Anda di halaman 1dari 10

Materi Pertemuan 14 Dosen Pengampu: Heryon Bernard Mbuik, M.

Pd

KONSEP PENILAIAN KINERJA GURU

A. Pengertian PK GURU
Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, PK GURU adalah penilaian dari tiap butir kegiatan
tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya.
Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuan seorang guru dalam
penguasaan pengetahuan, penerapan pengetahuan dan keterampilan, sebagai kompetensi
yang dibutuhkan sesuai amanat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Menurut A. A Anwar Prabu Mangkunegara (2009:67) kinerja berasal dari kata job
performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai
seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab
yang diberikan kepadanya. Hal ini sejalan dengan pendapat Malayu S.P Hasibuan (2006: 94)
yang menyatakan bahwa “Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,
pengalaman dan kesungguhan waktu”. Hadari Nawawi, (2006: 66-67) mengartikan kinerja
sebagai apa yang dikerjakan atau tidak dikerjakan oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-
tugas pokoknya. Kinerja merupakan hasil pekerjaan atau prestasi kerja yang diperlihatkan dalam
melaksanakan tugas-tugasnya berdasarkan kemampuannya, dalam hal ini guru. Guru memiliki
posisi yang sangat penting dalam penentuan keberhasilan pembelajaran karena guru yang
mengelola proses pembelajaran secara langsung dari proses awal hingga akhir di mana proses
pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan.
Kedudukan guru yang strategis ini kemudian diperlukan perwujudannya melalui kinerja
guru. Martinis Yamin dan Maisah (2010: 87) mengemukakan definisi kinerja guru sebagai
perilaku atau respon yang memberikan hasil yang mengacu kepada apa yang mereka kerjakan
ketika dia menghadapi suatu tugas. Kinerja seorang guru akan tampak pada situasi dan kondisi
kerja sehari-hari. Kinerja dapat dilihat dalam aspek kegiatan menjalankan tugas dan kualitas
dalam menjalankan tuugas tersebut. Dengan memandang tugas utama seorang guru adalah
mengajar, maka kinerja guru dapat terlihat pada kegiatan guru saat mengajar pada proses
pembelajaran. Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas
pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran (Depdiknas, 2008: 21).
Menurut Nana Sudjana (2004: 19), kinerja guru sebagai pengajar dapat dilihat dari
kemampuan atau kompetensinya melaksanakan tugas tersebut. Kemampuan yang berhubungan
dengan tugas guru sebagai pengajar dapat diguguskan ke dalam empat kemampuan, yakni
merencanakan proses belajar mengajar, melaksanakan dan mengolah proses belajar mengajar,
menilai kemajuan proses belajar mengajar, menguasai bahan pelajaran. Sejalan dengan Nana
Sudjana, P2TK Ditjend Dikti dalam Mulyasa (2008: 20) menguraikan tugas guru sebagai
Materi Pertemuan 14 Dosen Pengampu: Heryon Bernard Mbuik, M.Pd

