Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penanggulangan Gangguan Indera (penglihatan dan pendengaran)
merupakan amanah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (pasal 95) meliputi kegiatan yang komprehensif yaitu promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan indera penglihatan dan pendengaran masyarakat, merupakan
tanggung jawab bersama Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat.
Indera penglihatan sangat menentukan kualitas sumber daya manusia,
karena 83% informasi sehari – hari masuk melalui indera penglihatan dan 11%
melalui indera pendengaran. Berdasarkan data WHO ada lebih dari 285 juta
penduduk dunia mengalami gangguan penglihatan dan 39 juta diantaranya
mengalami kebutaan, 124 juta dengan low vision serta 153 juta mengalami
gangguan penglihatan karena kelainan refraksi yang tidak terkoreksi. 90%
para penyandang gangguan penglihatan dan kebutaan ini hidup di negara
dengan pendapatan rendah, yang jika dibiarkan begitu saja tanpa ada
tindakan apapun, maka jumlah penderita gangguan penglihatan dan kebutaan
ini akan membengkak menjadi dua kali lipat pada tahun 2020.
Berdasarkan data tersebut, WHO telah menyusun strategi upaya
penanggulangan masalah kesehatan mata beberapa tahun silam, yang
menjadi landasan munculnya program Vision 2020 : The Right to Sight, yakni
sebuah gerakan inisiatif global yang bertujuan untuk mengeliminasi berbagai
penyakit kebutaan yang seharusnya dapat dihilangkan atau dicegah yang
lazim disebut avoidable blindnes.
Di tingkat nasional, berbagai penelitian terkait dengan angka gangguan
penglihatan dan kebutaan telah banyak dilakukan, seperti Survei Kesehatan
Mata Nasional tahun 1993 – 1996, Survei Kesehatan Nasional/Survei
Kesehatan Rumah Tangga 2001, Riset Kesehatan Dasar 2007 dan 2013,
serta Rapid Assessment of Avoidable Bindness (RAAB) di berbagai daerah
pada kurun waktu 2005 – 2014 menghasilkan angka prevalensi kebutaan rata
– rata lebih dari 1%, dimana jika mengacu kepada kriteria yang ditetapkan
WHO, hal tersebut masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan juga
masalah sosial.
Program terkait kesehatan mata/pencegahan kebutaan (UKM/PK) di
Provinsi dan Kabupaten/kota difokuskan pada 4 penyebab kebutaan atau
masalah penglihatan seperti katarak, kelainan refraksi, xeroftalmia dan

1
glaukoma sudah diintegrasikan ke dalam kegiatan pokok puskesmas. Secara
umum, kelainan refraksi yang tidak dapat di koreksi merupakan penyebab
utama gangguan penglihatan. Skrinning gangguan penglihatan dimaksudkan
untuk mencegah kejadian gangguan ketajaman penglihatan yang lebih serius.
Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 29 Tahun 2016 tentang
Pelayanan Kesehatan Mata di fasilitas pelayanan kesehatan, bahwa sesuai
pada pelayanan kesehatan primer diharapkan dapat mengukur dan
menentukan tajam penglihatan (visus) dengan atau tanpa koreksi terbaik
tergantung pada kondisi pasien.
Untuk menunjang pemeriksaan refraksi tersebut diperlukan alat
pemeriksaan sesuai standar merujuk pada Permenkes 43 tahun 2019 tentang
Puskesmas. Terdapat beberapa standar alat kesehatan untuk pemeriksaan
ketajaman penglihatan, meliputi Snellen chart, trial frame dan trial lens
diharapkan penatalaksanaan kelainan refraksi di fasilitas kesehatan pelanayan
primer dapat selesai dengan tuntas sampai peresepan kacamata sesuai
kompetensi 4A. Kondisi saat ini masih banyak puskesmas dengan
keterbatasan alat refraksi termasuk dengan keterbatasan tenaga kesehatan
yang dapat melakukan pemeriksaan menggunakan trial lens dan trial frame.
Oleh karena itu diperlukan Orientasi Skrinning Gangguan Penglihatan
khususnya kelainan refraksi dalam penggunaan trial lens dan trial frame
sampai peresepan kacamata sesuai kompetensi bagi dokter di FKTP .
Data klien dengan gangguan kesehatan indera tahun 2021 sebanyak
524 kasus. Dengan kasus yang paling sering dijumpai adalah gangguang
refraksi, katarak, dan serumen prop. Fakta tersebut menunjukkan bahwa
masalah kesehatan di masyarakat merupakan salah satu masalah
kesehatan yang nyata.
Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan
adanya kepedulian dan partisipasi tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan indera. Program Kesehatan Indera meliputi kegiatan
Seperti mengukur visus mata, mendeteksi katarak, memeriksa
kebersihan telinga dan melakukan penyuluhan tentang kesehatan indera.
Sesuai dengan tujuan dari program kesehatan indera, maka perlu
adanya pedoman yang mengatur pelaksanaan program kesehatan indera
di Puskesmas Sudiang agar pelayanan yang diberikan dapat optimal dan
sesuai dengan standar. Pedoman penyelenggaraan program kesehatan
indera ini merupakan usaha untuk menciptakan peningkatan kualitas
pelayanan dan status kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Sudiang

