Anda di halaman 1dari 27

Perekonomian Indonesia

Diskusi 1

Menurut anda, bagaimana sistem dan reformasi ekonomi di Indonesia? Silahkan


dikemukakan pendapatnya masing masing, jika perlu dukung dengan tabel atau gambar yang
menguatkan pendapat tersebut.

Sistem ekonomi adalah cara suatu negara untuk mengatasi beberapa persoalan seperti
mengatur barang apa yang dihasilkan, bagaimana cara menghasilkan barang tersebut dan
bagaimana pendistribusiannya kepada masyarakat. Penentuan sistem ekonomi tidak dapat
dilepaskan dari ideologi yang diyakini oleh negara. Pada dasarnya sistem ekonomi ada 2
yaitu sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi sosialis, namun banyak dari negara
didunia yang tidak dapat menjawab persoalan ekonomi yang ada dengan 2 sistem ekonomi
tersebut sampai akhirnya munculan sistem ekonomi campuran.

1. Sistem Ekonomi Kapitalis

Sistem ekonomi kapitalis muncul pada abad ke -17 di eropa yang dipelopori oleh Adam
Smith (1760) dengan ideologi kapitalismenya . Sistem ekonomi kapitalis didasarkan pada
pandangan liberalisme, individualisme, rasionalisme atau intelektualisme, materialisme dan
humanisme. Adapun ciri-ciri Sistem Ekonomi Kapitalis adalah :

- Penjaminan atas hak milik perseorangan


- Mementingkan diri sendiri
- Pemberian kebebasan penuh
- Persaingan bebas
- Harga sebagai penentu
- Peran negara minimal

2. Sistem Ekonomi Sosialis

Sistem ekonomi sosialis muncul pada abad ke -16 di eropa dengan nama Sosialisme Utopis.
Sistem ekonomi sosialis memberikan kesenjangan yang sangat terasa antara si kaya dan si
miskin sehingga memunculkan banyak kiritik pada saat itu. Tokoh-tokoh Pemikir
sistem ekonomi sosialis yang cukup terkenal yakni Robert Owen, Henri de Saint-Simon, Karl
Marx, dan Vladimir Lenin.
Ciri-ciri Sistem Ekonomi Sosialis adalah :

- Negara sangat berkuasa dalam pemilikan bersama (kolektivitas) semua faktor


produksi
- Produksi dilakukan sesuai dengan kebutuhan
- Perencanaan ekonomi dilakukan oleh negara

3. Sistem Ekonomi Campuran

Sistem Ekonomi Campran merupakan penyatuan kebaikan sistem ekonomi kapitalis dan
sistem ekonomi sosialis yang dicetuskan oleh John Maynard Keynes karena menurutnya
Sistem Ekonomi Sosialis dan Kapitalis dianggap terlalu ekstrim. Pencampuran dua sistem
ekonomi ini selain mendatangkan manfaat juga menimbulkan ekses yang tidak diinginkan,
oleh karenanya negara berfungsi menangani ekses pengangguran dan pendapatan yang tidak
merata. Sistem Ekonomi Campuran telah melahirkan negara kesejahteraan (welfare state)
seperti yang dipraktikkan negara-negara Eropa Barat saat ini. Welfare State adalah negara
yang ingin menciptakan demokrasi seluas-luasnya seperti kesempatan mendapatkan
pekerjaan, pendidikan, penguasaan teknologi dsb.

Dalam sistem ini tindakan yang dilakukan negara dapat dikelompokkan menjadi 3 hal
diantaranya :

- Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa yang digunakan untuk
operasional Negara
- Penarikan pajak, biasanya yang dikenakan adalah pajak progresif
- Subsidi yang diberikan kepada pihak yang membutuhkan

Sistem dan Reformasi Ekonomi di Indonesia

Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1997-1998 yang membawa perubahan drastis pada
perekonomian, hal tersebut ditandai dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US dollar. Krisis
moneter yang dialami oleh Indonesia disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Dimana faktor
internal adalah defisit transaksi berjalan Indonesia yang cenderung membesar dari tahun ke tahun
dengan tingkat inflasi yang sangat tinggi dan utang luar negeri Indonesia yang terlalu banyak
sehingga terjadi outflow negatif. Sementara faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya krisis
moneter adalah pergerakan finansial di tiga kutub dunia (AS, Eropa dan Jepang).

Pada saat itu Indonesia harus melaksanakan reformasi ekonomi dengan beberapa cara diantaranya :
- Memperbaiki fundamental ekonomi yang bertitik tolak pada pemerataan ekonomi
- Melakukan tindakan yang tegas dalam menentukan sistem kurs
- Menciptakan kestabilan politik dan keamanan
- Melakukan reformasi institusi hukum dan birokrasi serta melakukan pemutihan utang luar
negeri.

