Anda di halaman 1dari 5

C.

Limbah Padat Berbahaya di Perkotaan


 Limbah Padat Berbahaya
Limbah padat berbahaya adalah setiap bahan yang tidak dikehendaki atau
residu yang dapat menimbulkan ancaman besar terhadap kesehatan atau lingkungan.
Berbagai jenis bahan termasuk pada kelompok luas ini, sehingga mungkin ada
gunanya untuk memperhatikan limbah berbahaya sebagai subkelompok seperti
pestisida dan bahan kimia sintetik. Perhatikan bahwa bahan kimia dalam tabel ini
memegang peranan penting dalam kegiatan produksi. Sering terjadi bahwa sifat yang
menyebabkan bahan kimia tersebut penting dalam proses produksi adalah sifat yang
menyebabkan bahan tersebut berbahaya bagi masyarakat ketika bahan tersebut
memasuki aliran limbah. Aliran limbah menunjukkan serangkaian kejadian mulai dari
produksi limbah dan selanjutnya meliputi pengangkutan, penyimpanan pengelolaan,
dan pembuangan bahan tersebut. Risiko lingkungan dan kesehatan muncul baik
disebabkan oleh produksi berlebihan ataupun pengelolaan yang kurang tepat dari
bahan tersebut ketika mereka memasuki aliran limbah.
(tabel pestisida dan bahan kimia organik sintetik)
 Sumber dan Besar Permasalahannya
Negara manapun di dunia ini harus berusaha menangani risiko dari limbah
yang makin menumpuk. Negara sedang berkembang, termasuk Indonesia, juga
menghadapi masalah yang serupa ketika mereka berkembang menjadi ekonomi yang
lebih industrial. Negara berkembang ini juga harus berjuang melawan limbah yang
sengaja dibuang di dalam wilayahnya oleh perusahaan dari negara maju yang
berusaha menghindari biaya dan hambatan aturan pembuangan limbah. Tidak
diragukan lagi bahwa limbah padat terdapat di mana-mana di atas bumi ini, tidak
terkecuali di Denpasar dan tidak perlu dipertanyakan lagi bahwa mengabaikan
masalah limbah ini akan menimbulkan risiko yang berat.
 Limbah Padat Perkotaan
Setiap masyarakat harus berurusan dengan pengumpulan dan pembuangan
sampah. Limbah Padat Perkotaan (LPP), sebagaimana biasa disebut tidak lain dari
kumpulan kaleng, botol, sisa makanan, surat kabar, potongan rumput, dan perabot
rumah tangga yang sudah tua yang merupakan ciri kehidupan sehari- hari. Bagaimana
mungkin hal remeh seperti sampah bisa menjadi satu permasalahan? Sebagian
disebabkan oleh karena masyarakat memandang sampah sebagai bagian dari
kehidupan sehari-hari yang tidak layak mendapatkan perhatian khusus. Sepanjang
tumpukan koran bekas dan sampah tidak terlihat lagi di sudut jalan, -- yakni sampai
pejabat pemerintah menggagas tempat pembuangan sampah di blok perumahan
lainnya. Reaksi yang umum bersifat negatif - memasang tanda "DILARANG
MEMBUANG SAMPAH DISINI (DMSD)". Respons dari masyarakat seperti ini
ditambah lagi dengan tren pertumbuhan LPP dan sistem pembuangan yang makin tua
menyebabkan masyarakat menghadapi masalah yang pelit.
Sebagai bagian dari aliran limbah tidak berbahaya, LPP tidak menimbulkan
ancaman langsung terhadap kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Walaupun
demikian, ada risiko terhadap masyarakat dan ekologi apabila muncul sampah dalam
jumlah terlalu banyak atau apabila dikelola dengan kurang memadai. Seperti banyak
negara sangat tergantung pada pembuangan LPP di darat dengan sistem landfill
(selanjutnya disebut TPA = tempat pembuangan akhir). Kondisi TPA yang kurang
sehat dapat mengakibatkan kontaminasi air dan tanah yang menyebarkan bakteri
penyakit. Risiko yang lebih parah adalah pembuangan bahan beracun ke dalam
lingkungan. Kontaminasi racun bisa muncul dari proses dekomposisi alami atau
adanya buangan bahan beracun dari rumah tangga atau industri bercampur pada TPA.
Akan muncul juga pencemaran atmosfer yang disebabkan oleh gas yang keluar dari
dekomposisi limbah atau dari pembakaran limbah yang kurang sempurna.
Dengan mengingat kemungkinan kerusakan yang ditimbulkannya, kebijakan
publik diperlukan untuk mengawasi praktek pengelolaan limbah, mencari cara
pemulihan dan pemakaian ulang bahan dari limbah, dan untuk mengembangkan
teknologi baru. Sebagian besar tanggung jawab mengenai masalah limbah diserahkan
kepada pemerintah setempat dengan pengawasan dari pemerintah daerah. Pendekatan
semacam ini memberikan fleksibilitas yang lebih tinggi dalam merencanakan program
pengelolaan limbah dibandingkan dengan pengawasan limbah berbahaya. Pada
masyarakat tertentu, kebijakan yang inovatif telah dikembangkan untuk menangani
TPA, termasuk pemakaian instrumen pasar untuk mencapai tujuan lingkungan yang
telah ditentukan.
 Sifat Limbah Padat Perkotaan (LPP)
Kecenderungan. Banyak masyarakat telah mencermati makin membesarnya
aliran LPP, satu fenomena yang hanya sebagian terkait dengan pertumbuhan
penduduk. Pertumbuhan LPP per kapita juga mengalami peningkatan, yang
menunjukkan bahwa sifat satu masyarakat sebagai “masyarakat pembuang” (biasa