2
B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Meningkatnya derajat kesehatan Indera Pendengaran dan penglihatan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sudiang
2. Tujuan Khusus:
a. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dan
kader .Meningkatnya kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat untuk
memelihara kesehatan dalam menanggulangi gangguan pendengaran,
ketulian, gangguan penglihatan dan kebutaan.
b. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan Indera Pendengaran
dan indera penglihatan kepada masyarakat
c. Meningkatnya temuan kasus gangguan pendengaran dan indera
penglihatan secara dini
d. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan Indera Pendengaran dan
indera penglihatan masyarakat
e. Melakukan rujukan pada saat yang tepat bila diperlukan.

C. SASARAN PEDOMAN
1. Sasaran Program
Seluruh Masyarakat di wilayah Puskesmas Sudiang
2. Sasaran Kegiatan
a. Bayi
b. Balita
c. Anak usia sekolah / remaja
d. Dewasa
e. Ibu hamil
f. Catin
g. Lansia

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN


Ruang lingkup pada pedoman pelayanan kesehatan indera
pendengaran dan penglihatan di Puskesmas ini di batasi pada pelayanan
kesehatan THT dasar dan penglihatan dasar yang bisa dilaksanakan di
Puskesmas dengan perujuk kasus-kasus yang tidak bisa ditangani ke Rumah
Sakit.

E. BATASAN OPERASIONAL

3
Program Pelayanan Kesehatan Indera ditujukan untuk mendeteksi
adanya gangguan oendengaran dan penglihatan yang terjadi di masyarakat.
Batasan operasional Program Pelayanan Kesehatan Indera adalah mulai dari
mendeteksi dini di Puskesmas, UKS Sekolah, di pelaksanaan
Posyandu/Posbindu, memberikan penyuluhan kesehatan tentang deteksi dini
gangguan pendengaran dan penglihatan yang terjadi di masyarakat, dan
memberikan rujukan apabila diperlukan.
F. LANDASAN HUKUM
1. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/Menkes/291/2016 tentang
Komite Mata Nasional Untuk Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan
Kebutaan
2. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MenKes/ 155/2015
3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 428/Menke/SK/VI/2006 tentang
Pedoman Manajemen Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

1. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Kualifikasi ketenagaan dan SDM Program Pelayanan Kesehatan Indera
adalah Dokter, perawat, bidan yang bekerja di pelayanan kesehatan dasar
dan yang sudah mendapat pelatihan pemeriksaan kesehatan indera, kader,
guru UKS.

2. DISTRIBUSI KETENAGAKERJAAN
Pada Program Pelayanan Kesehatan Indera, kegiatan dilakukan
dengan cara pemeriksaan indera berkala. Saat melakukan pemeriksaan
berkala petugas melaksanakan penggalian informasi keadaan pasien,
memberikan penyuluhan kesehatan (edukasi) seputar Kesehatan Indera
penglihatan dan pendengaran. Kegiatan ini dilakukan oleh 1 tim terdiri dari 3
orang pelaksanaan

3. JADWAL KEGIATAN
Jadwal kegiatan dalam Program Pelayanan Kesehatan Indera disusun
berdasarkan jadwal yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kota
Makassar
No Jenis Kegiatan Waktu Tempat Sumber Pelaks Penanggun