Reformasi ekonomi tersebut dapat dilakukan jika para pemegang keputusan ekonomi mengubah
paradigma liberal menjadi paradigma kerakyatan yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945.
Melalui sistem ekonomi kerakyatan diharapkan pemerataan ekonomi dapat berjalan sehingga
fundamental ekonomi bertumpu pada kemampuan sendiri dan tidak bertumpu pada negara lain.
Kemiskinan dan praktik KKN dapat ditekan karena semua pihak dilibatkan dalam perekonomian
tersebut.

Sistem Ekonomi yang Dianut oleh Indonesia

Saat ini Indonesia menganut Sistem Ekonomi Pancasila (SEP). Badan Pembinaan Ideologi
Pancasila (BPIP) menjelaskan bahwa SEP merupakan sistem ekonomi yang sesuai dengan
nilai kebangsaan seperti gotong royong dan saling menguatkan. Sistem Ekonomi Pancasila
telah tercantum dalam UUD 1945 pasal 33. Dalam pasal tersebut dijelaskan terkait susunan
perekonomian dan wewenang negara yang mengatur kegiatan ekonomi.

Konstitusi ekonomi Indonesia adalah sistem ekonomi Pancasila dengan arah kebijakan
ekonomi yang mengutamakan kemakmuran masyarakat daripada kemakmuran individu. Hal
ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi bukan hanya tertuju pada individu atau
golongan tertentu, tetap secara merata.

Source : ESPA4314/Modul1/1.5-1.18

Reply Diskusi 1

Bagaimana krisis ekonomi bisa terjadi? Apa saja dampaknya bagi sebuah negara?

Krisis ekonomi dapat terjadi dikarenakan adanya penurunan kemampuan belanja pemerintah,
jumlah pengangguran melebihi 50% dari jumlah tenaga kerja, penurunan konsumsi, kenaikan
harga bahan pokok yang tidak terbendung, penurunan nilai tukar yang tajam dan tidak
terkontrol, penurunan PDB (Produk Domestik Bruto), harga properti, dan saham anjlok, dan
lain sebagainya.
Kejadian ini dapat dikategorikan sebagai krisis ekonomi jika berlangsung dalam waktu yang
lama yang terjadi dalam hitungan tahun hingga dekade. Dalam jangka panjang, masyarakat
bisa mengalami keresahan dan kekacauan sosial. Kondisi paling buruknya, negara bisa
mengalami kejatuhan di bidang penegakan hukum dan ketertiban.

Krisis ekonomi memiliki dampak negatife bagi sebuah negara daintaranya banyak perusahaan
yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada karyawannya. Hal ini dilakukan
karena perusahaan tidak memiliki cukup uang untuk memberikan gaji pada mereka.
Setelah PHK dapat dipastikan angka pengangguran akan semakin meningkat dan angka
kemiskinan juga merajalela karena orang-orang tidak memiliki pemasukan.
Pemerintah juga akan merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan belanja negara. Harga
kebutuhan akan naik secara tajam, dan ini menyebabkan masalah baru. Daya beli atau
konsumsi akan semakin rendah karena masyarakat kesulitan memenuhi kehidupannya sehari-
hari.
Diskusi 2

1. Menurut saudara,  kebijakan apa yang ampuh untuk  meningkatkan kesejahteraan petani?
Jelaskan alasan dan analisis saudara.

Perkembangan pertanian di Indonesia mengalami penurunan yang sangat signifikan dan


memprihatinkan. Dalam kurun waktu 2001-2003 sebanyak 610.596 hektar pertanian berganti
menjadi kawasan pemukiman. Situasi pun makin buruk dengan terancamnya ekologis yang
menjadi basis produksi pertanian. Rusaknya sistem ekologis ditandai dengan merosotnya
tingkat kesuburan tanah karena massifnya penggunaan bahan anorganik dalam pupuk dan
obat pembasmi hama.

Dengan adanya hal tersebut diharuskan adanya kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan
kesejahteraan petani. Peran pemerintah sangat diperlukan disini walaupun kadang kebijakan
yang dibuat pemerintah memperburuk kesejahteraan petani.

kebijakan – kebijakan untuk  meningkatkan kesejahteraan petani :

1. Kebijakan harga

Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani melalui perbaikan dasar
tukar (term of trade), stabilitas harga di sektor pertanian, dan memberi petunjuk pada jumlah
produksi.

2. Kebijakan pemasaran

Kebijakan ini dilakukan untuk membantu petani dalam memasarkan produk pertanian untuk
tujuan ekspor, dan pengaturan distribusi sarana produksi bagi petani.

