PANDUAN KERJA
TIM DESA KERTI BALI SEJAHTERA
PEMERINTAH PROVINSI BALI
melalui POLA PEMBANGUNAN SEMESTA BERENCANA
menuju BALI ERA BARU
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka mewujudkan visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali”, perlu keterlibatan langsung dan peran aktif pegawai
Pemerintah Provinsi Bali, sebagai aktor guna mempercepat pelaksanaan program pembangunan secara terukur.
Jumlah pegawai di Pemerintah Provinsi Bali di luar Guru SMA/SMK sebanyak 12.106 orang yang berasal dari seluruh
Desa/Kelurahan dan Desa Adat yang ada di Bali.
Merupakan potensi besar yang dapat diberdayakan dalam mempercepat dan mengimplementasikan pelaksanaan program
Pembangunan Provinsi Bali.
Pemerintah Provinsi Bali melakukan upaya inovatif dengan membentuk “Tim Desa Kerti Bali Sejahtera” dalam
membangkitkan Gerakan Semesta Berencana Membangun Bali dari Desa.
Tim Desa Kerti Bali Sejahtera dibentuk sebagai mediator dan fasilitator dalam mempercepat pelaksanaan program
pembangunan Pemerintah Provinsi Bali di Desa/Kelurahan dan Desa Adat.
Program ini merupakan kewajiban bagi pegawai Pemerintah Provinsi Bali untuk mensosialisasikan, mengedukasi,
mendampingi, memberdayakan, dan bekerjasama dengan masyarakat di Desa.
Tujuan Umum:
Tujuan Khusus:
Agar Pegawai Pemerintah Provinsi Bali, melalui Tim Desa Kerti Bali Sejahtera:
Berperan langsung dan aktif di tengah-tengah masyarakat melaksanakan Program Pembangunan
Pemerintah Provinsi Bali.
Berinteraksi sosial dengan masyarakat dan perangkat Desa untuk menggali informasi tentang
potensi dan permasalahan di Desa.
Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program pembangunan Pemerintah Provinsi Bali di
tingkat Desa/ Kelurahan dan Desa Adat.
Mengidentifikasi hambatan pembangunan yang ada di Desa/Kelurahan dan Desa Adat.
Memfasilitasi/mencarikan alternatif penyelesaian masalah pembangunan di Desa/Kelurahan dan
Desa Adat.
Pelaksanaan kegiatan Tim Desa Kerti Bali Sejahtera ditetapkan pada hari tertentu dan menyesuaikan dengan kondisi
di Desa/Kelurahan dan Desa Adat.
Tim berkewajiban membuat laporan sesuai dengan tata cara dan format yang ditetapkan sebagai indikator kinerja
terukur yang digunakan sebagai salah satu komponen dalam penilaian e-Kinerja Pegawai.
II
TATA KERJA
TIM DESA KERTI BALI SEJAHTERA
A
PEMAHAMAN
melalui POLA PEMBANGUNAN SEMESTA BERENCANA
VISI MISI
menuju BALI ERA BARU
VISI PEMBANGUNANAN DAERAH BALI
“Menjaga Kesucian dan Keharmonisan Alam Bali Beserta Isinya, Untuk Mewujudkan Kehidupan
Krama Bali Yang Sejahtera dan Bahagia, Sakala-Niskala Menuju Kehidupan Krama dan Gumi Bali
Sesuai Dengan Prinsip Trisakti Bung Karno: Berdaulat secara Politik, Berdikari Secara Ekonomi,
dan Berkepribadian dalam Kebudayaan Melalui Pembangunan Secara Terpola, Menyeluruh,
Terencana, Terarah, dan Terintegrasi Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia
Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasila 1 Juni 1945.”
MEWUJUDKAN BALI ERA BARU
Visi menuju Bali Era Baru diwujudkan dengan menata secara fundamental dan komprehensif
pembangunan Bali yang mencakup tiga aspek utama: Alam, Krama, dan Kebudayaan Bali
berdasarkan nilai-nilai Tri Hita Karana, yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi,
yaitu:
1 2 3 4 5 6
5 BIDANG PRIORITAS
PEMBANGUNAN BALI
Lima Bidang Prioritas tersebut didukung dengan pembangunan infrastruktur darat, laut, dan
udara secara terintegrasi dan terkoneksi.