4
Pelaksanaa
Pelaksanaan Dana ana g Jawab
n
Deteksi dini
ganguan Puskesmas Dokter,
penglihatan dan Sudiang perawat
Agustus/d
ganguan Posyandu, , bidan,
1 Oktober - PJ Indera
pendengaran UKS di guru
2023
paling kurang sekolah, UKS,
pada 40% Posbindu Kader
populasi

Dokter,
Kegiatan bersih- SDN Wilayah perawat
Agustus Kerja
2 bersih telinga - , bidan, PJ Indera
2023 Puskesmas
(BBT) guru
Sudiang UKS,

Puskesmas

Agustus/d Sudiang,
Pencatatan dan PJ PJ Indera
Oktober Posyandu, -
3 pelaporan Indera
2023 UKS di
sekolah,
Posbindu

BAB III

5
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
Peta Wilayah Puskesmas Sudiang

B. STANDAR FASILITAS
1. Fasilitas dan Sarana
Program Pelayanan Kesehatan Indera di Puskesmas Sudiang adalah
melakukan pemeriksaan kesehatan berkala, untuk Fasilitas ada kursi dan
meja, ruangan tertutup dan kedap suara.
2. Peralatan
Peralatan yang digunakan petugas saat melaksanakan kegiatan
Program Pelayanan Kesehatan Indera, terdiri dari:
a. Ballpoint.
b. Buku catatan.
c. Kamera untuk dokumentasi.
d. Garputala
e. Headlamp
f. Set ekstraksi telinga
g. Chart Snellen
h. Ishihara book
3. Lahan
Luas bangunan satu lantai, Kontur lahan datar tidak ada kemiringan.

6
4. Ketentuan Umum Bangunan
a) Konstruksi sesuai standart puskesmas.
b) Lantai sesuai standart puskesmas.
c) Dinding standart puskesmas.
d) Ventilasi standart puskesmas.
e) Atap standart puskesmas.
f) Langit-langit standart puskesmas.
g) Pintu standart puskesmas.
h) Jendela standart puskesmas.

5. Persyaratan Ruangan
a) Fasilitas ruangan lengkap.
b) Ventilasi, penerangan dan pencahayaan cukup.
c) Bersih, bebas debu, kotoran, sampah atau limbah, tersedia tempat
sampah.
d) Kedap suara
e) Denah tata ruang mengacu pada pedoman tata ruang.

BAB IV

7
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PELAYANAN KESEHATAN KERJA


1. Definisi
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan mata dan telinga mengacu
pada pedoman penyelenggaraan pelayanan kesehatan mata dan telinga
dalam hal pemenuhan sumber daya manusia, sarana, prasana, dan
peralatan kesehatan, disamping itu juga dilakukan penguatan pada sistem
rujukan berjenjang sehingga pelayanan kesehatan bisa lebih terarah dan
tidak lagi terjadi penumpukan pasien di salah satu fasilitas pelayanan
kesehatan, Pelayanan kesehatan mata dan telinga primer adalah
pemeriksaan dan/atau tindakan medik dasar di bidang kesehatan mata
yang dilakukan oleh dokter dan dapat berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lainnya. Capaian target yang harus dicapai yaitu Deteksi dini
gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran paling kurang pada
40% populasi
.
2. Ruang Lingkup
Pelayanan di dalam gedung Puskesmas, berupa:
a. Penyuluhan kesehatan Indera Pendengaran dan penglihatan
b. Penjaringan kasus-kasus gangguan pendengaran dan penglihatan
melalui rawat jalan pengobatan dan pada unit-unit pelayanan lainnya
c. Pemeriksaan dan tindakan medis masalah gangguan pendengaran dan
penglihatan
d. Merujuk kasus-kasus gangguan pendengaran dan penglihatan kepada
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
Pelayanan di luar gedung Puskesmas. Kegiatan Pelayanan Kesehatan
Indera Pendengaran dan penglihatan tersebut adalah
a. Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat anak sekolah, kelompok
pekerja yang berisiko terhadap gangguan pendengaran dan penglihatan
dan lain-lain
b. Penjaringan kasus-kasus gangguan pendengaran dan penglihatan
dimasyarakat dan sekolah oleh kader, dokter kecil, guru UKS, dan
petugas kesehatan yang sudah dilatih
c. Pengobatan kasus-kasus gangguan pendengaran dan penglihatan dan
pertolongan pertama pada kedaruratan telinga dan mata dapat
dilakukan oleh dokter dari perawat Puskesmas
d. Rujukan kasus ke Puskesmas atau fasilitas yang lebih tinggi

