Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL KOTA CIMAHI


Jalan Encep Kartawiria No. 21A, Citeureup

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan


Pembelajaran di SMK NEGERI 11 BANDUNG Program Keahlian Manajemen
Perkantoran dan Layanan Bisnis Konsentrasi Keahlian Manajemen Perkantoran

Disusun oleh :
Dinda Erwanda : NIS. 2111010477

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 11 BANDUNG


Bidang keahlian : Manajemen Pekantoran
Jalan Budhi Cilember TLP. 022-6613508

Bandung 40175 Website:

http//smkn11bdg.sch.id e-mail:

info@smkn11bdg.sch.id

.
2024
LEMBAR PENGESAHAN PIHAK DUDI/INSTANSI
BADAN PERTANAHAN NASIONAL KOTA CIMAHI
Jalan Encep Kartawiria No. 21A, Citeureup

Menyetujui,
Pembimbing Lapangan

Tuti Akbariah, S.H


NIP.

Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Sri Yektiningrum
NIP
LEMBAR PENGESAHAN PIHAK SEKOLAH
SMK NEGERI 11 BANDUNG
Jalan Budh Cilember TLP. 022-6613508 Bandung 40175
IDENTITAS DUDI/INSTANSI

1. Nama DUDI/INSTANSI : Badan Pertanahan Nasional Kota Cimahi


2. Jenis Usaha :
3. Alamat DUDI/INSTANSI : Jalan Encep Kartawiria No. 21A, Citeureup
4. No Telepon/ Fax :
5. Nama Pemimpin / Kepala : Yoga Suwarna
6. Contac Person
(Nama, No Telp/HP) :
7. Nama Pembimbing
DUDI / INSTANSI : Sri Yektiningrum, S.E
Tuti Akbariah, S.H
Rani Mardiani, S.E

Cimahi
,

Pemimpin Kepala Pembimbing


DUDI/INSTANSI
DUDI/INSTANSI
IDENTITAS SISWA
1. Nama : Dinda Erwanda
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 3 Juli 2005
3. Jenisi Kelamin : Perempuan
4. Golongan Darah :
5. Nomor Induk Siswa : 2111010477
6. Kelas/Kompotensi Keahlian : Manajemen Perkantoran 3
7. Alamat Siswa : Jl. Pojok Selatan No.53 Rt 02 Rt 07
Kota CImahi
8. Nomor Telepon : 082130883926
9. Catatan Kesehatan :-
10. Nama Orang Tua/Wali : Wina Yulia
11. Alamat Orang Tua/Wali : Jalan Pojok Selatan No. 53 Rt 02
Rw 07
Kota CImahi
12. Nomor Telepon Orang Tua/Wali : 082130883926
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penyusun panjatkan kepada Allah SWT karena
berkat karunia dan Hidayah-Nya Penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Akhir Kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan di Badan
Pertanahan Nasional Kota Cimahi pada Periode Oktober – Maret 2024
dengan baik dan dapat selesai tepat pada waktunya.
Penyusunan Laporan Akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan standar kompetensi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
serta sebagai bukti telah terselesaikannya pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan di Badan Pertanahan Nasional Kota Cimahi dengan baik.
Penyusun berharap dengan dilaksanakannya kegiatan Praktek Kerja
Lapangan ini dapat memberikan pengalaman dan ilmu pengetahuan di
dunia kerja / industri yang sebenarnya di masa depan.
Dalam kesempatan ini, penyusun mengucapkan banyak terima kasih
kepada pihak – pihak yang membantu proses penyelesaian program serta
penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini baik secara langsung
maupun tidak lansung. Adapun ucapan terima kasih diucapkan kepada :
1. Yoga Suwarna, selaku Kepala Kantor Pertanahan Kota Cimahi
2. Tuti Akbariah, S.H, selaku Pembimbing Lapangan di Badan
Pertanahan Kota Cimahi
3. Dra. Nani Sri Iriyani, selaku Kepala Sekolah SMKN. 11 Bandung,
4. Masyudi S.Pd selaku Pembimbing dari pihak sekolah, serta
5. Seluruh Staf dan Karyawan Badan Pertanahan Kota Cimahi

Dalam hal ini penyusun menyadari bahwa masih banyak sekali


kekurangan yang ada dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja
Lapangan ini. Maka dari itu, kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga Loapran ini dapat
menjadi bahan bacaan atau referensi yang bermanfaat.

