Anda di halaman 1dari 6

GERAKAN PENGEMBANGAN KARAKTER MANUSIA BALI

(GERBANG KRAMA BALI)

1. Latar Belakang

Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi Bali memiliki spesifikasi yang sangat


berbeda dengan provinsi lain di Indonesia. Provinsi Bali tidak memiliki sumber
daya alam yang dapat diandalkan sebagai sumber devisa, seperti pertambangan
batubara, gas, minyak, emas, timah, oleh karenanya spesifikasi perekonomian
Bali dibangun dengan mengandalkan Industri Pariwisata sebagai leading sektor.
Struktur ekonomi Bali masih bertumpu pada sektor tersier yang rata-rata
kontribusinya terhadap PDRB Bali mencapai 69,36 persen. Sedangkan sektor
primer memberikan kontribusi rata-rata sebesar 15,33 persen. Tahun 2018 jumlah
kunjungan turis manca negara sebanyak 6 juta lebih dan wisatawan nusantara
sekitar 8 juta dan kedepan jumlah kunjungan wisatawan tersebut ditargetkan akan
semakin meningkat.
Predikat / Branding Bali yang begitu kuat melekat sebagai jendela
dunia, tidak terlepas dari kuatnya nilai kearifan lokal masyarakat Bali yang
merupakan kristalisasi dari nilai filosofi Tri Hita Karana, suatu nilai kosmopolit
tentang harmonisasi hubungan manusia dengan tuhan, hubungan manusia
dengan sesama umat manusia dan harmonisasi manusia dengan alam
lingkungannya. Karena keunikannya itulah daerah bali mendapat banyak sebutan
seperti The island of god, Land of paradise dan juga dijuluki dengan Pulau Cinta
karena film Eat, Pray and Love yang dibintangi Julia Robert.
Pariwisata sebagai sumber devisa daerah Bali bertumpu pada panorama
alam yang didukung dengan adat istiadat serta seni budaya. Potensi tersebut
harus dilestarikan dan ditumbuh kembangkan, untuk mempertahankan Bali
sebagai tujuan wisata dunia. Kita patut bersyukur bahwa Bali telah berhasil
sebagai tuan rumah pertemuan tahunan IMF-WB dengan sukses. Keberhasilan
tersebut tentu tidak lepas dari peran penting Ibu Menteri Keuangan Republik
Indonesia dengan kepiawaiannya dalam memanage agenda pertemuan sehingga
berhasil dengan sukses. Selain itu juga tidak kalah pentingnya adalah peranan
aparat keamanan yang senantiasa bergandengan tangan dengan para Pecalang
Desa Adat di seluruh Bali, sehingga pertemuan dapat berlangsung dengan tertib
dan aman. Keberhasilan penyelenggaraan event Annual Meeting IMF-WB
tersebut adalah prestasi yang sangat membanggakan karena keberhasilan
tersebut dapat memberikan reputasi, image, citra Bali pada khususnya maupun
Indonesia pada umumnya dimata 189 negara. Kami berkeyakinan dampak
tersebut akan memberi manfaat yang positif.
Bali harus tetap sebagai leading dalam pengembangan pariwisata di
Indonesia, oleh karena itu
Visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” dalam 5 tahun kedepan 2018 – 2023, melalui
Pola Pembangunan Semesta Berencana telah menetapkan berbagai ide,
gagasan, keputusan, sebagai lompatan kebijakan konkrit berupa Peraturan
Gubernur Nomor 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali dan
peraturan Gubernur Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan
Penggunaan Bahasa Aksara dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan
Bahasa Bali. Demikian pula dalam memelihara kebersihan dan membebaskan

1
Bali dari sampah plastik telah diterbitkan peraturan Gubernur Nomor 97 Tahun
2018, tentang pembatasan timbulan sampah plastik sekali pakai. Selain itu juga
telah diterbitkan Peraturan Gubernur Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran
dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali. Kebijakan
tersebut bertujuan untuk mempertahankan dan melindungi serta pemajuan
kebudayaan Bali agar tidak tercabut dari akarnya, yang nantinya “Kesucian dan
Keharmonisan Alam Bali Beserta Isinya, menuju Kehidupan Krama dan Gumi Bali
yang Sejahtera dan Bahagia, Sakala-Niskala Sesuai dengan Prinsip Trisakti Bung
Karno: Berdaulat secara Politik, Berdikari secara Ekonomi, dan Berkepribadian
dalam Kebudayaan.

