Anda di halaman 1dari 20

Putusan Nomor : PUT-092691.16/2007/PP/M.

IIIA Tahun 2018

Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai

K
Tahun Pajak : 2007

JA
Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah
koreksi atas Dasar Pengenaan Pajak Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa Masa Pajak Desember 2007 sebesar Rp365.919.509.893,00 yang terdiri

PA
dari:

1. Dasar Pengenaan Pajak PPN atas Penghasilan lain-lain Rp 60.551.509.893,00

2. Dasar Pengenaan Pajak PPN atas Penjualan Aktiva Tetap Rp 3.769.000.000,00

N
3. Dasar Pengenaan Pajak PPN atas Penjualan Aktiva AYDA Rp301.599.000.000,00

LA
yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;

DI
1. Koreksi DPP PPN atas Penghasilan Lain-lain sebesar
Rp60.551.509.893,00
GA
Menurut Terbanding :
bahwa Nilai DPP/objek PPN cfm. Terbanding (selain penyerahan aktiva tetap
dan AYDA) adalah sebagai berikut.
EN

nomor kode Keterangan Jumlah


akun/account (Rp)
TP

70070340000 Pdpt Mutual Funds 7.220.940.269

70070350000 Pdpt Bancassurance 36.466.222.237


IA

70070400000 Prov Komisi Lainnya 463.995.012


AR

70070841000 Pdpt Mybill PLN Fee 47.131.316


ET

70071201000 Prov CSD Deposit 2.144.082.602


KR

70071203000 Prov CSD 122.795.750


Penyimpanan
SE

70090106000 Pol Safe Deposit Box 6.556.578.678

71010100000 Pno hasil sewa 4.031.881.569


70070711000 Pol Intraday 2.422.767.163

K
70070826000 Pdpt Merchandise Fee 4.832.719.202

JA
70090127000 Fee Penjualan 2.877.032.303
Obligasi

PA
70091600000 Pol Payment Service 10.135.819.399

N
77.321.965.500

LA
bahwa nilai penyerahan/DPP/objek sebesar Rp77.321.965.500,00 merupakan
nilai yang terutang PPN berdasarkan Pasal 4 UU PPN;

DI
bahwa berdasarkan tanggapan Pemohon Banding atas SPHP (Laporan
Pemeriksaan Pajak/LPP hal.56 dari 98) diketahui bahwa Pemohon Banding
tidak setuju hanya atas objek PPN terkait akun-akun sebagai berikut
GA
nomor kode keterangan Jumlah (Rp)
akun/account
EN

70070340000 Pdpt Mutual Funds 7.220.940.269

70070711000 Pot Intraday 2.422.767.163


TP

70070826000 Pdpt Merchandise Fee 4.832.719.202

14.476.426.634
IA

bahwa artinya, Pemohon Banding pada proses pemeriksaan telah menyetujui


AR

nilai DPP/Objek sebesar Rp62.845.538.866,00 (nilai DPP/objek PPN sebesar


Rp77.321.965.500,00, dikurangi Rp14.476.426.634,00 adalah
Rp62.845.538.866,00) merupakan objek yang terutang PPN (penyerahan atas
nilai Rp62.845.538.866,00 dapat dilakukan oleh lembaga usaha lainnya selain
ET

lembaga bank);

Dalam surat keberatannya, akun-akun yang tidak disetujui Pemohon Banding


sebagai Objek PPN adalah
KR

- akun 70070340000/Pendapatan Mutual Funds (pendapatan yang diperoleh


atas transaksi penjualan reksadana) dengan nilai sebesar
Rp7.220.940.269,00;
SE

- akun 70070350000/Pendapatan Bancassurance (pendapatan yang


diperoleh atas pembayaran nasabah kepada pihak asuransi yang memiliki
kerjasama dengan bank) dengan nilai sebesar Rp36.466.222.237,00

- akun 70070711000/Pol Intraday (pendapatan yang diperoleh atas transaksi


intraday nasabah dengan KSEI/KPEI) dengan nilai sebesar
Rp2.422.767.163,00

- akun 70070826000/Pendapatan Merchandise Fee (pendapatan

K
provisi/komisi/fee atas transaksi pembelian yang dilakukan nasabah
melalui bank) dengan nilai sebesar Rp4.832.719.202,00;

JA
- akun 70091600000/Pol Payment Service (pendapatan atas pembayaran
nasabah kepada pihak lain yang memiliki kerjasama dengan bank, antara
lain pembayaran telepon, listrik, di]) dengan nilai sebesar
Rp10.135.819.399,00

PA
Total nilai akun-akun tersebut adalah Rp61.078.468.270,00

nomor kode keterangan Jumlah (Rp)

N
akun/account

LA
70070340000 Pdpt Mutual Funds 7.220.940.269

DI
70070350000 Pdpt Bancassurance
GA 36.466.222.237

70070711000 Pot Intraday 2.422.767.163

70070826000 Pdpt Merchandise Fee 4.832.719.202


EN

70091600000 Pol Payment Service 10.135.819.399


TP

61.078.468.270

Nilai sebesar Rp77.321.965.500,00 dikurangi Rp61.078.468.270,00 adalah


IA

Rp16.243.497.230,00 artinya :

- berdasarkan surat keberatan, Pemohon Banding telah setuju atas nilai


AR

DPP/objek sebesar Rp16.243.497.230,00 merupakan objek yang terutang


PPN;
- berdasarkan surat keberatan, Pemohon Banding telah setuju bahwa atas
nilai penyerahan/DPP/objek sebesar Rp16.243.497.230,00 merupakan
ET

penyerahan yang dapat dilakukan oleh lembaga usaha lainnya selain


lembaga bank;

bahwa pada proses pemeriksaan/tanggapan Pemohon Banding atas SPHP


(Laporan Pemeriksaan Pajak/LPP hal.56 dari 98) diketahui bahwa Pemohon
KR

Banding tidak setuju hanya atas tiga akun sebagai objek/penyerahan yang
terutang PPN, yaitu akun Pendapatan Mutual Funds, akun Pol Intraday, akun
Pendapatan Merchandise Fee, dengan nilai total akun sebesar
Rp14.476.426.634,00.
SE

bahwa pada proses keberatan, Pemohon Banding telah diminta dua kali untuk
menyerahkan data dengan surat permintaan (pertama) nomor
S-2702/WPJ.19/BD.05/2014 tanggal 10 April 2014 dan Surat permintaan
(kedua) nomor S-6492/WPJ.19/BD.05/2014 tanggal 16 Oktober 2014;
bahwa Pemohon Banding pada proses keberatan, terkait akun-akun yang
tidak disetujui sebagai objek PPN, hanya menyerahkan ledger tanpa disertai
dokumen-dokumen pendukung yang menjadi sumber pencatatan/pembukuan;