Cimahi, 2024

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menurut Undang-Undang Negara


Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 18 dijelaskan bahwa Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan menengah
yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja pada bidang tertentu. SMK
sebagai salah satu institusi yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu
menghasilkan tenaga kerja yang terampil sebagaimana diharapkan dunia kerja.
Salah satu tujuan pendidikan SMK menurut Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006, Pendidikan Kejuruan bertujuan
untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut sesuai dengan program kejuruannya.
Pada pendidikan kejuruan memberikan suatu bentuk pengembangan bakat,
pendidikan dasar keterampilan dan kebiasaankebiasaan yang mengarah pada
dunia kerja yang dipandang sebagai latihan keterampilan. Siswa akan disiapkan
untuk memasuki persaingan di dunia kerja. Kegiatan pembelajaranpun tidak
hanya terjadi di sekolah, namun kegiatan praktik industri di dunia kerja nyata
sangat ditekankan untuk mendapatkan dan meningkatkan pengalaman bekerja di
persaingan dunia kerja.
Dari beberapa pendapat di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
Sekolah Menengah Kejuruan adalah bentuk satuan pendidikan menengah yang
bertujuan untuk menyiapkan siswa memasuki lapangan kerja maupun untuk
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Seorang siswa SMK harus tepat
dalam memilih jurusan yang sesuai dengan bakat dan minatnya sendiri serta yang
sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini. Hal ini berkaitan dengan peluang
untuk dapat bersaing di dunia kerja.
1.2 Tujuan Praktek
Pengertian PKL adalah suatu bentuk penyelenggaraan aktivitas pendidikan
dan pelatihan dengan bekerja secara langsung secara sistematis dan terarah.
Dengan mengikuti program ini, siswa akan mendapatkan pengalaman kerja yang
akan bermanfaat bagi siswa tersebut.
Menurut Oemar Hamalik, PKL adalah model pelatihan yang bertujuan untuk
memberikan kecakapan yang diperlukan siswa dalam pekerjaan tertentu sesuai
dengan tuntutan kemampuan bagi pekerja. Hal ini sangat bermanfaat sekali bagi
para siswa untuk beradaptasi dan siap untuk turun ke dunia kerja.
Sementara menurut Minarti dan Usaman, PKL adalah kegiatan yang sebelumnya
disebut dengan pendidikan sistem ganda yaitu pendidikan dan pelatihan yang
dilakukan di sekolah dan dipraktikkan dalam dunia industri. Dengan ini, akan
terjadi kesesuaian antara kemampuan yang siswa dapatkan dari sekolah dengan
tuntutan dari dunia industri.
Sekolah akan membekali siswa dengan materi pendidikan umum (normatif),
pengetahuan dasar penunjang (adaptif), serta teori dan kemampuan dasar
kejujuran (produktif). Kemudian, dunia kerja diharapkan dapat membantu
peningkatan keahlian profesi melalui program khusus, yaitu PKL.

Tujuan diadakannya PKL adalah


1. Menjadi jembatan antara keilmuan teoritis dan terapan
2. Menghasilkan insan akademis yang dapat menerapkan teori yang telah
dipelajari di kelas dalam kepentingan pekerjaan yang sebenarnya
3. Menghasilkan tenaga kerja dengan keahlian professional dan memiliki
etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan
4. Meningkatkan efisiensi proses Pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang
berkualitas
5. Untuk membentuk etos kerja yang baik bagi siswa dengan mengikuti
praktek kerja lapanagan (PKL)
6. Membina mentalitas dan profesinalitas sisiwa yang sejalan dengan disiplin
keilmuan dari bidang studi atau jurusan yang diambilnya
7. Membentuk pola pikir yang konstruktif bagi siswa sebagai bekal untuk
menghadapi dunia kerja di masa mendatang
8. Menjalin kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan industry

1.3 Waktu dan Tempat PKL


Praktek kerja lapangan dilaksanakan Mukai 02 Oktober 2023 sampai 29 Maret
2024 di Kementrian ATR/BPN Kantor Pertanahan Kota Cimahi, Jalan Encep
Kartawiria No. 21A, Citeureup

