Anda di halaman 1dari 47

Putusan Nomor : PUT-115345.12/2011/PP/M.

XIIIB Tahun 2019

Jenis Pajak : PPh. 23

Tahun Pajak : 2011

K
Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam banding ini adalah Koreksi Nilai

JA
Dasar Pengenaan Pajak Masa Pajak Desember 2011 sebesar
Rp279.226.573.241,00;

PA
Menurut Terbanding :

bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan, Terbanding melakukan koreksi positif DPP
PPh Pasal 23 untuk Masa Pajak Desember 2011 sebesar Rp279.226.573.241,00 yang
diperoleh berdasarkan equalisasi objek PPh Pasal 23 yang dilaporkan dalam SPT Masa

N
dengan pos-pos biaya dalam laporan laba rugi dan pos-pos neraca;

bahwa selisih positif hasil ekualisasi tersebut merupakan objek PPh Pasal 23 yang belum

LA
dilaporkan oleh Pemohon Banding;

bahwa pada saat proses penelitian keberatan, Terbanding telah mengirimkan surat permintaan
peminjaman buku, catatan, data, dan informasi pertama Nomor S-5439/WPJ.19/BD.05/2016
DI
tanggal 9 November 2016, dan surat permintaan peminjaman buku, catatan, data, dan
informasi kedua Nomor S-548/WPJ.19/BD.05/2017 tanggal 2 Februari 2017;
GA
bahwa Pemohon Banding tidak memperlihatkan dan meminjamkan seluruhnya buku, catatan,
data, dan informasi yang diminta sesuai surat permintaan pertama dan kedua untuk Masa Pajak
Desember 2011;
N

bahwa Terbanding telah membuat Berita Acara Tidak Memenuhi Sebagian/Seluruhnya


Permintaan Peminjaman dan/atau Permintaan Keterangan Nomor BA-423/WPJ.19/2017
tanggal 13 Maret 2017;
PE

bahwa berdasarkan penelitian atas Laporan Hasil Pemeriksaan, Kertas Kerja Pemeriksaan, dan
Risalah Pembahasan diketahui koreksi positif DPP PPh Pasal 23 dihasilkan dari pengujian
berdasarkan dokumen sumber dengan teknik equalisasi Objek PPh Pasal 23 yang dilaporkan
T

dalam SPT dengan pos-pos biaya dalam laporan laba rugi dan pos-pos neraca;
IA

bahwa Objek PPh Pasal 23 Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011 menurut Terbanding
adalah:
AR

- Objek PPh Pasal 23 pada pos biaya dalam


laporan laba rugi Rp 1.097.625.129.418,00
- Objek PPh Pasal 23 pada Pos-pos neraca Rp 46.239.469.276,00
- Objek PPh Pasal 23 dari masa sebelumnya Rp 7.690.241.422,00
- Dipotong/disetor/dilaporkan masa berikutnya Rp 0,00
ET

- Diperhitungkan sebagai Objek PPh Pemotongan lain Rp 0,00


- Dipotong/disetor/dilaporkan di KPP lain Rp 0,00+
- Objek PPh Pasal 23 Menurut Terbanding Rp 1.151.554.840.117,00
KR

- Objek PPh Pasal 23 Menurut SPT Pemohon Banding Rp 539.700.855.767,00 -


- Koreksi Positif Objek PPh Pasal 23 Rp 611.853.984.350,00

bahwa perincian koreksi positif objek PPh Pasal 23 Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011
sebesar Rp611.853.984.350,00 adalah sebagai berikut:
SE

Masa Pajak DPP/Objek PPh Pasal 23 Menurut Koreksi Positif


SPTPemohon Banding Terbanding
(Rp) (Rp) (Rp)
Januari 2011 19.255.861.411 19.255.861.411 -

Februari 2011 39.029.260.036 44.240.898.048 5.211.638.012


Maret 2011 26.392.879.583 152.769.206.627 126.376.327.044
April 2011 11.850.766.939 25.855.402.921 14.004.635.982
Mei 2011 103.301.297.795 103.304.549.620 3.251.825
Juni 2011 23.132.592.044 59.432.215.183 36.299.623.139
Juli 2011 19.256.369.979 21.410.442.458 2.154.072.479
Agustus 2011 14.558.311.661 15.340.700.151 782.388.490
September 2011 10.381.565.196 99.155.724.444 88.774.159.248
Oktober 2011 18.114.158.462 19.239.962.562 1.125.804.100

K
November 2011 181.981.175.263 239.876.686.054 57.895.510.791
Desember 2011 72.446.617.398 351.673.190.639 279.226.573.241
Jumlah 539.700.855.767 1.151.554.840.117 611.853.984.350

JA
bahwa perincian koreksi positif PPh Pasal 23 Terutang Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011
dengan menggunakan tarif PPh Pasal 23 terutang sebesar 15% x Perkiraan Penghasilan

PA
adalah sebagai berikut:
Masa Pajak PPh Pasal 23 Terutang Menurut Koreksi Positif
WP / SPT Pemeriksa
(Pemohon Banding) (Terbanding)
(Rp) (Rp) (Rp)

N
Januari 2011 385.117.228 385.117.228 -
Februari 2011 780.585.201 3.428.457.644 2.647.872.443
Maret 2011 527.857.591 12.301.490.234 11.773.632.643

LA
April 2011 237.015.339 1.788.339.514 1.551.324.175
Mei 2011 2.066.025.956 8.233.806.107 6.167.780.151
Juni 2011 462.651.841 7.489.637.517 7.026.985.676
Juli 2011 385.127.399 1.242.453.235 857.325.836
Agustus 2011 297.166.233 1.085.371.638 788.205.405
September 2011
Oktober 2011
November 2011
207.901.304
365.541.159
3.642.623.505
DI
10.813.268.844
1.390.811.500
21.216.823.981
10.605.367.540
1.025.270.341
17.574.200.477
GA
Desember 2011 1.451.932.348 23.557.267.725 22.105.335.377
Jumlah 10.809.545.104 92.932.845.169 82.123.300.65

bahwa dasar hukum koreksi positif objek/DPP PPh Pasal 23 terutang adalah:
- Pasal 23 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
N

telah beberapa kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994;


- Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-10/PJ./1995 tentang Perkiraan Penghasilan
PE

Neto Yang Digunakan Sebagai Dasar Pemotongan Pajak Penghasilan Dan Jenis Jasa Lain
Yang Atas Imbalannya Dipotong Pajak Penghasilan Berdasarkan Pasal 23 Ayat (1) Huruf C
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Sebagaimana Telah
Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994; dan
- Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-76/PJ./1995 tentang Perubahan Keputusan
T

Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-10/PJ./1995 Tanggal 31 Januari 1995 Tentang


Perkiraan Penghasilan Neto Yang Digunakan Sebagai Dasar Pemotongan Pajak
IA

Penghasilan Dan Jenis Jasa Lain Yang Atas Imbalannya Dipotong Pajak Penghasilan
Berdasarkan Pasal 23 Ayat (1) Huruf C Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak
Penghasilan Sebagaimana Telah Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
AR

1994;
bahwa pada Masa Pajak Desember 2011, koreksi positif objek PPh Pasal 23 adalah sebesar
Rp279.226.573.241,00;
ET

bahwa atas seluruh koreksi positif ini, Pemohon Banding telah mengajukan keberatan dan
sedang mengajukan banding dengan alasan-alasan antara lain:
- sebagian besar dari akun-akun tersebut berisi antara lain transaksi yang merupakan objek
PPh Pasal 15, PPh Pasal 26, PPN atas Jasa Luar Negeri, adanya selisih kurs, transaksi
KR

yang dibatalkan, transaksi atas pinjaman dan transaksi yang bukan merupakan transaksi
jasa seperti denda, pembelian material dan reimbursement;
- Pemohon Banding telah melaksanakan kewajiban memotong PPh mengikuti ketentuan
perpajakan yang berlaku saat transaksi terjadi;
SE

- koreksi DPP PPh Pasal 23 hanya didasarkan asumsi dari hasil perhitungan equalisasi akun
neraca dan laba rugi dengan DPP PPh Pasal 23, bukan didasarkan atas data dan fakta;
- koreksi besarnya PPh Terutang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
- Data dan fakta menunjukkan bahwa seluruh koreksi DPP PPh Pasal 23 yang dilakukan
fiskus terbukti bukan merupakan objek PPh Pasal 23;
bahwa pada saat proses penelitian keberatan, Pemohon Banding tidak memberikan rincian
dan/atau rekonsiliasi dari pos-pos biaya dalam laporan laba rugi dan pos-pos neraca yang
dilakukan koreksi positif DPP PPh Pasal 23 yang menurut alasan Pemohon Banding dalam
surat keberatannya merupakan objek PPh Pasal 15, PPh Pasal 26, PPN atas Jasa Luar Negeri,
adanya selisih kurs, transaksi yang dibatalkan, transaksi atas pinjaman dan transaksi yang
bukan merupakan transaksi jasa seperti denda, pembelian material dan reimbursement;

bahwa Pemohon Banding juga tidak memperlihatkan dan meminjamkan seluruhnya buku,

K
catatan, data, dan informasi yang diminta sesuai surat permintaan pertama dan kedua untuk
Masa Pajak Desember 2011 pada saat proses penelitian keberatan;

JA
bahwa dengan tidak diberikannya rincian dan/atau rekonsiliasi dari pos-pos biaya dalam
laporan laba rugi dan pos-pos neraca yang dilakukan koreksi positif DPP PPh Pasal 23 dan
tidak diperlihatkan serta dipinjamkannya seluruhnya buku, catatan, data, dan informasi untuk

PA
Masa Pajak Desember 2011 yang diminta oleh Terbanding, maka Terbanding menyimpulkan
bahwa alasan-alasan keberatan Pemohon Banding yang menyatakan bahwa penghitungan
Terbanding atas Objek PPh Pasal 23 sebagian besar dari akun-akun tersebut berisi antara lain
transaksi yang merupakan objek PPh Pasal 15, PPh Pasal 26, PPN atas Jasa Luar Negeri,
adanya selisih kurs, transaksi yang dibatalkan, transaksi atas pinjaman dan transaksi yang

N
bukan merupakan transaksi jasa seperti denda, pembelian material dan reimbursement tidak
terbukti;

LA
bahwa atas alasan-alasan yang disampaikan Pemohon Banding dalam Surat Bandingnya, dan
karena Pemohon Banding tidak memperlihatkan dan meminjamkan seluruhnya buku, catatan,
data, dan informasi pada saat proses keberatan sehingga alasan pemohon banding bahwa
DI
koreksi DPP PPh Pasal 23 hanya didasarkan asumsi bukan didasarkan atas data dan fakta,
serta berdasarkan data dan fakta bahwa seluruh koreksi DPP PPh Pasal 23 bukan merupakan
objek PPh Pasal 23 tidak dapat dibuktikan pemohon banding sehingga alasan-alasan ini tidak
GA
dapat diterima;

bahwa karenanya Terbanding mengusulkan untuk menolak keberatan Pemohon Banding dan
tetap mempertahankan koreksi positif DPP PPh Pasal 23 Masa Pajak Desember 2011 sebesar
Rp279.226.573.241,00;
N

bahwa dengan demikian, alasan Pemohon Banding dalam Surat Keberatan dan Surat
PE

Bandingnya tidak dapat diterima karena koreksi positif yang dilakukan oleh Terbanding untuk
Masa Pajak Desember 2011 atas Objek/DPP PPh Pasal 23 telah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan;
T

bahwa berdasarkan dalil-dalil tersebut, Terbanding menolak keberatan Pemohon Banding dan
mempertahankan jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang
IA

Bayar Pajak Penghasilan Pasal 23 Nomor 00018/203/11/091/16 tanggal 26 Februari 2016 Masa
Pajak Desember 2011 dengan perhitungan sebagai berikut:
AR

No Uraian Pemohon Terbanding Terbanding Koreksi Positif


Banding (Pemeriksa) (Tim Peneliti) Dipertahankan
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 Penghasilan Kena Pajak/Dasar Pengenaan Pajak 72.446.617.398 351.673.190.639 351.673.190.639 279.226.573.241
2 PPh Pasal 23 yang terutang 1.451.932.348 23.557.267.725 23.557.267.725 22.105.335.377
3 Kredit Pajak :
ET

a. PPh ditanggung Pemerintah 0 0 0 0


b. Setoran masa dan tahunan 1.451.932.348 1.451.932.348 1.451.932.348 0
c. STP (pokok kurang bayar) 0 0 0 0
d. Kompensasi kelebihan dari masa sebelumnya 0 0 0 0
e. Lain-lain 0 0 0 0
f. Kompensasi kelebihan ke masa....... 0 0 0 0
KR

g. Jumlah pajak yang dapat dikreditkan (a+b+c+d+e-f) 1.451.932.348 1.451.932.348 1.451.932.348 0


4 Pajak yang tidak/kurang dibayar (2-3.g) 0 22.105.335.377 22.105.335.377 22.105.335.377
5 Sanksi Administrasi : 0 0 0 0
a. Bunga Pasal 13 (2) KUP 0 10.610.560.982 10.610.560.982 10.610.560.982
b. Kenaikan Pasal 13 (3) KUP 0 0 0 0
c. Bunga Pasal 13 (5) KUP 0 0 0 0
SE

d. Kenaikan Pasal 13A KUP 0 0 0 0


e. Jumlah sanksi administrasi (a+b+c+d) 0 10.610.560.982 10.610.560.982 10.610.560.982
6 Jumlah PPh yang masih harus dibayar (4+5.e) 0 32.715.896.359 32.715.896.359 32.715.896.359

bahwa dengan demikian alasan-alasan yang dikemukakan Pemohon Banding tidak tepat,
karena koreksi positif yang dilakukan Terbanding telah berdasarkan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku;
bahwa dalam persidangan Terbanding menyampaikan tambahan penjelasan secara lisan
yang pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

bahwa Terbanding melakukan ekualisasi pos laporan laba rugi sebagiamana telah tercantum
dalam KKP;

bahwa pemeriksaan PPN dan Badan dan PPh pemotongan dan pemungutan ada dalam satu

K
tahun pajak yang sama dan dalam surat perintah pemeriksaan yang sama;

JA
bahwa menurut Terbanding tarif yang digunakan sesuai dengan kondisi saat pengenaan;

bahwa Terbanding menjelaskan didalam KKP hanya ada rincian ekualisasi pos-pos yang
dikoreksi PPh Pasal 26 dan rincian biaya-biaya yang dilaporkan dalam Pos-Pos Rugi Laba dan

PA
Neraca;

bahwa menurut Terbanding ada berbagai macam objek, akan tetapi yang paling besar adalah
jasa pertambangan dan jasa catering oleh wisma boga;

N
bahwa dari data GL yang diberikan oleh Pemohon banding pada saat pemeriksaan
diketemukan adanya kewajiban pemotongan PPh 23 untuk subjek yang sama tetapi tidak

LA
dilakukan pemotongan;

bahwa Terbanding telah menjelaskan dan sudah dimengerti oleh Sdr. Alviantori selaku manajer
pajak dari Pemohon Banding, tentang objek mana yang dijadikan objek per masa karena
didalam GL sudah diketahui;
DI
bahwa Terbanding meminta di hadirkan Sdr. Alviantori, dan jika tidak bisa hadir maka bisa
GA
dihadirkan Sdr, Kenneth Raymond Allan;

bahwa didalam Surat Uraian Banding sudah terperinci pos-pos PPh Pasal 23 dan Pasal 26 tiap
masa dan item yang menjadi koreksi Terbanding sehingga Pemohon Banding bisa buktikan di
dalam proses Uji Bukti;
N

bahwa dalam proses Uji Bukti Pemohon Banding sudah menyerahkan bukti-bukti yang dimiliki
PE

oleh Pemohon Banding saat proses Uji Bukti, namun dari penelitian Terbanding, Pemohon
Banding tidak bisa menyerahkan seluruh bukti, tetapi hanya sampling dan sudah Terbanding
tuangkan dalam BA Uji Bukti;
T

bahwa dalam persidangan Terbanding menyampaikan Penjelasan Tertulis tanpa nomor


tanggal 15 Mei 2018, yang memuat hal-hal pokok sebagai berikut:
IA

1. Dasar Hukum
AR

 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2009

Pasal 23 ayat (2)


ET

Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap:


a. pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman
Lelang;
b. keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak;
KR

c. keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain yang


ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26; atau
d. penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang dalam
penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah diatur dalam
SE

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan hanya dapat diajukan kepada badan


peradilan pajak.

Pasal 25 Ayat (1)


Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu:
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang bayar;
b. Surat ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
d. Surat ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau
e. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

Penjelasan Pasal 25 ayat (1)


Keberatan yang diajukan adalah mengenai materi atau isi dari ketetapan pajak, yaitu jumlah

K
rugi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, jumlah besarnya
pajak, atau pemotongan atau pemungutan pajak. Yang dimaksud dengan "suatu" pada ayat ini

JA
adalah 1 (satu) keberatan harus diajukan terhadap 1 (satu) jenis pajak dan 1 (satu) Masa Pajak
atau Tahun Pajak.

PA
Pasal 26 Ayat (3)
Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan dapat berupa mengabulkan seluruhnya atau
sebagian, menolak, atau menambah besarnya jumlah pajak yang masih harus dibayar.

Pasal 6 A ayat (1)

N
Tata Cara pengajuan dan penyelesaian keberatan diatur dengan atau berdasarkan peraturan
Menteri Keuangan.

LA
Pasal 27 ayat (1)
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajak atas
Surat Keputusan Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1)

Pasal 29 DI
Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka
GA
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pasal 31
(1) Tata cara pemeriksaan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
N

(2) Tata cara pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di antaranya mengatur
tentang pemeriksaan ulang, jangka waktu pemeriksaan, kewajiban menyampaikan surat
pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak, dan hak Wajib Pajak untuk hadir
PE

dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang ditentukan.

Pasal 36
(1 Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat :
T

a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan


kenaikan yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
IA

perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau
bukan karena kesalahannya;
b. mengurangkan atau membatalkan suart ketetapan pajak yang tidak benar;
AR

c. mengurangkan atau membatalkan Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 14 yang tidak benar;atau
d. membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan
yang dilaksanakan tanpa :
ET

1. penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan;atau


2. pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak.

Penjelasan
KR

Ayat (1)
Dalam praktik dapat ditemukan sanksi administrasi yang dikenakan kepada Wajib Pajak tidak
tepat karena ketidaktelitian petugas pajak yang dapat membebani Wajib Pajak yang tiidak
bersalah atau tidak memahami peraturan perpajakan. Dalam hal demikian, sanksi administrasi
SE

berupa bunga, denda, dan kenaikan yang telahditetapkan dapat dihapuskan atau dikurangkan
oleh Direktur Jenderal Pajak.

Selain itu, Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan Wajib Pajak dan
berlandaskan unsur keadilan dapat mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak
yang tidak benar, misalnya Wajib Pajak yang ditolak pengajuan keberatannya karena tidak
memenuhi persyaratan formal (memasukkan surat keberatan tidak pada waktunya) meskipun
persyaratan material terpenuhi.

Demikian juga, atas Surat Tagihan Pajak yang tidak benar dapat dilakukan pengurangan atau
pembatalan oleh Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan Wajib
Pajak.

Dalam rangka memberikan keadilan dan melindungi hak Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak

K
atas kewenangannya atau atas permohonan Wajib Pajak dapat mernbatalkan hasil
pemeriksaan pajak yang dilaksanakan tanpa penyampaian surat pemberitahuan hasil

JA
pemeriksaan atau tanpa dilakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak.
Namun, dalam hal Wajib Pajak tidak hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan sesuai
dengan batas waktu yang ditentukan, permohonan Wajib Pajak tidak dapat dipertimbangkan;

PA
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015

Pasal 41

N
(1) Hasil Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus
diberitahukan kepada Wajib Pajak melalui penyampaian SPHP yang dilampiri dengan daftar
temuan hasil Pemeriksaan.

LA
(2) SPHP dan daftar temuan hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan oleh Pemeriksa Pajak secara langsung atau melalui faksimili.
(3) Dalam hal SPHP disampaikan secara langsung dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari

DI
Wajib Pajak menolak untuk menerima SPHP, Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib
Pajak harus menandatangani surat penolakan menerima SPHP.
(4) Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak menandatangani surat
penolakan menerima SPHP sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pemeriksa Pajak
GA
membuat berita acara penolakan menerima SPHP yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa
Pajak

Pasal 42
N

(1) Wajib Pajak wajib memberikan tanggapan tertulis atas SPHP dan daftar temuan hasil
Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) dalam bentuk:
PE

a. lembar pernyataan persetujuan hasil pemeriksaan dalam hal Wajib Pajak menyetujui
seluruh hasil Pemeriksaan; atau
b. surat sanggahan, dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh hasil
Pemeriksaan.
(2) Tanggapan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan dalam jangka
T

waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal diterimanya SPHP oleh Wajib Pajak.
(3) Wajib Pajak dapat melakukan perpanjangan jangka waktu penyampaian tanggapan tertulis
IA

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja
terhitung sejak jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berakhir.
AR

(4) Untuk melakukan perpanjangan jangka waktu penyampaian tanggapan sebagaimana


dimaksud pada ayat (3), Wajib Pajak harus menyampaikan pemberitahuan tertulis sebelum
jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berakhir.

(5) Tanggapan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pemberitahuan tertulis
ET

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan oleh Wajib Pajak secara langsung atau
melalui faksimili.
(6) Dalam hal Wajib Pajak tidak menyampaikan tanggapan tertulis atas SPHP, Pemeriksa Pajak
membuat berita acara tidak disampaikannya tanggapan tertulis atas SPHP yang
KR

ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak.

