K
Tahun Pajak : 2007
JA
Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah
koreksi atas Dasar Pengenaan Pajak Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa Masa Pajak Desember 2007 sebesar Rp365.919.509.893,00 yang terdiri
PA
dari:
N
3. Dasar Pengenaan Pajak PPN atas Penjualan Aktiva AYDA Rp301.599.000.000,00
LA
yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;
DI
1. Koreksi DPP PPN atas Penghasilan Lain-lain sebesar
Rp60.551.509.893,00
GA
Menurut Terbanding :
bahwa Nilai DPP/objek PPN cfm. Terbanding (selain penyerahan aktiva tetap
dan AYDA) adalah sebagai berikut.
EN
K
70070826000 Pdpt Merchandise Fee 4.832.719.202
JA
70090127000 Fee Penjualan 2.877.032.303
Obligasi
PA
70091600000 Pol Payment Service 10.135.819.399
N
77.321.965.500
LA
bahwa nilai penyerahan/DPP/objek sebesar Rp77.321.965.500,00 merupakan
nilai yang terutang PPN berdasarkan Pasal 4 UU PPN;
DI
bahwa berdasarkan tanggapan Pemohon Banding atas SPHP (Laporan
Pemeriksaan Pajak/LPP hal.56 dari 98) diketahui bahwa Pemohon Banding
tidak setuju hanya atas objek PPN terkait akun-akun sebagai berikut
GA
nomor kode keterangan Jumlah (Rp)
akun/account
EN
14.476.426.634
IA
lembaga bank);
K
provisi/komisi/fee atas transaksi pembelian yang dilakukan nasabah
melalui bank) dengan nilai sebesar Rp4.832.719.202,00;
JA
- akun 70091600000/Pol Payment Service (pendapatan atas pembayaran
nasabah kepada pihak lain yang memiliki kerjasama dengan bank, antara
lain pembayaran telepon, listrik, di]) dengan nilai sebesar
Rp10.135.819.399,00
PA
Total nilai akun-akun tersebut adalah Rp61.078.468.270,00
N
akun/account
LA
70070340000 Pdpt Mutual Funds 7.220.940.269
DI
70070350000 Pdpt Bancassurance
GA 36.466.222.237
61.078.468.270
Rp16.243.497.230,00 artinya :
Banding tidak setuju hanya atas tiga akun sebagai objek/penyerahan yang
terutang PPN, yaitu akun Pendapatan Mutual Funds, akun Pol Intraday, akun
Pendapatan Merchandise Fee, dengan nilai total akun sebesar
Rp14.476.426.634,00.
SE
bahwa pada proses keberatan, Pemohon Banding telah diminta dua kali untuk
menyerahkan data dengan surat permintaan (pertama) nomor
S-2702/WPJ.19/BD.05/2014 tanggal 10 April 2014 dan Surat permintaan
(kedua) nomor S-6492/WPJ.19/BD.05/2014 tanggal 16 Oktober 2014;
bahwa Pemohon Banding pada proses keberatan, terkait akun-akun yang
tidak disetujui sebagai objek PPN, hanya menyerahkan ledger tanpa disertai
dokumen-dokumen pendukung yang menjadi sumber pencatatan/pembukuan;
K
bahwa terkait tidak adanya dokumen-dokumen pendukung yang menjadi
sumber pencatatan/pembukuan berupa invoice, voucher, kontrak/perjanjian,
JA
bukti penerimaan uang, dan rekening koran, maka alasan-alasan yang
dikemukakan Pemohon Banding tidak terbukti kebenarannya;
PA
nilai yang terutang PPN berdasarkan Pasal 4 UU PPN (Pajak Pertambahan
Nilai/PPN dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak/BKP dan/atau Jasa
Kena Pajak/JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha);
bahwa jasa di bidang perbankan yang tidak dikenakan pajak adalah jasa
perbankan yang dapat dilakukan oleh semua bank dan tidak dapat dilakukan
N
oleh lembaga usaha lainnya selain bank;
LA
bahwa atas penyerahan jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang
dan surat berharga, serta jasa-jasa lainnya, meskipun dilakukan oleh bank,
merupakan jasa-jasa yang dikenakan PPN karena jasa-jasa tersebut dapat
dilakukan oleh lembaga usaha lainnya selain bank;
DI
bahwa berdasarkan seluruh uraian di atas, koreksi Terbanding sudah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku sehinpga diusulkan kepada Majelis Hakim
untuk tetap mempertahankan koreksi.
GA
Menurut Pemohon :
EN
Banding Pasal 4A ayat (3) huruf d Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
("UU PPN") menyebutkan bahwa penetapan jenis jasa yang tidak dikenakan
Pajak Pertambahan Nilai adalah termasuk jasa di bidang perbankan, asuransi,
TP
lebih lanjut, Pasal 5 huruf d Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000
AR
Pasal 8 huruf a dari peraturan yang sama menyebutkan bahwa jenis jasa di
ET
surat berharga, jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu
kontrak (perjanjian), serta anjak piutang;
K
kepentingan dan atas perintah nasabahnya :
· surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang
JA
masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam
perdagangan surat-surat dimaksud;
· surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa
berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan
PA
suratsurat dimaksud;
· kertas perbendaharaaan negara dan surat jaminan pemerintah;
· Sertifikat Bank Indonesia (SBI);
· obligasi;
· surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;
N
· instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1
(satu) tahun;
LA
e. memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah;
f. menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana
kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi
DI
maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;
g. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;
GA
h. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;
i. melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan
suatu kontrak;
j. melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah Iainnya dalam
bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;
EN
k. melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali
amanat;
l. menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan
Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
TP
Indonesia;
m. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan Undang-undang ini dan peraturan
perundangundangan yang berlaku;
IA
K
Fee transaksi pembelian yang
dilakukan nasabah melalui bank
JA
70091600000 POL Payment Pendapatan atas pembayaran
Service nasabah kepada pihak lain yang
memiliki kerjasama dengan bank
PA
antara lain pembayaran telepon,
listrik, dll.
N
Undang Perbankan lazim dilakukan dan tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
LA
bahwa, pendapatan sebesar Rp60.551.509.893,00 merupakan Jasa
Perbankan yang tidak terutang PPN, karena bukan merupakan penghasilan
dari Safe Deposit Box dan anjak piutang (vide Pasal 4 ayat (1) dan (3) UU
DI
PPN jo. Pasal 6 UU Perbankan jo. Pasal 5 huruf (d) PP Nomor 144 Tahun
2000) sehingga seharusnya tidak dilakukan koreksi atas pendapatan oleh
pihak Terbanding;
GA
Menurut Majelis : bahwa menurut Terbanding, koreksi objek PPN atas penjualan aktiva tetap
sebesar Rp3.769.000.000,00 adalah berdasarkan laporan keuangan tahun
2007.
EN
bahwa menurut Terbanding, berdasarkan pasal 4, pasal 9 ayat (8) dan pasal
16 D UU PPN jo. PP No.143 Tahun 2000 stdd PP Nomor 24 Tahun 2000,
TP
bahwa atas koreksi Objek PPN atas Penjualan Aktiva Tetap sebesar
Rp3.769.000.000,00, Pemohon Banding tidak menyerahkan data/dokumen
IA
yang diminta yaitu ledger atas pembelian aktiva tetap yang dikoreksi dengan
dokumen pendukung berupa invoice, voucher, PO, Faktur Pajak, kontrak, dan
bukti pengeluaran uang atau rekening koran beserta rekapitulasinya, ledger
AR
K
Pasal 1 angka 15 sebagai berikut :
JA
Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha sebagaimana dimaksud dalam
angka 14 yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau
penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-
PA
undang ini, tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
N
Pasal 4 huruf a sebagai berikut :
LA
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas :
DI
Penjelasan Pasal 4 huruf a sebagai berikut :
GA
Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak meliputi
baik Pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak
EN
b.barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak tidak
berwujud,
AR
yang dimaksud dengan penyerahan yang tidak terutang pajak yang Pajak
Masukannya tidak dapat dikreditkan adalah penyerahan barang dan jasa yang
tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4A dan yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
SE
K
diperjualbelikan, sepanjang Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar pada saat
perolehannya dapat dikreditkan.
JA
bahwa Penjelasan Pasal 16D menyebutkan sebagai berikut :
PA
Penyerahan mesin, bangunan, peralatan, perabotan atau aktiva lain yang
menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena
Pajak, dikenakan pajak sepanjang memenuhi persyaratan, yaitu bahwa Pajak
N
Pertambahan Nilai yang dibayar pada saat perolehannya, sesuai ketentuan
Undang-undang ini, dapat dikreditkan.
LA
Dengan demikian, penyerahan aktiva tersebut tidak dikenakan pajak apabila
Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar pada waktu perolehannya tidak dapat
dikreditkan berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini, kecuali jika
tidak dapat dikreditkannya Pajak Pertambahan Nilai tersebut karena bukti
DI
pengkreditannya tidak memenuhi persyaratan administratif, misalnya Faktur
Pajaknya tidak diisi lengkap sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (5).
GA
bahwa ketentuan-ketentuan a quo mengatur tentang adanya penyerahan
barang kena pajak (aktiva) oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan
semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan, sehingga terutang PPN
EN
dengan syarat pada saat perolehannya PPN nya telah dibayar, dan atas
penyerahan BKP a quo tidak dikenakan PPN apabila Pajak Pertambahan Nilai
yang dibayar pada waktu perolehannya tidak dapat dikreditkan berdasarkan
ketentuan dalam Undang-Undang.
TP
Terbanding.
AR
perbankan yang termasuk ke dalam jenis jasa yang tidak terutang PPN
sebagaimana diatur dalam Pasal 4A UU a quo;
- bahwa Pajak Masukan atas pembelian aktiva tetap berupa computer dan
peralatan kantor yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dan
KR
K
3. Koreksi DPP PPN atas Penjualan Aktiva Tetap sebesar
JA
Rp301.599.000.000,00
PA
Menurut Terbanding
bahwa koreksi objek PPN atas penjualan aktiva AYDA berdasarkan laporan
keuangan tahun 2007 yaitu bahwa telah dilakukan penjualan aktiva AYDA
sebesar Rp301.599.000.000,00;
N
bahwa berdasarkan pasal 4 UU PPN jo. PP No.144 Tahun 2000, penjualan
AYDA adalah bukan kegiatan penyerahan jasa perbankan, Penjualan AYDA
LA
merupakan penyerahan yang terutang PPN;
DI
awalnya diserahkan oleh nasabah debitur kepada bank dalam rangka
pemberian fasilitas kredit (Jasa Perbankan) oleh Bank, maka berdasarkan
peraturan perpajakan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penyerahan
agunan sebagai jaminan tersebut tidak termasuk ke dalam pengertian
GA
penyerahan Barang Kena Pajak.
bahwa menurut Pemohon Banding, apabila bank dianggap sebagai pihak yang
menjual AYDA, maka berdasarkan Pasal 16D UU PPN, tidak ada PPN yang
terhutang dari penjualan tersebut karena AYDA merupakan aktiva yang
EN
menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Bank. Dan karena
tidak terdapat pajak masukan yang dapat dikreditkan oleh bank, maka dengan
demikian tidak ada pajak keluaran atas penjualan sehubungan dengan AYDA;
TP
K
bahwa tiap-tiap perjanjian yang terkait dengan pengalihan setiap transaksi
JA
AYDA seperti perjanjian kredit, surat perjanjian penyerahan agunan, surat
perjanjian pemberian Hak Tanggungan memiliki klausal-klausal yang berbeda.
Hal pokok yang mendasari apakah suatu transaksi pengalihan AYDA terutang
PPN adalah perjanjian yang mengatur apabila debitur gagal melunasi
PA
hutangnya, khususnya mengenai perlakuan kelebihan atau kekurangan hasil
penjualan AYDA tersebut;
N
1) Terdapat beberapa tahap penanganan pinjaman yang pembayaran cicilan
LA
dan bunga pinjamannya macet (Non Performing Loan/NPL) yaitu.
DI
1) Pembayaran Tunggakan/Lancar Kembali,
2) Pembayaran Bertahap,
3) Pelunasan,
GA
4) Restrukturisasi,
5) Penjualan Jaminan oleh Debitur,
6) Penyerahan Agunan kepada Bank dengan Akta Penyerahan, Kuasa
Jual dan Perjanjian Perikatan Jual Beli,
EN
Apabila dalam periode tersebut Bank dapat menjual agunan, maka hasil
penjualan agunan tersebut akan menjadi milik Bank seluruhnya sebagai
pelunasan utang debitur. Bank menanggung keuntungan/kerugian dari
ET
Apabila dalam jangka waktu yang ditentukan Bank belum dapat menjual
KR
Agunan, maka agunan tersebut akan dibalik nama menjadi atas nama
Bank kemudian Bank mencatat sebagai AYDA;
Apabila agunan terjual pada saat lelang, maka hasil penjualan Agunan
tersebut akan menjadi milik Bank sejumlah utang Debitur sebagai
pelunasan utang. Selisih antara nilai penjualan Agunan dan utang
Debitur akan dikembalikan kepada Debitur.
K
Apabila Agunan tidak terjual pada saat lelang, maka Bank akan
JA
bertindak sebagai pembeli sementara selama 1 tahun melalui
penunjukan dan akan mencari pembeli yang sebenarnya. Sedangkan
dokumen kepemilikan Agunan masih tercatat atas nama Debitur.
Apabila dalam jangka waktu kurang dari satu tahun Agunan terjual
PA
maka hasil penjualan Agunan tersebut akan menjadi milik Bank
seluruhnya sebagai pelunasan utang debitur.
N
Kemudian Bank akan mencatat Agunan tersebut sebagai AYDA.
LA
bahwa untuk memastikan bahwa apakah AYDA telah ada dalam
penguasaan penuh pihak bank atau belum, perlu diperhatikan apakah atas
seluruh hasil penjualan AYDA yang diperoleh tersebut akan dimiliki
sepenuhnya oleh pihak Bank atau hanya sejumlah hutang pihak Debitur.
DI
Hal tersebut untuk memastikan bahwa apakah Debitur masih memiliki hak
atas agunan yang diambil alih Bank tersebut. Dilihat dari Catatan atas
Laporan Keuangan Nomor 2 huruf s (hal.25), Nomor 10 huruf b (hal.60)
dan Nomor 10 huruf m (hal.64), diketahui bahwa Wajib Pajak menguasai
GA
dan mengendalikan manfaat atas AYDA;
2) Pada saat agunan tersebut diambil alih oleh bank karena kredit macet,
IA
K
aktiva tersebut bukan merupakan bagian dari aktiva tetap milik
perusahaan yang digunakan untuk kegiatan perusahaan melainkan
JA
masuk dalam bagian aktiva lainnya yaitu Aktiva Yang Diambil Alih.
Penjualan Aktiva Yang Diambil Alih (AYDA) merupakan penyerahan
Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha yang terhutang PPN sesuai Pasal 4 UU No. 8 Tahun 1983
PA
tentang PPN s.t.d.d. UU No. 18 Tahun 2000;
N
alih agunan dan keharusan segera menjualnya, sejatinya telah menjadi
bagian dari aktivitas usaha sehari-hari usaha perbankan, karena:
LA
1) Kewenangan untuk mengeksekusi obyek Hak Tanggungan berdasar
kuasa Pasal 6 jo Pasal 20 UU Hak Tanggungan.
2) Diharuskan oleh UU & PBI, paling lama 1 tahun AYDA harus segera
DI
dijual
bahwa pada proses keberatan, Pemohon Banding telah diminta dua kali
untuk menyerahkan data dengan surat pernnintaan (pertama) nomor
S-2702/WPJ.19/BD.05/2014 tanggal 10 April 2014 dan Surat permintaan
EN
K
berdasarkan Prinsip Syariah;
JA
Lebih lanjut, Pasal 12 A ayat (1) UU Perbankan menyebutkan bahwa Bank
Umum dapat membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelelangan
maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh
pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari
PA
pemilik agunan dalam hal nasabah debitur tidak memenuhi kewajibannya
kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan
secepatnya;
N
yang Diambil Alih yang untuk selanjutnya disebut AYDA adalah aktiva yang
diperoleh Bank, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan
LA
berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau
berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal
nasabah debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank;
DI
Pasal 37 ayat (1) dari Peraturan Bank Indonesia yang sama menyebutkan
bahwa Bank wajib melakukan upaya penyelesaian terhadap AYDA yang
dimiliki dan pada bagian Penjelasan atas Pasal 37 ayat (1) tersebut
dinyatakan bahwa pengaturan ini dimaksudkan agar Bank melakukan kegiatan
GA
usaha sesuai dengan fungsinya sebagai penyalur dana masyarakat. Upaya
penyelesaian antara lain dapat dilakukan dengan secara aktif memasarkan
dan menjual AYDA;
Sementara pada Ayat (2) dari pasal yang sama disebutkan bahwa Bank wajib
EN
Pasal 44 ayat (1) dari Peraturan Bank Indonesia yang sama menyebukan
bahwa Bank wajib membentuk PPA (Penyisihan Penghapusan Aktiva)
terhadap Aktiva Produktif dan Aktiva Non Produktif;
AR
Ayat (2) dari Pasal yang sama menyebutkan bahwa PPA sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 berupa:
Peraturan Perpajakan
KR
K
dapat dikreditkan;
JA
Selain itu, Pasal 4 huruf a Undang Undang PPN mengatur bahwa Pajak
Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak di dalam
Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;
PA
Kemudian, penjelasan dari Pasal 4 huruf a tersebut menyebutkan bahwa
Penyerahan barang yang dikenakan pajak harus memenuhi syaratsyarat
sebagai berikut:
N
2. barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak
tidak berwujud,
3. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean, dan
LA
4. penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
DI
a. Mengingat bahwa Agunan Yang Diambil Alih adalah jaminan yang pada
awalnya diserahkan oleh debitur kepada bank dalam rangka pemberian
GA
fasilitas kredit (Jasa Perbankan) oleh Bank, maka berdasarkan peraturan
perpajakan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penyerahan agunan
sebagai jaminan tersebut tidak termasuk ke dalam pengertian penyerahan
Barang Kena Pajak, sehingga tidak terdapat pajak masukan yang dapat
dikreditkan oleh Bank.
EN
Pendapat Majelis
ET
bahwa menurut Terbanding, koreksi objek PPN atas penjualan aktiva AYDA
berdasarkan laporan keuangan tahun 2007, dimana berdasarkan pasal 4 UU
KR
PPN jo. PP No.144 Tahun 2000, penjualan AYDA adalah bukan kegiatan
penyerahan jasa perbankan, namun merupakan penyerahan yang terutang
PPN.
SE
K
Barang Kena Pajak yang terutang PPN.
JA
bahwa menurut Terbanding, penjualan AYDA bukan termasuk dalam
pengertian penyerahan aktiva yang tidak untuk diperjualbelikan (Pasal 16D UU
No. 8 Tahun 1983 s.t.d.d. UU No. 18 Tahun 2000) karena aktiva tersebut
bukan merupakan bagian dari aktiva tetap milik perusahaan yang digunakan
PA
untuk kegiatan perusahaan melainkan masuk dalam bagian aktiva lainnya
yaitu Aktiva Yang Diambil Alih, dimana penjualan AYDA merupakan
penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha yang terhutang PPN sesuai Pasal 4 UU No. 8 Tahun 1983 tentang
PPN s.t.d.d. UU No. 18 Tahun 2000.
N
bahwa menurut Terbanding, terkait masalah Penyerahan AYDA, aktivitas
usaha penjualan AYDA, sejak adanya kebijakan untuk mengambil alih agunan
LA
dan keharusan segera menjualnya, sejatinya telah menjadi bagian dari
aktivitas usaha sehari-hari usaha perbankan, karena adanya kewenangan
untuk mengeksekusi obyek Hak Tanggungan berdasar kuasa Pasal 6 jo Pasal
20 UU Hak Tanggungan, diharuskan oleh UU & PBI, paling lama 1 tahun
DI
AYDA harus segera dijual, dan menjadi regular business activities atau
kegiatan sehari-hari dari aktivitas Bank, sebagai konsekuensi dari pengambil
alihan asset debitur.
GA
bahwa menurut Pemohon Banding, berdasarkan peraturan Perbankan dan
peraturan perpajakan, Agunan Yang Diambil Alih/AYDA adalah jaminan yang
pada awalnya diserahkan oleh nasabah debitur kepada Bank dalam rangka
pemberian fasilitas kredit (jasa perbankan) oleh Bank, maka dapat disimpulkan
EN
bahwa menurut Pemohon Banding, AYDA merupakan aset Bank yang dimiliki
dengan potensi kerugian, maka Bank Indonesia mewajibkan Bank untuk
membentuk cadangan kerugian untuk AYDA dan harus segera dilakukan
upaya-upaya penyelesaian dan dokumentasi atas penyelesaian AYDA, oleh
IA
Prinsip Syariah.
K
sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar
lelang dari pemilik agunan dalam hal nasabah debitur tidak memenuhi
JA
kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut
wajib dicairkan secepatnya.
PA
bahwa menurut Majelis, ketentuan a quo mengatur adanya jaminan atau
agunan yang diserahkan oleh nasabah dalam rangka pemberian fasilitas
kredit atau pembiayaan, dimana agunan dimaksud wajib dijual dan dicairkan
secepatnya dalam hal nasabah tidak melaksanakan kewajibannya kepada
pemberi kredit (Bank).
