B. Etiologi
Penyebab tuberculosis adalah Myobakterium tuberkulosa, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dengan tebal 0,3-0,6/Um
dan tahan asam . Spesies lain kuman ini yang dapat memberikan infeksi pada
manusia adalah M.bovis, M.kansasii, M.intracellulare, sebagian besar kuman
terdiri dari asam lemak (lipid) lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
terhadap asam dam lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman
dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin. Di
dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intrasellular, yakni dalam sito
plasma magrofak. Sifat lain kuman ini adalah aerop. Sifat ini menunjukkan
bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya.
1. Anatomi Paru
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang
merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan
tekanan. Ketika dinding dada dan diagfrahma kembali ke ukurannya semula
(ekspirasi), paru-paru yang elastis tersebut mengempis dan mendorong udara
keluar melalui bronkus dan trakea.
a. Pleura.
Bagian terluar dari paru-paru, dikelilingi oleh membran halus, licin
yaitu pleura, yang juga meluas untuk membungkus dinding interior
toraks dan permukaan superior diagfrahma.
b. Mediastinum.
Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks menjadi
dua bagian. Mediastinum terbentuk dari dua lapisan pleura.
c. Lobus.
Setiap paru dibagi menjadi lobu-lobus. Paru kiri atas lobus bawah dan
atas, sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah dan bawah.
d. Bronkus dan bronkiolus.
Terdapat beberapa divisi bronkus didalam setiap lobus paru. Pertama
adalah bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan dua pada paru kiri).
e. Alveoli.
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli, yang tersusun dalam
kluster antara 15 sampai 20 alveoli. Begitu banyaknya alveoli ini
sehingga jika mereka bersatu untuk membentuk satu lembar, akan
menutupi area 70 meter persegi (seukuran lapang tenis).
2. Fisiologi
a. Transpor Oksigen
Oksigen dipasok ke sel dan karbon dioksida dibuang dari sel
melalui sirkulasi darah. Sel-sel berhubungan dekat dengan kapiler, yang
berdinding tipis sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran atau
lewatnya oksigen dan karbon dioksida dengan mudah. Oksigen berdifusi
dari kapiler, menembus dinding kapiler ke cairan interstisial dan kemudian
melalui membran sel-sel ke jaringan, tempat dimana oksigen dapat
digunakan oleh mitokondria untuk pernafasan selular.
b. Pertukaran Gas
Setelah pertukaran kapiler jaringan ini, darah memasuki vena
sistemik (dimana disebut darah vena) dan mengalir ke sirkulasi pulmonal.
Konsentrasi oksigen dalam darah di dalam kapiler paru-paru lebih rendah
dibanding dengan konsentrasi dalam kantung udara paru, yang disebut
alveoli.
D. Patofisiologi
Infeksi diawali karena seseorang menghirupbasil M. tuberculosis.
Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak
dan terlihat tertumpuk. Perkembangan M. tuberculosis juga dapat
menjangkau sampai ke arah lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga
menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain
(ginjal, tulang, dan korteks serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas).
Selanjutnya, sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan
melakukan reaksi inflamasi.
Setelah infeksi awal, jika respons sistem imun tidak adekuat maka
penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul
akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali
menjadi aktif.Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga
menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronchus.Tuberkel yang
ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut.Paru-
paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya
bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya.Pneumonia seluler
ini dapat sembuh dengan sendirinya.
Pathway
E. Manifestasi Klinis
F. Komplikasi
G. Penatalaksanaan
Pirasinamid (Z)
Dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam.
Dosis harian dianjurkan 25 mg / kg BB, sedangkan untuk pengobatan
intermiten 3 X seminggu
Streptomisin (S)
Dosis harian dianjurkan 15 mg / kg BB, sedeangkan untuk pengobatan
intermiten 3 X seminggu diberikan dengaqn dosis yang sama.
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Kultur sputum
Positif untuk mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit
b. Foto thorak
Dapat menunjukkkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan
kalsium lesi sembuh primer. Perubahan menunjukkkan lebih luas TB dapat
termasuk ronggga, area fibrosa.
c. Histologi / kultur jaringan
Termasuk pembersihan gaster, urine, cairan serebrospinal, biopsi kulit.