2. Masalah
Dari uraian latar belakang diatas permasalahan yang dihadapi adalah
belum optimalnya Program Pemajuan Kebudayaan Provinsi Bali (Nilai
sejarah & Tradisi Bahasa Aksara dan Sastra) yang diduga
dipenagaruhi oleh :
1) SDM Krama Bali mengalami perubahan secara mendasar dari
segi cara berpikir, sikap dan perilaku kehidupan baik secara
individu, maupun kolektif.
2) Pudarnya kesucian, spiritualitas, dan taksu Bali
3) Belum optimalnya pembinaan kebudayaan lokal Bali

2
3 Kerangka Berpikir

Mencermati dari uraian di atas maka dapat dikaji belum optimalnya


Program Pemajuan Kebudayaan Provinsi Bali (Nilai sejarah & Tradisi Bahasa
Aksara dan Sastra), hal ini pemerintah perlu mengoptimalkan anggaran yang
cukup besar karena penanganan peningkatan SDM krama Bali, peningkatan
kesucian, spiritual, dan taksu bali serta pembinaan kebudayaan Bali memerlukan
penanganan dari hulu sampai ke hili, dengan GERBANG KRAMA BALI (Gerakan
Pengembangan Karakter Manusia Bali)

VISI –MISI GUBERNUR BALI


Misi 10 dan 12

DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI BALI

TUPOKSI DINAS
DINAS
PROGRAM
KEBUDAYAAN
Pemajuan Kebudayaan Provinsi Bali (Nilai
PROVINSI BALI sejarah & Tradisi Bahasa Aksara dan Sastra)

AREA BERMASALAH

KONDISI SAAT INI : KONDISI YANG DIHARAPKAN :


1. SDM Krama Bali mengalami perubahan secara mendasar dari 1. SDM Krama Bali Unggul berbudaya yang
segi cara berpikir, sikap dan perilaku kehidupan baik secara dan memiliki daya saing
individu, maupun kolektif. 2. Kembalinya spirit kesucian dan taksu Bali
2. Pudarnya kesucian, spiritualitas, dan taksu Bali 3. Terbinanya kebudayaan lokal Bali
3. Belum optimalnya pembinaan kebudayaan lokal Bali

GAP
Program Pemajuan Nilai Sejarah, Tradisi, Bahasa Aksara dan Sastra Melalui
Peningkatan Perlindungan, Pengembangan, pemanfaatan dan Pembinaan Budaya Bali

INOVASI :
GERBANG KRAMA BALI
(Gerakan Pengembangan Karakter
Manusia Bali)

1. Meningkatnya Jatidiri krama bali tentang Seni Budaya


2. Meningkatnya Integritas Krama Bali tentang Seni Budaya
3. Meningkatnya Kualitas Krama Bali Tentang Seni Budaya

IMAGE KRAMA BALI MEMILIKI DAYA SAING dan INOVASI TERHADAP JATIDIRI, INTEGRITAS DAN KUALITAS SENI
KEBUDAYAAN DARI HULU SAMPAI KE HILIR MELALUI GERAKAN PENGEMBANGAN KARAKTER MANUSIA BALI

3
4. Program

Program Pemajuan Nilai Sejarah, Tradisi, Bahasa Aksara dan Sastra


Melalui Peningkatan Perlindungan, Pengembangan, pemanfaatan dan
Pembinaan Budaya Bali dengan kegiatan :
a) Gerakan Pengembangan Karakter Manusia Bali
b) Traening of Trainer Pemajuan Kebudayaan
c) Pendidikan kader pelestari Budaya

5. Strategi

Luasnya cakupan Pemajuan Kebudayaan untuk satu level


provinsi memerlukan aneka strategi agar pemajuan tercapai secara
optimal. Straegi kebudayaan yang relevan yang diangkat dalam tulisan
ini adalah :
Strategi Edukasional Melaksanakan gerakan pengembangan
karakter, Pendidikan dan pelatihan (TOT), dan Pendidikan kader
pelestari Budaya.
Perkembangan dinamis yang ditandai oleh arus globalisasi dan
degitalisasi yang begitu cepat tanpa batas dan adanya peluang
interaksi positif antar kebudayaan dalam koridor Bhineka Tunggal Ika
dan spirit multikultural melalui pemberdayaan modal budaya,
penguatan karakter bangsa, pengembangan industri budaya serta
pemanfaatan diplomasi kebudayaan menuju kemajuan adab,
kesejahteraan dan kebahagiaan. Bersamaan dengan aneka peluang
positif tersebut, dinamika dunia di era millennial yang penuh dengan
disrupsi, distorsi, disharmoni, dan persoalan anomali juga perlu
diantisipasi sebagai permasalahan dan tantangan yang dapat
menyebabkan bergesernya atau pemunduran kebudayaan
kebudayaan lokal.
Guna memaksimalkan potensi dan peluang disatu pihak, serta
meminimalkan tantangan dan ancaman dipihak lain, diperlukan
langkah strategis melalui: perlindungan, pengembangan, pemanfaatan
sampai pembinaan guna mewujudkan masyarakat Indonesia sesuai
prinsip Tri Sakti yang disampaikan oleh Ir. Soekarno sebagai pendiri
NKRI, yaitu: (1) Berdaulat secara politik, (2) Berdikari secara ekonomi,
dan (3) Berkepribadian dalam kebudayaan. Langkah setrategis berupa
upaya pemajuan kebudayaan dipandang sebagai inventori untuk
membangun masa depan dan peradaban bangsa.
Gerakan pengembangan karakter manusia Bali merupakan satu
gerakan masip yang terukur dan terarah untuk peningkatan SDM
manusia Bali sehingga memiliki daya saing untuk melindungi,