1.4 Kantor Pertanahan Kota Cimahi


1.4.1 Sejarah Kementria ATR/BPN
Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Lembaga Pemerintah Non
Kementrian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden
dan dipimpin oleh Kepala. (Sesuai dengan Perpres No. 63 Tahun 2013)
Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan

Masa Kolonial Belanda – Jepang


Sejak berlakunya Agrarische Wet tahun 1870, Pemerintah Kolonial Belanda
mengeluarkan Ordonansi Staatblad 1823 Nomor 164 yang menyebutkan
bahwa penyelenggaraan kadasteral diserahkan kepada lembaga yang diberi
nama Kadasteral Dient. Perannya yang strategis membuat pejabatnya
diangkat dan diberhentikan langsung oleh Gubernur Jenderal. Ketika masa
penjajahan Belanda digantikan oleh Jepang pada 1942, tidak diadakan
perombakan besar atas peraturan pertanahan. Kadasteral Dient, misalnya,
masih tetap di bawah Departemen Kehakiman, hanya namanya diganti
menjadi Jawatan Pendaftaran Tanah dan kantornya bernama Kantor
Pendaftaran Tanah. Namun demikian, pada masa penjajahan Jepang
dikeluarkan peraturan yang melarang pemindahan hak atas benda tetap/ tanah
(Osamu Sierei Nomor 2 Tahun 1942). Penguasaan tanah partikelir juga
dihapuskan oleh pemerintahan Dai Nippon
Lahirnya UUPA dan Masa Sesudahnya
1960 – 1965 Titik tolak reformasi hukum pertanahan nasional terjadi pada
24 September 1960. Pada hari itu, rancangan Undang-Undang Pokok
Agraria disetujui dan disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960. Dengan berlakunya UUPA tersebut, untuk pertama kalinya
pengaturan tanah di Indonesia menggunakan produk hukum nasional yang
bersumber dari hukum adat. Pada 1964, melalui Peraturan Menteri Agraria
Nomor 1 Tahun 1964, ditetapkan tugas, susunan, dan pimpinan Departemen
Agraria. Peraturan tersebut nantinya disempurnakan dengan Peraturan
Menteri Agraria Nomor 1 Tahun 1965 yang mengurai tugas Departemen
Agraria serta menambahkan Direktorat Transmigrasi dan Kehutanan ke
dalam organisasi. Pada periode ini, terjadi penggabungan antara Kantor
Inspeksi Agraria-Departemen Dalam Negeri, Direktorat Tata Bumi-
Departemen Pertanian, Kantor Pendaftaran Tanah-Departemen Kehakiman.
Masa Kemerdekaan 1945 – 1960 Pasca proklamasi kemerdekaan, sesuai
dengan semangat membentuk negara baru yang merdeka, Pemerintah
Republik Indonesia bertekad membenahi dan menyempurnakan pengelolaan
pertanahan. Landasan hukum pertanahan yang masih menggunakan produk
hukum warisan pemerintah Belanda mulai diganti. Melalui Departemen
Dalam Negeri, pemerintah mempersiapkan landasan hukum pertanahan
yang sesuai dengan UUD 1945. Pada 1948, berdasarkan Penetapan Presiden
Nomor 16 Tahun 1948, Pemerintah membentuk Panitia Agraria Yogyakarta.
Tiga tahun kemudian, terbit Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1951,
yang membentuk Panitia Agraria Jakarta, sekaligus membubarkan Panitia
Agraria Yogyakarta. Pembentukan kedua Panitia Agraria itu sebagai upaya
mempersiapkan lahirnya unifikasi hukum pertanahan yang sesuai dengan
kepribadian Bangsa Indonesia. Selanjutnya, lewat Keputusan Presiden
Nomor 55 Tahun 1955, Pemerintah membentuk Kementerian Agraria yang
berdiri sendiri dan terpisah dari Departemen Dalam Negeri. Pada 1956,
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1956 dibentuk Panitia
Negara Urusan Agraria Yogyakarta yang sekaligus membubarkan Panitia
Agraria Jakarta. Tugas Panitia Negara Urusan Agraria ini antara lain adalah
mempersiapkan proses penyusunan Undang-Undang Pokok Agraria
(UUPA).
Pada 1 Juni 1957, Panitia Negara Urusan Agraria selesai menyusun
rancangan UUPA. Pada saat yang sama, berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 190 Tahun 1957, Jawatan Pendaftaran Tanah yang semula berada di
Kementerian Kehakiman dialihkan ke Kementerian Agraria. Tahun 1958,
berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 97 Tahun 1958, Panitia Negara
Urusan Agraria dibubarkan. Selanjutnya pada 24 April 1958, Rancangan
Undang Undang Agraria Nasional diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat

Orde Baru, 1965 – 1988 Pada 1965


Departemen Agraria kembali diciutkan secara kelembagaan menjadi
Direktorat Jenderal. Hanya saja, cakupannya ditambah dengan Direktorat
bidang Transmigrasi sehingga namanya menjadi Direktorat Jenderal Agraria
dan Transmigrasi, di bawah Departemen Dalam Negeri. Penciutan ini
dilakukan oleh Pemerintah Orde Baru dengan alasan efisiensi dan
penyederhanaan organisasi.
Masih di tahun yang sama, terjadi perubahan organisasi yang mendasar.
Direktorat Jenderal Agraria tetap menjadi salah satu bagian dari Departemen
Dalam Negeri dan berstatus Direktorat Jenderal, sedangkan permasalahan
transmigrasi ditarik ke dalam Departemen Veteran, Transmigrasi, dan
Koperasi. Pada 1972, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 145 Tahun
1969 dicabut dan diganti dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
88 Tahun 1972, yang menyebutkan penyatuan instansi Agraria di daerah. Di
tingkat provinsi, dibentuk Kantor Direktorat Agraria Provinsi, sedangkan di
tingkat kabupaten/kota dibentuk Kantor Sub Direktorat Agraria Kabupaten/
Kotamadya.
Berdirinya BPN dan Masa Sesudahnya, 1988 – 1993 Tahun 1988
merupakan tonggak bersejarah karena saat itu terbit Keputusan Presiden
Nomor 26 Tahun 1988 tentang Badan Pertanahan Nasional. Sejalan dengan
meningkatnya pembangunan nasional yang menjadi tema sentral proyek
ekonomi – politik Orde Baru, kebutuhan akan tanah juga makin meningkat.
Persoalan yang dihadapi Direktorat Jenderal Agraria bertambah berat dan
rumit. Untuk mengatasi hal tersebut, status Direktorat Jenderal Agraria
ditingkatkan menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen dengan nama
Badan Pertanahan Nasional. Dengan lahirnya Keputusan Presiden Nomor
26 Tahun 1988 tersebut, Badan Pertanahan Nasional bertanggung jawab
langsung kepada Presiden

Periode 1993 – 1998


Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 1993, tugas Kepala
Badan Pertanahan Nasional kini dirangkap oleh Menteri Negara Agraria.
Kedua lembaga tersebut dipimpin oleh satu orang sebagai Menteri Negara
Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional. Dalam pelaksanaan tugasnya,
Kantor Menteri Negara Agraria berkonsentrasi merumuskan kebijakan yang
bersifat koordinasi, sedangkan Badan Pertanahan Nasional lebih
berkonsentrasi pada hal-hal yang bersifat operasional.
Periode 1993 – 1998 Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun
1993, tugas Kepala Badan Pertanahan Nasional kini dirangkap oleh Menteri
Negara Agraria. Kedua lembaga tersebut dipimpin oleh satu orang sebagai
Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional. Dalam
pelaksanaan tugasnya, Kantor Menteri Negara Agraria berkonsentrasi
merumuskan kebijakan yang bersifat koordinasi, sedangkan Badan
Pertanahan Nasional lebih berkonsentrasi pada hal-hal yang bersifat
operasional

Periode 1999 – 2000


Pada 1999 terbit Keputusan Presiden Nomor 154 Tahun 1999 tentang
Perubahan Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988. Kepala Badan
Pertanahan Nasional dirangkap oleh Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia. Pelaksanaan pengelolaan pertanahan sehari-harinya dilaksanakan
Wakil Kepala Badan Pertanahan Nasional
Periode 2000 – 2006 Pada periode ini Badan Pertanahan Nasional beberapa
kali mengalami perubahan struktur organisasi. Keputusan Presiden Nomor
95 Tahun 2000 tentang Badan Pertanahan Nasional mengubah struktur
organisasi eselon satu di Badan Pertanahan Nasional. Namun yang lebih
mendasar adalah Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2001 tentang
Pelaksanaan Otonomi Daerah Dibidang Pertanahan. Disusul kemudian terbit
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Departemen, dan Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun
2003 tentang Kebijakan Nasional Di Bidang Pertanahan memposisikan BPN
sebagai lembaga yang menangani kebijakan nasional di bidang pertanahan

Periode 2015 – Sekarang


Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia berubah menjadi
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian
Agraria yang berfungsi Tata Ruang dan Peraturan Presiden Nomor 20
Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional yang ditetapkan pada 21
Januari 2015

Logo Kementrian ATR/BPN


Makna Lambang atau Logo Kementerian ATR/BPN

4 (empat) Butir Padi


Melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan
Memaknai atau melambangkan 4 (empat) tujuan Penataan
Pertanahan yang akan dan telah dilakukan Kementerian
ATR/BPN yaitu:
1. Kemakmuran
2. Keadilan
3. Keberlanjutan
4. Harmoni Sosial

Lingkaran Bumi
Melambangkan sumber penghidupan manusia
Memaknai atau melambangkan wadah atau untuk berkarya bagi
Kementerian ATR/BPN yang berhubungan langsung dengan
unsur-unsur yang ada di dalam bumi yang meliputi tanah dan
udara.
Gelombang Hijau dan Biru
Hijau melambangkan lingkungan yang
terjaga Biru melambangkan warna air
Memaknai tugas Kementerian ATR/BPN yang berhubungan
langsung dengan pemanfaatan ruang, tanah dan air.
Sumbu
Melambangkan poros
keseimbangan 3 (tiga) garis lintang
3 (tiga) garis bujur
Memaknai atau melambangkan Pasal 33 ayat 3 UUD 1945
mendasari lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
Bangunan Gedung dan Pohon
Sebagai simbol kekuatan, tekad yang bulat, keberlanjutan, dan
sinergitas
Memaknai pelaksanaan secara konsisten dalam menangani,
menyelesaikan dan mengutamakan hak serta menuntaskan
kewajiban dengan penuh konsistensi, tertib, disiplin sesuai
kebijakan yang berlaku. Lambang ini juga bermakna
penggunaan dan pemanfaatan tanah yang selaras sesuai
dengan
tata ruang.
1.4.2 Tugas Pokok dan Fungsi
a. Tugas Pokok
Tugas pokok Kantor Pertanahan Kota Cimahi adalah melaksanakan
kewenangan daerah di bidang pertanahan serta tugas pembantuan yang
diberikan oleh pemerintah pusat atau pemerintah provinsi Jawa Barat atau
Pemerintah Kota

b. Fungsi
Ada beberapa fungsi dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
ATR/BPN menyelenggarakan fungsi yaitu sebagai berikut :

1. Tata Usaha
Bagian tata usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan
administratif kepada semua satuan organisasi Kanwil BPN, serta
menyiapkan bahan evaluasi kegiatan, penyusunan program, dan
peraturan perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan tugasnya,
bagian tata usaha mempunya fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, dan anggaran
b. Pelayanan Pertanahan
c. Pengelolaan data dan informasi
d. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan dan perlengkapan
e. Evaluasi kegiatan dan penyusunan laporan

2. Seksi Survei dan Pemetaan


Seksi survei dan pemetaan mempunyai tugas
mengkoordinasikan survei, pengukuran, dan pemetaan bidang tanah,
ruang dan perairan, perapatan kerangka dasar, pengukuran batas
kawasan batas wilayah, pemetaan tematik, dan survei potensi tana.
Dalam menyelenggarakan tugasnya, bidang survei dan pemetaan
mempunyai fungsi:
a. Pelaksanaan kebijakan teknis survei, pengukuran dan pemetaan
bidang tanah, ruang dan perairan
b. Pelaksanaan perapatan kerangka dasar orde 3 dan orde 4 serta
pengkuran batas wilayah
c. Pelaksanaan pemeliharaan dan pengembangan pemetaan tematik
serta survei potensi tanah
Pelaksanaan bimbingan tenaga teknis, surveyor berlisensi dan
pejabat penilai tanah