Positip untuk mycobacterium tuberkulosis.
d. Elektrosit
Dapat tidak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi.
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, Jenis kelamin, Umur, Alamat, Tanggal masuk RS, Tanggal
pengkajian, Diagnosa medis, No.Medrek.
b. Identitas penanggung jawab
Nama, Jenis Kelamin, Umur, Alamat, Hubungan Dengan klien.
c. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan pasien pada saat pengkajian
biasanya mengalami batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada,
demam, keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, dan
malaise.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan batuk timbul paling awal dan merupakan gangguan yang
paling sering dikeluhkan, mula- mula nonproduktif kemudian berdahak
bahkan bercampur darah bila sudah terjadi kerusakan jaringan.
3) Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah pasien pernah menderita penyakit yang sama,
riwayat ketegantungan terhadap makanan atau minuman, zat dan obat-
obatan.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga
lainnya sebagai faktor predisposisi penularan di dalam rumah.
5) Riwayat alergi
Tanyakan apakah klien memiliki riwayat alergi obat misal
antibiotik. Antibiotik jenis apa ditulis. Misal punya alergi terhadap
makanan tulis.
d. Aktivitas dasar
1) Aktivitas dasar
Makan/minum, Toileting, Personal hyegiene, Berpakaian, Mobilisasi
dari tempat tidur, Berpindah, Ambulasi.
2) Aktivitas/Istirahat
a) Nutrisi: nutrisi terganggu kaena adanya mual dan muntah,
penurunan BB
b) Istirahat: tidur tidak bisa karena nyeri, sesak, batuk
c) Aktivitas: badan terasa lemah dan biasanya pasien dianjurkan untuk
tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktivitas.
d) Psikologis: pasien gelisah dan cemas dengan penyakitnya.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Pasien tampak lemah, takikardi/takipneu/dispneu
2) TTV
TD 130/90 mmHg, nadi meningkat 110x/mnt, suhu meningkat (390 C),
Respirasi meningkat 24x/mnt.
3) Pemeriksaan fisik
2. Diagnosa Keperawatan
a. (0001) Bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas d.d
Batuk, Sulit mengeluarkan dahak/sekret, Sesak, Tampak meringis,
Gelisah, Adanya rettrakasi dada,Suara, tambahan ronkhi, RR 28x/mnt, TD
120/80, Nadi 78x/mnt, suhu 38,5, Adanya cuping hidung.
b. (0009) Defisit nutrisi b.d ketidak mampuan mengabsorpsi nutrien d.d mual
muntah, tidak nafsu makan, peristaltik menurun/meningkat, membran
mukosa pucat, BB menurun
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 4. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan (SLKI)
1 (0001) 1. Setelah dilakukan tindakan Latih
Bersihan jalan napas tidak efektif b.d keperawatan diharapkan bersihan jalan 1. O
hipersekresi jalan napas d.d Batuk, Sulit napas meningkat dengan kriteria hasil a.
mengeluarkan dahak/sekret, Sesak, (01001) b.
Tampak meringis, Gelisah, Adanya a. Batuk efektif meningkat 2. Te
rettrakasi dada,Suara, tambahan ronkhi, b. Produksi sputum menurun a.
RR 28x/mnt, TD 120/80, Nadi 78x/mnt, c. Frekuensi napas membaik 3. Ed
suhu 38,5, Adanya cuping hidung d. Pola napas membaik a.
4. K
Kolab
ekspe
2 (0019) 1. Setelah dilakukan tindakan Man
Defisit nutrisi b.d ketidak mampuan keperawatan diharapkan status nutrisi 1. O
mengabsorpsi nutrien d.d mual muntah, membaik (03030) a.
bising usus hiperaktif, membran mukosa a. Porsi makanan yang dihabiskan b.
pucat meningkat
b. Nyeri abdomen menurun 2. Te
c. Berat badan membaik a.
d. Nafsu makan membaik
3. Ed
a.
4. K
a.
b.
Sumber: SDKI,SLKI, SIKI (2017)
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pengolahan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA