Anda di halaman 1dari 27

Putusan Nomor : PUT-107774.15/2013/PP/M.

XIIIA Tahun 2018

Jenis Pajak : PPh Badan

Tahun Pajak : 2013

Pokok Sengketa : koreksi positif Penghasilan Neto sebesar Rp13.632.572.427,00,


yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;

bahwa koreksi positif Penghasilan Neto sebesar


Rp13.632.572.427,00, terdiri dari:

1. Koreksi positif Harga Pokok Penjualan sebesar Rp6.927.018.547,00,


2. Koreksi positif Pengurang Penghasilan Bruto sebesar Rp4.571.645.105,00,
3. Koreksi positif Biaya dari Luar Usaha sebesar Rp2.328.789.525,00,
4. Penyesuaian Fiskal Negatif sebesar Rp194.880.750,00,
yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding.

K
Menurut Terbanding:

JA
bahwa Pemohon Banding dalam surat tanggapan hasil penelitian keberatan Nomor S-01/CS/PI/VI/16
tanggal 30 Juni 2016 dalam rangka memenuhi Surat Pemberitahuan Untuk Hadir S-411.01/WPJ.12/2016
PA
tanggal 21 Juni 2016, koreksi biaya lainnya yaitu biaya pemeliharaan, perbaikan, dan biaya lain-lain
tidak dibahas, sehingga Tim Peneliti menyimpulkan hal tersebut tidak lagi dipersengketakan;

bahwa terhadap koreksi persediaan akhir barang jadi, Pemohon Banding masih tetap
mempersengketakan dengan alasan yang sama pada surat keberatan yaitu telah melaporkan seluruh
persediaan akhir barang jadi dan menyanggah dasar koreksi Pemeriksa atas pengujian arus e-tiket akan
N

tidak didukung bukti/dokumen yang dapat memperkuat sanggahan tersebut:


LA

bahwa koreksi persediaan akhir barang jadi yang dilakukan Pemeriksa didasarkan pada pengujian arus
kemasan e-tiket (bungkus rokok) dengan penjelasan sebagai berikut: e-tiket yang dikirim
(pengeluaran/pemakaian) dari bagian barang dalam proses sebanyak 67.627.613 lembar, sehingga
seharusnya rokok yang dibungkus/ber e-tiket dan telah dilekati pita cukai adalah sama dengan barang
DI

jadi yang masuk pada bagian barang jadi yaitu sebanyak 67.627.613 bungkus atau 676.276,13 ball,
sedang dalam kartu persediaan barang jadi tertera lebih sedikit yaitu 66.448.510 bungkus atau
664.485,10 ball dengan perincian sebagai berikut
A

Uraian Menurut Koreksi


NG

Pemohon Pemeriksa
Banding/SPT

Saldo Awal Barang Jadi 18.871,60 18.871,60


PE

Barang Jadi diterima 664.485,10 676.276,13 11.791,03

Barang Jadi tersedia 683.356,70 695.147,73 11.791,03

Barang Jadi di-vernite (439,6) (439,6)

Barang Jadi tersedia 683.796,30 695.587,33 11.791,03

Barang Jadi dijual 672.982,61 672.982,61

Saldo Akhir cfm. Pemeriksa 10.813,69 22,604,72 11.791,03

sehingga koreksi persediaan akhir adalah 11.791,03 ball dengan nilai sebesar:
11.791,03 ball X Rp587.482,06 = Rp6.927.018.593,92
dengan harga per ball sesuai harga rata-rata persediaan barang jadi menurut Pemohon Banding;

bahwa berdasarkan penjelasan di atas maka diperoleh keyakinan bahwa koreksi persediaan akhir yang
dilakukan Pemeriksa sudah tepat karena telah dilakukan pengujian arus e-tiket yang merupakan salah
satu komponen penting produk rokok yaitu pembungkus rokok itu sendiri sehingga koreksi Pemeriksa
tetap dipertahankan;

Penjelasan Terbanding dalam persidangan:

bahwa koreksi HPP mengenai e-tiket, dalam pemeriksaan yang dilakukan Pemeriksa tidak mengkoreksi
mengenai hal-hal yang rusak itu. saat pemeriksaan Pemohon Banding menyampaikan bahwa Pemohon
Banding menggunakan data pemakaian standar e-tiket sedangkan saat pemeriksaan ada data
pemakaian aktual sehingga Pemeriksa menghitung dengan data aktual yang ada sehingga ada selisih.
Selisih itu tidak ada kaitannya dengan e-tiket yang rusak karena koreksi ini murni dari pemakaian
standar yang digunakan sebagai perhitungan Pemohon Banding dan pemakaian aktual yang dianggap
sebagai barang jadi. Selisih itu sudah dihitung kembali dengan harga rata-rata sehingga koreksinya
sebesar 6.927.018.647;

bahwa ada kecenderungan pemakaian aktual akan selalu lebih besar dari pemakaian standar. Nilai e-
tiket yang diakui Pemohon Banding adalah pemakaian standar yang mana merupakan suatu penilaian
atau estimasi bukan pemakaian realisasi. Karena aktual lebih besar dari standar jadi selisih tersebut
adalah kelebihan produksi yang seharusnya dilaporkan oleh Pemohon Banding;

K
bahwa saat pemeriksaan Pemohon Banding menyatakan jasa yang diberikan hanya berupa lisan melalui

JA
telepon namun tidak ada bukti mengenai hal itu. Di perjanjian di article 3 salah satunya disebutkan
bahwa KT&G memberikan advice atau jasanya atas permintaan Pemohon Banding. Saat pemeriksaan,
bukti permohonan permintaan jasa tersebut tidak diberikan oleh Pemohon Banding. Oleh karena itu
eksistensi masih belum bisa diyakini;
PA
bahwa mengenai konsultasi melalui telepon memang akan sulit namun pasti ada dasar untuk menagih
pembayarannya karena tidak mungkin suatu perusahaan mau membayar sesuatu tanpa ada dasar
penagihannya;
N
Penjelasan Tertulis Terbanding Nomor S-6114/PJ.07/2017 tanggal 4 Oktober 2017, dengan
penjelasan sebagai berikut:
LA

a. Latar Belakang Koreksi Terbanding

bahwa berdasarkan hasil pengujian Terbanding pada Buku Besar, Kartu Persediaan dan dokumen
DI

pendukung lainnya, ditemukan bahwa Pemohon Banding kurang melaporkan jumlah persediaan akhir
barang jadi berdasarkan pemeriksaan dan pengujian pada e-tiket;
A

bahwa perhitungan koreksi menurut Terbanding adalah sebagai berikut:


NG

Uraian Menurut Koreksi

SPT Pemohon Banding Pemeriksa

Saldo Awal Barang Jadi 18.871,60 18.871,60 -


PE

Barang Jadi Yang Diterima 664.485,10 676.276,13 11.791,03

Barang Jadi Tersedia 683.356,70 695.147,73 11.791,03

Barang Jadi Di Vernite (439,60) (439,60) -

Barang Jadi Tersedia 682.917,10 694,708,13 11.791,03

Barang Jadi Dijual 672.982,61 672.982,61 -

Saldo Akhir 9.934,49 21.725,52 11.791,03

bahwa berdasarkan perhitungan tersebut di atas, maka diperoleh koreksi atas saldo akhir barang jadi
sebesar Rp6.927.018.593,92

Perhitungan koreksi = Rp587.482,06/ball x 11.791,03 ball

Catatan: Rp587.482,06 adalah harga per ball sesuai harga rata-rata persediaan barang jadi
menurut Pemohon Banding;

bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyampaikan bahwa koreksi Terbanding tersebut
disebabkan adanya e-tiket yang rusak dan menyampaikan bukti berupa Laporan Pemakaian
Pengemas;

b. Berdasarkan Laporan Pemakaian Pengemas diketahui data-data sebagai berikut:

BuIan Janis Pemakaian Pemakaian Selisih


Pengemas Aktual Standar
Januari Win Mild 5.136.502 5.039.841 96.661
Win Mild Minti Ceta 414.954 410.249 4.705
Februari Win Mild 4.268.807 4.199.380 69.427
Win Mild Minti Ceta 416.714 409.040 7.674
Maret Win Mild 4.814.237 4,733.640 80.597
Win Mild Minti Ceta 830.547 817.520 13.027
April Win Mild 5.739,416 5.624.970 114.446

K
Win Mild Minti Ceta 698.429 686.710 11.719
Win Mild Premium 8.136 5.300 2.836

JA
Mei Win Mild 6.616.558 6.497.900 118.658
Win Mild Minti Ceta 488.323 479.780 8.543
Win Mild Premium 154.026 116.200 37.826
Juni Win Mild 7.176.321 7.058.390 117.931

kill
Win Mild Minti Ceta
Win Mild
PA 944.480
3.742.296
929.140
3.666.660
15.340
75.636
Win Mild Minti Ceta 596.821 584.600 12.221
Win Mild Premium 231.768 215.680 16.088
N
Agustus Win Mild 2.845.944 2.797.670 48.274
Win Mild Minti Ceta 969.529 950.200 19.329
Win Mild Premium 76.031 73.000 3.031
LA

September Win Mild 4.418.527 4.351.380 67.147


Win Mild Minti Ceta 309.773 302.200 7.573
Win Mild Premium 144.361 140.200 4.161
DI

Oktober Win Mild 4.753.306 4.688.940 64.366


Win Mild Minti Ceta 893.894 880.510 13.384
Win Mild Premium 84.785 83.860 925
A

November Win Mild 5.136.363 5.072.120 64.243


Win Mild Minti Ceta 410.907 405.340 5.567
NG

Desember Win Mild 4.825.607 4.752.130 73.477


Win Mild Minti Ceta 480.251 475.960 4.291
Jumlah 67.627.613 66.443.510 1.179.103

c. Dalam perhitungan koreksi Terbanding tersebut di atas, diketahui bahwa:


PE

Barang Jadi Yang Diterima menurut Pemohon Banding 664.485,10


Barang Jadi Yang Diterima menurut Terbanding 676.276,13
Selisih 11,791,03

d. Berdasarkan data Laporan Pemakaian Pengemas yang disampaikan Pemohon Banding dapat
disampaikan hal-hal sebagai berikut:
1) Pemohon Banding menggunakan data pemakaian standar dalam melaporkan penggunaan e-
tiketnya, seharusnya Pemohon Banding menggunakan data pemakaian aktuainya;
2) Terbanding telah tepat menggunakan data pemakaian aktual daiam menghitung penggunaan e-
tiket;
3) Bahwa selisih yang terjadi adalah perbedaan antara pemakaian standar dengan pemakaian
aktual dan bukan karena e-tiket yang rusak;

e. Pemohon Banding juga tidak pernah menunjukkan adanya bukti terkait e-tiket yang rusak, dengan
bukti-bukti berupa berita acara yang menyatakan adanya kerusakan e-tiket atau pun bukti lain;

f. Dengan demikian koreksi yang dilakukan Terbanding atas Harga Pokok Penjualan telah sesuai
dengan ketentuan perpajakan yang berlaku;
Menurut Pemohon Banding:

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding sebesar Rp6.927.018.547,00 karena
pemohon banding telah melaporkan seluruh jumlah persediaan akhir barang jadi. Menurut Pemohon
Banding Terbanding tidak bisa menetapkan jumlah persediaan akhir barang jadi hanya berdasarkan
analisa pengujian arus e-tiket.Koreksi Terbanding seharusnya berdasarkan bukti yang kuat, bukan hanya
dari analisa;

Penjelasan Pemohon Banding dalam persidangan:

bahwa bukti e-tiket yang rusak berupa laporan pemakaian pengemas setiap bulan dan summarynya
kalau dijumlah angkanya sama persis dengan angka Terbanding;

bahwa e-tiket adalah produk pihak lain namun laporan e-tiket rusak dari Pemohon Banding karena
rusaknya terjadi saat Pemohon Banding menggunakannya dalam proses produksi;

bahwa dalam proses produksi ada angka yang menjadi target untuk produksi sehingga dalam kondisi

K
normal angka standar dan aktual pasti akan sama. Namun pemakaian e-tiket yang aktual lebih besar ini
karena ada e-tiket yang rusak sehingga pemakaian e-tiket lebih boros dari biasanya. Disamping itu