8
3. Sasaran
a. Sasaran Primer :
1) Bayi
2) Balita
3) Anak usia sekolah /remaja
4) Usia produktif
5) Ibu hamil
6) Pekerja industri
7) Usia lanjut
b. Sasaran sekunder
1) Tenaga kesehatan
2) Kader
3) Tokoh masyarakat
4) Guru
4. Tata Laksana
a. Membina Upaya pelayanan kesehatan Indera
b. Pelaporan Kesehatan Indera
c. Penyuluhan Kesehatan Indera
d. Pembinaan petugas Pustu/Poskesdes dan kader untuk klarifikasi
kelainan pada mata dan telinga

BAB V

9
LOGISTIK

Peralatan Upaya pelayanan kesehatan Indera adalah peralatan yang


digunakan untuk melaksanakan kegiatan Upaya pelayanan kesehatan Indera. .
Peralatan berfungsi, bila dapat digunakan untuk kegiatan, antara lain:
a. Ballpoint.
b. Buku catatan.
c. Kamera untuk dokumentasi.
d. Garputala
e. Headlamp
f. Set ekstraksi telinga
g. Chart Snellen
h. Ishihara book

BAB VI

10
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Keselamatan sasaran kegiatan program adalah segala upaya atau tindakan


yang harus diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat
kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian/kesengajaan terhadap sasaran
kegiatan atau program.

A. Sasaran keselamatan pasien/program di PuskesmasSudiang :


1. Ketepatan identifikasi pasien/program.
2. Peningkatan komunikasi yang efektif.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai.
4. Ketepatan prosedur tindakan.
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
6. Pengurangan resiko cedera karena jatuh.

BAB VII

11
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus


diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan
kerja Petugas ataupun kelalaian/kesengajaan yang dapat menimbulkan
kecelakaan/cedera terhadap diri sendiri.
Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan perlu
diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dengan
melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada
saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap harus dilakukan untuk
tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan
Keselamatan kerja untuk petugas, antara lain:

1. Petugas menggunakan masker.


2. Petugas menggunakan handscoon.
3. Petugas menggunakan goun / APD level 1

BAB VIII

12
PENGENDALIAN MUTU

Dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan,


maka saat ini masyarakat semakin memperhatikan mutu pelayanan kesehatan yang
diterimanya. Pengendalian mutu UKM harus dilakukan demi kepentingan dan
kepuasan dari pasien sehingga nantinya dapat kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan di Puskesmas pada umumnya.
Kinerja pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dimonitor dan dievaluasi
dengan menggunakan indikator sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Ketepatan pelaporan Puskesmas
5. Tercapainya kinerja Puskesmas , SPM dan PKP
6. Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan dan
tribulan.

BAB IX

13
PENUTUP
Penyusunan Pedoman Upaya pelayanan kesehatan Indera tahun 2022
diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk pelaksanaan perencanaan
kegiatan Puskesmas Sudiang pada tahun 2022. Dalam Pedoman Kesehatan
Lingkungan ini dijabarkan panduan dan pedoman serta standart mengenai analisis
Program Upaya pelayanan kesehatan Indera Puskesmas Sudiang. Dari pedoman
tersebut bisa ditarik kesimpulan masalah-masalah apa saja yang dihadapi Program
Upaya pelayanan kesehatan Indera Puskesmas Sudiang. selama ini sehingga bisa
dicari alternatif solusinya untuk memberikan pelayanan sepenuh hati.
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam Pedoman Program Upaya
pelayanan kesehatan Indera tahun 2022 ini disampaikan banyak terima kasih.
Semoga dengan adanya Pedoman Program Upaya pelayanan kesehatan
Indera yang telah disusun dapat bermanfaat dalam penyusunan program-program
kesehatan pada tahun-tahun mendatang khususnya diwilayah Puskesmas Sudiang .

14
REFERENSI
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/Menkes/291/2016 tentang Komite
Mata Nasional Untuk Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MenKes/ 155/2015

Keputusan Menteri Kesehatan No. 428/Menke/SK/VI/2006 tentang Pedoman


Manajemen Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran.

15

Anda mungkin juga menyukai