Wahyu Makutharama adalah wahyu yang di terima raden Arjuna dari
Begawan Kesawasidi. Wahyu tersebut berisi ajaran Hasta bratha, yang pernah diajarkan Prabu Rama kepada Gunawan Wibisana ketika akan menjadi raja di Alengkadiraja.
Wahyu Makutharama, atau yang di sebut Hastha Bratha adalah
delapan kunci kepemimpinan. Hastha yang berarti bilangan delapan, dan bratha yg berarti perilaku. Hasta bratha adalah delapan tindakan yg bisa menjadi pedoman pemimpin, yang meniru alam dan seisinya. Yang pertama, terbitnya matahari.
Terbitnya matahari yaitu membawa hawa panas, yang menerangi
dunia dan memberikan kekuatan pada kehidupan. Yang berarti, manusia itu harus bisa menata hati melalui berusaha dan berdoa, bersemangat dalam bekerja, melaksanakan tugas demi bangsa Dan negara dengan rela dan batin
Yang kedua, yaitu meniru rembulan.
Bulan itu rupanya indah, dan membuat hati senang karena menerangi kegelapan malam. Yang berarti, seorang pemimpin itu harus bisa memberikan pencerahan kepada rakyat yang berwujud "mengayomi" dan mampu memberikan bantuan pada sesama Hastha Bratha yang ketiga itu bercermin pada bintang, sinarnya yang gemerlap membuat indah angkasa dikala malam hari dan bisa menjadi pemandu terhadap orang yang tersesat, sebagai kiblat. Maka dari itu, seorang pemimpin harus bisa menjadi contoh dan teladan untuk rakyatnya, dan bisa menjadi contoh bagi kehidupan yang tentram. Selanjutnya, meniru pada awan mendung. Mendung itu sifatnya menakutkan dan kuat. Namun, jika sudah turun hujan, akan memberikan kehidupan bagi siapapun. Artinya, peminpin harus bisa memberikan kehidupan kepada rakyatnya, pemimpin harus memiliki wibawa tetapi harus berguna bagi Sesamanya.
Yang kelima, melihat kepada api.
Api itu sifatnya kuat, dan mampu membakar apa saja. Peminpin yang berwatak seperti api harus kuat dan adil dalam menerapkan hukum, dan adil itu tidak melihat rendah tingginya derajat dan pangkat. Dalam menerapkan hukum, manusia itu sama dan tidak pilih kasih. seperti sifat api yang tidak pilih kasih, semuanya harus dibakar hingga menjadi abu.
Yang keenam, sifat angin.
Angin itu sifatnya mengisi apa saja yang kosong. meskipun hanya lubang sekecil semut pasti akan tetap diisi. Artinya, pemimpin yang meniru angin itu harus bisa bergaul dengan siapapun tanpa memandang derajat dan pangkat. Yang ketujuh, adalah samudra atau air. Sifatnya luas, rata dan seimbang. Pemimpin itu harus luas pandangannya, dan harus lapang dadanya agar bisa mengerti apa saja masalah yang ada. Utamanya, harus bisa menyelesaikan masalah yang ada, dan menjauhi rasa benci terhadap siapapun.
Yang terakhir, sifat bumi.
Bumi itu berwatak kuat dan suci. pemimpin harus kuat, jujur sifatnya dan juga harus memberikan manfaat bagi siapapun.
Demikianlah yang disebut Hastha Bratha, atau isi dari Wahyu