JA
dalam proses produksi selalu ada kemungkinan alat yang rusak;

bahwa Pemohon Banding menggunakan angka yang standar namun jika ada selisih akan Pemohon
PA
Banding masukkan ke HPP sehingga angkanya akan sama dengan angka aktualnya. Dan angka yang
masuk di laporan keuangan adalah angka aktualnya;

bahwa dari laporan pengemas Pemohon Banding ada pemakaian standar dan aktual. pada akhirnya
yang masuk di laporan keuangan adalah angka yang aktual;
N
bahwa mengenai pemakaian pengemas yang menjadi masalah ada laporan pemakaian pengemas ada
yang aktual dan standar. Aktual yaitu yang keluar dari gudang produksi ke proses produksi. Sedangkan
LA

standar yaitu nilai e-tiket yang keluar dari proses produksi ke gudang barang jadi untuk kontrol cukai.
Yang masuk ke HPP menurut Pemohon Banding adalah yang aktual sudang Pemohon Banding
lampirkan hitungan HPP produksi pengemas dan HPP produksi sehingga terlihat bahwa yang digunakan
Pemohon Banding adalah angk aktual. Angka aktual selalu lebih tinggi dari standar karena ada barang
DI

yang rusak. Jika Terbanding mengatakan Pemohon Banding menggunakan angka standar lalu dikoreksi
menjadi angka aktual maka menjadi koreksi negatif karena pemakaian aktual selalu lebih tinggi dari
standar. standar untuk kontrol dari proses produksi ke gudang barang jadi untuk kontrol cukai. Untuk
A

manajemen fee sudah Pemohon Banding sampaikan kontrak, invoice, dan pembayaran. Biaya bunga
pinjaman setelah Pemohon Banding lihat koreksi karena modal dasar yang belum dipenuhi. Menurut
NG

Pemohon Banding modal dasar hanyalah plafon dan tidak harus dipenuhi sesuai UU no 40 tentang
perseroan terbatas di pasal 32 disebutkan yaitu modal perseroan paling sedikit 50juta dan pasal 33
disebutkan paling sedikit 25% dari modal dasar harus ditempatkan dan harus disetor penuh. Sehingga
Pemohon Banding sudah memenuhi sesuai UU No 40 tersebut jadi tidak ada aturan yang mewajibkan
modal dasar harus dipenuhi semua;
PE

bahwa terkait dengan cukai jadi barang yang keluar dari proses produksi ke gudang barang jadi, jadi
barang jadi yang sudah dikemas. Pemakaian standar selalu lebih kecil dari actual karena dalam proses
produksi kemasan bisa rusak atau salah potong, salah lem. Jika dikoreksi Terbanding menggunakan
angka aktual maka akan menjadi koreksi negatif karena HPP akan bertambah besar karena angka
aktual selalu lebih besar dari standar;

Penjelasan Tertulis Pemohon Banding tanpa nomor tanggal 14 September 2017, dengan
penjelasan sebagai berikut:

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding sebesar Rp6.927.018.547,00 karena
pemohon banding telah melaporkan seluruh jumlah persediaan akhir barang jadi. Selisih tersebut
disebabkan adanya e-tiket yang rusak. Berikut Pemohon Banding berikan laporan terkait e-tiket rusak;

Laporan Etiket Rusak tiap bulan

Bulan Total (Bungkus)


Januari 101.366
Februari 77.101
Maret 93.624
April 129.001
Mei 165.027
Juni 133.271
Juli 103.945
Agustus 70.634
September 78.881
Oktober 78.675
November 69.810
Desember 77.768
Etiket Rusak 1.179.103

Pendapat akhir Pemohon Banding Nomor 01/JC/X/2017 tanggal 23 Oktober 2017, dengan
penjelasan sebagai berikut:

bahwa Terbanding melakukan koreksi atas harga pokok penjualan sebesar Rp6.927.018.547 dengan
dasar terdapat barang jadi berupa e-tiket yang belum dilaporkan;

K
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan pendapat Terbanding karena selisih persediaan jadi
berupa e-tiket sebesar 1.179.103 bungkus merupakan e-tiket yang rusak. Dokumen pendukung berupa

JA
Laporan Pemakaian Pengemas telah kami berikan ke Majelis. Berdasarkan Laporan Pemakaian
Pengemas, nilai aktual merupakan nilai e-tiket yang keluar dari gudang produksi untuk digunakan dalam
proses produksi sedangkan nilai standar merupakan nilai e-tiket yang keluar dari proses produksi ke
gudang barang jadi (jumlah produk rokok jadi). Nilai standar ini yang digunakan dalam perhitungan
PA
pembayaran cukai(form CK-4). Selisih antara nilai aktual dan standar sebesar 1.179.103 bungkus
merupakan jumlah e-tiket yang rusak dalam proses produksi, jumlah ini setara dengan 1,74% dari jumlah
e-tiket yang diproduksi. Nilai pemakaian e-tiket yang masuk dalam harga pokok produksi adalah
berdasarkan nilai aktual pemakaian e-tiket. Berikut tabel terkait jumlah e-tiket yang keluar dari gudang
produksi ke proses produksi selama tahun 2013 beserta jurnal atas pemakaian pengemas;
N

Bulan Jumlah Etiket Nilai Etiket


LA

(Bungkus) (Rupiah)
Januari 5.552.229 494.106.578
Februari 4.685.521 416.985.981
Maret 5.651.724 503.088.012
DI

April 6.446.159 574.495.396


Mei 7.258.907 660.980.975
Juni 8.121.001 722.787.638
A

Juli 4.578.250 430.659.901


Agustus 3.891.504 353.718.748
NG

September 4.872.661 447.669.713


Oktober 5.731.985 549.142.830
November 5.547.270 537.752.943
Desember 5.316.062 522.479.246
Total 67.653.273 6.213.867.971
PE

Bulan Etiket WIP Rokok di Selisih


Kemas bungkus
PHT/CK4
Jan 5.552.229 5.450.090 102.139
Feb 4.685.521 4.608.420 77.101
Mar 5.651.724 5.551.160 100.564
Apr 6.446.159 6.316.980 129.179
May 7.258.907 7.093.880 165.027
Jun 8.121.001 7.987.530 133.471
Jul 4.578.250 4.466.940 111.310
Aug 3.891.504 3.820.870 70.634
Sep 4.872.661 4.793.780 78.881
Oct 5.731.985 5.653.310 78.675
Nov 5.547.270 5.477.460 69.810
Dec 5.316.062 5.228.090 87.972
Subtotal 67.653.273 66.448.510 1.204.763
Etiket tidak u/diproduksi (25.660,00)
Etiket Rusak 1.179.103
Jurnal Terkait
HPP Pemakaian Etiket 6.213.867.971
WIP Pengemas di Produksi 6.213.867.971

Menurut Majelis:

bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis terhadap berkas banding diketahui, Terbanding melakukan
koreksi atas persediaan akhir barang jadi berdasarkan pengujian arus kemasan e-tiket (bungkus rokok)
dengan penjelasan sebagai berikut:

bahwa e-tiket yang dikirim (pengeluaran/pemakaian) dari bagian barang dalam proses sebanyak
67.627.613 bungkus, sehingga seharusnya rokok yang dibungkus/ber e-tiket dan telah dilekati pita cukai
adalah sama dengan barang jadi yang masuk pada bagian barang jadi yaitu sebanyak 67.627.613
bungkus atau 676.276,13 ball, sedangkan dalam kartu persediaan barang jadi tertera lebih sedikit yaitu
66.448.510 bungkus atau 664.485,10 ball dengan perincian sebagai berikut

K
Uraian Menurut Koreksi

JA
Pemohon Pemeriksa
Banding/SPT

Saldo Awal Barang Jadi

Barang Jadi diterima


18.871,60

664.485,10
PA 18.871,60

676.276,13 11.791,03

Barang Jadi tersedia 683.356,70 695.147,73 11.791,03


N
Barang Jadi di-vernite (439,6) (439,6)
LA

Barang Jadi tersedia 683.796,30 695.587,33 11.791,03

Barang Jadi dijual 672.982,61 672.982,61


DI

Saldo Akhir cfm. Pemeriksa 10.813,69 22,604,72 11.791,03

sehingga koreksi persediaan akhir adalah 11.791,03 ball dengan nilai sebesar:
A

11.791,03 ball X Rp587.482,06 = Rp6.927.018.593,92


NG

Catatan: Rp587.482,06 adalah harga per ball sesuai harga rata-rata persediaan barang jadi menurut
Pemohon Banding;

bahwa Harga Pokok Penjualan dikoreksi positif oleh Terbanding dengan rincian: Persediaan akhir
barang jadi dikoreksi positif sebesar Rp6.927.018.547,00 karena Pemohon Banding kurang melaporkan
PE

jumlah persediaan akhir barang jadi berdasarkan pemeriksaan dan pengujian pemakaian etiket dan
Pemeriksa menetapkan nilai persediaan akhir barang jadi per-bal berdasarkan nilai persediaan akhir
barang jadi rata-rata menurut Pemohon Banding;

bahwa Pemohon Banding tidak setuju koreksi Terbanding atas Harga Pokok Penjualann sebesar
Rp6.927.018.547,00 karena menurut Pemohon Banding:

 telah melaporkan seluruh jumlah persediaan akhir barang jadi. Terbanding tidak bisa menetapkan
jumlah persediaan akhir barang jadi hanya berdasarkan analisa pengujian arus etiket. Koreksi
Terbanding seharusnya berdasarkan bukti yang kuat, bukan hanya dari analisa;
 telah melaporkan seluruh jumlah persediaan akhir barang jadi. Selisih tersebut disebabkan adanya
etiket yang rusak. Pemohon Banding memiliki laporan terkait etiket rusak;

bahwa berdasarkan Laporan Pemakaian Pengemas, nilai aktual merupakan nilai etiket yang keluar dari
gudang produksi untuk digunakan dalam proses produksi sedangkan nilai standar merupakan nilai etiket
yang keluar dari proses produksi ke gudang barang jadi (jumlah produk rokok jadi). Nilai standar ini yang
digunakan dalam perhitungan pembayaran cukai (form CK-4). Selisih antara nilai aktual dan standar
sebesar 1.179.103 bungkus merupakan jumlah etiket yang rusak dalam proses produksi, jumlah ini
setara dengan 1,74% dari jumlah etiket yang diproduksi. Nilai pemakaian etiket yang masuk dalam harga
pokok produksi adalah berdasarkan nilai aktual pemakaian etiket. Berikut tabel terkait jumlah etiket yang
keluar dari gudang produksi ke proses produksi selama tahun 2013 beserta jurnal atas pemakaian
pengemas sebagai berikut:

Bulan Jumlah Etiket Nilai Etiket


(Bungkus) (Rupiah)
Januari 5.552.229 494.106.578
Februari 4.685.521 416.985.981
Maret 5.651.724 503.088.012
April 6.446.159 574.495.396
Mei 7.258.907 660.980.975
Juni 8.121.001 722.787.638
Juli 4.578.250 430.659.901
Agustus 3.891.504 353.718.748
September 4.872.661 447.669.713
Oktober 5.731.985 549.142.830

K
November 5.547.270 537.752.943
Desember 5.316.062 522.479.246

JA
Total 67.653.273 6.213.867.971

Bulan Etiket WIP Rokok di bungkus Selisih

Jan
Kemas
5.552.229
PA
PHT/CK4
5.450.090 102.139
Feb 4.685.521 4.608.420 77.101
Mar 5.651.724 5.551.160 100.564
Apr 6.446.159 6.316.980 129.179
N
May 7.258.907 7.093.880 165.027
Jun 8.121.001 7.987.530 133.471
LA

Jul 4.578.250 4.466.940 111.310


Aug 3.891.504 3.820.870 70.634
Sep 4.872.661 4.793.780 78.881
Oct 5.731.985 5.653.310 78.675
DI

Nov 5.547.270 5.477.460 69.810


Dec 5.316.062 5.228.090 87.972
Subtotal 67.653.273 66.448.510 1.204.763
A

Etiket tidak u/diproduksi (25.660,00)


Etiket Rusak 1.179.103
NG

bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyampaikan bahwa koreksi Terbanding tersebut
disebabkan adanya etiket yang rusak dan menyampaikan bukti berupa Laporan Pemakaian Pengemas.
Berdasarkan Laporan Pemakaian Pengemas diketahui data-data sebagai berikut:
PE