B
PEMAHAMAN
PRODUK
melalui POLA PEMBANGUNAN SEMESTA BERENCANA
menuju BALI ERA BARU HUKUM
DAERAH
PEMAHAMAN PRODUK HUKUM
DAERAH
Tim Desa Kerti Bali Sejahtera berkewajiban memahami secara utuh:
Peraturan Gubernur Bali Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber yang telah
ditindaklanjuti dengan:
a. Surat Keputusan Gubernur Bali Nomor 381/03-P/HK/2021 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah Berbasis
Sumber di Desa/Kelurahan dan Desa Adat.
b. Instruksi Gubernur Bali Nomor 8324 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Berbasis
Sumber di Desa/Kelurahan dan Desa Adat.
Peraturan Gubernur Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai.
Peraturan Gubernur Bali Nomor 24 Tahun 2020 tentang Pelindungan Danau, Mata Air, Sungai, dan Laut.
Peraturan Gubernur Bali Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian,
Perikanan dan Industri Lokal Bali.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2019 tentang Sistem Pertanian Organik.
Peraturan Gubernur Bali Nomor 25 Tahun 2020 tentang Fasilitasi Pelindungan Pura, Pratima, dan Simbol
Keagamaan.
Peraturan Gubernur Bali Nomor 26 Tahun 2020 tentang Sistem Pengamanan Lingkungan Terpadu Berbasis
Desa Adat.
Peraturan Gubernur Bali Nomor 29 Tahun 2020 tentang Pelestarian Tanaman Lokal Bali sebagai Taman
Gumi Banten, Puspa Dewata, Usada, dan Penghijauan.
Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 4 Tahun 2021 tentang Penggunaan Kain Tenun Endek/Kain Tenun
Tradisional Bali.
Percepatan pelaksanaan Program Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber di Desa/Kelurahan dan Desa Adat.
Percepatan pelaksanaan Program Pelindungan Danau, Mata Air, Sungai, dan Laut.
Percepatan pelaksanaan Program Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri
Lokal Bali.
Tim Desa Kerti Bali Sejahtera dalam melaksanakan tugas di Desa/Kelurahan dan Desa Adat agar
berkolaborasi dan bersinergi dengan:
Tim Desa Kerti Bali Sejahtera agar memfasilitasi kebutuhan pelaksanaan program secara
swadaya dengan bergotong-royong dari warga Desa/Kelurahan dan Desa Adat, serta pihak lain.
Tim Desa Kerti Bali Sejahtera agar mengadakan pertemuan secara rutin yang melibatkan
Perbekel, Lurah, Bandesa Adat, dan Tokoh Masyarakat, serta warga Desa/Kelurahan dan Desa Adat.
Setiap pertemuan difasilitasi oleh Tim Desa Kerti Bali Sejahtera, dan tidak boleh membebani
APB Desa dan Desa Adat.
III
SOSIALISASI KEBIJAKAN
PEMERINTAH PROVINSI BALI
SOSIALISASI KEBIJAKAN
PEMERINTAH PROVINSI BALI
Tim Desa Kerti Bali Sejahtera wajib melakukan sosialisasi dan memberikan pemahaman secara utuh kepada
Masyarakat, mengenai:
Percepatan Pelaksanaan Program Prioritas Pemerintah Provinsi Bali di tingkat Desa/Kelurahan dan
Desa Adat.