K
bahwa terkait tidak adanya dokumen-dokumen pendukung yang menjadi
sumber pencatatan/pembukuan berupa invoice, voucher, kontrak/perjanjian,

JA
bukti penerimaan uang, dan rekening koran, maka alasan-alasan yang
dikemukakan Pemohon Banding tidak terbukti kebenarannya;

bahwa nilai penyerahan/DPP/objek sebesar Rp77.321.965.500,00 merupakan

PA
nilai yang terutang PPN berdasarkan Pasal 4 UU PPN (Pajak Pertambahan
Nilai/PPN dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak/BKP dan/atau Jasa
Kena Pajak/JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha);

bahwa jasa di bidang perbankan yang tidak dikenakan pajak adalah jasa
perbankan yang dapat dilakukan oleh semua bank dan tidak dapat dilakukan

N
oleh lembaga usaha lainnya selain bank;

LA
bahwa atas penyerahan jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang
dan surat berharga, serta jasa-jasa lainnya, meskipun dilakukan oleh bank,
merupakan jasa-jasa yang dikenakan PPN karena jasa-jasa tersebut dapat
dilakukan oleh lembaga usaha lainnya selain bank;

DI
bahwa berdasarkan seluruh uraian di atas, koreksi Terbanding sudah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku sehinpga diusulkan kepada Majelis Hakim
untuk tetap mempertahankan koreksi.
GA
Menurut Pemohon :
EN

Banding Pasal 4A ayat (3) huruf d Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
("UU PPN") menyebutkan bahwa penetapan jenis jasa yang tidak dikenakan
Pajak Pertambahan Nilai adalah termasuk jasa di bidang perbankan, asuransi,
TP

dan sewa guna usaha dengan hak opsi;

Pasal 4A ayat (1) UU PPN mengatur bahwa jenis barang sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 dan jenis jasa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 angka 5 yang tidak dikenakan pajak berdasarkan Undang-
IA

Undang ini ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

lebih lanjut, Pasal 5 huruf d Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000
AR

menyebutkan bahwa kelompok jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan


Nilai termasuk jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha
dengan hak opsi;

Pasal 8 huruf a dari peraturan yang sama menyebutkan bahwa jenis jasa di
ET

bidang perbankan meliputi jasa perbankan sesuai dengan ketentuan


sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 kecuali jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan
KR

surat berharga, jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu
kontrak (perjanjian), serta anjak piutang;

Pasal 6 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan


sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
SE

("UU Perbankan") menyebutkan bahwa usaha Bank Umum meliputi:

a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,


deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu;
b. memberikan kredit;
c. menerbitkan surat pengakuan hutang;
d. membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk

K
kepentingan dan atas perintah nasabahnya :
· surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang

JA
masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam
perdagangan surat-surat dimaksud;
· surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa
berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan

PA
suratsurat dimaksud;
· kertas perbendaharaaan negara dan surat jaminan pemerintah;
· Sertifikat Bank Indonesia (SBI);
· obligasi;
· surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;

N
· instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1
(satu) tahun;

LA
e. memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah;
f. menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana
kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi

DI
maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;
g. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;
GA
h. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;
i. melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan
suatu kontrak;
j. melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah Iainnya dalam
bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;
EN

k. melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali
amanat;
l. menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan
Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
TP

Indonesia;
m. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan Undang-undang ini dan peraturan
perundangundangan yang berlaku;
IA

bahwa berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka secara jelas terlihat


bahwa atas pendapatan atau Penghasilan Lain-lain sebesar
Rp60.551.509.893 sebagaimana diuraikan di bawah ini adalah termasuk
AR

dalam lingkup jasa perbankan yang mana bukan merupakan obyek


pengenaan PPN atau tidak dikenakan PPN :
ET

No. Akun Keterangan Jenis Penghasilan

70070340000 PDPT Mutual Funds Pendapatan yang diperoleh atas


transaksi-transaksi penjualan
KR

reksadana (Danareksa, Dana


Mantap, dn.)

70070350000 PDPT Pendapatan atas pembayaran


Bancassurance nasabah kepada pihak asuransi
SE

yang memiliki kerjasama dengan


bank

70070711000 POL Intraday Pendapatan atas transaksi


intraday nasabah kepada
KSEI/KPEI

70070826000 PDPT Merchandise Pendapatan provisi/komisi/fee atas

K
Fee transaksi pembelian yang
dilakukan nasabah melalui bank

JA
70091600000 POL Payment Pendapatan atas pembayaran
Service nasabah kepada pihak lain yang
memiliki kerjasama dengan bank

PA
antara lain pembayaran telepon,
listrik, dll.

bahwa pendapatan yang diterima oleh Pemohon Banding sebagaimana


tersebut di atas merupakan Jasa Perbankan yang berdasarkan Undang-

N
Undang Perbankan lazim dilakukan dan tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;

LA
bahwa, pendapatan sebesar Rp60.551.509.893,00 merupakan Jasa
Perbankan yang tidak terutang PPN, karena bukan merupakan penghasilan
dari Safe Deposit Box dan anjak piutang (vide Pasal 4 ayat (1) dan (3) UU

DI
PPN jo. Pasal 6 UU Perbankan jo. Pasal 5 huruf (d) PP Nomor 144 Tahun
2000) sehingga seharusnya tidak dilakukan koreksi atas pendapatan oleh
pihak Terbanding;
GA
Menurut Majelis : bahwa menurut Terbanding, koreksi objek PPN atas penjualan aktiva tetap
sebesar Rp3.769.000.000,00 adalah berdasarkan laporan keuangan tahun
2007.
EN

bahwa menurut Terbanding, berdasarkan pasal 4, pasal 9 ayat (8) dan pasal
16 D UU PPN jo. PP No.143 Tahun 2000 stdd PP Nomor 24 Tahun 2000,
TP

penjualan/pengalihan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk


diperjualbelikan terutang PPN berdasarkan harga jual.

bahwa atas koreksi Objek PPN atas Penjualan Aktiva Tetap sebesar
Rp3.769.000.000,00, Pemohon Banding tidak menyerahkan data/dokumen
IA

yang diminta yaitu ledger atas pembelian aktiva tetap yang dikoreksi dengan
dokumen pendukung berupa invoice, voucher, PO, Faktur Pajak, kontrak, dan
bukti pengeluaran uang atau rekening koran beserta rekapitulasinya, ledger
AR

atas penjualan aktiva tetap yang dikoreksi dengan dokumen pendukung


berupa invoice, voucher, PO, Faktur Pajak, kontrak, dan bukti penerimaan
uang atau rekening koran beserta rekapitulasinya.
ET

bahwa menurut Pemohon Banding, kegiatan usaha Pemohon Banding adalah


jasa perbankan yang tidak terutang PPN sebagaimana diatur dalam Pasal 4A
UU PPN, dan pajak masukan yang Pemohon Banding peroleh dari pembelian
KR

aktiva tetap untuk melaksanakan dan menyerahkan jasa perbankan tidak


dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (5) UU PPN,
sehingga mengacu kepada pasal 16D, maka penjualan aktiva tersebut tidak
seharusnya dikoreksi, karena syarat pajak masukan dapat dikreditkan tidak
terpenuhi.
SE

bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak


Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000
(UU PPN) antara lain disebutkan dalam :

K
Pasal 1 angka 15 sebagai berikut :

JA
Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha sebagaimana dimaksud dalam
angka 14 yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau
penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-

PA
undang ini, tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

N
Pasal 4 huruf a sebagai berikut :

LA
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas :

a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan


oleh Pengusaha;

DI
Penjelasan Pasal 4 huruf a sebagai berikut :
GA
Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak meliputi
baik Pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak
EN

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1) maupun Pegusaha yang


seharusnya dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak tetapi belum
dikukuhkan;
TP

Penyerahan barang yang dikenakan pajak harus memenuhi syarat-syarat


sebagai berikut:

a.barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak,


IA

b.barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak tidak
berwujud,
AR

c.penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean, dan

d.penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.


ET

Penjelasan Pasal 9 ayat (5) sebagai berikut :


KR

yang dimaksud dengan penyerahan yang tidak terutang pajak yang Pajak
Masukannya tidak dapat dikreditkan adalah penyerahan barang dan jasa yang
tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4A dan yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
SE

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16B.

Pasal 16D sebagai berikut :


Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan aktiva oleh Pengusaha
Kena Pajak yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk

K
diperjualbelikan, sepanjang Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar pada saat
perolehannya dapat dikreditkan.

JA
bahwa Penjelasan Pasal 16D menyebutkan sebagai berikut :

PA
Penyerahan mesin, bangunan, peralatan, perabotan atau aktiva lain yang
menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena
Pajak, dikenakan pajak sepanjang memenuhi persyaratan, yaitu bahwa Pajak

N
Pertambahan Nilai yang dibayar pada saat perolehannya, sesuai ketentuan
Undang-undang ini, dapat dikreditkan.

LA
Dengan demikian, penyerahan aktiva tersebut tidak dikenakan pajak apabila
Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar pada waktu perolehannya tidak dapat
dikreditkan berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini, kecuali jika
tidak dapat dikreditkannya Pajak Pertambahan Nilai tersebut karena bukti

DI
pengkreditannya tidak memenuhi persyaratan administratif, misalnya Faktur
Pajaknya tidak diisi lengkap sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (5).
GA
bahwa ketentuan-ketentuan a quo mengatur tentang adanya penyerahan
barang kena pajak (aktiva) oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan
semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan, sehingga terutang PPN
EN

dengan syarat pada saat perolehannya PPN nya telah dibayar, dan atas
penyerahan BKP a quo tidak dikenakan PPN apabila Pajak Pertambahan Nilai
yang dibayar pada waktu perolehannya tidak dapat dikreditkan berdasarkan
ketentuan dalam Undang-Undang.
TP

bahwa di dalam persidangan ke 6 tanggal 14 April 2016, Pemohon Banding


menyatakan bahwa kesulitan untuk menyampaikan bukti-bukti pendukung atas
aktiva tetap yang dijual berupa computer dan peralatan kantor terkait koreksi
IA

Terbanding.
AR

bahwa berdasarkan ketentuan-ketentuan a quo, Majelis berpendapat sebagai


berikut :

- bahwa kegiatan usaha Pemohon Banding adalah di bidang jasa


ET

perbankan yang termasuk ke dalam jenis jasa yang tidak terutang PPN
sebagaimana diatur dalam Pasal 4A UU a quo;
- bahwa Pajak Masukan atas pembelian aktiva tetap berupa computer dan
peralatan kantor yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dan
KR

menyerahkan jasa perbankan, tidak dapat dikreditkan oleh Pemohon


Banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (5) UU a quo;
- bahwa mengacu pada ketentuan Pasal 16 D UU a quo, maka atas
pengalihan aktiva tersebut dengan nilai Rp3.769.000.000,00, menurut
SE

Majelis tidak seharusnya dikenakan PPN oleh Terbanding.

bahwa berdasarkan pemeriksaan dan penilaian Majelis, keterangan para pihak


dan fakta-fakta di persidangan, Majelis berpendapat bahwa dalil Terbanding
tidak tepat, oleh karena itu koreksi Terbanding terhadap Dasar Pengenaan
Pajak PPN atas Penjualan Aktiva Tetap sebesar Rp3.769.000.000,00 tidak
dapat dipertahankan.