membuang barang setelah dipakai) tampaknya sangat tepat. Produk yang
kedaluwarsa, advertensi yang persuasif yang mendorong konsumsi berlebihan, dan
ketergantungan pada produk makanan dalam kemasan, kesemuanya ini menambah
permasalahan LPP. Terlepas dari kecenderungan pertumbuhan LPP yang nyata-nyata
ini, di lain pihak, perkembangan menuju praktek pengelolaan limbah yang lebih baik
ternyata jauh tertinggal.
Selama bertahun-tahun kebanyakan negara industri sangat tergantung pada
pembuangan LPP dengan sistem TPA, satu sistem yang setidaknya untuk sementara
waktu merupakan cara pemecahan yang dapat diterima.
Komposisi LPP. Untuk mengetahui apa saja yang membentuk LPP, kita dapat
melihat komposisinya baik berdasarkan jenis produk yang dibuang maupun jenis
bahan yang memasuki aliran LPP. Kelompok produk yang dimaksud adalah barang
tahan lama (seperti alat rumah tangga, mebel dan ban), barang tidak tahan lama
(seperti majalah, bahan pakaian, oli, aki, dan alat pembersih), kaleng dan kemasan,
makanan, dan sampah pekarangan. Tabel 13.2 (a) menyajikan proporsi relatif
berdasarkan beratnya dari sejumlah 208 juta ton LPP pada tahun 1995 di Amerika
Serikat. Perhatikan bahwa kaleng dan kemasan mencapai lebih dari sepertiga dari
jumlah sampah seluruhnya, atau 72,9 juta ton. Kelompok bahan yang ada pada LPP
adalah kertas dan karton, sampah pekarangan, sisa makanan, gelas, logam, plastik,
tekstil, karet dan kayu. Proporsi kategori ini disajikan pada Tabel 13.1 (b), yang
menunjukkan proporsi tertinggi terjadi pada buangan kertas dan karton pada tahun
1995, yang meliputi sekitar 39,2 persen dari total.
Di Indonesia, meskipun akan menjadi negara industri, komposisi limbah padat
ini pasti sangat berbeda karena adanya pemulung. Meskipun demikian tabel di atas
mungkin juga berguna sebagai ilustrasi. Perbedaan ini mungkin juga merefleksikan
perbedaan kultur, kesadaran lingkungan, keadaan ekonomi, dan peraturan pemerintah.
Sudah tentu perbandingan statistik antar negara industri dan negara berkembang
(Indonesia) tidak sepenuhnya dapat dipercaya. Metode estimasi dan bahkan definisi
LPP sering berbeda.
 Tinjauan Umum Kebijakan
Seperti disebutkan di depan, bahwa tanggung jawab pengelolaan limbah tidak
berbahaya sebagian besar didelegasikan kepada pemerintah setempat (kabupaten/kota
madya) dan bantuan pemerintah daerah provinsi dan pusat. Pendelegasian
kewenangan ini berarti bahwa pengambil keputusan menganggap bahwa pengawasan
LPP adalah kewenangan yang sebaiknya diletakkan dekat dengan sumbernya. Tidak
semua komunitas menghadapi masalah yang sama, dan malah di antara komunitas
yang mengalami masalah yang sama, tingkat risiko lingkungan dapat sangat berbeda
antar lokasi. Faktor seperti jumlah penduduk, umur TPA, dan kedekatan TPA dengan
air permukaan dan bawah tanah adalah beberapa faktor, untuk menyebut beberapa
faktor saja, yang mempengaruhi hasil akhir.
Oleh karena kabupaten/kota madya bertanggung jawab terhadap rencana
limbah yang tidak berbahaya, mereka mempunyai kebebasan untuk mengembangkan
program yang efektif biaya. Beberapa kabupaten dan kota madya yang
mengembangkan rencana yang terbaik, “sistem manajemen limbah terpadu”. Sistem
ini menggunakan kombinasi berbagai teknik dan program yang ditujukan, dengan
urutan berikut ini, untuk pengurangan di sumbernya, daur ulang, pembakaran, dan
pembuangan di darat. Untuk memahami bagaimana reaksi pemerintah kabupaten/kota
madya terhadap gagasan ini, kita perlu mengembangkan satu model pasar untuk jasa
LPP. Model ini merupakan alat analisis untuk menilai efektivitas biaya dan efisiensi
dari berbagai program kabupaten/kota madya.
 Dampak limbah secara umum di tinjau dari dampak terhadap kesehatan dan
terhadap lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Dampak Terhadap Kesehatan
Dampaknya yaitu dapat menyebabkan atau menimbulkan penyakit. Potensi
bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
a) Penyakit diare dan tikus, penyakit ini terjadi karena virus yang berasal dari
sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat.
b) Penyakit kulit misalnya kudis dan kurap.
2. Dampak Terhadap Lingkungan
Cairan dari limbah – limbah yang masuk ke sungai akan mencemarkan airnya
sehingga mengandung virus-virus penyakit. Berbagai ikan dapat mati sehingga
mungkin lama kelamaan akan punah. Tidak jarang manusia juga mengonsumsi atau
menggunakan air untuk kegiatan sehari-hari, sehingga manusia akan terkena dampak
limbah baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain mencemari, air
lingkungan juga menimbulkan banjir karena banyak orang-orang yang membuang
limbah rumah tangga ke sungai, sehingga pintu air mampet dan pada waktu musim
hujan air tidak dapat mengalir dan air naik menggenangi rumah-rumah penduduk,
sehingga dapat meresahkan para penduduk.

Anda mungkin juga menyukai