Percepatan Pelaksanaan Program Pendukung Pemerintah Provinsi Bali di tingkat Desa/Kelurahan dan
Desa Adat
IV
PELAKSANAAN PROGRAM
PEMERINTAH PROVINSI BALI
DI TINGKAT DESA/KELURAHAN DAN DESA ADAT
A
PERCEPATAN
melalui POLA PEMBANGUNAN SEMESTA BERENCANA
PENGELOLAAN
menuju BALI ERA BARU
SAMPAH BERBASIS
SUMBER
Melaksanakan Sosialisasi dan Edukasi Pengelolaan
Sampah Berbasis Sumber
a. Sampah harus diselesaikan di sumbernya atau di tempat asalnya, siapa yang menghasilkan sampah dialah yang harus menanganinya. Sangat
tidak bijak, kalau sampah yang dihasilkan dibebankan kepada orang lain, dengan Slogan:
“DESAKU BERSIH TANPA MENGOTORI DESA LAIN”.
b. Perbekel/Lurah dan Bandesa Adat bertanggung jawab terhadap pengelolaan sampah di Desa/Kelurahan dan Desa Adat masing-masing.
c. Pengelolaan sampah berbasis sumber dilaksanakan berpedoman pada Buku Pedoman Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber di
Desa/Kelurahan dan Desa Adat.
d. Dalam berpartisipasi aktif mengelola sampah berbasis sumber diperlukan sinergitas antara Desa/Kelurahan dan Desa Adat dengan seluruh
komponen masyarakat yang ada.
e. Sumber pendanaan dari APB Desa, meliputi: Iuran warga, Dana Desa dari APBN, Alokasi Dana Desa (ADD), Retribusi Pajak Daerah,
Pendapatan Asli Desa, bantuan pihak ketiga, dan sumber pendapatan lainnya yang sah.
f. Tahun 2021 program ini sudah harus mulai dilaksanakan dan paling lambat tahun 2022 semua Desa/Kelurahan dan Desa Adat sudah harus
melaksanakan.
g. Dalam rangka mendorong percepatan Program Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber, Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah
Kabupaten/Kota melakukan evaluasi melalui Lomba Desa/Kelurahan dan Desa Adat Sad Kerthi, secara berjenjang, mulai tahun 2021.
h. Pada tahun 2023, sudah dapat dilaksanakan Deklarasi: “BALI BERSIH DARI SAMPAH”.
a. Memfasilitasi penyediaan lahan untuk TPS. Dalam hal di Desa/Kelurahan dan Desa
Adat tersedia lahan milik Pemerintah Daerah, agar difasilitasi proses permohonannya
sampai tuntas, sehingga dapat dimanfaatkan.
b. Memfasilitasi penyediaan peralatan yang diperlukan untuk pengelolaan sampah
berbasis sumber.
c. Memfasilitasi akses dan cara pemasaran produk olahan sampah.
d. Memfasilitasi akses memperoleh sumber pendanaan.
a. Bahaya penggunaan bahan plastik sekali pakai terhadap pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan serta kesehatan warga Desa/Kelurahan dan Desa Adat.
b. Melarang warga menggunakan bahan plastik sekali pakai, seperti tas kresek, pipet, dan
stereofoam serta minuman kemasan plastik (air minum dalam kemasan) dalam berbagai aktifitas,
seperti:
1) Larangan untuk memakai dalam kebutuhan sehari-hari.
2) Larangan untuk memakai sebagai sarana upacara adat dan keagamaan.
3) Larangan untuk dijual atau dibeli di warung, Pasar Tradisional, dan Pasar Modern.
c. Melarang warga membuang sampah plastik sekali pakai di sembarang tempat termasuk ke
Danau, Mata Air, Sungai, dan Laut.
d. Agar Desa Adat membuat Pararem yang melarang warga memakai bahan plastik sekali pakai.
e. Penggunaan bahan ramah lingkungan oleh warga Desa/Kelurahan dan Desa Adat.
a. Mendampingi warga untuk menumbuhkan kesadaran tentang bahaya sampah plastik sekali pakai.
b. Mengingatkan warga secara terus-menerus untuk tidak menggunakan bahan plastik sekali pakai.
c. Mengajak warga untuk menggunakan bahan ramah lingkungan sebagai pengganti bahan plastik
sekali pakai.
d. Mengingatkan warga saat berbelanja di pasar/warung agar selalu membawa tas bukan dari bahan
plastik sekali pakai.
e. Mengingatkan para pedagang di pasar/warung tidak menjual/menyediakan tas dari bahan plastik
sekali pakai.
a. Memberi pemahaman bahwa Danau, Mata Air, Sungai, dan Laut perlu dilindungi karena menjadi
sumber kehidupan sakala-niskala warga Desa/Kelurahan dan Desa Adat.
