PENGADILAN PAJAK
Memeriksa dan memutus sengketa pajak dengan Acara Biasa pada tingkat pertama dan
terakhir terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-01608/KEBAVPJ.07/2017
tanggal 9 0ktober 2017 tentang Keberatan Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2014 Nomor: 00078/406/14/057/16 tanggal 02 Agustus 2016,
yang terdaftar dalam berkas sengketa Nomor: 000080.15/2018/PP, antara :
MELAWAN
Direktur Jenderal Pajak, berkedudukan di Jl. Jend. Gatot Subroto Nomor 40-42 Jakarta, untuk
selanjutnya disebut sebagai Terbanding;
Telah membaca dan memeriksa bukti-bukti tertulis maupun surat lainnya yang
disampaikan para pihak yang diajukan dalam persidangan;
Menimbang, bahwa atas Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak Penghasilan Tahun
Pajak 2014 Nomor: 00078/406/14/057/16 tanggal 02 Agustus 2016 diterbitkan berdasarkan
Laporan Hasil Pemeriksaan Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Empat Nomor:
LAP/00647/\/VPJ.07/KP.0505/RIK.SIS/2016 tanggal 29 Juli 2016, dengan perhitungan sebagai
berikut :
MenurutPemohonBanding(RD)
Menurut Terbanding(Rp)
Uraian
bahwa Pemohon Banding mengajukan banding berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat (1)
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009
("UU KUP"), yaitu mengajukan banding atas keputusan keberatan;
bahwa Surat Banding ini dibuat dalam Bahasa Indonesia dan ditujukan kepada Pengadilan Pajak;
bahwa Surat Banding disampaikan masih dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak diterima
Keputusan Keberatan, karena Surat KEP-01608 tanggal 9 0ktober 2017 diterima tanggal
12 0ktober 2017;
bahwa banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas sebagaimana akan diuraikan
pada bagian selanjutnya;
bahwa Surat Banding ditandatangani oleh Ravi Kondagunturi jabatan selaku Direktur yang
dibuktikan dengan Akta Nomor 15 tanggal 5 Juni 2017;
bahwa dengan demikian Surat Banding yang dilakukan Pemohon Banding terhadap Surat KEP-
01608 tanggal 9 0ktober 2017 telah memenuhi ketentuan formal sebagaimana dipersyaratkan
dalam Undang-Undang KUP dan Undang-Undang Pengadilan Pajak:
bahwa Pemohon Banding telah menerima SKPLB Nomor: 00078/406/14/057/16 Tahun Pajak
2014 tanggal 2 Agustus 2016 yang diterbitkan berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Kantor
Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Empat, dengan rincian sebagai berikut:
bahwa atas ketetapan tersebut, Pemohon Banding telah mengajukan keberatan kepada KPP
PMA IV dengan Surat Nomor: 044/Ccl/10/2016 tanggal 31 0ktober 2016 yang pada intinya
Pemohon Banding tidak setuju atas perhitungan pajak tersebut di atas dan menurut Pemohon
Banding penghitungan pajak yang seharusnya adalah sebagai berikut:
Menurut Menjadi
Menurut Terbanding(Rp)
Uraian Pemohon Banding(Rp) (Rp)
bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam permohonan banding ini adalah koreksi Terbanding
yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding dengan rincian sebagai berikut:
bahwa alasan yang mendasari banding atas masing-masing koreksi yang diajukan banding
tersebut di atas adalah sebagai berikut:
Menurut Terbanding:
bahwa biaya promosi/pemasaran merupakan biaya yang langsung dikeluarkan oleh pihak lain
yaitu PT Coca-Cola Distribution Indonesia ("PTCCDl") dalam rangka meningkatkan volume
penjualan yang bersangkutan, sehingga sesuai dengan Pasal 6 ayat (1 ) UU Pph biaya tersebut
tidak dapat dibebankan sebagai biaya oleh Pemohon Banding;
bahwa berdasarkan penelitian terhadap dokumen perjanjian yang dibuat dan ditandatangani
pada tanggal 10 Mei 1997 antara The Coca-Cola Company ("TCCC") dan PT Coca-Cola
Indonesia serta dokumen "Distributor's Agreement" yang dibuat dan ditandatangani pada tanggal
1 Februari 2000 antara PT Coca-Cola Amatil Indonesia (PTCCDl dahulu adalah PT Coca-Cola
Amatil Indonesia) diketahui bahwa TCCC merupakan pemilik merek Coca-Cola.;
bahwa Paragraf 6.36-6.38 Pedoman TP OECD 2010, menjelaskan biaya kegiatan marketing/
promosi yang telah dibebankan oleh PTCCDl selaku agen atau distributor tidak dapat dimintakan
penggantian atau reimbursement kepada Pemohon Bandjng karena Pemohon Banding bukan
merupakan pemilik merek Coca-Cola;
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding atas Biaya Pemasaran/
Promosi sejumlah Rp 119.781.146.692 dengan alasan-alasan berikut:
a. bahwa biaya pemasaran dan promosi yang dibebankan oleh Pemohon Banding dalam rangka
menjalankan bisnis dan secara langsung meningkatkan pendapatan Pemohon Banding dan
oleh karena itu dapat dikurangkan dari perhitungan pajak;
1. bahwa biaya pemasaran dan promosi yang dibebankan oleh Pemohon Banding merupakan
murni biaya sehubungan dengan kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan sesuai Pasal 6 Undang-Undang Pph ("UU Pph"), biaya ini jelas memberi
manfaat langsung pada praktik bisnis Pemohon Banding dalam perhitungan pendapatan kena
pajak Pemohon Banding;
bahwa Penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf a UU Pph dan Peraturan Menteri Keuangan
memberikan penjelasan secara jelas dan panduan atas biaya promosi sebagai berikut:
" Untuk dapat dibebankan sebagai biaya, pengeluaran-pengeluaran tersebut harus mempunyai
hubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan usaha atau kegiatan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak;
"Mengenai pengeluaran untuk promosi perlu dibedakan antara biaya yang benar-benar
dikeluarkan untuk promosi dan biaya yang hakikatnya merupakan sumbangan. Biaya yang
benar-benar dikeluarkan untuk promosi boleh dikurangkan dari penghasilan bruto";
bahwa dapat Pemohon Banding sampaikan bahwa penjelasan tersebut di atas menegaskan
bahwa baik pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan langsung maupun tidak langsung
dengan kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dapat
dibebankan dalam menghitung penghasilan kena pajak, selanjutnya Pasal 1 dan 3 PMK
Nomor: 02/PMK.03/2010 ("PMK 02") tanggal 8 Januari 2010 menyatakan sebagai berikut:
Pasal 1
"Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan Biaya Promosi adalah bagian
dari biaya penjualan yang dikeluarkan oleh Wajib Pajak dalam rangka memperkenalkan
dan/atau menganjurkan pemakaian suatu preduk balk langsung maupun tidak langsung untuk
mempertahankan dan/atau meningkatkan penjualan";
Pasal 3
"Tidak termasuk Biaya Promosi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah:
a. Pemberian imbalan berupa uang dan/atau fasilitas, dengan nama dan dalam bentuk
apapun, kepada pihak lain yang tidak berkaitan langsung dengan penyelenggaraan
kegiatan promosi;
b. Biaya Promosi untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan
merupakan objek pajak dan yang telah dikenai pajak bersifat final";
Pasal 6
"Wajib Pajak wajib membuat daflar nominatif atas pengeluaran Biaya Promosi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 yang dikeluarkan kepada pihak lain";
bahwa berdasarkan Pasal 6 UU Pph beserta dengan penjelasannya dan PMK 02, Pemohon
Banding berkesimpulan bahwa substansi dari pembebanan biaya marketing/promosi adalah:
a. Kegiatan pemasaran dan promosi yang secara langsung dan/atau tidak langsung berkaitan
dengan kegiatan usaha untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
merupakan objek pajak; dan
b. Kegiatan pemasaran dan promosi yang dilakukan perusahaan dalam rangka
memperkenalkan dan/atau menganjurkan pemakaian suatu preduk balk langsung maupun
tidak langsung untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan penjualan;
bahwa semua biaya marketing/promosi yang dikeluarkan oleh PTCcl bertujuan secara
spesifik dan berhubungan langsung dengan usaha Pemohon Banding, yakni untuk
mempertahankan dan/atau meningkatkan penjualan, sehingga biaya tersebut seharusnya
dapat dibebankan untuk penghitungan pajak penghasilan sebagaimana diatur dalam Pasal 6
UU Pph;
bahwa dalam persaingan usaha industri minuman ringan terdapat berbagai macam produk
minuman ringan baik dengan bahan yang berkarbonasi maupun bahan non-karbonasi yang
diproduksi oleh perusahaan kompetitor Pemohon Banding, produk-produk minuman ringan
siap saji tersebut banyak dijual di gerai-gerai modern maupun toko-toko dan pedagang eceran
agar mudah dijangkau oleh berbagai lapisan masyarakat untuk dikonsumsi, sehingga
pengeluaran biaya marketing/promosi sesuai dengan strategi bisnis yang tepat sangatlah
dibutuhkan untuk menjaga dan/atau meningkatkan penjualan produk-produk;
bahwa karena produk-produk minuman siap saji yang dijual oleh PTCCDI hanya dapat
diproduksi dengan menggunakan sari minuman yang diproduksi dan dijual oleh Pemohon
Banding, maka setiap peningkatan penjualan PTCCDl atas minuman jadi siap saji, yang
menggunakan bahan dasar dari sari minuman yang diproduksi dan dijual oleh Pemohon
Banding, secara langsung akan meningkatkan penjualan sari minuman Pemohon Banding;
bahwa oleh karena itu, sangat penting bagi Pemohon Banding untuk memastikan keberhasilan
penjualan minuman siap saji yang dijual oleh PTCCDl karena hal tersebut berpengaruh
langsung terhadap pendapatan yang dihasilkan oleh Pemohon Banding yang telah dikenakan
Pajak Penghasilan di Indonesia;
bahwa mengingat kewajiban sebagaimana disebutkan di atas, Pemohon Banding telah setuju
untuk mengganti dan/atau berkontribusi atas biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh PTCCDI
guna memastikan keberhasilan penjualan Pemohon Banding;
bahwa sebagaimana disebutkan dalam Pasal 6 ayat (1) UU Pph dan PMK 02, biaya
marketing/ promosi dapat dibebankan secara langsung dan/atau tidak langsung yang
bertujuan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan kena pajak, biaya
marketing/promosi yang ditanggung oleh Pemohon Banding dapat dibebankan karena
memiliki hubungan langsung dengan aktivitas bisnis yang dilakukan oleh Pemohon Banding
sehubungan dengan kegiatan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
kena pajak Pemohon Banding;
bahwa keberhasilan penjualan produk minuman jadi di pasaran jelas akan berkontribusi dan
berkorelasi dengan keberhasilan sari minuman yang diproduksi oleh Pemohon Banding, yang
lebih penting lagi, keberhasilan produk minuman jadi merupakan keberhasilan sari minuman
yang diproduksi dan dijual oleh Pemohon Banding mengingat sari minuman adalah bahan
dasar produk itu sendiri yang membedakan produk dengan produk-produk minuman jadi
lainnya yang dijual oleh kompetitor-kompetitor;
bahwa mekanisme penggantian ini telah diberlakukan cukup lama dan telah dilakukan secara
terus-menerus sesuai kesepakatan dan diakui oleh pihak-pihak yang terlibat, yaitu Pemohon
Banding, TCCC dan PTCCDl, terdapat dokumen-dokumen pendukung yang cukup untuk
mendukung keberadaan transaksi-transaksi tersebut;
2. bahwa Pemohon Banding harus mengeluarkan biaya marketing dan promosi tersebut karena
merupakan persyaratan dari License Agreement dengan TCCC, apabila Pemohon Banding
tidak dapat memenuhi ketentuan sebagaimana disyaratkan, hal ini dapat menyebabkan
pencabutan lisensi yang diberikan oleh TCCC yang mana dapat membuat Pemohon Banding
tidak dapat menjalankan bisnisnya dan menghasilkan penghasilan kena pajak;
bahwa dalam hal ini, Perjanjian Lisensi antara Pemohon Banding dan TCCC telah secara jelas
mensyaratkan Pemohon Banding untuk mengeluarkan biaya marketing dan promosi guna
mempromosikan keberhasilan produk-produk, oleh karena itu, dengan adanya kewajiban
tersebut yang harus dijalankan oleh Pemohon Banding untuk beroperasi di Indonesia,
Pemohon Banding diharuskan untuk membuat dan terlibat dalam berbagai pengeluaran
pemasaran dan promosi yang secara langsung dan/atau tidak langsung untuk memastikan
bahwa Pemohon Banding telah memenuhi persyaratan dari License Agreement dan juga
untuk menjamin tujuan bisnis itu sendiri, yaitu untuk mempromosikan keberhasilan produk-
produk yang dijual yang pada akhirnya akan meningkatkan penjualan, profitabilitas, dan
pendapatan kena pajak;
bahwa perlu dicatat bahwa persyaratan dalam mengeluarkan biaya pemasaran dan promosi
ini memiliki peranan sangat penting dalam License Agreement. Pasal 16 dari License
Agreement secara jelas menyebutkan bahwa apabila Pemohon Banding gagal menjalankan
kewajiban tersebut, TCCC sebagai Pemberi Lisensi dapat mencabut lisensi yang diberikan
kepada Pemohon Banding, apabila hal itu terjadi, sangatlah jelas bahwa Pemohon Banding
tidak lagi dapat menjalankan bisnis di Indonesia dan juga tidak dapat menghasilkan
pendapatan kena pajak serta membayar Pajak Penghasilan Badan dan kewajiban pajak
lainnya, biaya penggantian atau reimbursement yang ditagihkan ke Pemohon Banding atas
biaya marketing PTCCDl dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban tersebut di atas, salah
satunya, yakni untuk mengeluarkan biaya pemasaran dan promosi yang diperlukan;
bahwa Penerapan Paragraf 6.36-6.38 Pedoman TP OECD 2010 tidaklah relevan sebagai
dasar koreksi, dimana dasar koreksi berkaitan dengan pertanyaan umum atas biaya yang
dapat dikurangkan untuk perhitungan Pph Badan sebagaimana ditunjukkan dalam dasar
hukum yang dikutip oleh Terbanding, Paragraf 6.36-6.38 Pedoman TP OECD 2010
menyinggung mengenai kompensasi yang harus diterima oleh wajib pajak yang melakukan
aktivitas marketing atas trademarks yang bukan milik wajib pajak tersebut, pedoman tersebut
tidak pernah memberikan pedoman bahwa Pemohon Banding tidak dapat membebankan
biaya penggantian marketing kepada PTCCDl hanya karena semata-mata Pemohon banding
bukan pemilik Trademark, pedoman tersebut juga tidak terkait dengan pertanyaan apakah
Pemohon Banding adalah pihak yang tepat untuk membayar penggantian kepada PTCCDl;
bahwa dalam hal ini, permasalahan yang diangkat oleh Terbanding adalah terkait apakah
biaya marketing tersebut dapat dibebankan berdasarkan Peraturan Pajak Penghasilan Badan
di Indonesia, Pemohon Banding melakukan kegiatan marketing (dalam hal ini dilakukan oleh
PTCCDI terlebih dahulu kemudian diberi penggantian oleh Pemohon Banding) untuk menjual
produk-produknya yang bertujuan untuk menghasilan pendapatan dan oleh karenanya biaya-
biaya tersebut seharusnya dapat dibebankan berdasarkan Peraturan Pajak Penghasilan
Badan di Indonesia seperti yang telah dijelaskan pada poin a), di atas;
c. bahwa selanjutnya Terbanding telah melakukan pemeriksaan pajak Pph Badan untuk Tahun
Pajak sampai dengan Tahun Pajak 2010, berdasarkan hasil dari pemeriksaan-pemeriksaan
pajak tersebut, Terbanding tidak pernah melakukan koreksi fiskal atau mempertentangkan
pengurang pajak atas transaksi diatas, hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa
Terbanding telah mengakui dan setuju dengan biaya-biaya tersebut sebagai pengurang pajak
di masa lalu, koreksi Tim Pemeriksa atas biaya ini menunjukkan ketidakkonsistenan
Terbanding dalam menerapkan peraturan perpajakan;
bahwa dengan melakukan koreksi fiskal ini, Terbanding telah mengabaikan hasil pemeriksaan
pajak yang merupakan produk hukum, hal ini merupakan pelanggaran terhadap prinsip
keadilan yang oleh karenanya menimbulkan ketidakpastian bagi Pemohon Banding dan
menimbulkan pengaruh negatif bagi kemampuan Pemohon Banding untuk melaksanakan
kegiatan bisnisnya dari tahun ke tahun;
bahwa berdasarkan penjelasan di atas, Pemohon Banding mohon agar koreksi fiskal atas biaya
promosi/pemasaran sebesar Rp 119.781.146.692,00 dapat dibatalkan;
Menurut Terbanding:
bahwa Terbanding menyatakan bahwa biaya tersebut masuk dalam kategori Bentuk Natura dan
Kenikmatan, berdasarkan penelitian terhadap dokumen yang disampaikan oleh Pemohon
Banding berupa invoice dan faktur pajak dari PT Santa Fe Indonesia, diketahui bahwa biaya
Employee Rental House Exp pada akun 810106000 sebesar Rp 392.985.049,00 merupakan
biaya relokasi karyawan atas nama Stewart Edmed dari Denmark ke Indonesia, bahwa biaya
relokasi karyawan tersebut sejatinya merupakan fasilitas yang diterima oleh karyawan karena
yang bersangkutan akan bekerja di PTCCI, fasilitas tersebut merupakan imbalan sehubungan
dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf e UU Pph, Terbanding berpendapat bahwa biaya
Employee Rental House Exp pada akun 810106000 sebesar Rp 392.985.049,00 merupakan
biaya yang tidak dapat dikurangkan dalam menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi
Wajib Pajak sesuai dengan Pasal 9 ayat (1 ) huruf e UU Pph;
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding dengan alasan-alasan sebagai
berikut:
bahwa biaya sebesar Rp 392.985.049,00 merupakan biaya relokasi yang harus dikeluarkan oleh
Pemohon Banding untuk karyawannya sebagai konsekuensi keputusan bisnis Pemohon Banding.