3. Kebijakan struktural

Kebijakn struktural dimaksudkan untuk memperbaiki struktur produksi misalnya luas


pemilikan lahan, pengenalan alat-alat pertanian modern dan perbaikan sarana pertanian.

Selain dari 3 kebijakan tersebut sudah sepatutnya pembangunan pertanian diadakan untuk
mensejahterakan petani karena tanpa petani sangat sulit bagi Indonesia untuk mendapatkan
bahan-bahan pokok makanan harian. Mubyarto (2000) mengatakan bahwa kebijakan
pembangunan pertanian ini untuk penaggulanan kemiskinan yang sering dihadapkan para
petani karena musim panen yang tidak terjadwal dengan baik. Beberapa kebijakan komoditi
pertanian yang berorientasi pada kesejahteraan petani sbb :

1. Indonesia patut kembali mewujudkan swasembada beras.

2. Meningkatkan produksi komoditi pertanian jagung dan kedelai

3. Pembaruan kebijakan pertanian tebu dan industri gula yang bersifat menyeluruh

4. Pemerintah harus merevitalisasi kebijakan harga dasar pertanian dari mulai padi, gula,


jagung, kedelai, dan harga tertinggi bagi sarana produksi pupuk dan obat-obatan (pestisida
dan insektisida).

source : ESPA4314/Modul2/2.5-2.14
Diskusi 3

Bandingkan kondisi Perbankan Indonesia saat terjadinya krisis ekonomi 1998 dengan kondisi
perbankan sekarang tahun 2020 ketika dilanda Covid 19. Silahkan dikemukakan pendapatnya
masing masing, jika perlu dukung dengan tabel atau gambar yang menguatkan pendapat
tersebut.

Kondisis Perbankan Indonesia saat terjadinya krisis ekonomi 1998

Pada periode sebelum krisis moneter yaitu tahun 1983-1997 terdapat 2 kebijakan deregulasi
perbankan, diantaranya :

1. Paket Kebijakan Juni 1983 atau disebut Pakjun 1983.


Paket Kebijakan Juni 1983 bertujuan untuk mendorong ekspor non-migas sebagai
antisipasi atas penerimaan devisa dari minyak.
2. Paket Kebijakan Oktober 1988 atau Pakto 1988.
Pakto 1988 bertujuan membuka pasar industri perbankan nasional.

Krisis moneter di Indonesia merupakan dampak dari dari krisis moneter yang terjadi di Asia
pada tahun 1997. Krisis moneter Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 1997-1998 yang
melahirkan perdebatan publik khususnya tindakan apa yang harus diambil oleh pemerintah
Indonesia saat itu. Krisis moneter berdampak luas dan lama terhadap perekonomian dan
khususnya perbankan di Indonesia.

Sejak dibuatnya Pakto 1988 sudah dapat terindikasi lemahnya perbankan Indonesia. Ciri-ciri
yang memperkuat indikasi tersebut antara lain :

- Rendahnya rasio modal terhadap aktiva produktif


- Rendahnya persyaratan modal minimum untuk mendirikan bank di Indonesia
- Tingginya jumlah kredit yang bermasalah.

Dampak terbesar krisis moneter bagi perbankan Indonesia adalah menurunnya kepercayaan
masyarakat terhadap bank. Hal tersebut terjadi karena dalam sektor perbankan mengalami
kelumpuhan sehingga sangat berpengaruh dalam kegiatan ekonomi masyarakat, terutama
yang menggunakan fasilitas bank. Pemerintah pada saat itu langkah pengetatan moneter
sebagai reaksi merosotnya nilai rupiah terhadap valuta asing. BI juga melakukan penghentian
transaksi Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), menarik dana BUMN dan menaikkan suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Pemerintah juga membuat upaya untuk menyehatkan kembali dunia perbankan, beberapa hal
yang dilakukan pemerintah diantaranya :

- Likuidasi Bank
Kebijakan likuidasi terjadi pada November 1997 namun hal ini tidak berjalan sesuai
dengan apa yang diinginkan pemerintah
- Penggabungan Bank (Merger)
Merger dilakukan setelah likuidasi bank tidak berjalan lancer. Merger dilakukan
untuk membuat bank lebih efektif sehingga akan muncul bank yang kuat terhadap
goncangan ekonomi
- Restrukturisasi Perbank.an
Mengubah bank yang tidak sehat menjadi bank yang sehat dengan berbagai strategi
- Rekapitulasi Perbankan
Bank diwajibkan dapat mencapai CAR tidak kurang dari 25%

Bank terus-menerus melakukan segala usaha untuk keluar dari krisis moneter sampai pada
akhirnya ditahun 2004 dimana perbank Indonesia memasuki pertumbuhan yang tinggi

(grafik krisis moneter 1998 sr. google)

Kondisi perbankan tahun 2020 ketika dilanda Covid 19

Pada pandemi Covid yang melanda dunia di tahun 2019 dan mulai masuk ke Indonesia pada
tahun 2020 tentunya membuat semua sektor tidak memiliki perisapan begitupun pada sektor
perbankan Indonesia. Untuk mengatasi semakin luasnya penyerbaran Covid, pemerintah
melakukan beberapa upaya seperti work from home, psbb, tutupnya beberapa pusat
perbelanjaan dan toko-toko, serta beberapa bank yang harus mengurangi aktifitas mereka.