BuIan Janis Pemakaian Pemakaian Selisih


Pengemas Aktual Standar
Januari Win Mild 5.136.502 5.039.841 96.661
Win Mild Minti Ceta 414.954 410.249 4.705
Februari Win Mild 4.268.807 4.199.380 69.427
Win Mild Minti Ceta 416.714 409.040 7.674
Maret Win Mild 4.814.237 4,733.640 80.597
Win Mild Minti Ceta 830.547 817.520 13.027
April Win Mild 5.739,416 5.624.970 114.446
Win Mild Minti Ceta 698.429 686.710 11.719
Win Mild Premium 8.136 5.300 2.836
Mei Win Mild 6.616.558 6.497.900 118.658
Win Mild Minti Ceta 488.323 479.780 8.543
Win Mild Premium 154.026 116.200 37.826
Juni Win Mild 7.176.321 7.058.390 117.931
Win Mild Minti Ceta 944.480 929.140 15.340
kill Win Mild 3.742.296 3.666.660 75.636
Win Mild Minti Ceta 596.821 584.600 12.221
Win Mild Premium 231.768 215.680 16.088
Agustus Win Mild 2.845.944 2.797.670 48.274
Win Mild Minti Ceta 969.529 950.200 19.329
Win Mild Premium 76.031 73.000 3.031
September Win Mild 4.418.527 4.351.380 67.147
Win Mild Minti Ceta 309.773 302.200 7.573
Win Mild Premium 144.361 140.200 4.161
Oktober Win Mild 4.753.306 4.688.940 64.366
Win Mild Minti Ceta 893.894 880.510 13.384
Win Mild Premium 84.785 83.860 925
November Win Mild 5.136.363 5.072.120 64.243
Win Mild Minti Ceta 410.907 405.340 5.567
Desember Win Mild 4.825.607 4.752.130 73.477
Win Mild Minti Ceta 480.251 475.960 4.291
Jumlah 67.627.613 66.443.510 1.179.103

Jurnal Terkait

K
HPP Pemakaian Etiket 6.213.867.971
WIP Pengemas di Produksi 6.213.867.971

JA
bahwa menurut Terbanding berdasarkan data Laporan Pemakaian Pengemas yang disampaikan
Pemohon Banding dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut:
PA
1. Pemohon Banding menggunakan data pemakaian standar dalam melaporkan penggunaan e-
tiketnya, seharusnya Pemohon Banding menggunakan data pemakaian aktuainya;
2. Terbanding telah tepat menggunakan data pemakaian aktual daiam menghitung penggunaan e-tiket;
3. Bahwa selisih yang terjadi adalah perbedaan antara pemakaian standar dengan pemakaian aktual
dan bukan karena e-tiket yang rusak;
N

bahwa Pemohon Banding juga tidak pernah menunjukkan adanya bukti terkait e-tiket yang rusak,
ILA

dengan bukti-bukti berupa berita acara yang menyatakan adanya kerusakan e-tiket atau pun bukti lain.
Dengan demikian koreksi yang dilakukan Terbanding atas Harga Pokok Penjualan telah sesuai dengan
ketentuan perpajakan yang berlaku;

bahwa berdasarkan Laporan Pemakaian Pengemas dan penyelasan tentang nilai aktual dan nilai
AD

standar e-tiket (bungkus rokok) yang disampaikan oleh Pemohon Banding sebagaimana tersebut di atas,
maka dapat digambarkan sebagai berikut:

Barang Dalam Proses Barang Jadi


NG

e-tiket (bungkus rokok) e-tiket (bungkus rokok)


67.627.613 bungkus 66.448.510 bungkus
(Nilai Aktual) (Nilai Standar)
PE

bahwa koreksi positif Harga Pokok Penjualan sebesar Rp6.927.018.547,00 yang dilakukan oleh
Terbanding didasarkan pada koreksi persediaan akhir barang jadi yang didasarkan pada pengujian arus
kemasan e-tiket (bungkus rokok);

bahwa menurut Pemohon Banding, nilai standar merupakan nilai etiket yang keluar dari proses produksi
ke gudang barang jadi (jumlah produk rokok jadi) yang digunakan dalam perhitungan pembayaran cukai
(form CK-4);

bahwa koreksi yang dilakukan oleh Terbanding atas Harga Pokok Penjualan adalah bersumber dari
koreksi atas jumlah kuantitas Persediaan Akhir yang dilaporkan oleh Pemohon Banding di SPT
Pemohon Banding, yaitu Terbanding menilai Persediaan Barang Jadi pada akhir tahun, sebagai unsur
pengurang dalam menghitung besarnya Harga Pokok Penjual, kurang dilaporkan sebesar
Rp 6.927.018.547,00, sehingga Harga Pokok Penjualan terlalu tinggi (overstated) dilaporkan sejumlah
tersebut;

bahwa metodologi koreksi yang dilakukan Terbanding adalah berdasarkan pendekatan analisa pengujian
atas arus e-ticket (bungkus rokok), yaitu e-ticket yang dikirim dari bagian barang dalam proses
dibandingkan dengan pencatatan jumlah bungkus pada kartu persediaan barang jadi tanpa menelusuri
lebih lanjut penyebab terjadinya selisih e-ticket (bungkus rokok) yang dianalisis;
bahwa koreksi atas nilai dan kuantitas persediaan tidak didasarkan dan dikaitkan dengan pengujian
terhadap pembukuan atas persediaan yaitu pengujian atas pencatatan kuantitas persediaan seperti
menelusuri kepada dokumen dasar pencatatan seperti: hasil stock opname dan laporan produksi
harian dari Pemohon Banding;

bahwa Majelis menilai pendekatan koreksi yang dilakukan oleh Terbanding dengan hanya menganilisis
arus e-ticket (bungkus rokok) bukan meneliti dan menganalisa secara langsung terhadap arus
persediaan barang jadi, hanya sebatas pendekatan Metode Tidak Langsung bukan penggunaan Metode
Langsung sebagaimana disyaratkan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-65/PJ/2013
tentang Pedoman Penggunaan Metode dan Teknik Pemeriksaan;

bahwa menurut Majelis, koreksi atas Persediaan Barang Jadi dengan pendekatan analisi e-ticket yang
dilakukan Terbanding, bukan pembuktian yang kuat dan berakitan sebagaimana disebutkan dalam
Penjelasan Pasal 29 ayat (2) UU tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan:

“pendapat dan simpulan petugas Pemeriksa harus didasarkan pada bukti yang kuat dan berkaitan serta
berlandaskan ketentuan peraturan perundang-undangan”

K
bahwa terkait selisih e-ticket yang dipermasalahkan Terbanding, pada proses persidangan Pemohon

JA
Banding telah menyampaikan bukti-bukti adanya e-ticket yang rusak sesuai Laporan Pemakaian
Pengemas, yang dapat meyakinkan Majelis;

bahwa dengan demikian menurut Majelis dalam menentukan nilai Harga Pokok Penjualan adalah nilai
PA
standar, sehingga pendapat Terbanding bahwa nilai yang gunakan untuk menentukan Harga Pokok
Penjualan adalah nilai aktual, adalah tidak tepat;

bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, Majelis berkesimpulan koreksi positif Harga Pokok
Penjualan sebesar Rp6.927.018.547,00 tidak dapat dipertahankan;
N
LA
DI

1. Koreksi positif Pengurang Penghasilan Bruto sebesar Rp4.571.645.105,00

Menurut Terbanding:
A

bahwa atas koreksi biaya jasa yang diberikan kepada KT&G sebesar Rp1.538.318.950,00 Pemohon
NG

Banding menyatakan pihak KT&G nyata-nyata terlibat secara langsung dalam pelaksanaan dan
pengelolaan manajemen;

bahwa atas pernyataan tersebut Pemohon Banding tidak dapat memberikan bukti dan dokumen
pendukung yang dapat membuktikan pernyataan tersebut;
PE

bahwa atas pernyataan yang disampaikan oleh Pemohon Banding tersebut tidak dapat membuktikan
bahwa atas jasa manajemen telah diserahkan. Pernyataan bahwa ada personal yang datang ke tempat
usaha Pemohon Banding tidak dapat dibuktikan dengan dokumen berupa pasport dari orang asing
tersebut, bukti berupa KITAS, bukti berupa tiket dan akomodasi selama di Pasuruan. Seandainya orang
asing tersebut datang ke tempat Pemohon Banding, tidak ada dokumen yang menjelaskan siapa orang
tersebut, apa kedudukannya di Perusahaan KT&G Corporation, apa keahlianya, dan penjelasan lain
yang dibutuhkan;

bahwa demikian juga dengan pernyataan Pemohon Banding bahwa jasa diberikan melalui hubungan
telepon, bahwa komunikasi telepon tidak membuktikan bahwa jasa telah diserahkan, karena tidak dapat
ditunjukan siapa yang menelepon, apa jabatannya, siapa yang ditelepon, jabatan yang ditelepon, apa isi
pembicaraan dan komunikasi tersebut untuk kepentingan KT&G Corporation ataukah Pemohon
Banding;

bahwa disamping itu, apabila kedatangan orang asing tersebut dan hubungan komunikasi lewat telepon
tersebut dianggap sebagai jasa manajemen, tidak ada perhitungan yang jelas berapa yang harus
dibayar baik melalui kehadiran orang asing maupun melalui hubungan telepon sehingga tidak dapat
diketahui apakah pembayaran jasa manajemen yang dibayarkan kepada KT&G Corporation sebesar
Rp837.530.620,00 tersebut wajar dan lazim. Pemohon Banding tidak dapat menunjukan rincian
perhitungan jasa manajemen yang dibayarkan dan tidak dapat menunjukkan dari mana angka tersebut
didapatkan;

bahwa berdasarkan penjelasan di atas, keberatan Pemohon Banding atas koreksi positif biaya usaha
sehubungan dengan jasa tidak dapat diterima;

bahwa atas koreksi biaya iklan dan promosi yang dipersengketakan Pemohon Banding sebesar
Rp4.196.960.385,00 sebenarnya sebagian telah diakui oleh Pemeriksa setelah pembahasan akhir
dengan Pemeriksa sebagai berikut:

bahwa rincian koreksi Biaya Usaha pada saat SPHP:

No Uraian Menurut Koreksi


Pemohon Pemeriksa (Rp)
Banding/SPT (Rp)
(Rp)
1 Gaji, Upah, Bonus, Honorarium 3.107.492.234 3.107.492.234
2 Biaya Transportasi 3.106.695.051 3.106.695.051

K
3 Biaya Penyusutan dan Amortisasi 1.500.596.822 1.500.596.822
4 Biaya sehubungan dengan jasa 1.974.784.903 391.465.953 1.583.318.950

JA
5 Blaya Promosi 7.525.028.297 3.328.067.912 4.196.960.385
6 Biaya Lainnya 1.484.306.087 1.484.306.087
Jumlah 18.698.903.394 12.918.624.059 5.780.279.335

PA
bahwa rincian koreksi Biaya Usaha setelah pembahasan akhir:

No Uraian Menurut Koreksi


Pemohon Pemeriksa (Rp)
N
Banding/SPT (Rp)
(Rp)
1 Gaji, Upah, Bonus, Honorarium 3.107.492.234 3.107.492.234
LA

2 Biaya Transportasi 3.106.695.051 3.106.695.051


3 Biaya Penyusutan dan Amortisasi 1.500.596.822 1.500.596.822
4 Biaya sehubungan dengan jasa 1.974.784.903 391.465.953 1.583.318.950
DI

5 Blaya Promosi 7.525.028.297 4.536.702.142 2.988.326.155


6 Biaya Lainnya 1.484.306.087 1.484.306.087
A

Jumlah 18.698.903.394 14.127.258.289 4.571.645.105


NG

sehingga yang dipersengketakan seharusnya adalah sebagai berikut:


- koreksi Biaya Promosi pada saat SPHP 4.196.960.385
- koreksi Biaya Promosi setelah pembahasan akhir 2.988.326.155
Biaya Promosi yang diakui setelah pembahasan akhir 1.208.634.230
PE

bahwa atas koreksi biaya iklan dan promosi yang dipersengketakan Pemohon Banding atau masih
dipertahankan oleh Pemeriksa sebesar Rp2.988.326.155,00 Pemohon Banding belum menyampaikan
bukti atau dokumen yang mendukung biaya tersebut dapat diakui sebagai biaya yang boleh dikurangkan
pada penghasilan;

Penjelasan Terbanding dalam persidangan:

bahwa Terbanding melakukan koreksi biaya usaha lainnya karena dibayarkan kepada pihak yang
memiliki hubungan istimewa dengan Pemohon Banding.

