yang bulat dalam satuan
milimeter, dan dalam hal ini dicontohkan panjangnya t.
4. Gambar garis JG tegak lurus F2. Garis ini memotong F2 dan BI di titik F dan C'.
Dalam pembuatannya, FC' harus memiliki panjang t.
5. Garis YV dan JG berpotongan di titik M. Gambar garis KM yang merupakan proyeksi
zona mineralisasi pada bidang peta. Karena itu, arah KM merupakan arah penunjaman
zona mineralisasi.

Laboratorium Geologi Dinamik


Teknik Geologi
Institut Teknologi Bandung
Praktikum Geologi Struktur
Minggu 2
6. Jadikan KM sebagai garis lipat, putar bidang penampang ke bidang peta. Gambar
garis MZ' tegak lurus KM dengan panjang t. Gambar garis KZ'. Sudut MKZ' adalah
penunjaman zona mineralisasi.
7. Pengukuran dengan menggunakan busur menghasilkan kedudukan zona mineralisasi
20°, N216°E. Pitch dari zona mineralisasi terhadap lapisan batugamping dan korok
andesit dapat ditentukan dengan menggunakan metode seperti pada Gambar 4.4. Pitch
zona mineralisasi terhadap lapisan batugamping = 41° dan terhadap korok andesit =
78°.

Gambar 4.5 Struktur garis yang terbentuk dari perpotongan dua struktur bidang.

Jika sebuah struktur garis ingin diproyeksikan pada penampang vertikal yang tidak sejajar
struktur garis tersebut, maka kita harus menggambarkan penunjaman semu (apparent plunge)
pada penampang tersebut. Hal ini mirip dengan penggunaan kemiringan semu pada
penampang yang tidak sejajar dengan arah kemiringan sebenarnya. Namun berkebalikan
dengan hubungan antara kemiringan semu dan kemiringan sebenarnya, penunjaman semu
selalu lebih besar daripada penunjaman sebenarnya. Nilai maksimal penunjaman semu adalah
90°, didapatkan jika penampang berarah tegak lurus struktur garis. Nilai minimum
penunjaman semu adalah sebesar penunjaman sebenarnya, didapatkan jika penampang
berarah sejajar dengan struktur garis.

Salah satu situasi di mana penentuan penunjaman semu dibutuhkan adalah jika lubang bor
yang tidak vertikal dan satuan-satuan batuan yang ditembusnya ingin ditampilkan
(diproyeksikan) pada penampang vertikal.

Laboratorium Geologi Dinamik


Teknik Geologi
Institut Teknologi Bandung
Praktikum Geologi Struktur
Minggu 2
4.4.7 Masalah 4-3: penunjaman semu, proyeksi lubang bor miring pada penampang
vertikal

Lubang bor memiliki kedudukan 30°, N45°E. Tentukan kedudukan proyeksi lubang bor ini
pada penampang vertikal berarah E-W.

4.4.8 Pemecahan 4-3 (Gambar 4.6)

1. Gambar 4.6a memperlihatkan permasalahan yang ada. Kita ingin menentukan


kedudukan proyeksi lubang bor pada penampang. Dari Gambar 4.6a dapat
dibayangkan bahwa proyeksi lubang bor pada penampang akan memiliki arah
penunjaman N90°E.
2. Gambar ulang garis penampang dan garis proyeksi lubang bor pada peta. Tentukan
titik X pada garis proyeksi lubang bor.
3. Gunakan garis OX sebagai garis lipat F1, putar bidang penampang ke bidang peta.
Buat garis OA yang membentuk sudut 30° (penunjaman struktur garis) dengan OX.
4. Buat garis dari titik X yang tegak lurus OX. Garis ini memotong OA di titik W. Ukur
jarak XW, misalkan jarak ini adalah d.
5. Proyeksi titik X pada penampang adalah titik Y.
6. Gunakan garis OY sebagai garis lipat F2, putar bidang penampang ke bidang peta.
Buat garis dari titik Y yang tegak lurus OY dengan panjang d, menghasilkan titik Z.
Buat garis OZ.
7. Sudut YOZ adalah penunjaman semu yang dicari. Pengukuran dengan busur
menghasilkan penunjaman semu = 39°. Dengan demikian, kedudukan proyeksi lubang
bor pada penampang adalah 39°, N90°E.

Gambar 4.6 Penunjaman semu, proyeksi lubang bor miring pada penampang vertikal.

Laboratorium Geologi Dinamik


Teknik Geologi
Institut Teknologi Bandung

Anda mungkin juga menyukai