3. Seksi Penetapan Hak dan Pendaftaran


Seksi penetapan hak dan pendaftaran mempunyai tugas
mengkoordinasikan, dan melaksanakan penyusunan program,
pemberian perijinan, pengaturan tanah pemerintah, pembinaan,
pengaturan, dan penetapan hak tanah, pembinaan pendaftaran hak
atas tanah, dan komputerisasi pelayanan. Dalam menyelenggarakan
tugasnya, seksi penetapan hak dan pendaftaran mempunyai fungsi:
a. Pelaksanaan kebijakan teknis pengaturan dan penetapan hak
tanah
b. Penetapan hak tanah
c. Pembinaan dan pengendalian proses serta pelaksanaan
kewenangan pemberian hak atas tanah
d. Pengelolaan administrasi tanah-tanah instansi pemerintah, tukar-
menukar, dan penaksiran tanah, mengadministrasikan atas tanah
yang dikuasasi atau dimiliki negara
e. Pemberian rekomendasi dan perijinan hak tanah bekas milik
belanda dan berkas tanah asing lainnya dalam rangka penetapan
hak dan pengelolaan

4. Seksi Penataan dan Pemberdayaan


Seksi penataan dan pemberdayaan mempunyai tugas
mengkoordinasikan dan melaksanakan urusan penatagunaan tanah,
penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, dan kawasan
tertentu lainnya. Dalam menyelenggarakan tugasnya, seksi penataan
dan pemberdayaan mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, dan koordinasi pelaksanaan
landferofm, penatagunaan tanah, konsolidasi tanah, dan penataan
pertanhan kawasan tertentu
b. Pengkoordinasian pemangku kepentingan pengguna tanah
c. Pelaksanaan kebijakan pengaturan penetapan penggunaan dan
pemanfaatan tanah
d. Rencana persediaan tanah, peruntukan, pemeliharaan
penggunaan, dan pemanfaatan tanah
e. Penataan tanah wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan
dan kawasan tertentu lainya

5. Seksi Pengadaan Tanah dan Pengembangan


Seksi pengadaan tanag dan pengembangan mempunyai tugas
mengkoordinasikan dan melaksanakan penyusunan program
pengadaan tanah, penglolaan tanah negara, tanah terlantar dan tanah
kritis. Dalam menyelanggarakan tugasnya, Seksi Pengadaan tanah
dan pengembangan mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana dan program pengadaan Pertanahan,
pengelolaan tanah negara, tanah terlantara
b. Pemantauan evaluasi pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi
pemenuhan hak dan kewajiban pemegang hak atas tanah
c. Pengkoordinasian dan kerjasama Lembaga pemerintah provinsi
dan non pemerintah

6. Seksi Pengendalian dan Penanganan Sengketa


Seksi Pengendalian dan Penanganan Sengketa mempunyai tugas
mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan tekinis penangan
sengketa, konflik dan perkara pertanahan. Dalam menyelenggarakan
tugasnya, seksi pengendalian dan penanganan sengketa mempunyai
fungsi:
a. Penyusunan rencana dan program di bidang penanganan
sengketa konflik, dan perkara pertanahan
b. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penanganan sengketa,
konflik, dan perkara pertanahan
c. Penyiapan bahan dan penanganan masalah, sengketa, dan konflik
pertanahan secara hukum dan non hukum, mediasi dan fasilitasi
penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan, penanganan
perkara di pengadilan
d. Penyiapan usulan dan rekomendasi pelaksanaan putusan-putusan
lembaga peradilan
e. Penelitian data dan penyiapan pembatalan serta penyiapan usulan
rekomendasi dan pengehentian hubungan hukum antara orang
dan atau badan hukum dengan tanah

1.4.3 Visi, Misi dan Nilai-Nilai Kementerian ATR/BPN


a. Visi
Terwujudnya Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Terpercaya
dan Berstandar Dunia dalam Melayani Masyarakat untuk Mendukung
Tercpainya “Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong

b. Misi
1. Menyelenggarakan Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang
Produktif, Berkelanjutan dan Berkeadilan
2. Menyelenggarakan Pelayanan Pertanahan dan Penataan Ruang yang
Berstandar Dunia

c. Nilai-Nilai
Melayani, Profesianal, Terpercaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Perkantoran