K
3. Koreksi DPP PPN atas Penjualan Aktiva Tetap sebesar

JA
Rp301.599.000.000,00

PA
Menurut Terbanding

bahwa koreksi objek PPN atas penjualan aktiva AYDA berdasarkan laporan
keuangan tahun 2007 yaitu bahwa telah dilakukan penjualan aktiva AYDA
sebesar Rp301.599.000.000,00;

N
bahwa berdasarkan pasal 4 UU PPN jo. PP No.144 Tahun 2000, penjualan
AYDA adalah bukan kegiatan penyerahan jasa perbankan, Penjualan AYDA

LA
merupakan penyerahan yang terutang PPN;

bahwa menurut Pemohon Banding berdasarkan Peraturan Perbankan dan


Peraturan Perpajakan, Agunan Yang Diambil Alih adalah jaminan karena pada

DI
awalnya diserahkan oleh nasabah debitur kepada bank dalam rangka
pemberian fasilitas kredit (Jasa Perbankan) oleh Bank, maka berdasarkan
peraturan perpajakan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penyerahan
agunan sebagai jaminan tersebut tidak termasuk ke dalam pengertian
GA
penyerahan Barang Kena Pajak.

bahwa menurut Pemohon Banding, apabila bank dianggap sebagai pihak yang
menjual AYDA, maka berdasarkan Pasal 16D UU PPN, tidak ada PPN yang
terhutang dari penjualan tersebut karena AYDA merupakan aktiva yang
EN

menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Bank. Dan karena
tidak terdapat pajak masukan yang dapat dikreditkan oleh bank, maka dengan
demikian tidak ada pajak keluaran atas penjualan sehubungan dengan AYDA;
TP

bahwa Berdasarkan Laporan Keuangan Pemohon Banding tanggal 31


Desember 2007, 2006, dan 2005 yang diaudit oleh Arman Hendiyanto, CPA
dari KAP Aryanto Amir Jusuf & Mawar, diketahui hal-hal sebagai berikut.

· Catatan Atas Laporan Keuangan Nomor 2 huruf s (halaman 25)


IA

Keuntungan atau kerugian dari penjualan aktiva yang diambil alih


dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba rugi;
AR

· Catatan Atas Laporan Keuangan Nomor 10 huruf b (halaman 60)


Kredit dengan jaminan, dijamin dengan simpanan, agunan yang diikat
dengan hak tanggungan atau dengan surat kuasa untuk menjual
ET

· Catatan Atas Laporan Keuangan Nomor 10 huruf m (halaman 64)


Agunan yang diambil alih dari debitur diupayakan untuk dijual kepada pihak
ketiga baik secara langsung ataupun tidak langsung melalui broker maupun
proses lelang.
KR

bahwa berdasarkan Pasal 12A UU Perbankan diketahui bahwa Bank umum


dapat membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelelangan
maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh
pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari
SE

pemilik agunan dalam hal Nasabah Debitur tidak memenuhi kewajibannya


kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan
secepatnya;

bahwa Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian


Kualitas Aktiva Bank Umum disebutkan mengenai definisi AYDA yaitu Aktiva
yang diperoleh Bank, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan
berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik Agunan atau
berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal
debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada Bank;

K
bahwa tiap-tiap perjanjian yang terkait dengan pengalihan setiap transaksi

JA
AYDA seperti perjanjian kredit, surat perjanjian penyerahan agunan, surat
perjanjian pemberian Hak Tanggungan memiliki klausal-klausal yang berbeda.
Hal pokok yang mendasari apakah suatu transaksi pengalihan AYDA terutang
PPN adalah perjanjian yang mengatur apabila debitur gagal melunasi

PA
hutangnya, khususnya mengenai perlakuan kelebihan atau kekurangan hasil
penjualan AYDA tersebut;

bahwa sebagai contoh data pembanding, kebijakan penanganan AYDA yang


dilakukan oleh sebuah Bank XYZ (bukan nama sebenarnya) adalah sebagai
berikut.

N
1) Terdapat beberapa tahap penanganan pinjaman yang pembayaran cicilan

LA
dan bunga pinjamannya macet (Non Performing Loan/NPL) yaitu.

Penyelesaian Pinjaman Macet

DI
1) Pembayaran Tunggakan/Lancar Kembali,
2) Pembayaran Bertahap,
3) Pelunasan,
GA
4) Restrukturisasi,
5) Penjualan Jaminan oleh Debitur,
6) Penyerahan Agunan kepada Bank dengan Akta Penyerahan, Kuasa
Jual dan Perjanjian Perikatan Jual Beli,
EN

7) Eksekusi Hak Tanggungan;

2) Timbulnya Agunan Yang Diambil Alih (AYDA) disebabkan telah


dilakukannya upaya terakhir oleh Bank melalui mekanisme Penyerahan
Agunan kepada Bank dengan Akta Penyerahan, Kuasa Jual dan Perjanjian
TP

Perikatan Jual Beli dan Eksekusi Hak Tanggungan;

3) Apabila Penyelesaian dilakukan melalui mekanisme Penyerahan Agunan


kepada pihak Bank, adalah sebagai berikut.
IA

Debitur akan membuat Akta Penyerahan Agunan dari Debitur ke Bank,


Surat Kuasa Jual untuk Bank dan Perjanjian Perikatan Jual Beli. Selama
periode tertentu yang disetujui oleh Badan Pertanahan Nasional, Bank
AR

diberi kuasa untuk menjual agunan tersebut;

Apabila dalam periode tersebut Bank dapat menjual agunan, maka hasil
penjualan agunan tersebut akan menjadi milik Bank seluruhnya sebagai
pelunasan utang debitur. Bank menanggung keuntungan/kerugian dari
ET

penjualan agunan tersebut. Dokumen kepemilikan agunan masih tercatat


atas nama Debitur sampai agunan tersebut terjual;

Apabila dalam jangka waktu yang ditentukan Bank belum dapat menjual
KR

Agunan, maka agunan tersebut akan dibalik nama menjadi atas nama
Bank kemudian Bank mencatat sebagai AYDA;

4) Apabila Penyelesaian kredit macet (NPL) dilakukan melalui Eksekusi Hak


Tanggungan akan terjadi 2 kondisi :
SE

a. Agunan terjual pada saat lelang

Apabila agunan terjual pada saat lelang, maka hasil penjualan Agunan
tersebut akan menjadi milik Bank sejumlah utang Debitur sebagai
pelunasan utang. Selisih antara nilai penjualan Agunan dan utang
Debitur akan dikembalikan kepada Debitur.

b. Agunan tidak terjual pada saat lelang

K
Apabila Agunan tidak terjual pada saat lelang, maka Bank akan

JA
bertindak sebagai pembeli sementara selama 1 tahun melalui
penunjukan dan akan mencari pembeli yang sebenarnya. Sedangkan
dokumen kepemilikan Agunan masih tercatat atas nama Debitur.
Apabila dalam jangka waktu kurang dari satu tahun Agunan terjual

PA
maka hasil penjualan Agunan tersebut akan menjadi milik Bank
seluruhnya sebagai pelunasan utang debitur.

Apabila telah lewat 1 tahun dan Bank belum menemukan Pembeli,


maka dokumen kepemilikan Agunan akan di balik nama ke atas nama
Bank. Risalah Lelang akan mencatat Bank sebagai pemilik Agunan.

N
Kemudian Bank akan mencatat Agunan tersebut sebagai AYDA.

LA
bahwa untuk memastikan bahwa apakah AYDA telah ada dalam
penguasaan penuh pihak bank atau belum, perlu diperhatikan apakah atas
seluruh hasil penjualan AYDA yang diperoleh tersebut akan dimiliki
sepenuhnya oleh pihak Bank atau hanya sejumlah hutang pihak Debitur.

DI
Hal tersebut untuk memastikan bahwa apakah Debitur masih memiliki hak
atas agunan yang diambil alih Bank tersebut. Dilihat dari Catatan atas
Laporan Keuangan Nomor 2 huruf s (hal.25), Nomor 10 huruf b (hal.60)
dan Nomor 10 huruf m (hal.64), diketahui bahwa Wajib Pajak menguasai
GA
dan mengendalikan manfaat atas AYDA;

bahwa menanggapi alasan Pemohon Banding dalam surat keberatannya


yang menyatakan bahwa penyerahan agunan sebagai jaminan tidak
EN

termasuk ke dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak,


Terbanding tidak dapat menerima alasan Pemohon Banding tersebut
dengan alasan sebagai berikut.

1) Pada saat penyerahan agunan sebagai jaminan, debitur masih memilki


TP

hak atas jaminan tersebut, pada dasarnya debitur masih dapat


melakukan penjualan barang jaminan dalam rangka melunasi
hutangnya ke Pemohon Banding;

2) Pada saat agunan tersebut diambil alih oleh bank karena kredit macet,
IA

hak atas aktiva telah diserahkan kepada Pemohon Banding, sehingga


tidak termasuk pengertian penyerahan Barang Kena Pajak sebagai
jaminan utang piutang;
AR

3) Sedangkan pada saat Pemohon Banding berusaha melakukan


penjualan dalam rangka pencairan AYDA yang diperoleh, Pemohon
Banding telah bertindak sebagai Pengusaha Kena Pajak yang
ET

melakukan penyerahan Barang Kena Pajak yang terutang PPN;

bahwa menanggapi alasan Pemohon Banding yang menyatakan bahwa


apabila bank dianggap sebagai pihak yang menjual AYDA, maka
berdasarkan Pasal 16D UU PPN, tidak ada PPN yang terhutang dari
KR

penjualan tersebut karena AYDA merupakan aktiva yang menurut tujuan


semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Bank. Dan karena tidak terdapat
pajak masukan yang dapat dikreditkan oleh bank, maka dengan demikian
tidak ada pajak keluaran atas penjualan sehubungan dengan AYDA;
SE

Terbanding tidak dapat menerima alasan Pemohon Banding tersebut


dengan alasan sebagai berikut.

1) Dasar hukum koreksi tidak didasarkan pada ketentuan Pasal 16D UU


PPN;
2) Penjualan Agunan Yang Diambil Alih (AYDA) bukan termasuk dalam
pengertian penyerahan aktiva yang tidak untuk diperjualbelikan (Pasal
16D UU No. 8 Tahun 1983 s.t.d.d. UU No. 18 Tahun 2000) karena

K
aktiva tersebut bukan merupakan bagian dari aktiva tetap milik
perusahaan yang digunakan untuk kegiatan perusahaan melainkan

JA
masuk dalam bagian aktiva lainnya yaitu Aktiva Yang Diambil Alih.
Penjualan Aktiva Yang Diambil Alih (AYDA) merupakan penyerahan
Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha yang terhutang PPN sesuai Pasal 4 UU No. 8 Tahun 1983

PA
tentang PPN s.t.d.d. UU No. 18 Tahun 2000;

bahwa terkait masalah Penyerahan AYDA, apakah dilakukan dalam


lingkungan usaha/pekerjaan atau tidak, maka dapat disampaikan bahwa
aktivitas usaha penjualan AYDA, sejak adanya kebijakan untuk mengambil

N
alih agunan dan keharusan segera menjualnya, sejatinya telah menjadi
bagian dari aktivitas usaha sehari-hari usaha perbankan, karena:

LA
1) Kewenangan untuk mengeksekusi obyek Hak Tanggungan berdasar
kuasa Pasal 6 jo Pasal 20 UU Hak Tanggungan.

2) Diharuskan oleh UU & PBI, paling lama 1 tahun AYDA harus segera

DI
dijual

3) Menjadi regular business activities/kegiatan sehari-hari dari aktivitas


GA
Bank, sebagai konsekuensi dari pengambil alihan asset debitur.

bahwa pada proses keberatan, Pemohon Banding telah diminta dua kali
untuk menyerahkan data dengan surat pernnintaan (pertama) nomor
S-2702/WPJ.19/BD.05/2014 tanggal 10 April 2014 dan Surat permintaan
EN

(kedua) nomor S-6492/WPJ.19/BD.05/2014 tanggal 16 Oktober 2014;

bahwa terkait koreksi Objek PPN atas Penyerahan AYDA sebesar


Rp301.599.000.000,00 Pemohon Banding tidak menyerahkan
data/dokumen yang diminta yaitu ledger aset lain-lain, seluruh dokumen
TP

perikatan dan perjanjian AYDA, dokumen penjualan AYDA, jurnal voucher,


bukti penyerahan agunan, kuasa jual, risalah lelang, jurnal atas
pendapatan penjualan AYDA, rekening koran terkait pendapatan atas
penjualan AYDA;
IA

bahwa terkait tidak adanya dokumen-dokumen pendukung yang menjadi


sumber pencatatan/pembukuan walaupun sudah diminta dua kali, maka
AR

alasan-alasan yang dikemukakan Pemohon Banding tidak terbukti


kebenarannya;

bahwa walaupun sistem hukum di Indonesia tidak menganut yurisprudensi,


diinformasikan bahwa Majelis Hakim Pengadilan Pajak terkait sengketa
ET

AYDA, pada putusan Pengadilan Pajak Nomor


PUT.46541/PP/M.XII/16/2013 dan Nomor PUT.53881/PP/M.XII B/16/2014,
diketahui bahwa intisari dari putusan Majelis Hakim Pengadilan Pajak
tersebut adalah menolak banding Pemohon Banding karena penjualan
KR

AYDA merupakan penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan


Nilai/PPN;

bahwa berdasarkan seluruh uraian di atas, koreksi Terbanding sudah


sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehinqga diusulkan kepada Majelis
SE

Hakim untuk tetap mempertahankan koreksi;

Menurut Pemohon Banding

Undang-Undang Perbankan dan Peraturan Bank Indonesia


Pasal 1 angka 23 UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 ("UU Perbankan") menyebutkan
bahwa agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan Nasabah debitur
kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan

K
berdasarkan Prinsip Syariah;

JA
Lebih lanjut, Pasal 12 A ayat (1) UU Perbankan menyebutkan bahwa Bank
Umum dapat membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelelangan
maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh
pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari

PA
pemilik agunan dalam hal nasabah debitur tidak memenuhi kewajibannya
kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan
secepatnya;

Kemudian, Pasal 1 angka 15 Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005


tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum menyebutkan bahwa Agunan

N
yang Diambil Alih yang untuk selanjutnya disebut AYDA adalah aktiva yang
diperoleh Bank, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan

LA
berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau
berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal
nasabah debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank;

DI
Pasal 37 ayat (1) dari Peraturan Bank Indonesia yang sama menyebutkan
bahwa Bank wajib melakukan upaya penyelesaian terhadap AYDA yang
dimiliki dan pada bagian Penjelasan atas Pasal 37 ayat (1) tersebut
dinyatakan bahwa pengaturan ini dimaksudkan agar Bank melakukan kegiatan
GA
usaha sesuai dengan fungsinya sebagai penyalur dana masyarakat. Upaya
penyelesaian antara lain dapat dilakukan dengan secara aktif memasarkan
dan menjual AYDA;

Sementara pada Ayat (2) dari pasal yang sama disebutkan bahwa Bank wajib
EN

mendokumentasikan upaya penyelesaian AYDA sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dan pada bagian Penjelasan atas ayat (2) tersebut dinyatakan bahwa
dokumentasi antara lain mencakup bukti data dan informasi mengenai upaya
pemasaran dan penjualan AYDA;
TP

Pasal 36 dari Peraturan Bank Indonesia yang sama menyebutkan bahwa


Aktiva Non Produktif yang wajib dinilai kualitasnya meliputi AYDA. Property
Terbengkalai, Rekening Antar Kantor dan Suspense Account;
IA

Pasal 44 ayat (1) dari Peraturan Bank Indonesia yang sama menyebukan
bahwa Bank wajib membentuk PPA (Penyisihan Penghapusan Aktiva)
terhadap Aktiva Produktif dan Aktiva Non Produktif;
AR

Ayat (2) dari Pasal yang sama menyebutkan bahwa PPA sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 berupa:

a. Cadangan umum dan cadangan khusus untuk Aktiva Produktif; dan


ET

b. Cadangan khusus untuk Aktiva Non Produktif;

Peraturan Perpajakan
KR

Pasal 1A ayat (2) huruf b Undang-Undang PPN menyebutkan bahwa yang


tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah
penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang piutang;

Pasal 4A ayat (3) UU PPN menyebutkan bahwa jasa di bidang perbankan


SE

adalah jenis jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai;

Pasal 5 huruf d Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 menyebutkan


bahwa jasa di bidang perbankan termasuk ke dalam kelompok jasa yang tidak
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai;
Lebih lanjut, Pasal 16D Undang-Undang PPN menyebutkan bahwa Pajak
Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena
Pajak yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan,
sepanjang Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar pada saat perolehannya

K
dapat dikreditkan;

JA
Selain itu, Pasal 4 huruf a Undang Undang PPN mengatur bahwa Pajak
Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak di dalam
Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;

PA
Kemudian, penjelasan dari Pasal 4 huruf a tersebut menyebutkan bahwa
Penyerahan barang yang dikenakan pajak harus memenuhi syaratsyarat
sebagai berikut:

1. barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak,

N
2. barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak
tidak berwujud,
3. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean, dan

LA
4. penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.

bahwa berdasarkan UU Perbankan, Peraturan Bank Indonesia dan Peraturan


Perpajakan di atas, maka:

DI
a. Mengingat bahwa Agunan Yang Diambil Alih adalah jaminan yang pada
awalnya diserahkan oleh debitur kepada bank dalam rangka pemberian
GA
fasilitas kredit (Jasa Perbankan) oleh Bank, maka berdasarkan peraturan
perpajakan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penyerahan agunan
sebagai jaminan tersebut tidak termasuk ke dalam pengertian penyerahan
Barang Kena Pajak, sehingga tidak terdapat pajak masukan yang dapat
dikreditkan oleh Bank.
EN

b. Menimbang bahwa Agunan Yang Diambil Alih adalah merupakan asset


Bank yang dimiliki dengan potensi kerugian, sehingga Bank Indonesia
mewajibkan Bank untuk membentuk cadangan kerugian untuk AYDA dan
AYDA tersebut harus segera dilakukan upaya-upaya penyelesaian dan
TP

dokumentasi atas penyelesaian AYDA, oleh karena Bank tidak


diperbolehkan memiliki AYDA agar Bank melakukan kegiatan usaha sesuai
dengan fungsinya sebagai penyalur dana masyarakat, maka AYDA
merupakan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan
oleh Bank.
IA

Sehingga dapat disimpulkan bahwa atas penyerahan AYDA tidak terutang


Pajak Keluaran dikarenakan tidak ada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
AR

oleh Bank pada saat perolehannya, mengingat penyerahan dari debitur


kepada Bank bukan termasuk ke dalam pengertian penyerahan Barang Kena
Pajak;

Pendapat Majelis
ET

bahwa menurut Terbanding, koreksi objek PPN atas penjualan aktiva AYDA
berdasarkan laporan keuangan tahun 2007, dimana berdasarkan pasal 4 UU
KR

PPN jo. PP No.144 Tahun 2000, penjualan AYDA adalah bukan kegiatan
penyerahan jasa perbankan, namun merupakan penyerahan yang terutang
PPN.
SE

bahwa menurut Terbanding, saat penyerahan agunan sebagai jaminan,


debitur masih memilki hak atas jaminan tersebut dan dapat melakukan
penjualan barang jaminan dalam rangka melunasi hutangnya ke Pemohon
Banding, namun pada saat agunan diambil alih oleh Bank karena kredit macet,
hak atas aktiva telah diserahkan kepada Pemohon Banding, sehingga tidak
termasuk pengertian penyerahan Barang Kena Pajak sebagai jaminan utang
piutang, sedangkan pada saat Pemohon Banding berusaha melakukan
penjualan dalam rangka pencairan AYDA yang diperoleh, Pemohon Banding
telah bertindak sebagai Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan

K
Barang Kena Pajak yang terutang PPN.