N
LA
bahwa berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, disebutkan dalam :
DI
Pasal 1 angka 15 sbb : GA
Agunan yang Diambil Alih yang untuk selanjutnya disebut AYDA adalah aktiva
yang diperoleh Bank, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan
berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau
berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal
EN
Pasal 36 sbb :
TP
Aktiva Non Produktif yang wajib dinilai kualitasnya meliputi AYDA. Property
Terbengkalai, Rekening Antar Kantor dan Suspense Account.
IA
AR
Bank wajib melakukan upaya penyelesaian terhadap AYDA yang dimiliki dan
ET
pada bagian Penjelasan atas Pasal 37 ayat (1) tersebut dinyatakan bahwa
pengaturan ini dimaksudkan agar Bank melakukan kegiatan usaha sesuai
dengan fungsinya sebagai penyalur dana masyarakat. Upaya penyelesaian
antara lain dapat dilakukan dengan secara aktif memasarkan dan menjual
AYDA.
KR
JA
Bank wajib membentuk PPA (Penyisihan Penghapusan Aktiva) terhadap
Aktiva Produktif dan Aktiva Non Produktif.
PA
Pasal 44 Ayat (2) sbb :
N
PPA sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berupa :
LA
a. Cadangan umum dan cadangan khusus untuk Aktiva Produktif; dan
b. Cadangan khusus untuk Aktiva Non Produktif;
DI
bahwa berdasarkan Pasal 1A ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2000 (UU PPN) PPN disebutkan sbb :
GA
Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah
penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang piutang.
EN
- bahwa Agunan Yang Diambil Alih (AYDA), adalah jaminan yang pada
awalnya diserahkan oleh debitur kepada Bank dalam rangka pemberian
fasilitas kredit (Jasa Perbankan) oleh Bank, maka menurut Majelis,
AR
- bahwa Agunan Yang Diambil Alih (AYDA) merupakan asset Bank yang
dimiliki dengan potensi kerugian, sehingga Bank Indonesia mewajibkan
Bank untuk membentuk cadangan kerugian untuk AYDA dan AYDA
tersebut harus segera dilakukan upaya-upaya penyelesaian dan
KR
K
kepemilikan atas aktiva masih berada pada debitur pemilik agunan;
JA
bahwa berdasarkan pemeriksaan dan penilaian Majelis, keterangan para pihak
dan fakta-fakta di persidangan, Majelis berpendapat bahwa dalil Terbanding
tidak tepat, oleh karena itu koreksi Terbanding terhadap Dasar Pengenaan
PA
Pajak PPN atas Penjualan Aktiva AYDA sebesar Rp301.599.000.000,00 tidak
dapat dipertahankan.
N
Pengadilan Pajak, sebagaimana disebutkan dalam :
LA
Pasal 69 ayat (1e) :
DI
adalah hal yang olehnya diketahui dan diyakini kebenarannya.
GA
Pasal 78 :
Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Kredit
Pajak;
ET
Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai sanksi
administrasi, kecuali bahwa besarnya sanksi administrasi tergantung pada
penyelesaian sengketa Iainnya;
KR
Koreksi dibatalkan
- Penghasilan lain-lain Rp 60.551.509.893,00
K
- Penjualan Aktiva AYDA Rp301.599.000.000,00
JA
jumlah koreksi dibatalkan Rp365.919.509.893,00
PA
N
LA
DI
Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan
ketentuan perundang-undangan Iainnya serta peraturan hukum yang berlaku
dan yang berkaitan dengan perkara ini;
GA
Memutuskan : Mengabulkan seluruhnya Banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur
Jenderal Pajak Nomor KEP-328/WPJ.19/2015 tanggal 26 Februari 2015,
tentang keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Desember 2007 Nomor
EN
Ruwaidah Afiyati, S.E., S.H., M.M., M.H., C.Fr.A sebagai Hakim Anggota,
dengan dibantu oleh
K
Putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua Majelis
IIIA Pengadilan Pajak pada hari Selasa tanggal 08 Mei 2018 dengan dihadiri oleh
para Hakim anggota, Panitera Pengganti, serta dihadiri oleh Pemohon Banding
JA
dan tidak dihadiri oleh Terbanding;
PA
N
LA
DI
GA
EN
TP
IA
AR
ET
KR
SE