pengajar kedalam tiga kegiatan yang mengandung kemampuan mengajar yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran yang mendidik, dan menilai proses dan hasil
pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan tentang kinerja guru. Kinerja
guru adalah hasil dan kemampuan guru dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya
berdasarkan kemampuannya. Dalam penelitian ini, kinerja guru mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan adalah hasil kerja yang dicapai guru berdasarkan kemampuannya dalam
menjalankan proses pembelajaran yang meliputi kompetensi pedagogik dan kompetensi
profesional. Peneliti memfokuskan penilaian kinerja guru pada aspek kompetensi pedagogik dan
kompetensi profesional karena kedua kompetensi tersebut dapat secara langsung diamati melalui
proses pembelajaran.
Penguasaan kompetensi dan penerapan pengetahuan serta keterampilan guru, sangat
menentukan tercapainya kualitas proses pembelajaran atau pembimbingan peserta didik,
dan pelaksanaan tugas tambahan yang relevan bagi sekolah/madrasah, khususnya bagi guru
dengan tugas tambahan tersebut. Sistem PK GURU adalah sistem penilaian yang dirancang
untuk mengidentifikasi kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui pengukuran
penguasaan kompetensi yang ditunjukkan dalam unjuk kerjanya. Secara umum, PK GURU
memiliki 2 fungsi utama sebagai berikut.
1. Untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan semua kompetensi dan
keterampilan yang diperlukan pada proses pembelajaran, pembimbingan, atau
pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Dengan
demikian, profil kinerja guru sebagai gambaran kekuatan dan kelemahan guru akan
teridentifikasi dan dimaknai sebagai analisis kebutuhan atau audit keterampilan untuk
setiap guru, yang dapat dipergunakan sebagai basis untuk merencanakan PKB.
2. Untuk menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran,
pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah yang dilakukannya pada tahun tersebut. Kegiatan penilaian kinerja
dilakukan setiap tahun sebagai bagian dari proses pengembangan karir dan promosi guru
untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsionalnya.
Hasil PK GURU diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan berbagai kebijakan
yang terkait dengan peningkatan mutu dan kinerja guru sebagai ujung tombak
pelaksanaan proses pendidikan dalam menciptakan insan yang cerdas, komprehensif, dan
berdaya saing tinggi. PK GURU merupakan acuan bagi sekolah/madrasah untuk
menetapkan pengembangan karir dan promosi guru. Bagi guru, PK GURU merupakan
pedoman untuk mengetahui unsur‐unsur kinerja yang dinilai dan merupakan sarana untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan individu dalam rangka memperbaiki kualitas
kinerjanya.
PK GURU dilakukan terhadap kompetensi guru sesuai dengan tugas pembelajaran,
pembimbingan, atau tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Khusus
untuk kegiatan pembelajaran atau pembimbingan, kompetensi yang dijadikan dasar untuk
Materi Pertemuan 14 Dosen Pengampu: Heryon Bernard Mbuik, M.Pd

penilaian kinerja guru adalah kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian,
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun
2007. Keempat kompetensi ini telah dijabarkan menjadi kompetensi guru yang harus dapat
ditunjukkan dan diamati dalam berbagai kegiatan, tindakan dan sikap guru dalam
melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan.
Sementara itu, untuk tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/ madrasah,
penilaian kinerjanya dilakukan berdasarkan kompetensi tertentu sesuai dengan tugas
tambahan yang dibebankan tersebut (misalnya; sebagai kepala sekolah/madrasah, wakil
kepala sekolah/madrasah, pengelola perpustakaan, dan sebagainya sesuai dengan Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun
2009).
B. Syarat Sistem PK GURU
Persyaratan penting dalam sistem PK GURU adalah:
1. Valid, Sistem PK GURU dikatakan valid bila aspek yang dinilai benar‐benar
mengukur komponen‐komponen tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran,
pembimbingan, dan/atau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/ madrasah.
2. Reliabel, Sistem PK GURU dikatakan reliabel atau mempunyai tingkat kepercayaan tinggi
jika proses yang dilakukan memberikan hasil yang sama untuk seorang guru yang
dinilai kinerjanya oleh siapapun dan kapan pun.
3. Praktis, Sistem PK GURU dikatakan praktis bila dapat dilakukan oleh siapapun
dengan relatif mudah, dengan tingkat validitas dan reliabilitas yang sama dalam
semua kondisi tanpa memerlukan persyaratan tambahan.
Salah satu karakteristik dalam desain PK GURU adalah menggunakan cakupan
kompetensi dan indikator kinerja yang sama bagi 4 (empat) jenjang jabatan fungsional guru
(Guru Pertama, Guru Muda, Guru Madya, dan Guru Utama).
C. Prinsip Pelaksanaan PK GURU
Prinsip‐prinsip utama dalam pelaksanaan PK GURU adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan ketentuan, PK GURU harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan
mengacu pada peraturan yang berlaku.
2. Berdasarkan kinerja, Aspek yang dinilai dalam PK GURU adalah kinerja yang dapat
diamati dan dipantau, yang dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sehari‐hari,
yaitu dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, pembimbingan, dan/atau tugas
tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.
3. Berlandaskan dokumen PK GURU, Penilai, guru yang dinilai, dan unsur yang
terlibat dalam proses PK GURU harus memahami semua dokumen yang terkait
dengan sistem PK GURU. Guru dan penilai harus memahami pernyataan kompetensi
dan indikator kinerjanya secara utuh, sehingga keduanya mengetahui tentang aspek
yang dinilai serta dasar dan kriteria yang digunakan dalam penilaian.
Materi Pertemuan 14 Dosen Pengampu: Heryon Bernard Mbuik, M.Pd