Biaya seperti itu bukan merupakan natura ataupun kenikmatan bagi karyawan, sebaliknya. biaya
tersebut merupakan pengeluaran bisnis umum yang harus dikeluarkan oleh Pemohon Banding
karena keputusan bisnis, oleh karena itu, biaya usaha tersebut merupakan biaya yang dapat
dikurangkan sesuai dengan Pasal 6 UU Pph, oleh karena itu, Pemohon Banding mohon agar
koreksi fiskal atas Employee Rental House Expense pada akun 810106000 sebesar
Rp 392.985.049 dapat dibatalkan;
bahwa berdasarkan penjelasan dan uraian di atas, Pemohon Banding menyimpulkan bahwa:
1. Surat Banding telah memenuhi seluruh ketentuan formal pengajuan banding sebagaimana
diatur dalam Pasal 27 UU KUP serta Pasal 35, 36, dan 37 UU Pengadilan Pajak;
Menurut PemohonBanding(Rp)
NO. uraian
bahwa selanjutnya, Pemohon Banding mengusulkan kepada Majelis Hakim Pengadilan Pajak
yang terhormat agar:
1. Menyatakan bahwa banding yang diajukan Pemohon Banding dapat diterima karena telah
memenuhi seluruh ketentuan formal;
2. Mengabulkan seluruhnya banding yang diajukan Pemohon Banding;
3. Mohon kiranya Majelis Yang Terhormat dapat menerima dan mengabulkan permohonan
banding ini dengan seadil-adilnya (Et Aequo Et Bono);
bahwa demikian Surat Banding ini disampaikan dengan harapan agar Majelis Hakim Pengadilan
Pajak yang memeriksa dan mengadili sengketa ini dapat memutuskan dengan pertimbangan
yang seadil-adilnya;
bahwa dalam Surat Bandingnya Pemohon Banding melampirkan salinan dokumen sebagai
berikut :
Ketentuan Formal
bahwa banding diajukan dengan Surat Banding dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan
Pajak;
bahwa banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima Surat
Keputusan yang dibanding;
bahwa Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas dan mencantumkan tanggal
diterima Surat Keputusan Terbanding Nomor: KEP-1608/KEB/WPJ.07/2017 tanggal 9 0ktober
2017;
bahwa Surat Banding dilampiri salinan Surat Keputusan yang dibanding, yaitu Surat Keputusan
Terbanding Nomor: KEP-01608/KEBAVPJ.07/2017 tanggal 9 0ktober 2017;
bahwa Surat Banding ditandatangani oleh Pemohon Banding Ravi Kondagunturi selaku Direktur
Berkaitan dengan penandatangan Surat Banding diketahui bahwa penandatangan Surat Banding
sama dengan penandatangan Surat Keberatan, sehingga diketahui bahwa yang bersangkutan
berwenang untuk menandatangani Surat Banding sesuai dengan Pasal 32 UU KUP;
bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, permohonan banding Pemohon Banding telah
memenuhi ketentuan formal sebagaimana diatur Pasal 32 undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, Pasal 35 ayat (1 ) dan (2) dan Pasal 36
ayat (1), (2), dan (3) serta Pasal 37 ayat (1) Undangundang Nomor 14 Tahun 2002 tentang
Pengadilan Pajak,
bahwa Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak Penghasilan Nomor: 00078/406/14/057/16
tanggal 2 Agustus 2016 Masa Pajak 2014 diterbitkan berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan
KPP Penanaman Modal Asing Empat Nomor: LAP/00647AVPJ.07/KP.0505/RIK.SIS/2016 tanggal
29 Juli 2016 dengan perhitungan sebagai berikut :
bahwa atas ketetapan tersebut, Pemohon Banding mengajukan keberatan dengan Surat Nomor:
044/Ccl/10/2016 tanggal 28 0ktober 2016 yang diterima KPP Penanaman Modal Asing Empat
tanggal 31 0ktober 2016 berdasarkan LPAD Nomor: PEM:0100581610571octl2016 tanggal
310ktober 2016;
bahwa atas Surat Keberatan Pemohon Banding, telah diterbitkan Surat Keputusan Terbanding
Nomor: KEP-01608/KEB/WPJ.07/2017 tanggal 9 0ktober 2017, dengan perhitungan sebagai
berikut:
bahwa setelah membaca Surat Banding, mempelajari Laporan Penelitian Keberatan, berkas
surat menyurat yang beriangsung selama proses penyelesaian keberatan, Surat Keberatan
Pemohon Banding, dengan ini disampaikan analisa pokok sengketa atas Surat Banding dari
Pemohon Banding sebagai berikut :
Menurut Terbanding :
A. Dasar Hukum
"Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap,
ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan, termasuk biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan
dengan kegiatan usaha".,
Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 02/PMK.03/2010 tentang Biaya
Promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto mengatur:
"Biaya Promosi adalah bagian dari biaya penjualan yang dikeluarkan oleh Wajib Pajak dalam
rangka memperkenalkan dan/atau menganjurkan pemakaian suatu produk balk langsung
maupun tidak langsung untuk memperfahankan dan/atau meningkatkan penjualan";
bahwa berdasarkan dokumen yang diberikan oleh Pemohon Banding diketahui sebagai berikut :
bahwa terdapat Debit Note dari PT Coca Cola Distribution Indonesia (PTCCDl) yang ditujukan
kepada Pemohon Banding terkait marketing support project reach sebesar Rp 5.232.931.446,00;
bahwa terdapat Faktur Pajak Nomor: 010.002-14.98556144 dari PT Coca Cola Distribution
Indonesia (PT CCDl) yang ditujukan kepada Pemohon Banding terkait marketing support project
reach sebesar Rp5.232.931.446,00;
bahwa berdasarkan dokumen Reach Sales Partner Project Claim Until Q3 2014 diketahui bahwa
marketing support project reach sebenarnya merupakan biaya pemasaran berupa potongan
penjualan yang diberikan oleh PT CCDI kepada pembelinya yang kemudian ditagihkan kembali
kepada PT CCI;
bahwa terdapat Debit Note dari PT Coca Cola Distribution Indonesia (PT CCDl) yang ditujukan
kepada Pemohon Bandingterkait marketing support project reach sebesar Rp 11.059.930.422,00;
bahwa terdapat Faktur Pajak Nomor: 010.002-14.98465406 dari PT Coca Cola Distribution
Indonesia (PT CCDI) yang ditujukan kepada Pemohon Banding terkait marketing support project
reach sebesar Rpl 1.059.930.422,00;
bahwa berdasarkan dokumen pendukung yang dilampirkan diketahui bahwa marketing support
project reach sebesar Rpll.059.930.422,00 sebenarnya merupakan motor vehicle cost dan
labor cost yang dikeluarkan oleh PT CCDl yang kemudian ditagihkan kembali kepada PT Ccl;
Rp 6.000.000.000,00;
bahwa berdasarkan dokumen pendukung yang dilampirkan diketahui bahwa CDE Reoffering
sebenarnya merupakan biaya pemasaran berupa diskon yang diberikan oleh PT CCDl yang
kemudian ditagihkan kembali kepada PT Ccl;
bahwa terdapat Purchase Order Nomor: 4506181585 dari PT Coca Cola Distribution Indonesia
(PT CCDl) yang ditujukan kepada Pemohon Bandingterkait Marketing Support Minimart Space
Rental sebesar Rpl2.480.648.576,00;
bahwa terdapat Debit Note Nomor: 175-12-2014 dari PT Coca Cola Distribution Indonesia
(PT CCDl) yang ditujukan kepada Pemohon Banding terkait Marketing Support Minimart Space
Rental sebesar Rpl2.480.648.576,00;
bahwa terdapat Faktur Pajak Nomor: 010.002-15.98417167 dari PT Coca Cola Distribution
Indonesia (PT CCDl) yang ditujukan kepada Pemohon Banding terkait Marketing Support
Minimart Space Rental sebesar Rpl2.480.648.576,00;
bahwa berdasarkan dokumen pendukung yang dilampirkan diketahui bahwa Marketing Support
Minimart Space Rental sebesar Rpl2.480.648.576,00 sebenarnya merupakan sewa posisi
strategis di lndomaret dan rental cooler di Alfamart yang dilakukan oleh PT CCDl yang kemudian
ditagihkan kembali kepada PT Ccl;
bahwa berdasarkan beberapa contoh dokumen di atas, dapat diketahui bahwa biaya promosi
tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan serta mempunyai berhubungan dengan kegiatan
usaha pihak lain yaitu PT Coca Cola Distribution Indonesia dalam memasarkan produknya;
bahwa biaya yang menjadi beban PT Coca Cola Distribution Indonesia tersebut kemudian
dimintakan penggantian kepada Pemohon Banding;
C. Penelitian terhadap dokumen perjanjian yang dibuat dan ditandatangani pada tanggal 10 Mei
1997 antara:
bahwa Perseroan yang didirikan dan berada menurut Undang-Undang Negara Bagian Delaware,
Amerika Serikat, beralamat di 310 North Avenue, N.W Kota Atlanta, Negara Bagian Georgia
Amerika Serikat (Perseroan);
Pemohon Banding
bahwa Perseroan yang didirikan dan berada menurut Undang-Undang Republik Indonesia yang
berkantor pusat di Wisma GKBI Lantai 8 Jalan Jenderal Sudirman No 28 Jakarta Republik
Indonesia (PT CCI);
bahwa Perseroan bergerak dalam usaha yang berhubungan dengan pembuatan sejenis bahan
konsentrat, bahan dasar minuman dan sirup (Produk) yang dipergunakan untuk membuat
minuman non-alkohol (Minuman) yang dibedakan menurut merek dagang COCA COLA dan
singkatannya yang dikenal sebagai COKE beserta seluruh salinannya;
bahwa SPRITE beserta seluruh salinannya; FANTA beserta seluruh salinannya; dan botol khusus
yang dipergunakan secara eksklusif untuk memasarkan Minuman COCA COLA, FANTA dan
SPRITE;
bahwa Perseroan adalah pemilik yang terdaftar di Republik Indonesia untuk merek dagang
terkenal COCA COLA, FANTA dan SPRITE, beserta seluruh salinannya; dan botol-botol khusus
untuk COCA COLA, FANTA dan SPRITE, botol-botol tersebut dipergunakan secara eksklusif
untuk memasarkan Minuman ini (Merek Dagang);
"a corporation organized and existing under the laws of the State of Delaware, United States Of
America, with principal offices at One Coca Cola Plaza, N. W., in the City of Atlanta, State Of
Georgia USA (hereinafter referred to as the "Company")";
"a corporation organized and exiting under the Indonesia with principal offices at Wisma Jenderal
Sudirman No 28 Jakarta, Indonesia as the "Distributor') PT Coca Cola Amatil Indonesia Bottlinga
corporation organized and exiting under the Indonesia with principal offices at Wisma Jenderal
Sudirman No 28 Jakarta, Indonesia as the "Bottler")laws of the Republic of GKBI 8th Floor, Jalan
(here in after referred to laws of the Republic of GKBl 8th Floor, Jalan (hereinafter referred to
whereas);
8. The Company is the owner of the trade marks set forth in Appendix 11 that distinguish the said
Beverage Bases, Syrups and Beverages and is also the owner of various trade marks
consisting of Distinctive Containers in various sizes in which the Beverages have been
marketed for many years and of the trade marks consisting of Dynamic Ribbon devices which
are used in the advertising and marketing of certain of the Beverages (all of the said trade
marks being collectively or severally referred to hereinafter as the "Trade marks") ;
Ill. Obligations of the distributor relative to marketing of the beverages, financial, capacity and
planning;
7. The parties agree that, to develop and stimulate demand for each Of the beverages, advertising
and other of marketing activities are required. The Distributor agrees, therefore, to spend such
funds for the advertising and markcting Of the beverages as may be requied to maintain and to
increase the demand for each of the beverages in the Territory. The Company may, in its sole
discretion, contribute to such advertising and marketing expenditures. The Company may also
undertake at its own expense any advertising or promotional activity that the Company deems
appropriate to conduct in the Territory, but this shall in no way affect the obligations of the
Distributor to spend funds for the advertising and marketing Of each of the beverages so as to
stimulate and develop the demand for each of the beverages in the Territory;
8. The Distributor shall submit to the Company, for its prior approval, all advertising and all
promotions relating to the Trade Marks or the Beverages and shall use, publish, maintain or
distribute only such advertising or promotional material relating to the Trade Marks or to the
Beverages as the Company shall approve and authorize":
E. OECD TP Guidelines
"6.36 - Difficult transfer pricing problems can arise when marketing activities are undertaken by
enterprises that do not own the trademarks or tradenames that they are promoting (such as a
distributor of branded goods). In such a case, it is necessary to determine how the marketer
should be compensated for those activit.Ies. The issue is whether the marketer should be
compensated as a service provider, i.e. for providing promotional services or whether there are
any cases in which the marketer should share in any additional return attributable to the
marketing intangibles. A related question is how the return attributable to the marketing
intangibles can be identified";
"As regards the first issue - whether the marketer is entitled to a return on the marketing
intangibles above a normal return on marketing activities - the analysis requires an assessment of
the obligations and rights implied by the agreement between the parties. It will often be the case
that the return on marketing activities will be sufficient and appropriate. One relatively clear case
is where a distributor acts merely as an agent, being reimbursed for its promotional expenditures
by the owner of the marketing intangible, in that case, the distributor would be entitled to
compensation appropriate to its agency activities alone and would not be entitled to share in any
return attributable to the marketing intangible";
"Where the distributor actually bears the cost of its marketing activities (i.e., there is no
arrangement for the owner to reimburse the expenditures), the issue is the extent to which the
distributor is able to share in potential benefits from those activities. In general, the arm's length
dealings the ability of a party that is not the legal owner of a marketing intangible to obtain the
future benefits of a marketing activities that increase the value of that intangible will depend
principally on the substance Of the rights Of the party. For example, a distributor may have the
ability to obtain benefits from its investments in developing the value of a trademark from its
turnover and market share where it has along term contract of sole distribution rights/or the
trademarked product. In such cases, a distributor may bear eictraordinary marketing expenditures
beyond what an independent distributor in such a case might obtain an additional return from the
owner of a trademark, perhaps through a decrease in the purchase price of the product or a
reduction in royalty rate";
F. Pendapat Terbanding
bahwa yang menjadi pokok sengketa keberatan adalah koreksi atas Biaya Pemasaran/Promosi
sebesar Rp 119.781.146.692,00;
bahwa Pemohon Banding berpendapat bahwa biaya pemasaran tersebut dapat dibebankan
untuk penghitungan pajak penghasilan sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UU Pph dengan
alasan :
bahwa berdasarkan penelitian terhadap dokumen yang disampaikan oleh Pemohon Banding
diketahui bahwa biaya pemasaran tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan oleh PT Coca
Cola Distribution Indonesia yang kemudian dimintakan penggantian (reimbursement) kepada
Pemohon Banding terkajt kegiatan marketing yang dilakukannya;
bahwa berdasarkan penelitian terhadap dokumen perjanjian yang dibuat dan ditandatangani
pada tanggal 10 Mei 1997 antara The Coca Cola Company dan Pemohon Banding serta
dokumen "Distributor's Agreement" yang dibuat dan ditandatangani pada tanggal 1 Februari 2000
antara The Coca Cola Company dan PT Coca Cola Amatil Indonesia diketahui bahwa The Coca
Cola Company merupakan "Pemilik Merk" Coca Cola, dengan demikian Pemohon Banding yaitu
Pemohon Banding bukan Pemilik Merk Coca Cola;
bahwa atas kondisi ini, terdapat 2 rekomendasi yang diberikan oleh OECD TP Guideline yaitu :
- Perusahaan yang melakukan kegiatan marketing menerima kompensasi sebagai pemberi jasa
dari pemilik merk dagang; atau
bahwa merujuk kepada Paragraph 6.36-6.38 OECD TP Guidelines maka atas biaya pemasaran
dan promosi yang telah dibebankan oleh PT Coca Cola Distribution Indonesia selaku agen atau
distributor tidak dapat dimintakan penggantian atau reimbursement kepada Pemohon Banding
yaitu Pemohon Banding karena yang bersangkutan bukan Pemilik Merk Dagang Coca Cola;
bahwa berdasarkan Pasal 6 ayat (1) huruf a UU Pph mengatur besarnya Penghasilan Kena
Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan
penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,
termasuk biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha;
bahwa berdasarkan penelitian terhadap dokumen yang disampaikan oleh Pemohon Banding
diketahui bahwa biaya pemasaran tersebut merupakan biaya yang nyata-nyata dikeluarkan oleh
pihak lain (PT Coca Cola Distribution Indonesia) dalam rangka meningkatkan penjualan PT Coca
Cola Distribution Indonesia;
bahwa merujuk Pasal 6 ayat (1) huruf a UU Pph dan Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor: 02/PMK.03/2010 serta Paragraph 6.36-6.38 OECD TP Guidelines
maka biaya pemasaran tersebut tidak dapat dijadikan beban oleh Pemohon Banding (Pemohon
Banding ) karena biaya tersebut merupakan biaya yang berkaitan dengan kegiatan usaha pihak
lain yaitu PT Coca Cola Distribution Indonesia dan Pemohon Banding bukan Pemilik Merk
Dagang Coca Cola;
bahwa dengan demikian, koreksi Terbanding telah didasarkan pada ketentuan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku;
2) Koreksi Fiskal dalam Pemindahan atau Penggantian / imbalan Pekerjaan / Jasa dalam
Bentuk Natura dan Kenikmatan sebesar Rp 392.986.049,00
Menurut Terbanding:
Dasar Hukum
Pasal 9 ayat (1 ) huruf e UU Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Alas UU Nomor
7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan mengatur Untuk menentukan besarnya Penghasilan
Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan
penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk
natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta
penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan;
- Invoice Nomor: 002820 tanggal 8 Desember 2014 dari PT Santa Fe lndonusa dengan nilai
tagihan sebesar Rp 328.440.017,00;
- bahwa Faktur Pajak Nomor: 010.003-14.41841376 tanggal 8 Desember 2014 dari PKP
Penerbit PT Santa Fe lndonusa dengan DPP sebesar Rp 328.440.017,00,
- bahwa Invoice Nomor: 002818 tanggal 8 Desember 2014 dari PT Santa Fe lndonusa dengan
nilai tagihan sebesar Rp 64.545.031,00;
- bahwa Faktur Pajak Nomor: 010.003-14.41841375 tanggal 8 Desember 2014 dari PKP
Penerbit PT Santa Fe lndonusa dengan DPP sebesar Rp 64.545.031, 00;
- bahwa tagihan dalam Invoice dan Faktur Pajak tersebut merupakan tagihan atas jasa
pemindahan karyawan atas nama Stewart Edmed dari Denmark ke Indonesia:
Pendapat Terbanding
bahwa Terbanding melakukan koreksi atas biaya Employee Rental House Exp pada akun
810106000 sebesar Rp 392.985.049,00;
bahwa Terbanding berpendapat bahwa biaya tersebut dikoreksi karena merupakan Penggantian
atau lmbalan Pekerjaan atau Jasa dalam bentuk natura dan kenikmatan;
bahwa berdasarkan penelitian terhadap dokumen yang disampaikan oleh Pemohon Banding
berupa Invoice dan Faktur Pajak dari PT Santa Fe Indonesia diketahui bahwa biaya Employee
Rental House Exp pada akun 810106000 sebesar Rp392.985.049,00 merupakan biaya
pemindahan karyawan atas nama Stewart Edmed dari Denmark ke Indonesia;
bahwa biaya pemindahan karyawan tersebut sejatinya merupakan fasilitas yang diterima oleh
karyawan karena yang bersangkutan akan bekerja di Pemohon Banding;
bahwa fasilitas tersebut merupakan imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan sebagaimana dim aksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf e UU Pph;
bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, Terbanding berpendapat bahwa biaya Employee Rental
House Exp pada akun 810106000 sebesar Rp392.985.049,00 merupakan biaya yang tidak dapat
dikurangkan dalam menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Pemohon Banding
sesuai dengan Pasal 9 ayat (1 ) huruf e UU Pph;
bahwa dengan demikian, koreksi Terbanding telah sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku;