Pada saat itu perbankan Indonesia mengalami beberapa permasalahan ekonomi diantaranya :

1. Inflasi
Inflasi terkendali dan rendah di kisaran sasaran 3±1%. Berdasarkan Survei
Pemantauan Harga pada minggu ke 4 Mei 2020, inflasi Mei 2020 diperkirakan
sebesar 0,09% (mtm) atau secara tahunan sebesar 2,21% (yoy), lebih rendah dari
tahun sebelumnya. 
2. Defisit Transaksi
Pada Triwulan I 2020 defsitit transaski membaik sehingga ketahanan
eksternal terjaga. Defisit transaksi berjalan sebesar 3,9 miliar dolar AS (1,4% dari
PDB), jauh lebih rendah dari defisit pada triwulan sebelumnya yang mencapai 8,1
miliar dolar AS (2,8% dari PDB).
3. Aliran modal asing kembali masuk  
Aliran modal asing mencatat inflow  pada SBN sebesar Rp6,15 triliun pada minggu II
Mei 2020, meningkat dibandingkan dengan minggu I Mei 2020 yang
tercatat inflow sebesar Rp2,97 triliun.
4. Yield SBN 10 tahun menurun
Yield SBN yang diperdagangkan di pasar sekunder mengalami penurunan sejalan
dengan peningkatan confindence dan  meningkatnya inflow.
5. Nilai tukar Rupiah bergerak stabil dan cenderung menguat ke level fundamental.
Nilai tukar (27/5) ditutup menguat Rp14.670 per dollar AS atau menguat Rp60
perdolar dan hari ini (28/5) diperdagangkan stabil pada level Rp14.700. 
6. Cadangan devisa
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2020 sebesar 127,9 miliar dolar
AS, meningkat dibandingkan dengan posisi akhir Maret 2020 sebesar 121,0 miliar
dolar AS. Cadangan devisa diperkirakan akan meningkat pada akhir bulan Mei 2020.

Koordinasi Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional

Dalam penanganan COVID-19 terdapat protokol penanganan COVID 19 yang perlu


dilakukan, dimana salah satunya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berdampak
pada penurunan aktivitas ekonomi. Bank Indonesia membuat 5 kebijakan untuk mendukung
pemulihan ekonomi nasional, yaitu :
1. Menjaga stabiliasi nilai tukar rupiah
2. Menurunkan suku bunga BI 7-days Reverse Repo Rate (BI-7DRR)
3. Menyediakan dana likuditas antara lain melalui repo SBN dan penurunan GWM
4. Pelonggaran kebijakan makroprudensial
5. Menjaga kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun nontunai.

(kondisi perbankan Indonesia pada pandemic Covid-19, sr google)

source :

- PPT Sesi 3/InisiasiaTuton3

- https://www.bi.go.id
Diskusi 4

“Investasi dan perdagangan Internasional Indonesia”.

Jelaskan hambatan-hambatan yang sering muncul dalam perdagangan internasional!

Jawab :

Investasi disebut juga penanaman modal. Investasi dapat juga diartikan sebagai pengeluaran
penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal atau
perlengkapanperlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-
barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Investasi adalah merupakan
komponen penting pertumbuhan ekonomi.

Dalam pembangunan ekonomi, investasi mempunyai dua peran penting, yaitu pengaruhnya
terhadap permintaan agregat yang akan mendorong meningkatnya output dan kesempatan
kerja. Serta efeknya terhadap pembentukan kapital.

Secara teoritik ada 3 faktor utama yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk
melakukan investasi yaitu revenues (pendapatan), cost (biaya), dan expectations (harapan-
harapan). Pertimbangan utama dari investor untuk melakukan investasi atau tidak adalah
keuntungan (return) atau dikenal juga dengan istilahnya firms invest to earn profit.

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang diharapkan akan berdampak pada penciptaan
lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan, salah satu kebijakan yang penting yang
diambil pemerintah adalah meningkatkan nilai investasi. Investasi dilakukan melalui
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA)

Sejak Orde Baru hingga tahun 2004, terjadi fluktuasi nilai investasi. Pada masa dimulainya
Orde Baru, nilai investasi di Indonesia terjadi tren yang meningkat, namun sejak terjadinya
krisis moneter pada 1997-1998 nilai investasi Indonesia menurun. Pelaksanaan otonomi
daerah sejak 2001 dan juga dualism kebijakan ekonomi telah memperburuk iklim investasi di
Indonesia. Selama ini pemerintah terlalu focus memberi kemudahan pada industri besar
sehingga ekonomi rakyat tidak berkembang dengan baik.