4. Dilaksanakan secara konsisten, PK GURU dilaksanakan secara teratur setiap tahun


diawali dengan penilaian formatif di awal tahun dan penilaian sumatif di akhir tahun
dengan memperhatikan hal‐hal berikut.
a. Obyektif, Penilaian kinerja guru dilaksanakan secara obyektif sesuai dengan kondisi
nyata guru dalam melaksanakan tugas sehari‐hari.
b. Adil, Penilai kinerja guru memberlakukan syarat, ketentuan, dan prosedur
standar kepada semua guru yang dinilai.
c. Akuntabel, Hasil pelaksanaan penilaian kinerja guru dapat dipertanggungjawabkan.
d. Bermanfaat, Penilaian kinerja guru bermanfaat bagi guru dalam rangka peningkatan
kualitas kinerjanya secara berkelanjutan dan sekaligus pengembangan karir
profesinya.
e. Transparan, Proses penilaian kinerja guru memungkinkan bagi penilai, guru yang
dinilai, dan pihak lain yang berkepentingan, untuk memperoleh akses informasi
atas penyelenggaraan penilaian tersebut.
f. Praktis, Penilaian kinerja guru dapat dilaksanakan secara mudah tanpa
mengabaikan prinsip‐prinsip lainnya.
g. Berorientasi pada tujuan, Penilaian dilaksanakan dengan berorientasi pada tujuan
yang telah ditetapkan.
h. Berorientasi pada proses, Penilaian kinerja guru tidak hanya terfokus pada
hasil, namun juga perlu memperhatikan proses, yakni bagaimana guru dapat
mencapai hasil tersebut.
i. Berkelanjutan, Penilaian kinerja guru dilaksanakan secara periodik, teratur, dan
berlangsung secara terus menerus selama seseorang menjadi guru.
j. Rahasia, Hasil PK GURU hanya boleh diketahui oleh pihak‐pihak terkait yang
berkepentingan.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Syafri Mangkuprawira dan Aida Vitayala dalam Martinis Yamin dan Maisah (2010: 129-
130) mengemukakan bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh faktor intrinsik guru
(personal/individu) atau SDM dan faktor ekstrinsik, yaitu kepemimpinan, sistem, tim, dan
situasional. Uraian dari faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1) Faktor personal/individual, meliputi unsur pengetahuan, keterampilan, kemampuan
(ability), kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh tiap individu guru.
2) Faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan team leader dalam memberikan
dorongan, semangat, arahan, dan dukungan kerja kepada guru.
3) Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu
tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan, dan keeratan anggota tim.
4) Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja yang diberikan oleh pimpinan sekolah,
proses organisasi (sekolah) dan kultur kerja dalam organisasi (sekolah).
5) Faktor kontektual (situasional), meliputi tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan
internal

Senada dengan pendapat diatas, Gibson (1993: 52) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja ada tiga kelompok, yaitu:
Materi Pertemuan 14 Dosen Pengampu: Heryon Bernard Mbuik, M.Pd