Kesimpulan
bahwa Surat Banding Nomor: 004/Ccl/01/2018 tanggal 5 Januari 2018 telah memenuhi
ketentuan formal sebagaimana diatur dalam Pasal 32 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, Pasal 35 ayat (1 ) dan (2) dan Pasal 36
ayat (1), (2), dan (3) serta Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang
Pengadilan Pajak;
bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, maka diusulkan kepada Majelis untuk menolak
permohonan banding Pemohon Banding dan tetap mempertahankan Keputusan Terbanding
Nomor: KEP-01608/KEBAVPJ.07/2017 tanggal 9 0ktober 2017 tentang Keberatan Wajib Pajak
atas Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak Penghasilan Nomor: 00078/406/14/057/16 tanggal
2 Agustus 2016 Tahun Pajak 2014 atas nama Pemohon Banding , NPWP 01.000.626.0-
057.000.a.n. Terbanding Kepala Kantor:
bahwa Terbanding dalam Surat Uraian Bandingnya tidak melampirkan salinan dokumen apapun;
bahwa Pemohon Banding setuju atas pendapat Terbanding bahwa pengajuan banding Pemohon
Banding telah memenuhi ketentuan formal;
bahwa berdasarkan butir lv halaman 14 dari SUB, Terbanding mengusulkan kepada Majelis
untuk menolak permohonan banding Pemohon Banding dan mempertahankan Keputusan
Terbanding Nomor: KEP-01608/KEBAVPJ.07/2016 tanggal 9 0ktober 2017 tentang Keberatan
atas Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak Penghasilan Badan untuk Tahun Pajak 2014
Nomor: 00078/406/14/057/16 tanggal 2 Agustus 2016;
bahwa menurut Terbanding, Keputusan Terbanding atas keberatan Pemohon Banding telah
sesuai dengan data dan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku;
bahwa berikut adalah koreksi yang tetap dipertahankan oleh Terbanding sesuai dengan
Keputusan Terbanding Nomor: KEP-01608/KEBAVPJ.07/2016 tanggal 9 0ktober 2017 atas
keberatan Pemohon Banding dan yang Pemohon Banding ajukan banding dalam Surat Banding:
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dan mengajukan banding atas koreksi fiskal yang
dilakukan oleh Terbanding diatas dengan alasan-alasan sebagai berikut:
bahwa alasan-alasan yang dikemukakan oleh Terbanding di dalam penjelasannya pada dasarnya
hanya mengulang pendapat yang telah dijelaskan dalam Surat Pemberitahuan Untuk Hadir
("SPUH") pada saat proses keberatan, pada intinya Terbanding menyimpulkan bahwa biaya yang
dikeluarkan oleh Pemohon Banding tidak berkaitan secara langsung maupun tidak langsung
dengan kegiatan usaha Pemohon Banding dan/atau tidak dikeluarkan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan, dasar pernyataan tersebut menggambarkan bahwa
pengeluaran biaya dari Pemohon Banding tidak untuk memperkenalkan atau mempromosikan
produknya baik secara langsung ataupun tidak langsung guna mempertahankan dan/atau
meningkatkan penjualannya, selain itu Pemohon Banding juga dilarang untuk me-reimburse
biaya PT Coca-Cola Distribution Indonesia;
bahwa berikut ini adalah ringkasan pendapat Pemohon Banding sehubungan dengan pernyataan
Terbanding di atas:
bahwa biaya marketing/promosi yang ditanggung oleh Pemohon Banding merupakan biaya
usaha yang valid sehubungan dengan aktivitas usaha sesuai Pasal 6 ayat (1) UU Pph,
pengeluaran tersebut jelas memberikan keuntungan langsung kepada usaha Pemohon Banding
dalam mendapatkan penjualan dan penghasilan kena pajak, keberhasilan penjualan produk
minuman siap saji di pasaran jelas berhubungan langsung atau berkorelasi dan berkontribusi
terhadap peningkatan penjualan sari minuman yang diproduksi oleh Pemohon Banding, tentunya,
keberhasilan produk minuman siap saji tersebut menggambarkan keberhasilan sari minuman
yang diproduksi dan dijual oleh Pemohon Banding mengingat sari minuman adalah bahan dasar
produk itu sendiri yang secara jelas akan membedakan dengan produk-produk minuman siap saji
lainnya yang dijual oleh kompetitor-kompetitor;
bahwa berdasarkan peraturan di atas, sudah jelas bahwa Ccl memiliki hak yang sah menurut
hukum untuk mengakui biaya tersebut sebagai biaya yang dapat dibebankan secara fiskal karena
telah memenuhi persyaratan formal dan material yakni daftar nominatif telah dilampirkan dan
pengeluaran tersebut berhubungan dan memberikan manfaat bagi Pemohon Banding untuk
mendapatkan penghasilan kena pajak;
bahwa penerapan Paragraf 6.36-6.38 dari OECD TP Guidelines 2010 oleh Terbanding tidaklah
relevan karena paragraf tersebut tidak memberikan pedoman mengenai pembebanan biaya
pemasaran/promosi dari sudut pandang Pph Badan di Indonesia dan pedoman tersebut tidak
melarang Pemohon Banding untuk dapat menanggung biaya yang di-reimburse kepada pihak
lain;
bahwa Terbanding telah mengakui dan menyetujui biaya pemasaran/promosi berdasarkan hasil
pemeriksaan pajak atas Pph Badan Tahun Pajak 2010 dan tahun-tahun sebelumnya, koreksi
Pemeriksa Pajak atas beban tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa Terbanding tidak
konsisten dalam menerapkan peraturan perpajakan dan menyebabkan ketidakpastian hukum
bagi Pemohon Banding;
bahwa penjelasan yang lebih rinci mengenai sanggahan Pemohon Banding atas pendapat
Terbanding dapat dirujuk dalam Surat Banding Pemohon Banding tertanggal 5 Januari 2018 yang
telah Pemohon Banding sampaikan pada tanggal 8 Januari 2018;
bahwa berdasarkan penjelasan di atas, Pemohon Banding mohon agar koreksi fiskal atas biaya
promosi/pemasaran sebesar Rp 119.781.146.692,00 dapat dibatalkan;
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding dengan alasan-alasan sebagai
berikut:
bahwa biaya sebesar Rp392.985.049,00 merupakan biaya relokasi yang harus dikeluarkan oleh
Pemohon Banding untuk karyawannya sebagai konsekuensi keputusan bisnis Pemohon Banding,
biaya seperti itu bukan merupakan natura ataupun kenikmatan bagi karyawan, sebaliknya biaya
tersebut merupakan pengeluaran usaha yang umum yang harus dikeluarkan oleh Pemohon
Banding karena keputusan bisnis, oleh karena itu biaya usaha tersebut merupakan biaya yang
dapat dikurangkan sesuai dengan Pasal 6 UU Pph, oleh karena itu, Pemohon Banding mohon
agar koreksi fiskal atas Employee Rental House Expense pada akun 810106000 sebesar
Rp392.985.049,00 dapat dibatalkan;
Kesimpulan
bahwa berdasarkan tanggapan Pemohon Banding atas Surat Uraian Banding Terbanding
tersebut di atas, maka Pemohon Banding mohon agar Majelis mengabulkan permohonan
banding Pemohon Banding dan menetapkan kembali kewajiban perpajakan Pemohon Banding
untuk ketetapan Pph Badan Tahun Pajak 2014, sebagai berikut:
Menurut PemohonBanding(Rp)
Uraian
bahwa dalam Surat Bantahannya, Pemohon Banding melampirkan dokumen sebagai berikut:
1. Nama Drs.H.Mardianto,M.M,
Jabatan Kuasa Hukum,
Nomor lzin Kuasa Hukum KEP-247/PP/lKH/2017 tanggal 9 Maret 2017,
Surat Kuasa 002/Col/01/2018 tanggal 04 Januari 2018;
bahwa Majelis memeriksa kewenangan Pengadilan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
31 ayat (1 ) dan (2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak;
bahwa Surat Banding Nomor: 004/Ccl/01/2018 tanggal 5 Januari 2018, menyatakan tidak setuju
terhadap Keputusan Terbanding Nomor: KEP-01608/KEB/WPJ.07/2017 tanggal 9 0ktober 2017
tentang keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2014
Nomor: 00078/406/14/057/16 tanggal 02 Agustus 2016;
KETENTUAN FORMAL
bahwa Surat Banding Nomor: 004/Ccl/01/2018 tanggal 5 Januari 2018, dibuat dalam Bahasa
Indonesia dan ditujukan kepada Pengadilan Pajak, sehingga memenuhi ketentuan Pasal 35 ayat
(1 ) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak;
bahwa Surat Banding Nomor: 004/Ccl/01/2018 tanggal 5 Januari 2018, diterima oleh Sekretariat
Pengadilan Pajak pada hari Senin tanggal 8 Januari 2018 (diantar), sedangkan Keputusan
Terbanding atas keberatan Pemohon Banding diterbitkan pada tanggal 9 0ktober 2017, sehingga
pengajuan banding memenuhi ketentuan mengenai jangka waktu 3 (tiga) bulan pengajuan
banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002
tentang Pengadilan Pajak;
bahwa Surat Banding Nomor: 004/Ccl/01/2018 tanggal 5 Januari 2018 menyatakan tidak setuju
terhadap Keputusan Terbanding Nomor: KEP-01608/KEB/VVPJ.07/2017 tanggal 9 0ktober 2017
memenuhi persyaratan satu Surat Banding untuk satu Keputusan Terbanding sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak;
bahwa Surat Banding Nomor: 004/Ccl/01/2018 tanggal 5 Januari 2018, memuat alasan-alasan
banding yang jelas, dan walaupun tidak mencantumkan tanggal diterimanya Keputusan
Terbanding Nomor: KEP-01608/KEB/WPJ.07/2017 tanggal 9 0ktober 2017, namun pengajuan
banding masih dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pengajuan banding, sehingga memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun
2002 tentang Pengadilan Pajak;
bahwa Surat Banding Nomor: 004/Ccl/01/2018 tanggal 5 Januari 2018, dilampiri dengan salinan
Keputusan yang dibanding, sehingga memenuhi ketentuan Pasal 36 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak;
bahwa banding diajukan terhadap besarnya pajak yang lebih bayar sebesar
Rp41.151.618.279,00 yang di dalamnya tidak terdapat jumlah pajak yang harus dibayar,
sehingga pengajuaN banding memenuhi ketentuan Pasal 36 ayat (4) Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak;
bahwa Surat Banding Nomor: 004/Ccl/01/2018 tanggal 5 Januari 2018 ditandatangani oleh
Sdr. Ravi Kondagunturi, jabatan: Direktur, berdasarkan Akta Nomor 15 tanggal 5 Juni 2017
tentang Pernyataan Keputusan Pemegang Saham, yang dibuat oleh Aryanti Artisari S.H.,M.Kn.,
Notaris di Jakarta, yang bersangkutan berhak menandatangani Surat Banding tersebut, sehingga
memenuhi ketentuan Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang
Pengadilan Pajak;
bahwa Surat Banding Nomor: 004/CCI/01/2018 tanggal 5 Januari 2018 memenuhi ketentuan
formal pengajuan banding;
bahwa pengajuan banding telah didahului dengan Surat Keberatan Nomor: 044/Ccl/10/2016
tanggal 28 0ktober 2016 yang berisi keberatan Pemohon Banding atas Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2014 Nomor: 00078/406/14/057/16 tanggal
02 Agustus 2016;
bahwa Surat Keberatan Nomor: 044/Ccl/10/2016 tanggal 28 0ktober 2016, ditujukan kepada
Terbanding dan dibuat dalam Bahasa Indonesia, sehingga memenuhi ketentuan Pasal 25 ayat
(2) undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009;
bahwa Surat Keberatan Nomor: 044/CCI/10/2016 tanggal 28 0ktober 2016, diterima oleh
Terbanding pada tanggal 310ktober 2016, sedangkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak
Penghasilan Tahun Pajak 2014 Nomor: 00078/406/14/057/16 diterbitkan pada tanggal
02 Agustus 2016, sehingga pengajuan keberatan memenuhi ketentuan mengenai jangka waktu 3
(tiga) bulan pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud Pasal 25 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009;
bahwa Surat Keberatan Nomor: 044/Ccl/10/2016 tanggal 28 0ktober 2016 diajukan terhadap
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2014 Nomor:
00078/406/14/057/16 tanggal 02 Agustus 2016 dan jumlah yang disetujui Pemohon Banding
berdasarkan pembahasan akhir hasil pemeriksaan adalah lebih bayar sebesar
Rp71.195.151.279,OO, sehingga pengajuan keberatan memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud Pasal 25 ayat (3a) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2009;
bahwa Sdr: Ravi Kondagunturi, jabatan: Direktur, selaku penandatangan Surat Keberatan Nomor:
044/Ccl/10/2016 tanggal 28 0ktober 2016, berhak menandatangani Surat Keberatan tersebut,
sehingga memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1 ) Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009;
bahwa Surat Keberatan Nomor: 044/CCI/10/2016 tanggal 28 0ktober 2016 memenuhi ketentuan
formal pengajuan keberatan;
bahwa keputusan Terbanding atas keberatan Pemohon Banding diterbitkan tanggal 9 0ktober 2017,
sedangkan Surat Keberatan diterima oleh Terbanding tanggal 31 0ktober 2016, sehingga
Terbanding memenuhi ketentuan mengenai kewajiban membalas dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan sebagaimana dimaksud Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009;
bahwa Surat Keberatan Nomor: 044/Ccl/10/2016 tanggal 28 0ktober 2016 ditujukan terhadap
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2014 Nomor:
00078/406/14/057/16 tanggal 02 Agustus 2016;
bahwa Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2014
Nomor: 00078/406/14/067/16 tanggal 02 Agustus 2016 memenuhi ketentuan formal penerbitan
Surat Kctetapan Pajak;
POKOK SENGKETA
Menimbang, bahwa pemeriksaan terhadap materi sengketa mengenai objek pajak dimulai
dengan menganalisa perkembangan sengketa mengenaj objek pajak, dilanjutkan rnenyimpulkan
pokok-pokok sengketa mengenai objek pajak, membahas setiap pokok sengketa mengenai objek
pajak tersebut, dan diakhiri dengan penilaian Majelis terhadap nilai objek pajak menurut
keputusan Terbanding atas keberatan Pemohon Banding sebelum banding ini;
Menimbang, bahwa dalam sengketa banding ini terdapat sengketa mengenai Objek
PajakITarif Pajak;
bahwa Majelis telah menghimpun data untuk menganalisa perkembangan nilai sengketa
mengenai besarnya objek pajak, sebagai berikut :
bahwa menurut pendapat Majelis, Terbanding menetapkan nilai Penghasilan Neto Pajak
Penghasilan Badan Tahun Pajak 2014 sebesar Rp699.444.675,219,00 sebagai dasar untuk
menerbitkan ketetapan semula, sedangkan Pemohon Banding melaporkan nilai Penghasilan
Neto Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2014 sebesar Rp578.204.063.186,00 sehingga
selisih nilai Penghasilan Neto Pajak Penghasilan sebelum keberatan adalah sebesar
Rpl 21.240.612.033,00;
bahwa menurut pendapat Majelis, atas ketetapan Terbanding yang menyatakan njlai Penghasilan
Neto Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2014 sebesar Rp699.444.675,219,00, Pemohon
Banding mengajukan keberatan dengan menyebutkan secara eksplisit nilai Penghasilan Neto
Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2014 sebesar Rp 579.270.543.478,00, sehingga nilai
sengketa sampai dengan keberatan adalah sebesar Rpl 20.174.131.741,00;
bahwa terjadi penurunan sengketa karena Pemohon Banding menyetujui koreksi Terbanding
sebesar Rpl .066.480.292,00 sebagai objek Pajak Penghasilan;
bahwa menurut pendapat Majelis, atas keputusan Terbanding yang menyatakan nilai
Penghasilan Neto Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2014 sebesar Rp699.444.675,219,00,
Pemohon Banding mengajukan banding dengan menyebutkan secara eksplisit besarnya
Penghasilan Neto Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2014 sebesar Rp 579.270.543.478,00,
sehingga nilai sengketa sampai dengan Surat Banding adalah sebesar Rpl20.174.131.741,00;
bahwa menurut pendapat Majelis, atas banding Pemohon Banding yang menyatakan nilai
Penghasilan Neto Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2014 sebesar Rp 579.270.543.478,00,
Terbanding dalam Surat Uraian Banding berpendapat bahwa besarnya nilai Penghasilan Neto
Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2014 sebesar Rp699.444.675,219,OO, sehingga nilai
sengketa sampai dengan Surat Uraian Banding adalah sebesar Rpl20.174.131.741,00
bahwa menurut pendapat Majelis, atas pendapat Terbanding dalam Surat Uraian Banding bahwa
besarnya nilai Penghasilan Neto Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2014 sebesar
Rp699.444.675,219,00 Pemohon Banding membuat bantahan dengan menyebutkan secara
eksplisit besarnya nilai Penghasilan Neto Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2014 sebesar
Rp 579.270.543.478,00, sehingga sengketa sampai dengan Surat Bantahan adalah sebesar
Rpl 20.174.131.741,00;
Menimbang, bahwa dalam sengketa Banding ini tidak terdapat sengketa mengenai sanksi
administrasi, kecuali bahwa besamya sanksi administrasi terganfung pada penyslesaian
sngketalainnya;
Menimbang, bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah koreksi
Terbanding atas nilai Penghasilan Neto Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2014 sebesar
Rpl20.174.131.741,00 yang terdiri dari:
1. Biaya atas pronosi dan pemasaran Rpl 19.781.146.692,00
2. Biaya atas penggantiaMmbalen pekerjaan/Jasa dalam matura/Kenikmatan Rp 392.985.049,00
yang tidak disefujui oleh Pemohon Banding;
Menimbang, bahwa hasil pembahasan tiap pokck sengketa tersebut di atas adalah
schgaiberikut:
Menurut Terbandina
A. Dasar Hukum
"Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap,
ditentukan berdasarkan penghasilan brute dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan, termasuk biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan
dengan kegiatan usaha";
Pasal 1 Peraturan Menteri Keuengan Republik Indonesia Nomor. 02/PMK.03/2010 tentang Biaya
Promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto mengatur:
"Biaya Promosi adalah bagian dari biaya penjualan yang dikeluarkan oleh Wajib Pajak dalam
rangka memperkenalkan dan/atau menganjurkan pemakaian suatu produk balk langsung
maupun tidak langsung untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan penjualan'';
bahwa berdasarkan dckumen yang diberittan oleh Pemohon Banding diketahui sebagai berikut :
bahwa terdapat Debit Note dari PT Coca Cola Distribution Indonesia (PTCCDl) yang ditujukan
kepada Pemohon Banding terkait marketing support project reach sebesar Rp 5.232.931.446,00;
bahwa terdapat Faktur Pajak Nomor: 010.002-14.98556144 deri PT Coca Cola Distribution
Indonesia (PT CCDl) yang ditujukan kepada Pemohon Banding terkait marketing support project
reach sebesar Rp5.232.931.446,00;
bahwa berdasarkan dokumen Reach Sales Partner Project Claim Until Q3 2014 diketahui bahwa
marketing support project reach sebenarnya memupakan biaya pemasaran berupa petongan
penjuaLan yang diberikan oleh PT CCDl kepada pembelinya yang kemndian ditagihkan kembali
kepada PT col;
bahwa berdasarkan dokumen pendukung yang dilampirkan diketahui bahwa marketing support
project reach sebesar Rpl 1.059.930.422,OO sebenarnya merupakan motor vehicle cost dan
labor cost yang dikeluarkan oleh PT CCDl yang kemudian ditagihkan kembali kepada PT Ccl;
• Terdapat Purchase Order Nomor: 4506181586 dari PT Coca Cola Distribution Indonesia
(PT CCDl) yang ditujukan kepada Pemohon Banding terkait CDE Reoffering sebesar
Rp 6.000.000.000,00;
• Terdapat Debit Note Nomor: 080-05-2015 dari PT Coca Cola Distribution Indonesia
(PT CCDl) yang ditujukan kepada Pemohon Banding terkait CDE Reoffering sebesar
Rp 6.000.000.000,00;
• Terdapat Faktur Pajak Nomor: 010.002-15.37601244 dari PT Coca Cola Distribution Indonesia
(PT CCDI) yang ditujukan kepada Pemohon Banding terkait CDE Bundling Reoffering sebesar
Rp6.000.000.000,00;
bahwa berdasarkan dokumen pendukung yang dilampirkan diketahui bahwa CDE Reoffering
sebenarnya merupakan biaya pemasaran berupa diskon yang diberikan oleh PT CCDl yang
kemudian ditagihkan kembali kepada PT Ccl;
bahwa terdapat Purchase Order Nomor: 4506181585 dari PT Coca Cola Distribution Indonesia
(PT CCDl) yang ditujukan kepada Pemohon Bandingterkait Marketing Support Minimart Space
Rental sebesar Rpl 2.480.648.576,00;
bahwa terdapat Debit Note Nomor: 175-12-2014 dari PT Coca Cola Distribution Indonesia
(PT CCDl) yang ditujukan kepada Pemohon Banding terkait Marketing Support Minimart Space
Rental sebesar Rpl2.480.648.576,00;
bahwa terdapat Faktur Pajak Nomor: 010.002-15.98417167 dari PT Coca Cola Distribution
Indonesia (PT CCDl) yang ditujukan kepada Pemohon Banding terkait Marketing Support
Minimart Space Rental sebesar Rpl2.480.648.576,00;
bahwa berdasarkan dokumen pendukung yang dilampirkan diketahui bahwa Marketing Support
Minimart Space Rental sebesar Rpl2.480.648.576,00 sebenarnya merupakan sewa posisi