JA
bahwa menurut Terbanding, penjualan AYDA bukan termasuk dalam
pengertian penyerahan aktiva yang tidak untuk diperjualbelikan (Pasal 16D UU
No. 8 Tahun 1983 s.t.d.d. UU No. 18 Tahun 2000) karena aktiva tersebut
bukan merupakan bagian dari aktiva tetap milik perusahaan yang digunakan

PA
untuk kegiatan perusahaan melainkan masuk dalam bagian aktiva lainnya
yaitu Aktiva Yang Diambil Alih, dimana penjualan AYDA merupakan
penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha yang terhutang PPN sesuai Pasal 4 UU No. 8 Tahun 1983 tentang
PPN s.t.d.d. UU No. 18 Tahun 2000.

N
bahwa menurut Terbanding, terkait masalah Penyerahan AYDA, aktivitas
usaha penjualan AYDA, sejak adanya kebijakan untuk mengambil alih agunan

LA
dan keharusan segera menjualnya, sejatinya telah menjadi bagian dari
aktivitas usaha sehari-hari usaha perbankan, karena adanya kewenangan
untuk mengeksekusi obyek Hak Tanggungan berdasar kuasa Pasal 6 jo Pasal
20 UU Hak Tanggungan, diharuskan oleh UU & PBI, paling lama 1 tahun

DI
AYDA harus segera dijual, dan menjadi regular business activities atau
kegiatan sehari-hari dari aktivitas Bank, sebagai konsekuensi dari pengambil
alihan asset debitur.
GA
bahwa menurut Pemohon Banding, berdasarkan peraturan Perbankan dan
peraturan perpajakan, Agunan Yang Diambil Alih/AYDA adalah jaminan yang
pada awalnya diserahkan oleh nasabah debitur kepada Bank dalam rangka
pemberian fasilitas kredit (jasa perbankan) oleh Bank, maka dapat disimpulkan
EN

bahwa penyerahan agunan sebagai jaminan tersebut tidak termasuk ke dalam


pengertian penyerahan BKP, sehingga tidak terdapat pajak masukan yang
dapat dikreditkan oleh Bank.
TP

bahwa menurut Pemohon Banding, AYDA merupakan aset Bank yang dimiliki
dengan potensi kerugian, maka Bank Indonesia mewajibkan Bank untuk
membentuk cadangan kerugian untuk AYDA dan harus segera dilakukan
upaya-upaya penyelesaian dan dokumentasi atas penyelesaian AYDA, oleh
IA

karena Bank tidak diperbolehkan memiliki AYDA, sehingga AYDA merupakan


aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Bank, dan
penyerahan AYDA tidak terutang pajak keluaran oleh karena tidak ada pajak
masukan yang dapat dikreditkan oleh Bank saat perolehannya.
AR

bahwa berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana


telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 (UU Perbankan), disebutkan
dalam :
ET

Pasal 1 angka 23 sbb :


KR

Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan Nasabah debitur kepada


bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan
SE

Prinsip Syariah.

Pasal 12 A ayat (1) sbb :


Bank Umum dapat membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui
pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara

K
sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar
lelang dari pemilik agunan dalam hal nasabah debitur tidak memenuhi

JA
kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut
wajib dicairkan secepatnya.

PA
bahwa menurut Majelis, ketentuan a quo mengatur adanya jaminan atau
agunan yang diserahkan oleh nasabah dalam rangka pemberian fasilitas
kredit atau pembiayaan, dimana agunan dimaksud wajib dijual dan dicairkan
secepatnya dalam hal nasabah tidak melaksanakan kewajibannya kepada
pemberi kredit (Bank).

N
LA
bahwa berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, disebutkan dalam :

DI
Pasal 1 angka 15 sbb : GA
Agunan yang Diambil Alih yang untuk selanjutnya disebut AYDA adalah aktiva
yang diperoleh Bank, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan
berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau
berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal
EN

nasabah debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank.

Pasal 36 sbb :
TP

Aktiva Non Produktif yang wajib dinilai kualitasnya meliputi AYDA. Property
Terbengkalai, Rekening Antar Kantor dan Suspense Account.
IA
AR

Pasal 37 Ayat (1) sbb :

Bank wajib melakukan upaya penyelesaian terhadap AYDA yang dimiliki dan
ET

pada bagian Penjelasan atas Pasal 37 ayat (1) tersebut dinyatakan bahwa
pengaturan ini dimaksudkan agar Bank melakukan kegiatan usaha sesuai
dengan fungsinya sebagai penyalur dana masyarakat. Upaya penyelesaian
antara lain dapat dilakukan dengan secara aktif memasarkan dan menjual
AYDA.
KR

Pasal 37 Ayat (2) sbb :


SE

Bank wajib mendokumentasikan upaya penyelesaian AYDA sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan pada bagian Penjelasan atas ayat (2) tersebut
dinyatakan bahwa dokumentasi antara lain mencakup bukti data dan informasi
mengenai upaya pemasaran dan penjualan AYDA.
K
Pasal 44 Ayat (1) sbb :

JA
Bank wajib membentuk PPA (Penyisihan Penghapusan Aktiva) terhadap
Aktiva Produktif dan Aktiva Non Produktif.