2.1.1 Definisi manajemen perkantoran

Dalam Kamus Besar Indonesia (2002) Anda dapat menjumpai bahwa


perkantoran adalah hal yang berkaitan dengan kantor. Kantor tersebut
melaksanakan kegiatan-kegiatan perkantoran. Sebagaimana kegiatan lainnya,
kegiatan-kegiatan perkantoran perlu direncakan, diorganisasikan, digerakan
semua sumber daya yang terlibat atau perlu dilibatkan, perlu diawasi serta
dikendalikan sebaik-baiknya. Apa yang disebut manajemen perkantoran?
Sebagaimana pada istilah-istilah lain dalam Ilmu Sosial, terhadap sesuatu
istilah atau terminologi tidak selalu para ahli memberikan rumusan yang
sama. Demikian pula rumusan tentang manajemen perkantoran
The Liang Gie (1955:2-4) mengutip beberapa perumusan pengertian
manajemen perkantoran dari para ahli, antara lain sebagai berikut “
Manajemen perkantoran adalah fungsi tata penyelenggaraan terhadap
komunikasi dan pelayanan warkat dari suatu organisasi “
Perumusan William Leffingwell & Edwin Robinson “ Manajemen
perkantoran sebagai sesuatu fungsi adalah cabang dari seni dan ilmu
manajemen yang berkenan dengan pelaksanaan pekerjaan perkantora secara
efisien, bilamana dan dimana pun pekerjaan itu harus dilakukan “
Perumusan Hal Nourse, “ Tampaknya bagi kami manajemen perkantoran
dalam arti lebih luas dapat mencakup tidak hany afungsi-fungsi pelayanan
perkantoran yang telah diterima pada umumnya, melainkan juga bidang-
bidanga mengenai kontrol fungsional dan pengarahan adminsitratif terhadap
kebanyakan pekerjaan kertas dan tulis
Setelah mengemukakan rumusan dari beberapa ahli, The Liang Gie
kemudian mengemukakan rumusannya mengenai manajemen perkantoran “
Dengan demikian, pada pokoknya manajemen perkantoran rangkaian
aktivitas merencanakan, mengorganisasikan (mengatur dan Menyusun),
mengarahkan (memberikan arah dan petunjuk), mengawasi dan
mengendalikan (melakukan kontrol) sampai menyelenggarakan secara tertib
sesuatu hal. Hal atau sasaran yang terkena oleh rangkaian kegiatan itu pada
umumnya ialah office work (pekerjaan perkantoran)”
Dari berbagai rumusan mengenai manajemen perkantoran jelas yang
terkandung di dalamnya meliputi rangkaian kegiatan :
1. Tata penyelenggara
2. Pelaksanaan secara efisien
3. Pengendalian, pengawasan dan pengarahan
4. Perencanaan, pengendalian, pengorganisasian dan pergerakan

2.1.2 Tujuan Manajemen Perkantoran

1. Mencapai hasil pekerjaan kantor secara efektif dan efisien


2. Proses pekerjaan kantor berjalan dengan lancar
3. Pengawasan pekerjaan kantor efektif dan efisien
4. Terciptanya suasana kantor yang harmonis dan menyenangkan
5. Terciptanya rasa memiliki dan rasa tanggung jawab

2.1.3 Fungsi Manajemen Perkantoran


Secara umum ada empat fungsi utama dalam manajemen perkantoran,
yaitu fungsi :
1. Fungsi Perencanaan
Merupakan fungsi yang akan menentukan serangkaian tindakan
untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan

2. Fungsi Pengorganisasian
Fungsi pengorganisasian ini dapat mempermudah manajer dalam
melakukan pengawasan dan menentukan orang-orang yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang sudah dibagi-bagi
tersebut, berfungsi :
a. Dapat membantu mewujudkan struktur organisasi yang jelas
b. Dapat mendeskripsikan tugas dari setiap biadang atau bagian
dalam organisasi secara jelas
c. Dapat memperlihatkan antar tugas atau pekerjaan dari setiap
unit organisasi
d. Wewenang dan tanggung jawab dalam organisasi menjadi lebih
jelas
e. Sumber daya manusia dan meteril yang dibutuhkan dapat
diketahui