Masalah struktural yang dihadapi investasi di Indoenesia adalah sentralisasi kekuasaan yang
menyebabkan pembangunan hanya dinikmati oleh sebagian bangsa saja. Selain itu, investasi
pada sumber daya manusia sangatlah rendah sehingga tidak dapat mendukung pembangunan
ekonomi.

Penyebaran investasi ditanah air menunjukkan ketimpangan yang tinggi, dimana berfokus
pada daerah-daerah tertentu saja. Hal tersebut tidak lepas dari adanya sentralisasi kebijakan
dan kuatnya dominasi pusat atas daerah yang mengakibatkan timbulnya ketergantungan yang
tinggi dari daerah-daerah kepada Pusat. Selain itu mahalnya harga tanah dan tingginya
tingkat upah serta kebutuhan hidup lainnya, menyebabkan biaya produksi yang makin tinggi
(high cost production), sehingga berakibat tidak kompetitifnya produk yang dihasilkan
Situasi tersebut hendak diubah oleh pemerintah dengan melaksanakan otonomi daerah sejak
2001. Menurut UU No. 22 tahun 1999 dan UU No.25 tahun 1999, otoritas daerah untuk
mengurus daerahnya semakin luas.

Kebijakan investasi yang digariskan oleh pemerintah hingga saat ini masih menampik bagi
investasi yang ditujukan untuk ekonomi rakyat. Pemerintah belum menyusun peraturan yang
mendorong terjadinya investasi rakyat. Hingga saat ini pelaku ekonomi rakyat masih
kesulitan mendapatkan bantuan modal dari bank dan pemerintah, kebijakan kemitraan
terbukti belum membuat perubahan yang berarti.

Suatu kajian yang dilakukan oleh KPPOD pada tahun 2002 menghasilkan tujuh variabel yang
dijadikan tolok ukur daya tarik investasi regional, yaitu keamanan, potensi ekonomi, budaya
daerah, sumber daya manusia, keuangan daerah, infrastruktur, dan peraturan daerah.

John Medeley menyatakan bahwa para penganjur perdagangan bebas beranggapan bahwa
perdagangan bebas dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk dunia. Perdagangan bebas
adalah kebijakan pemerintah untuk tidak melakukan diskriminisai terhadap eskport dan
import. Perdagangan bebas memberikan kebebasan bagi para pengusaha untuk menjual
produknya keluar negeri tanpa adanya hambatan perdagangan. Hambatan yang sering
muncul dalam perdagangan bebas diantaranya, kebijakan pemerintah suaru negara mengenai
pajak, kuota import, bea cukai, dan lainnya. Perdagangan bebas juga bisa disebut
perdagangan internasional karena dilakukan seluruh pengusaha didunia. Peran perdagangan
internasional cukup penting, sehingga mendorong sejumlah negara khususnya negara-negara
eksportir, termasuk Indonesia untuk berusaha mencari seluas-luasnya pasar yang potensial
untuk dikembangkan menjadi negara tujuan ekspor.
Globalisasi dalam perdagangan internasional saat ini sudah menjadi liberalisasi perdagangan.
Telah dihapuskannya berbagai hambatan perdagangan secara signifikan, baik hambatan yang
berwujud bea cukai, pelarangan impor, kuota, lisensi impor, dsb. Liberalisasi ekonomi
memasukkan sektor jasa dalam ekonomi dunia sebagai implementasi General Agreement on
Trade and Services (GATS), yang semakin menyudutkan posisi banyak negara berkembang
salah satunya Indonesia sangat lemah dalam sektor jasa.

Semakin terbukanya perekonomian kita, maka sektor jasa seperti angkutan, asuransi, dan
keuangan, akan semakin terancam. Hal yang sama juga terjadi pada beberapa sektor
pertanian. Sektor pertanian, terutama pertanian pangan, masih diproteksi cukup kuota. Jika
sektor ini nantinya juga ikut dibebaskan, maka petani-petani yang masih belum efisien
menurut standar dunia akan sangat dirugikan.

source : ESPA4314/Modul4/4.5-4.25
Diskusi 5

Analisislah kemiskinan di Indonesia, terutama di masa pandemi covid seperti ini. Anda bisa
menyertakan data atau literatur pendukung lainnya.