strategis di lndomaret dan rental cooler di Alfamart yang dilakukan oleh PT CCDl yang kemudian
ditagihkan kembali kepada PT CCI;
bahwa berdasarkan beberapa contoh dokumen di atas, dapat diketahui bahwa biaya promosi
tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan serta mempunyai berhubungan dengan kegiatan
usaha pihak lain yaitu PT Coca Cola Distribution Indonesia dalam memasarkan produknya;
bahwa biaya yang menjadi beban PT Coca Cola Distribution Indonesia tersebut kemudian
dimintakan penggantian kepada Pemohon Banding;
C. Penelitian terhadap dokumen perjanjian yang dibuat dan ditandatangani pada tanggal 10 Mei
1997 antara:
bahwa Perseroan yang didirikan dan berada menurut Undang-Undang Negara Bagian Delaware,
Amerika Serikat, beralamat di 310 North Avenue, N.W Kota Atlanta, Negara Bagian Georgia
Amerika Serikat (Perseroan);
bahwa Perseroan yang didirikan dan berada menurut Undang-Undang Republik Indonesia yang
berkantor pusat di Wisma GKBI Lantai 8 Jalan Jenderal Sudirman No 28 Jakarta Republik
Indonesia (PT Ccl);
bahwa Perseroan bergerak dalam usaha yang berhubungan dengan pembuatan sejenis bahan
konsentrat, bahan dasar minuman dan sirup (Produk) yang dipergunakan untuk membuat
minuman non-alkohol (Minuman) yang dibedakan menurut merek dagang COCA COLA dan
singkatannya yang dikenal sebagai COKE beserta seluruh salinannya;
bahwa SPRITE beserta seluruh salinannya; FANTA beserta seluruh salinannya; dan botol khusus
yang dipergunakan secara eksklusif untuk memasarkan Minuman COCA COLA, FANTA dan
SPRITE;
bahwa Perseroan adalah pemilik yang terdaftar di Republik Indonesia untuk merek dagang
terkenal COCA COLA, FANTA dan SPRITE, beserta seluruh salinannya; dan botol-botol khusus
untuk COCA COLA, FANTA dan SPRITE, botol-botol tersebut dipergunakan secara eksklusif
untuk memasarkan Minuman ini (Merek Dagang);
D. Penelitian terhadap dokumen "Distributor's Agreement" yang dibuat dan ditandatangani pada
tanggal 1 Februari 2000 antara :
"a corporation organized and existing under the laws of the State Of Delaware, United States Of
America, with principal offices at One Coca Cola plaza, N. W., in the City of Atlanta, State of
Georgia USA (hereinafter referred to as the "Company")";
"a corporation organized and exiting under the Indonesia with principal offices at Wisma Jenderal
Sudirman No 28 Jakarta, Indonesia as the "Distributor') PT Coca Cola Amatil Indonesia Bottlinga
corporation organized and exiting under the Indonesia with principal offices at Wisma Jenderal
Sudirman No 28 Jakarta, Indonesia as the "Bottler")laws of the Republic of GKBI 8th Floor, Jalan
(here in after referred to laws of the Republic of GKBI 8th Floor, Jalan (hereinafter referred to
whereas);
a. The Company is the owner Of the trade marks set forth in Appendix 11 that distinguish the said
Beverage Bases, Syrups and Beverages and is also the owner of various trade marks
consisting of Distinctive Containers in various sizes in which the Beverages have been
marketed for many years and of the trade marks consisting of Dynamic Ribbon devices which
are used in the advertising and marketing of certain of the Beverages (all of the said trade
marks being collectively or severally referred to hereinafter as the "Trade marks");
Ill. Obligations of the distributor relative to marketing of the beverages, financial, capacity and
planning;
7. The parties agree that, to develop and stimulate demand for each of the beverages, advertising
and other of marketing activities are required. The Distributor agrees, therefore, to spend such
funds for the advertising and marketing of the beverages as may be requied to maintain and to
increase the demand for each of the beverages in the Territory. The Company may, in its sole
discretion, contribute to such advertising and marketing expenditures. The Company may also
undertake at its own expense any advertising or promotional activity that the Company deems
appropriate to conduct in the Territory, but this shall in no way affect the obligations of the
Distributor to spend funds for the advertising and marketing of each of the beverages so as to
stimulate and develop the demand for each of the beverages in the Territory;
8. The Distributor shall submit to the Company, for its prior approval, all advertising and all
promotions relating to the Trade Marks or the Beverages and shall use, publish, maintain or
distribute only such advertising or promotional material relating to the Trade Marks or to the
Beverages as the Company shall approve and authorize'';
"6.36 - Difficult transfer pricing problems can arise when marketing activities are undertaken by
enterprises that do not own the trademarks or tradenames that they are promoting (such as a
distributor Of branded goods). In such a case, it is necessary to determine how the markcter
should be compensated for those activities. The issue is whether the marketer should be
compensated as a service provider, i.e. for providing promotional services or whether there are
any cases in which the marketer should share in any additional return attributable to the
marketing intangibles. A related question is how the return attributable to the marketing
intangibles can be identified";
"As regards the first issue - whether the marketer is entitled to a return on the marketing
intangibles above a normal return on marketing activities -the analysis requires an assessment of
the obligations and rights implied by the agreement between the parties. It will often be the case
that the return on marketing activities will be sufficient and appropriate. One relatively clear case
is where a distributor acts merely as an agent, being reimbursed for its promotional expenditures
by the owner of the marketing intangible, in that case, the distributor would be entitled to
compensation appropriate to its agency activities alone and would not be entitled to share in any
return attributable to the marketing intangible'';
"Where the distributor actually bears the cost of its marketing activities (i.e., there is no
arrangement for the owner to reimburse the expenditures), the issue is the extent to which the
distributor is able to share in potential benefits from those activities. In general, the arm's length
dealings the ability of a party that is not the legal owner of a marketing intangible to obtain the
future benefits of a marketing activities that increase the value of that intangible will depend
principally on the substance of the righis Of the party. For example, a distributor may have the
ability to obtain benefits from its investments in developing the value Of a trademark from its
turnover and market share where it has along term contract of sole distribution rights/or the
trademarked product. In such cases, a distributor may bear extraordinary marketing expenditures
beyond what an independent distributor in such a case might obtain an additional return from the
owner of a trademark, perhaps through a decrease in the purchase price of the product or a
reduction in royalty rate";
F. Pendapat Terbanding
bahwa yang menjadi pokok sengketa keberatan adalah koreksi atas Biaya Pemasaran/Promosi
sebesar Rp 119.781.146.692,00;
bahwa Pemohon Banding berpendapat bahwa biaya pemasaran tersebut dapat dibebankan
untuk penghitungan pajak penghasilan sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UU Pph dengan
alasan :
bahwa berdasarkan penelitjan terhadap dokumen perjanjian yang dibuat dan ditandatangani
pada tanggal 10 Mei 1997 antara The Coca Cola Company dan Pemohon Banding serta
dokumen "Distributor's Agreement" yang dibuat dan ditandatangani pada tanggal 1 Februari 2000
antara The Coca Cola Company dan PT Coca Cola Amatil Indonesia diketahui bahwa The Coca
Cola Company merupakan "Pemilik Merk" Coca Cola, dengan demikian Pemohon Banding yaitu
Pemohon Banding bukan Pemilik Merk Coca Cola;
bahwa berdasarkan Surat Keberatan diketahui bahwa PT Coca Cola Distribution Indonesia
merupakan distributor atas berbagai produk minuman slap saji Coca Cola;
bahwa atas kondisi ini, terdapat 2 rekomendasi yang diberikan oleh OECD TP Guideline yaitu :
- Perusahaan yang melakukan kegiatan marketing menerima kompensasi sebagai pemberi jasa
dari pemilik merk dagang; atau
bahwa merujuk kepada Paragraph 6.36-6.38 OECD TP Guidelines maka atas biaya pemasaran
dan promosj yang telah dibebankan oleh PT Coca Cola Distribution Indonesia selaku agen atau
distributor tidak dapat dimintakan penggantian atau reimbursement kepada Pemohon Banding
yaitu Pemohon Banding karena yang bersangkutan bukan Pemilik Merk Dagang Coca Cola;
bahwa berdasarkan Pasal 6 ayat (1) huruf a UU Pph mengatur besarnya Penghasilan Kena
Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan
penghasilan brute dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,
termasuk biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha;
bahwa berdasarkan penelitian terhadap dokumen yang disampaikan oleh Pemohon Banding
diketahui bahwa biaya pemasaran tersebut merupakan biaya yang nyata-nyata dikeluarkan oleh
pihak lain (PT Coca Cola Distribution Indonesia) dalam rangka meningkatkan penjualan PT Coca
Cola Distribution Indonesia;
bahwa merujuk Pasal 6 ayat (1) huruf a uU Pph dan Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor: 02/PMK.03/2010 serta Paragraph 6.36-6.38 OECD TP Guidelines
maka biaya pemasaran tersebut tidak dapat dijadikan beban oleh Pemohon Banding (Pemohon
Banding ) karena biaya tersebut merupakan biaya yang berkaitan dengan kegiatan usaha pihak
lain yaitu PT Coca Cola Distribution Indonesia dan Pemohon Banding bukan Pemilik Merk
Dagang Coca Cola;
bahwa dengan demikian, koreksi Terbanding telah didasarkan pada ketentuan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku;
Dasar Hukum
Pasal 9 ayat (1 ) huruf e UU Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas UU Nomor
7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan mengatur Untuk menentukan besarnya Penghasilan
Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan
penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk
natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta
penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan;
Data dan Fakta
- Invoice Nomor: 002820 tanggal 8 Desember 2014 dari PT Santa Fe lndonusa dengan nilai
tagihan sebesar Rp 328.440.017,00;
- bahwa Faktur Pajak Nomor: 010.003-14.41841376 tanggal 8 Desember 2014 dari PKP
Penerbit PT Santa Fe lndonusa dengan DPP sebesar Rp 328.440.017,00,
- bahwa Invoice Nomor: 002818 tanggal 8 Desember 2014 dari PT Santa Fe lndonusa dengan
nilai tagihan sebesar Rp 64.545.031,00;
- bahwa Faktur Pajak Nomor: 010.003-14.41841375 tanggal 8 Desember 2014 dari PKP
Penerbit PT Santa Fe lndonusa dengan DPP sebesar Rp 64.545.031, 00;
- bahwa tagihan dalam Invoice dan Faktur Pajak tersebut merupakan tagihan atas jasa
pemindahan karyawan atas nama Stewart Edmed dari Denmark ke Indonesia;
Pendapat Terbanding
bahwa Terbanding melakukan koreksi atas biaya Employee Rental House Exp pada akun
810106000 sebesar Rp 392.985.049,00;
bahwa Terbanding berpendapat bahwa biaya tersebut dikoreksi karena merupakan Penggantian
atau lmbalan PekeT]aan atau Jasa dalam bentuk natura dan kenikmatan;
bahwa berdasarkan penelitian terhadap dokumen yang disampaikan oleh Pemohon Banding
berupa Invoice dan Faktur Pajak dari PT Santa Fe Indonesia diketahui bahwa biaya Employee
Rental House Exp pada akun 810106000 sebesar Rp392.985.049,00 merupakan biaya
pemindahan karyawan atas nama Stewart Edmed dari Denmark ke Indonesia;
bahwa biaya pemindahan karyawan tersebut sejatinya merupakan fasilitas yang diterima oleh
karyawan karena yang bersangkutan akan bekerja di Pemohon Banding;
bahwa fasilitas tersebut merupakan imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan sebagaimana dim aksud dalam Pasal 9 ayat (1 )
huruf e UU Pph;
bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, Terbanding berpendapat bahwa biaya Employee Rental
House Exp pada akun 810106000 sebesar Rp392.985.049,00 merupakan biaya yang tidak dapat
djkurangkan dalam menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Pemohon Banding
sesuai dengan Pasal 9 ayat (1 ) huruf e UU Pph;
bahwa dengan demikian, koreksi Terbanding telah sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku:
bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan halaman 8 diketahui penjelasan koreksi Biaya
Usaha Lainnya sebagai berikut :
Penjelasan koreksi:
bahwa dalam biaya pemasaran/promosi terdapat biaya pemasaran/promosi kepada related party
dalam bentuk reimbursemenvpenggantian biaya sebesar Rp 119.781.146.692,00 sebagai berikut:
bahwa sesuai penjelasan Pemohon Banding dan sampling dokumen yang sudah diberikan,
penggantian biaya tersebut diberikan sebesar biaya yang dikeluarkan tanpa ditambah mark-up
atau margin tertentu;
bahwa sesuai hasil pemeriksaan SPT Tahunan Badan, ledger dan dokumen pendukung, biaya
pemasaran/promosi yang dibayarkan langsung Pemohon Banding kepada pihak penyedia/
penyelenggara iklan (dalam hal ini pihak independen) adalah berupa biaya yang sifatnya brand
awareness, seperti biaya iklan di televisi dan internet;
bahwa eksistensi dari biaya marketing tersebut adalah biaya langsung yang dikeluarkan CCDl
kepada toko-toko/pihak-pihak sebagai retailer seperti indomaret, alfamart dan sebagainya untuk
mendapatkan tempat yang strategis, disamping itu biaya tersebut juga mencakup pengeluaran
CCDl untuk tenaga pemasaran dalam rangka menggempur pasar berupa gaji marketing
lapangan, termasuk biaya sepeda motor dan bahan bakarnya. Ada juga yang berupa rabate untuk
potongan harga yang dilakukan oleh agen tertentu;
bahwa karena semua biaya marketing tersebut nyata-nyata merupakan biaya yang langsung
dikeluarkan oleh CCDI dalam rangka meningkatkan volume penjualan CCDl maka menurut Tim
Pemeriksa sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) UU Pph dan PMK-02/PMK.03/2010 biaya tersebut
tidak dapat dibebankan sebagai biaya Col. Nilai penjualan Ccl di tahun 2014 mengalami
penurunan dibanding tahun sebelumnya, sehingga tidak sejalan dengan definisi biaya promosi
sesuai Pasal 1 PMK-03/PMK.03/2010 yaitu bagian dari biaya penjualan yang dikeluarkan oleh
Pemohon Banding dalam rangka memperkenalkan dan/atau menganjurkan pemakaian suatu
produk baik langsung maupun tidak langsung untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan
penjualan;
Dasar hukum
- Pasal 6 ayat (1) UU Pph dan PMK-02/PMK.03/2010
- Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 02/PMK.03/2010
2. Koreksi Penyesuaian Fiskal Positif atas Penggantian atau lmbalan Pekerjaan atau
Jasa dalam bentuk natura dan kenikmatan sebesar Rp392.985.049,00
bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan halaman 11 diketahui bahwa jumlah koreksi
penyesuaian fiskal positif adalah sebesar Rpl .459.465.341,00, terdiri dari:
Dasar Hukum:
- Pasal 9 ayat (1) huruf e UU Pph;
bahwa berdasarkan Surat Banding dan proses persidangan, Pemohon Banding menyampaikan
penjelasan dan dokumen sebagai berikut:
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding atas biaya pemasaran /
promosi sejumlah Rpl 19.781.146.692,00 dengan alasan-alasan berikut:
1. Biaya pemasaran dan promosi yang dibebankan oleh Pemohon Banding dalam rangka
menjalankan bisnis dan secara langsung meningkatkan pendapatan Pemohon Banding dan
oleh karena itu dapat dikurangkan dari penghitungan pajak;
bahwa Biaya pemasaran dan promosi yang dibebankan oleh Pemohon Banding merupakan
biaya murni sehubungan dengan kegiatan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan sesuai Pasal 6 UU Pph, biaya ini jelas memberi manfaat langsung pada praktik
bisnis Pemohon Banding dalam perhitungan pendapatan kena pajak Pemohon Banding;
bahwa sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) huruf a angka 7 UU Pph menyebutkan bahwa
"Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Pemohon Banding dalam negri dan bentuk usaha
tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan,
menagih dan memelihara penghasilan, termasuk (7) biaya promosi dan penjualan yang
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
bahwa Penjelasan Pasal 6 ayat (1 ) huruf a UU Pph yang merupakan penafsiran otentik atas
ketentuan Pasal 6 ayat (1 ) huruf a dan pengaturan masalah biaya promosi dengan Peraturan
Menteri Keuangan adalah sebagai berikut :
bahwa dapat Terbanding sampaikan bahwa penjelasan tersebut diatas menegaskan bahwa
baik pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan
kegiatan untuk mendapatka, menagih dan memelihara penghasilan dapat dibebankan dalam
menghitung penghasilan kena pajak. selanjutnya Pasal 1 dan 3 PMK-02/PMK.03/2010
tanggal 8 Januari 2010 menyatakan sebagai berikut :
Pasal 1
"Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan Biaya Promosi adalah
bagian dari biaya penjualan yang dikeluarkan oleh Pemohon Banding dalam rangka
memperkenalkan dan/atau menganjurkan pemakaian suatu produk balk langsung maupun
tidak langsung untuk mempertahankan danlatau meningkatkan penjualan";
Pasal 6
"Pemohon Banding wajib membuat daftar nominatif atas pengeluaran Biaya Promosi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yng dikeluarkan kepada pihak lain";
bahwa semua biaya pemasaran / promosi yang dikeluarkan oleh PT Ccl bertujuan secara
spesifik dan langsung untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan penjualan, sehingga
biaya tersebut seharusnya dapat dibebankan untuk penghitungan pajak penghasilan
sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UU Pph;
bahwa dalam persaingan usaha untuk industry minuman ringan terdapat berbagai macam
produk minuman ringan baik dengan bahan yang berkarbonasi maupun bahan non karbonasi
yang diproduksi oleh perusahaan competitor Terbanding, produk-produk minuman ringan
siap saji tersebut banyak dijual di gerai-gerai modern maupun toko-toko dan perdang eceran
agar mudah menjangkau ke berbagai lapisan masyarakat untuk dikonsumsi, sehingga biaya
pengeluaran biaya marketing/promosi sesuai dengan strategi bisnisyang tepat sangatlah
dibutuhkan untuk menjaga dan/atau meningkatkan penjualan produk-produk;
bahwa PT CCDl merupakan distributor yang ditunjuk terkait berbagai produk minuman siap
saji dengan merk-merk dagang yang dimiliki oleh TCCC, produk-produk minuman slap saji
tersebut merupakan minuman slap saji yang diproduksi dengan mengolah sari minuman
yang diproduksi dan dijual oleh Pemohon Banding;
bahwa karena produk-produk minuman siap saji yang dijual oleh PT CCDI hanya dapat
diproduksi dengan menggunakan sari minuman yang diproduksi dan dijual oleh Pemohon
Banding, maka setiap peningkatan penjualan PT CCDl atas minuman jadi siap saji yang
menggunakan bahan bakar dari sari inuman jadi siap saji yang menggunakan bahan bakar
dari sari minuman yang diproduksi dan dijual Pemohon Banding, secara langsung akan
menjngkatkan penjualan sari minuman Pemohon Banding;
bahwa oleh karena itu, sangat penting bagi Pemohon Banding untuk memastikan
keberhasilan penjualan minuman siap saji yang dijual oleh PT CCDl karena hal tersebut
berpengaruh langsung terhaddap pendapatan yang dihasilkan oleh Pemohon Banding yang
telah dikenakan Pajak Penghasilan di Indonesia;
bahwa mengingat sebagaimana disebutkan diatas, Pemohon Banding telah setuju untuk
mengganti dan/atau berkontribusi atas biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh PT CCDl
guna memastikan keberhasilan penualan Pemohon Banding;.
bahwa sebagaimana disebutkan dalam Pasal 6 ayat (1) UU Pph dan PMK-02 biaya
marketing/promosi dapat dibebankan secara langsung dan/atau tidak langsung yang
bertujuan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan kena pajak, biaya
marketing/promosi yang ditanggung oleh Pemohon Banding dapat dibebankan karena
memiliki hubungan langsung dengan aktivitas bisnis yang dilakukan oleh Pemohon Banding
sehubungan dengan kegiatan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
kena pajak Pemohon Banding, keberhasilan penjualan produk minuman jadi di pasaran jelas
bahwa mekanisme penggantian ini telah dilakukan cukup lama dan telah dilakukan secara
terus-menerus sesuai kesepakatan dan diakui oleh pihak yang terlibat, yaitu Pemohon
Banding, TCCC dan PT CCDl. Terdapat dokumen-dokumen pendukung yang cukup untuk
mendukung keberadaan transaksi-transaksi tersebut;
bahwa Pemohon Banding harus mengeluarkan biaya marketing dan promosi tersebut karena
merupakan persyaratan dari Licence Agreement dengan TCCC, apabila Pemohon Banding
tidak dapat memenuhi ketentuan sebagaimana diisyaratkan, hal ini dapat menyebabkan
pencabutan lisensi yang diberikan oleh TCCC yang mana dapat membuat Pemohon Banding
tidak dapat menjalankan bisnisnya dan menghasilkan penghasilan kena pajak;
bahwa dalam hal ini, perjanjian lisensi antara Pemohon Banding dan TCCC telah secara
jelas mensyaratkan Pemohon Banding untuk mengeluarkan biaya marketing dan promosi
guna mempromosikan keberhasilan produk-produk;
bahwa oleh karena itu, dengan adanya kewajiban tersebut yang harus dijalankan oleh
Pemohon Banding ntuk beroprasi di Indonesia, Pemohon Banding diharuskan untuk
membuat dan terlibat dalam berbagai pengeluaran pemasaran untuk membua dan terlibat
dalam berbagai pengeluaran pemasaran danpromosi yang secara langsung dan/atau tidak
langsung untuk memastikan bahwa Pemohon Banding telah memenuhi persyaratan dari
lisensi agreement dan juga untuk menjamin tujuan bisnis itu sendiri yaitu mempromosikan
keberhasilan produk-produk yang dijual yang pada akhirnya akan meningkatkan penjualan,
profitabilitas dan pendapatan kena pajak;
bahwa perlu dicatat bahwa persyaratan dalam mengeluarkan biaya pemasaran dan promosi
ini memiliki peranan sangat penting dalam lisensi agreement. Pasal 16 dari lisensi agreement
secara jelas menyebutkan bahwa apabila Pemohon Banding gagal menjalankan kewajiban
tersebut, TCCC sebagai Pemberi Lisensi dapat mencabut lisensi yang diberikat kepada
Pemohon Banding, apabila hal itu terjadi, sangatlah jelas bahwa Pemohon Banding tidak lagi
dapat menjalankan bisnis di Indonesia dan juga tidak dapat menghasilkan pendapatan kena
pajak serta membayar Pajak Penghasilan Badan dan kewajiban pajak lainya, biaya
penggantian atau reimbursement yang ditagih ke Pemohon Banding atas biaya marketing
PT CCDl dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban tersebut diatas, salah satunya, yakni
untuk mengeluarkan biaya pemasaran dan promosi yang diperlukan;
bahwa penerapan paragraph 6.36-6.38 Pedoman TP OECD 2010 tidaklah relevan sebagai
dasar koreksi dimana dasar koreksi berkaitan pertanyaan umum atas biaya yang dapat
dikurangkan untuk perhitungan Pph Badan sebagaimana ditunjukan dalam dasar hokum
yang dikutip oleh Terbanding, Paragraf 6.36-6.38 Pedoman TP OECD 2010 meninggung
mengenai kompensasl yang harus diterima olej Pemohon Banding yang melakukan aktivitas
marketing atas trademarks yang bukan milik Pemohon Banding tersebut, Pedoman tersebut
tidak pernah memberikan pedoman bahwa Pemohon Banding tidak dapat membebankan
biaya oenggantian marketing kepada PT CCDl hanya karena semata-mata Pemohon
Banding bukan pemilik trademark;
bahwa pedoman tersebut juga tidak terkait dengan pernyataan apakah Pemohon Banding
adalah pihak yang tidak tepat untuk embayar penggantian kepada PT CCDI;
3. Selanjutnya DJP telah melakukan pemeriksaan pajak Pph Badan untuk Tahun Pajak sampai
dengan Tahun Pajak 2010, berdasaarkan hasil dari pemeriksaan-pemeriksaan pajak
tersebut, DJP tidak pernah melakukan koreksi fisikal atau mempertentangkan pengurangan
pajak alas transaksi diatas, hal ini secara tidak langsung menunjukan bahwa DJP telah
mengakui dan setuju dengan biaya-biaya tersebut sebagai pengurang pajak di masa lalu,
koreksi Tim Pemeriksa atas biaya ini menunjukan ketidak konsistetan DJP dalam
menerapkan pertauran perpajakan;
bahwa dengan melakukan koreksi fiskal ini, Terbanding telah mengabaikan hasil
pemeriksaan pajak yang merupakan produk hukum, hal ini merupakan pelanggaran terhadap
prinsip keadilan yang oleh karenanya menimbulkan ketidakpastian bagi Pemohon Banding
dan menimbulkan pengaruh negative bagi kemampuan Pemohon Banding untuk
melaksanakan kegiatan bisnisnya dari tahun ke tahun;
Terkait koreksi atas Penggantian atau lmbalan Pekerjaan atau Jasa dalam bentuk natura
dan kenikmatan sebesar Rp392.985.049,00
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding sebesar Rp391.985.049,00
merupakan biaya relokasi yang harus dikeluarkan oleh Pemohon Banding untuk karyawannya
sebagai konsekuensi keputusan bisnis Pemohon Banding, biaya seperti itu bukanmerupakan
biaya natura atau kenikmatan bagi karyawan, sebaliknya biaya tersebut merupakan pengeluaran
bisnis umum yang harus dikeluarkan oleh Pemohon Banding karena keputusan bisnis, oleh
karena itu, biaya usaha tersebut merupakan biaya yang dapat dikurangkan ssuai dengan Pasal 6
UU Pph, oleh karena itu, Terbanding mohon agar koreksi fiskal atas empoleyee rental house
expense pada akun 810106000 sebesar Rp 392.985.049,00dapat dibatalkan;
1. Penjelasan Tertulis Pemohon Banding tanggal 03 September 2018 hal Penjelasan Pemohon
Banding sehubungan dengan sengketa Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2014, yang
secara garis besar sama dengan uraian dalam surat permohonan bandingnya;
2. Penjelasan tertulis tanggal 5 November 2018 mengenai tanggapan Pemohon Banding atas
penjelasan tertulis Terbanding;
3. Perjanjian Pemohon Banding dengan The Coca Cola Company USA, yang ditandatangani
tanggal 26 Januari 1999;
4. Business Scheme/Skema Bisnis Grup Coca Cola;
5. Dokumen hasil pemeriksaan tahun 2002 s.d. 2006, serta tahun pajak 2010, 2014 dan 2015;
6. Daftar rincian biaya promosi PT CCDI yang ditagihkan kepada Pemohon Banding, disertai
dengan dokumen pendukung berupa PO, Invoice, dan Faktur Pajak;
7. Penjelasan tertulis terkait dengan situasi dimana tanggal PO dibuat atau diterbitkan setelah
aktivitas pemasaran/promosi dan setelah tanggal invoice;
Penjelasan koreksi:
bahwa dalam biaya pemasaran/promosi terdapat biaya pemasaran/promosi kepada related
party dalam bentuk reimbursemenvpenggantian biaya sebesar Rp 119.781.146.692,00
sebagai berikut:
bahwa biaya marketing tersebut nyata-nyata merupakan biaya yang langsung dikeluarkan
oleh PT CCDI Rp 119.516.472.742,00 dan Coca Cola Services sebesar Rp 264.673.950,00
dalam rangka meningkatkan volume penjualan CCDl dan Coca Cola Services maka menurut
Terbanding (Pemeriksa) sesuai dengan Pasal 6 ayat (1 ) UU Pph dan PMK-02/PMK.03/2010
biaya tersebut tidak dapat dibebankan sebagai biaya Ccl, nilai penjualan Ccl di tahun 2014
mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, sehingga tidak sejalan dengan definisi
biaya promosi sesuai Pasal 1 PMK-03/PMK.03/2010 yaitu bagian dari biaya penjualan yang
dikeluarkan oleh Pemohon Banding dalam rangka memperkenalkan dan/atau menganjurkan
pemakaian suatu produk baik langsung maupun tidak langsung untuk mempertahankan
dan/atau meningkatkan penjualan;
2. bahwa berdasarkan penelitian atas Laporan Hasil Pemeriksaan Pajak, Laporan Penelitian
Keberatan dansesuai dengan Surat Uraian Banding, secara garis besar Terbanding telah
menyampaikan pendapat terkait dengan dasar koreksi dan tanggapan atas dokumen yang
disampaikan oleh Pemohon Banding dalam proses keberatan yang juga disampaikan dalam
proses persidangan ini;
3. bahwa dasar hukum terbanding melakukan koreksi adalah:
Berdasarkan dokumen Reach Sales Partner Project Claim Until Q3 2014 diketahui bahwa
marketing support project reach sebenarnya merupakan biaya pemasaran berupa
potongan penjualan yang diberikan oleh PT CCDl kepada pembelinya yang kemudian
ditagihkan kembali kepada PT Ccl;
Terdapat debit note nomor 080-05-2015 dari PT Coca Cola Distribution Indonesia
(PT CCDl) yang ditujukan kepada PT Coca Cola Indonesia (PT Ccl) terkait CDE
Reofferjng sebesar Rp 6.000.000.000,00
Terdapat debit note nomor 175-12-2014 dari PT Coca Cola Distribution Indonesia
(PT CCDl) yang ditujukan kepada PT Coca Cola Indonesia (PT CCI) terkait Marketing
Support Minimart Space Rental sebesar Rpl2.480.648.576.00;
bahwa berdasarkan beberapa contoh dokumen diatas, dapat diketahui bahwa biaya promosi
tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan serta mempunyai berhubungan dengan kegiatan
usaha pihak lain yaitu PT Coca Cola Distribution Indonesia dalam memasarkan produknya;
bahwa biaya yang menjadi beban PT Coca Cola Distribution Indonesia tersebut kemudian
dimintakan penggantian kepada PT Coca Cola Indonesia (Pemohon Banding);
bahwa :
- Perseroan bergerak dalam usaha yang berhubungan dengan pembuatan sejenis bahan
konsentrat, bahan dasar minuman dan sirup (Produk) yang dipergunakan untuk membuat
minuman non-alkohol (Minuman) yang dibedakan menurut merek dagang COCA COLA
dan singkatannya yang dikenal sebagaj COKE beserta seluruh salinannya; SPRITE
beserta seluruh salinannya; FANTA beserta seluruh salinannya; dan botol khusus yang
dipergunakan secara eksklusif untuk memasarkan Mjnuman COCA COLA, FANTA dan
SPRITE;
Perseroan adalah pemilik yang terdaftar di Republik Indonesia untuk merek dagang
terkenal COCA COLA, FANTA dan SPRITE, beserta seluruh salinannya: dan botol-botol
khusus untuk COCA COLA, FANTA dan SPRITE, botol-botol tersebut dipergunakan
secara eksklusif untuk memasarkan Minuman ini (Merek Dagang);
Skema Tranaak.I
bahwa skema kepemilikan saham grup Coca Cola, diketahui sebagai berikut:
bahwa Pemohon Banding (PT CCI) mempunyai perjanjian lisensi dengan The Coca Cola
Company {TCCC selaku pemilik formula, teknologi dan trademark produk minuman (Coca
Cola, Sprite, dan Fanta)}, sehingga PT Ccl doberi wewenang oleh TCCC untuk memproduksi
sejenis bahan konsentrat/bahan dasar minuman dan sirup. Konsentrat/bahan baku minuman
kemudian dijual kepurasahaan pembotolan. PT Ccl memiliki kewajiban untuk melaksanakan
kegiatan promosi;
bahwa PT Coca Cola Bottling Indonesia (PT CCBl) mempunyai perjanjian pembotolan
dengan TCCC, sehingga PT CCBI diberi wewenang oleh TCCC untuk menyjapkan dan
mengemas minuman dalam kemasan resmi untuk dijual ke distributor di dalam wilayah sesuai
dengan perjanjian. PT CCBI tidak diberi kewajiban melaksanakan promosi;
bahwa PT Coca Cola Distributor Indonesia (PT CCDl), mempunyai perjanjian pembotolan
dengan TCCC, sehingga PT CCDl diberi wewenang oleh TCCC untuk membeli minuman jadi
dari CCBl, mendistribusikan dan menjual minuman jadi di dalam wilayah sesuai dengan
perjanjian, PT CCDl diberi kewajiban melaksanakan kegiatan promosi terkait dengan kegiatan
distributor;
bahwa yang menjadi pokok sengketa banding adalah koreksi atas Biaya Pemasaran/ Promosi
sebesar Rp 119.781.146.692,00, yang merupakan pembayaran kepada related party dalam
bentuk reimbursement/penggantian atas biaya promosi sebesar Rpll9.781.146.692,00
kepada PT Coca Cola Distribution Indonesia sebesar Rpl 19.516.472.742,00 dan Coca Cola
Services sebesar Rp 264.673.950,00. Bahwa Pemohon Banding hanya memberikan
penjelasan dan dokumen pendukung terkait dengan reimbursement/penggantian atas biaya
promosi kepada PT Coca Cola Distribution Indonesia sebesar Rpl 19.516.472.742,00;
bahwa Pemohon Banding telah memperhitungkan biaya pemasaran dan promosi untuk
Tahun Pajak 2014 dan telah disetujui Terbanding sebesar Rp258.979.959.604,00, karena
merupakan biaya pemasaran dan promosi terkait dengan pengeluaran pemohon Banding
sendiri dalam rangka memelihara dan meningkatkan penjualan Pemohon Banding dalam
rangka melaksanakan kewajiban Pemohon Banding sesuai dan berdasarkan perjanjian lisensi
dengan TCCC;
bahwa semua biaya pemasaran/promosi yang merupakan pembayaran kepada related party
dalam bentuk reimbursement/penggantian atas biaya promosi sebesar Rpl 19.781.146.692,00
kepada PT Coca Cola Distribution Indonesia sebesar Rp 119.516.472.742,00 dan Coca Cola
Services sebesar Rp 264.673.950,00 nyata-nyata merupakan biaya yang langsung
dikeluarkan oleh pihak lain yaitu PT Coca Cola Distribution Indonesia dan Coca Cola Services
dalam rangka meningkatkan volume penjualan yang bersangkutan sehingga sesuai dengan
Pasal 6 ayat (1 ) UU Pph biaya tersebut tidak dapat dibebankan sebagai biaya oleh Pemohon
Banding (PT Coca Cola Indonesia);
bahwa berdasarkan penelitian terhadap dokumen perjanjian yang dibuat dan ditandatangani
pada tanggal 10 Mei 1997 antara The Coca Cola Company dan PT Coca Cola Indonesia
serta dokumen "Distributor's Agreement" yang dibuat dan ditandatangani pada tanggal
1 Februari 2000 antara The Coca Cola Company dan PT Coca Cola Amatil Indonesia
diketahui bahwa The Coca Cola Company merupakan "Pemilik Merk" Coca Cola. Dengan
demikian maka Pemohon Banding yaitu PT Coca Cola Indonesia bukan Pemilik Merk Coca
Cola;
bahwa berdasarkan skema transaksi dan skema kepemilikan saham yang disampaikan oleh
Pemohon Banding, Terbanding berpendapat:
bahwa PT CCDl merupakan distributor atas berbagai produk minuman siap saji Coca Cola
yang membeli produk menuman tersebut dari PT CCBl (bukan dari Pemohon Banding);
bahwa tidak terdapat perjanjian antara para pihak khususnya PT Ccl dan PT CCDl terkait
dengan adanya kewajiban PT Ccl untuk menanggung beban promosi yang telah dilakukan
oleh PT CCDl. Hal ini diperlukan mengingat bahwa masing-masing pihak baik PT Ccl,
PT CCBl dan PT CCDI merupakan entitas yang berbeda. Dengan demikian jelas bahwa
tagihan PT CCDl untuk memperoleh penggantian biaya promosi tidak didukung dengan
perjanjian antara para pihak, termasuk juga tidak diatur dalam masing perjanjian para pihak
dengan TCCC;
bahwa tidak terdapat keterkaitan secara langsung antara PT Ccl dan CCDl terkait dengan
jual beli produk, sehingga Terbanding berpendapat bahwa sangat tidak lazim apabila
kemudian PT CCDl meminta penggantian atas biaya promosi yang telah dikeluarkannya
kepada pihak yang tidak ada keterikatan transaksi apapun;
bahwa atas pendapat Pemohon Banding yang menyatakan bahwa Purchase Order (PO) yang
diterbitkan oleh Pemohon Banding adalah merupakan perjanjian sebagai dasar dilakukannya
penggantian atas biaya promosi dari PT CCDI, Terbanding berpendapat bahwa PO yang
diterbitkan oleh Pemohon Banding hanya berfungsi sebagai kelengkapan administrasi dalam
rangka pengeluaran biaya oleh PT Ccl, bukan sebagai dasar/permintaan atas barang/jasa
dari pihak PT CCDl, hal ini ditunjukkan dengan adanya penerbitan PO setelah diterbitkannya
invoice dan Faktur Pajak oleh pihak PT CCDl untuk menagih kegiatan promosi yang telah
dilakukan;
bahwa terkait sengketa a quo, salah satu indikasinya adalah adanya fakta bahwa
berdasarkan penelitian terhadap SPT Tahunan Pph Badan Tahun Pajak 2014 atas nama
PT CCDI NPWP 01.070.657.0-092.000 dan sebagaimana disampaikan dalam surat jawaban
atas permintaan keterangan dalam proses pemeriksaan dari KPP Pemohon Banding Besar
Satu nomor S-554AVPJ.19/KP.0209/2016 tanggal 24 Mei 2016, diketahui bahwa PT CCDl
dalam posisi rugi baik fiskal maupun komersial sebagai berikut:
Jumlah penghasilan neto komersial (Rp276.823.989.489,00)
Jumlah penghasilan neto fiskal (Rpl64.517.073.027,00)
Jumlah Penghasilan Kena Pajak (Rpl64.517.073.000,00)
(Formulir 1771 dan 1771-I dan Surat Nomor S-554AVPJ.19/KP.0209/2016 tanggal 24 Mei
2016);
bahwa sebagai bahan referensi berdasarkan Paragraph 6.36-6.38 OECD TP Guidelines yang
menjelaskan tentang kegiatan marketing yang dilakukan bukan oleh perusahaan pemilik
trademark atau tradenames dan perusahaan tersebut bertindak sebagai agen dari pemilik
trademark dan yang dijelaskan di dalam TP Guideline tersebut adalah mengenai bagaimana
menentukan kompensasi bagi perusahaan yang bukan pemilik trademark tetapi melakukan
kegiatan marketing atas trademark tersebut;
bahwa atas kondisi ini, terdapat 2 rekomendasi yang diberikan oleh OECD TP Guideline
yaitu:
bahwa merujuk kepada Paragraph 6.36-6.38 OECD TP Guidelines maka atas biaya
pemasaran dan promosi yang telah dibebankan oleh PT Coca Cola Distribution Indonesia
selaku agen atau distributor tidak dapat dimintakan penggantian atau reimbursement kepada
Pemohon Banding yaitu PT Coca Cola Indonesia karena yang bersangkutan bukan Pemilik
Merk Dagang Coca Cola, bahwa berdasarkan skema bisnis dan skema kepemilikan saham
seharusnya pihak yang harus membayar kompensasi/penggantian biaya marketing PT CCDl
adalah pihak The Coca Cola Company (USA), selaku pihak pemilik formula, teknologi dan
trademark produk minuman (Coca Cola, Sprite, dan Fanta) dan pihak yang memiliki perjanjian
distributor dengan PT CCDI;
bahwa berdasarkan Pasal 6 ayat (1) huruf a UU Pph mengatur Besarnya Penghasilan Kena
Pajak bagi Pemohon Banding dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan
penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan, termasuk biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
kegiatan usaha;
bahwa berdasarkan uraian, data dan fakta sebagaimana disampaikan di atas, Terbanding
berpendapat bahwa biaya pemasaran tersebut merupakan biaya yang nyata-nyata
dikeluarkan oleh pihak lain (PT Coca Cola Distribution Indonesia) dalam rangka
meningkatkan penjualan PT Coca Cola Distribution Indonesia dan penggantian atas biaya
tersebut oleh Pemohon Banding tidak didasarkan pada perjanjian baik antara para pihak
maupun dalam perjanjian para pihak dengan TCCC, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 6
ayat (1) huruf a UU Pph dan Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
02/PMK.03/2010, maka biaya pemasaran tersebut tidak dapat dijadikan biaya oleh Pemohon
Banding sebagai pengurang penghasilan bruto, karena bukan merupakan biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan Pemohon Banding;
bahwa terkait dengan penjelasan Pemohon Banding yang menyatakan bahwa, koreksi
Terbanding tidak terdapat dalam hasil pemeriksaan pajak tahun pajak sebelumnya (Tahun
Pajak 2002-2006, dan 2010), sehingga koreksi Tim Pemeriksa atas biaya ini menunjukan
ketidakkonsistenan DJP dalam menerapkan peraturan perpajakan;
• pelaksanaan Pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik sesuai dengan
tujuan Pemeriksaan, yang paling sedikit meliputi kegiatan mengumpulkan dan mempelajari
data Pemohon Banding, menyusun rencana Pemeriksaan /aud/I p/an/, dan menyusun
program Pemeriksaan /aud/.f program/, serta mendapat pengawasan yang seksama;
• Pemeriksaan dilaksanakan dengan melakukan pengujian berdasarkan metode dan teknik
Pemeriksaan sesuai dengan program Pemeriksaan /aud/.f program/ yang telah disusun;
bahwa berdasarkan ketentuan tersebut jelas diatur dan ditegaskan bahwa pelaksanaan
pemeriksaan tidak didasarkan pada hasil pemeriksaan tahun sebelumnya. Namun demikian,
hasil pemeriksaan tahun sebelumnya termasuk apabila ada Keputusan Keberatan dan
Putusan Pengadilan, maka hasil pemeriksaan tersebut dapat saja menjadi bahan
pertimbangan dalam proses pemeriksaan tahun yang bersangkutan;
bahwa data dan fakta yang tersedia dan dasar pertimbangan dalam setiap proses
pemeriksaan bisa saja berbeda. Hal ini menunjukkan adanya rencana kerja pemeriksaan
(aud/.I p/an) yang dibuat sebelum pemeriksaan untuk dilaksanakan, sebagai titik fokus pos-
pos yang dilakukan penelitian lebih mendalam.