3. Fungsi Pengarahan
Merupakan fungsi yang berhubungan dengan usaha memberi
bimbingan, saran, perintah-perintah atau isntruksi kepada bawahan
dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat
dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang
telah ditetapkan sejak awal

4. Fungsi Pengawsan
Fungsi ini sangat diperlukan untuk menjaga agar seluruh kegiatan
efiktivitas pendayagunaan sumber-sumber daya yang ada tidak
menyimpang dari rencana sehingga tujuan organisasi atau perusahaan
dapat direalisasikan. Secara garis besar, proses pengawasan dalam
manajemen perkantoran mangandung langkah-langkah kegiatan
sebagai berikut :
a. Menetapkan objek-objek yang akan diawasi
b. Menetapkan standar sebagai alat ukur pengawasan atau yang
menggambarkan pekerjaan yang dikendaki
c. Menentukan prosedur, waktu dan teknik yang dipergunakan
d. Mengukur hasil kerja yang dihasilkan
e. Membandingkan antara hasil kerja dengan standar untuk
mengetahui apakah ada perbedaan
f. Melakukan tindakan perbaikan terhadap suatu penyimpangan
2.2 Pengurusan Surat Keluar
2.2.1 Prosedur pengurusan surat keluar

Pembuatan konsep Persetujuan konsep

Pengetikan konsep Pemberian nomor surat

Penandatanganan surat Pemberian cap/stample


organisasi

Pengiriman surat Pencatatan surat keluar

Prosedur penanganan surat keluar dalam menangani surat keluar terdiri dar
aktivitas-aktivitas sebagai berikut :
1. Pembuatan konsep
Pembuatan konsep surat adalah hal pertama yang harus dilakukan sebelum
membuat surat keluar, tujuannya agar surat yang dikeluarkan tersebut sudah
sesuai dengan yang diinginkan tanpa adanya perubahan lagi. Salah satunya
adalah tata bahasa yang baik dan benar, kepada siapa surat tersebut ditujukan
serta isi dari surat tersebut

2. Persetujuan konsep
Setelah konsep selesai dibuat harus terlebih dahulu dimintakan persetujuan
pada pihak yang bertanggung jawab surat tersebut. Dalam hal ini biasanya
adalah orang yang akan menandatangani surat tersebut. Sebagai persetujuan
terhadap konsep tadi, maka pejabat yang berkepentingan terhadap surat itu
lah yang akan membubuhkan parafnya pada konsep surat. Lalu setelah itu
pimpinan yang berwenag untuk memberikan persetujuan akhir

3. Pemberian nomor surat


Pada tahap ini surat yang telah diberikan persetujuan oleh pihak
berwenang, selanjutnya akan diberi nomor surat serta diagendakan. Nomor
surat tersebut didapat dari buku surat agenda keluar yang terdapat sebuah
nomor layaknya nomor urut, dan dari nomor tersebut selanjutnya di tulis secara
manual pada lembar surat. Pada saat pemberian nomor surat, surat tersebut
sebagai tanda bukti maupun arsip bahwa ada surat keluar pada hari itu

4. Pengetikan konsep
Dalam tahap ini konsep surat yang telah dicatat pada lembar kertas
tersebut kemudian diketik pada computer dan disesuaikan dengan apa yang
ada pada konsep tersebut

5. Penandatanganan surat
Surat yang telah mendapatkan nomor selanjutnya harus mendapatkan
tanda tangan dari pimpinan. Dalam hal ini surat bisa dititipkan dahulu ken
sekretaris, karena bisa saja pimpinan sedang tidak ada ditempat. Dan
sekretaris bisa mengecek kembali surat tersebut sudah sesuai dengan
ketentuan

6. Pemberian cap/stample organisasi


Tahap selanjutnya adalah memberi cap/stample organisasi yang bisa
dilakukan secara langsung oleh sekretaris atau pada subbagian umum.
Karenan pada bagian tersebutlah stample organisasi berada. Jadi, setelah surat
dibubuhi tanda tangan dari pimpinan kemudian diberi stample. Surat keluar
harus ada dua lembar, satu untuk pengarsipan dan satu lagi untuk tujuan

7. Pencatatan surat keluar


Langkah berikutnya adalah pencatatan surat pada buku agenda surat

Anda mungkin juga menyukai