bahwa atas biaya jasa yang diberikan kepada KT&G Pemohon Banding menyatakan pihak KT&G nyata-
nyata terlibat secara langsung dalam pelaksanaan dan pengelolaan manajemen;

bahwa atas pernyataan tersebut Pemohon Banding tidak dapat memberikan bukti dan dokumen
pendukung yang dapat membuktikan atas jasa manajemen tersebut telah diserahkan. Pernyataan
Pemohon Banding yang menyatakan ada orang asing yang datang ke tempat usaha Pemohon Banding
tidak dapat dibuktikan dengan dokumen berupa pasport dari orang asing tersebut, bukti KITAS, bukti
tiket dan akomodasi selama di Pasuruan. Seandainya orang asing tersebut datang ke tempat Pemohon
Banding, tidak ada dokumen yang menjelaskan siapa orang asing tersebut, apa kedudukannya di
Perusahaan KT&G Corporation, apa keahlianya, dan penjelasan lain yang dibutuhkan;

bahwa demikian juga dengan pernyataan Pemohon Banding yang menyatakan jasa diberikan melalui
hubungan telepon, komunikasi telepon tidak membuktikan jasa telah diserahkan, karena tidak dapat
ditunjukan siapa yang menelepon, apa jabatannya, siapa yang ditelepon, jabatan yang ditelepon, apa isi
pembicaraan dan komunikasi tersebut untuk kepentingan KT&G Corporation ataukah Pemohon
Banding;

bahwa apabila kedatangan orang asing dan hubungan komunikasi lewat telepon tersebut dianggap
sebagai jasa manajemen, tidak ada perhitungan yang jelas berapa yang harus dibayar baik melalui
kehadiran orang asing maupun melalui hubungan telepon, sehingga tidak dapat diketahui apakah
pembayaran jasa manajemen yang dibayarkan kepada KT&G Corporation tersebut wajar dan lazim.
Pemohon Banding tidak dapat menunjukan rincian perhitungan jasa manajemen yang dibayarkan dan
tidak dapat menunjukkan dari mana angka tersebut didapatkan;

bahwa di agreement disebutkan biaya-biaya apa saja yang masuk management support dan service
agreement, di article 3 disebutkan yaitu jasa berupa manajemen fee sebanyak 8 kategori di atas akan
diberikan akan diberikan oleh KT&G (provider) kepada Pemohon Banding atas permintaan dari

K
requester (Pemohon Banding). Dasar hukum Terbanding Pasal 14 PER-232 tahun 2011. Terkait
pembayaran manajemen fee oleh Pemohon Banding kepada KT&G dan atau transaksi tersebut dapat

JA
memenuhi prinsip kewajaran dan kelaziman usaha maka Pemohon Banding harus dapat membuktikan
hal-hal sebagai berikut: menunjukkan dengan bukti-bukti bahwa penyerahan atau perolehan jasa benar-
benar terjadi, buktikan transaksi tersebut jika dilakukan dengan pihak independen maka pihak
independen akan bersedia membayar jasa yang diberikan (willing to pay), buktikan bahwa perolehan
PA
atas jasa tersebut memberikan manfaat ekonomis atau komersial ke Pemohon Banding;

bahwa pada saat pemeriksaan, keberatan dan persidangan Pemohon Banding menyatakan bahwa
pemberian jasa dari KT&G dilakukan permintaan melalui telpon atau lisan dan tidak ada bukti
pendukung lainnya sehingga dalam sidang Pemohon Banding tetap tidak bisa membuktikan pemberian
N
jasa benar terjadi, ada pihak independen lain yang bersedia membayar penyerahan atau perolehan
tersebut yang sejenis, ada manfaat ekonomis/komersial yang diterima Pemohon Banding dari jasa
LA

tersebut. Berdasarkan fakta Pemohon Banding dan KT&G mempunyai hubungan istimewa sehingga
transaksi ini tidak memenuhi prinsip kewajaran dan kelaziman usaha, sehingga menurut Terbanding
koreksi ini telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
Penjelasan Tertulis Terbanding Nomor S-6114/PJ.07/2017 tanggal 4 Oktober 2017, dengan
DI

penjelasan sebagai berikut:

Sengketa Koreksi Biaya Usaha Lainnya atas Manajemen Fee sebesar Rp1.583.318.950,00
A

a. Terbanding melakukan koreksi atas Biaya Usaha Lainnya atas pembayaran manajemen fee kepada
NG

pihak KT&G, dimana pihak KT&G tidak ikut serta secara langsung dalam pelaksanaan atau
pengelolaan manajemen. Dalam proses pemeriksaan, Pernohon Banding tidak pernah dapat
membuktikan bahwa pihak KT&G pernah melakukan kegiatan manajemen di tempat/di kantor
Pemohon Banding;
b. Berdasarkan "Management Support Service Agreement" antara Pemohon Banding dengan KT&G
PE

Corporation, diketahui hal-hal sebagai berikut:

1) Dalam article 3 disebutkan mengenai ruang lingkup pemberian Jasa, yaitu Jasa akan diberikan
oleh Provider (KT&G) atas permintaan dari Requestor (Pemohon Banding) adalah yang berkaitan
dengan biaya dan beban yang timbul dari:
i. Conduct accounting, taxation and provide advice on cash-flow;
ii. Support product purchasing and set up of manufacturing facilities;
iii. Conduct training of local staff;
iv. Provide consultation on purchase/supply of raw material;
v. Support adcertisement and promotion;
vi. Maintain and repair tangible assets (building, equipment);
vii. Establish/maintain/repair computer system of the Requestor inquired to be intalled by the
Provider;
iix. Conduct various advisory/supporting tasks related to the corporation management in
Indonesian business operation;

2) Dalam article 3 agreement disebutkan bahwa Jasa berupa Management Fee sebanyak 8 kategori
sebagaimana disebutkan di atas akan diberikan oleh Provider (KT&G) kepada Requestor
(Pemohon Banding) atas dasar permintaan dari Requestor;
c. Pasal 14 PER-32/PJ/2011 mengatur bahwa:
Ayat (1) Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha atas transaksi jasa yang
dilakukan antara Wajib Pajak dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa.
Ayat (2) Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap memenuhi
Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha sepanjang memenuhi ketentuan:
a. penyerahan atau perolehan jasa benar-benar terjadi;
b. nilai transaksi jasa antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa sama
dengan nilai transaksi jasa yang dilakukan antara pihak¬pihak yang tidak mempunyai
Hubungan Istimeyva yang mempunyai kondisi yang sebanding, atau yang dilakukan
sendiri oleh Wajib Pajak untuk keperluannya;

Ayat (3) Penyerahan atau peroleh jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dianggap
benar-benar terjadi apabila terdapat manfaat ekonomis atau komersial yang dapat
menambah nilai atas penyerahan atau perolehan jasa dimaksud;
Ayat (5) Transaksi jasa antara Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai Hubungan lstimewa
dianggap tidak memenuhi Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam hal transaksi
jasa terjadi hanya karena terdapat kepemilikan perusahaan induk pada salah satu atau

K
beberapa perusahaan yang berada dalam satu kelompok usaha.

JA
d. Bahwa berdasarkan ketentuan perpajakan maka terkait pembayaran management fee yang dilakukan
Pemohon Banding kepada KT&G agar transaksi jasa tersebut dapat memenuhi Prinsip Kewajaran
dan Kelaziman Usaha maka Pemohon Banding harus dapat membuktikan hal-hal sebagai berikut:

terjadi;
PA
1) Menunjukkan dengan bukti-bukti bahwa penyerahan atau perolehan jasa tersebut benar-benar

2) Membuktikan bahwa transaksi tersebut jika dilakukan dengan pihak independen maka pihak
independen akan bersedia membayar jasa yang diberikan (willing to pay);
3) Membuktikan bahwa penyerahan atau perolehan jasa tersebut memberikan manfaat ekonomis
N
atau komersial bagi Pernohon Banding;

e. Pemohon Banding dalam proses pemeriksaan, keberatan, dan banding hanya menyampaikan bahwa
LA

pemberian jasa yang diberikan oleh KT&G dilakukan melalui telepon secara lisan dan tidak ada bukti-
bukti pendukung yang lain;
f. Berdasarkan data-data dan pemlouktian di dalam persidangan, Pemohon Banding juga tetap tidak
DI

dapat menunjukkan bukti-bukti bahwa:


 penyerahan atau perolehan jasa tersebut benar-benar terjadi;
 ada pihak independen lain yang bersedia membayar penyerahan atau perolehan jasa tersebut
A

yang sejenis (prinsip willingnes to pay), dan


 manfaat secara ekonomis atau komersial atas penyerahan atau perolehan jasa yang diterima;
NG

g. Berdasarkan agreement juga disampaikan hal-hal sebagai berikut:


 "...Jasa akan diberikan oleh Provider (KT&G) atas permintaan dari Requestor...";
 berdasarkan ruang lingkup Jasa yang disediakan, terdapat 8 kriteria Jasa yang akan diberikan oleh
Provider (KT&G) kepada Pemohon Banding;
PE

h. Dalam proses pemeriksaan, keberatan dan banding Pemohon Banding juga tidak dapat menunjukkan
bukti-bukti yaitu:
 Tidak adanya bukti permintaan kebutuhan akan Jasa yang dibutuhkan sebagaimana dtsebutkan
dalam agreement dari Pemohon Banding kepada Provider (KT&G);
 Tidak adanya bukti-bukti atas jasa-jasa apa saja yang telah diberikan oleh KT&G,

i. Berdasarkan Pasal 12 ayat (5) PER-32/PJ/2011 dan fakta-fakta yang ada, maka transaksi jasa antara
Pemohon Banding dengan KT&G yang mempunyai Hubungan lstimewa merupakan transaksi yang
tidak memenuhi Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha;

j. Dengan demikian karena transaksi jasa antara Pemohon Banding dengan KT&G merupakan
transaksi yang tidak memenuhi Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha maka koreksi yang
dilakukan Terbanding telah sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku;

Menurut Pemohon Banding:

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreks Terbanding sebesa Rp1.583.318.950,00 karena
pihak KT&G secara nyata – nyata terlibat secara langsung dalam pelaksanaan atau pengelolaan
manajemen;

bahwa Pemohon Banding tidak setuju sebagian atas koreksi Terbanding atas Biaya Iklan dan Promosi
sebesar Rp4.196.960.385,00 dengan perincian sebagai berikut:
- Merupakan Biaya Iklan dan Promosi yang didukung oleh Surat Kesepakatan Kerjasama Partisipasi
(SKKP), sebesar Rp1.225.750.000,00
- Merupakan Biaya Iklan dan Promosi yang merupakan Biaya Tahun 2013, sebesar Rp160.000.000,00
(Bukti berupa Faktur Pajak telah Pemohon Banding serahkan kepada Pemeriksa)
- Merupakan Biaya Iklan dan Promosi yang penjualannya tidak melalui PT Nusantara Indah Makmur,
sebesar Rp34.300.000,00
- Merupakan Biaya Iklan dan Promosi yang sudah Pemohon Banding koreksi fiskal, sebesar
Rp110.671.943,00
- Merupakan Biaya Iklan dan Promosi yang sudah Pemohon Banding cantumkan di dalam daftar
nominative, sebesar Rp1.524.113.278,00
- Merupakan Biaya Iklan dan Promosi yang didukung oleh perjanjian kontrak, sebesar
Rp900.000.000,00

K
Penjelasan Pemohon Banding dalam persidangan:

JA
bahwa berdasarkan management support service agreement halaman 2 pasal 3 tertulis KT&G
membantu di bidang akunting, cash flow, training, promosi, iklan, konsultasi pembelian bahan baku
article 31;

PA
bahwa Terbanding menyatakan untuk jasa manajemen perlu ada permintaan terlebih dahulu dari
Pemohon Banding, untuk memberikan jasa semua sudah tertuang di perjanjian sehingga tidak perlu ada
PO terlebih dahulu. Bukti eksistensi secara tertulis tidak ada karena pembuktian eksistensi jasa tidak
seperti barang, tidak ada aturan yang mengatakan untuk jasa harus ada bukti tertulisnya;
N
Penjelasan Tertulis Pemohon Banding tanpa nomor tanggal 14 September 2017, dengan
penjelasan sebagai berikut:
LA

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding sebesar Rp1.583.318.950,00 karena
pihak KT&G secara nyata – nyata terlibat secara langsung dalam pelaksanaan atau pengelolaan
manajemen;
DI

bahwa Pemohon Banding melampirkan fotokopi perjanjian dan bukti pembayaran ke KT&G;
A

Pendapat akhir Pemohon Banding Nomor 01/JC/X/2017 tanggal 23 Oktober 2017, dengan
penjelasan sebagai berikut:
NG

Koreksi Manajemen Fee sebesar Rp1.583.318.950

bahwa Terbanding melakukan koreksi atas biaya manajemen fee karena pemohon banding tidak dapat
menunjukkan bukti atau dokumen yang menyatakan bahwa pihak KT&G telah benar-benar terlibat
PE

secara langsung dalam pelaksanaan atau pengelolaan manajemen;

bahwa menurut Pemohon Banding, biaya manajemen tersebut biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh
Pemohon Banding untuk mendukung manajemen perusahaan, Hal ini didukung oleh perjanjian kontrak
jasa manajemen dan invoice pembayaran yang diberikan pada saat sidang sengketa banding. Dalam
perjanjian jasa dukungan manajemen, salah satu ruang lingkup jasa adalah pemberian saran mengenai
arus kas, pemberian konsultasi pada pembelian/pemasokan bahan baku;