1) Faktor individu, yaitu meliputi: kemampuan dan keterampilan (ability), latar belakang
keluarga, tingkat sosial, pengalaman, umur, etnis, jenis kelamin.
2) Faktor organisasi, yang meliputi: sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, desain
pekerjaan
3) Faktor psikologis, yang meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang berasal dari dalam diri guru (intrinsik) maupun dari luar guru (ekstrinsik).
Faktor intrinsik terdiri dari faktor individu dan faktor psikologis. Sedangkan faktor ekstrinsik
terdiri dari faktor organisasi dan faktor situsional.
E. Indikator Kinerja Guru
Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG), meliputi: (1) rencana pembelajaran (teaching
plans and materials) atau disebut dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), (2) prosedur
pembelajaran (classroom prosedure), dan (3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill)
(Depdiknas, 2008: 22). Indikator penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga kegiatan
pembelajaran di kelas, yaitu:
1) Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran Tahap perencanaan dalam kegiatan
pembelajaran adalah tahap yang berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan
ajar. Kemampuan guru dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yaitu mengembangkan silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Unsur/komponen yang ada dalam silabus terdiri dari:
a) Identitas Silabus,
b) Standar Kompetensi (SK),
c) Kompetensi Dasar (KD),
d) Materi Pelajaran,
e) Kegiatan pembelajaran,
f) Indikator,
g) Alokasi waktu,
h) Sumber Pembelajaran.
Program pembelajaran jangka waktu singkat sering dikenal dengan istilah RPP, yang
merupakan penjabaran lebih rinci dan spesifik dari silabus, ditandai oleh adanya
komponen-komponen:
a) Identitas RPP,
b) Standar Kompetensi (SK), 20
c) Kompetensi Dasar (KD),
d) Indikator,
e) Tujuan Pembelajaran,
f) Materi Pembelajaran,
g) Metode Pembelajaran,
h) Langkah-Langkah Kegiatan,
i) Sumber pembelajaran,
j) Penilaian.
2) Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti
penyelenggaraan pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas,
penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembelajaran.
a) Pengelolaan Kelas Kemampuan menciptakan suasanan kondusif di kelas guna
mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan adalah tuntutan bagi seorang
guru dalam pengelolaan kelas. Kemampuan guru dalam memupuk kerjasama dan
disiplin siswa dapat diketahui melalui pelaksanaan piket kebersihan, ketepatan waktu
masuk dan keluar kelas, melakukan absebsi setiap akan memulai proses
pembelajaran, dan melakukan pengaturan tempat duduk siswa.
b) Penggunaan Media dan Sumber Belajar Kemampuan menggunakan media dan
sumber belajar tidak hanya menggunakan media yang sudah tersedia seperti media
Materi Pertemuan 14 Dosen Pengampu: Heryon Bernard Mbuik, M.Pd

cetak, media audio, dan media visual. Tetapi kemampuan guru disini lebih ditekankan
pada penggunaan objek nyata yang ada di sekitar sekolahnya. Dalam kenyaataannya
dilapangan guru dapat memenfaatkan media yang sudah ada (by utilization) seperti
globe, peta, gambar dan sebagainya, atau guru dapat mendesainkan media untuk
kepentingan pembelajaran (by design) seperti membuat media foro, film,
pembelajaran berbasis komputer, dan sebagainya.
c) Penggunaan Metode Pembelajaran Guru diharapkan mampu memilih dan
menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
Karena siswa memiliki interes yang sangat heterogen idealnya seorang guru harus
menggunakan multi metode, yaitu memvariasikan penggunaan metode pembelajaran
di dalam kelas seperti metode ceramah dipadukan dengan tanya jawab dan penugasan
atau metode diskusi dengan pemberian tugas dan seterusnya. Hal ini dimaksudkan
untuk menjembatani kebutuhan siswa, dan menghindari terjadinya kejenuhan yang
dialami siswa.
3) Evaluasi/Penilaian Pembelajaran
Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan
dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil
evaluasi yang meliputi kegiatan remidial dan kegiatan perbaikan program pembelajaran.
Penilaian hasil belajar mengajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui
tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan proses pembelajaran yang telah dilakukan
(Depdiknas, 2008: 22-25).

Ketiga indikator kinerja guru di atas mengukur kemampuankemampuan guru yang harus
dikuasai dalam melaksanakan tugas pokoknya sebagai guru. Dengan demikian guru mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dapat menguasai kemampuankemampuan tersebut
dengan baik maka dapat diindikasikan memiliki kinerja guru yang tinggi.