Jawab :

Persoalan kemiskinan masih menjadi hal yang menakutkan bagi dunia termausk Idonesia.
Sejak merdeka pada tahun 1945 kemiskinan masih menjadi masalah bangsa Indonesia. Jika
dulu hampir semua penduduk Indonesia miskin (share poverty), saat ini kemiskinan terjadi di
tengah-tengah sebagian masyarakat yang berlimpah (affluent society). Kemiskinan yang
terjadi saat ini disebabkan oleh kesenjangan pendapatan dalam masyarakat sehingga ada
perbedaan akses untuk terlibat dalam aktivitas ekonomi. Masalah kemiskinan disebabkan
oleh lingkaran setan kemiskinan (the vicious circle of poverty).

(source : kompasiana.com)

Ada berbagai indikator yang diajukan untuk mengukur garis kemiskinan, yaitu kemiskinan
relative, kemiskinan absolut, kemiskinan kultural, dan kemiskinan struktural. Perbedaan
tersebut seringkali membawa kebingungan pembuat kebijakan. Namun tingkat kemiskinan
mutlak di Indonesia sudah menurun drastis, terutama dalam dua dasawarsa sebelum krisis
ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997-1998.

Kemiskinan di Indonesia lebih banyak disebabkan oleh soal-soal struktural seperti, keijakan
ekonomi yang tidak berkomiten terhadap penanggulangan kemiskinan, dan hanya mengejar
pertumbuhan ekonomi tidak dapat langsung menyelesaikan persoalan kemiskinan. Selama ini
kebijakan pembangunan dan penanggulangan kemiskinan yang telah dilakukan masih
mengandung beberapa kelemahan dimana selama ini program pengentasan kemiskinan hanya
dilakukan secara terpusat, maka dari itu sudah seharusnya diubah menjadi bottom up serta
pola pikir ekonomi yang hanya mengutamakan kepentingan pribadi diubah menjadi tindakan
ekonomi juga didasarkan pada moral dan etika.

Satu kekeliruan serius pada penanggulanagan ekonomi dapat menimbulkan masalah


pengangguran. Pengangguran di negara-negara industri maju selalu dianggap masalah serius
karena penganggur adalah “korban” perekonomian yang lesu, yang tidak tumbuh, atau
tumbuh pada tingkatan rendah. Di Indonesia dan banyak negara berkembang lain,
kesempatan kerja yang lebih besar adalah kesempatan kerja mandiri (self-employment) bukan
kesempatan kerja dengan upah (wage-employment).

Kebijakan ketenagakerjaan Indonesia harus menjawab tiga persoalan mendasar, yaitu

1. Terus menciptakan kesempatan kerja baru sehingga dapat mengimbangi laju pertambahan
angkatan kerja yang ada, serta dapat menyerap angkatan kerja yang saat ini masih
menganggur.

2. Memberikan tingkat upah yang layak untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia

3. Meningkatkan produktivitas dari para pekerja yang ada, sehingga dapat menghasilkan
produk yang kompetitif, sehingga mendorong produksi lanjut.

Saat Indonesia sedang mengupayakan segala untuk mengatasi kemiskinan yang ada setalah
adanya krisis moneter, Indonesia kembali dihadapkan pada pandemi Covid-19 yang
mengakibatkan kelumpuhan pada ekonomi dunia.

Kemiskinan dimasa pandemi covid-19

Covid-19 yang muncul pada tahun 2019 silam sangat mengacaukan dunia, terutama ekonomi.
Covid-19 menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia dan menyebabkan kematian massal.
Dampak terhadap ekonomi sangat besar dan menyebabkan resesi global. Jutaan orang
disleuruh dunia jatuh ke dalam jurang kemiskinan, termasuk Indonesia.

Perekonomian Indonesia telah memasuki krisis sejak triwulan kedua 2020. Hal yang menjadi
alasan utama krisis ini adalah semakin banyak populasi yang terinfeksi Covid-19 yang
mengurangi kemampuan rumah tangga untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari
terutama bagi rumah tangga yang terdampak langsung oleh pandemi, serta adanya
pembatasan sosial yang diterapkan pemerintah membuat perekonomian tidak beroperasi
100% dari kapasitas optimalnya karena sebagian usaha harus ditutup dan sebagian pekerja
terpaksa dirumahkan.

Terkait krisis ekonomi, salah satu indikatornya adalah angka pertumbuhan ekonomi. Pada 5
Mei 2021, Badan Pusat Statisitik (BPS) merilis laporan bahwa perekonomian Indonesia
tumbuh sebesar -0,74% pada triwulan pertama 2021. Kondisi perekonomian pada triwulan
pertama 2021 tersebut jauh lebih rendah dibandingkan kondisi sebelum pandemi meski
menunjukkan perbaikan bila dibandingkan dengan kondisi pada 2020. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia masih berada dibawah kondisi normal sebelum
terjadi pandemi. Pada saat yang sama, juga turun sebesar 3,15% pada 2020. Artinya, terjadi
penurunan tingkat kesejahteraan rumah tangga Indonesia selama 2020 dibandingkan 2019.