Menurut Majelis:

bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis terhadap berkas banding diketahui bahwa koreksi positif
Pengurang Penghasilan Bruto sebesar Rp4.571.645.105,00 terdiri dari:

1. Koreksi positif biaya sehubungan dengan jasa sebesar Rp1.583.318.950,00


2. Koreksi positif biaya promosi sebesar Rp2.988.326.155,00

1. Koreksi positif biaya sehubungan dengan jasa sebesar Rp1.583.318.950,00

bahwa Terbanding melakukan koreksi atas Biaya sehubungan dengan jasa berupa Manajemen Fee
sebesar Rp1.583.318.950,00 didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:

a. bahwa Terbanding melakukan koreksi atas Biaya Usaha Lainnya atas pembayaran manajemen fee
kepada pihak KT&G, dimana pihak KT&G tidak ikut serta secara langsung dalam pelaksanaan atau
pengelolaan manajemen. Dalam proses pemeriksaan, Pemohon Banding tidak pernah dapat
membuktikan bahwa pihak KT&G pernah melakukan kegiatan manajemen di tempat/ i kantor
Pemohon Banding;

b. bahwa berdasarkan "Management Support Service Agreement" antara Pemohon Banding dengan
KT&G Corporation, diketahui hal-hal sebagai berikut:
1) Dalam article 3 disebutkan mengenai ruang lingkup pemberian Jasa, yaitu Jasa akan diberikan
oleh Provider (KT&G) atas permintaan dari Requestor (Pemohon Banding) adalah yang berkaitan
dengan biaya dan beban yang timbul dari:
i. Conduct accounting, taxation and provide advice on cash-flow;
ii. Support product purchasing and set up of manufacturing facilities;
iii. Conduct training of local staff;
iv. Provide consultation on purchase /supply of raw material;
v. Support adcertisement and promotion;

K
vi. Maintain and repair tangible assets (building, equipment);

JA
vii. Establish / maintain / repair computer system of the Requestor inquired to be intalled by the
Provider;
iix. Conduct various advisory / supporting tasks related to the corporation management in
Indonesian business operation;
PA
2) Dalam article 3 agreement disebutkan bahwa Jasa berupa Management Fee sebanyak 8 kategori
sebagaimana disebutkan di atas akan diberikan oleh Provider (KT&G) kepada Requestor
(Pemohon Banding) atas dasar permintaan dari Requestor;

c. bahwa Pasal 14 PER-32/PJ/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
N
PER-43/PJ./2010 Tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi
Antara Wajib Pajak Dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa mengatur bahwa:
LA

(1). Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha wajib diterapkan atas transaksi jasa yang dilakukan
antara Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa.
(2). Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap memenuhi Prinsip Kewajaran dan
DI

Kelaziman Usaha sepanjang memenuhi ketentuan:


a. penyerahan atau perolehan jasa benar-benar terjadi;
b. nilai transaksi jasa antara pihak-pihak yang mempunyai mempunyai Hubungan Istimewa
sama dengan nilai transaksi jasa yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai
A

Hubungan Istimewa yang mempunyai kondisi yang sebanding, atau yang dilakukan sendiri
oleh Wajib Pajak untuk keperluannya;
NG

(3). Penyerahan atau perolehan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dianggap benar-
benar terjadi apabila terdapat manfaat ekonomis atau komersial yang dapat menambah nilai atas
penyerahan atau perolehan jasa dimaksud.
(4). Dalam menentukan nilai transaksi jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b harus
PE

diterapkan melalui Analisis Kesebandingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5,


Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9 dan Pasal 10.
(5). Transaksi jasa antara Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa dianggap
tidak memenuhi Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam hal transaksi jasa terjadi hanya
karena terdapat kepemilikan perusahaan induk pada salah satu atau beberapa perusahaan yang
berada dalam satu kelompok usaha.
(6). Transaksi jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (5) termasuk biaya atau pengeluaran yang
terjadi sehubungan dengan:
a. kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan induk, seperti rapat pemegang saham perusahaan
induk, penerbitan saham oleh perusahaan induk, dan biaya pengurus perusahaan induk;
b. kewajiban pelaporan perusahaan induk, termasuk laporan keuangan konsolidasi
perusahaan induk, kecuali terdapat bukti mengenai adanya manfaat yang terukur yang
dinikmati oleh Wajib Pajak;
c. perolehan dana/modal yang dipergunakan untuk pengambilalihan kepemilikan perusahaan
dalam kelompok usaha, kecuali pengambilalihan tersebut dilakukan oleh Wajib Pajak dan
manfaatnya dinikmati oleh Wajib Pajak.

d. bahwa berdasarkan ketentuan perpajakan maka terkait pembayaran management fee yang dilakukan
Pemohon Banding kepada KT&G agar transaksi jasa tersebut dapat memenuhi Prinsip Kewajaran
dan Kelaziman Usaha maka Pemohon Banding harus dapat membuktikan hal-hal sebagai berikut:
1) Menunjukkan dengan bukti-bukti bahwa penyerahan atau perolehan jasa tersebut benar-benar
terjadi;
2) Membuktikan bahwa transaksi tersebut jika dilakukan dengan pihak independen maka pihak
independen akan bersedia membayar jasa yang diberikan (willing to pay);
3) Membuktikan bahwa penyerahan atau perolehan jasa tersebut memberikan manfaat ekonomis
atau komersial bagi Pernohon Banding;

e. bahwa Pemohon Banding dalam proses pemeriksaan, keberatan, dan banding hanya menyampaikan
bahwa pemberian jasa yang diberikan oleh KT&G dilakukan melalui telepon secara lisan dan tidak
ada bukti-bukti pendukung yang lain;

f. bahwa berdasarkan data dan pembuktian di dalam persidangan, Pemohon Banding juga tetap tidak
dapat menunjukkan bukti-bukti bahwa:
 penyerahan atau perolehan jasa tersebut benar-benar terjadi;
 ada pihak independen lain yang bersedia membayar penyerahan atau perolehan jasa tersebut
yang sejenis (prinsip willingnes to pay), dan
 manfaat secara ekonomis atau komersial atas penyerahan atau perolehan jasa yang diterima;

K
JA
g. bahwa berdasarkan agreement juga disampaikan hal-hal sebagai berikut:
 "...Jasa akan diberikan oleh Provider (KT&G) atas permintaan dari Requestor...";
 berdasarkan ruang lingkup Jasa yang disediakan, terdapat 8 kriteria Jasa yang akan diberikan
oleh Provider (KT&G) kepada Pemohon Banding;
PA
h. Dalam proses pemeriksaan, keberatan dan banding Pemohon Banding juga tidak dapat
menunjukkan bukti-bukti yaitu:
 Tidak adanya bukti permintaan kebutuhan akan jasa yang dibutuhkan sebagaimana disebutkan
dalam agreement dari Pemohon Banding kepada Provider (KT&G);
N
 Tidak adanya bukti-bukti atas jasa-jasa apa saja yang telah diberikan oleh KT&G,
LA

i. bahwa berdasarkan Pasal 14 ayat (5) PER-32/PJ/2011 dan fakta-fakta yang ada, maka transaksi
jasa antara Pemohon Banding dengan KT&G yang mempunyai Hubungan lstimewa merupakan
transaksi yang tidak memenuhi Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha;
DI

j. bahwa dengan demikian karena transaksi jasa antara Pemohon Banding dengan KT&G merupakan
transaksi yang tidak memenuhi Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha maka koreksi yang
dilakukan Terbanding telah sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku;
A

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding sebagaimana tersebut di atas, karena
NG

menurut Pemohon Banding biaya manajemen tersebut biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh
Pemohon Banding untuk mendukung manajemen perusahaan. Hal ini didukung oleh perjanjian kontrak
jasa manajemen dan invoice pembayaran yang diberikan pada saat sidang banding. Dalam perjanjian
jasa dukungan manajemen, salah satu ruang lingkup jasa adalah pemberian saran mengenai arus kas,
pemberian konsultasi pada pembelian/ pemasokan bahan baku;
PE

bahwa berdasarkan data dan fakta yang disampaikan Terbanding dan Pemohon Banding sebagaimana
tersebut di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. bahwa berdasarkan "Management Support Service Agreement" antara Pemohon Banding dengan
KT&G Corporation, KT&G Corporation akan memberikan 8 kategori jasa manajemen sebagaimana
tersebut pada article 3 agreement terebut kepada Pemohon Banding;
2. bahwa dalam article 3 agreement disebutkan bahwa Jasa berupa Management Fee sebanyak 8
kategori sebagaimana disebutkan di atas akan diberikan oleh Provider (KT&G) kepada Requestor
(Pemohon Banding) atas dasar permintaan dari Requestor;
3. bahwa menurut Terbanding berdasarkan Pasal 14 ayat (5) PER-32/PJ/2011 dan fakta-fakta yang
ada, maka transaksi jasa antara Pemohon Banding dengan KT&G yang mempunyai Hubungan
lstimewa merupakan transaksi yang tidak memenuhi Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha,
karena Pemohon Banding tidak pernah dapat membuktikan adanya permintaan dari Pemohon
Banding dan pihak KT&G pernah melakukan kegiatan manajemen di tempat/di kantor Pemohon
Banding;
4. bahwa Pemohon Banding dalam proses pemeriksaan, keberatan, dan banding hanya menyampaikan
bahwa pemberian jasa yang diberikan oleh KT&G dilakukan melalui telepon secara lisan dan tidak
ada bukti-bukti pendukung yang lain;
bahwa berdasarkan kesimpulan sebagaimana tersebut di atas, diketahui bahwa pemberian jasa oleh
KT&G kepada Pemohon Banding dilakukan melalui telpon secara lisan dan tidak ada bukti pendukung
yang lainnya;

bahwa Majelis berpendapat dengan kemajuan teknologi di bidang informatika saat ini komunikasi secara
lisan melalui telpon dapat dibuktikan dengan meminta transkrip pembicaraan melalui telpon kepada
pihak provider/penyelanggara komunikasi;

bahwa dalam persidangan Pemohon Banding tidak dapat menyerahkan bukti-bukti yang dapat
membuktikan pemberian jasa oleh KT&G kepada Pemohon Banding dilakukan melalui telpon secara
lisan;

bahwa Majelis berpendapat, kontrak dan invoice yang disampaikan Pemohon Banding dalam
persidangan tanpa disertai bukti dokumentasi permintaan dan realisasi pelaksanaan jasa manajemen,
belum menunjukkan bukti konkrit yag cukup atas eksistensi atau realisasi jasa manajemen yang diterima
oleh Pemohon Banding dari KT&G;

bahwa dengan demikian Majelis berpendapat positif Biaya sehubungan dengan jasa berupa Manajemen

K
Fee sebesar Rp1.583.318.950,00 yang dilakukan oleh Terbanding sudah tepat;

JA
bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, Majelis berkesimpulan koreksi positif biaya sehubungan
dengan jasa sebesar Rp1.583.318.950,00 tetap dipertahankan;

2. Koreksi positif biaya promosi sebesar Rp2.988.326.155,00


PA
bahwa atas koreksi positif biaya positif promosi sebesar Rp2.988.326.155,00, berdasarkan pemeriksaan
Majelis terhadap berkas banding diketahui pada saat proses keberatan atas koreksi tersebut Pemohon
Banding tidak mengajukan keberatan;
N
bahwa Pasal 31 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak mengatur:
LA

Pengadilan Pajak dalam hal Banding hanya memeriksa dan memutus sengketa atas keputusan
keberatan kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

bahwa berdasarkan ketentuan tersebut Majelis berpendapat koreksi positif biaya promosi sebesar
DI

Rp2.988.326.155,00 bukan merupakan objek sengketa dalam banding ini;

bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, Majelis berkesimpulan koreksi positif biaya promosi sebesar
A

Rp2.988.326.155,00 tetap dipertahankan;


