Setelah Indonesia merdeka, para pemimpin bangsa berusaha merumuskan kembali Sistem
Ekonomi Indonesia yang dianggap ideal dengan kondisi bangsa, Muhammad Hatta
mengemukakan sebuah konsep tentang Sistem Ekonomi Indonesia, yaitu Sistem Ekonomi
Kerakyatan. Dalam Sistem Ekonomi Kerakyatan, semua aktivitas ekonomi harus disatukan dalam
organisasi koperasi sebagai bangun usaha yang sesuai dengan asas kekeluargaan. Hanya dalam
asas kekeluargaan dapat diwujudkan prinsip demokrasi ekonomi, yaitu produksi dikerjakan oleh
semua, untuk semua, sedangkan pengelolaannya dipimpin dan diawasi oleh anggota masyarakat
sendiri (Mubyarto, 2002). Konsep Sistem Ekonomi Kerakyatan inilah yang kemudian di tuangkan
dalam UUD 1945 Sebagai dasar sistem perekonomian Nasional.
Sistem ekonomi seperti yang tersebut, ternyata tidak langsung berhasil dijalankan oleh
pemerintahan Indonesia. Beberapa waktu setelah kemerdekaan, Indonesia mengalami masa-
masa sulit hingga pada puncaknya terjadi perpecahan pemimpin nasional ditandai dengan
mundurnya Muhammad Hatta pada tahun 1956, Sejak saat itu Sukarno memegang kekuasaan
yang sangat besar, sehingga Sistem Ekonomi Etatisme berjalan di Indonesia. Negara
mengendalikan Sistem produksi dan distribusi. Hiperinflasi hingga 650 persen yang terjadi pada
tahun 1966 menghentikan sistem tersebut. Kekacauan sosial politik yang kemudian terjadi
membuat Sukamo praktis tidak mampu melakukan Kebijakan apapun untuk memperbaiki
keadaan.
Setelah rejim Orde Lama ditumbangkan oleh peristiwa berdarah 1966, rejim Orde Baru muncul
dengan membawa sistem ekonomi yang baru yang Ternyata juga tidak sepenuhnya sesuai dengan
dasar sistem ekonomi termuat dalam UUD 1945. Sistem Ekonomi Indonesia pada masa Orde Baru
bersandar pada “Trilogi Pembangunan, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas
ekonomi, dan pemerataan. Meskipun pemerintah selalu Yang Mengklaim dirinya tidak
menerapkan Sistem Ekonomi Kapitalis, tetapi pada Praktiknya Indonesia telah melakukan
berbagai liberalisasi ekonomi yang Semakin memarjinalisasi peranan ekonomi rakyat.
2. Jelaskan keterkaitan antara Sistem Ekonomi Pancasila dan Sistem Ekonomi Kerakyatan!
Yaitu adanya aktivitas aktivitas yang melibatkan rakyat pada umumnya, sehingga terwujud nya
sila sila yg ada dalam Pancasila bisa menjadi lima landasan ekonomi, yaitu ekonomi moralistik
(ber-Ketubanan), ekonomi kemanusiaan, nasionalisme ekonomi, demokrasi ekonomi (ekonomi
kerakyatan), dan diarahkan untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Secara
khusus, terdapat lima prinsip penerapan Sistem Ekonomi Pancasila, yaitu: Pertama, roda kegiatan
ekonomi bangsa digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial, dan moral. Kedua, ada kehendak
kuat warga masyarakat untuk mewujudkan kemerataan sosial, yaitu tidak membiarkan terjadinya
dan berkembangnya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial.
Ketiga, semangat nasionalisme ekonomi dalam era globalisasi makin jelas adanya urgensi
terwujudnya perekonomian nasional yang kuat, tangguh, dan mandiri. Keempat, demokrasi
ekonomi berdasar kerakyatan dan kekeluargaan koperasi dan usaha-usaha kooperatif menjiwai
perilaku ekonomi perorangan dan masyarakat. Kelima, keseimbangan yang harmonis, efisien, dan
adil antara perencanaan nasional dengan desentralisasi ekonomi dan otonomi yang luas, bebas,
dan bertanggung jawab, menuju perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Jadi bisa disimpulkan bahwa ekonomi Kerakyatan merupakan implementasi dari Ekonomi
Pancasila.
Insentif pajak berupa penurunan tarif pajak dapat menjadi salah satu Alternatif untuk
meningkatkan penerimaan pajak. Secara teoretis, insentif Pajak ini memungkinkan untuk
dilakukan. Salah satu teori insentif pajak ini Mengemukakan bahwa pemotongan pajak (tax cuts)
akan dapat Meningkatkan penerimaan pajak pemerintah. Logikanya, jika pajak sudah terlalu
tinggi, orang malas untuk berproduksi, melaksanakan aktivitas ekonomi ataupun investasi karena
keuntungan atau pendapatannya akan ditarik ke kas pemerintah melalui pajak yang tinggi
tersebut. Dalam kondisi demikian, penurunan tarif pajak bisa menjadi pendorong untuk
menggairahkan produksi. Dengan bergairahnya pelaku ekonomi berproduksi, walaupun tarif
pajak menurun, secara absolut penerimaan pajak akan meningkat Penerapan insentif pajak
memang harus berhati-hati dan melalui kajian yang mendalam. Penurunan jenis pajak tidak harus
menyeluruh, melainkan untuk jenis-jenis yang tingkat tarifnya sudah terlalu tinggi. Dengan
demikian, jika pemerintah berencana memberikan insentif pajak.
BMP ESPA4314
Terima kasih Mohon dan koreksi nya