Anda di halaman 1dari 6

Abstrak

Indonesia is a country that has more than 13 thousand islands, each province has cultural values
and natural beauty that can support the sustainability of Indonesian tourism. From year to year,
many tourists from abroad have visited Indonesia for tourism. Tourists not only seek for the
natural beauty that Indonesia has, but also seek for the unique culture of Indonesia. One of the
provinces that has a culture that is thick with unique spiritual and cultural values is Bali. Bali is a
province known as the island of a thousand temples and the island of the gods. Balinese culture
itself has been regulated in Act No. 2 / 2012 concerning Bali Tourism. Bali tourism is built
within the values of Hindu religious teachings and also the values of Tri Hita Karana or which
can be translated as the three causes of well-being. The values of Tri Hita Karana teach Balinese
people to build harmonious relationships with God, fellow human beings and their environment.
These values usually underlie the existence of Balinese cultural heritage such as subak, ogoh-
ogoh, the Kecak dance, and many more.

Pendahuluan

Indonesia merupakan negara yang memiliki pulu sebanyak 13 ribu lebih, tiap – tiap provinsinya
memiliki niai budaya dan keindahan alam yang dapat mendukung keberlanjutan kepariwisataan
Indonesia. Selama ini dari tahun – ke tahun telah banyak wisatawan dari mancanegara yang
mengunjungi Indonesia untuk beriwisata. Para wisatawan tidak hanya menyukai keindahan alam
yang dimiliki Indonesia, tapi juga menyukai kebudayaan yang unik dari Indonesia. Salah satu
provinsi yang memiliki kebudayaan yang kental akan nilai spiritual dan kebudayaan yang unik
adalah Bali. Bali merupakan provinsi yang dijuluki pulau seribu pura dan pulau dewata.
Kebudayaan Bali sendiri telah diatur dalam Undang – Undang No 2 Tahun 2012 tentang
Kepariwisataan Bali. Kepariwisataan Bali dibangun berdasarkan nili ajaran agama Hindhu dan
juga nilai Tri Hita Karana atau yang dapat diterjemahkan sebagai tiga penyebab kesejahteraan.
Nilai Tri Hita Karana mengajarkann untuk masyarakat Bali agar membangun hubungan yang
harmonis dengan Tuhan, sesame manusia, dan lingkungannya. Nilai – nilai ini biasanya
melandasi eksistensi warisan budaya Bali seperti subak, ogoh – ogoh, tari kecak, dan masih
banyak lagi.
Pembahasan

A. Dasar Hukum dan Dasar Penyelenggaraan kepariwisataan Bali


Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (UU Kepariwisataan)
menjadi landasan hukum atas kebebasan melakukan perjalanan dan memanfaatkan waktu luang
dalam wujud berwisata yang merupakan bagian dari hak asasi manusia. Selain itu,
kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara
sistematis, terencana, menyeluruh, berkelanjutan, dan bertanggung jawab dengan melestarikan
nilai-nilai religi, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestarian dan kualitas lingkungan serta
kepentingan nasional. Oleh karena itu, pariwisata dituntut untuk mendorong pemerataan
kesempatan dan keuntungan usaha serta mampu menjawab tantangan perubahan kehidupan
lokal, nasional dan global. 
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwistaan Bali
khusunya dalam Pasal 1 angka 14 menegaskan bahwa Kepariwisataan Budaya Bali adalah
kepariwisataan Bali yang berlandaskan kepada Kebudayaan Bali yang dijiwai oleh ajaran Agama
Hindu dan falsafah Tri Hita Karana sebagai potensi utama dengan menggunakan kepariwisataan
sebagai wahana aktualisasinya, sehingga terwujud hubungan timbal-balik yang dinamis antara
kepariwisataan dan kebudayaan yang membuat keduanya berkembang secara sinergis, harmonis
dan berkelanjutan untuk dapat memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, kelestarian budaya
dan lingkungan. Pasal 2 menegaskan Penyelenggaraan Kepariwisataan Budaya Bali dilaksanakan
berdasarkan pada asas manfaat, kekeluargaan, kemandirian, keseimbangan, kelestarian,
partisipatif, berkelanjutan, adil dan merata, demokratis, kesetaraan dan kesatuan yang dijiwai
oleh nilainilai Agama Hindu dengan menerapkan falsafah Tri Hita Karana.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2020 Tentang Standar Penyelenggaraan
Kepariwisataan Budaya Bali Pasal 1 angka 13 bahwa Standar Kepariwisataan Budaya Bali
adalah penetapan tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman dan dasar penilaian
penyelenggaraan kepariwisataan budaya Bali. Pasal 8 Ayat (1) bahwa Desa Adat/lembaga
tradisional/kelompok masyarakat mempunyai hak untuk mengembangkan Wisata pedesaan
sesuai dengan potensi setempat dan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan

B. Warisan Budaya Yang Dilindugi di Bali


Warisan budaya adalah segala sesuatu yang berasal dari nilai-nilai, adat istiadat,
kepercayaan, bahasa, seni, arsitektur, teknologi, pengetahuan, dan keterampilan yang diwariskan
dari generasi ke generasi dalam suatu masyarakat. Warisan budaya meliputi semua aspek
kehidupan manusia, termasuk sejarah, lingkungan, dan keanekaragaman budaya suatu daerah
atau negara. Warisan budaya dapat diwariskan dalam bentuk fisik seperti bangunan, seni rupa,
dan benda-benda sejarah, serta dalam bentuk non-fisik seperti lagu, tarian, cerita rakyat, dan
tradisi adat istiadat. Warisan budaya merupakan aset berharga yang harus dilestarikan dan dijaga
agar dapat diteruskan ke generasi selanjutnya. Warisan budaya khususnya daerah Bali memiliki
banyak warisan budaya yang dilindungi, di antaranya adalah:
1) Subak System: Subak System adalah sistem irigasi tradisional yang ditemukan di
Bali. Sistem ini dianggap sebagai salah satu warisan budaya dunia oleh UNESCO
pada tahun 2012.
2) Ogoh-ogoh: Ogoh-ogoh adalah patung raksasa dari berbagai karakter mitologi
Hindu yang dibuat khusus untuk menghormati Dewa Nyepi. Ogoh-ogoh
diparadekan di seluruh Bali setiap menjelang Hari Raya Nyepi.
3) Barong dan Rangda: Barong dan Rangda adalah dua karakter penting dalam seni
tari Bali. Barong melambangkan kebaikan, sedangkan Rangda melambangkan
kejahatan. Pertunjukan tari Barong dan Rangda sering kali diadakan selama
festival dan upacara di Bali.
4) Kecak Dance: Kecak Dance adalah jenis tarian yang berasal dari Bali. Tarian ini
menampilkan gerakan dan suara yang dramatis, dan biasanya dipentaskan untuk
menghormati Dewa Rama.
5) Batik Bali: Batik Bali adalah teknik pembuatan kain tradisional yang
menggunakan lilin untuk membuat pola pada kain. Batik Bali sangat terkenal dan
sering dipakai dalam pakaian tradisional Bali.
Adapun secara kriteria atau indikator warisan budaya yang dilindungi di Bali yaitu:
1) Usia: Warisan budaya yang telah berusia ratusan tahun atau lebih, seperti
candi-candi atau pura-pura kuno, dapat dianggap sebagai warisan budaya
yang patut dilindungi.
2) Keterkaitan dengan kepercayaan: Warisan budaya yang terkait dengan
kepercayaan masyarakat Bali, seperti pura, upacara keagamaan, dan tradisi
spiritual, dapat dianggap sebagai warisan budaya yang patut dilindungi.
3) Keterkaitan dengan kehidupan masyarakat: Warisan budaya yang terkait
dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Bali, seperti seni tari, seni rupa,
dan arsitektur tradisional, dapat dianggap sebagai warisan budaya yang
patut dilindungi.
4) Kondisi fisik: Warisan budaya yang masih dalam kondisi baik dan terawat
dengan baik, dapat dianggap sebagai warisan budaya yang patut dilindungi
5) Nilai estetika dan artistik: Warisan budaya yang memiliki nilai estetika dan
artistik yang tinggi, seperti seni tari atau seni rupa tradisional, dapat
dianggap sebagai warisan budaya yang patut dilindungi.
6) Nilai sejarah: Warisan budaya yang memiliki nilai sejarah yang tinggi,
seperti situs sejarah atau arsip dokumenter, dapat dianggap sebagai warisan
budaya yang patut dilindungi.
7) Kepentingan nasional dan internasional: Warisan budaya yang memiliki
kepentingan nasional dan internasional, seperti tempat yang terdaftar
sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, dapat dianggap sebagai warisan
budaya yang patut dilindungi.
Kesimpulan

Dasar hukum dan penyelegaraan pariwisata bali diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi
Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwistaan Bali serta Peraturan Daerah Provinsi Bali
Nomor 5 Tahun 2020 Tentang Standar Penyelenggaraan Kepariwisataan Budaya Bali. Adapun
warisan yang dilindungi dilihat dari usia serta nilai estetika dan artistik adapun sebagai
contohnya yaitu sistem subak, ogoh-ogoh, barong dan rangda, tari kecak dan batik bali.
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwistaan Bali.

Kepariwistaan Bali serta Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2020 Tentang

Standar Penyelenggaraan Kepariwisataan Budaya Bali.

Anda mungkin juga menyukai