NG

2. Koreksi positif Biaya dari Luar Usaha sebesar Rp2.328.789.525,00

Menurut Terbanding:
PE

bahwa menurut Pemohon Banding bahwa transaksi bisnis yang wajar yang tidak dipengaruhi hubungan
istimewa, pinjaman keuangan harus dikenakan bunga dimana PP 94 tahun 2010 Pasal 12 ayat (1)
menyatakan bahwa pinjaman tanpa bunga dari pemegang saham diterima Pemohon Banding berbentuk
Perseroan Terbatas tidak diperkenankan karena Pemohon Banding tidak memenuhi syarat tersebut yaitu
pemegang saham belum menyetor seluruh modal dasar;

bahwa Pemeriksa mendasarkan koreksi pada penjelasan Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Pajak
Penghasilan yaitu, apabila terdapat penyertaan modal sebagai utang maka Direktur Jenderal Pajak
dapat menetukan utang senagai modal perusahaan. Dengan demikian utang tersebut sebagai
penyertaan modal tidak diperbolehkan untuk dikurangkan;

bahwa Terbanding meyakini alasan Pemeriksa yang telah sesuai peraturan perpajakan yang berlaku
yaitu Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang PPh terlebih Pemohon Banding tidak memberikan bukti
pendukung seperti Perjanjian utang piutang antara pemegang saham dan perusahaan mengingat
transaksi tersebut dilakukan oleh badan hukum yang berbentuk Perseroan terbatas yang menyebabkan
peristiwa hukum, sehingga harus dinyatakan atau dituangkan dalam akta atau bukti perjanjian tertulis
yang dilegalkan oleh pihak berwenang dalam hal ini notaris;

Penjelasan Terbanding dalam persidangan:


bahwa Terbanding melakukan koreksi atas biaya dari luar usaha (biaya bunga) karena terdapat
penyertaan modal yang belum disetor penuh oleh pemegang saham;

bahwa berdasarkan Pasal 18 ayat 3 UU PPh menjelaskan bahwa Terbanding berwenang untuk
menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan dan menentukan hutang sebagai modal.
Faktanya modal yang baru disetor baru 25%;

bahwa sesuai dengan UU Perseroan Terbatas modal disetor minimal 25%, dalam hal ini pemegang
saham memberikan pinjaman dengan memungut bunga tertentu. Terbanding berwenang
mempertanyakan mengapa pemegang saham memberikan uangnya dalam bentuk utang bukan modal
karena belum 100% disetor, sehingga Terbanding menghitung kembali pinjaman tersebut sebagai
modal;

bahwa rincian perhitungan Terbanding di LPP modal dasar 40 Milyar, modal yang ditempatkan dan
disetor 11,680 Milyar. Di LPP penghitungan bunga yaitu modal dasar 40 Milyar dikurangi modal disetor
sisanya 28 Milyar lalu ada pinjaman hutangnya 123 Milyar jadi dikurangi 28 Milyar menjadi 94 Milyar.
Modal dasar 40 Milyar yang baru disetor 11 Milyar. Pemegang saham ada 2 yaitu Tirtasari 93,15% dan
Santoso 6,85%, dari 11,6 Milyar maka Tirtasari bagiannya 10,8 Milyar dan Santoso 0,8 Milyar. Jadi 10,8

K
Milyar sudah lunas. Kekurangannya dari 40 Milyar baru disetor 10 Milyar artinya Pemohon Banding
meminjam dari Tirtasari sebesar 123 Milyar;

JA
bahwa modal dasar harus disetor wajib karena tujuan perusahaan pasti tertuang di akta dan di ADRT
pasti ada tertuang kewajiban menyetorkan sisa modal yang harus disetor. Sesuai UU PT minimal modal
disetor minimal 25%, terkait tujuan usaha mencari laba dan mengembangkan usahanya. Pemohon
PA
Banding ini mengapa tidak memenuhi dulu modalnya yang 75% dulu mengapa memberikan pinjaman
padahal jumlahnya jauh lebih besar dari jumlah modal yang seharusnya disetor itu;

Penjelasan Tertulis Terbanding Nomor S-6114/PJ.07/2017 tanggal 4 Oktober 2017, dengan


penjelasan sebagai berikut:
N

bahwa Terbanding melakukan koreksi atas Biaya Bunga Pinjaman dengan penjelasan koreksi adalah
LA

sebagai berikut:

Modal dasar Pemohon Banding Rp 40.000,000.000


Modal disetor & ditempatkan Rp 11.680.000.000
DI

Modal yang belum disetor Rp 28.320.000.000

Jumlah Pinjaman/Utang Rp123,000.000.000


A

Utang Kepada pemegang saham Rp 94.680.000.000


NG

Prosentase Utang kepada pemegang saham 76,98%

Jumlah biaya bunga cfm SPT WP Rp 10.116.375.000


Biaya bunga yg boleh dibiayakan Rp 7.787.585.475
76,98% x Rp10.116.375.000 Rp 2.328.789.525
PE

Biaya bunga yang tidak boleh dibiayakan

*) prosentase utang kepada pemegang saham


Rp 94.680.000,000 x 100% = 76,98%
Rp123.000.000.000

bahwa pihak yang memberikan pinjaman adalah PT. TPM yang memiliki 93,15% kepemilikan saham
pada Pemohon Banding. Dengan demikian, transaksi pinjam meminjam ini dilakukan Pemohon Banding
dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa;

bahwa Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur bahwa, "Direktur Jenderal Pajak
berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang
sebagai modal untuk menahitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunvai
hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang
tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa dengan menggunakan metode perbandingan harga antara
pihak yang independen, metode harga penjualan kembali, metode biaya-plus, atau metode lainnya;

bahwa sesuai dengan kewenangan yang diberikan Undang-Undang, maka Terbanding berwenang untuk
menentukan kembali besarnya utang sebagai modal untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena
Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa;
bahwa Berdasarkan penelitian Terbanding, Modal Dasar Pemohon Banding adalah sebesar
Rp4.000.000,00 dan Modal yang sudah Disetor dan Ditempatkan adalah sebesar Rp11.680.000.000,00.
Dengan demikian masih terdapat Modal yang Belum Disetor sebesar Rp28,320.000.000,00;

bahwa sesuai dengan kewenangan yang diberikan dalam Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Pajak
Penghasilan maka Terbanding menentukan kembali besarnya utang sebagai modal untuk menghitung
besamya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa;

bahwa pinjaman kepada pemegang saham semula adalah sebesar Rp123.000.000,000,00 Terbanding
hitung kembali menjadi Rp94.680.000.000,00 (yaitu dari Rp123.000.000.000,00 dikurangi
Rp28.320.000.000,00);

bahwa dalam alasan yang disampaikan Pemohon Banding dalam permohonan bandingnya Pemohon
Banding menyatakan sesuai transaksi bisnis yang wajar yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa
maka pinjaman keuangan harus .dikenakan bunga. Pemohon Banding juga menyampaikan bahwa pihak
pemberi pinjaman pada tahun fiskal 2013 dalam keadaan merugi dan juga karena dana berasal dari
pihak lain maka pinjaman ini harus dikenakan bunga yang wajar sesuai Pasal 12 ayat (1) PP Nomor 94

K
Tahun 2010;

JA
Tanggapan Terbanding

bahwa Terbanding berdasarkan kewenangan Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Pajak Penghasilan
menentukan kembali besarnya utang sebagai modal untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena
PA
Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa;

bahwa koreksi yang dilakukan Terbanding adalah untuk menentukan kembali besarnya utang sebagai
modal karena pihak yang memberikan pinjaman yang merupakan pemegang sahann belum
menyetorkan seluruh modal yang seharusnya disetorkan;
N

bahwa alasan banding yang disampaikan oleh Pemohon Banding yaitu Pasal 12 ayat (1) PP Nomor 94
LA

Tahun 2010 adalah tidak relevan dengan koreksi yang dilakukan Terbanding karena:
a) Terbanding hanya menghitung kembali besarnya utang sebagai modal dan bukan menghitung
kewajaran tingkat bunga pinjaman;
b) Atas pemberian pinjaman yang tetap merupakan bagian dari pinjaman tidak Terbanding lakukan
DI

koreksi atas pembebanan biaya bunganya;

bahwa dengan demikian koreksi Terbanding berdasarkan Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Pajak
A

Penghasilan dalam menentukan kembali besarnya utang sebagai modal untuk menghitung besarnya
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa telah sesuai dengan
NG

ketentuan perpajakan yang berlaku;

Menurut Pemohon Banding:


PE

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan pihak Terbanding karena sesuai dengan transaksi bisnis
yang wajar yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa, pinjaman keuangan harus dikenakan bunga,
selain itu Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 Pasal 12 ayat (1) yang menyatakan bahwa
“Pinjaman tanpa bunga dari pemegang saham yang diterima oleh Wajib Pajak berbentuk perseroan
terbatas diperkenankan” apabila:
a. Pinjaman tersebut berasal dari dana milik pemegang saham itu sendiri dan bukan berasal dari pihak
lain;
b. Modal yang seharusnya disetor oleh pemegang saham pemberi pinjaman telah disetor seluruhnya;
c. Pemegang saham pemberi pinjaman tidak dalam keadaan merugi; dan
d. Perseroan terbatas penerima pinjaman sedang mangalami kesulitan keuangan untuk kelangsungan
usahanya.

bahwa dalam hal ini pemegang saham belum menyetor seluruh modal dasar, maka atas pinjaman ini
harus dikenakan bunga sesuai dengan transaksi bisnis yang wajar, pinjaman keuangan harus dikenakan
bunga;

Penjelasan Pemohon Banding dalam persidangan:

bahwa modal terdiri dari modal dasar, modal yang ditempatkan dan disetorkan penuh. Modal
ditempatkan itu minimal 25% dari modal dasar. Itu sudah dipenuhi. Modal dasar Pemohon Banding 40
Milyar dan modal yang ditempatkan 11,680 Milyar itu sudah penuh;

Penjelasan Tertulis Pemohon Banding tanpa nomor tanggal 14 September 2017, dengan
penjelasan sebagai berikut:

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi pihak Terbanding sebesar Rp2.328.789.525
karena sesuai dengan transaksi bisnis yang wajar yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa, pinjaman
keuangan harus dikenakan bunga, selain itu Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 Pasal 12 ayat
(1) yang menyatakan bahwa Pinjaman tanpa bunga dari pemegang saham yang diterima oleh Wajib
Pajak berbentuk perseroan terbatas diperkenankan" apabila:
a. Pinjaman tersebut berasal dari dana milik pemegang saham itu sendiri dan bukan berasal dari pihak
lain;
b. Modal yang seharusnya disetor oleh pemegang saham pemberi pinjaman telah disetor seluruhnya;
c. Pemegang saham pemberi pinjaman tidak dalam keadaan merugi; dan
d. Perseroan terbatas penerima pinjaman sedang mangalami kesulitan keuangan untuk kelangsungan
usahanya.

bahwa PT TPM (TSPM) sebagai pemegang saham pemberi pinjaman) tahun fiskal 2013 dalam keadaan

K
rugi, dan dana pinjaman tersebut juga dari pihak lain, maka atas pinjaman ini harus dikenakan bunga
sesuai dengan transaksi bisnis yang wajar, pinjaman keuangan harus dikenakan bunga;

JA
Pendapat akhir Pemohon Banding Nomor 01/JC/X/2017 tanggal 23 Oktober 2017, dengan
penjelasan sebagai berikut:
PA
bahwa Terbanding melakukan koreksi atas biaya bunga pinjaman Pemohon Banding dengan dasar
modal dasar yang dimiliki oleh Pemohon Banding belum disetor seluruhnya sehingga atas biaya bunga
pinjaman yang dibebankan oleh Pemohon Banding dikoreksi secara proporsional;

bahwa Pemohon banding tidak setuju dengan pendapat Terbanding karena berdasarkan Undang-
N
Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;
LA

Pasal 32
(1) Modal Perseroan paling sedikit Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah)

Pasal 33
DI

(1) Paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam pasal
32 harus ditempatkan dan disetor penuh
(2) Modal ditempatkan dan disetor penuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan
A

bukti pennyetoran yang sah


NG

bahwa berdasarkan akte pendirian PT PI No 27 tanggal 22 April 2008 dan akte perubahan No 30
tanggal 26 Oktober 2010, Modal dasar Perseroan senilai Rp40.000.000.000(Empat Puluh Miliar Rupiah)
dan Modal telah ditempatkan dan disetor sebesar Rp11.680.000.000 (Sebelas Miliar Enam Ratus
Delapan Puluh Juta Rupiah). Oleh sebab itu, berdasarkan fak ersebut, tidak ada keharusan bagi
pemegang saham yaitu PT TPM untuk memenuhi modal dasar tersebut karena modal ditempatkan telah
PE

disetor seluruhnya pada tahun 2010 dan tidak ada peraturan perpajakan yang mengatur terkait hal
tersebut, yang ada hanyalah Undang Undang Perseroan Terbatas yang menyatakan modal ditempatkan
dan disetor penuh minimal 25% dan dibuktikan dengan penyetoran yang sah;

Menurut Majelis:

bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis terhadap berkas banding, diketahui Terbanding melakukan
koreksi positif atas biaya dari luar usaha sebesar Rp2.328.789.525,00, sebagai berikut:

bahwa koreksi atas biaya bunga pinjaman dengan penjelasan koreksi adalah sebagai berikut:

Modal dasar Pemohon Banding Rp 40.000,000.000


Modal disetor & ditempatkan Rp 11.680.000.000
Modal yang belum disetor Rp 28.320.000.000

Jumlah Pinjaman/Utang Rp123,000.000.000


Utang Kepada pemegang saham Rp 94.680.000.000
Prosentase Utang kepada pemegang saham 76,98%

Jumlah biaya bunga cfm SPT WP Rp 10.116.375.000


Biaya bunga yg boleh dibiayakan Rp 7.787.585.475
76,98% x Rp10.116.375.000 Rp 2.328.789.525
Biaya bunga yang tidak boleh dibiayakan

*) prosentase utang kepada pemegang saham


Rp 94.680.000,000 x 100% = 76,98%
Rp123.000.000.000

bahwa pihak yang memberikan pinjaman adalah PT. TPM yang memiliki 93,15% kepemilikan saham
pada Pemohon Banding. Dengan demikian, transaksi pinjam meminjam ini dilakukan Pemohon Banding
dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa;

bahwa Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur bahwa, "Direktur Jenderal Pajak

K
berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utanq
sebagai modal untuk menahitunq besarnya Penghasilan Kena Pajak baqi Wajib Pajak yanq mempunvai

JA
hubunqan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang
tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa dengan menggunakan metode perbandingan harga antara
pihak yang independen, metode harga penjualan kembali, metode biaya-plus, atau metode lainnya;
PA
bahwa sesuai dengan kewenangan yang diberikan Undang-Undang, maka Terbanding berwenang untuk
menentukan kembali besarnya utang sebagai modal untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena
Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa;

bahwa berdasarkan penelitian Terbanding, Modal Dasar Pemohon Banding adalah sebesar
N
Rp40.000.000.000,00 dan Modal yang sudah Disetor dan Ditempatkan adalah sebesar
Rp11.680.000.000,00. Dengan demikian masih terdapat Modal yang Belum Disetor sebesar
LA

Rp28,320.000.000,00;

bahwa sesuai dengan kewenangan yang diberikan dalam Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Pajak
Penghasilan maka Terbanding menentukan kembali besarnya utang sebagai modal untuk menghitung
DI

besamya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa;

bahwa bahwa pinjaman kepada pemegang saham semula adalah sebesar Rp123.000.000,000,00
A

Terbanding hitung kembali menjadi Rp94.680.000.000,00 (yaitu dari Rp123.000.000.000,00 dikurangi


Rp28.320.000.000,00);
NG

bahwa dalam alasan yang disampaikan Pemohon Banding dalam permohonan bandingnya Pemohon
Banding menyatakan sesuai transaksi bisnis yang wajar yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa
maka pinjaman keuangan harus dikenakan bunga. Pemohon Banding juga menyampaikan bahwa pihak
pemberi pinjaman pada tahun fiskal 2013 dalam keadaan merugi dan juga karena dana berasal dari
PE

pihak lain maka pinjaman ini harus dikenakan bunga yang wajar sesuai Pasal 12 ayat (1) PP Nomor 94
Tahun 2010;

bahwa terhadap koreksi tersebut menurut Terbanding adalah:


1) Terbanding berdasarkan kewenangan Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Pajak Penghasilan
menentukan kembali besarnya utang sebagai modal untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena
Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa;
2) Bahwa koreksi yang dilakukan Terbanding adalah untuk menentukan kembali besarnya utang
sebagai modal karena pihak yang memberikan pinjaman yang merupakan pemegang saham belum
menyetorkan seluruh modal yang seharusnya disetorkan;
3) Bahwa alasan banding yang disampaikan oleh Pemohon Banding yaitu Pasal 12 ayat (1) PP Nomor
94 Tahun 2010 adalah tidak relevan dengan koreksi yang dilakukan Terbanding karena:
a) Terbanding hanya menghitung kembali besarnya utang sebagai modal dan bukan menghitung
kewajaran tingkat bunga pinjaman;
b) Atas pemberian pinjaman yang tetap merupakan bagian dari pinjaman tidak Terbanding lakukan
koreksi atas pembebanan biaya bunganya;

bahwa dengan demikian koreksi Terbanding berdasarkan Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Pajak
Penghasilan dalam menentukan kembali besarnya utang sebagai modal untuk menghitung besarnya
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa telah sesuai dengan
ketentuan perpajakan yang berlaku;

bahwa Pemohon banding tidak setuju dengan pendapat Terbanding karena berdasarkan ketentuan yang
diatur alam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Undang-undang PT)
antara lain:
Pasal 32
(2) Modal Perseroan paling sedikit Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah)

Pasal 33
(3) Paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam pasal 32
harus ditempatkan dan disetor penuh
(4) Modal ditempatkan dan disetor penuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan bukti
pennyetoran yang sah

bahwa berdasarkan akte pendirian PT PI No 27 tanggal 22 April 2008 dan akte perubahan No 30
tanggal 26 Oktober 2010, Modal dasar Perseroan senilai Rp 40.000.000.000,00 (Empat Puluh Miliar
Rupiah) dan Modal telah ditempatkan dan disetor sebesar Rp 11.680.000.000,00 (Sebelas Miliar Enam

K
Ratus Delapan Puluh Juta Rupiah). Oleh sebab itu, berdasarkan fakta tersebut, tidak ada keharusan
bagi pemegang saham yaitu PT TPM untuk memenuhi modal dasar tersebut karena modal ditempatkan

JA
telah disetor seluruhnya pada tahun 2010 dan tidak ada peraturan perpajakan yang mengatur terkait hal
tersebut, yang ada hanyalah Undang Undang Perseroan Terbatas yang menyatakan modal ditempatkan
dan disetor penuh minimal 25% dan dibuktikan dengan penyetoran yang sah;
PA
bahwa berdasarkan uraian Terbanding dan Pemohon Banding sebagaimana tersebut di atas dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

bahwa Pemohon Banding mendapat pinjaman/utang dari Pemegang Saham yaitu PT. TPM yang
memiliki 93,15% kepemilikan saham pada Pemohon Banding sebesar Rp123,000.000.000,00;
N
bahwa modal dasar Pemohon Banding adalah sebesar Rp40.000.000.000,00 dan modal yang sudah
ditempatkan dan disetor adalah sebesar Rp11.680.000.000,00 atau sebesar 41,24% dari modal dasar.
LA

Sehingga masih terdapat modal yang belum disetor sebesar Rp28,320.000.000,00;

bahwa menurut Terbanding karena masih terdapat modal yang belum disetor sebesar
Rp28.320.000.000,00, maka dari pinjaman yang diterima dari pemegang saham sebesar
DI

Rp123.000.000.000,00 diperhitungkan terlebih dahulu sebagai setoran kekurangan modal sebesar


Rp28.320.000.000,00 dan sisanya sebesar Rp94.680.000.000,00 baru diperhitungan sebagai utang
kepada pemegang saham;
A

bahwa karena pinjaman sebesar Rp28.320.000.000,00 dari pemegang oleh Terbanding direklas menjadi
NG

setoran kekurangan modal, maka biaya bunganya sebesar Rp2.328.789.525,00 tidak boleh dibiayakan;

bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan terkait dengan modal Perseroan Terbatas antara lain
diatur dalam:
PE

1. Pasal 31 ayat (1), Pasal 32 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1) Undang-undang PT.

bahwa ketentuan tersebut di atas menyatakan:

 Modal dasar Perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham.


 Modal dasar Perseroan paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
 Paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 harus ditempatkan dan disetor penuh.

2. Pasal 18 ayat (3) Undang-undang Pajak Penghasilan

bahwa ketentuan tersebut di atas menyatakan:

Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan
pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya Penghasilan
Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya
sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa
dengan menggunakan metode perbandingan harga antara pihak yang independen, metode harga
penjualan kembali, metode biaya-plus, atau metode lainnya.
Penjelasan:

Maksud diadakannya ketentuan ini adalah untuk mencegah terjadinya penghindaran pajak yang
dapat terjadi karena adanya hubungan istimewa. Apabila terdapat hubungan istimewa, kemungkinan
dapat terjadi penghasilan dilaporkan kurang dari semestinya ataupun pembebanan biaya melebihi
dari yang seharusnya. Dalam hal demikian, Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan
kembali besarnya penghasilan dan/atau biaya sesuai dengan keadaan seandainya di antara para
Wajib Pajak tersebut tidak terdapat hubungan istimewa. Dalam menentukan kembali jumlah
penghasilan dan/atau biaya tersebut digunakan metode perbandingan harga antara pihak yang
independen (comparable uncontrolled price method), metode harga penjualan kembali (resale price
method), metode biaya-plus (cost-plus method), atau metode lainnya seperti metode pembagian
laba (profit split method) dan metode laba bersih transaksional (transactional net margin method).
Demikian pula kemungkinan terdapat penyertaan modal secara terselubung, dengan menyatakan
penyertaan modal tersebut sebagai utang maka Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk
menentukan utang tersebut sebagai modal perusahaan. Penentuan tersebut dapat dilakukan,
misalnya melalui indikasi mengenai perbandingan antara modal dan utang yang lazim terjadi di
antara para pihak yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa atau berdasar data atau indikasi

K
lainnya.
Dengan demikian, bunga yang dibayarkan sehubungan dengan utang yang dianggap sebagai

JA
penyertaan modal itu tidak diperbolehkan untuk dikurangkan, sedangkan bagi pemegang saham
yang menerima atau memperoleh bunga tersebut dianggap sebagai dividen yang dikenai pajak.

3. Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan Penghasilan Kena
PA
Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan

bahwa ketentuan tersebut di atas menyatakan:

(1) Pinjaman tanpa bunga dari pemegang saham yang diterima oleh Wajib Pajak berbentuk
N
perseroan terbatas diperkenankan apabila:
a. pinjaman tersebut berasal dari dana milik pemegang saham itu sendiri dan bukan berasal
LA

dari pihak lain;


b. modal yang seharusnya disetor oleh pemegang saham pemberi pinjaman telah disetor
seluruhnya;
c. pemegang saham pemberi pinjaman tidak dalam keadaan merugi; dan
DI

d. perseroan terbatas penerima pinjaman sedang mengalami kesulitan keuangan untuk


kelangsungan usahanya.
(2) Apabila pinjaman yang diterima oleh Wajib Pajak berbentuk perseroan terbatas dari pemegang
A

sahamnya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), atas pinjaman
tersebut terutang bunga dengan tingkat suku bunga wajar.
NG

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 33 ayat (1) Undang-undang Perseroan Terbatas dan Pasal 12 ayat
(1) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 sebagaimana tersebut di atas, maka menurut
Majelis walau pun modal dasar suatu Perseroan Terbatas baru dibayar 25% namun di bidang
perpajakan pemegang sahamnya dapat memberikan pinjaman kepada Perusahaan Terbatas tersebut;
PE

bahwa untuk menghindari kemungkinan terdapat penyertaan modal secara terselubung, maka
berdasarkan ketentuan Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Pajak Penghasilan Direktur Jenderal Pajak
berwenang menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi
Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran
dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa;

bahwa berdasarkan penjelasan di atas, Majelis berpendapat bahwa pendapat Pemohon Banding yang
menyatakan tidak ada peraturan perpajakan yang mengatur tentang pemenuhan modal perseroan
terbatas adalah tidak tepat, dengan demikiam koreksi yang dilakukan Terbanding sudah benar;

bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, Majelis berkesimpulan koreksi positif biaya dari luar usaha
sebesar Rp2.328.789.525,00 tetap dipertahankan;

3. Penyesuaian Fiskal Negatif sebesar Rp194.880.750,00

Menurut Terbanding:

bahwa Terbanding tidak memberikan tanggapan atas penyesuaian fiskal negatif ini karena bukan
termasuk yang disengketakan Pemohon Banding pada proses permohonan keberatan;

Penjelasan Terbanding dalam persidangan:

bahwa Pemohon Banding tidak mengajukan keberatan atas koreksi ini;

Menurut Pemohon Banding:

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding atas penyesuaian fiscal negative
sebesar Rp194.880.750,00 karena jumlah yang Pemohon Banding laporkan telah sesuai dengan jumlah
pada laporan keuangan yang telah diaudit;

Penjelasan Pemohon Banding dalam persidangan:

bahwa untuk koreksi fiskal sebesar Rp194.880.750,00 sama pada saat pemeriksaan sampai banding;

Menurut Majelis:

K
bahwa atas Penyesuaian Fiskal Negatif sebesar Rp194.880.750,00, berdasarkan pemeriksaan Majelis
terhadap berkas banding diketahui pada saat proses keberatan atas koreksi tersebut Pemohon Banding