Pandemi Covid-19 juga membuat tingkat kemiskinan nyaris tidak berubah. Pada 15 Juli
2021, BPS merilis laporan bahwa pada Maret 2021 sebesar 10,14% atau sebanyak 27,54 juta
penduduk Indonesia berstatus miskin. Tingkat kemiskinan Maret 2021 ini sedikit turun dari
September 2020 namun masih lebih tinggi dibandingkan kondisi sebelum pandemi pada
September 2019. Jika dilihat berdasarkan jumlah orang miskin, sejak September 2019 jumlah
orang miskin meningkat sebesar 1,12 juta individu dengan peningkatan terbesar terjadi di
wilayah perkotaan sebesar 1 juta dan perdesaan sebesar 120 ribu orang.

(source : BPS)

Salah satu ukuran kesejahteraan adalah tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita.
Pengeluaran rumah tangga dapat menggambarkan daya beli rumah tangga yang
sesungguhnya atau kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Sementara penurunan tingkat kesejahteraan rumah tangga salah satunya disebabkan oleh
turunnya pendapatan rumah tangga. Hal tersebut secara tidak langsung menyatakan pada
masa pandemic Covid-19 Indonesia mengalami penurunan tingkat kesejahteraan yang
diakibatkan banyaknya PHK massal yang berakibat pada rumah tangga.

Untuk mencukupi kebutuhan hidup selama pandemi, beberapa strategi diterapkan oleh rumah
tangga diantaranya dengan menjual atau menggadaikan barang, mengurangi pengeluaran
nonmakanan, meminjam uang kepada kerabat, mengurangi pengeluaran makanan, dll.
Banyak faktor memengaruhi kemampuan rumah tangga dalam mengatasi krisis salah satunya
adalah adanya tabungan atau barang yang mudah dijual atau digadaikan. Pemerintah juga
telah menyalurkan sejumlah program perlindungan sosial baik dalam bentuk subsidi maupun
uang tunai atau bantuan sosial (bansos) sebagai bagian dari Program Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN). Empat program besar berupa bantuan tunai, yakni Program Keluarga
Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT), BLT Dana Desa (BLT DD), dan
Bantuan Sosial Tunai (BST), digunakan untuk memudahkan penghitungan dalam mengukur
kecukupan nilai program bantuan. Empat program tersebut mencakup setidaknya 35 juta atau
50% rumah tangga.

(source : BaktiNews.com)

source :

- ESPA4314/Modul7/7.5-7.15\
- bps.go.id
Diskusi 6

Apakah keuntungan dari penerapan otonomi daerah di Indonesia?

Jawab :

Otonomi daerah lahir karena adanya sentralisasi dalam keuangan, seperti sentralisasi sistem
perpajakan dengan alasan efisiensi. Sentralisasi kebijakan tersebut tidak hanya dalam
kebijakan fiskal, namun juga pada hampir semua bidang, termasuk dalam perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi nasional relatif tinggi, namun pola
pertumbuhannya timpang. Ketimpangan tersebut berupa ketimpangan antara kota dan desa,
Jawa dan luar Jawa, serta antara Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Kawasan Barat
Indonesia (KBI).

Penelitian ilmiah menunjukkan pentingnya pemberian peran yang lebih besar bagi daerah
dalam melaksanakan pembangunan ekonomi di daerahnya. Pendelegasian sebagian
kewenangan pemerintah pusat kepada provinsi dan kabupaten/kota dapat dilakukan tanpa
mengganggu kepentingan ekonomi nasional. Oleh karena itu Wuryanto pada tahun 1996
merekomendasikan reformasi kebijakan fiskal yang berlaku yang diarahkan pada sistem
desentralisasi fiskal, termasuk di dalamnya merestrukturisasi pembagian kewenangan di
antara pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten/kota dalam hal penerimaan dan
pengeluarannya.

Kebijakan tersebut menghasilka tiga misi utama yaitu, meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanan publik dan kesejahteraan rakyat, menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan
sumber daya daerah, dan memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam proses pembangunan.

Adapun keuntungan dari penerapan otonomi daerah di Indonesia, diantaranya :

- Memberikan peluang yang lebih besar bagi daerah untuk mengembangkan sistem
ekonomi kerakyatan yang diharapkan mampu meratakan kesejahteraan.
- Meningkatkan efisiensi promosi
- Meratanya pembangunan daerah tertinggal

Source : ESPA4314/Modul8/8.12-8.21
Diskusi 7

Bagaimana kesiapan ekonomi Indonesia dalam menghadapi globalisasi ?