4
melestarikan dan mengembang Budaya Bali sehingga tidak tergerus
oleh arus globalisasi yang begitu cepat.
Nilai-nilai demokrasi memengaruhi bagaimana masyarakat Bali
menjabarkan konsep demokrasi sebagai basis kekuatan dan
kemandirian dalam transisi demokrasi sekarang ini. Sementara,
penerapan nilai-nilai dan parameter demokrasi itu juga memengaruhi
bagaimana bentuk dan sifat relasi antara masyarakat Bali dengan
pemerintah sebagai bagian institusi negara. Tradisi budaya di Bali
sistem pemilihan secara langsung sudah lama diterapkan dalam
pergantian jabatan prajuru di desa-desa dataran di Bali. Mereka
biasanya dipilih dari, oleh dan untuk desa pakraman melalui paruman/
sangkepan krama yang secara khusus diadakan untuk itu.
Pemilihan prajuru bisanya berjalan secara demokratis sesuai aturan
yang tertuang dalam awig-awig desa. Di desa Bali Aga (pegunungan)
kepercayaan terhadap senioritas dan orang yang lebih berpengalaman
dalam memangku jabatan prajuru desa sangat besar. Budaya
demokrasi ini menjadikan krama desa di Bali tidak canggung dalam
sistem pemilihan umum langsung nasional untuk memilih presiden dan
wakil presiden, maupun pemilihan umum langsung untuk memilih
gubernur dan bupati.
Keterlibatan krama desa dalam ikut mengawasi penggunaan
keuangan desa, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
lembaga desa pakraman dalam penyelenggaraan pemerintahan di
desa sudah mulai terlihat. Ada hubungan simetris antara
kesederhanaan prasyaratan untuk menjadi prajuru desa dengan
kualitas dan kemampuan manajerialnya dalam mengelola sumber-
sumber dana desa pakraman. Dengan berkembangnya konsep desa-
kala patra yang bermakna bahwa variasi yang ada memang diakui dan
dihargai, sesuai dengan daerah, waktu, dan situasi objektif yang
sedang terjadi. Bahkan kemudian ‘hak untuk berbeda’ dari suatu desa
pakraman juga dibenarkan dalam tatanan masyarakat Bali, sehingga
muncul ungkapan pembenaran yang dikenal dengan istilah desa
mawacara yang maksudnya hak desa pakraman untuk mengatur
dirinya sendiri sesuai dengan tradisi yang berkembang setempat.
Dalam kehidupan masyarakat Bali telah mewariskan segi-segi berpikir
positif yang patut ditumbuhkembangkan dalam penguatan kehidupan
demokrasi di Bali, diantaranya: tatas, tetes (kehati-hatian dalam
bertindak); tat twam asi (toleransi tanpa menonjolkan
perbedaan); paras paros (saling memberi dan menerima pendapat
orang lain); salunglung sabayantaka (bersatu teguh bercerai
runtuh); merakpak danyuh atau perbedaan pendapat tidak
menghilangkan persahabatan.

5
6. Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa :


Gerakan Pengembangan Karakter Manusaia Bali sangat perlu
dilakukan guna menjaga dan meningkatkan nilai
1. Jatidiri krama Bali tentang Seni Budaya
2. Integritas Krama Bali tentang Seni Budaya
3. Kualitas Krama Bali Tentang Seni Budaya
Sehingga Bali memiliki Sumber Daya Manusia berkarakter yang
memiliki daya saing yang dapat memanfaatkan, mengembangkan dan
melindungi Budaya Bali dari arus globalisasi sehingga tidak tergerus
oleh perkembangan jaman.

Anda mungkin juga menyukai