JA
tidak mengajukan keberatan;

bahwa Pasal 31 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak mengatur:
PA
Pengadilan Pajak dalam hal Banding hanya memeriksa dan memutus sengketa atas keputusan
keberatan kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

bahwa berdasarkan ketentuan tersebut Majelis berpendapat Penyesuaian Fiskal Negatif sebesar
Rp194.880.750,00 bukan merupakan objek sengketa dalam banding ini;
N

bahwa berdasarkan uraian tersebut Majelis berkesimpulan Penyesuaian Fiskal Negatif sebesar
LA

Rp194.880.750,00 tetap dipertahankan;

bahwa Majelis telah menghimpun data untuk menganalisa perkembangan nilai sengketa mengenai
besarnya kompensasi kerugian, sebagai berikut:
DI

bahwa menurut pendapat Majelis, Terbanding menggunakan nilai Kompensasi Kerugian Tahun Pajak
2013 sebesar Rp39.259.365.157,00 sebagai dasar untuk menerbitkan ketetapan semula, sedangkan
A

Pemohon Banding melaporkan dalam SPT Kompensasi Kerugian sebesar Rp0,00, sehingga selisih
Kompensasi Kerugian sebelum keberatan adalah sebesar (Rp39.259.365.157,00);
NG

bahwa menurut pendapat Majelis, atas ketetapan Terbanding yang menyatakan nilai Kompensasi
Kerugian sebesar Rp39.259.365.157,00, Pemohon Banding mengajukan keberatan dengan
menyebutkan secara eksplisit besarnya nilai Kompensasi Kerugian sebesar Rp0,00, sehingga nilai
sengketa sampai dengan keberatan adalah sebesar (Rp39.259.365.157,00);
PE

bahwa menurut pendapat Majelis, atas keberatan Pemohon Banding yang menyatakan nilai Kompensasi
Kerugian sebesar Rp0,00, Terbanding menggunakan nilai Kompensasi Kerugian sebesar Rp0,00
sebagai dasar untuk menerbitkan keputusan atas keberatan Pemohon Banding, sehingga nilai sengketa
sebelum banding adalah sebesar Rp0,00;

bahwa menurut pendapat Majelis, atas keputusan Terbanding yang menyatakan nilai Kompensasi
Kerugian sebesar Rp0,00, Pemohon Banding mengajukan banding dengan menyebutkan secara
eksplisit besarnya nilai Kompensasi Kerugian sebesar Rp39.259.365.157,00, sehingga nilai sengketa
sampai dengan Surat Banding adalah sebesar Rp39.259.365.157,00;

bahwa menurut pendapat Majelis, atas banding Pemohon Banding yang menyatakan nilai Kompensasi
Kerugian sebesar Rp39.259.365.157,00, Terbanding dalam Surat Uraian Banding berpendapat bahwa
besarnya nilai Kompensasi Kerugian sebesar Rp0,00, sehingga nilai sengketa sampai dengan Surat
Uraian Banding adalah sebesar Rp39.259.365.157,00;

bahwa menurut pendapat Majelis, atas Surat Uraian Banding Terbanding yang menyatakan nilai
Kompensasi Kerugian sebesar Rp0,00, Pemohon Banding mengajukan bantahan dengan menyebutkan
secara eksplisit besarnya nilai Kompensasi Kerugian sebesar Rp39.259.365.157,00, sehingga nilai
sengketa sampai dengan Surat Bantahan adalah sebesar Rp39.259.365.157,00;
bahwa berdasarkan pembahasan koreksi positif Penghasilan Neto sebesar Rp13.632.572.427,00,
Majelis berkesimpulan koreksi yang tidak dapat dipertahankan dan koreksi yang tetap dipertahankan
adalah sebagai berikut:

Uraian Koreksi Koreksi koreksi yang tidak koreksi yang tetap


dapat dipertahankan dipertahankan

1. Harga Pokok Penjualan Rp 6.927.018.547,00 Rp 6.927.018.547,00

2. Pengurang Penghasilan Bruto Rp 4.571.645.105,00 Rp4.571.645.105,00

3. Biaya dari Luar Usaha Rp 2.328.789.525,00 Rp2.328.789.525,00

4. Penyesuaian Fiskal Negatif (Rp 194.880.750,00) (Rp 194.880.750,00)

Jumlah Rp13.632.572.427,00 Rp 6.927.018.547,00 Rp6.705.553.880,00

K
Menimbang:

JA
bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah koreksi positif Kompensasi Kerugian
sebesar Rp39.259.365.157,00, yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding.

Menurut Terbanding:
PA
bahwa Terbanding tidak memberikan tanggapan atas kompensasi kerugian ini karena bukan termasuk
yang disengketakan Pemohon Banding pada proses permohonan keberatan;
N
Penjelasan Terbanding dalam persidangan:
LA

bahwa Pemohon Banding tidak mengajukan keberatan atas koreksi ini;

Menurut Pemohon Banding:


DI

bahwa Pemohon banding tidak setuju dengan nilai kompensasi kerugian pihak Terbanding, kompensasi
kerugian seharusnya sebesa Rp39.259.365.157,00 berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
(SKPLB) Nomor 00040/406/12/651/2014 Tahun Pajak 2012;
A
NG

Penjelasan Pemohon Banding dalam persidangan:

bahwa dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Nomor 00003/206/13/651/15
tanggal 23 April 2015 Tahun Pajak 2013 terdapat angka kompensasi kerugian sebesar
Rp39.259.365.157,00 berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) Nomor
PE

00040/406/12/651/2014 Tahun Pajak 2012, sehingga Pemohon Banding tidak mencantumkan saat
keberatan;

bahwa tetapi pada saat Keputusan Keberatan diterbitkan, angka kompensasi kerugian hilang sehingga
pada saat banding Pemohon Banding sengketakan angka kompensasi kerugian yang hilang;

Pendapat Majelis:

bahwa Pemohon banding tidak setuju dengan nilai kompensasi kerugian pihak Terbanding, kompensasi
kerugian seharusnya sebesar Rp 39.259.365.157,00 berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
(SKPLB) No 00040/406/12/651/2014 Tahun Pajak 2012;

bahwa mempertimbangkan hal-hal tersebutdi atas, menurut pendapat Pemohon Banding seharusnya
rincian Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) PT PI Tahun Pajak 2013 adalah sebagai berikut:

Jumlah Rupiah Menurut


No Uraian Pemohon Banding
. (Rp)
a. Peredaran Usaha 381.552.574.934,00

b. Harga Pokok Penjualan 377.386.800.042,00

c. Laba Bruto 4.165.774.892,00

d. Biaya Usaha 18.698.903.404,00

e. Penghasilan dari Luar Usaha (9.725.796.378,00)

f. Penyesuaian Fiskal 13.572.827.813,00

g. Jumlah Penghasilan Neto (10.686.097.077,00)

h. Kompensasi Kerugian (39.259.365.157,00)

i. Penghasilan Kena Pajak (49.945.462.234,00)

K
j. PPh Terutang -

k. Kredit Pajak 466.197.299,00

JA
l. PPh Kurang/(Lebih) Bayar (466.197.299,00)

m.

n.
PA
Sanksi Admintrasi Bunga Pasal 13 (2) KUP

Jumlah PPh yang masih harus/(lebih) dibayar (466.197.299,00)


-

bahwa menurut Pemohon Banding, terkait kompensasi kerugian pada saat pemeriksaan, pada saat
N
SKP tahun 2013 terdapat angka kompensasi kerugian sebesar Rp39.259.365.157,00 berdasarkan Surat
Ketetapan Pajak Nomor 00040/406/12/651/2014 Tahun Pajak 2012 sehingga Pemohon Banding tidak
LA

mencantumkan saat keberatan. Tetapi pada saat Surat Keputusan diterbitkan, angka kompensasi
kerugian hilang sehingga pada saat banding Pemohon Banding sengketakan angka kompensasi
kerugian yang hilang;
DI

bahwa Terbanding tidak memberikan tanggapan atas kompensasi kerugian ini karena bukan termasuk
yang disengketakan Pemohon Banding pada proses permohonan keberatan;
A

bahwa Pasal 31 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak mengatur:
NG

Pengadilan Pajak dalam hal Banding hanya memeriksa dan memutus sengketa atas keputusan
keberatan kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

bahwa rincian dari Keputusan Terbanding Nomor KEP-00078/KEB/WPJ.12/2016 tanggal 12 Juli 2016
adalah sebagai berikut:
PE

Semula Ditambah/ Menjadi


No. Uraian (Dikurangi)
(Rp) (Rp) (Rp)

a. Peredaran Usaha 452.465.059.524 (70.912.484.590) 381.552.574.934

b. Harga Pokok Penjualan 370.459.781.495 - 370.459.781.495

c. Laba Bruto 82.005.278.029 (70.912.484.590) 11.092.793.439

d. Biaya Usaha 14.127.258.299 - 14.127.258.299

e. Penghasilan dari Luar Usaha (7.397.006.853) - (7.397.006.853)

f. Penyesuaian Fiskal 13.377.947.063 - 13.377.947.063

g. Jumlah Penghasilan Neto 73.858.959.940 (70.912.484.590) 2.946.475.350

h. Kompensasi Kerugian - - -
i. Penghasilan Kena Pajak 73.858.959.940 (70.912.484.590) 2.946.475.350

j. PPh Terutang 4.654.048.750 (3.917.429.913) 736.618.838

k. Kredit Pajak 466.197.299 - 466.197.299

l. PPh Kurang/(Lebih) Bayar 4.187.851.451 (3.917.429.913) 270.421.539

m. Sanksi Admintrasi Bunga Pasal 13 (2) KUP 1.340.112.464 (1.253.577.572) 86.534.892

n. Jumlah PPh yang masih harus/(lebih) dibayar 5.527.963.915 (5.171.007.484) 356.956.431

bahwa mengingat dalam Keputusan Keberatan sebagaimana tersebut di atas tidak terdapat koreksi atas
Kompensasi Kerugian, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 31 ayat (2) Undang-undang Nomor 14
Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, Majelis tidak melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap
sengketa kompensasi kerugian;

Menimbang

K
bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Tarif Pajak;

JA
Menimbang

PA
bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai sanksi administrasi;

Menimbang

bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, Majelis berkesimpulan Keputusan Terbanding Nomor
KEP-00078/KEB/WPJ.12/2016 tanggal 12 Juli 2016 tidak dapat dipertahankan, sehingga Penghasilan
N

Neto dihitung kembali menjadi sebagai berikut:


LA

Penghasilan Neto (Rugi) menurut Terbanding ................................... Rp 2.946.475.350,00


Koreksi yang tidak dapat dipertahankan .......................................... Rp 6.927.018.547,00
Penghasilan Neto (Rugi) menurut Majelis ......................................... (Rp 3.980.543.197,00)
DI

Mengingat
A

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak dan ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya yang berkaitan dengan sengketa ini;
NG

Memutuskan

Mengabulkan sebagian banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PE

KEP-00078/KEB/WPJ.12/2016 tanggal 12 Juli 2016, tentang Keberatan Wajib Pajak atas Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Nomor 00003/206/13/651/15 tanggal 23 April 2015
Tahun Pajak 2013, atas nama: PT PI , NPWP - , dengan perhitungan menjadi sebagai berikut:

Penghasilan Neto (Rugi) .................................................................................. (Rp3.980.543.197,00)


Kompensasi Kerugian ...................................................................................... Rp 0,00
Penghasilan Kena Pajak .................................................................................. (Rp3.980.543.197,00)
PPh terutang .................................................................................................... Rp 0,00
Jumlah Pajak yang dapat dikreditkan ............................................................... Rp 466.197.299,00
Pajak yang kurang/(lebih) dibayar ...................................................................... (Rp 466.197.299,00)

Demikian diputus di Surarbaya berdasarkan musyawarah Hakim Majelis XIIIA Pengadilan Pajak setelah
pemeriksaan dalam persidangan dicukupkan pada hari Jumat tanggal 27 Oktober 2017, dengan
susunan Majelis sebagai berikut:

1. Drs. Adi Wijono, S.H., M.PKN. ... sebagai Hakim Ketua,


2. Drs. Arif Subekti sebagai Hakim Anggota,
3. Joni Surbakti, Ak. sebagai Hakim Anggota,

yang dibantu oleh:


Ferdy Alfonsus Sihotang sebagai Panitera Pengganti,

Putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum di Jakarta oleh Hakim Ketua pada hari Kamis
tanggal 25 Oktober 2018 dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota, Panitera Pengganti, tidak dihadiri
oleh Terbanding dan tidak dihadiri oleh Pemohon Banding.

K
JA
PA
N
LA
A DI
NG
PE

Anda mungkin juga menyukai