b. Memberi pemahaman kepada warga Desa/Kelurahan dan Desa Adat mengenai menurunnya secara
kualitas dan kuantitas kondisi Danau, Mata Air, Sungai, dan Laut beserta lingkungannya.
c. Melarang menebang pohon disekitar Danau, Mata Air, Sungai, dan Laut.
d. Melarang warga melakukan pengambilan atau penambangan pasir pantai di Pesisir Laut.
e. Melarang warga membuang atau mengalirkan langsung limbah, sampah dan kotoran ke Danau,
Mata Air, Sungai, dan Laut.
f. Pembuatan Awig-awig dan/atau Pararem oleh Desa Adat untuk melarang warga membuang
sampah limbah dan kotoran ke Danau, Mata Air, Sungai, dan Laut.
g. Sanksi hukum yang dapat dijatuhkan kepada pihak-pihak yang membuang sampah, mengotori,
dan/atau mencemarkan Danau, Mata Air, Sungai, dan Laut.
a. Mendampingi warga untuk menumbuhkan kesadaran tentang fungsi Danau, Mata Air, Sungai,
dan Laut bagi kehidupan warga Desa/Kelurahan dan Desa Adat sakala-niskala.
b. Mengingatkan warga Desa/Kelurahan dan Desa Adat secara terus-menerus untuk tidak membuang
sampah, mengotori, dan/atau mencemarkan Danau, Mata Air, Sungai, dan Laut.
c. Mendampingi warga melakukan kegiatan penghijauan di sekitar Danau, Mata Air, Sungai, dan
Laut.
d. Mendampingi warga menerapkan sistem pertanian organik di sekitar Danau, Mata Air, Sungai.
e. Mengajak masyarakat bergotong-royong dalam membersihkan Danau, Mata Air, Sungai, dan Laut.
f. Mengkampanyekan Slogan: “AIRKU BERSIH HIDUPKU SEHAT”.
b. Menfasilitasi penyediaan bibit pohon untuk kegiatan gotong royong penghijauan di sekitar
Danau, Mata Air, Sungai, dan Laut.
a. Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali di kalangan dunia
usaha dan masyarakat belum menunjukan keberpihakan kepada petani dan pengerajin.
b. Memberi pemahaman manfaat dari pemasaran dan pemanfaatan produk Pertanian, Perikanan
dan Industri Lokal Bali bagi peningkatan kesejahteraan warga Desa/Kelurahan dan Desa Adat.
c. Tata cara melakukan usaha, pemasaran, dan pemanfaatan produk pertanian, Perikanan dan
Industri Lokal Bali.
d. Tata niaga produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali yang berpihak kepada warga
Desa/Kelurahan dan Desa Adat.
e. Pembuatan Pararem oleh Desa Adat untuk menggunakan produk Pertanian, Perikanan dan Industri
Lokal Bali dalam kegiatan adat dan keagamaan.
a. Mengajak warga untuk menggunakan produk pertanian, perikanan dan industri lokal Bali
dalam segala kegiatan seperti kegiatan keagamaan, kemasyarakatan, dan kedinasan.
b. Mengingatkan warga secara terus-menerus untuk mengutamakan pemanfaatan hasil pertanian,
perikanan dan industri lokal Bali yang dihasilkan dari Desa/Kelurahan dan Desa Adat setempat.
c. Melakukan gerakan bersama untuk membangkitkan kebanggaan memanfaatkan produk
pertanian, perikanan dan industri lokal Bali.
d. Mengingatkan pedagang di pasar/warung agar menjual hasil pertanian, perikanan dan industri
lokal Bali yang dihasilkan dari Desa/Kelurahan dan Desa Adat setempat.
e. Melarang pedagang di pasar/warung menjual produk impor.
f. Mengkampanyekan Slogan:
“CINTAI DAN GUNAKANLAH PRODUK LOKAL BALI”.
a. Memfasilitasi produk pertanian, perikanan dan industri lokal Bali yang berkualitas
memenuhi standar mutu untuk dipasarkan di Hotel, Restoran, Catering, dan Pasar Modern.