bahwa sesuai dengan rencana dan program pemeriksaan (fokus) yang telah ditetapkan
diawal, didasarkan dengan data, dokumen, bukti, dan fakta yang tersedia baik internal
maupun yang diberikan oleh Pemohon Banding, pemeriksa selanjutnya menentukan
(menetapkan) suatu hasil pemeriksaan pajak;
bahwa sudah barang tentu kecukupan data yang diberikan oleh Pemohon Banding akan
Terkait koreksi atas Penggantian atau lmbalan Pekerjaan atau Jasa dalam bentuk natura
dan kenikmatan sebesar Rp392.985.049,00
bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan halaman 11 diketahui bahwa jumlah koreksi
penyesuaian fiskal positif adalah sebesar Rpl ,459,465.341,00, terdiri dari:
bahwa atas jumlah koreksi tersebut, Pemohon Banding setuju atas koreksi sebesar
Rpl.066.480.292,00 dan tidak setuju atas koreksi sebesar Rp392.985.049,00 yang menjadi
sengketa dalam banding ini;
bahwa berdasarkan penelitian terhadap dokumen yang disampaikan oleh Pemohon Banding
dalam proses keberatan berupa Invoice dan Faktur Pajak dari PT Santa Fe Indonesia diketahui
bahwa biaya Employee Rental House Exp pada akun 810106000 sebesar Rp392.985.049,00
merupakan biaya pemindahan karyawan atas nama Stewart Edmed dari Denmark ke Indonesia
(bukan biaya dalam rangka rekruitment pegawai);
bahwa biaya pemindahan barang milik karyawan tersebut adalah merupakan imbalan dalam
bentuk fasilitas (tidak dalam bentuk uang) yang diterima oleh karyawan karena yang bersangkutan
bekerja di PT Coca Cola Indonesia;
bahwa karyawan tersebut telah menerima manfaat dari fasilitas yang diberikan oleh Pemohon
Banding adalah merupakan imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf e UU
Pph;
bahwa berdasarkan hal tersebut diatas, Terbandingtetap berpendapat bahwa biaya Employee
Rental House Exp pada akun 810106000 sebesar Rp392.985.049,00 merupakan biaya yang tidak
dapat dikurangkan dalam menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Pemohon Banding
sesuai dengan Pasal 9 ayat (1 ) huruf e UU Pph;
bahwa dengan demikian, Terbanding berpendapat bahwa koreksi Pemeriksa telah sesuai dengan
data dan fakta serta sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku;
bahwa yang menjadi pokok sengketa dalem permohonan banding ini adaleh koreksi Terbanding
ysng tidak disetujui oleh Pemohon Banding dengan rincian sebagai berikut:
bahwa alasan yang mendasari banding atas masing-masing koreksi yang diajukan banding
tersebut di atas adalah sebagai berikut:
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding atas Biaya Pemasaran/
Promosi sejumlah Rp 119.781.146.692 dengan alasan-alasan berikut:
a. bahwa biaya pemasaran dan promosi yang dibebankan oleh Pemohon Banding dalam rangka
menjalankan bisnis dan secara langsung meningkatkan pendapatan Pemohon Banding dan
oleh karena itu dapat dikurangkan dari perhitungan pajak;
1. bahwa biaya pemasaran dan promosi yang dibebankan oleh Pemohon Banding merupakan
murni biaya sehubungan dengan kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan sesuai Pasal 6 Undang-Undang Pph ("UU Pph"), biaya ini jelas memberi
manfaat langsung pada praktik bisnis Pemohon Banding dalam perhitungan pendapatan kena
pajak Pemohon Banding;
bahwa Pasal 6 Ayat (1 ) huruf a. 7 UU Pph menyebutkan bahwa "Besarr)ya Penghas/./an Kena
Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan
penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan, termasuk (7) biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan";
bahwa Penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf a UU Pph dan Peraturan Menteri Keuangan
memberikan penjelasan secara jelas dan panduan atas biaya promosi sebagai berikut:
" Untuk dapat dibebankan sebagai biaya, pengeluaran-pengeluaran tersebut harus mempunyai
hubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan usaha atau kegiatan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak;
"Mengenai pengeluaran untuk promosi perlu dibedakan antara biaya yang benar-benar
dikeluarkan untuk promosi dan biaya yang hakikatnya merupakan sumbangan. Biaya yang
benar-benar dikeluarkan untuk promosi boleh dikurangkan dari penghasilan bruto";
bahwa dapat Pemohon Banding sampaikan bahwa penjelasan tersebut di atas menegaskan
bahwa baik pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan langsung maupun tidak langsung
dengan kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dapat
dibebankan dalam menghitung penghasilan kena pajak, selanjutnya Pasal 1 dan 3 PMK
Nomor: 02/PMK.03/2010 ("PMK 02") tanggal 8 Januari 2010 menyatakan sebagai berikut:
Pasal 1
"Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan Biaya Promosi adalah bagian
dari biaya penjualan yang dikeluarkan oleh Wajib Pajak dalam rangka memperkenalkan
dan/atau mengartyurkan pemakaian suatu produk balk langsung maupun tidak langsung untuk
mempertahankan dan/atau meningkatkan penjualan'';
Pasal 6
"Wajib Pajak wajib membuat daftar nominatif atas pengeluaran Biaya Promosi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 yang dikeluarkan kepada pihak lain.';
bahwa berdasarkan Pasal 6 UU Pph beserta dengan penjelasannya dan PMK 02, Pemohon
Banding berkesimpulan bahwa substansi dari pembebanan biaya marketing/promosi adalah:
a. Kegiatan pemasaran dan promosi yang secara langsung dan/atau tidak langsung berkaitan
dengan kegiatan usaha untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
merupakan objek pajak; dan
b. Kegiatan pemasaran dan promosi yang dilakukan perusahaan dalam rangka
memperkenalkan dan/atau menganjurkan pemakaian suatu produk balk langsung maupun
tidak langsung untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan pertyualan;
bahwa semua biaya marketing/promosi yang dikeluarkan oleh PTCcl bertujuan secara
spesifik dan berhubungan langsung dengan usaha Pemohon Banding, yakni untuk
mempertahankan dan/atau meningkatkan penjualan, sehingga biaya tersebut seharusnya
dapat dibebankan untuk penghitungan pajak penghasilan sebagaimana diatur dalam Pasal 6
UU Pph;
bahwa dalam persaingan usaha industri minuman ringan terdapat berbagai macam produk
minuman ringan baik dengan bahan yang berkarbonasi maupun bahan non-karbonasi yang
diproduksi oleh perusahaan kompetitor Pemohon Banding, produk-produk minuman ringan
slap saji tersebut banyak dijual di gerai-gerai modern maupun toko-toko dan pedagang eceran
agar mudah dijangkau oleh berbagai lapisan masyarakat untuk dikonsumsi, sehingga
pengeluaran biaya marketing/promosi sesuai dengan strategi bisnis yang tepat sangatlah
dibutuhkan untuk menjaga dan/atau meningkatkan penjualan produk-produk;
bahwa PTCCDl merupakan distributor yang ditunjuk terkait berbagai produk minuman siap saji
dengan merek-merek dagang yang dimiliki oleh TCCC, produk-produk minuman siap saji
tersebut merupakan minuman siap saji yang diproduksi dengan mengolah sari minuman yang
diproduksi dan dijual oleh Pemohon Banding;
bahwa karena produk-produk minuman siap saji yang dijual oleh PTCCDI hanya dapat
diproduksi dengan menggunakan sari minuman yang diproduksi dan dijual oleh Pemohon
Banding, maka setiap peningkatan penjualan PTCCDl atas minuman jadi slap saji, yang
menggunakan bahan dasar dari sari minuman yang diproduksi dan dijual oleh Pemohon
Banding, secara langsung akan meningkatkan penjualan sari minuman Pemohon Banding;
bahwa oleh karena itu, sangat penting bagi Pemohon Banding untuk memastikan keberhasilan
penjualan minuman slap saji yang dijual oleh PTCCDl karena hal tersebut berpengaruh
langsung terhadap pendapatan yang dihasilkan oleh Pemohon Banding yang telah dikenakan
Pajak Penghasilan di Indonesia;
bahwa mengingat kewajiban sebagaimana disebutkan di atas, Pemohon Banding telah setuju
untuk mengganti dan/atau berkontribusi atas biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh PTCCDl
guna memastikan keberhasilan penjualan Pemohon Banding;
bahwa sebagaimana disebutkan dalam Pasal 6 ayat (1) UU Pph dan PMK 02, biaya
marketing/ promosi dapat dibebankan secara langsung dan/atau tidak langsung yang
bertujuan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan kena pajak, biaya
marketing/promosi yang ditanggung oleh Pemohon Banding dapat dibebankan karena
memiliki hubungan langsung dengan aktivitas bisnis yang dilakukan oleh Pemohon Banding
sehubungan dengan kegiatan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
kena pajak Pemohon Banding;
bahwa mekanisme penggantian ini telah diberlakukan cukup lama dan telah dilakukan secara
terus-menerus sesuai kesepakatan dan diakui oleh pihak-pihak yang terlibat, yaitu Pemohon
Banding, TCCC dan PTCCDl, terdapat dokumen-dokumen pendukung yang cukup untuk
mendukung keberadaan transaksi-transaksi tersebut;
2. bahwa Pemohon Banding harus mengeluarkan biaya marketing dan promosi tersebut karena
merupakan persyaratan dari License Agreement dengan TCCC, apabila Pemohon Banding
tidak dapat memenuhi ketentuan sebagaimana disyaratkan, hal ini dapat menyebabkan
pencabutan lisensi yang diberikan oleh TCCC yang mana dapat membuat Pemohon Banding
tidak dapat menjalankan bisnisnya dan menghasilkan penghasilan kena pajak;
bahwa dalam hal ini, Perjanjian Lisensi antara Pemohon Banding dan TCCC telah secara jelas
mensyaratkan Pemohon Banding untuk mengeluarkan biaya marketing dan promosi guna
mempromosikan keberhasilan produk-produk, oleh karena itu, dengan adanya kewajiban
tersebut yang harus dijalankan oleh Pemohon Banding untuk beroperasi di Indonesia,
Pemohon Banding diharuskan untuk membuat dan terlibat dalam berbagai pengeluaran
pemasaran dan promosi yang secara langsung dan/atau tidak langsung untuk memastikan
bahwa Pemohon Banding telah memenuhi persyaratan dari License Agreement dan juga
untuk menjamin tujuan bisnis itu sendiri, yaitu untuk mempromosikan keberhasilan produk-
produk yang dijual yang pada akhirnya akan meningkatkan penjualan, profitabilitas, dan
pendapatan kena pajak;
bahwa perlu dicatat bahwa persyaratan dalam mengeluarkan biaya pemasaran dan promosi
ini memiliki peranan sangat penting dalam License Agreement, Pasal 16 dari License
Agreement secara jelas menyebutkan bahwa apabila Pemohon Banding gagal menjalankan
kewajiban tersebut, TCCC sebagai Pemberi Lisensi dapat mencabut lisensi yang diberikan
kepada Pemohon Banding. Apabila hal itu terjadi, sangatlah jelas bahwa Pemohon Banding
tidak lagi dapat menjalankan bisnis di Indonesia dan juga tidak dapat menghasilkan
pendapatan kena pajak serta membayar Pajak Penghasilan Badan dan kewajiban pajak
lainnya, biaya penggantian atau reimbursement yang ditagihkan ke Pemohon Banding atas
biaya marketing PTCCDl dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban tersebut di atas, salah
satunya, yakni untuk mengeluarkan biaya pemasaran dan promosi yang diperlukan;
b. bahwa penerapan paragraf 6.36-6.38 Pedoman TP OECD 2010 tidaklah relevan mengingat
ketentuan tersebut tidak memberikan panduan mengenai pengurangan biaya marketing dari
perspektif Pph Badan di Indonesia dan juga tidak terdapat panduan semacam itu yang
menghalangi Pemohon Banding untuk mengeluarkan biaya tersebut melalui mekanisme
reimbursement kepada pihak lain;
bahwa Penerapan Paragraf 6.36-6.38 Pedoman TP OECD 2010 tidaklah relevan sebagai
dasar koreksi, dimana dasar koreksi berkaitan dengan pertanyaan umum atas biaya yang
dapat dikurangkan untuk perhitungan Pph Badan sebagaimana ditunjukkan dalam dasar
hukum yang dikutip oleh Terbanding, Paragraf 6.36-6.38 Pedoman TP OECD 2010
menyinggung mengenai kompensasi yang harus diterima oleh wajib pajak yang melakukan
aktivitas marketing atas trademarks yang bukan milik wajib pajak tersebut, pedoman tersebut
tidak pernah memberikan pedoman bahwa Pemohon Banding tidak dapat membebankan
biaya penggantian marketing kepada PTCCDl hanya karena semata-mata Pemohon banding
bukan pemilik Trademark, pedoman tersebut juga tidak terkait dengan pertanyaan apakah
Pemohon Banding adalah pihak yang tepat untuk membayar penggantian kepada PTCCDl:
bahwa dalam hal ini, permasalahan yang diangkat oleh Terbanding adalah terkait apakah
biaya marketing tersebut dapat dibebankan berdasarkan Peraturan Pajak Penghasilan Badan
di Indonesia, Pemohon Banding melakukan kegiatan marketing (dalam hal ini dilakukan oleh
PTCCDl terlebih dahulu kemudian diberi penggantian oleh Pemohon Banding) untuk menjual
produk-produknya yang bertujuan untuk menghasilan pendapatan dan oleh karenanya biaya-
biaya tersebut seharusnya dapat dibebankan berdasarkan Peraturan Pajak Penghasilan
Badan di Indonesia seperti yang telah dijelaskan pada poin a), di atas;
c. bahwa selanjutnya Terbanding telah melakukan pemeriksaan pajak Pph Badan untuk Tahun
Pajak sampai dengan Tahun Pajak 2010, berdasarkan hasil dari pemeriksaan-pemeriksaan
pajak tersebut, Terbanding tidak pernah melakukan koreksi fiskal atau mempertentangkan
pengurang pajak atas transaksi diatas, hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa
Terbanding telah mengakui dan setuju dengan biaya-biaya tersebut sebagai pengurang pajak
di masa lalu, koreksi Tim Pemeriksa atas biaya ini menunjukkan ketidakkonsistenan
Terbanding dalam menerapkan peraturan perpajakan;
bahwa dengan melakukan koreksi fiskal ini, Terbanding telah mengabaikan hasil pemeriksaan
pajak yang merupakan produk hukum, hal ini merupakan pelanggaran terhadap prinsip
keadilan yang oleh karenanya menimbulkan ketidakpastian bagi Pemohon Banding dan
menimbulkan pengaruh negatif bagi kemampuan Pemohon Banding untuk melaksanakan
kegiatan bisnisnya dari tahun ke tahun;
bahwa berdasarkan penjelasan di atas, Pemohon Banding mohon agar koreksi fiskal atas biaya
promosi/pemasaran sebesar Rp 119.781.146.692,00 dapat dibatalkan;
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding dengan alasan-alasan sebagai
berikut:
bahwa biaya sebesar Rp 392.985.049,00 merupakan biaya relokasi yang harus dikeluarkan oleh
Pemohon Banding untuk karyawannya sebagai konsekuensi keputusan bisnis Pemohon Banding.
