Fase-Fase Hubungan Umat Islam Di Indonesia
Fase-Fase Hubungan Umat Islam Di Indonesia
Pada fase Orde Baru, Intimidasi merupakan bentuk hubungan antara umat Islam dan
negara. Negara dikuasai oleh berbagai aparat seperti elite, birokrasi, dan militer. Norma yang
mendominasi mereka adalah nasionalisme, sekularisme, dan otoritarianisme. Sekularisme
merupakan pemisahan hukum agama dan negara dalam menyelenggarakan pemerintahan
negara. Bentuk penyelenggaraan negara yang mengedepankan nasionalisme dan sekularisme
berwujud pada otoritarianisme dengan penerapan asas tunggal. Para penyelenggara negara
terjebak pseudo realisme yang artinya negara adalah kekuatan tunggal dalam mengendalikan
keamanan dan ketertiban dalam menjalankan pembangunan.
Dalam periode Reformasi, pola hubungan ketegangan dan intimidasi negara terhadap
umat Islam cenderung menurun. Akan tetapi, pada masa ini isu-isu berbau sara semakin
mencuat yang menyebabkan timbulnya konflik antar umat beragama. Sikap eksklusivitas
muncul di beberapa agama dengan menguatnya sentimen etnisitas (kesadaran etnisitas) untuk
menyingkirkan dan mengelompokkan golongan tertentu. Ketegangan yang muncul antara
agama disebabkan hubungan yang klise antara penganut agama mayoritas dengan penganut
minoritas terkait klaim otoritas kebenaran. Dominasi mayoritas tergambar pada peristiwa
penutupan gereja Yasmin Bogor dan beberapa kasus serupa pernah terjadi. Munculnya sikap
eksklusivitas dan klaim otoritas kebenaran terbentuk karena cara pandang yang diselimuti
pseudo mistik.
Pola hubungan keberagamaan umat Islam dari tiga fase historis dan simbolis di atas
dapat disimpulkan menjadi empat hal, yaitu ketegangan perumusan dasar negara, ketegangan
ideologis, kediktatoran negara dan dominasi mayoritas. Pola hubungan tersebut merupakan
bias dari objektivitas dogma agama yang terlihat dari sikap moral yang ditunjukkan yakni
eksklusivitas, klaim otoritas kebenaran, perumusan hukum Tuhan, dan modifikasi perilaku
berdasarkan ajaran keagamaan. Bias objektivitas dogma agama sebagai wujud dari kesadaran
palsu yang dimiliki oleh para penganutnya. Bentuk kesadaran palsu dalam keseharian
menurut Mennheim1 adalah kecurigaan yang bercokol dalam jiwa manusia. Kecurigaan
tersebut menurut Mennheim2 berasal dari sikap religius.
1
Karl meinmeih, Ideologi dan Utopia: Menyingkap Kajian Pikiran dan Politik, (Yogyakarta: Kanisius), 1991.
2
Ibid.