c. Mengaktifkan “Pasar Gotong-royong” tingkat Desa untuk membeli produk pertanian, perikanan
dan industri lokal Bali.
a. Petani semakin tergantung terhadap penggunaan pupuk dan obat–obatan sintesis serta varietas unggul yang
menyebabkan menurunnya kesuburan tanah, keanekaragaman hayati, dan kualitas lingkungan hidup, untuk itu
sangat perlu menerapkan pertanian organik di seluruh Bali, untuk mewujudkan Bali sebagai pulau
organik.
b. Pertanian Organik merupakan cara bertani yang menekankan kesehatan ekosistem pertanian dengan
penggunaan bahan-bahan alami tanpa bahan kimia sintetis dan produk hasil rekayasa gen dengan menghindari
segala asupan sintetik, baik berupa pupuk sintetik, herbisida, maupun pestisida sintetik.
c. Penerapan sistem pertanian organik dapat menjaga kesuburan tanah, keanekaragaman hayati, dan kualitas
lingkungan hidup.
d. Penyelenggaraan sistem pertanian organik merupakan upaya menjamin kualitas dan keamanan pangan.
e. Penggunaan pupuk organik dari hasil pengolahan sampah organik atau pupuk organik yang dikembangkan
secara tradisional dan inovatif sesuai kearifan lokal dengan swadaya oleh masyarakat Desa, dengan memakai
bahan alami yang ada di Desa.
f. Pembuatan Pararem oleh Desa Adat untuk melaksanakan pertanian organik.
a. Mendampingi menerapkan Pertanian Organik di pekarangan Rumah warga, lahan milik Desa,
sekitar Danau, Mata Air, dan Sungai di Desa/Kelurahan dan Desa Adat.
b. Bersama warga menerapkan sistem pertanian organik dengan pemberian pupuk organik yang
berbahan dasar limbah pertanian dan sampah rumah tangga yang banyak tersedia namun belum
memanfaatan secara optimal.
a. Memfasilitasi warga memperoleh bibit organik, pupuk organik, dan pestisida organik sesuai
kebutuhan.
b. Memfasilitasi melalui pendampingan cara pembuatan pupuk organik dan pestisida organik.
c. Memfasilitasi perolehan sertifikat organik untuk sistem budidaya organik maupun sistem
pertanian organik yang telah memenuhi persyaratan.
d. Memfasilitasi pendampingan para petani yang akan melaksanakan pertanian organik mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, pemanenan sampai dengan pengolahan hasil.
e. Memfasilitasi pembentukan demonstrasi plot (demplot) budidaya padi sawah berbasis
Pertanian Organik dilakukan di Desa atau Subak.
f. Memfasilitasi pendistribusian, akses pasar, dan promosi produk pertanian organik.
1) Memberikan pengetahuan kepada warga Desa/Kelurahan dan Desa Adat untuk melaksanakan
pelestarian dan penggalian seni tradisi yang ada di Desa Adat untuk penguatan dan
pemajuan kebudayaan Bali.
2) Tata cara pelestarian dan penggalian seni tradisi yang ada di Desa Adat untuk penguatan dan
pemajuan kebudayaan Bali sebagai pusat peradaban dunia (Bali Padma Bhuwana).
3) Pengembangan Seni Tradisi yang ada di Desa Adat sesuai dengan kearifan lokal dan Dresta Bali
dalam mengantisipasi dinamika perubahan masyarakat yang bersifat lokal, nasional, dan global.
1) Mendampingi warga untuk mengidentifikasi jenis Tari Sakral yang merupakan tradisi di Desa
Adat.
2) Mendampingi warga dalam membentuk Komunitas Peduli Seni Tari Sakral Bali di Desa Adat.
3) Mengingatkan warga Desa/Kelurahan dan Desa Adat secara terus-menerus pentingnya
Pelindungan Tari Sakral Bali yang ada di Desa Adat dalam memperkuat Bali sebagai pusat
peradaban dunia (Bali Padma Bhuwana).