F. Penilaian Kinerja
Penilaian kerja mempunyai hubungan erat dengan produktivitas karena merupakan
indikator dalam menentukan usaha untuk mencapai tingkat produktivitas organisasi yang tinggi.
Malayu S.P Hasibuan (2006:88) menyatakan penilaian kinerja (penilaian prestasi) adalah
kegiatan manajer untuk mengevaluasi perilaku prestasi kerja karyawan serta menetapkan
kebijaksanaan selanjutnya. Sedangkan Andrew F. Sikula dalam Malayu S.P Hasibuan (2006: 87)
menyatakan bahwa penilaian kinerja (prestasi kerja) adalah evaluasi yang sistematis terhadap
pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan dan ditujukan untuk pengembangan.
Sementara itu, A. A. Anwar Prabu Mangkunegara (2004: 69) mendefinisikan penilaian
prestasi (kinerja) pegawai adalah suatu proses penilaian prestasi kerja pegawai yang dilakukan
pemimpin perusahaan secara sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Dari
uraian diatas peneliti mencoba mengambil kesimpulan bahwa penilaian kinerja guru merupakan
suatu proses penilaian yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam
melaksanakan tugastugasnya berdasarkan kriteria yang ditentukan. Pada penelitian ini yang
dimaksud tugas-tugas guru adalah tugas utamanya yaitu mengajar peserta didik (dalam proses
pembelajaran). Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru tidak akan terlepas dari kegiatan
penilaian kinerja.
Tujuan penilaian kinerja adalah untuk mengetahui seberapa baik guru bekerja dan seberapa
efektif perilaku guru selama ini dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu, hasil penilaian kinerja
akan menjadi feed back (umpan balik) bagi guru dan kepala sekolah sebagai manajer untuk
Materi Pertemuan 14 Dosen Pengampu: Heryon Bernard Mbuik, M.Pd

menentukan tindakan tepat yang dapat diambil pada langkah selanjutnya. Untuk menilai dan atau
mengukur kinerja guru dapat dilakuakn melalui metode berorientasi pada masa lalu. Metode ini
mengukur kinerja guru yang telah terjadi dan untuk beberapa hal mudah dilakukan. Martinis
Yamin dan Maisah (2010: 144-147) menggolongkan penilaian kinerja berorientasi masa lalu
menjadi 5 golongan, yaitu:
1) Skala Penilaian Penilaian kinerja ini sarat dengan evaluasi subjektif atas kinerja individu
dengan skala dari terendah sampai tertinggi, kemudian dibuat derajat skala, misalnya dari
buruk, cukup, cukup, sampai seumpama yang setiap skala tersebut diberi skor dari satu
sampai lima. Dari perhitungan numerik dapat diperoleh total skor dan rataratanya.
2) Metode daftar periksa Mensyaratkan penilai untuk menyeleksikan kata-kata atau
pernyataan yang menggambarkan kinerja dan karakteristik guru dengan memberikan bobot
pada setiap item dengan derajat kepentingan item tersebut.
3) Metode pilihan yang dibuat Mensyaratkan penilai untuk memilih pernyataan paling umum
dalam tiap pasangan pernyataan tentang guru yang dinilai. Pernyataan tersebut
memngandung unsur positif dan negatif.
4) Metode kejadian kritis Mensyaratkan penilai untuk mencatat pernyataan-pernyataan yang
menggambarkan perilaku bagus dan buruk yang terkait dengan kinerja pekerjaan.
5) Metode catatan prestasi Umumnya digunakan oleh kalangan professional. Bentuk catatan
berbagai prestasi meliputi aspek-aspek publikasi, peran pemimpin, dan berbagai kegiatan-
kegiatan lainnya yang terkait dengan pekerjaan professional.

G. Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru


Tugas kepala sekolah selaku manajer adalah melakukan penilaian terhadap kinerja guru.
Penilaian penting untuk dilakukan mengingat fungsinya sebagai alat motivasi bagi pimpinan
kepada guru maupun bagi guru itu sendiri. Pelaksanaan pembinaan, bimbingan, dan motivasi
yang diberikan oleh kepala sekolah akan berdampak kepada kinerja guru dalam kualitas
pengajaran. Kegiatan kepala sekolah dalam memotivasi guru akan berpengaruh secara psikologis
terhadap kinerja guru dalam mengajar, guru yang puas akan pemberian motivasi kepala sekolah
maka dia akan bekerja dengan sukarela yang akhirnya akan membuat kinerja guru meningkat.
Tetapi jika guru kurang puas dengan pemberian motivasi kepala sekolah maka guru dalam
bekerja kurang bergairah, hal ini berakibat kinerja guru menurun. Dalam perspektif kebijakan
pendidikan nasional terdapat delapan peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai :
1) Educator ( Pendidik ).
2) Manajer
3) Administrator.
4) Supervisor.
5) Leader.
6) Penciptaan iklim kerja.
7) Wirausahawan.
8) Motivator. ( Depdiknas, 2006 )

Merujuk kepada delapan peran kepala sekolah sebagaimana di atas, di bawah ini akan
diuraikan secara ringkas hubungan peran kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru:

1) Peran kepala sekolah sebagai Educator ( Pendidik ) Dalam melakukan fungsinya sebagai
edukator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan
Materi Pertemuan 14 Dosen Pengampu: Heryon Bernard Mbuik, M.Pd

profesionalisme tenaga pendidikan di sekolahnya. Dikutip dari Mulyasa, Sumidjo,


mengemukakan bahwa :
Memahami arti pendidik tidak cukup berpegang pada konotasi yang terkandung
dalam definisi pendidik, melainkan harus dipelajari keterkaitannya dengan makna
pendidikan, sarana pendidikan, dan bagaimana strategi pendidikan itu dilaksanakan.
Untuk kepentingantersebut, kepala sekolah harus berusaha menanamkan, memajukan
dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai, yakni pembinaan mental, moral,
fisik, dan artistik. (2003:99)
Sebagai edukator kepala sekolah harus senantiasa meningkatkan kualitas
pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini faktor pengalaman akan sangat
mempengaruhi profesionalisme kepala sekolah, terutama dalam mendukung terbentuknya
pemahaman tenaga kependidikan terhadap pelaksanaan tugasnya. Pengalaman semasa
menjadi guru, menjadi wakil kepala sekolah, atau menjadi anggota organisasi
kemasyarakatan sangat mempengaruhi kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan
pekerjaannya, demikian halnya pelatihan dan penataran yang pernah diikutinya.
2) Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer
Manajemen pada hakekatnya merupakan suatu proses merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin, dan mengendalikan usaha para anggota
organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya organisasi dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dikatakan suatu proses, karena semua manajer
dengan ketangkasan dan ketrampilan yang dimilikinya mengusahakan dan
mendayagunakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan. Dalam
rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki
strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau
kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan
profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai
kegiatan yang menunjang program sekolah.
3) Peran Kepala Sekolah Sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan
berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan
pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki
kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola
administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola
administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu
dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah.

4) Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor


Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah
kegiatan pembelajaran sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada
pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu salah satu tugas kepala
sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh
Materi Pertemuan 14 Dosen Pengampu: Heryon Bernard Mbuik, M.Pd