PA
Pasal 44 Ayat (2) sbb :

N
PPA sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berupa :

LA
a. Cadangan umum dan cadangan khusus untuk Aktiva Produktif; dan
b. Cadangan khusus untuk Aktiva Non Produktif;

DI
bahwa berdasarkan Pasal 1A ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2000 (UU PPN) PPN disebutkan sbb :
GA
Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah
penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang piutang.
EN

bahwa berdasarkan pemeriksaan dan penilaian Majelis, serta mengacu pada


ketentuan-ketentuan a quo, Majelis berpendapat sbb :
TP

- bahwa kegiatan usaha Pemohon Banding adalah di bidang jasa


perbankan yang termasuk ke dalam jenis jasa yang tidak terutang PPN
sebagaimana diatur dalam Pasal 4A ayat (1) dan (3) UU PPN jo Pasal 5
huruf d dan Pasal 8 huruf a PP 144 Th 2000;
IA

- bahwa Agunan Yang Diambil Alih (AYDA), adalah jaminan yang pada
awalnya diserahkan oleh debitur kepada Bank dalam rangka pemberian
fasilitas kredit (Jasa Perbankan) oleh Bank, maka menurut Majelis,
AR

berdasarkan ketentuan a quo penyerahan agunan sebagai jaminan


tersebut tidak termasuk ke dalam pengertian penyerahan Barang Kena
Pajak sebagaimana pendapat Terbanding,, sehingga tidak terdapat pajak
masukan yang dapat dikreditkan oleh Bank.
ET

- bahwa Agunan Yang Diambil Alih (AYDA) merupakan asset Bank yang
dimiliki dengan potensi kerugian, sehingga Bank Indonesia mewajibkan
Bank untuk membentuk cadangan kerugian untuk AYDA dan AYDA
tersebut harus segera dilakukan upaya-upaya penyelesaian dan
KR

dokumentasi atas penyelesaian AYDA.


- bahwa oleh karena Bank tidak diperbolehkan memiliki AYDA agar Bank
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan fungsinya sebagai penyalur
dana masyarakat, maka AYDA merupakan aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Bank sebagaimana didalilkan
SE

oleh Pemohon Banding.


- bahwa menurut Majelis, atas penyerahan AYDA tidak terutang Pajak
Keluaran dikarenakan tidak ada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
oleh Bank pada saat perolehannya, karena Pajak Masukan telah
dikreditkan oleh debitur pemilik aktiva yang dijadikan agunan, dan
mengingat penyerahan dari debitur kepada Bank bukan termasuk ke
dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak;
- bahwa menurut Majelis, pada saat pengambilalihan agunan maka hak
untuk menjual AYDA ada pada Pemohon Banding, namun hak

K
kepemilikan atas aktiva masih berada pada debitur pemilik agunan;

JA
bahwa berdasarkan pemeriksaan dan penilaian Majelis, keterangan para pihak
dan fakta-fakta di persidangan, Majelis berpendapat bahwa dalil Terbanding
tidak tepat, oleh karena itu koreksi Terbanding terhadap Dasar Pengenaan

PA
Pajak PPN atas Penjualan Aktiva AYDA sebesar Rp301.599.000.000,00 tidak
dapat dipertahankan.

bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang

N
Pengadilan Pajak, sebagaimana disebutkan dalam :

LA
Pasal 69 ayat (1e) :

Alat bukti dapat berupa “pengetahuan hakim”, yang di Pasal 75 disebutkan

DI
adalah hal yang olehnya diketahui dan diyakini kebenarannya.
GA
Pasal 78 :

Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian,


dan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
bersangkutan, serta berdasarkan keyakinan Hakim.
EN

Dan menurut memori penjelasan pasal 78:


TP

Keyakinan Hakim di dasarkan pada penilaian pembuktian dan sesuai


dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.
IA

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dan penilaian Majelis atas bukti-bukti


dan keterangan yang diberikan oleh para pihak yang terungkap di dalam
persidangan serta peraturan perundang-undangan perpajakan yang
AR

berlaku, Majelis berkeyakinan bahwa koreksi Terbanding tidak dapat


dipertahankan,

Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Kredit
Pajak;
ET

Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai sanksi
administrasi, kecuali bahwa besarnya sanksi administrasi tergantung pada
penyelesaian sengketa Iainnya;
KR

Menimbang : bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dalam persidangan, Majelis


berketetapan untuk menggunakan kuasa Pasal 80 ayat (1) huruf b Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, untuk mengabulkan
seluruhnya banding Pemohon Banding dengan perhitungan sebagai berikut :
SE

Dasar Pengenaan Pajak Menurut Keputusan Rp366.619.029.985,00

Koreksi dibatalkan
- Penghasilan lain-lain Rp 60.551.509.893,00

- Penjualan Aktiva Tetap Rp 3.769.000.000,00

K
- Penjualan Aktiva AYDA Rp301.599.000.000,00

JA
jumlah koreksi dibatalkan Rp365.919.509.893,00

Dasar Pengenaan Pajak Menurut Majelis Rp 699.520.092,00

PA
N
LA
DI
Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan
ketentuan perundang-undangan Iainnya serta peraturan hukum yang berlaku
dan yang berkaitan dengan perkara ini;
GA
Memutuskan : Mengabulkan seluruhnya Banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur
Jenderal Pajak Nomor KEP-328/WPJ.19/2015 tanggal 26 Februari 2015,
tentang keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Desember 2007 Nomor
EN

00018/207/07/091/13 tanggal 27 Desember 2013, atas nama Pemohon


Banding dengan perhitungan sebagai berikut.

Dasar Pengenaan Pajak Rp699.520.092,00


TP

Pajak keluaran yang hrs dipungut/dibayar sendiri Rp 69.952.009,00

Pajak yang dapat diperhitungkan Rp 69.952.007,00


IA

PPN Kurang/(Lebih) Bayar Rp 2,00

Dikompensasi Ke Masa Pajak Berikutnya Rp 0,00


AR

PPN yang masih Kurang/(Lebih) Bayar Rp 2,00

Sanksi Administrasi - Bunga Pasal 13 ayat (2) KUP Rp 0,00


ET

Jumlah PPN yang masih harus dibayar Rp 2,00


KR

Demikian diputus di Jakarta berdasarkan musyawarah setelah pemeriksaan dalam


persidangan dicukupkan pada hari Kamis tanggal 14 April 2016 oleh Hakim
Majelis IIIA Pengadilan Pajak dengan susunan Majelis sebagai berikut:
SE

Dr. Sartono, S.H., M.H., M.Si, sebagai Hakim Ketua,

M.Z. Arifin, S.H., M.Kn. sebagai Hakim Anggota,

Ruwaidah Afiyati, S.E., S.H., M.M., M.H., C.Fr.A sebagai Hakim Anggota,
dengan dibantu oleh

Drs. Tripto Tri Agustono, M.Si. sebagai Panitera Pengganti

K
Putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua Majelis
IIIA Pengadilan Pajak pada hari Selasa tanggal 08 Mei 2018 dengan dihadiri oleh
para Hakim anggota, Panitera Pengganti, serta dihadiri oleh Pemohon Banding

JA
dan tidak dihadiri oleh Terbanding;

PA
N
LA
DI
GA
EN
TP
IA
AR
ET
KR
SE

Anda mungkin juga menyukai