2) Memfasilitasi warga Desa/Kelurahan dan Desa Adat dengan melibatkan pihak-pihak terkait
dalam Pelindungan Tari Sakral Bali yang ada di Desa Adat untuk mengantisipasi dinamika
perubahan masyarakat yang bersifat lokal, nasional, dan global.
1) Busana adat Bali merupakan bagian dari kekayaan budaya nasional yang perlu dilestarikan dalam
rangka pembinaan dan pengembangan budaya nasional.
2) Memberikan pemahaman kepada warga mengenai kemanfaatan Penggunaan Busana Adat Bali
bagi pertumbuhan perekonomian pengrajin Busana Adat Bali di Desa/Kelurahan dan Desa Adat.
3) Kita semua wajib menjaga dan memelihara kelestarian Busana Adat Bali dalam rangka
meneguhkan jati diri, karakter, dan budi pekerti.
4) Hari Penggunaan Busana Adat Bali mendorong peningkatan pemanfaatan produk dan industri
busana lokal Bali.
5) Tata cara menggunakan Busana Adat Bali sesuai Dresta, Kearifan Lokal, dan Kebutuhan.
1) Memberikan informasi kepada warga Desa/Kelurahan dan Desa Adat bahwa pengamanan
terpadu di Desa Adat diatur dengan sistem Sistem Pengamanan Lingkungan Terpadu Berbasis
Desa Adat (SIPANDU BERADAT).
2) Memberikan informasi kepada warga Desa/Kelurahan dan Desa Adat tentang pola Sistem
Pengamanan Lingkungan Terpadu Berbasis Desa Adat yang melibatkan Pacalang, Pelindungan
Masyarakat, Babinkamtibmas dan/atau Pam Swadaya.
1) Taman Gumi Banten adalah areal/kawasan yang berisi/ditanami berbagai jenis tanaman
yang dapat difungsikan sebagai sarana upacara bagi masyarakat Hindu.
2) Taman Puspa Dewata adalah areal/kawasan yang berisi/ditanami berbagai jenis kelompok
tanaman bunga-bungaan khas Bali yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana upakara dan
persembahyangan.
3) Taman Usada adalah areal/kawasan yang berisi/ditanami berbagai jenis tanaman yang
mempunyai manfaat sebagai bahan penyehatan tradisional Bali yang dapat diterapkan sesuai
dengan norma dan aturan yang berlaku di masyarakat.
4) Tanaman Lokal adalah tanaman yang tumbuh, berkembang, dibudidayakan, dan
dimanfaatkan sesuai dengan kearifan lokal masyarakat Bali.
1) Mengajak warga untuk menanam dan memelihara Tanaman Lokal Bali sebagai Taman
Gumi Banten, Puspa Dewata, Usada, dan Penghijauan.
2) Mengajak warga untuk memanfaatkan hasil tanaman lokal Bali untuk keperluan sarana
upacara, sarana upakara, persembahyangan, dan bahan penyehatan tradisional Bali.
1) Memfasilitasi warga Desa/Kelurahan dan Desa Adat untuk memenuhi sarana produksi (pupuk
organik, pestisida organik, bibit, dan sebagainya) dalam pelestarian Tanaman Lokal Bali.
2) Memfasilitasi warga Desa/Kelurahan dan Desa Adat dalam pembudidayaan tanaman lokal Bali.
3) Memfasilitasi warga Desa/Kelurahan dan Desa Adat dalam pemanfaatan dan pemasaran produksi
tanaman lokal Bali.
3) Memotivasi warga untuk mengembangkan motif kekinian dari Kain Tenun Endek Bali/Kain
Tenun Tradisional Bali.
4) Memfasilitasi warga Desa/Kelurahan dan Desa Adat perolehan bahan baku Kain Tenun Endek
Bali/Kain Tenun Tradisional Bali.
3. Memfasilitasi permodalan usaha perekonomian Desa/Kelurahan dan Desa Adat melalui KUR,
pinjaman lunak, dan program Pemerintah lainnya.
4. Memfasilitasi akses pemasaran dan promosi hasil usaha perekonomian Desa/Kelurahan dan
Desa Adat secara konvensional dan digital.
MATUR SUKSMA