Pasal 43
(1) Dalam rangka melaksanakan pembahasan atas hasil Pemeriksaan yang tercantum dalam
SE

SPHP dan daftar temuan hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat
(1) kepada Wajib Pajak harus diberikan hak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan.
(2) Hak hadir sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan melalui penyampaian undangan
secara tertulis kepada Wajib Pajak dengan mencantumkan hari dan tanggal
dilaksanakannya Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.
(3) Undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disampaikan kepada Wajib Pajak
dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak:
a. diterimanya tanggapan tertulis atas SPHP dari Wajib Pajak sesuai jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) atau ayat (3); atau
b. berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (3), dalam hal
Wajib Pajak tidak menyampaikan tanggapan tertulis atas SPHP.
(4) Undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat disampaikan oleh Pemeriksa Pajak

K
secara langsung atau melalui faksimili.
Pasal 44 ayat (4)
Apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak:

JA
a) menyampaikan surat sanggahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) huruf b
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) atau ayat (3); dan
b) tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal

PA
yang tercantum dalam undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat
(2),Pemeriksa Pajak membuat risalah pembahasan berdasarkan surat sanggahan, berita
acara ketidakhadiran Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, dan berita
acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan ikhtisar hasil
pembahasan akhir, yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak.

N
Pasal 46

LA
(1) Dalam hal Wajib Pajak tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan pada hari
dan tanggal sesuai undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2),
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dianggap telah dilakukan.
(2) Dalam hal Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dianggap telah dilakukan sebagaimana

DI
dimaksud pada ayat (1), berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri
dengan ihtisar hasil pembahasan akhir ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak.
GA
 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak

Pasal 1 angka 10
Surat Bantahan adalah surat dari pemohon Banding atau penggugat kepada Pengadilan Pajak
yang berisi bantahan atas surat uraian Banding atau Surat Tanggapan.
N

1. Penjelasan Terbanding
PE

a. Bahwa dalam surat bantahan atas Surat Uraian Banding nomor S-3082/WPJ.19/2017
tanggal 24 Oktober 2017, Pemohon Banding mengemukakan pemenuhan formal oleh
Terbanding terkait prosedur pemeriksaan;
T

bahwa menurut Pemohon Banding, Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (“SPHP”),


Pembahasan Hasil Akhir Pemeriksaan (“PHAP”), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
IA

(“SKPKB”) dan Keputusan Terbanding yang menolak Keberatan Pemohon Banding Batal Demi
Hukum Akibat Surat Undangan Terbanding Kepada Pemohon Banding untuk PHAP Daluwarsa,
dengan mengemukakan alasan-alasan sebagaimana diuraikan pada bagian A menurut
AR

Pemohon Banding;

bahwa Pemohon Banding juga menyimpulkan bahwa PHAP dan berita acara terkait yang
diselesaikan secara sepihak oleh Terbanding menjadi batal demi hukum sehingga segala
ET

produk turunannya berupa SKPKB, Surat Keputusan tentang Keberatan Pemohon Banding
terhadap SKP KB terkait seharusnya juga menjadi batal demi hukum;

bahwa berdasarkan penelitian pada surat keberatan, laporan keberatan, surat banding, dan
KR

surat uraian banding, tidak terdapat sengketa formal terkait prosedur pemeriksaan terhadap
Pemohon Banding;

bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang


SE

Pengadilan Pajak, dinyatakan “Surat Bantahan adalah surat dari pemohon Banding atau
penggugat kepada Pengadilan Pajak yang berisi bantahan atas surat uraian Banding atau Surat
Tanggapan.”

bahwa mengacu pada Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002, maka
seharusnya Surat Bantahan dari Pemohon Banding hanya berisi bantahan atas surat uraian
banding yang telah dibuat Terbanding, bukan mengungkapkan hal-hal baru di luar sengketa
banding;

bahwa faktanya, surat bantahan dari Pemohon Banding membahas hal-hal baru di luar
sengketa banding, yaitu pemenuhan formal terkait prosedur pemeriksaan. Terbanding
berpendapat bahwa surat bantahan dari Pemohon Banding tidak memenuhi ketentuan Pasal 1
angka 10 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002;

K
b. Bahwa seluruh prosedur pemeriksaan telah dilaksanakan oleh Terbanding. Berdasarkan
penelitian pada Laporan Pemeriksaan Pajak nomor LAP-

JA
142/WPJ.19/KP.0105/RIK.SIS/2016 tanggal 25 Februari 2016, Kertas Kerja Pemeriksaan
(KKP), Risalah Pembahasan, Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Laporan
Penelitian Keberatan nomor LAP-1194/WPJ.19/2017 tanggal 10 Mei 2017, Surat Banding,

PA
Surat Uraian Banding dan surat bantahan Pemohon Banding atas Surat Uraian Banding
nomor S-3082/WPJ.19/2017 tanggal 24 Oktober 2017, diketahui sebagai berikut:
 Tanggal 3 Desember 2014 Terbanding menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak
Nomor PRIN-00460/WPJ.019/KP.0105/RIK.SIS/2014 tanggal 3 Desember 2014 untuk
melakukan pemeriksaan pajak terhadap Pemohon Banding, meliputi seluruh jenis pajak

N
tahun pajak 2011;
 Tanggal 11 Desember 2014 telah dilakukan pembahasan dengan Pemohon Banding
yang dihadiri Sdr. Alfiantori untuk:

LA
- Menjelaskan alasan dan tujuan dilakukan pemeriksaan;
- Menjelaskan hak dan kewajiban Pemohon Banding selama dan setelah pelaksanaan
pemeriksaan;

DI
- Hak Pemohon Banding mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan
dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan dalam hal terdapat hasil pemeriksaan
yang belum disepakati antara Terbanding dengan Pemohon Banding dalam
GA
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan;
- Menjelaskan buku, catatan, dan atau dokumen yang akan dipinjam dari Pemohon
Banding; dan
- Menyampaikan dan menjelaskan Formulir Kuesioner Pemeriksaan.
 Tanggal 28 Januari 2016Terbanding menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil
N

Pemeriksaan (SPHP) nomor SPHP-00088/WPJ.019/RIK.SIS/2016 tanggal 27 Januari


2016 secara langsung kepada Pemohon Banding dan diterima oleh Sdr. Alfiantori
PE

tanggal 28 Januari 2016 yang merupakan karyawan Pemohon Banding dan di stempel
perusahaan Pemohon Banding;
 Tanggal 5 Februari 2016 Pemohon Banding menyampaikan permohonan perpanjangan
batas waktu pemberian tanggapan SPHP dengan surat nomor Ref: 0043/DIR-AKT-
JKT/II/2016 tanggal 04 Februari 2016 yang diterima KPP Wajib Pajak Besar Satu
T

tanggal 05 Februari 2016 berdasarkan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD)


nomor PEM:01000737\091\feb\2016 tanggal 5 Februari 2016;
IA

 Tanggal 11 Februari 2016 Pemohon Banding menyampaikan tanggapan tertulis atas


SPHP dengan surat nomor Ref: 0053/Dir-Akt-Jkt/II/16 tanggal 11 Februari 2016.
AR

Tanggapan tertulis diterima KPP Wajib Pajak Besar Satu pada tanggal 11 Februari 2016
berdasarkan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) nomor
PEM:01000986\091\feb\2016 tanggal 11 Februari 2016;
 Tanggal 18 Februari 2016 Pemohon Banding menerbitkan Surat Panggilan untuk
menandatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan nomor S-
ET

98/WPJ.19/KP.0100/2016 tanggal 18 Februari 2016. Pemohon Banding dipanggil untuk


menadatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan pada tanggal 23
Februari 2016. Surat dikirim secara langsung kepada Wajib Pajak dan diterima oleh Sdr.
Alfiantori tanggal 22 Februari 2016 yang merupakan karyawan Pemohon Banding;
KR

 Tanggal 23 Februari 2016 Pemohon Banding menyampaikan permohonan penundaan


waktu penandatanganan Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Sehubungan dengan
Hasil Pemeriksaan Tahun Pajak 2011 dengan surat nomor Ref: 0072/DIR-AKT-
JKT/II/2016 tanggal 22 Februari 2016 yang diterima Terbanding tanggal 23 Februari
SE

2016 berdasarkan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) nomor


PEM:01001347\091\feb\2016 tanggal 23 Februari 2016;
 Tanggal 24 Februari 2016 Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan
Risalah Pembahasan ditandatangani oleh Terbanding dan Tidak ditandatangani oleh
Pemohon Banding;
 Tanggal 26 Februari 2016 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan
diterbitkan Terbanding;
c. Bahwa pada persidangan tanggal 3 April 2018, Terbanding telah memperlihatkan dan
menyerahkan kepada Majelis, salinan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP)
nomor SPHP-00088/WPJ.019/RIK.SIS/2016 tanggal 27 Januari 2016 yang diterima
langsung oleh Sdr. Alfiantori pada tanggal 28 Januari 2018 dan stempel perusahaan
Pemohon Banding beserta salinan bukti pengiriman melalui facsimile;

K
bahwa berdasarkan hasil penelitian pada SPT Masa PPh Pasal 21 Masa Pajak Januari
2016 yang terdapat pada Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP), Sdr Alfiantori

JA
merupakan pegawai tetap pada Pemohon Banding;

d. Bahwa atas surat pemberitahuan hasil pemeriksaan (SPHP) tersebut, Pemohon Banding

PA
juga telah memberikan tanggapan tertulis dengan surat nomor Ref: 0053/Dir-Akt-Jkt/II/16
tanggal 11 Februari 2016. Tanggapan tertulis diterima Terbanding pada tanggal 11 Februari
2016 berdasarkan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) nomor
PEM:01000986\091\feb\2016 tanggal 11 Februari 2016;

N
bahwa dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan (SPHP) nomor SPHP-00088/WPJ.019/RIK.SIS/2016 tanggal 27 Januari 2016
telah secara nyata dan sah diterima oleh Pemohon Banding;

LA
e. Bahwa Tanggapan Pemohon Banding atas SPHP juga telah dipertimbangkan oleh
Terbanding. Hal ini bisa dilihat dalam Risalah Pembahasan dan Ikhtisar Hasil Pembahasan
Akhir, terdapat koreksi yang dibatalkan oleh Terbanding;

f. DI
Bahwa Terbanding juga telah mengirimkan kepada Pemohon Banding Surat Panggilan
untuk menandatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan nomor S-
98/WPJ.19/KP.0100/2016 tanggal 18 Februari 2016. Surat panggilan tersebut juga telah
GA
diterima oleh Pemohon Banding pada tanggal 22 Februari 2016;

bahwa atas surat panggilan untuk menandatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan, Pemohon Banding menyampaikan surat permohonan penundaan waktu
N

penandatanganan Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Sehubungan dengan Hasil


Pemeriksaan Tahun Pajak 2011 dengan surat nomor Ref: 0072/DIR-AKT-JKT/II/2016
tanggal 22 Februari 2016 yang diterima Terbanding tanggal 23 Februari 2016 berdasarkan
PE

Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) nomor PEM:01001347\091\feb\2016 tanggal


23 Februari 2016. Dalam surat permohonan penundaan tersebut, Pemohon Banding
meminta closing pemeriksaan pajak Pemohon Banding tahun 2011 ditunda sampai dengan
tanggal 3 Maret 2016;
T

g. Bahwa mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata
IA

Cara Pemeriksaan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.03/2015, penundaan closing pemeriksaan sebagaimana diajukan Pemohon
Banding, tidak termasuk yang diatur di dalam Peraturan Menteri Keuangan tersebut. Bahwa
AR

sesuai dengan ketentuan Pasal 44 ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor
17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015;
ET

Apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak:


a. menyampaikan surat sanggahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) huruf
b dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) atau ayat (3);
dan
KR

b. tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal
yang tercantum dalam undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2),
Pemeriksa Pajak membuat risalah pembahasan berdasarkan surat sanggahan, berita acara
ketidakhadiran Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, dan berita
acaraPembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan ikhtisar hasil
SE

pembahasan akhir, yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak.


bahwa prosedur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4) Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015 telah dilaksanakan
oleh Pemeriksa Pajak/Terbanding;
h. Bahwa erdasarkan uraian dan ketentuan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Sesuai dengan Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan ditegaskan Pemohon Banding dapat mengajukan permohonan
banding hanya kepada badan peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1);
2) Berdasarkan penelitian lebih lanjut atas Surat Keberatan dan Surat Banding, diketahui

K
bahwa Pemohon Banding tidak menyengketakan terkait formal penerbitan SKP;
3) Berdasarkan penjelasan Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang tentang Ketentuan Umum

JA
dan Tata Cara Perpajakanditegaskan bahwa Keberatan yang diajukan adalah mengenai
materi atau isi dari ketetapan pajak;
4) Apabila Pemohon Banding tidak setuju dengan formal penerbitan SKP yang tidak sesuai
prosedur dan tata cara yang telah diatur, maka seharusnya Pemohon Banding

PA
mengajukan permohonan berdasarkan Pasal 36 ayat (1) huruf d Undang-Undang
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan atau Gugatan berdasarkan Pasal
23 ayat (2) huruf d;
5) Untuk Pasal 36 ayat (1) huruf d Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, pembatalan hanya dibatasi atas dua hal yaitu hasil pemeriksaan pajak

N
atau surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa
1.penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau 2.pembahasan akhir hasil

LA
pemeriksaan dengan Wajib Pajak;
6) Bahwa Pemohon Banding sudah menerima SPHP dan panggilan untuk pembahasan
akhir hasil pemeriksaan. Pemohon Banding juga sudah memberikan tanggapan. Atas
tanggapan yang disampaikan oleh Pemohon Banding, sebagian sudah diakui oleh

DI
Terbanding dengan adanya sebagian koreksi yang dibatalkan oleh Terbanding;
7) Untuk Tahun Pajak yang sama, atas sengketa PPN, PPN Pemungutan dan PPN atas
Pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pabean juga telah diajukan banding, tetapi
GA
Pemohon Banding tidak menyengketakan terkait formal penerbitan SKP dan sudah
masuk tahap penelitian materi sengketa banding;
8) Berdasarkan uraian di atas, Terbanding berpendapat bahwa seluruh prosedur
pemeriksaan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013
tentang Tata Cara Pemeriksaan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
N

Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015 telah dilaksanakan oleh Terbanding;


PE

bahwa dengan demikian, Terbanding mengusulkan kepada Majelis untuk menolak banding
Pemohon Banding dan mempertahankan Keputusan Terbanding Nomor
KEP-00564/KEB/WPJ.19/2017 tanggal 10 Mei 2017 tentang keberatan Wajib Pajak atas Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Pasal 23 Masa Pajak Desember 2011 atas
nama Pemohon Banding NPWP 01.596.051.1-091.000;
T

bahwa dalam persidangan Terbanding menyampaikan Pendapat Akhir Nomor


IA

S-7957/PJ.07/2007 tanggal 30 Oktober 2018 yang memuat hal-hal pokok sebagai berikut:

A. Dasar Hukum
AR

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa
kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994
ET

Pasal 23
Ayat (1) : Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah, Subyek Pajak badan dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
KR

kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang
wajib membayarkan :
a. sebesar 15 % (lima belas persen) dari jumlah bruto atas :
1) dividen;
SE

2) bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan


pengembalian utang;
3) royalti;
4) hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf e;
b. sebesar 15 % (lima belas persen) dari jumlah bruto dan bersifat final atas bunga simpanan
yang dibayarkan oleh koperasi;
c. sebesar 15 % (lima belas persen) dari perkiraan penghasilan netto atas :
1) sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
2) imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa
konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21.

Ayat (2) : Besarnya perkiraan penghasilan neto dan jenis jasa lain sebagaimana dimaksud pada

K
ayat (1) huruf c ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

JA
Ayat (3) : Orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri dapat ditunjuk oleh Direktur Jenderal
Pajak untuk memotong pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Ayat (4) : Pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dilakukan atas :

PA
a. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;
b. sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak
opsi;
c. dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f;
d. bunga obligasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf i;

N
e. bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf j;
f. sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya;

LA
g. bunga simpanan yang tidak melebihi batas yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya."

Pasal 33 A ayat (4)


DI
Wajib Pajak yang menjalankan usaha di bidang pertambangan minyak dan gas bumi,
pertambangan umum, dan pertambangan lainnya berdasarkan Kontrak Bagi Hasil, Kontrak
Karya, atau perjanjian kerjasama pengusahaan pertambangan yang masih berlaku pada saat
GA
berlakunya Undang-undang ini, pajaknya dihitung berdasarkan ketentuan dalam Kontrak Bagi
Hasil, Kontrak Karya, atau perjanjian kerjasama pengusahaan pertambangan tersebut sampai
dengan berakhirnya kontrak atau perjanjian kerjasama dimaksud

Penjelasan :
N

Ketentuan pajak dalam kontrak bagi hasil, kontrak karya, atau perjanjian kerja sama
pengusahaan pertambangan yang masih berlaku pada saat berlakunya Undang-undang ini,
PE

dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya kontrak bagi hasil, kontrak karya, atau
perjanjian kerja sama pengusahaan pertambangan tersebut. Walaupun Undang-undang ini
sudah mulai berlaku, namun kewajiban pajak bagi Wajib Pajak yang terikat dengan kontrak bagi
hasil, kontrak karya atau perjanjian kerjasama pengusahaan pertambangan tetap dihitung
T

berdasar kontrak atau perjanjian dimaksud.


IA

Dengan demikian, ketentuan Undang-undang ini baru diberlakukan untuk pengenaan pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak di bidang pengusahaan pertambangan
minyak dan gas bumi dan pengusahaan pertambangan umum lainnya yang dilakukan dalam
AR

bentuk kontrak karya, kontrak bagi hasil, atau perjanjian kerjasama pengusahaan
pertambangan, yang ditanda tangani setelah berlakunya Undang-undang ini

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-10/PJ./1995 tentang Perkiraan Penghasilan


Neto Yang Digunakan Sebagai Dasar Pemotongan Pajak Penghasilan Dan Jenis Jasa Lain
ET

Yang Atas Imbalannya Dipotong Pajak Penghasilan Berdasarkan Pasal 23 Ayat (1) Huruf C
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Sebagaimana Telah Diubah
Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994
KR

Pasal 1
Jenis jasa lain yang atas imbalannya dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994 adalah :
SE

1. Jasa perancang bangunan, jasa perancang interior dan jasa perancang pertamanan;
2. Jasa pemborong bangunan;
3. Jasa akuntansi dan pembukuan;
4. Jasa pembersihan dan jasa pembasmian hama;
5. Jasa penebangan hutan;
yang dilakukan oleh Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap.
Pasal 2
Perkiraan penghasilan neto yang digunakan sebagai dasar pemotongan Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983
sebagaimana telah diubahterakhir dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994, adalah
sebagai berikut:
a. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang diterima atau
diperoleh oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri 80%

K
b. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang diterima atau
diperoleh oleh Wajib Pajak badan dalam negeri atau bentuk usaha tetap 40%

JA
c. imbalan jasa teknik, jasa manajemen dan jasa konsultan 40%
d. imbalan jasa lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 selain jasa pemborong bangunan
40%
e. imbalan jasa konstruksi atau jasa pemborong bangunan 10% dari jumlah bruto tidak

PA
termasuk Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-76/PJ./1995 tentang Perubahan Keputusan


Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-10/PJ./1995 Tanggal 31 Januari 1995 Tentang Perkiraan

N
Penghasilan Neto Yang Digunakan Sebagai Dasar Pemotongan Pajak Penghasilan Dan Jenis
Jasa Lain Yang Atas Imbalannya Dipotong Pajak Penghasilan Berdasarkan Pasal 23 Ayat (1)

LA
Huruf c Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Sebagaimana Telah
Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994

Pasal 1
DI
Jenis jasa lain yang atas imbalannya dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1994 adalah :
GA
1. Jasa perancang bangunan, jasa perancang interior dan jasa perancang pertamanan;
2. Jasa pemborong bangunan;
3. Jasa akuntansi dan pembukuan;
4. Jasa penebangan hutan;
5. Jasa pembasmian hama dan jasa pembersihan;
N

6. Jasa selain yang tersebut pada butir 1 sampai dengan butir 5 yang pembayarannya
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan
PE

dan Belanja Daerah, yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha tetap,
selain yang telah dipotong PPh Pasal 21."

Pasal 2
T

Perkiraan Penghasilan Neto yang digunakan sebagai dasar pemotongan Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983
IA

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994, adalah
sebagai berikut:
a. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang diterima atau
AR

diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri 80%


b. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak badan dalam negeri atau bentuk usaha tetap 40%
c. imbalan jasa teknik, jasa manajemen dan jasa konsultan 40%
d. imbalan jasa perancang bangunan, jasa perancang interior, dan jasa pertamanan 40%
ET

e. imbalan jasa akuntansi dan pembukuan 40%


f. imbalan jasa penebangan hutan 40%
g. imbalan pembasmian hama dan jasa pembersihan 10%
h. imbalan jasa kontruksi atau jasa pemborong bangunan 10%
KR

i. imbalan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 6 10% dari jumlah bruto tidak
termasuk Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah.
SE

B. Data dan Fakta

bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan, Terbanding melakukan koreksi positif DPP
PPh Pasal 23 untuk Masa Pajak Desember 2011 sebesar Rp279.226.573.241,00 yang
diperoleh berdasarkan equalisasi objek PPh Pasal 23 yang dilaporkan dalam SPT Masa
dengan pos-pos biaya dalam laporan laba rugi dan pos-pos neraca. Selisih positif hasil
ekualisasi tersebut merupakan objek PPh Pasal 23 yang belum dilaporkan oleh Pemohon
Banding dan menghitung besarnya PPh Pasal 23 terutang dengan menggunakan tarif PPh
Pasal 23 terutang sebesar 15% x Perkiraan Penghasilan Neto;

bahwa pada saat proses penelitian keberatan, Terbanding telah mengirimkan surat permintaan
peminjaman buku, catatan, data, dan informasi pertama Nomor S-5439/WPJ.19/BD.05/2016
tanggal 9 November 2016, dan surat permintaan peminjaman buku, catatan, data, dan
informasi kedua Nomor S-548/WPJ.19/BD.05/2017 tanggal 2 Februari 2017;

K
bahwa Pemohon Banding tidak memperlihatkan dan meminjamkan seluruhnya buku, catatan,

JA
data, dan informasi yang diminta sesuai surat permintaan pertama dan kedua;

bahwa Terbanding telah membuat Berita Acara Tidak Memenuhi Sebagian/Seluruhnya


Permintaan Peminjaman dan/atau Permintaan Keterangan Nomor BA-423/WPJ.19/2017

PA
tanggal 13 Maret 2017;

bahwa dalam persidangan hari Selasa, tanggal 14 Agustus 2018, Pemohon Banding
menyatakan setuju dan tidak mempermasalahkan tarif PPh Pasal 23 yang terutang;

N
C. TANGGAPAN TERBANDING

LA
Penjelasan Terbanding Terkait Tanggapan Pemohon Banding Atas Ketentuan Formal
Pemeriksaan

2. Dasar Hukum
DI
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
GA
2009

Pasal 23 ayat (2)


Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap:
N

a. pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman


Lelang;
b. keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak;
PE

c. keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain yang


ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26; atau
d. penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang dalam
penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah diatur dalam
T

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan hanya dapat diajukan kepada badan


peradilan pajak.
IA

Pasal 25 Ayat (1)


Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu:
AR

a. Surat Ketetapan Pajak Kurang bayar;


b. Surat ketetapan Pajak Kurang Bayar Tamabahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
d. Surat ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau
ET

e. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

Penjelasan Pasal 25 ayat (1)


KR

Keberatan yang diajukan adalah mengenai materi atau isi dari ketetapan pajak, yaitu jumlah
rugi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, jumlah besarnya
pajak, atau pemotongan atau pemungutan pajak. Yang dimaksud dengan "suatu" pada ayat ini
adalah 1 (satu) keberatan harus diajukan terhadap 1 (satu) jenis pajak dan 1 (satu) Masa Pajak
SE

atau Tahun Pajak.

Pasal 26 Ayat (3)


Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan dapat berupa mengabulkan seluruhnya atau
sebagian, menolak, atau menambah besarnya jumlah pajak yang masih harus dibayar.

Pasal 26 A ayat (1)


Tata Cara pengajuan dan penyelesaian keberatan diatur dengan atau berdasarkan peraturan
Menteri Keuangan.

Pasal 27 ayat (1)


Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajak atas
Surat Keputusan Keberatan sebagaimana dimaksud dalamPasal 26 ayat (1)

K
Pasal 29

JA
Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

PA
Pasal 31
1. Tata cara pemeriksaan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
2. Tata cara pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di antaranya mengatur
tentang pemeriksaan ulang, jangka waktu pemeriksaan, kewajiban menyampaikan surat

N
pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak, dan hak Wajib Pajak untuk hadir
dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang ditentukan.

LA
Pasal 36
(1) Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat :
a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan
kenaikan yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

bukan karena kesalahannya;


DI
perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau

b. mengurangkan atau membatalkan suart ketetapan pajak yang tidak benar;


GA
c. mengurangkan atau membatalkan Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 yang tidak benar;atau
d. membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak dari hasil
pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa :
N

1. penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau


2. pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak.
PE

Penjelasan
Ayat (1)
Dalam praktik dapat ditemukan sanksi administrasi yang dikenakan kepada Wajib Pajak tidak
tepat karena ketidaktelitian petugas pajak yang dapat membebani Wajib Pajak yang tiidak
T

bersalah atau tidak memahami peraturan perpajakan. Dalam hal demikian, sanksi administrasi
berupa bunga, denda, dan kenaikan yang telahditetapkan dapat dihapuskan atau dikurangkan
IA

oleh Direktur Jenderal Pajak.

Selain itu, Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan Wajib Pajak dan
AR

berlandaskan unsur keadilan dapat mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak
yang tidak benar, misalnya Wajib Pajak yang ditolak pengajuan keberatannya karena tidak
memenuhi persyaratan formal (memasukkan surat keberatan tidak pada waktunya) meskipun
persyaratan material terpenuhi.
ET

Demikian juga, atas Surat Tagihan Pajak yang tidak benar dapat dilakukan pengurangan atau
pembatalan oleh Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan Wajib
Pajak.
KR

Dalam rangka memberikan keadilan dan melindungi hak Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak
atas kewenangannya atau atas permohonan Wajib Pajak dapat mernbatalkan hasil
pemeriksaan pajak yang dilaksanakan tanpa penyampaian surat pemberitahuan hasil
pemeriksaan atau tanpa dilakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak.
SE

Namun, dalam hal Wajib Pajak tidak hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan sesuai
dengan batas waktu yang ditentukan, permohonan Wajib Pajak tidak dapat dipertimbangkan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan


sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015

Pasal 41
(1) Hasil Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus
diberitahukan kepada Wajib Pajak melalui penyampaian SPHP yang dilampiri dengan
daftar temuan hasil Pemeriksaan.
(2) SPHP dan daftar temuan hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan oleh Pemeriksa Pajak secara langsung atau melalui faksimili.
(3) Dalam hal SPHP disampaikan secara langsung dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari

K
Wajib Pajak menolak untuk menerima SPHP, Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib
Pajak harus menandatangani surat penolakan menerima SPHP.

JA
(4) Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak menandatangani surat
penolakan menerima SPHP sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pemeriksa Pajak
membuat berita acara penolakan menerima SPHP yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa
Pajak.

PA
Pasal 42
(1) Wajib Pajak wajib memberikan tanggapan tertulis atas SPHP dan daftar temuan hasil
Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) dalam bentuk:
a. lembar pernyataan persetujuan hasil pemeriksaan dalam hal Wajib Pajak menyetujui

N
seluruh hasil Pemeriksaan; atau
b. surat sanggahan, dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh hasil

LA
Pemeriksaan.
(2) Tanggapan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan dalam jangka
waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal diterimanya SPHP oleh Wajib Pajak
(3) Wajib Pajak dapat melakukan perpanjangan jangka waktu penyampaian tanggapan tertulis
DI
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja
terhitung sejak jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berakhir.
(4) Untuk melakukan perpanjangan jangka waktu penyampaian tanggapan sebagaimana
GA
dimaksud pada ayat (3), Wajib Pajak harus menyampaikan pemberitahuan tertulis sebelum
jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berakhir.
(5) Tanggapan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pemberitahuan tertulis
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan oleh Wajib Pajak secara langsung atau
melalui faksimili.
N

(6) Dalam hal Wajib Pajak tidak menyampaikan tanggapan tertulis atas SPHP, Pemeriksa
Pajak membuat berita acara tidak disampaikannya tanggapan tertulis atas SPHP yang
PE

ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak.

Pasal 43
(1) Dalam rangka melaksanakan pembahasan atas hasilPemeriksaan yang tercantum dalam
T

SPHP dan daftar temuan hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat
(1) kepada Wajib Pajak harus diberikan hak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil
IA

Pemeriksaan.
(2) Hak hadir sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan melalui penyampaian undangan
secara tertulis kepada Wajib Pajak dengan mencantumkan hari dan tanggal
AR

dilaksanakannya Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.


(3) Undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disampaikan kepada Wajib Pajak
dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak:
c. diterimanya tanggapan tertulis atas SPHP dari Wajib Pajak sesuai jangka waktu
ET

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) atau ayat (3); atau
d. berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (3), dalam hal
Wajib Pajak tidak menyampaikan tanggapan tertulis atas SPHP.
(4) Undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat disampaikan oleh Pemeriksa Pajak
KR

secara langsung atau melalui faksimili.

Pasal 44 ayat (4)


Apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak:
b menyampaikan surat sanggahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) huruf b
SE

dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) atau ayat (3); dan
c tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal
yang tercantum dalam undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat
(2),Pemeriksa Pajak membuat risalah pembahasan berdasarkan surat sanggahan, berita
acara ketidakhadiran Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, dan berita
acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan ikhtisar hasil
pembahasan akhir, yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak.

K
Pasal 46
(1) Dalam hal Wajib Pajak tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan pada hari

JA
dan tanggal sesuai undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2),
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dianggap telah dilakukan.
(2) Dalam hal Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dianggap telah dilakukan sebagaimana

PA
dimaksud pada ayat (1), berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri
dengan ihtisar hasil pembahasan akhir ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak

N
Pasal 1 angka 10
Surat Bantahan adalah surat dari pemohon Banding atau penggugat kepada Pengadilan Pajak
yang berisi bantahan atas surat uraian Banding atau Surat Tanggapan.

LA
2. Penjelasan Terbanding

DI
a. Bahwa dalam surat bantahan atas Surat Uraian Banding nomor S-3082/WPJ.19/2017
tanggal 24 Oktober 2017, Pemohon Banding mengemukakan pemenuhan formal oleh
Terbanding terkait prosedur pemeriksaan;
GA
bahwa menurut Pemohon Banding, Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (“SPHP”),
Pembahasan Hasil Akhir Pemeriksaan (“PHAP”), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(“SKPKB”) dan Keputusan Terbanding yang menolak Keberatan Pemohon Banding Batal
Demi Hukum Akibat Surat Undangan Terbanding Kepada Pemohon Banding untuk PHAP
N

Daluwarsa, dengan mengemukakan alasan-alasan sebagaimana diuraikan pada bagian A


menurut Pemohon Banding;
PE

bahwa Pemohon Banding juga menyimpulkan bahwa PHAP dan berita acara terkait yang
diselesaikan secara sepihak oleh Terbanding menjadi batal demi hukum sehingga segala
produk turunannya berupa SKPKB, Surat Keputusan tentang Keberatan Pemohon Banding
terhadap SKPKB terkait seharusnya juga menjadi batal demi hukum;
T

b. Bahwa berdasarkan penelitian pada Surat Keberatan, laporan keberatan, Surat Banding, dan
IA

Surat Uraian Banding, tidak terdapat sengketa formal terkait prosedur pemeriksaan terhadap
Pemohon Banding;
AR

bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang


Pengadilan Pajak,
“Surat Bantahan adalah surat dari pemohon Banding atau penggugat kepada Pengadilan
Pajak yang berisi bantahan atas surat uraian Banding atau Surat Tanggapan.”
ET

bahwa mengacu pada Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002, maka
seharusnya Surat Bantahan dari Pemohon Banding hanya berisi bantahan atas Surat Uraian
Banding yang telah dibuat Terbanding, bukan mengungkapkan hal-hal baru di luar sengketa
KR

banding;

bahwa faktanya, surat bantahan dari Pemohon Banding membahas hal-hal baru di luar
sengketa banding, yaitu pemenuhan formal terkait prosedur pemeriksaan. Terbanding
berpendapat bahwa surat bantahan dari Pemohon Banding tidak memenuhi ketentuan Pasal
SE

1 angka 10 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002;


c. Bahwa seluruh prosedur pemeriksaan telah dilaksanakan oleh Terbanding. Berdasarkan
penelitian pada Laporan Pemeriksaan Pajak nomor LAP-142/WPJ.19/KP.0105/RIK.SIS/2016
tanggal 25 Februari 2016, Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP), Risalah Pembahasan, Berita
Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Laporan Penelitian Keberatan nomor
LAP-1194/WPJ.19/2017 tanggal 10 Mei 2017, Surat Banding, Surat Uraian Banding dan
surat bantahan Pemohon Banding atas Surat Uraian Banding nomor S-3082/WPJ.19/2017
tanggal 24 Oktober 2017, diketahui sebagai berikut:

K
 Tanggal 3 Desember 2014 – Terbanding menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak
Nomor PRIN-00460/WPJ.019/KP.0105/RIK.SIS/2014 tanggal 3 Desember 2014 untuk

JA
melakukan pemeriksaan pajak terhadap Pemohon Banding, meliputi seluruh jenis pajak
tahun pajak 2011;
 Tanggal 11 Desember 2014 telah dilakukan pembahasan dengan Pemohon Banding yang

PA
dihadiri Sdr. Alfiantori untuk:
- Menjelaskan alasan dan tujuan dilakukan pemeriksaan;
- Menjelaskan hak dan kewajiban Pemohon Banding selama dan setelah pelaksanaan
pemeriksaan;
- Hak Pemohon Banding mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan

N
dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan dalam hal terdapat hasil pemeriksaan
yang belum disepakati antara Terbanding dengan Pemohon Banding dalam

LA
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan;
- Menjelaskan buku, catatan, dan atau dokumen yang akan dipinjam dari Pemohon
Banding dan
- Menyampaikan dan menjelaskan Formulir Kuesioner Pemeriksaan;
DI
 Tanggal 28 Januari 2016 – Terbanding menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan (SPHP) nomor SPHP-00088/WPJ.019/RIK.SIS/2016 tanggal 27 Januari
2016 secara langsung kepada Pemohon Banding dan diterima oleh Sdr. Alfiantori tanggal
GA
28 Januari 2016 yang merupakan karyawan Pemohon Banding dan di stempel
perusahaan Pemohon Banding;
 Tanggal 5 Februari 2016 – Pemohon Banding menyampaikan permohonan perpanjangan
batas waktu pemberian tanggapan SPHP dengan surat nomor Ref: 0043/DIR-AKT-
JKT/II/2016 tanggal 4 Februari 2016 yang diterima Terbanding tanggal 5 Februari 2016
N

berdasarkan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) nomor


PEM:01000737\091\feb\2016 tanggal 5 Februari 2016.
PE

 Tanggal 11 Februari 2016 – Pemohon Banding menyampaikan tanggapan tertulis atas


SPHP dengan surat nomor Ref: 0053/Dir-Akt-Jkt/II/16 tanggal 11 Februari 2016.
Tanggapan tertulis diterima Terbanding pada tanggal 11 Februari 2016 berdasarkan
Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) nomor PEM:01000986\091\feb\2016 tanggal
T

11 Februari 2016.
 Tanggal 18 Februari 2016 – Terbanding menerbitkan Surat Panggilan untuk
IA

menandatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan nomor S-


98/WPJ.19/KP.0100/2016 tanggal 18 Februari 2016. Pemohon Banding dipanggil untuk
menadatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan pada tanggal 23
AR

Februari 2016. Surat dikirim secara langsung kepada Pemohon Banding dan diterima
oleh Sdr. Alfiantori tanggal 22 Februari 2016 yang merupakan karyawan Pemohon
Banding dan di stempel perusahaan Pemohon Banding;
 Tanggal 23 Februari 2016 – Pemohon Banding menyampaikan permohonan penundaan
waktu penandatanganan Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Sehubungan dengan
ET

Hasil Pemeriksaan Tahun Pajak 2011 dengan surat nomor Ref: 0072/DIR-AKT-
JKT/II/2016 tanggal 22 Februari 2016 yang diterima KPP Wajib Pajak Besar Satu tanggal
23 Februari 2016 berdasarkan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) nomor
PEM:01001347\091\feb\2016 tanggal 23 Februari 2016.
KR

 Tanggal 24 Februari 2016 – Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan
Risalah Pembahasan ditandaangani oleh Terbanding dan Tidak ditandatangani oleh
Pemohon Banding;
 Tanggal 26 Februari 2016 – Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan
SE

Pasal 23 diterbitkan Terbanding;


d. Bahwa pada persidangan tanggal 3 April 2018, Terbanding telah memperlihatkan dan
menyerahkan kepada Majelis, salinan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP)
nomor SPHP-00088/WPJ.019/RIK.SIS/2016 tanggal 27 Januari 2016 yang diterima
langsung oleh Sdr. Alfiantori pada tanggal 28 Januari 2016 dan stempel perusahaan
Pemohon Banding beserta salinan bukti pengiriman melalui faksimile;

bahwa berdasarkan hasil penelitian pada SPT Masa PPh Pasal 21 Masa Pajak Januari 2016

K
yang terdapat pada Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP), Sdr Alfiantori
merupakan pegawai tetap pada perusahaanPemohon Banding;

JA
e. Bahwa atas surat pemberitahuan hasil pemeriksaan (SPHP) tersebut, Pemohon Banding
juga telah memberikan tanggapan tertulis dengan surat nomor Ref: 0053/Dir-Akt-Jkt/II/16

PA
tanggal 11 Februari 2016. Tanggapan tertulis diterima Terbanding pada tanggal 11 Februari
2016 berdasarkan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) nomor
PEM:01000986\091\feb\2016 tanggal 11 Februari 2016;

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan

N
(SPHP) nomor SPHP-00088/WPJ.019/RIK.SIS/2016 tanggal 27 Januari 2016 telah secara
nyata dan sah diterima oleh Pemohon Banding;

LA
f. Bahwa Tanggapan Pemohon Banding atas SPHP juga telah dipertimbangkan oleh
Terbanding. Hal ini bisa dilihat dalam Risalah Pembahasan dan Ikhtisar Hasil Pembahasan
Akhir, terdapat koreksi yang dibatalkan oleh Terbanding;

DI
g. Bahwa Terbanding juga telah mengirimkan kepada Pemohon Banding Surat Panggilan untuk
menandatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan nomor S-
98/WPJ.19/KP.0100/2016 tanggal 18 Februari 2016. Surat panggilan tersebut juga telah
GA
diterima oleh Pemohon Banding pada tanggal 22 Februari 2016;

bahwa atas surat panggilan untuk menandatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan, Pemohon Banding menyampaikan surat permohonan penundaan waktu
N

penandatanganan Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Sehubungan dengan Hasil


Pemeriksaan Tahun Pajak 2011 dengan surat nomor Ref: 0072/DIR-AKT-JKT/II/2016
tanggal 22 Februari 2016 yang diterima Terbanding tanggal 23 Februari 2016 berdasarkan
PE

Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) nomor PEM:01001347\091\feb\2016 tanggal 23


Februari 2016. Dalam surat permohonan penundaan tersebut, Pemohon Banding meminta
closing pemeriksaan pajak Pemohon Banding tahun 2011 ditunda sampai dengan tanggal 3
Maret 2016;
T

h. Bahwa mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata
IA

Cara Pemeriksaan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.03/2015, penundaan closing pemeriksaan sebagaimana diajukan Pemohon
Banding, tidak termasuk yang diatur di dalam Peraturan Menteri Keuangan tersebut. Bahwa
AR

sesuai dengan ketentuan Pasal 44 ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor
17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015;
ET

Apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak:


a. menyampaikan surat sanggahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) huruf b
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) atau ayat (3); dan
tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal
KR

yang tercantum dalam undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2),

bahwa Terbanding membuat risalah pembahasan berdasarkan surat sanggahan, berita


acara ketidakhadiran Pemohon Banding dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, dan
berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan ikhtisar hasil
SE

pembahasan akhir, yang ditandatangani oleh Terbanding;

bahwa prosedur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4) Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015 telah dilaksanakan
oleh Terbanding;
i. Berdasarkan uraian dan ketentuan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Sesuai dengan Pasal 27 ayat (1)Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan ditegaskan Pemohon Banding dapat mengajukan permohonan banding
hanya kepada badan peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1);
2) Berdasarkan penelitian lebih lanjut atas Surat Keberatan dan Surat Banding diketahui

K
bahwa Pemohon Banding tidak menyengketakan terkait formal penerbitan SKP;
3) Berdasarkan penjelasan Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata

JA
Cara Perpajakan ditegaskan bahwa Keberatan yang diajukan adalah mengenai materi
atau isi dari ketetapan pajak;
4) Apabila Pemohon Banding tidak setuju dengan formal penerbitan SKP yang tidak sesuai
prosedur dan tata cara yang telah diatur seharusnya mengajukan Pasal 36 ayat (1)

PA
huruf d Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan atau Gugatan
Pasal 23 ayat (2) huruf d;
5) Untuk Pasal 36 ayat (1) huruf d Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, pembatalan hanya di dibatasi atas dua hal yaitu hasil pemeriksaan pajak
atau surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa

N
1.penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau 2.pembahasan akhir hasil
pemeriksaan dengan Pemohon Banding;

LA
6) Bahwa Pemohon Banding sudah menerima SPHP dan panggilan untuk pembahasan
akhir hasil pemeriksaan. Pemohon Banding juga sudah memberikan tanggapan. Atas
tanggapan yang disampaikan oleh Pemohon Banding, sebagian sudah diakui oleh
Terbanding dengan adanya sebagian koreksi yang dibatalkan oleh Terbanding;

DI
7) Untuk Tahun Pajak yang sama, atas sengketa PPN, PPN Pemungutan dan PPN atas
Pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pabean juga telah diajukan banding, tetapi
Pemohon Banding tidak menyengketakan terkait formal penerbitan SKP dan sudah
GA
masuk tahap penelitian materi sengketa banding;
8) Berdasarkan uraian di atas, Terbanding berpendapat bahwa seluruh prosedur
pemeriksaan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013
tentang Tata Cara Pemeriksaan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015 telah dilaksanakan oleh Terbanding;
N

9) Dengan demikian, Terbanding mengusulkan kepada Majelis untuk menolak banding


Pemohon Banding dan mempertahankan Keputusan Terbanding Nomor KEP-
PE

00564/KEB/WPJ.19/2017 tanggal 10 Mei 2017 tentang Keberatan Wajib Pajak Atas


Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Pasal 23 Masa Pajak
Desember 2011 atas nama Pemohon Banding NPWP 01.596.051.1-091.000;

Penjelasan Terbanding Terkait dengan Materi Pokok Sengketa Banding


T
IA

1) Berdasarkan penelitian atas Laporan Hasil Pemeriksaan, Kertas Kerja Pemeriksaan, dan
Risalah Pembahasan diketahui koreksi positif DPP PPh Pasal 23 dihasilkan dari pengujian
berdasarkan dokumen sumber dengan teknik equalisasi Objek PPh Pasal 23 yang
AR

dilaporkan dalam SPT dengan pos-pos biaya dalam laporan laba rugi dan pos-pos neraca.
Objek PPh Pasal 23 Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011 menurut Terbanding setelah
pembahasan pemeriksaan adalah:

No Akun URAIAN AKUN JUMLAH (Rp)


ET

86010 PLANT & EQUIPMENT 775.703.610.333


85220 TECHNICAL 58.369.688.668
85810 MESSING 38.739.361.525
77400 CLEARING N GRUBBING - SUBCONTR 13.132.756.636
77300 R&M MAIN ROAD - MATERIALS 9.803.563.245
KR

85320 SVC - GREASE 6.767.534.944


88120 LAB ANALYSIS 6.220.035.872
96110 INTEREST EXP 167.089.464.317
87040 LAND TRANSPORTATION 5.650.776.647
87630 LOADING / UNLOADING 1.389.752.363
SE

77200 CLEARING & GRUBBING - EXT LAB 2.160.961.006


87910 BARGING RELATED 2.611.726.761
88110 SURVEY 1.533.421.547
86210 LCT 761.794.048
84310 LEGAL FEES 1.187.383.779
87810 PUBLICATION (BARGING) 830.135.810
85460 TRAINING 909.992.331
85410 UNIFORMS 916.102.135
86220 TRUCKS 868.500.676
84110 TAXATION SERVICES 713.330.000
84210 MANAGEMENT FEE 610.773.534
84010 AUDIT FEE 500.767.800
86920 LODGING/ACCOMODATIONS 377.216.529
85720 PHOTOCOPY CHARGES 381.956.783
85230 OTHER 38.000.009
85640 UTILITIES 104.730.376
84410 OTHER SERVICES 66.335.989

K
86640 REPAIRS & MAINTENANCE 42.474.292
87610 MOBILIZATION 41.702.789
85630 REPAIRS & MAINTENANCE 33.941.199

JA
86620 COMPUTER SOFTWARE 31.138.570
86720 SATELITE PHONE 22.131.935
86310 ENVIRONMENTAL 2.588.998
87410 ACCIDENT DAMAGE 7.477.955

PA
85650 OFFICE EQUIPMENT 4.000.019
JUMLAH 1.097.625.129.418

- Objek PPh Pasal 23 pada pos biaya dalam


laporan laba rugi Rp 1.097.625.129.418,00
- Objek PPh Pasal 23 pada Pos-pos neraca Rp 46.239.469.276,00

N
- Objek PPh Pasal 23 dari masa sebelumnya Rp 7.690.241.422,00
- Dipotong/disetor/dilaporkan masa berikutnya Rp 0,00

LA
- Diperhitungkan sebagai Objek PPh Pemotongan lain Rp 0,00
- Dipotong/disetor/dilaporkan di KPP lain Rp 0,00+
- Objek PPh Pasal 23 Menurut Terbanding Rp 1.151.554.840.117,00
- Objek PPh Pasal 23 Menurut SPT Pemohon Banding
- Koreksi Positif Objek PPh Pasal 23 DI Rp
Rp
539.700.855.767,00 -
611.853.984.350,00
GA
bahwa perincian koreksi per masa telah dituangkan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan dan
Terbanding sampaikan kembali dalam pendapat akhir ini;

2) Perincian koreksi positif objek PPh Pasal 23 Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011
sebesar Rp611.853.984.350,00 adalah sebagai berikut:
N

Masa Pajak DPP/Objek PPh Pasal 23 Menurut Koreksi Positif


PE

Pemohon Banding Terbanding


(Rp) (Rp) (Rp)
Januari 2011 19.255.861.411 19.255.861.411 -
Februari 2011 39.029.260.036 44.240.898.048 5.211.638.012
Maret 2011 26.392.879.583 152.769.206.627 126.376.327.044
April 2011 11.850.766.939 25.855.402.921 14.004.635.982
T

Mei 2011 103.301.297.795 103.304.549.620 3.251.825


Juni 2011 23.132.592.044 59.432.215.183 36.299.623.139
IA

Juli 2011 19.256.369.979 21.410.442.458 2.154.072.479


Agustus 2011 14.558.311.661 15.340.700.151 782.388.490
September 2011 10.381.565.196 99.155.724.444 88.774.159.248
Oktober 2011 18.114.158.462 19.239.962.562 1.125.804.100
AR

-November 2011 181.981.175.263 239.876.686.054 57.895.510.791


Desember 2011 72.446.617.398 351.673.190.639 279.226.573.241
Jumlah 539.700.855.767 1.151.554.840.117 611.853.984.351

3) Perincian koreksi positif PPh Pasal 23 Terutang Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011
ET

dengan menggunakan tarif PPh Pasal 23 terutang sebesar 15% x Perkiraan Penghasilan
adalah sebagai berikut:
Masa Pajak PPh Pasal 23 Terutang Menurut Koreksi Positif
Pemohon Banding Terbanding
KR

(Rp) (Rp) (Rp)


Januari 2011 385.117.228 385.117.228 -
Februari 2011 780.585.201 3.428.457.644 2.647.872.443
Maret 2011 527.857.591 12.301.490.234 11.773.632.643
April 2011 237.015.339 1.788.339.514 1.551.324.175
Mei 2011 2.066.025.956 8.233.806.107 6.167.780.151
SE

Juni 2011 462.651.841 7.489.637.517 7.026.985.676


Juli 2011 385.127.399 1.242.453.235 857.325.836
Agustus 2011 297.166.233 1.085.371.638 788.205.405
September 2011 207.901.304 10.813.268.844 10.605.367.540
Oktober 2011 365.541.159 1.390.811.500 1.025.270.341
November 2011 3.642.623.505 21.216.823.981 17.574.200.477
Desember 2011 1.451.932.348 23.557.267.725 22.105.335.377
Jumlah 10.809.545.104 92.932.845.169 82.123.300.66
4) Dasar hukum koreksi positif objek/DPP PPh Pasal 23 dan Tarif PPh Pasal 23 terutang
adalah:
- Pasal 23 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah beberapa kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994;
- Pasal 33A ayat (4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

K
sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994;
- Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-10/PJ./1995 tentang Perkiraan

JA
Penghasilan Neto Yang Digunakan Sebagai Dasar Pemotongan Pajak Penghasilan Dan
Jenis Jasa Lain yang Atas Imbalannya Dipotong Pajak Penghasilan Berdasarkan Pasal
23 Ayat (1) Huruf C Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
Sebagaimana Telah Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994;

PA
dan
- Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-76/PJ./1995 tentang Perubahan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-10/PJ./1995 Tanggal 31 Januari 1995
Tentang Perkiraan Penghasilan Neto Yang Digunakan Sebagai Dasar Pemotongan Pajak
Penghasilan Dan Jenis Jasa Lain Yang Atas Imbalannya Dipotong Pajak Penghasilan

N
Berdasarkan Pasal 23 Ayat (1) Huruf C Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang
Pajak Penghasilan Sebagaimana Telah Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor

LA
10 Tahun 1994;

5) Pada masa pajak Desember 2011, koreksi positif objek PPh Pasal 23 adalah sebesar
Rp279.226.573.241,00 dan koreksi positif PPh Pasal 23 Terutang adalah sebesar

DI
Rp22.105.335.377,00 dengan menggunakan tarif PPh Pasal 23 terutang sebesar 15% x
Perkiraan Penghasilan Neto. Atas seluruh koreksi positif ini, Pemohon Banding telah
mengajukan keberatan dan sedang mengajukan banding dengan alasan sebagai berikut:
GA
- sebagian besar dari akun-akun tersebut berisi antara lain transaksi yang merupakan objek
PPh Pasal 15, PPh Pasal 26, PPN atas Jasa Luar Negeri, adanya selisih kurs, transaksi
yang dibatalkan, transaksi atas pinjaman dan transaksi yang bukan merupakan transaksi
jasa seperti denda, pembelian material dan reimbursement;
- Pemohon Banding telah melaksanakan kewajiban memotong PPh mengikuti ketentuan
N

perpajakan yang berlaku saat transaksi terjadi;


- koreksi DPP PPh Pasal 23 hanya didasarkan asumsi dari hasil perhitungan equalisasi
PE

akun neraca dan laba rugi dengan DPP PPh Pasal 23, bukan didasarkan atas data dan
fakta;
- koreksi besarnya PPh Terutang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
- Data dan fakta menunjukkan bahwa seluruh koreksi DPP PPh Pasal 23 yang dilakukan
T

fiskus terbukti bukan merupakan objek PPh Pasal 23;


IA

6) Bahwa Pasal 33A ayat (4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994
mengatur:
AR

“Wajib Pajak yang menjalankan usaha di bidang pertambangan minyak dan gas bumi,
pertambangan umum, dan pertambangan lainnya berdasarkan Kontrak Bagi Hasil, Kontrak
Karya, atau perjanjian kerjasama pengusahaan pertambangan yang masih berlaku pada
saat berlakunya Undang-undang ini, pajaknya dihitung berdasarkan ketentuan dalam
Kontrak Bagi Hasil, Kontrak Karya, atau perjanjian kerjasama pengusahaan pertambangan
ET

tersebut sampai dengan berakhirnya kontrak atau perjanjian kerjasama dimaksud”

7) Bahwa Pemohon Banding mengikat kontrak dengan Pemerintah Republik Indonesia


sebagaimana tertuang dalam Naskah Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan
KR

Batubara (PKP2B) yang ditandatangani pada tanggal 31 Mei 1999, dengan periode operasi
pertambangan berlangsung selama 30 (tiga puluh) tahun;

8) Bahwa pengenaan pajak penghasilan pasal 23 yang terutang menurut Terbanding merujuk
SE

pada ketentuan Pasal 33A ayat (4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1994, maka dikenakan tarif PPh Pasal 23 sesuai dengan saat dimana peraturan
perundang-undangan berlaku sesuai dengan saat perjanjian ditandatangani;

9) Bahwa ketentuan Peraturan Menteri Keuangan nomor 39/PMK.011/2013 tanggal 27 Februari


2013 tentang Kewajiban Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan yang
Terutang kepada Pihak Lain oleh Perusahaan yang Terikat Dengan Kontrak Karya, atau
Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan (PMK 39), mulai berlaku setelah 60
(enam puluh) hari terhitung sejak tanggal diundangkan;

10) Bahwa transaksi yang dilakukan dan menjadi pokok sengketa adalah tahun pajak 2011
sebelum berlakunya PMK 39 tersebut;

K
11) Bahwa dalam persidangan hari Selasa, tanggal 14 Agustus 2018, Pemohon Banding
menyatakan setuju dan tidak mempermasalahkan tarif PPh Pasal 23 yang terutang;

JA
12) Bahwa selain itu terdapat objek PPh Pasal 23 berupa Interest Expense dan berdasarkan
perhitungan pemeriksa, telah dikenakan tarif sebesar 15% sesuai dengan ketentuan Pasal

PA
23 Undang-Undang Pajak Penghasilan;

13) Bahwa pada saat proses penelitian keberatan, Pemohon Banding tidak memberikan rincian
dan/atau rekonsiliasi dari pos-pos biaya dalam laporan laba rugi dan pos-pos neraca yang
dilakukan koreksi positif DPP PPh Pasal 23 yang menurut alasan Pemohon Banding dalam

N
surat keberatannya merupakan objek PPh Pasal 15, PPh Pasal 26, PPN atas Jasa Luar
Negeri, adanya selisih kurs, transaksi yang dibatalkan, transaksi atas pinjaman dan
transaksi yang bukan merupakan transaksi jasa seperti denda, pembelian material dan

LA
reimbursement;

14) Pemohon Banding juga tidak memperlihatkan dan meminjamkan seluruhnya buku, catatan,

DI
data, dan informasi yang diminta sesuai surat permintaan pertama dan kedua untuk Masa
Pajak pada saat proses penelitian keberatan. Atas hal ini, Pemohon Banding tidak dapat
memberikan buku, catatan, data dan informasi yang dapat mendukung alasan-alasan
ketidaksetujuannya dalam surat keberatannya atas koreksi positif yang dilakukan
GA
Terbanding atas DPP PPh Pasal 23 dan koreksi positif atas PPh Pasal 23 Terutang dengan
menggunakan tarif PPh Pasal 23 terutang sebesar 15% x Perkiraan Penghasilan Neto;

15) Dengan tidak diberikannya rincian dan/atau rekonsiliasi dari pos-pos biaya dalam laporan
N

laba rugi dan pos-pos neraca yang dilakukan koreksi positif DPP PPh Pasal 23 dan tidak
diperlihatkan serta dipinjamkannya seluruhnya buku, catatan, data, dan informasi untuk
PE

Masa Pajak yang diminta oleh Tim Peneliti Keberatan, maka Terbanding menyimpulkan
bahwa alasan-alasan keberatan Pemohon Banding yang menyatakan bahwa penghitungan
Terbanding atas Objek PPh Pasal 23 sebagian besar dari akun-akun tersebut berisi antara
lain transaksi yang merupakan objek PPh Pasal 15, PPh Pasal 26, PPN atas Jasa Luar
Negeri, adanya selisih kurs, transaksi yang dibatalkan, transaksi atas pinjaman dan
T

transaksi yang bukan merupakan transaksi jasa seperti denda, pembelian material dan
reimbursement tidak terbukti. Dan atas penerapan tarif PPh Pasal 23 terutang yang
IA

digunakan Pemohon Banding dalam melaksanakan kewajiban memotong PPh dengan


mengikuti ketentuan perpajakan yang berlaku saat transaksi terjadi juga tidak dapat
dibuktikan oleh Pemohon Banding;
AR

16) bahwa kemudian Majelis dalam persidangan telah memerintahkan kepada para pihak untuk
dilakukan uji bukti atas pokok sengketa dengan dokumen sumber yang dimiliki oleh
Pemohon Banding, dapat Terbanding sampaikan proses hasil Uji Bukti, yaitu:
ET

a. bahwa terkait dengan koreksi tersebut diatas, Pemohon Banding dalam proses uji bukti
hanya dapat menunjukkan dokumen berupa SPT Masa, Invoice, Faktur Pajak dan
Voucher Journal saja;
b. Rincian angka koreksi beserta rincian nomor akun, nama akun dan nilai objek telah
KR

diberikan pada saat pemeriksaan, keberatan maupun sidang banding;


c. bahwa terhadap asli dokumen sumber berupa kontrak jasa, bukti pembayaran/rekening
koran, invoice atas transaksi yang dikoreksi oleh Terbanding, tidak dapat ditunjukkan
dan dibuktikan oleh Pemohon Banding dalam proses uji bukti tersebut;
SE

d. bahwa berdasarkan dokumen sumber yang dimiliki oleh Terbanding yang diperoleh dari
Pemohon Banding pada saat proses pemeriksaan, diketahui bahwa dalam General
Ledger baik dalam akun Laba Rugi maupun akun Neraca, terdapat biaya-biaya dan pos
neraca yang merupakan jenis pengeluaran yang bersifat objek PPh Pasal 23 seperti
pengeluaran biaya jasa perbaikan, sewa harta, jasa teknik, biaya bunga dan jasa-jasa
lainnya;
e. Bahwa sesuai dengan Dasar Hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 23 ayat (1)
Undang-Undang Pajak Penghasilan, yaitu Atas penghasilan tersebut dibawah ini dengan
nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah,
Subyek Pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau
perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau
bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan : sebesar 15 %
(lima belas persen) dari perkiraan penghasilan netto atas sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta, imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa

K
manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah
dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21;

JA
f. bahwa atas objek PPh Pasal 23 tersebut, Pemohon Banding belum melakukan
kewajiban pemotongan PPh Pasal 23 atas pembayaran jasa, pekerjaan dan kegiatan;
g. Bahwa dalam persidangan hari Selasa, tanggal 14 Agustus 2018, Pemohon Banding

PA
menyatakan setuju dan tidak mempermasalahkan tarif PPh Pasal 23 yang terutang;
h. bahwa mengingat Pemohon Banding tidak dapat memberikan dokumen apapun terkait
dengan pokok sengketa PPh Pasal 23 Masa Pajak Desember 2011 sebagaimana yang
telah diperintahkan oleh Majelis, maka Terbanding berpendapat dasar koreksi dan
perhitungan PPh Pasal 23 Masa Pajak Desember 2011 telah tepat dan sesuai dengan

N
fakta hukum serta ketentuan peraturan perundangan-undangan perpajakan yang
berlaku;

LA
IV.KESIMPULAN DAN USUL

Kesimpulan DI
bahwa Keputusan Terbanding Nomor KEP-00564/KEB/WPJ.19/2017 tanggal 10 Mei 2017 yang
GA
diterbitkan berdasarkan kuasa Pasal 26 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 telah sesuai dengan data dan fakta hukum
serta ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
N

Usul
PE

bahwa berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka Terbanding mengusulkan kepada Majelis
untuk Menolak bandingxqyang diajukan Pemohon Banding atas nama Pemohon Banding
(NPWP 01.596.051.1-091.000) dan mempertahankan Keputusan Terbanding Nomor KEP-
00564/KEB/WPJ.19/2017 tanggal 10 Mei 2017 Tentang Keberatan Wajib Pajak atas Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Pasal 23 Nomor 0018/203/11/091/16 tanggal
T

26 Februari 2016 Masa Pajak Desember 2011;


IA

Menurut Pemohon Banding :

bahwa Pemohon Banding tidak setuju terkait koreksi positif yang dilakukan oleh Terbanding
AR

atas DPP PPh Pasal 23 Masa Pajak Desember 2011 adalah sebesar Rp279.226.573.241,00
dengan alasan koreksi terhadap akun-akun neraca dan laba rugi sebagai objek PPh Pasal 23
hanya didasarkan atas asumsi sepihak dari Terbanding, bukan didasarkan data, fakta serta
bukti pendukung;
ET

bahwa berdasarkan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan Nomor SPHP-00088/WPJ.19/


KP.0105/RIK.SIS/2016 tanggal 27 Januari 2016, koreksi DPP PPh Pasal 23 disajikan secara
global untuk Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011, tidak terdapat rincian koreksi per masa
KR

pajak;

bahwa koreksi DPP PPh Pasal 23 sesuai SPHP adalah sebagai berikut:
SE
K
JA
PA
N
LA
DI
N GA
T PE

bahwa tidak terdapat penjelasan mengapa terhadap masing-masing akun-akun tersebut di atas
ditetapkan sebagai objek PPh Pasal 23 dan dari keempat dasar hukum yang disampaikan
IA

Terbanding, pada bagian atau pasal mana yang mengatur bahwa akun-akun tersebut diatas
merupakan Objek PPh Pasal 23, sehingga jelas dan tidak hanya didasarkan atas asumsi
semata;
AR

bahwa hingga saat ini, Pemohon Banding belum menerima salinan risalah pembahasan
pemeriksaan yang seharusnya menjadi hak Pemohon Banding untuk mendapatkannya;
bahwa terkait rincian koreksi dan dasar perhitungan koreksi PPh Pasal 23 telah Pemohon
ET

Banding sampaikan secara tertulis kepada Terbanding melalui surat Nomor 0295/DIR/AKT-
JKT/V/2016 tertanggal 18 Mei 2016, namun hingga saat ini terhadap surat tersebut belum
mendapat jawaban tertulis dari Terbanding;
bahwa menurut Pemohon Banding, DPP PPh Pasal 23 untuk Masa Pajak Desember 2011,
KR

telah Pemohon Banding laporkan sesuai ketentuan yang berlaku dalam SPT Masa PPh untuk
Masa Pajak Desember 2011, yaitu sebesar Rp72.446.617.398,00;

Kesimpulan dan Usul


SE

bahwa berdasarkan sengketa dan alasan banding yang telah Pemohon Banding uraikan di
atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Koreksi DPP PPh Pasal 23 yang dilakukan Terbanding (cfm Tim Pemeriksa) dan
dipertahankan oleh Terbanding (cfm Tim Peneliti Keberatan) hanya didasarkan asumsi
dari hasil perhitungan equalisasi akun neraca dan laba rugi dengan DPP PPh Pasal 23,
bukan didasarkan atas data dan fakta;
2. Koreksi besarnya PPh Terutang yang dilakukan Terbanding (cfm Tim Pemeriksa) dan
dipertahankan oleh Terbanding (cfm Tim Peneliti Keberatan) tidak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
3. Data dan fakta menunjukkan bahwa seluruh koreksi DPP PPh Pasal 23 yang dilakukan
fiskus terbukti bukan merupakan objek PPh Pasal 23;
4. Oleh karena itu, Pemohon Banding mohon agar:

K
a. Membatalkan koreksi atas DPP PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 23 Terutang;
b. Mengurangkan jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam Surat Ketetapan Pajak

JA
Kurang Bayar Pajak Penghasilan Pasal 23 Nomor 00018/203/11/091/16 tanggal 26
Februari 2016Masa Pajak Desember 2011menjadi NIHIL,

PA
bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyampaikan tambahan penjelasan
secara lisan yang pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut:
bahwa adanya perbedaan DPP karena berdasarkan kategori objek atau bukan, dan semua

N
masa koreksinya sama;

LA
bahwa transaksi yang menjadi sengketa terkait dengan jasa yang menjadi objek kemudian
ditambahkan oleh Terbanding diantaranya jasa konsultan, hukum dan audit;
bahwa status kontrak Pemohon Banding adalah Kontrak Karya;

DI
bahwa Pemohon Banding masih belum memahami Terbanding yang menyatakan bahwa objek
PPh Pasal 23 terkait dengan pembelian alat dan equipment, sehingga meminta kepada
Terbanding agar membuat rincian apakah itu merupakan objek PPh Pasal 23 atau bukan;
GA
bahwa Pemohon Banding masih kesulitan untuk menentukan objek pajak di bulan Februari dan
seterusnya hal ini dikarenakan Terbanding memberikan datanya secara keseluruhan dari
Februari sampai dengan Desember;
N

bahwa pembelian material, uniform, plant and equipment bukan merupakan objek PPh Pasal
23;
PE

bahwa yang menjadi bukti-bukti objek sengketa adalah yang sudah Pemohon Banding laporkan
dan bayar serta sudah masuk didalam GL;
bahwa Pemohon Banding tidak dapat melakukan crosschek GLyang diberikan Terbanding
dengan GL yang ada sekarang dan hasilnya tidak ada, hal ini dikarenakan karyawan Pemohon
T

Banding saat Pemeriksaan dan Keberatan sudah tidak ada;


IA

bahwa GL yang ada sekarang adalah GL yang sudah Pemohon Banding lapor dan bayar
sesuai dengan SPT yang Pemohon Banding laporkan;
AR

bahwa rincian-rincian koreksi baru diberikan tanggal 25 September 2018 oleh karena itu
Pemohon Bandingkaget mengapa saat pemeriksaan SPHP tidak ada sehingga kesulitan dalam
keberatan;
bahwa Pemohon Banding mengakui tidak menyampaikan semua bukti, tetapi Pemohon
ET

Banding sudah memberikan sampling terkait mana yang objek mana yang bukan;
bahwa secara materi Pemohon Banding tidak melanggar walau formalnya melanggar, tetapi
agar dipertimbangkan substance over formnya;
KR

bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyampaikan Surat Bantahan Pengganti


Nomor 0221/JSP-DBI/PP/IV/2018 tanggal 3 April 2018 yang memuat hal-hal pokok sebagai
berikut:
SE

A. Bantahan Pemohon Banding tentang Ketentuan Formal Surat Banding yang


Dipermasalahkan oleh Terbanding dalam Surat Uraian Banding
Banding Diajukan tanpa Mencantumkan Tanggal Diterimanya Keputusan yang Dibanding
bahwa dalam bagian Surat Uraian Banding (“SUB”) Terbanding yang menyampaikan hasil
analisa Terbanding tentang pemenuhan ketentuan formal pengajuan permohonan banding,
Terbanding menyampaikan bahwa Pemohon Banding tidak mencantumkan tanggal penerimaan
Keputusan yang dibanding;

bahwa walaupun Terbanding tidak memohonkan kepada Majelis untuk menolak permohonan
banding yang diajukan oleh Pemohon Banding, dalam kesempatan ini Pemohon Banding
berkewajiban untuk menyampaikan bahwa tidak dicantumkannya tanggal penerimaan
Keputusan yang dibanding oleh Pemohon Banding:

K
a. semata-mata akibat kealpaan yang tidak disengaja;
b. kealpaan yang dimaksud sama sekali tidak berdampak negatif terhadap, maupun

JA
mengganggu atau memperlambat, proses peradilan sehubungan dengan permohonan
banding yang dimaksud; dan
c. kealpaan ini juga tidak mengganggu, memengaruhi atau mengurangi hak dan kesempatan

PA
Terbanding di dalam proses peradilan permohonan banding yang sedang berjalan;

bahwa berdasarkan penjelasan dan keterangan yang Pemohon Banding sampaikan pada
paragraph di atas, Pemohon Banding yakin Majelis akan tetap mempertimbangkan, memproses
dan mengadili perkara yang sedang berjalan ini, dan akan memutuskan perkara ini seadil-

N
adilnya;

B. Tidak Terpenuhinya Ketentuan Perundang-undangan yang Berlaku oleh Terbanding yang

LA
Menyebabkan Pemeriksaan dan Produk Hukum Pemeriksaan Terbanding Menjadi Batal
Demi Hukum dan Sangat Merugikan dan Tidak Adil kepada Pemohon Banding

DI
Pemeriksaan dan Produk Hukum yang Dihasilkan Batal Demi Hukum Akibat Surat
Undangan Terbanding kepada Pemohon Banding untuk Pembahasan Hasil Akhir
Pemeriksaan Daluwarsa
GA
bahwa undangan yang disampaikan oleh Terbanding melalui Kantor Pelayanan Pajak Wajib
Pajak Besar Satu kepada Pemohon Banding untuk menghadiri PHAP melanggar atau gagal
memenuhi batas waktu yang diatur oleh peraturan perundang-perundangan yang berlaku,
dalam hal ini aturan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015 yang
N

mengubah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 dan Peraturan-Peraturan


Menteri Keuangan terkait sebelumnya;
PE

bahwa berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 43 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.03/2015 yang mengubah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013:
1. kepada Wajib Pajak harus diberikan hak hadir untuk melaksanakan PHAP yang tercantum
dalam SPHP;
T

2. hak hadir Wajib Pajak harus disampaikan melalui undangan secara tertulis kepada Wajib
Pajak; dan
IA

3. undangan yang dimaksud harus disampaikan kepada Wajib Pajak dalam waktu paling lama
3 (tiga) hari kerja terhitung sejak:
a. diterimanya tanggapan tertulis atas SPHP dari Wajib Pajak sesuai batas waktu
AR

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) dan ayat (3); atau
b. berakhirnya batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (3) Peraturan
Menteri Keuangan 184 dalam hal Wajib Pajak tidak menyampaikan tanggapan tertulis
atas SPHP;
ET

bahwa Terbanding telah melanggar atau gagal memenuhi batas waktu yang ditentukan dalam
Pasal 43 Peraturan Menteri Keuangan 184 dalam hal batas waktu terakhir penyampaian surat
undangan PHAP yang diatur dalam Pasal 43 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan 184,
KR

sebagaimana yang dijelaskan lebih khusus di bawah ini:

1. SPHP dikirimkan oleh Terbanding kepada Pemohon Banding pada tanggal 27 Januari 2016
(diterima Pemohon Banding pada tanggal 28 Januari 2016) sebagaimana yang tertera pada
SE

SPHP yang bersangkutan;

2. Terhadap SPHP yang diterima, Pemohon Banding menyampaikan surat permohonan


kepada Terbanding agar diberikan waktu perpanjangan selama 7 (tujuh) hari yaitu sampai
dengan tanggal 12 Februari 2016;

3. Terbanding tidak memberikan tanggapan atau jawaban atas surat permohonan


perpanjangan waktu yang dimaksud di atas. Dengan tidak diperolehnya tanggapan atau
jawaban dari Terbanding, terhadap surat permohonan perpanjangan waktu ini terdapat 3
(tiga) penafsiran berbeda tentang batas waktu penyampaikan surat undangan untuk PHAP,
sbagai berikut:
a. Terbanding tidak menyetujui permohonan Pemohon Banding untuk memperpanjang
waktu penyampaian tanggapan atas SPHP yang dimaksud; atau
b. Terbanding menyetujui permohonan Pemohon Banding untuk memperpanjang waktu

K
penyampaian tanggapan atas SPHP selama 7 (tujuh) hari setelah tanggal semula yang
dijadwalkan oleh Terbanding walaupun tanpa adanya tanggapan atau jawaban dari

JA
Terbanding; atau
c. Terbanding menyetujui permohonan Pemohon Banding untuk memperpanjang waktu
penyampaian tanggapan atas SPHP tetapi hanya untuk maksimum 3 (tiga) hari kerja

PA
terhitung dari tanggal semula yang dijadwalkan oleh Terbanding sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 42 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan 184;

bahwa sebagaimana yang dibuktikan pada kalender yang disajikan, dalam hal:
a. penafsiran berdasarkan paragraph (iii).a. di atas, batas waktu atau tanggal terakhir

N
pengiriman surat undangan oleh Terbanding kepada Pemohon Banding seharusnya adalah
tanggal 10 Februari 2016; atau
b. penafsiran berdasarkan paragraph (iii).b. di atas, batas waktu atau tanggal terakhir

LA
pengiriman surat undangan oleh Terbanding seharusnya adalah tanggal 16 Februari 2016;
c. penafsiran berdasarkan paragraph (iii).c. di atas, batas waktu atau tanggal terakhir
pengiriman surat undangan oleh Terbanding seharusnya adalah tanggal 12 Februari 2016;

DI
bahwa berdasarkan penjelasan di atas, dengan surat undangan yang baru dikirim oleh
Terbanding kepada Pemohon Banding pada tanggal 18 Februari 2016 sebagaimana tertera
GA
pada surat undangan yang bersangkutan, Terbanding telah melanggar atau gagal memenuhi
batas waktu atau batas tanggal terkahir penyampaikan undangan PHAP yang diatur dalam
Pasal 43 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan 184/2015 dengan penggunaan penafsiran
manapun dari yang disampaikan pada paragraph di atas sebagaimana yang dibuktikan pada
kalender yang Pemohon Banding telah sampaikan;
N

bahwa berdasarkan keterangan-keterangan dan pembuktian-pembuktian yang disampaikan di


PE

atas, hasil Pemeriksaan Pajak terkait berikut segala produk hukum yang dikeluarkan menjadi
batal demi hukum. artinya, berita acara PHAP, SKPKB, Surat Keputusan Terbanding tentang
Keberatan Pemohon Banding terhadap SKPKB menjadi batal demi hukum;

Pemeriksaan dan Produk Hukum Hasil Pemeriksaan Batal Demi Hukum Akibat Hak Hadir
T

Pemohon Banding sebagai Wajib Pajak dalam PHAP Tidak Diberikan Secara Memadai,
Patut dan Wajar
IA

bahwa sesuai dengan aturan berdasarkan Pasal 43 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan 184,
Pemohon Banding diundang oleh Terbanding untuk menghadiri PHAP. Namun demikian, jadwal
AR

atau waktu dan tanggal pembahasan yang ditetapkan oleh Terbanding sebagaimana yang
tercantum pada surat undangan yang dimaksud tidak memungkinkan untuk dapat dipenuhi oleh
Pemohon Banding. Sebagaimana yang dijelaskan pada paragraph di atas, surat undangan
Terbanding dikirimkan kepada dan diterima oleh Pemohon Banding pada tanggal 18 Februari
ET

2016 sore, hari Kamis, padahal jadwal penyelenggaraan PHAP yang ditetapkan dalam surat
undangan tersebut adalah untuk jam 9 pagi tanggal 23 Februari 2016, hari Selasa berikutnya,
kurang dari 3 (tiga) hari kerja;
KR

bahwa sehubungan dengan jadwal yang ditetapkan dalam surat undangan yang dimaksud,
perlu Pemohon Banding sampaikan hal-hal penting sebagai berikut:

a. Jarak waktu antara didapatkannya surat undangan oleh Pemohon Banding dan waktu atau
tanggal Pemohon Banding diharapkan untuk hadir dalam PHAP terlalu sempit, tidak
SE

memadai dan tidak patut sehingga tidak memungkinkan Pemohon Banding untuk sempat
mempersiapkan bahan-bahan dan dokumen-dokumen pembuktian yang diperlukan untuk
dapat mengikuti PHAP dengan patut dan memadai. Mengingat kompleksltas dari pada
temuan-temuan dan usulan-usulan koreksi yang tercantum dalam SPHP yang perlu dibahas
dan dipertanggungjawabkan oleh Pemohon Banding dalam PHAP, tidak mungkin Pemohon
Banding dapat mempersiapkan bahan-bahan dan dokumen-dokumen beserta bukti-bukti
pendukung yang diperlukan untuk mengikuti PHAP dengan patut dan baik. Menurut hemat
Pemohon Banding, hal ini sangatlah tidak adil kepada Pemohon Banding;

b. Selain alasan tidak memadai dan tidak patutnya jangka waktu yang diberikan Terbanding
kepada Pemohon Banding sebagaimana yang dijelaskan pada paragraf (i) di atas, pada
waktu dan tanggal yang dijadwalkan oleh Terbanding untuk menyelenggarakan PHAP, yaitu
mulai Jam 9.00 pagi tanggal 23 Februari, 2016, pimpinan atau direksi yang diundang untuk
mengikuti PHAP secara hukum wajib hadir dalam acara sidang verifikasi utang di

K
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, jadwal sidang mana telah
ditetapkan oleh Hakim Pengawas dan disahkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada

JA
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sejak 20 Januari 2016, hampir satu bulan sebelum
diterimanya surat undangan dari Terbanding, sehingga pimpinan atau direksi tidak mungkln
dapat memenuhi jadwal yang ditetapkan oleh Terbanding;

PA
bahwa pada keesokan hari setelah diterimanya surat undangan PHAP tersebut di atas, yaitu
tanggal 19 Februari 2016, hari Jumat, Pemohon Banding langsung menghubungl Terbanding
untuk menjelaskan tentang kesulitan Pemohon Banding untuk dapat memenuhi jadwal yang
ditetapkan dalam surat undangan tersebut sebagaimana yang disampaikan pada paragraf di
atas, dan memohonkan kesediaan Terbanding untuk menunda jadwal yang dimaksud sampai

N
dengan tanggal 3 Maret 2016;

LA
bahwa terhadap permintaan penjadwalan ulang sebagaimana yang dimaksudkan pada paragraf
di atas, Terbanding meminta Pemohon Banding untuk menyampaikan permohonan penundaan
yang dimaksud secara resmi dan tertulis. Sesuai pengarahan dariTerbanding ini, Pemohon
Banding menyampaikan surat permohonan resmi pada tanggal 22 Februari 2016;
DI
bahwa Pemohon Banding sangat dikejutkan dengan diserahkannya sejumlah SKPKB Tahun
Pajak 2011 oleh Terbanding kepada Pemohon Banding pada tanggal 29 Februari 2016 sebagai
GA
hasil dari Pemeriksaan Pajak dan PHAP yang tidak dapat dihadiri oleh Pemohon Banding.
Artinya, permohonan perpanjangan waktu yang dimintakan dan dikomunikasikan dengan itikad
baik oleh Pemohon Banding kepada Terbanding sebagaimana yang disampaikan pada paragraf
di atas beserta alasan-alasannya temyata tidak dikabulkan oleh Terbanding dan, sebagai
N

akibatnya, Terbanding melakukan Pembahasan Hasil Akhir Pemeriksaan sepihak;

bahwa berdasarkan:
PE

(i) fakta-fakta yang disampaikan tentang tidak memadainya waktu yang diberikan oleh
Terbanding kepada Pemohon Banding untuk dapat mengikuti PHAP dengan baik; dan
(ii) fakta-fakta yang dijelaskan tentang permohonan dan alasan-alasan permintaan
penjadwalan ulang waktu dan tanggal PHAP termasuk fakta tentang pengarahan oleh
T

Terbanding agar permohonan penjadwalan ulang disampaikan secara resmi dan tertulis
oleh Pemohon Banding (pengarahan mana dipatuhi dan dilaksanakan oleh Pemohon
IA

Banding); maka

jelas bahwa Terbanding:


AR

a. tidak menghendaki Pemohon Banding untuk dapat hadir dalam acara PHAP sehingga
PHAP dilakukan, dan berita acara terkait ditandatangani, sepihak oleh Terbanding; dan
b. Pemohon Banding telah dipedakukan tidak adil dalam proses penyelesaian Pemeriksaan
ET

Pajak tahun 2011;

bahwa berdasarkan hal-hal dan fakta-fakta yang disampaikan di atas, Pemohon Banding
berpendapat bahwa PHAP dan berita acara terkait yang diselesaikan secara sepihak oleh
KR

Terbanding menjadi batal demi hukum sehingga segala produk turunannya berupa SKPKB,
Surat Keputusan tentang Keberatan Pemohon Banding terhadap SKPKB terkait sehanisnya
juga menjadi batal demi hukum. Dengan ini, Pemohon Banding memohon pertimbangan dan
putusan seadil-adilnya oleh Majelis untuk menerima dan mengabulkan permohonan banding ini;
SE

Pemohon Banding sebagai Wajib Pajak tidak Diberikan Rincian Perhitungan yang Diatur
Dalam Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku sehingga Pemeriksaan Pajak
Terkait Beserta Seluruh Produk Hukumnya menjadi Batal Demi Hukum

bahwa dalam Pasal 15 Peraturan Menteri Keuangan 184/2015 yang diubah terakhirdengan
Pasal 16 Peraturan Menteri Keuangan 17/2013, diatur bahwa, SPHP yang diterbitkan wajib
mencantumkan temuan Pemeriksaan yang meliputi pos-pos yang dikoreksi, nilai koreksi, dasar
koreksi, perhitungan sementara dari jumlah pokok pajak terhutang dan perhitungan sementara
dari sanksi administrasi. Sehubungan dengan jumlah pokok pajak terhutang beserta sanksi
administrasi, Peraturan Menteri Keuangan 80/2010 dan Peraturan-Peraturan Menteri Keuangan
terkait sebelumnya, yang merupakan pelaksanaan dari ketentuan dalam Pasal 9 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 yang telah diubah berberapa kali terakhir kali dengan
Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 ("UU KUP"), mengatur bahwa jenis pajak yang
dimohonkan banding dan dibantah dalam Surat Bantahan ini adalah jenis pajak yang

K
perhitungan, pembayaran dan pelaporannya wajib dilakukan berdasarkan Masa Pajak atau
bulanan terkait;

JA
bahwa sehubungan dengan jenis pajak yang dimohonkan banding dan dibantah dalam Surat
Bantahan ini, dalam SPHP yang diterbitkan dan disampaikan oleh Terbanding kepada
Pemohon Banding, temuan-temuan, pos-pos yang diusulkan untuk dilakukan koreksi dan

PA
jumlah-jumlah usulan koreksi masing-masing pos oleh Terbanding hanya tercantum temuan-
temuan, informasi-informasi dan jumlah-iumlah tahunan padahal berdasarkan aturan
perundang-undangan yang berlaku sebagaimana tersebut pada paragraf di atas, kepada
Pemohon Banding wajib diberikan temuan-temuan dan informasi-informasi pendukung dalam
iumlah-iumlah berdasarkan Masa Pajak atau bulanan masing-masing. Oleh karenanya, produk

N
hukum dari Pemeriksaan yang menghasilkan SKP dan Surat Keputusan Terbanding tentang
Keberatan Pemohon Banding atas SKP terkait seyogyanya menjadi batal demi hukum;

LA
bahwa di samping untuk memenuhi ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku sebagaimana yang dijelaskan pada paragraf di atas, pada tanggal 17
Mei 2016 Pemohon Banding menyampaikan surat permohonan kepada Terbanding (dalam hal
DI
ini surat permohonan disampaikan kepada Terbanding yang diterima pada tanggal 19 Mei
2016) untuk diberikan salinan rincian temuan-temuan dan perhitungan-perhitungan Terbanding
dalam jumlah-jumlah berdasarkan Masa Pajak atau bulanan masing-masing;
GA
bahwa rincian yang dimohonkan diperlukan untuk memungkinkan Pemohon Banding untuk
menindaklanjuti produk-produk hukum hasil Pemeriksaan Pajak terkait termasuk untuk
keperluan penyusunan dan pengajuan Keberatan atas SKP yang diterbitkan oleh Terbanding;
N

bahwa tanpa rincian yang dimaksud, adalah mustahil Pemohon Banding dapat melakukan
perhitungan, rekonsiliasi dan pembandingan temuan, koreksi dan penetapan jumlah pajak
PE

terutang baik untuk keperluan perhitungan pajak dan sanksi yang penetapannya oleh
Terbanding sudah benar maupun bagian atau jumlah-jumlah penetapan yang tidak dapat
disetujui oleh Pemohon Banding;
T

bahwa terhadap surat permohonan rincian yang dimaksudkan pada paragraf di atas,
Terbanding sebagai penerbit SPHP dan SKP terkait tidak memberikan jawaban atau tanggapan
IA

sama sekali, termasuk tidak memberikan rincian yang diminta atau diperlukan oleh Pemohon
Banding;
AR

bahwa dengan tidak diberikannya informasi-informasi berdasarkan kewajiban Masa Pajak atau
bulanan masing-masing, Pemohon Banding tidak mungkin:
a. dapat melakukan kewajiban pembayaran bagian-bagian dari SKP yang memang terhutang
oleh Pemohon Banding; maupun
b. bisa memperjuangkan haknya sebagai Pemohon Banding secara adil, wajar dan patut untuk
ET

keperluan penyampalan Surat Keberatan atas SKP terkait dan proses-proses hukum
seterusnya karena ketidak-tersediaan informasi-informasi yang diatur dalam Peraturan-
Peraturan Menteri Keuangan yang dibahas pada paragraf di atas. Yang dimaksudkan dalam
hal ini adalah data-data, temuan-temuan, koreksi-koreksi dalam jumlah-jumlah berdasarkan
KR

Masa Pajak atau bukan masing-masing;

bahwa akibat tidak tersedianya informasi-informasi yang disampaikan pada paragraf di atas,
dalam penyusunan dan pengajuan Keberatan, Pemohon Banding hanya dapat mendasarkan
SE

pada data-data, catatan-catatan dan bukti-bukti pendukung sepihak yang ada pada Pemohon
Banding sendiri tanpa dapat membuktikan kebenaran atau kesalahan koreksi-koreksi yang
dilakukan oleh Terbanding yang ditetapkan dalam SKP terkait. Adalah tidak aneh Keberatan
Pemohon Banding pada akhirnya ditolak oleh Terbanding akibat ketidak-mampuan
Pemeriksaan Hasil Akhir Pemeriksaan untuk menyampaikan Surat Keberatan yang patut dan
balk akibat tidak diberikannya rincian-rincian yang diperlukan oleh Pemohon Banding oleh
Terbanding, kewajiban mana diatur dalam peraturan perundang-undangan tersebut pada
paragraf di atas;

bahwa demikian pula untuk keperluan pengajuan Permohonan Banding dan Surat Bantahan ini,
Pemohon Banding hanya dapat mendasarkan pada catatan-catatan, dokumen-dokumen dan
bukti-bukti yang tersedia pada Pemohon Banding sendiri akibat alasan yang sama dengan yang
disampaikan pada paragraf di atas;

K
bahwa berdasarkan kejadian yang telah dijelaskan, menurut hemat Pemohon Banding segala
produk hukum dari SPHP yang dimaksud menjadi batal demi hukum termasuk SKP dan Surat

JA
Keputusan Terbanding tentang Keberatan Pemohon Banding yang sedang dimohonkan
banding dan dibantah oleh Pemohon Banding dalam Surat Bantahan ini;

bahwa dengan dilanggarnya aturan yang berlaku oleh Terbanding dalam hal tidak diberikannya

PA
data-data pendukung koreksi berdasarkan Masa Pajak atau bulanan masing-masing
sebagaimana yang diwajibkan dalam aturan perundang-undangan tersebut pada paragraf di
atas:
(i) secara Iangsung mengakibatkan Pemohon Banding tidak dapat memperjuangkan hak
hukumnya secara patut dan balk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

N
berlaku; dan
(ii) sebagai akibatnya Keberatan Pemohon Banding ditolak oleh Terbanding;

LA
bahwa berdasarkan keterangan-keterangan yang disampaikan di atas, dengan ini demi
keadilan, Pemohon Banding sangat bermohon kepada Majelis untuk membuat Putusan bahwa
Pemeriksaan Pajak beserta seluruh produk hukum yang dihasilkan termasuk Keputusan yang
DI
sedang dibandingkan menjadi batal demi hukum dan, oleh karenanya, mengabulkan
keseluruhan Permohonan Banding yang diajukan Pemohon Banding;
GA
C. Ikhtisar Nilai Sengketa Pajak Yang Sedang Dibandingkan

bahwa Pemohon Banding telah menyampaikan Ikhtisar Nilai Sengketa Pajak yang sedang
dibandingkan mulai dari posisi sewaktu dalam bentuk SPHP, Keberatan, Keputusan Terbanding
N

tentang Keberatan Pemohon Banding, posisi berdasarkan SUB sampai dengan posisi
berdasarkan Surat Bantahan ini;
PE

D. Kesimpulan

bahwa berdasarkan keterangan yang disampaikan pada Bagian B.0 Surat Bantahan ini,
Terbanding telah mengabaikan hak-hak dari Pemohon Banding berupa tidak dipenuhinya
T

ketentuan-ketentuan perundangan undangan yang berlaku yang mengakibatkan


ketidakmampuan Pemohon Banding untuk melaksanakan haknya dalam pengajuan Keberatan
IA

dan Surat Banding secara baik dan patut yang berakibat ditolaknya Keberatan Pemohon
Banding. Hal ini sangatlah merugikan dan tidak adil kepada Pemohon Banding;
AR

bahwa menurut catatan dan data-data pendukung yang ada pada Pemohon Banding, kewajiban
pajak Pemohon Banding yang sedang dibandingkan telah dipenuhi dan dilaksanakan secara
penuh;

bahwa demi keadilan, Pemohon Banding memohon Majelis untuk memutuskan Banding ini
ET

seadil-adilnya dengan menerima dan mengabulkan permohonan banding ini;

bahwa dalam persidangan Pemohon Banding Menyampaikan Penjelasan Tertulis Nomor


0251/JSP-DBI/PP/IX/2018 tanggal 4 September 2018, yang memuat hal-hal pokok sebagai
KR

berikut:

bahwa alasan dan penjelasan tambahan atas sengketa banding yang Pemohon Banding ajukan
adalah sebagai berikut:
SE

1. Menurut Pemohon Banding, bahwa DPP PPh Pasal 23 yang dipertahankan oleh Terbanding
adalah berdasarkan ekualisasi koreksi objek PPh Pasal 23 yang dilaporkan dalam SPT
dengan pos-pos biaya dan neraca terdapat objek pajak yang belum dipotong dan dilaporkan
Pemohon Banding;
2. Koreksi terhadap akun-akun neraca dan laba rugi sebagai objek PPh 23 hanya berdasarkan
asumsi sepihak Terbanding bukan berdasarkan data, fakta, dan bukti pendukung;
3. Berdasarkan SPHP Terbanding, koreksi DPP PPh Pasal 23 disajikan secara global untuk
masa Januari - Desember 2011 tidak terdapat rincian akun per masa pajak dan tidak
terdapat penjelasan ditetapkan sebagai objek PPh Pasal 23;
4. Bahwa menurut Pemohon Banding, DPP PPh Pasal 23 untuk masa Desember 2011, telah
dilaporkan sesuai ketentuan yang berlaku dalam SPT masa yaitu sebesar
Rp72.446.617.398,00;

bahwa menurut Pemohon Banding koreksi positif DPP PPh Pasal 23 yang dilakukan oleh

K
Terbanding untuk masa Desember sebesar Rp279.226.573.241,00 bukan merupakan objek
pajak PPh Pasal 23 (bukan merupakan transaksi jasa) yaitu merupakan pembelian material,

JA
denda, reimbursement, biaya transport dan terdapat pula transaksi yang dibatalkan sehingga
atas transaksi tersebut tidak dapat ditetapkan sebagai objek pajak PPh Pasal 23 dan juga tidak
terutang PPh Pasal 23;

PA
bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyampaikan Penjelasan Tertulis Nomor
0272/JSP-DBI/PP/IX/2018 tanggal 25 September 2018 yang isinya sama dengan yang
tertuang dalam Penjelasan Tertulis Nomor 0251/JSP-DBI/PP/IX/2018 tanggal 4 September
2018;

N
bahwa dalam persidangan Pemohon Banding Menyampaikan Closing statement Nomor

LA
082/JSP-DBI/PP/X/2018 tanggal 30 Oktober 2018, yang memuat hal-hal pokok sebagai
berikut:

A. Tambahan Penjelasan dan Alasan Permohonan Banding PPh Pasal 23 Masa Desember

I.
2011
DI
Tidak Terpenuhinya Ketentuan Formal atas Penerbitan KEP-00564/KEB/WPJ.19/2017
GA
tanggal 10 Mei 2017 Tentang Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan
Pasal 23 Masa Desember 2011 Nomor 00018/203/11/091/16 tanggal 26 Februari 2016

1. Dasar Hukum
N

bahwa berdasarkan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor
28 Tahun 2007 disebutkan:
PE

(1) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
T

(2) Untuk keperluan pemeriksaan, petugas pemeriksa harus memiliki tanda pengenal
pemeriksa dan dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan serta memperlihatkannya
IA

kepada Wajib Pajak yang diperiksa.


(3) Wajib Pajak yang diperiksa wajib:
a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
AR

dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan
memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau
c. memberikan keterangan lain yang diperlukan.
ET

(3a)Buku, catatan, dan dokumen, serta data, informasi, dan keterangan lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) wajib dipenuhi oleh Wajib Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak
permintaan disampaikan.
(3b)Dalam hal Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
KR

tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sehingga tidak dapat
dihitung besarnya penghasilan kena pajak, penghasilan kena pajak tersebut dapat dihitung
secara jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
(4) Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta keterangan
SE

yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakannya, maka
kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan
pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
bahwa berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
disebutkan:
(1) Tata cara pemeriksaan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(2) Tata cara pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di antaranya mengatur
tentang pemeriksaan ulang, jangka waktu pemeriksaan, kewajiban menyampaikan surat
pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak, dan hak Wajib Pajak untuk hadir
dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang ditentukan.
(3) Apabila dalam pelaksanaan pemeriksaan Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) sehingga penghitungan penghasilan kena
pajak dilakukan secara jabatan, Direktur Jenderal Pajak wajib menyampaikan surat

K
pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak dan memberikan hak kepada Wajib
Pajak untuk hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang

JA
ditentukan

bahwa berdasarkan Pasal 36 ayat 1 huruf d angka 2 Undang-Undang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan disebutkan Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas

PA
permohonan Wajib Pajak dapat membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan
pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa” pembahasan akhir hasil pemeriksaan
dengan Wajib Pajak”;

bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 Tentang Tata Cara

N
Pemeriksaan sebagaimana di ubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.03/2015 disebutkan:

LA
Pasal 2
Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan Pemeriksaan dengan tujuan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
DI
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pasal 4
GA
(1) Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, dilakukan dalam hal memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Wajib Pajak yang mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP;
b. terdapat keterangan lain berupa data konkret sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
N

ayat (1) huruf a Undang-Undang KUP;


c. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar, selain
PE

yang mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak


sebagaimana dimaksud pada huruf a;
d. Wajib Pajak yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran
pajak;
T

e. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan rugi;


f. Wajib Pajak melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran,
IA

atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya;


g. Wajib Pajak melakukan perubahan tahun buku atau metode pembukuan atau karena
dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap;
AR

h. Wajib Pajak tidak menyampaikan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan tetapi


melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan dalam surat teguran yang terpilih untuk
dilakukan Pemeriksaan berdasarkan Analisis Risiko; atau
i. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang terpilih untuk dilakukan
Pemeriksaan berdasarkan Analisis Risiko.
ET

(2) Ketentuan mengenai Analisis Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h dan
huruf i dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 5
KR

Ayat (1)
Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan
Kantor
SE

Ayat (3) huruf b


Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b dilakukan dengan:
b. Pemeriksaan Lapangan dalam hal ruang lingkup pemeriksaan dilakukan tidak terbatas hanya
terhadap keterangan lain berupa data konkret.

Ayat (5)
Pemeriksaan dengan kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf h dan huruf i
dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan.
Pasal 11 huruf f dan g
Dalam melakukan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan,
Pemeriksa Pajak wajib
f. menyampaikan SPHP kepada Wajib Pajak;
g. memberikan hak untuk hadir kepada Wajib Pajak dalam rangka Pembahasan Akhir Hasil

K
Pemeriksaan pada waktu yang telah ditentukan;

JA
Pasal 13 huruf e dan f
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan,
Wajib Pajak berhak:
e. menerima SPHP;

PA
f. menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan pada waktu yang telah ditentukan;

Pasal 15
Ayat (1) huruf a dan b
1) Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan dalam

N
jangka waktu Pemeriksaan yang meliputi:
a. jangka waktu pengujian; dan

LA
b. jangka waktu Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan pelaporan.

Ayat (2)
Apabila Pemeriksaan dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, jangka waktu pengujian
DI
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling lama 6 (enam) bulan, yang dihitung sejak
Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa,
pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak, sampai dengan tanggal
GA
SPHP disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang
telah dewasa dari Wajib Pajak.

Ayat (5)
Jangka waktu Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan pelaporan sebagaimana dimaksud
N

pada ayat (1) huruf b paling lama 2 (dua) bulan, yang dihitung sejak tanggal SPHP disampaikan
kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota yang telah dewasa dari Wajib Pajak
PE

sampai dengan tanggal LHP

Pasal 16
Ayat (1)
Jangka waktu pengujian Pemeriksaan Lapangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat
T

(2) dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan.
IA

Pasal 18
Dalam hal dilakukan perpanjangan jangka waktu pengujian Pemeriksaan Lapangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 atau Pemeriksaan Kantor sebagaimana dimaksud
AR

dalam Pasal 17, kepala unit pelaksana Pemeriksaan harus menyampaikan pemberitahuan
perpanjangan jangka waktu pengujian secara tertulis kepada Wajib Pajak.

Pasal 19
ET

Ayat (1)
Apabila jangka waktu perpanjangan pengujian Pemeriksaan Lapangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (1) atau ayat (3) atau perpanjangan jangka waktu Pemeriksaan Kantor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) telah berakhir, SPHP harus disampaikan
KR

kepada Wajib Pajak

Pasal 42
Ayat (2)
SE

Tanggapan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan dalam jangka
waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal diterimanya SPHP oleh Wajib Pajak.

Ayat (3)
Wajib Pajak dapat melakukan perpanjangan jangka waktu penyampaian tanggapan tertulis
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja
terhitung sejak jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berakhir.
Pasal 43
Ayat (1)
Dalam rangka melaksanakan pembahasan atas hasil Pemeriksaan yang tercantum dalam
SPHP dan daftar temuan hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1)
kepada Wajib Pajak harus diberikan hak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.

Ayat (2)

K
Hak hadir sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan melalui penyampaian undangan
secara tertulis kepada Wajib Pajak dengan mencantumkan hari dan tanggal dilaksanakannya

JA
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.

Ayat (3)
Undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disampaikan kepada Wajib Pajak dalam

PA
jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak:
a. diterimanya tanggapan tertulis atas SPHP dari Wajib Pajak sesuai jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) atau ayat (3); atau
b. berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (3), dalam hal Wajib
Pajak tidak menyampaikan tanggapan tertulis atas SPHP.

N
2. Kronologis Pemeriksaan

LA
bahwa Pemohon Banding pada tanggal 3 Desember 2014 diterbitkan Surat Perintah
Pemeriksaan Nomor Prin-00460/WPJ.19/KP.0105/RIK.SIS/2014 dari Terbanding, untuk
pemeriksaan Pajak:

Tahun Pajak
DI
: Januari s.d Desember 2011 (0111-1211)
Kode/Kriteria Pemeriksaan : 1912 Semua Jenis Pajak (All Taxes), Pemeriksaan
GA
khusus PL
Tujuan Pemeriksaan : Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban
Perpajakan
N

bahwa pada 3 Desember 2014 diterbitkan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan Nomor
00460/WPJ.19/KP.0105/RIK.SIS/2014, atas Surat Perintah Pemeriksaan Nomor Prin-
00460/WPJ.19/KP.0105/RIK.SIS/2014 tanggal 3 Desember 2014 dimana susunan Terbanding
PE

adalah:

No Nama NIP Pangkat/Gol Jabatan


1 Ranu Sapto Iman Sudjono, S.E 197006031990031000 Penata Tk.1/IIId Supervisor
T

2 Mahmud Riyad, S.E 196604271988031002 Penata Tk.1/IIId Ketua Tim


IA

3 Sugianto, SE 197408212995111001 Penata Muda Tk.1/IIIb Anggota


4 Kali Sucipto Wahono 197301181994021002 Penata Muda Tk.1/IIIb Anggota
AR

bahwa pada tanggal 27 Januari 2016 diterbitkan surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan
Nomor SPHP-00088/WPJ.19/KP.0105/RIK.SIS/2016 dari Terbanding, yang diterima oleh
Pemohon Banding Tanggal 28 Januari 2018;

bahwa atas Surat Pemberitahuan Hasil pemeriksaan tersebut Pemohon Banding Mengajukan
ET

Perpanjangan waktu untuk penyampaian tanggapan SPHP melalui surat Nomor 0043/DIR-AKT-
JKT/II/2016 tanggal 4 Februari 2016 dengan bukti penerimaan surat dari Terbanding Nomor
PEM-00000737/091/feb/2016 tanggal 5 Februari 2016;
KR

bahwa surat tanggapan SPHP Pemohon Banding sampaikan ke Terbanding pada tanggal 11
Februari 2016, surat Nomor 0053/Dir-Akt-Jkt/II/16 tanggal 11 Februari 2016 dengan bukti
penerimaan surat dari Terbanding Nomor PEM-01000986/091/feb/2016;
SE

bahwa pada tanggal 18 Februari 2016 Pemohon Banding menerima surat undangan untuk
pembahasan akhir pemeriksaan Nomor S-98/WPJ.19/KP.0100/2016 tanggal 17 Februari 2016,
dimana pembahasan hasil pemeriksaan akan dilakukan pada:

Hari/Tanggal : Selasa/23 Februari 2016


Pukul : 09.00 WIB
Tempat : KPP Wajib Pajak Besar Satu
bahwa atas undangan pembahasan akhir tanggal 23 Februari 2016 tersebut, Pemohon Banding
mengajukan perpanjangan secara lisan kepada Terbanding, Terbanding menyarankan
Pemohon Banding untuk menyampaikan secara tertulis. Pada tanggal 23 Februari
2016Pemohon Banding menyampaikan permohonan penundaan Pembahasan akhir
permeriksaan dengan surat Nomor 072/DIR-AKT-JKT/II/2016 tanggal 22 Februari 2016 dengan
bukti penerimaan surat dari Terbanding Nomor PEM:01001347/091/Feb/2016;

K
bahwa Permohonan Penundaan Pembahasan akhir ini Pemohon Banding ajukan karena pada

JA
hari dan tanggal yang sama yaitu hari selasa tanggal 23 Februari 2016 Pemohon Banding ada
sidang di Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat, sebagaimana dimuat dalam Media Indonesia
pada tanggal 27 Januari 2016;

PA
bahwa pada tanggal 26 Februari 2016 di terbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak
Penghasilan Pasal 23 Masa Desember 2011 Nomor 00018/203/11/091/16 tanggal 26 Februari
2016 yang menjadi sengketa;

3. Pemenuhan Ketentuan Formal Pada Saat Pemeriksaan

N
Tidak Terpenuhinya Ketentuan Perundang-Undangan Yang Berlaku oleh Terbanding Yang

LA
Menyebabkan Pemeriksaan dan Produk Hukum Pemeriksaan Terbanding Menjadi Batal Demi
Hukum dan Sangat Merugikan Dan Tidak Adil Kepada Pemohon Banding

A. Batas Waktu Pemeriksaan DI


bahwa berdasarkan Pasal 15 ayat (2) dan Pasal 16 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan
GA
Nomor 184/PMK.03/2015, pemeriksaan lapangan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan paling lama 6 (enam) bulan dihitung sejak surat pemberitahuan
pemeriksaan di sampaikan ke Wajib Pajak sampai dengan tanggal SPHP disampaikan kepada
Wajib Pajak dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan;
N

bahwa dalam hal dilakukan perpanjangan pemeriksaan sebagaimana pada butir 1 di atas, maka
berdasarkan pasal 18 Terbanding harus menyampaikan pemberitahuan perpanjangan jangka
PE

waktu pengujian secara tertulis kepada Wajib Pajak;

bahwa surat pemberitahuan pemeriksaan diterbitkan tanggal 3 Desember 2014 dan SPHP
diterbitkan pada tanggal 27 Januari 2016. Dengan demikian pemeriksaan pajak tahun pajak
T

2011 tersebut, telah lewat dari dari 6 (enam) bulan sebagaimana diatur dalam Pasal 15 ayat (2),
Pasal 16 ayat (1) dan Pasal 18 PMK 184/PMK.03/2015;
IA

bahwa dengan lewatnya batas waktu pemeriksaan dan Pemohon Banding tidak pernah
menerima Surat Pemberitahuan perpanjangan jangka waktu pengujian pemeriksaan pada
AR

paragraf di atas, maka dengan demikian Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak
Penghasilan Pasal 23 Masa Desember 2011 Nomor 00018/203/11/091/16 tanggal 26 Februari
2016, BATAL DEMI HUKUM;

B. Pemeriksaan dan Produk Hukum Yang Dihasilkan Batal Demi Hukum Akibat Surat
ET

Undangan Terbanding Kepada Pemohon Banding untuk Pembahasan Hasil Akhir


Pemeriksaan Daluwarsa

bahwa undangan yang disampaikan oleh Terbanding kepada Pemohon Banding untuk
KR

menghadiri Pembahasan Hasil Akhir Pemeriksaan melanggar atau gagal memenuhi batas
waktu yang diatur oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam hal ini aturan
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015 yang mengubah Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 dan Peraturan-Peraturan Menteri Keuangan terkait
SE

sebelumnya;

bahwa berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 43 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.03/2015yang mengubah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013:
1. kepada Wajib Pajak harus diberikan hak hadir untuk melaksanakan Pembahasan Hasil Akhir
Pemeriksaan yang tercantum dalam Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (“SPHP”);
2. hak hadir Wajib Pajak harus disampaikan melalui undangan secara tertulis kepada Wajib
Pajak; dan
3. undangan yang dimaksud harus disampaikan kepada Wajib Pajak dalam waktu paling lama
3 (tiga) hari kerja terhitung sejak:
a. diterimanya tanggapan tertulis atas SPHP dari Wajib Pajak sesuai batas waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) dan ayat (3); atau
b. berakhirnya batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (3) dalam hal Wajib

K
Pajak tidak menyampaikan tanggapan tertulis atas SPHP.

bahwa Terbanding telah melanggar atau gagal memenuhi batas waktu yang ditentukan dalam

JA
Pasal 43 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015 dalam hal batas waktu terakhir
penyampaian surat undangan Pembahasan Hasil Akhir Pemeriksaan yang diatur dalam Pasal
43 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PM.03/2015, sebagaimana yang dijelaskan

PA
lebih khusus di bawah ini:
1. SPHP dikirimkan oleh Terbanding kepada Pemohon Banding pada tanggal 27 Januari 2016
(diterima Pemohon Banding pada tanggal 28 Januari 2016)sebagaimana yang tertera pada
SPHP yang bersangkutan;
2. Terhadap SPHP yang diterima, Pemohon Banding menyampaikan surat permohonan

N
kepada Terbanding agar diberikan waktu perpanjangan selama 7 (tujuh) hari yaitu sampai
dengan tanggal 12 Februari 2016;

LA
3. Terbanding tidak memberikan tanggapan atau jawaban atas surat permohonan
perpanjangan waktu yang dimaksudkan di atas. Dengan tidak diperolehnya tanggapan atau
jawaban dari Terbanding, terhadap surat permohonan perpanjangan waktu ini terdapat 3
(tiga) penafsiran berbeda tentang batas waktu penyampaian surat undangan untuk

DI
Pembahasan Hasil Akhir Pemeriksaan, sebagai berikut:
a. Terbanding tidak menyetujui permohonan Pemohon Banding untuk memperpanjang
waktu penyampaian tanggapan atas SPHP yang dimaksudkan; atau
GA
b. Terbanding menyetujui permohonan Pemohon Banding untuk memperpanjang waktu
penyampaian tanggapan atas SPHP selama 7 (tujuh) hari setelah tanggal semula yang
dijadwalkan oleh Terbanding walaupun tanpa adanya tanggapan atau jawaban dari
Terbanding;
c. Terbanding menyetujui permohonan Pemohon Banding untuk memperpanjang waktu
N

penyampaian tanggapan atas SPHP tetapi hanya untuk maksimum 3 (tiga) hari kerja
terhitung dari tanggal semula yang dijadwalkan oleh Terbanding sebagaimana yang diatur
PE

dalam Pasal 42 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015;

bahwa sebagaimana yang dibuktikan pada kalender yang Pemohon Banding sampaikan, dalam
hal:
a. penafsiran berdasarkan paragraf di atas, batas waktu atau tanggal terakhir pengiriman surat
T

undangan oleh Terbanding kepada Pemohon Banding seharusnya adalah tanggal 10


Februari 2016; atau
IA

b. penafsiran berdasarkan paragraf di atas, batas waktu atau tanggal terakhir pengiriman surat
undangan oleh Terbanding seharusnya adalah tanggal 16 Februari 2016; atau
AR

c. penafsiran berdasarkan paragraf di atas, batas waktu atau tanggal terakhir pengiriman surat
undangan oleh Terbandingseharusnya adalah tanggal 12 Februari 2016;

bahwa berdasarkan penjelasan pada paragraf di atas, dengan surat undangan yang baru
dikirim oleh Terbanding kepada Pemohon Banding pada tanggal 18 Februari 2016
ET

sebagaimana tertera pada surat undangan yang bersangkutan, Terbanding telah melanggar
atau gagal memenuhi batas waktu atau batas tanggal terakhir penyampaian undangan
Pembahasan Hasil Akhir Pemeriksaan yang diatur dalam Pasal 43 ayat (3) Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015 dengan penggunaan penafsiran manapun dari yang
KR

disampaikan pada paragraph di atas sebagaimana yang dibuktikan pada kalender yang
Pemohon Banding siapkan;

bahwa berdasarkan keterangan-keterangan dan pembuktian-pembuktian yang disampaikan di


SE

atas, hasil Pemeriksaan Pajak terkait berikut segala produk hukum yang dikeluarkan menjadi
batal demi hukum. Artinya, berita acara Pembahasan Hasil Akhir Pemeriksaan, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar, Surat Keputusan Terbanding tentang Keberatan Pemohon Banding
terhadap Surat Ketetapan Pajak menjadi batal demi hukum;

C. Pemeriksaan dan Produk Hukum Hasil Pemeriksaan Batal Demi Hukum Akibat Hak Hadir
Pemohon Banding Sebagai Wajib Pajak Dalam Pembahasan Hasil Akhir Pemeriksaan Tidak
Diberikan Secara Memadai, Patut dan Wajar

bahwa sesuai dengan aturan berdasarkan Pasal 43 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 184/PMK.03/2015, Pemohon Banding diundang oleh Terbanding untuk menghadiri
Pembahasan Hasil Akhir Pemeriksaan. Namun demikian, jadwal atau waktu dan tanggal
pembahasan yang ditetapkan oleh Terbanding sebagaimana yang tercantum pada surat
undangan yang dimaksud tidak memungkinkan untuk dapat dipenuhi oleh Pemohon Banding;

K
bahwa sebagaimana yang dijelaskan pada paragraf di atas, surat undangan Terbanding

JA
dikirimkan kepada dan diterima oleh Pemohon Banding pada tanggal 18 Februari 2016 sore,
hari Kamis, padahal jadwal penyelenggaraan Pembahasan Hasil Akhir Pemeriksaan yang
ditetapkan dalam surat undangan tersebut adalah untuk jam 9 pagi tanggal 23 Februari 2016,
hari Selasa berikutnya, kurang dari 3 (tiga) hari kerja;

PA
bahwa sehubungan dengan jadwal yang ditetapkan dalam surat undangan yang dimaksud,
perlu Pemohon Banding sampaikan hal-hal penting sebagai berikut:

a. Jarak waktu antara didapatkannya surat undangan oleh Pemohon Banding dan waktu atau

N
tanggal Pemohon Banding diharapkan untuk hadir dalam Pembahasan Hasil Akhir
Pemeriksaan terlalu sempit, tidak memadai dan tidak patut sehingga tidak memungkinkan

LA
Pemohon Banding untuk sempat mempersiapkan bahan-bahan dan dokumen-dokumen
pembuktian yang diperlukan untuk dapat mengikuti Pembahasan Hasil Akhir Pemeriksaan
dengan patut dan memadai. Mengingat kompleksitas dari pada temuan-temuan dan usulan-
usulan koreksi yang tercantum dalam SPHP yang perlu dibahas dan dipertanggungjawabkan
DI
oleh Pemohon Banding dalam Pembahasan Hasil Akhir Pemeriksaan, tidak mungkin
Pemohon Banding dapat mempersiapkan bahan-bahan dan dokumen-dokumen beserta
bukti-bukti pendukung yang diperlukan untuk mengikuti Pembahasan Hasil Akhir
GA
Pemeriksaan dengan patut dan baik. Menurut hemat Pemohon Banding, hal ini sangatlah
tidak adil kepada Pemohon Banding;

b. Selain alasan tidak memadai dan tidak patutnya jangka waktu yang diberikan oleh
N

Terbanding kepada Pemohon Bandingsebagaimana yang dijelaskan pada paragraf a di atas,


pada waktu dan tanggal yang dijadwalkan oleh Terbanding untuk menyelenggarakan
Pembahasan Hasil Akhir Pemeriksaan, yaitu mulai jam 9.00 pagi tanggal 23 Februari 2016,
PE

pimpinan atau direksi yang diundang untuk mengikuti Pembahasan Hasil Akhir Pemeriksaan
secara hukum wajib hadir dalam acara sidang verifikasi utang di Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, jadwal sidang yang mana telah ditetapkan oleh Hakim
Pengawas dan disahkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
T

Jakarta Pusat sejak 20 Januari 2016, hampir satu bulan sebelum diterimanya surat
undangan dari Terbanding, sehingga pimpinan atau direksi tidak mungkin dapat memenuhi
IA

jadwal yang ditetapkan oleh Terbanding;

bahwa pada keesokan hari setelah diterimanya surat undangan Pembahasan Hasil Akhir
AR

Pemeriksaan tersebut di atas, yaitu tanggal 19 Februari 2016, hari Jumat, Pemohon Banding
langsung menghubungi Terbanding untuk menjelaskan tentang kesulitan Pemohon Banding
untuk dapat memenuhi jadwal yang ditetapkan dalam surat undangan tersebut sebagaimana
yang disampaikan pada paragraf di atas, dan memohonkan kesediaan Terbanding untuk
menunda jadwal yang dimaksud sampai dengan tanggal 3 Maret 2016;
ET

bahwa terhadap permintaan penjadwalan ulang sebagaimana yang dimaksudkan pada paragraf
di atas, Terbanding meminta Pemohon Banding untuk menyampaikan permohonan penundaan
yang dimaksud secara resmi dan tertulis. Sesuai pengarahan dari Terbanding ini, Pemohon
KR

Banding menyampaikan surat permohonan resmi pada tanggal 22 Februari 2016;

bahwa Pemohon Banding sangat dikejutkan dengan diserahkannya sejumlah Surat-Surat


Ketetapan Pajak Tahun Pajak 2011 oleh Terbanding kepada Pemohon Banding pada tanggal
SE

29 Februari 2016 sebagai hasil dari Pemeriksaan Pajak dan Pembahasan Hasil Akhir
Pemeriksaan yang tidak dapat dihadiri oleh Pemohon Banding. Artinya, permohonan
perpanjangan waktu yang dimintakan dan dikomunikasikan dengan itikad baik oleh Pemohon
Banding kepada Terbanding sebagaimana yang disampaikan pada paragraf di atas beserta
alasan-alasan tersebut pada paragraf di atas ternyata tidak dikabulkan oleh Terbanding dan,
sebagai akibatnya, Terbanding melakukan Pembahasan Hasil Akhir Pemeriksaan sepihak;
bahwa berdasarkan:
(i) fakta-fakta yang disampaikan pada paragraph tentang tidak memadainya waktu yang
diberikan oleh Terbanding kepada Pemohon Banding untuk dapat mengikuti Pembahasan
Hasil Akhir Pemeriksaan dengan baik; dan
(ii) fakta-fakta yang dijelaskan pada paragraf di atas tentang permohonan dan alasan-alasan
permintaan penjadwalan ulang waktu dan tanggal Pembahasan Hasil Akhir Pemeriksaan
termasuk fakta tentang pengarahan oleh Terbanding agar permohonan penjadwalan ulang

K
disampai-kan secara resmi dan tertulis oleh Pemohon Banding (pengarahan mana dipatuhi
dan dilaksanakan oleh Pemohon Banding); makajelas bahwa Terbanding:

JA
a. tidak menghendaki Pemohon Banding untuk dapat hadir dalam acara Pembahasan Hasil
Akhir Pemeriksaan sehingga Pembahasan Hasil Akhir Pemeriksaan dilakukan, dan berita
acara terkait ditandatangani sepihak oleh Terbanding; dan

PA
b. Pemohon Banding telah diperlakukan tidak adil dalam proses penyelesaian Pemeriksaan
Pajak tahun 2011;

bahwa berdasarkan hal-hal dan fakta-fakta yang disampaikan di atas, Pemohon Banding
berpendapat bahwa Pembahasan Hasil Akhir Pemeriksaan dan berita acara terkait yang

N
diselesaikan secara sepihak oleh Terbanding menjadi batal demi hukum sehingga segala
produk turunannya berupa SKP, Surat Keputusan tentang Keberatan Pemohon Banding
terhadap SKP terkait seharusnya juga menjadi batal demi hukum. Dengan ini, Pemohon

LA
Banding memohonkan pertimbangan dan putusan seadil-adilnya oleh Majelis dengan
membatalkan Keputusan yang dibandingkan;

DI
D. Pemohon Banding Sebagai Wajib Pajak Tidak Diberikan Rincian Perhitungan Yang Diatur
Dalam Peraturan Perundang-Undangan Yang Berlaku Sehingga Pemeriksaan Pajak Terkait
Beserta Seluruh Produk Hukumnya Menjadi Batal Demi Hukum
GA
bahwa dalam Pasal 1 angka 16 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013
sebagimana diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.03/2015, diatur
bahwa, SPHP yang diterbitkan wajib mencantumkan temuan Pemeriksaan yang meliputi pos-
pos yang dikoreksi, nilai koreksi, dasar koreksi, perhitungan sementara dari jumlah pokok pajak
N

terhutang dan perhitungan sementara dari sanksi administrasi;

bahwa sehubungan dengan jumlah pokok pajak terhutang beserta sanksi administrasi,
PE

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010 dan Peraturan-Peraturan Menteri


Keuangan terkait sebelumnya, yang merupakan pelaksanaan dari ketentuan dalam Pasal 9
ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 yang telah diubah berberapa kali terakhir kali
dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007, mengatur bahwa jenis pajak yang dimohonkan
T

banding ini adalah jenis pajak yang perhitungan, pembayaran dan pelaporannya wajib
dilakukan berdasarkan Masa Pajak atau bulanan terkait;
IA

bahwa adapun terkait dengan rincian koreksi fiskal dan dasar perhitungan koreksi tersebut telah
Pemohon Banding sampaikan secara tertulis kepada KPP Wajib Pajak Besar Satu melalui surat
AR

Nomor 0276/DIR/AKT-JKT/V/2016 tanggal 20 Mei 2016, namun hingga saat ini terhadap surat
tersebut belum mendapat jawaban dari KPP Wajib Pajak Besar Satu;

bahwa sehubungan dengan jenis pajak yang dimohonkan banding ini, dalam SPHP yang
ET

diterbitkan dan disampaikan oleh Terbanding kepada Pemohon Banding, temuan-temuan, pos-
pos yang diusulkan untuk dilakukan koreksi dan jumlah-jumlah usulan koreksi masing-masing
pos oleh Terbanding hanya tercantum temuan-temuan, informasi-informasi dan jumlah-jumlah
tahunan padahal berdasarkan aturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana tersebut
pada paragraf di atas, kepada Pemohon Banding wajib diberikan temuan-temuan dan
KR

informasi-informasi pendukung dalam jumlah-jumlah berdasarkan Masa Pajak atau bulanan


masing-masing. Oleh karenanya, produk hukum dari Pemeriksaan yang menghasilkan SKP dan
Surat Keputusan Kantor Terbanding tentang Keberatan Pemohon Banding atas SKP terkait
seyogyanya menjadi batal demi hukum;
SE

bahwa dengan tidak diberikannya informasi-informasi berdasarkan kewajiban Masa Pajak atau
bulanan masing-masing, Pemohon Banding tidak mungkin:
a. dapat melakukan kewajiban pembayaran bagian-bagian dari SKP yang memang terhutang
oleh Pemohon Banding; maupun
b. bisa memperjuangkan haknya sebagai Pemohon Banding secara adil, wajar dan patut untuk
keperluan penyampaian Surat Keberatan atas SKP terkait dan proses-proses hukum
seterusnya karena ketidak-tersediaan informasi-informasi yang diatur dalam
Peraturan-Peraturan Menteri Keuangan yang dibahas pada paragraf di atas. Yang
dimaksudkan dalam hal ini adalah data-data, temuan-temuan, koreksi-koreksi dalam jumlah-
jumlah berdasarkan Masa Pajak atau bukan masing-masing;

bahwa akibat tidak tersedianya informasi-informasi yang disampaikan pada paragraf di atas,
dalam penyusunan dan pengajuan Keberatan, Pemohon Banding hanya dapat mendasarkan

K
pada data-data, catatan-catatan dan bukti-bukti pendukung sepihak yang ada pada Pemohon
Banding sendiri tanpa dapat membuktikan kebenaran atau kesalahan koreksi-koreksi yang

JA
dilakukan oleh Terbanding yang ditetapkan dalam SKP terkait. Adalah tidak aneh Keberatan
Pemohon Banding pada akhirnya ditolak oleh Terbanding akibat ketidak-mampuan
Pemeriksaan Hasil Akhir Pemeriksaan untuk menyampaikan Surat Keberatan yang patut dan
baik akibat tidak diberikannya rincian-rincian yang diperlukan oleh Pemohon Banding oleh

PA
Terbanding, kewajiban mana diatur dalam peraturan perundang-undangan tersebut pada
paragraf di atas;

bahwa demikian pula untuk keperluan pengajuan Permohonan Banding ini, Pemohon Banding
hanya dapat mendasarkan pada catatan-catatan, dokumen-dokumen dan bukti-bukti yang

N
tersedia pada Pemohon Banding sendiri akibat alasan yang sama dengan yang disampaikan
pada paragraph di atas;

LA
bahwa berdasarkan kejadian yang dijelaskan diatas, menurut hemat Pemohon Banding segala
produk hukum dari SPHP yang dimaksud menjadi batal demi hukum termasuk SKP dan Surat
Keputusan Terbanding tentang Keberatan Pemohon Banding yang sedang dimohonkan
DI
banding dan dibantah oleh Pemohon Banding dalam Surat Bantahan ini;

bahwa dengan dilanggarnya aturan yang berlaku oleh Terbanding dalam hal tidak diberikannya
GA
data-data pendukung koreksi berdasarkan Masa Pajak atau bulanan masing-masing
sebagaimana yang diwajibkan dalam aturan perundang-undangan tersebut pada paragraf di
atas:
(i) secara langsung mengakibatkan Pemohon Banding tidak dapat memperjuangkan hak
hukumnya secara patut dan baik berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
N

dan
(ii) sebagai akibatnya Keberatan Pemohon Banding ditolak oleh Terbanding.
PE

bahwa berdasarkan keterangan-keterangan yang disampaikan di atas, dengan ini demi


keadilan, Pemohon Banding sangat bermohon kepada Majelis untuk membuat Putusan bahwa
Pemeriksaan Pajak beserta seluruh produk hukum yang dihasilkan termasuk Keputusan yang
T

sedang dibandingkan menjadi batal demi hukum, oleh karenanya, mengabulkan keseluruhan
Permohonan Banding yang diajukan Pemohon Banding;
IA

4. Surat Bantahan Pemohon Banding Terhadap Surat Uraian Banding dari Terbanding Nomor
S-3082/WPJ.19/2017 tanggal 24 Oktober 2017
AR

bahwa pada Surat Bantahan Pemohon Banding Nomor 0221/JSP-DBI/IV/2018 tanggal 3 April
2018, yang disampaikan ke Pengadilan Pajak tanggal 28 Mei 2018, Pemohon Banding juga
telah mengungkapkan dalam penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak
Penghasilan Pasal 23 Masa Desember 2011 Nomor 00018/203/11/091/16 tanggal 26 Februari
ET

2016 tidak memenuhi ketentuan formal sehingga Batal Demi Hukum;

II. Penutup
KR

bahwa berdasarkan keterangan dan uraian yang disampaikan di atas maka:

1) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Pasal 23 Masa Desember 2011
Nomor 00018/203/11/091/16 tanggal 26 Februari 2016 yang diterbitkan oleh Terbanding tidak
SE

memenuhi ketentuan formal sehingga Batal Demi Hukum. Dengan alasan sebagai berikut:

a. Tidak terpenuhnya batas waktu pemeriksaan yaitu lebih dari 6 (enam) bulan, dimana
surat pemberitahuan pemeriksaan diterbitkan tanggal 3 Desember 2014 dan SPHP
diterbitkan pada tanggal 27 Januari 2016 dan dapat diperpanjang paling lama 2 (dua)
bulan yang dihitung sejak SPHP disampaikan kepada Pemohon Banding, sebagaimana
diatur dalam Pasal 15 ayat (2), Pasal 16 ayat (1) dan Pasal 18 Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 dan telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 184/PMK.03/2015 Tentang Tata Cara Pemeriksaan;

b. Tidak terpenuhinya perpanjangan waktu Pemeriksaan Yaitu Pemeriksa tidak pernah


menyampaikan pemberitahuan perpanjangan jangka waktu pemeriksaan secara tertulis
kepada Pemohon Banding sebagaimana diatur dalam Pasal 18 Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 dan telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan

K
Nomor 184/PMK.03/2015 Tentang Tata Cara Pemeriksaan;

JA
c. Tidak terpenuhinya batas waktu penyampaian Undangan Pembahasan Akhir
Pemeriksaan yaitu udangan disampaikan kepada Pemohon Banding dalam jangka waktu
paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterimanya tanggapan tertulis atas Surat

PA
Pemberitahuan hasil Pemeriksaan (SPHP) dari Pemohon Banding, sebagaimana diatur
pada Pasal 42 ayat (2) dan ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013
dan telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015 Tentang
Tata Cara Pemeriksaan;

N
d. Terbanding tidak memberikan rincian temuan pos-pos yang menjadi koreksi, nilai koreksi
dan dasar koreksi serta perhitungan sementara dari jumlah pokok pajak terhutang dan
perhitungan sementara dari sanksi administrasi untuk masa pajak atau bulan pajak

LA
(sebagaimana diuraikan pada butirdiatas) walaupun Pemohon Banding telah mengajukan
permohonan secara tertulis kepada KPP Wajib Pajak Besar Satu melalui surat Nomor
0276/DIR/AKT-JKT/V/2016 tanggal 20 Mei 2016, namun hingga saat ini terhadap surat
tersebut belum mendapat jawaban dari KPP Wajib Pajak Besar Satu, sehingga Pemohon
Banding tidak mungkin: DI
“Bisa memperjuangkan haknya sebagai wajib pajak secara adil, wajar dan patut untuk
GA
keperluan penyampaian keberatan atas SKP maupun tingkat Banding terkait dan
proses-proses hukum seterusnya kerena ketidak tersediaannya informasi-informasi dan
data-data, temuan-temuan koreksi-koreksi dalam jumlah berdasarkan masa pajak/bulan
Pajak”
N

e. Tidak dilakukan ”pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak” dimana atas
undangan pembahasan akhir pemeriksaan dilakukan pada tanggal 23 Februari 2016,
PE

Pemohon Banding telah mengajukan perpanjangan secara lisan maupun tertulis kepada
TIM Pemeriksan melalui surat permohonan Nomor 072/DIR-AKT-JKT/II/2016 tanggal 22
Februari 2016 dengan bukti penerimaan surat dari Terbanding Nomor
PEM:01001347/091/Feb/2016. Hal ini dilakukan karena pada hari dan tanggal yang sama
T

yaitu hari Selasa tanggal 23 Februari 2016 Pemohon Banding ada sidang di Pengadilan
Negeri/Niaga Jakarta Pusat, sehingga tidak memberikan hak kepada Pemohon Banding
IA

dalam rangka pembahasan akhir pemeriksaan;

bahwa dengan demikian Terbanding tidak mengendaki adanya Pembahasan akhir


AR

pemeriksaan dengan Pemohon Banding sehingga sesuai dengan Pasal 36 ayat 1 huruf d
angka 2 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan disebutkan
“Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat
membatalkan hasil pemeriksaan”;
ET

2) Bahwa Terbanding telah mengabaikan hak-hak dari Pemohon Banding berupa tidak
dipenuhinya ketentuan-ketentuan perundangan undangan yang berlaku yang mengakibatkan
ketidakmampuan Pemohon Banding untuk melaksanakan haknya dalam pengajuan
KR

Keberatan dan Surat Banding secara baik dan patut yang berakibat ditolaknya Keberatan
Pemohon Banding. Hal ini sangatlah merugikan dan tidak adil kepada Pemohon Banding;

3) Demi keadilan, Pemohon Banding memohon Majelis untuk memutuskan Banding ini seadil-
adilnya dengan menolak Keputusan yang dibandingkan
SE

B. Closing Statement Pemeriksaan Permohonan Banding PPh 23 Masa Desember Tahun


2011

I. Pokok Sengketa Banding

bahwa pokok sengketa banding adalah koreksi positif yang dilakukan oleh Terbanding atas
DPP PPh Pasal 23 Masa Pajak Desember 2011 adalah sebesar Rp279.226.573.241,00 dan
koreksi positif PPh Pasal 23 Masa Pajak Desember 2011 terutang sebesar
Rp22.105.335.377,00:

No Uraian Jumlah Rupiah Menurut

Pemohon Banding Terbanding Selisih

K
1 Dasar Pengenaan Pajak 72.446.617.398 351.673.190.639 279.226.573.241

JA
2 PPh Pasal 23 yang Terutang 1.451.932.348 23.557.267.725 22.105.335.377

II. Penjelasan Pemohon Banding

PA
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi positif yang dilakukan oleh Terbanding
atas DPP PPh Pasal 23 Masa Pajak Desember 2011 adalah sebesar Rp279.226.573.241,00
dan koreksi positif yang dilakukan oleh Terbanding atas PPh Pasal 23 terutang Masa pajak
Desember 2011 sebesar Rp22.105.335.377,00;

N
bahwa adapun alasan dan penjelasan tambahan atas sengketa Banding yang Pemohon
Banding ajukan adalah sebagai berikut:

LA
1. Menurut Pemohon Banding, bahwa DPP PPh Pasal 23 yang dipertahankan oleh Terbanding
adalah berdasarkan ekualisasi koreksi objek PPh Pasal 23 yang dilaporkan dalam SPT
dengan pos-pos biaya dan neraca terdapat objek pajak yang belum dipotong dan dilaporkan
Pemohon Banding;
DI
2. Koreksi terhadap akun-akun neraca dan laba rugi sebagai objek PPh 23 hanya berdasarkan
asumsi sepihak Terbanding BUKAN berdasarkan data, fakta dan bukti pendukung;
GA
3. Bahwa menurut Pemohon Banding, DPP PPh Pasal 23 untuk masa Desember 2011, telah
dilaporkan sesuai ketentuan yang berlaku dalam SPT masa yaitu sebesar
Rp72.446.617.398,00;
4. Bahwa menurut Pemohon Banding koreksi positif DPP PPh Pasal 23 yang dilakukan oleh
Terbanding untuk masa Desember sebesar Rp279.226.573.241,00 bukan merupakan objek
N

pajak PPh Pasal 23 (bukan merupakan transaksi jasa) yaitu merupakan pembelian material,
denda, reimbursement, biaya transport dan terdapat pula transaksi yang dibatalkan sehingga
PE

atas transaksi tersebut tidak dapat ditetapkan sebagai objek pajak PPh Pasal 23 dan juga
tidak terutang PPh Pasal 23;

III. Kesimpulan Dan Usul


T

bahwa berdasarkan sengketa dan alasan banding yang telah Pemohon Banding uraikan diatas,
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
IA

1. Bahwa koreksi DPP PPh Pasal 23 yang dilakukan oleh Terbanding dan dipertahankan oleh
Terbanding hanya didasarkan asumsi dari hasil perhitungan ekualisasi akun neraca dan laba
rugi dengan DPP PPh Pasal 23, BUKAN didasarkan atas data dan fakta;
AR

2. Bahwa koreksi besarnya PPh terutang yang dilakukan Terbanding dan dipertahankan oleh
Peneliti Keberatan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
3. Data dan fakta menunjukkan bahwa seluruh koreksi DPP PPh Pasal 23 yang dilakukan
fiskus terbukti BUKAN merupakan objek PPh Pasal 23;
ET

4. Bahwa oleh karena itu, Pemohon Banding mohon agar:


a. Membatalkan koreksi atas DPP PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 23 terutang;
b. Mengurangkan jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Pajak Penghasilan Pasal 23 Nomor 00018/203/11/091/16 tanggal 26
KR

Februari 2016 masa pajak Desember 2011 menjadi NIHIL dengan perhitungan sebagai
berikut:

No Semula Ditambah/ Menjadi


SE

Uraian (Rp) (Dikurangi) (Rp) (Rp)


A 351.673.190.639 (351.673.190.639)
Dasar Pengenaan Pajak -
B 23.557.267.725 (23.557.267.725) -
Pajak Penghasilan Terutang
C 1.451.932.348 (1.451.932.348) -
Kredit Pajak
D Kompensasi Masa/Tahun Pajak Sebelumnya - - -
E 22.105.335.377 (22.105.335.377)
PPh Kurang/ (lebih) dibayar -
F 10.610.560.982 (10.610.560.982)
Sanksi Administrasi -
G 32.715.896.359 (32.715.896.359)
Jumlah PPh ymh / (Lebih) dibayar -

bahwa demikianlah Pemohon Banding sampaikan tambahan Penjelasan dan Alasan Banding
serta Closing Statement sengketa pajak PPh Pasal 23 Masa Desember 2011. Pemohon
Banding memohon kepada Majelis untuk memutuskan yang seadil-adilnya;

K
Menurut Majelis:

JA
bahwa Pemohon Banding mengajukan banding atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
KEP-00564/KEB/WPJ.19/2017 tanggal 10 Mei 2017 tentang keberatan Wajib Pajak atas Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Pasal 23 Masa Pajak Desember 2011

PA
Nomor 00018/203/11/091/16 tanggal 26 Februari 2016, karena permohonan keberatannya
ditolak Pemohon Banding sangat keberatan dan kemudian mengajukan banding;

Alasan pengajuan banding:

N
bahwa berdasarkan Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) sebagaimana telah

LA
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2009, menyatakan "Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan
peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat
(1)";
DI
bahwa surat keputusan yang diajukan banding merupakan obyek yang dapat diajukan banding
sebagaimana dimaksud Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tatacara
GA
Perpajakan dan Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak;

bahwa berdasarkan Undang-Undang Pengadilan Pajak:


N

Pasal 31 ayat (1) berbunyi:


“Pengadilan Pajak mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan memutus sengketa pajak”
PE

Pasal 31 ayat (2) berbunyi:


“Pengadilan Pajak dalam hal Banding hanya memeriksa dan memutus sengketa atas
keputusan keberatan, kecuali ditentukan lain oleh Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku”;
T

Pasal 78 berbunyi:
IA

“Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian, dan berdasarkan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan serta berdasarkan keyakinan
Hakim”;
AR

Terkait Penilaian Pembuktian, Peraturan Perundang-undangan dan Keyakinan Hakim

bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyatakan sengketa yang diajukan banding
ET

terkait dengan sengketa formil dan materiil. Sengketa formil terkait dengan prosedur
pemeriksaan yang tidak benar, yaitu pembahasan akhir hasil pemeriksaan dilakukan secara
sepihak;
KR

bahwa berdasarkan hasil penelitian Majelis terhadap Surat Banding Nomor 0389/DIR-
AKT/JKT/VIII/2017 tanggal 9 Agustus 2017 diketahui, tidak ditemukan adanya sengketa formil
terkait dengan prosedur pemeriksaan, sementara dalam persidangan Pemohon Banding
menyampaikan surat bantahan dengan memunculkan hal baru, yaitu terkait dengan
pemenuhan formil prosedur pemeriksaan;
SE

bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan Pasal 31 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun
2002 Tentang Pengadilan Pajak yaitu: “Pengadilan Pajak dalam hal Banding hanya memeriksa
dan memutus sengketa atas keputusan keberatan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku”. Dengan memori penjelasan: “Sengketa pajak yang
menjadi obyek pemeriksaan adalah sengketa yang dikemukakan Pemohon Banding dalam
permohonan keberatan yang seharusnya diperhitungkan dan diputuskan dalam keputusan
keberatan”;

bahwa berdasarkan penelitian Majelis terhadap surat permohonan keberatan Pemohon


Banding Nomor 0276/DIR/AKT-JKT/V/2016 tanggal 20 Mei 2016 diketahui tidak terdapat
sengketa formil tentang prosedur pemeriksaan;

bahwa terbukti dalam Surat Banding maupun Surat Keberatan tidak ditemukan adanya

K
sengketa formil terkait dengan prosedur pemeriksaan, sehingga Majelis berpendapat sengketa
formil terkait dengan prosedur pemeriksaan yang disengketakan oleh Pemohon Banding yang

JA
disampaikan dalam persidangan tidak dapat dipertimbangkan karena bukan merupakan obyek
pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Pengadilan Pajak;

bahwa dengan demikian Majelis melanjutkan pemeriksaan materi banding sebagai berikut;

PA
bahwa dalam persidangan terbukti yang menjadi sengketa banding ini adalah koreksi positif
atas Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPh Pasal 23 Masa Pajak Desember 2011 sebesar
Rp279.226.573.241,00 dan koreksi positif PPh Pasal 23 terutang sebesar Rp22.105.335.377,00
dengan menggunakan tarif PPh Pasal 23 terutang sebesar 15% x Perkiraan Penghasilan Neto

N
yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;

1. Koreksi Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPh Pasal 23 sebesar Rp279.226.573.241,00

LA
bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan diketahui Terbanding melakukan koreksi positif
obyek PPh Pasal 23 untuk Masa Pajak Desember 2011 sebesar Rp279.226.573.241,00 yang
diperoleh berdasarkan equalisasi obyek PPh Pasal 23 yang dilaporkan dalam SPT Masa
DI
dengan pos-pos biaya dalam laporan laba rugi dan pos-pos neraca. Selisih positif hasil
ekualisasi tersebut merupakan obyek PPh Pasal 23 yang belum dilaporkan oleh Pemohon
Banding dengan menggunakan tarif PPh Pasal 23 terutang sebesar 15% x Perkiraan
GA
Penghasilan Neto;

bahwa Objek PPh Pasal 23 Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011 menurut Terbanding
adalah:
N

- Objek PPh Pasal 23 pada pos biaya dalam


laporan laba rugi Rp1.097.625.129.418,00
PE

- Objek PPh Pasal 23 pada Pos-pos neraca Rp 46.239.469.276,00


- Objek PPh Pasal 23 dari masa sebelumnya Rp 7.690.241.422,00
- Dipotong/disetor/dilaporkan masa berikutnya Rp 0,00
- Diperhitungkan sebagai Objek PPh Pemotongan lain Rp 0,00
- Dipotong/disetor/dilaporkan di KPP lain Rp 0,00+
T

- Objek PPh Pasal 23 Menurut Terbanding Rp1.151.554.840.117,00


IA

- Objek PPh Pasal 23 Menurut SPT Pemohon Banding Rp 539.700.855.767,00 -


- Koreksi Positif Objek PPh Pasal 23 Rp 611.853.984.350,00
AR

bahwa perincian koreksi positif objek PPh Pasal 23 Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011
sebesar Rp611.853.984.350,00 adalah sebagai berikut:

Masa Pajak DPP/Objek PPh Pasal 23 Menurut Koreksi Positif


ET

SPT Pemohon Banding Terbanding


(Rp) (Rp) (Rp)
Januari 2011 19.255.861.411 19.255.861.411 -
KR

Februari 2011 39.029.260.036 44.240.898.048 5.211.638.012


Maret 2011 26.392.879.583 152.769.206.627 126.376.327.044
April 2011 11.850.766.939 25.855.402.921 14.004.635.982
Mei 2011 103.301.297.795 103.304.549.620 3.251.825
Juni 2011 23.132.592.044 59.432.215.183 36.299.623.139
SE

Juli 2011 19.256.369.979 21.410.442.458 2.154.072.479


Agustus 2011 14.558.311.661 15.340.700.151 782.388.490
September 2011 10.381.565.196 99.155.724.444 88.774.159.248
Oktober 2011 18.114.158.462 19.239.962.562 1.125.804.100
November 2011 181.981.175.263 239.876.686.054 57.895.510.791
Desember 2011 72.446.617.398 351.673.190.639 279.226.573.241
Jumlah 539.700.855.767 1.151.554.840.117
bahwa rincian koreksi positif objek PPh Pasal 23 Masa Pajak Desember 2011 adalah sebesar
Rp279.226.573.241,00 sebagai berikut:

Uraian Jumlah Rupiah Menurut Koreksi Positif

Pemohon Banding Terbanding Terbanding diajukan Banding

K
(cfm Pemeriksa) (cfm Tim Peneliti)

JA
DPP PPh Pasal 23 72.446.617.398 351.673.190.639 351.673.190.639 279.226.573.241

bahwa menurut Terbanding koreksi dihasilkan dari pengujian berdasarkan dokumen sumber

PA
dengan teknik equalisasi obyek PPh Pasal 23 yang dilaporkan dalam SPT dengan pos-pos
biaya dalam laporan laba rugi dan pos-pos neraca, sebagaimana hasilnya diuraikan dalam tabel
tersebut di atas;

bahwa menurut Terbanding, berdasarkan dokumen sumber yang dimiliki Terbanding yang

N
diperoleh dari Pemohon Banding pada saat pemeriksaan, diketahui bahwa dalam General
Ledger baik dalam akun laba rugi maupun akun neraca, terdapat biaya-biaya yang merupakan

LA
jenis pengeluaran yang bersifat obyek pajak PPh Pasal 23 seperti pengeluaran biaya jasa
perbaikan, sewa harta, jasa teknik, biaya bunga dan jasa-jasa lainnya;

bahwa atas obyek PPh Pasal 23 tersebut, Pemohon Banding belum melakukan kewajiban
DI
pemotongan PPh Pasal 23 atas pembayaran jasa, pekerjaan dan kegiatan, sehingga
Terbanding berpendapat dasar koreksi dan penghitungan PPh Pasal 23 Masa Pajak Desember
2011 tersebut telah sesuai fakta hukum dan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang
GA
berlaku;

bahwa menurut Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi obyek PPh Pasal 23 sebesar
Rp279.226.573.241,00, dengan alasan bahwa koreksi tersebut bukan merupakan transaksi jasa
melainkan merupakan pembelian material, denda, reimbursement, biaya transport dan
N

pembatalan transaksi. Koreksi terhadap akun-akun neraca dan laba rugi sebagai obyek PPh
23 hanya berdasarkan asumsi sepihak Terbanding bukan berdasarkan data, fakta dan bukti
PE

pendukung. DPP PPh Pasal 23 untuk masa Desember 2011 telah dilaporkan sesuai ketentuan
yang berlaku dalam SPT masa yaitu dalam SPT Masa sebesar Rp. 72.446.617.398,00;

bahwa menurut Terbanding pada saat pemeriksaan, saat keberatan dan sampai dengan saat
persidangan tidak ditunjukkan bukti pendukung sebagaimana didalilkan oleh Pemohon Banding,
T

sehingga Terbanding tetap mempertahankan koreksinya;


IA

bahwa dari alasan para pihak sebagaimana diuraikan tersebut di atas, Majelis berkesimpulan
yang menjadi pokok sengketa koreksi ini adalah perbedaan pemahaman atas transaksi yang
dilaporkan pada SPT, yaitu menurut Terbanding transaksi yang dikoreksi terkait dengan jasa
AR

(obyek PPh Pasal 23), sedangkan menurut Pemohon Banding bukan terkait dengan transaksi
jasa (bukan obyek PPh Pasal 23);

bahwa Majelis akan meneliti dokumen pendukung terkait dengan transaksi yang dilakukan oleh
ET

Pemohon Banding dan memastikan dasar hukumnya;

bahwa menurut Majelis, salah satu sistem pemungutan pajak yang diterapkan di Indonesia
adalah Withholding Tax system (pemotongan/pemungutan pajak). Dalam sistem Withholding
KR

Tax, pihak ketiga diberikan kepercayaan untuk melaksanakan kewajiban memotong atau
memungut pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada penerima penghasilan sekaligus
menyetorkannya ke kas Negara. Di akhir tahun pajak, pajak yang telah dipotong atau dipungut
dan telah disetorkan ke kas negara itu akan menjadi pengurang pajak atau kredit pajak bagi
pihak yang dipotong dengan melampirkan bukti pemotongan atau pemungutan.
SE

bahwa Pemohon Banding merupakan salah satu pihak yang diberikan kepercayaan untuk
melaksanakan kewajiban memotong atau memungut pajak atas penghasilan yang dibayarkan
kepada penerima penghasilan yang berasal dari pemanfaatan modal (dividen, bunga, dan
royalti), pemberian jasa (sewa, imbalan jasa), atau penyelenggaraan kegiatan (hadiah,
penghargaan, dan bonus) selain yang dipotong PPh Pasal 21;
bahwa dalam persidangan terungkap, koreksi atas DPP PPh Pasal 23 Masa Desember 2011
sebesar Rp279.226.573.241,00 faktanya Terbanding tidak dapat menyampaikan rincian jenis
transaksi jasa, apakah jasa terkait dengan pemanfaatan modal atau pemberian jasa atau
penyelenggaraan kegiatan atau jasa-jasa lainnya, melainkan hanya menyatakan dalam General
Ledger baik dalam akun laba rugi maupun akun neraca, terdapat biaya-biaya yang merupakan
jenis pengeluaran yang bersifat obyek pajak PPh Pasal 23 seperti pengeluaran biaya jasa
perbaikan, sewa harta, jasa teknik, biaya bunga dan jasa-jasa lainnya;

K
bahwa atas koreksi a quo, Pemohon Banding menyampaikan sanggahan bahwa koreksi

JA
tersebut bukan merupakan transaksi jasa melainkan merupakan pembelian material, denda,
reimbursement, biaya transport dan pembatalan transaksi atau bukan merupakan obyek PPh
Pasal 23. Untuk memperkuat sanggahan tersebut, Pemohon Banding telah menyampaikan
dokumen pendukung berupa foto copy: invoice, faktur pajak, voucher-journal serta foto copy

PA
rekapitulasi sampling non obyek PPh Pasal 23;

bahwa menurut Majelis, untuk mendapatkan kebenaran materiil sesuai azas yang dianut dalam
Undang-undang perpajakan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 76 dan Penjelasannya
Undang-Undang Nomor 14 tentang Pengadilan Pajak, karena pada saat pemeriksaan maupun

N
pada saat proses keberatan, Pemohon Banding belum menunjukkan bukti-bukti pendukung
sebagaimana didalilkan oleh Terbanding, maka, kepada para pihak (Terbanding dan Pemohon

LA
Banding ) dilakukan uji bukti.

bahwa dari proses uji bukti, Pemohon Banding menunjukkan foto copy dari sebagian
dokumen-dokumen pendukung transaksi seperti: invoice, faktur pajak, voucher-journal serta
DI
foto copy rekapitulasi sampling non obyek PPh Pasal 23;

bahwa dari nilai sengketa Masa Pajak Februari sampai dengan Desember 2011 sebesar
GA
Rp611.853.984.350,00 (termasuk untuk Masa Pajak Desember 2011 sebesar
Rp279.226.573.241,00), Pemohon Banding secara keseluruhan hanya dapat menunjukkan
berupa foto copy dokumen senilai Rp. 3.140.483.134,00.

bahwa sesuai dengan hasil uji bukti Terbanding tetap mempertahankan koreksinya sebesar
N

Rp279.226.573.241,00 karena pada proses uji bukti Pemohon Banding hanya menunjukkan
dokumen foto copy tanpa memperlihatkan dokumen aslinya;
PE

bahwa karena Pemohon Banding tidak dapat memberikan dan menunjukkan dokumen asli baik
dalam Uji Bukti maupun pemeriksaan dipersidangan terkait dengan pokok sengketa PPh Pasal
23 Masa Pajak Desember 2011, maka Majelis berpendapat dasar koreksi dan perhitungan PPh
T

Pasal 23 Masa Pajak Desember 2011 telah tepat dan sesuai dengan fakta hukum serta
ketentuan peraturan perundangan-undangan perpajakan yang berlaku;
IA

bahwa sesuai dengan Pasal 1888 KUH Perdata disebutkan:


Kekuatan pembuktian dengan suatu tulisan terletak pada akta aslinya. Bila akta yang asli ada,
AR

maka Salinan serta kutipan hanyalah dapat dipergunakan sepanjang Salinan serta kutipan itu
sesuai dengan aslinya yang senatiasa diperintahkan untuk ditunjukkan;

bahwa ketentuan lainnya mengenai kekuatan pembuktian sebuah fotokopi sebagai alat bukti
tertulis dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 3609 K/Pdt/1985 yaitu:
ET

Surat bukti fotokopi yang tidak pernah diajukan atau tidak pernah ada surat aslinya, tidak dapat
dipergunakan sebagai alat bukti yang sah dan harus dikesampingkan sebagai surat bukti.

bahwa dari data dan fakta-fakta serta ketentuan aquo, Majelis berpendapat koreksi Terbanding
KR

koreksi atas DPP PPh Pasal 23 Masa Desember 2011 sebesar Rp279.226.573.241,00 tetap
dipertahankan

2. Koreksi positif PPh Pasal 23 terutang sebesar Rp22.105.335.377,00 dengan


SE

menggunakan tarif PPh Pasal 23 terutang sebesar 15% x Perkiraan Penghasilan


Neto;

bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyatakan setuju dengan koreksi Terbanding
atas koreksi positif PPh Pasal 23 terutang sebesar Rp22.105.335.377,00 dengan menggunakan
tarif PPh Pasal 23 terutang sebesar 15% x Perkiraan Penghasilan Neto;
bahwa berdasarkan Pasal 33A UU PPh ayat (4) disebutkan, “Wajib Pajak yang menjalankan
usaha di bidang pertambangan minyak dan gas bumi, pertambangan umum, dan pertambangan
lainnya berdasarkan kontrak bagi hasil, kontrak karya, atau perjanjian kerjasama penguasaan
pertambangan yang masih berlaku pada saat berlakunya Undang-undang ini, pajaknya dihitung
berdasarkan ketentuan dalam kontrak bagi hasil, kontrak karya atau perjanjian kerja sama

K
penguasahaan pertambangan tersebut sampai dengan berakhirnya kontrak atau perjanjian
kerjasama dimaksud”;

JA
bahwa oleh karena Pemohon Banding menyatakan setuju atau tidak lagi menyengketakan tarif,
maka Majelis tidak melakukan pembahasan lebih lanjut.

PA
Menimbang :

bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, rekapitulasi pendapat Majelis atas pokok sengketa
DPP PPh Pasal 23 dan Tarif PPh 23 terutang adalah sebagai berikut:

N
No. Uraian Sengketa Nilai Sengketa Dipertahankan Tidak Dapat
(Rp) Majelis Dipertahankan

LA
(Rp) Majelis (Rp)
1 Koreksi DPP PPh Pasal 23 279.226.573.241,00 279.226.573.241,00 0,00
2 Tarif PPh Pasal 23 terutang 15% x perkiraan 15% x perkiraan -

Menimbang :
DI
Penghasilan Netto Penghasilan Netto
GA
bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Kredit Pajak;

Menimbang :
N

bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Sanksi Administrasi,
kecuali bahwa besarnya sanksi administrasi tergantung pada penyelesaian sengketa lainnya;
PE

Menimbang :

bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, Majelis berketetapan untuk menggunakan
kuasa Pasal 80 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
T

Pajak untuk menolak seluruhnya permohonan banding Pemohon Banding;


IA

Mengingat :
AR

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan ketentuan perundang-
undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan perkara ini,
ET

Memutuskan :

Menolak banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
KR

KEP-KEP-00564/KEB/WPJ.19/2017 tanggal 10 Mei 2017 tentang keberatan Wajib Pajak atas


Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Pasal 23 Masa Pajak Desember 2011
Nomor 00018/203/11/091/16 tanggal 26 Februari 2016 atas nama Pemohon Banding.

Demikian diputus di Jakarta berdasarkan musyawarah setelah pemeriksaan dalam persidangan


SE

dicukupkan pada hari Selasa tanggal 16 Oktober 2018 oleh Hakim Majelis XIIIB Pengadilan
Pajak dengan susunan Majelis sebagai berikut:
Drs. Adi Wijono, S.H., M.PKN sebagai Hakim Ketua,
Djoko Sutrisno, S.H., M,M. sebagai Hakim Anggota,
Joni Surbakti, Ak sebagai Hakim Anggota,
dengan dibantu oleh

Anna Murti Hapsari, S.E., M.M. sebagai Panitera Pengganti,

K
dan Putusan Nomor PUT-115345.12/2011/PP/M.XIIIB Tahun 2019 diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua pada hari Selasa tanggal 2 April 2019 berdasarkan

JA
Keputusan Ketua Pengadilan Pajak Nomor KEP-011/PP/2018 tangal 23 Oktober 2018 oleh
Hakim Majelis XIIIB Pengadilan Pajak dengan susunan Majelis sebagai berikut:
Drs. Adi Wijono, S.H., M.PKN sebagai Hakim Ketua,

PA
Joni Surbakti, Ak. sebagai Hakim Anggota,
Dian Dahtiar, S.H., M.M. sebagai Hakim Anggota,

dengan dibantu oleh

Anna Murti Hapsari, S.E., M.M. sebagai Panitera Pengganti,

N
LA
dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota, Panitera Pengganti, namun tidak dihadiri oleh
Terbanding maupun Pemohon Banding;

DI
N GA
T PE
IA
AR
ET
KR
SE

Anda mungkin juga menyukai