Biaya seperti itu bukan merupakan natura ataupun kenikmatan bagi karyawan, sebaliknya, biaya
tersebut merupakan pengeluaran bisnis umum yang harus dikeluarkan oleh Pemohon Banding
karena keputusan bisnis, oleh karena itu, biaya usaha tersebut merupakan biaya yang dapat
dikurangkan sesuai dengan Pasal 6 UU Pph, oleh karena itu, Pemohon Banding mohon agar
koreksi fiskal atas Employee Rental House Expense pada akun 810106000 sebesar
Rp 392.985.049 dapat dibatalkan;
bahwa berdasarkan penjelasan dan uraian di atas, Pemohon Banding menyimpulkan bahwa:
1. Surat Banding telah memenuhi seluruh ketentuan formal pengajuan banding sebagaimana
diatur dalam Pasal 27 UU KUP serta Pasal 35, 36, dan 37 UU Pengadilan Pajak;
Menurut PemohonBanding(Rp)
No. Uraian
bahwa sebagai tanggapan atas permintaan Majelis Hakim dalam sidang Pengadilan Pajak
tanggal 26 November 2018 sehubungan dengan pendapat akhir Pemohon Banding, berikut
adalah ringkasan pendapat akhir Pemohon Banding yang telah disampaikan dalam persidangan-
persidangan pengadilan pajak sebelumnya;
bahwa sebagaimana telah disampaikan sebelumnya dalam beberapa kesempatan selama proses
pengadilan pajak dan di dalam beberapa surat penjelasan yang telah Pemohon Banding
sampaikan dalam proses persidangan pengadilan pajak, Pemohon Banding memahami bahwa
berdasarkan penjelasan lisan dari Terbanding. inti dari sengketa permohonan banding pajak
Pemohon Banding adalah perbedaan intepretasi alas penerapan Pasal 6 ayat (1) UU Pajak
Penghasilan atas transaksi bisnis Pemohon Banding;
bahwa selama proses sidang pengadilan pajak, Pemohon Banding telah menjelaskan dan
mempresentasikan penjelasan atas pernyataan Terbanding, termasuk menjelaskan model bisnis
Pemohon Banding dan persyaratan sehubungan dengan model bisnis tersebut yang harus
dipatuhi dan dipenuhi oleh Pemohon Banding, yang mana hal ini sangat penting untuk dipahami
sebagai bahan pertimbangan atas sengketa pajak yang terjadi;
bahwa sebagai kesimpulan, Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi fiskal yang dibuat
oleh Terbanding atas reimbursement/penggantian biaya pemasaran/promosi dari CCDl, dengan
alasan-alasan sebagai berikut:
1. Terbanding harus dapat memahami model bisnis Pemohon Banding secara lengkap dan
benar termasuk memahami rincian persyaratan dan ketentuan yang telah ditentukan dalam
transaksi sebelum membuat koreksi fiskal dan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
bahwa Kegiatan bisnis Ccl didasarkan pada Perjanjian Lisensi (License Agreement)
tertanggal 10 Mei 1997. Ccl telah diberikan hak oleh The Coca-Cola Company ("TCCC")
berdasarkan License Agreement untuk menggunakan merek dagang dan kekayaan
intelektual ("intellectual property") lainnya sebagaimana dimaksud dalam License Agreement
sehubungan dengan kegiatan produksi, pemasaran dan penjualan produk-produk
Perusahaan di Indonesia;
bahwa Ccl memproduksi dan menjual beverage base yang khas/unik yang mencerminkan
suatu produk minuman jadi tertentu dan merupakan inti dari produk tersebut sehingga dapat
mewakili merek dari produk minuman itu sendiri. Tanpa bahan baku minuman yang
diproduksi oleh Ccl, tidak akan ada produk tertentu dengan merek Coca-Cola yang dijual di
pasar karena hanya Ccl yang merupakan pihak berwenang dan yang dapat membuat bahan
baku minuman untuk produk bermerek Coca-Cola di Indonesia;
bahwa Ccl menjual bahan baku minuman kepada PT Coca-Cola Botlling Indonesia ("CCBl"),
perusahaan yang ditunjuk untuk mencampur, membuat dan mengemas bahan baku
minuman menjadi produk minuman siap saji. CCBl menjual produk jadi tersebut kepada
PT Coca-Cola Distribution Indonesia ("CCDl") sebagai distributor yang ditunjuk untuk
mendistribusikan produk-produk tersebut di Indonesia, meskipun skema transaksi antara
Ccl -CCBl dan CCBl -CCDl tampak seperti transaksi pembelian dan penjualan barang;
bahwa perlu dicatat bahwa pengaturan transaksi antara pihak-pihak tersebut merupakan
transaksi yang eksklusif dan tunduk pada persyaratan dan ketentuan sebagaimana
dijelaskan dalam License Agreement, Bottling Agreement dan Distribution Agreement, hal ini
karena objek transaksi tersebut adalah produk minuman bermerek, yaitu bahan baku
minuman yang perlu dicampur menjadi produk cair dan dikemas menjadi produk minuman
siap saji di bawah persyaratan tertentu yang kemudian dijual ke pasar, sehingga, sebagai
pemilik bisnis, Ccl harus memastikan bahwa produk yang diproduksi dan dijual ke
pasar.mewakili produk berkualitas tinggi sehingga mewakili merek produk itu sendiri, oleh
karena itu, setiap proses produksi, pemasaran, penjualan dan distribusi produk ke pasar
akan menjadi kepentingan CCI;
2. Sebagai konsekuensi diberikannya hak oleh TCCC, Ccl memiliki tanggung jawab dan
kepentingan untuk rnenjamin dan mengamankan keberhasilan, keberlanjutan dan
kesinambungan atas bisnis minuman Coca-Cola di Indonesia
bahwa Ccl memiliki tanggung jawab untuk menjaga validitas merek dagang dan reputasi
merek Coca-Cola di Indonesia, sehingga produk-produk Coca-Cola yang didistribusikan di
pasar Indonesia mencerminkan produk berkualitas tinggi yang serupa dengan kualitas
produk yang dikembangkan oleh pemilik merek dagang;
bahwa lebih lanjut, License Agreement juga mengharuskan Ccl untuk mengeluarkan biaya
pemasaran dan promosi untuk memastikan keberhasilan produk-produk yang dijual dibawah
merek dagang Pemberi Lisensi terjaga dengan baik, oleh karena itu, Ccl melakukan
berbagai jenis pengeluaran pemasaran dan promosi untuk memenuhi ketentuan dalam
License Agreement (Pasal 16) yakni untuk memastikan bahwa konsumen (pasar) produk-
produk Coca-Cola menyadari keberadaan merek dan produk yang diproduksi dengan
beverage base/bahan dasar minuman/konsentrat yang diproduksi oleh Ccl dan untuk
memastikan bahwa promosi dalam distribusi atau kegiatan rantai pemasokan telah dilakukan
dengan baik;
bahwa kesimpulan dari penjelasan di alas adalah sangat penting bagi Ccl untuk memastikan
keberhasilan penjualan produk minuman yang didistribusikan oleh CCDl karena hal ini
berdampak secara langsung pada pendapatan yang dihasilkan oleh Ccl karena produk jadi
yang didistribusikan oleh CCDl berasal dari produk bahan baku minuman yang diproduksi
oleh Ccl:
bahwa sebagaimana telah diuraikan dalam beberapa penjelasan yang telah disampaikan
sebelumnya, bahan baku minuman adalah inti dari produk minuman jadi, dengan demikian,
bahan baku minuman secara efektif menentukan rasa dari produk minuman dan oleh karena
itu bahan baku minuman tersebut mewakili atribut spesifik dari merek tertentu;
bahwa merek dari suatu produk mencerminkan atribut-atribut khusus, yang akan
membedakan produk tersebut dengan produk-produk serupa lainnya di pasar, contoh dari
atribut-atribut tersebut adalah nama dagang suatu produk, kualitas, rasa, kemasan, desain,
dan fitur-fitur khusus lainnya, yang membentuk satu kesatuan paket dan image dari sebuah
produk, CCI berkewajiban untuk memastikan bahwa produk-produk minuman siap saji Coca-
Cola yang didistribusikan di Indonesia mencerminkan atribut-atribut khusus tersebut dan
menghasilkan image dan reputasi merek tersebut di pasar;
bahwa mengingat kebutuhan untuk melakukan kegiatan pemasaran dan korelasi langsung
antara peningkatan penjualan produk minuman siap saji dan peningkatan penjualan produk
bahan baku minuman yang bersangkutan, biaya pemasaran dan promosi yang dikeluarkan
oleh Ccl secara langsung berkaitan dengan kegiatan untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara pendapatan Ccl, apabila tidak terdapat biaya pemasaran dan promosi yang
dikeluarkan oleh Ccl, maka Ccl mungkin tidak dapat menjalankan usahanya dan menjual
produknya, yang secara bersamaan akan mengurangi pendapatannya, oleh karena itu,
sangat penting bagi Ccl untuk memastikan keberhasilan penjualan minuman slap saji yang
didistribusikan oleh CCDl karena secara langsung berdampak pada pendapatan yang
dihasilkan oleh Col yang dikenakan Pajak Penghasilan di Indonesia;
bahwa berdasarkan hal di atas, CCI memiliki kepentingan dalam mengamankan dan
mempertahankan keberhasilan penjualan produk minuman slap saji di pasar dan memiliki
kebebasan untuk berkontribusi, membayar dan/atau mengganti biaya pemasaran tertentu
yang dikeluarkan oleh CCDl kapan pun apabila dianggap perlu, hal ini untuk memastikan
daya saing produknya dan mengamankan keberhasilan penjualan produk;
bahwa sebagaimana disebutkan dalam Pasal 6 ayat (1) UU Pajak Penghasilan dan PMK
Nomor 02, biaya pemasaran/promosi dapat dibebankan secara langsung dan/atau tidak
langsung untuk tujuan mendapatkan, rnenagih, dan memelihara penghasilan kena pajak.
Biaya pemasaran/promosi yang ditanggung oleh Pemohon Banding dapat dikurangkan oleh
Pemohon Banding karena memiliki hubungan langsung dengan kegiatan bisnis yang
dilakukan oleh Pemohon Banding untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
pendapatan kena pajak Pemohon Banding;
bahwa keberhasilan penjualan produk minuman siap saji di pasar ielas akan berkontribusi
dan berkorelasi dengan keberhasilan penjualan bahan baku minuman yang diproduksi oleh
Pemohon Banding atas produk tersebut, lebih penting lagi, keberhasilan produk minuman
siap saji memastikan keberhasilan bahan baku minuman yang diproduksi dan dijual oleh
Pemohon Banding atas produk tersebut karena bahan baku minuman merupakan inti dari
produk tersebut dan yang membedakan produk tersebut dari produk minuman siap jadi
lainnya yang dijual oleh pesaing;
bahwa sebagai penerima Lisensi di Indonesia, CCI dapat membelanjakan dana untuk
pemasaran dan promosi produk di tingkat distribusi kapanpun dianggap perlu oleh CCI dan
juga karena kepentingan CCI untuk membuat penjualan produk jadi berhasil. Mengingat
industri Ccl adalah produk-produk fast moving consumer goods atas produk minuman non-
alkohol, dimana produk-produk ini tidak dikategorikan sebagai kebutuhan dasar untuk
konsumsi dan penjualan mungkin;
bahwa CCDl adalah distributor yang ditunjuk untuk mendistribusikan produk minuman siap
saji di bawah merek dagang yang dimiliki oleh TCCC, dengan demikian, keberlanjutan,
kesinambungan dan keberhasilan bisnis Ccl secara langsung bergantung dan membutuhkan
upaya promosi dan pemasaran yang dilakukan oleh CCDl;
bahwa reimbursement biaya promosi oleh CCDl ke CCI didukung dengan dokumendokumen
pendukung yang cukup dan memadai yang mama dapat memastikan bahwa transaksi
tersebut benar-benar terjadi dan telah disetujui oleh kedua belah pihak. Pemohon Banding
telah menyampaikan beberapa sample dokumen pendukung untuk penggantian
(reimbursement) biaya pemasaran dan promosi dalam persidangan pajak tanggal 15 0ktober
2018;
bahwa Purchase Order ("PO") yang diterbitkan oleh Ccl ke CCDI dan seluruh dokumen yang
terkait misaln a: nota debit dan faktur pajak dari CCDl ke Ccl dan invoice dari pihak ketiga ke
CCDl, dll.) merupakan perjanjian antara Ccl dan CCDI untuk transaksi penggantian
(reimburse), dengan diterbitkannya PO, tagihan, dan pembayaran jelas menunjukkan adanya
penerimaan dan ratifikasi yang dilakukan oleh kedua belah pihak atas perjanjian tersebut.