tenaga kependidikan. Dikutip dari Mulyasa (2003:111), Sergiovani dan Strarrat


menyatakan bahwa:
Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk mambantu
para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari disekolah, agar dapat
menggunakan pengetahuan dan kemampuaannya untuk memberikan layanan yang
lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah,serta berupaya menjadikan
sekolah sebagai masyarakat belajar yang efektif.
Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan menyusun
dan melaksanakan program supervisi pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya.
Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam menyusun
program supervisi kelas, pengembangan program supervisi untuk kegiatan ekstra kurikuler
pengembangan program supervisi perpustakaan, laboraturium, dan ujian. Kepala sekolah
sebagai supervisor dapat dilakukan dengan efektif antara lain melalui diskusi kelompok,
kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran. Pada prinsipnya
setiap guru harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya.keberhasilan
kepala sekolah sebagai supervisor dapat dilihat dari meningkatnya kesadaran guru untuk
meningkatkan kinerjanya, dan meningkatnya ketrampilan guru dalam melaksanakan
tugasnya.
5) Peran Kepala Sekolah Sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan,
meningkatkan kemauan guru, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas.
Wahjosumijo mengemukakan bahwa: “ Kepala sekolah sebagai leader harus memiliki
karakter khusus yang mencangkup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan
pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan. “ (Mulyasa,
2003:115). Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat
dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi
sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.

6) Peran Kepala Sekolah Sebagai Pencipta Iklim Kerja


Peran kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja dapat dilihat dari menciptakan
iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan
dorongan kepada seluruh guru, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik.
Kepala sekolah harus mampu menciptakan iklim kerja yang kondusif. Hal tersebut bisa
dilakukan dengan pengaturan ruang kerja yang kondusif, ruang belajar, ruang perpustakaan,
ruang laboraturium, bengkel, serta mengatur lingkungan kerja sekolah yang menyenangkan.
Suasana kerja yang menyenangkan akan membangkitkan kinerja guru. Untuk itu kepala
sekolah harus mampu menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan guru, serta
menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan menyenangkan.

7) Peran Kepala Sekolah Sebagai Usahawan


Materi Pertemuan 14 Dosen Pengampu: Heryon Bernard Mbuik, M.Pd

Dalam rangka melakukan peran kepala sekolah sebagai usahawan, kepala sekolah
dituntut untuk selalu bersikap seperti wiraswasta yaitu menerapkan prinsip-prinsip
kewirausaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah
dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan berbagai
peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirauhasaan yang kuat akan berani melakukan
perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang
berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya. Kreatif dan
inovatif harus selalu dimiliki oleh kepala sekolah untuk menciptakan hal-hal baru yang
bermanfaat dan diperlukan untuk sekolah. Untuk menghadapi permasalahan-permasalahan
yang sering kali muncul dalam lingkungan sekolah, kepala sekolah harus selalu
menanamkan sikap untuk pantang menyerah menghadapi hambatan-hambatan yang timbul.
Oleh karena itu untuk meningkatkan kinerja guru, kepala sekolah harus memperhatikan
memotivasi guru dan faktor-faktor yang berpengaruh. Mulyasa menjelaskan terdapat
beberapa prinsip yang dapat diterapkan kepala sekolah untuk mendorong guru agar mau
meningkatkan kinerjanya. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
a. Guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik, dan
menyenangkan.
b. Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada para
guru sehingga mereka mengetahui tujuan dalam bekerja. Guru juga dapat
dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut.
c. Guru harus selalu diberitahu tentang hasil dari setiap pekerjaannya.
d. Pemberian hadiah lebih baik dari pada hukuman, namun sewaktuwaktu
hukuman itu diperlukan
e. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan guru dengan jalan memperhatikan
kondisi fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukan bahwa kepala sekolah
memperhatikan mereka, mengatur pengalaman sedemikian rupa sehingga setiap
pegawai pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan. (Mulyasa, 2003:149)

Guru yang profesional ialah guru yang mempunyai keahlian baik menyangkut materi
keilmuan yang dikuasai maupun keterampilan metodologinya. Keahlian yang dimiliki guru
profesional diperoleh melalui suatu proses peningkatan kemampuan seperti pendidikan dan
latihan yang diprogramkan dan terstuktur secara khusus. Selanjutnya untuk meningkatkan kinerja
guru perlu melakukan beberapa upaya antara lain melalui pembinaan disiplin, pemberian
motivasi, penghargaan dan persepsi. Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan
tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru
untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan penyesuaian penguasaan kompetensinya. Guru
harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran siswa.

Anda mungkin juga menyukai