Lebih laniut, di dalam PO yang diterbitkan oleh Ccl terdapat syarat dan ketentuan yang
harus dipenuhi oleh pihak;
bahwa selanjutnya, fakta bahwa Ccl telah melakukan pembayaran berdasarkan PO dan
CCDI telah menerima pembayaran dari Ccl dapat memastikan bahwa perjanjian tersebut
adalah sah dan berlaku untuk Ccl dan CCDl;
bahwa penting untuk dicatat bahwa mekanisme dan praktik penggantian (reimbursement)
tersebut telah dilakukan selama bertahun-tahun dan pengendalian internal serta
perlindungan/antisipasi yang tepat yang telah dikembangkan oleh kedua pihak untuk
memastikan bahwa biava-biaya yang diganti tersebut merupakan biaya promosi yang sesuai
dan dimaksudkan untuk tujuan bisnis;
bahwa selain itu, tidak ada ketentuan dalam UU Pph, secara umum ataupun secara khusus
melalui Pasal 6 ayat (1 ) UU Pph, yang mensyaratkan untuk dibuatnya suatu format khusus
atau suatu template/format perjanjian untuk diterapkan oleh Wajib Pajak dan dibuat dalam
bentuk sebuah perjanjian tertulis sebagai prasyarat untuk memperbolehkan apakah suatu
biaya dapat dibebankan secara fiskal, sejalan dengan Pasal 132o UU Hukum Perdata,
format perjanjian pada dasarnya diserahkan kepada pihak yang bertransaksi untuk kemudian
diputuskan;
bahwa sehingga perjanjian dalam bentuk PO dari Ccl kepada CCDl dan tagihan/debit note
dari CCDl kepada Ccl beserta dengan pembayaran dari Ccl dan fakta bahwa CCDI
senantiasa menerima pembayaran penggantian (reimbursement) dari Col merupakan suatu
bentuk perjanjian yang sah dan mengikat yang harus dipenuhi oleh masing-masingpihak
untuk tujuan pengurangan sesuai dengan Peraturan Pajak Penghasilan;
5. Terbanding tidak konsisten dalam membuat koreksi fiskal atas reimbursement biaya
pemasaran/promosi dari CCDl
bahwa transaksi reimbursement biaya pemasaran/promosi dari CCDl oleh Ccl telah
dilakukan cukup lama oleh kedua belah pihak, Terbanding juga telah mengetahui mekanisme
tersebut karena Terbanding telah melakukan pemeriksaan pajak pada Ccl secara teratur,
khususnya dalam pemeriksaan biaya pemasaran dan promosi yang dikeluarkan oleh
Pemohon Banding;
bahwa koreksi fiskal Terbanding pada tahun 2014 jelas menunjukkan ketidakkonsistenen
penerapan UU Pajak Penghasilan Indonesia dan tidak sejalan dengan tujuan Terbanding
sebagai regulator pajak;
bahwa berdasarkan penjelasan yang diuraikan di atas, Pemohon Banding memohon dengan
hormat agar Majelis Hakim Pajak bersedfa mempertimbangkan penjelasan Pemohon
Banding di atas berdasarkan prinsip keadilan dan menolek koreksi fiskal Terbanding;
behwa biaya ini bukan merupakan natura ataupun kenikmatan bagi karyawan. Sebaliknya,
biaya tersebut merupakan pengelueran bisnis umum yang harus dikeluarkan oleh Pemohon
Banding karena keputusan bisnis, oleh karena itu, bieya usaha tersebut merupakan bfaya
yang dapat dikurangkan sesirai dengan Pasal 6 ayat (1 ) UU Pph;
bahwa dafam persidangan pengadilan pajak tanggal 15 0ktober 2018, Pemohon Banding
telah menyerahkan beberapa dokumen pendukung seperti Komersial Invoice, Faktur Pajak
dan Bukti Pemotongan Pph Pasal 23 sehubungan dengan transaksi dengan Santa Fe
untukjasa pemindahan/relokasi untuk menunjukan bahwa biaya ini sehubungan dengan
pengeluaran bisnis, oleh karene itu, biaya usaha tersebut merupakan biaya yang dapat
dikurangkan sesuai dengan Pasal 6 UU Pph. Dengan demikian, Pemohon Banding mohon
agar koreksi fiskal atas Employee Rental House Expense pada akun 810106000 sebesar
Rp 392.985.049,00 dapat dibatalkan;
PendaDat Maielis
bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis atas berkas permohonan banding, dan penjelasan para
pihak dalam persidangan, diketahui bahwa yang menjadi pokck sengketa dalam sengketa
banding adelah Koreksi Positif Terbanding yang terdiri atas:
1. Koreksi atas Biaya promosi/Pemasaran sebesar Rp.119.781.146.692,00;
2. Koreksi Penyssueian Fiskal Positif atas Penggantian atau lmbalan Pekerjaan atau Jasa
dalam Bentuk Natura dan Kenikmatan sebesar Rp.392.985.049,00;
yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;
bahwa menurut Terbanding, semua biaya pemasaran tersebut nyatamyata memupakan biaya yang
langsung dikeluarkan oleh pihak lain yaitu PT Coca Cola Distnbution Indonesia (PT CCDI)
sebesar Rp.119.516.472.742,00 dan Coca Cola Services sebesar Rp.264.673.950,00 dalam
rangka meningkatkan volume penjuelan yang bersangkutan sehingga sesuai dengan Pasal 6 ayat
(1 ) UU Pph biaya tersebut tidak dapat dibebankan sebagai biaya Pemohon Banding:
bahwa merujuk kepada Paragraph 6.36-6.38 OECD TP Guidelines tersebut, menurut Terbanding
biaya pemasaran dan promosi yang telah dibebankan oleh PT Coca Cola Distribution Indonesia
selaku agen atau distributor tidak dapat dimintakan penggantian atau reimbursement kepada
Pemohon Banding, karena Pemohon Banding bukan Pemilik Merk Dagang Coca Cola;
bahwa berdasarkan penelitian terhadap dokumen yang disampaikan oleh Pemohon Banding
diketahui bahwa biaya pemasaran tersebut merupakan biaya yang nyata-nyata dikeluarkan oleh
pihak lain (PT Coca Cola Distribution Indonesia) dalam rangka meningkatkan penjualan PT Coca
Cola Distribution Indonesia;
bahwa menurut Terbanding, nilai penjualan Pemohon Banding di tahun 2014 mengalami
penurunan dibanding tahun sebelumnya, sehingga tidak sejalan dengan definisi biaya promosi
sesuai Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 02/PMK.03/2010;
bahwa merujuk Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pph dan Pasal 1 Peraturan Menteri
Keuangan Nomor: 02/PMK.03/2010 serta Paragraph 6.36-6.38 OECD TP Guidelines maka biaya
pemasaran tersebut tidak dapat dijadikan beban oleh Pemohon Banding, karena biaya tersebut
merupakan biaya yang berkaitan dengan kegiatan usaha pihak lain yaitu PT Coca Cola
Distribution Indonesia dan Pemohon Banding bukan Pemilik Merk Dagang Coca Cola;
bahwa menurut Pemohon Banding, biaya pemasaran dan promosi dibebankan oleh Pemohon
Banding dalam rangka menjalankan bisnis dan secara langsung meningkatkan pendapatan
Pemohon Banding dan oleh karena itu dapat dikurangkan dari perhitungan pajak;
bahwa terkait dengan pengeluaran biaya promosi yang dihubungkan dengan PT Coca Cola
Distribution Indonesia (PT CCDl), Pemohon Banding menjelaskan sebagai berikut:
- PT CCDl merupakan distributor yang ditunjuk terkait berbagai produk minuman slap saji
dengan merek-merek dagang yang dimiliki oleh The Coca Cola Company (TCCC), produk-
produk minuman siap saji tersebut merupakan minuman siap saji yang diproduksi dengan
mengolah sari minuman yang diproduksi dan dijual oleh Pemohon Banding;
• Karena produk-produk minuman siap saji yang dijual oleh PT CCDl hanya dapat diproduksi
dengan menggunakan sari minuman yang diproduksi dan dijual oleh Pemohon Banding, maka
setiap peningkatan penjualan PT CCDl atas minuman jadi siap saji, yang menggunakan bahan
dasar dari sari minuman yang diproduksi dan dijual oleh Pemohon Banding, secara langsung
akan meningkatkan penjualan sari minuman Pemohon Banding;
- Sangat penting untuk memastikan keberhasilan penjualan minuman siap saji yang dijual oleh
PT CCDl karena hal tersebut berpengaruh langsung terhadap pendapatan yang dihasilkan
oleh Pemohon Banding yang telah dikenakan Pajak Penghasilan di Indonesia;
bahwa menurut Pemohon Banding mekanisme penggantian ini telah diberlakukan cukup lama
dan telah dilakukan secara terus-menerus sesuai kesepakatan dan diakui oleh pihak-pihak yang
terlibat, yaitu Pemohon Banding, TCCC dan PTCCDl, terdapat dokumen-dokumen pendukung
yang cukup untuk mendukung keberadaan transaksi-transaksi tersebut;
bahwa dengan demikian menurut Pemohon Banding, semua biaya marketing/promosi yang
dikeluarkan oleh PTCcl bertujuan secara spesifik dan berhubungan langsung dengan usaha
Pemohon Banding, yakni untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan penjualan, sehingga
biaya tersebut seharusnya dapat dibebankan untuk penghitungan pajak penghasilan
sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang Pph;
bahwa terkait penerapan Paragraf 6.36-6.38 Pedoman TP OECD 2010 terhadap sengketa a quo,
menurut Pemohon Banding adalah tidak relevan mengingat ketentuan tersebut tidak memberikan
panduan mengenai pengurangan biaya marketing dari perspektif Pph Badan di Indonesia dan
juga tidak terdapat panduan semacam itu yang menghalangi Pemohon Banding untuk
mengeluarkan biaya tersebut melalui mekanisme reimbursement kepada pihak lain;
bahwa menurut Pemohon Banding, Paragraf 6.36-6.38 Pedoman TP OECD 2010 menyinggung
mengenai kompensasi yang harus diterima oleh Wajib Pajak yang melakukan aktivitas marketing
atas trademarks yang bukan milik Wajib Pajak tersebut, pedoman tersebut tidak pernah
memberikan pedoman bahwa Pemohon Banding tidak dapat membebankan biaya penggantian
marketing kepada PTCCDl hanya karena semata-mata Pemohon banding bukan pemilik
Trademark, pedoman tersebut juga tidak terkait dengan pertanyaan apakah Pemohon Banding
adalah pihak yang tepat untuk membayar penggantian kepada PTCCDl;
bahwa terkait sengketa a qua, menurut Majelis yang pertama harus dibahas adalah terkait
apakah sesungguhnya biaya yang dicatat oleh Pemohon Banding sebagai biaya promosi/
pemasaran (termasuk mekanisme pembebanannya), selanjutnya dianalisa apakah biaya yang
dibebankan oleh Pemohon Banding tersebut telah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan;
bahwa menurut Majelis, dalam persidangan Pemohon Banding telah memberikan penjelasan
terkait perjanjian yang mendasari pembayaran Biaya Promosi, manfaat dari pengeluaran Biaya
Promosi yang dilakukan, mekanisme pengeluaran Biaya Promosi yang dilakukan (melalui
reimbursement/penggantian biaya promosi dari PT Coca Cola Distribution Indonesia (PT CCDl)
dan Coca Cola Services) beserta contoh-contoh/sampling dokumen yang dilakukan penggantian
biaya;
bahwa dari perjanjian yang dilakukan tersebut, Pemohon Banding telah memberikan penjelasan
yang terkait dengan substansi perjanjian yang telah dibuat oleh Pemohon Banding, yang pada
pokoknya mengatur hal-hal sebagai berikut:
- Berdasarkan Perjanjian Lisensi (License Agreement) tertanggal 10 Mei 1997. Pemohon
Banding telah diberikan hak oleh The Coca-Cola Company (TCCC) menggunakan merek
dagang dan kekayaan intelektual lainnya sehubungan dengan kegiatan produksi, pemasaran
dan penjualan produk-produk Perusahaan di Indonesia;
- Dengan menyetujui License Agreement tersebut, bisnis minuman Coca-Cola di Indonesia
pada dasarnya dimiliki dan dikelola oleh Pemohon Banding sebagai pemilik secara ekonomis;
bahwa berdasarkan alat bukti, keterangan/dalil/argumentasi yang disampaikan oleh para pihak
yang bersengketa dalam persidangan, Majelis berpendapat sebagai berikut:
bahwa dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a angka 7, Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 (Undang-Undang Pph) diatur :
``Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dalam bentuk usaha tetap,
ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan, termasuk:
a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara
lain :
7. biaya promosi dan penjualan yang d.Iatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan",
bahwa dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 02/PMK.03/2010, tentang Biaya Promosi
yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto diatur sebagai berikut:
Pasal 1,
"Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan Biaya Promosi adalah bagian
dari biaya penjualan yang dikeluarkan oleh Wajib Pajak dalam rangka memperkenalkan dan/atau
menganjurkan pemakaian suatu produk balk langsung maupun tidak langsung untuk
mempertahankan dan/atau meningkatkan penjualan";
Pasal 2,
``Besarnya biaya promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto merupakan akumulasi
dari jumlah :
a. Biaya periklanan di media eleklronik media cetak, dan atau media lainnya;
b. Biaya pameran produk;
c. Biaya pengenalan produk baru; dan/atau
d. Biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk";
Pasal 6,
"1) Wajib Pajak wajib membuat daftar nomintif atas pengeluaran Biaya Promosi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 yang dikeluarkan kepada pihak lain.
2) Daftar nominatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat data penerima
berupa nama, Nomor Pokok Wajib Pajak, alamat, tanggal, bentuk dan jenis biaya, besarnya
biaya, nomor bukli pemotongan dan besarnya Pajak Penghasilan yang dipotong.
3) Daftar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat sesuai format sebagaimana ditetapkan
dalam Lampiran Peraturan Menteri Keuangan ini, yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri Keuangan ini.
4) Daftar nominatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan sebagai lampiran saat
Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan Pph Badan.
5) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) tidak
dipenuhi, Biaya Promosi tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto".,
bahwa dalam kegiatan reimburs pelaku transaksi yang sesungguhnya adalah pihak yang
menanggung biaya dari kegiatan tersebut (Pihak I), nilai pembayaran penggantian biaya
(reimbursement) yaitu penggantian pembayaran adalah sebesar jumlah yang nyata-nyata telah
dibayarkan oleh Pihak 11 kepada Pihak Ill, dalam sengketa a quo, PT CCDl merupakan Pihak 11
yang melakukan kegiatan/transaksi, sedangkan Pihak I yang sesungguhnya berkepentingan
adalah Pemohon Banding;
bahwa menurut Majelis, dari kontrak Pemberian Lisensi (i/.cense Agreement/ dan penjelasan
yang diberikan oleh Pemohon Banding terkait dengan manfaat dari kontrak yang dibuat tersebut,
dapat diketahui bahwa biaya promosi/pemasaran sebagaimana dilakukan koreksi oleh
Terbanding adalah termasuk biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
yaitu berupa biaya promosi dan penjualan, sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a
angka 7 Undang-Undang Pajak Penghasilan;
bahwa terkait dengan prinsip yang dimuat dalam Paragraf 6.36-6.38 Pedoman TP OECD 2010
terhadap sengketa a quo, Majelis sependapat dengan Pemohon Banding bahwa Pedoman TP
tersebut adalah terkait dengan kompensasi yang harus diterima oleh perusahaan yang
melakukan aktivitas marketing atas 7+ademawhs yang bukan milik perusahaan tersebut, namun
Pedoman tersebut tidak mengatur mengenai pelarangan terhadap penggantian biaya marketing
oleh perusahaan yang bukan merupakan pemilik dari Trademark,'
bahwa menurut Majelis penggantian Biaya Marketing oleh Pemohon Banding yang bukan
merupakan pemilik 77ademark dalam sengketa a quo adalah dilandasi oleh suatu kepentingan
tanggung jawab yang harus dilakukan karena suatu perjanjian yang telah dibuat dan kepentingan
akan kelangsungan usaha dari Pemohon Banding;
bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dan penilaian terhadap data/alat bukti yang terkait dengan
sengketa, penjelasan/dalil yang disampaikan oleh para pihak, Majelis berkesimpulan bahwa
koreksi yag dilakukan oleh Terbanding terhadap Biaya Promosi/Pemasaran sebesar
Rp.119.781.146.692,00 adalah tidak tepat dan tidak dapat dipertahankan;
2. Koreksi Penyesuaian Fiskal Positif atas Penggantian atau lmbalan Pekerjaan atau Jasa
dalam Bentuk Natura dan Kenikmatan sebesar Rp.392.985.049,00
bahwa menurut Terbanding koreksi Penyesuaian Fiskal Positif atas Penggantian atau lmbalan
Pekerjaan atau Jasa dalam Bentuk Natura dan Kenikmatan sebesar Rp.392.985.049,00 adalah
merupakan biaya Employee Rental House Exp akun 81010600;
bahwa menurut Terbanding, berdasarkan penelitian terhadap dokumen yang disampaikan oleh
Pemohon Banding berupa Invoice dan Faktur Pajak dari PT Santa Fe Indonesia diketahui bahwa
biaya Employee Rental House Exp pada akun 810106000 sebesar Rp.392.985.049,00
merupakan biaya pemindahan karyawan atas nama Stewart Edmed dari Denmark ke Indonesia;
bahwa menurut Terbanding biaya pemindahan karyawan tersebut sejatinya merupakan fasilitas
yang diterima oleh karyawan karena yang bersangkutan akan bekerja di Pemohon Banding;
bahwa menurut Terbanding, fasilitas yang diterima karyawan tersebut, merupakan imbalan
sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf e Undang-Undang Pph, sehingga tidak
dapat dikurangkan dalam menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Pemohon
Banding;
bahwa menurut Pemohon Banding, Biaya sebesar Rp. 392.985.049,00 merupakan biaya relokasi
yang harus dikeluarkan oleh Pemohon Banding untuk karyawannya sebagai konsekuensi
keputusan bisnis Pemohon Banding, biaya seperti itu bukan merupakan natura ataupun
kenikmatan bagi karyawan, sebaliknya, biaya tersebut merupakan pengeluaran bisnis umum
yang harus dikeluarkan oleh Pemohon Banding karena keputusan bisnis, oleh karena itu, biaya
usaha tersebut merupakan biaya yang dapat dikurangkan sesuai dengan Pasal 6 Undang-
Undang Pph;
bahwa menurut Pemohon Banding dalam persidangan tanggal 15 0ktober 2018, Pemohon
Banding telah menyerahkan beberapa dokumen pendukung seperti Komersial Invoice, Faktur
Pajak dan Bukti Pemotongan Pph Pasal 23 sehubungan dengan transaksi dengan Santa Fe
untuk jasa pemindahan/relokasi untuk menunjukan bahwa biaya ini sehubungan dengan
pengeluaran bisnis;
bahwa terkait sengketa a quo, menurut Majelis yang pertama harus dibahas adalah terkait
apakah sesungguhnya biaya yang dicatat oleh Pemohon Banding dalam akun 81010600
(Employee Rental House Exp), selanjutnya dianalisa apakah biaya yang dibebankan oleh
Pemohon Banding tersebut telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan;
bahwa dalam persidangan Pemohon Banding telah memberikan penjelasan bahwa biaya
tersebut merupakan biaya pemindahan pegawai yang disebut sebagai "Penerima Tugas" atau
"Ass/`gnee" dari negara tempat "Penerima Tugas" tersebut berada ke Indonesia, menurut
Pemohon Banding, perekrutan dan pemindahan pegawai tersebut dilakukan dalam rangka
mencari individu-individu yang potensial dari seluruh dunia yang memiliki keahlian dan
pengalaman yang relevan dan mampu memanfaatkan keahlian mereka sesuai keperluan dan
kebutuhan perusahaan;
bahwa Majelis sependapat dengan pendapat Pemohon Banding, timbulnya biaya dari
pemindahan Pegawai tersebut merupakan konsekwensi logis yang harus ditanggung sebagai
akibat keputusan/kebijakan bisnis yang dibuat oleh perusahaan;
bahwa untuk memperkuat penjelasan yang disampaikan, dalam persidangan Pemohon Banding
telah menyampaikan bukti sebagai berikut:
- Invoice Nomor 002818 tanggal 8 Desember 2014, dengan nilai transaksi total (termasuk
PPN) sebesar Rp.70.999.531,21, dilengkapi dengan Faktur Pajak Nomor 010.003-
14.41841375;
- Invoice Nomor 002820 tanggal 8 Desember 2014, dengan nilai transaksi total (termasuk
PPN) sebesar Rp.361.284.019,10 dilengkapi dengan Faktur Pajak Nomor 010.003-
14.41841376;
bahwa dari dokumen yang diserahkan tersebut diketahui tersebut diketahui informasi sebagai
berikut :
- Pembayaran dilakukan kepada santa Fe (Re/ocafron servi.ces), dengan penjelasan jasa yang
diberikan adalah door to door airshipment untuk Invoice Nomor 002818 dan door to door sea
shipment untuk Invoice Nomor 002820;
- Berdasarkan Invoice tersebut diketahui bahwa selaku shipper adalah stewart Edmed dengan
perjalanan dari Copenhagen, tujuan Jakarta;
- Terhadap pembayaran jasa kepada Santa Fe telah dilakukan pemotongan Pph Pasal 23, dan
dilaporkan dalam SPT Masa Pph Pasal 23/26 Masa Pajak Januari 2015 oleh Pemohon
Banding;
bahwa berdasarkan alat bukti, keterangan/dalil/argumentasi yang disampaikan oleh para pihak
yang bersengketa dalam persidangan, Majelis berpendapat sebagai berikut :
bahwa terkait dengan sengketa a quo, dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 (Undang-Undang Pph) antara lain diatur :
bahwa dalam Penjelasan Pasal 6 ayat 1 huruf a Undang-Undang Pph, antara lain ditegaskan
bahwa untuk dapat dibebankan sebagai biaya, pengeluaran-pengeluaran tersebut harus
mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan usaha atau kegiatan
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak,
Dengan demikian pengeluaran-pengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang bukan merupakan objek pajak tidak boleh dibebankan sebagai biaya;
bahwa dalam Penjelasan Pasal 9 ayat 1 huruf e Undang-Undang Pph, antara lain ditegaskan
bahwa sebagaimana diuraikan dalam penjelasan Pasal 4 ayat (3) huruf d, penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan dianggap bukan merupakan objek pajak, selaras
dengan hal tersebut, dalam ketentuan ini penggantian atau imbalan dimaksud dianggap bukan
merupakan pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya bagi pemberi kerja;
bahwa menurut Majelis, berdasarkan bukti-bukti yang terungkap dalam persidangan, dan
ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat 1 huruf e Undang-Undang Pph (ketentuan
yang dijadikan Terbanding melakukan koreksi), dapat dijelaskan bahwa biaya yang dicatat dalam
akun Employee Rental House Exp. dan dilakukan koreksi oleh Terbanding tersebut adalah biaya
perjalanan dinas dalam rangka kepindahan menjalankan tugas yang menjadi kepentingan
perusahaan, biaya pemindahan pegawai bukanlah imbalan yang diberikan kepada pegawai yang
bersangkutan baik dalam bentuk natura ataupun uang, biaya kepindahan pegawai tidak
menambah kemampuan ekonomis bagi pegawai yang bersangkutan;
bahwa menurut Majelis, Biaya yang dikeluarkan Pemohon Banding tersebut, secara nature lebih
mendekati kepada biaya operasional yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka perjalanan
kedinasan yang dilakukan oleh karyawannya, dalam bentuk biaya pengangkutan/pemindahan
barang/manusia, demikian pula terbukti bahwa pembayaran biaya ini langsung diberikan kepada
pihak Ill yang melakukan jasa pemindahan (Santa Fe), telah dilakukan pemotongan Pph Pasal
23, dan dilaporkan dalam SPT Masa Pph Pasal 23/26 Pemohon Banding;
bahwa menurut Majelis, biaya pemindahan/perekrutan pegawai sebagaimana dicatat pada akun
Employee Rental House Exp. sebesar Rp.392.985.049,00 bukanlah biaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat 1 huruf e undang-Undang Pph, melainkan merupakan biaya yang
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1 ) huruf a
Undang-Undang Pph;
bahwa berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan tersebut, Majelis berkesimpulan bahwa koreksi
yang dilakukan oleh Terbanding terhadap Penyesuaian Fiskal Positif atas Penggantian atau
lmbalan Pekerjaan atau Jasa dalam Bentuk Natura dan Kenikmatan sebesar Rp.392.985.049,00
adalah tidak tepat dan tidak dapat dipertahankan;
dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua pada hari Senin tanggal
2 Desember 2019 dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota, Panitera Pengganti, d/.had/.r/. oleh
Pemohon banding namun tidak dihadiri oleh Terbanding.
ttd ttd
ttd
ttd