Jawab :

Globalisasi diartikan sebagai negara tanpa batas, liberalisasi ekonomi, perdagangan


bebas, dan integrasi ekonomi dunia. Menurut perspektif ekonomi, globalisasi merupakan
pengintegrasian ekonomi secara global. Globalisasi ekonomi berarti tidak ada batas-batas
negara dalam transaksi ekonomi. Hal itu berarti lalu lintas barang dan jasa menjadi bebas
tanpa hambatan untuk berpindah dari satu negara ke negarar lain. Deregulasi perdagangan
yang ditetapkan pemerintah pada tahun 1980-an mendorong terjadinya globalisasi ekonomi di
Indonesia. Masuknya modal asing secara besar-besaran dan berkurangnya hambatan
perdagangan membuat Indonesia terbuka pada globalisasi. Selain itu, Indonesia juga terlibat
dengan berbagai perjanjian ekonomi yang mendukung globalisasi.

Lalu bagaimana kesiapan ekonomi Indonesia dalam menghadapi globalisasi? Agar


globalisasi ekonomi dapat memberi keuntungan bagi Indonesia maka harus dilakukan
beberapa perubahan seperti meningkatkan partisipasi warga negara melalui perombakan IMF,
mendirikan lembaga keuangan global yang baru dan menghargai alam. Sejak tahun 1980-an
Indonesia memulai perdagangan luar negeri, didorong oleh jatuhnya harga minyak dunia dan
perubahan strategi indutrialisasi yang mengarah pada outward looking. Pemerintah
melakukan serangkaian kegiatan deregulasi dibidang moneter dan fiskal, perdagangan dan
investasi untuk mendorong pendapatan dari sektor non-migas. Indonesia juga mengambil
keputusan untuk bergabung dengan berbagai organisasi perdagangan internasional seperti
APEC (1989), AFTA (1992) dan WTO/GATT (1996). Organisasi tersebut merupakan forum
yang mempunyai orientasi untuk menerapkan globalisasi ekonomi dinegara-negara
berkembang termasuk Indonesia.

Adapun upaya yang dilakukan pemerintah dalam menghadapi globalisasi ekonomi


yaitu mempersiapkan peran kelembagaan ekonomi untuk mengembangkan produk lokal
kepasar global, dan memberikan perlindungan konsumen untuk meyakinkan bahwa produk
tersebut aman.

source : ESPA4314/Modul9/9.5-9.15
Reply Diskusi 7

Jelaskan dampak globalisasi terhadap perekonomian Indonesia!

Jawab :

Dampak yang dihasilkan bisa bersifat positif dan negatif. Dampak positif tentunya
berpengaruh baik bagi kondisi negara, sementara dampak negatif akan merugikan negara.

Dampak positif globalisasi ekonomi, diantaranya :

1. Menstimulus tumbuhnya perekonomian di negara tujuan yang mayoritasnya adalah


negara berkembang.
2. Membuka mekanisme dan kesempatan investasi di kancah internasional.
3. Mendorong ekonomi dunia terus tumbuh secara menyeluruh.
4. Meningkatnya pendapatan negara dan menurunnya angka kemiskinan dunia.
5. Meningkatkan pendapatan per kapita.
6. Membuat komoditas barang dan jasa di suatu negara lebih banyak variasinya, karena
ada banyak tawaran dari negara lain.
7. Membuat sebuah negara mampu bersaing di pasar global secara lebih efisien.

Dampak negatif globalisasi ekonomi diantaranya :

1. Menyebabkan tidak efektifnya proses penyesuaian ekonomi di suatu negara.


2. Kondisi ekonomi yang tak stabil dan sensitif terhadap berbagai peristiwa, seperti
perang dan terorisme di suatu negara.
3. Memicu terjadinya kerusakan lingkungan, karena meningkatnya aktivitas industri,
dari produksi sampai konsumsi.
4. Adanya pendapatan per kapita yang timpang antara negara berkembang dengan
negara maju
5. Kesenjangan pendapatan antarwarga dalam satu negara.
6. Menurunnya level keamanan dalam pekerjaan, karena makin luas lingkup pasar,
keamanan transaksi atau pekerjaan sulit dipastikan.

Sumber Referensi :

ESPA4314/Modul9/9.9-9.11
Diskusi 8

Pada diskusi terakhir ini mahasiswa diminta membuat resume materi, bisa dipilih salah satu
materi apa saja yang ada di BMP Perekonomian Indonesia, mulai modul 1 sampai modul 9.
Mahasiswa yang bernomor ganjil membuat resume dari modul yang ganjil (modul 1/3/5/7/7).
Sedangkan mahasiswa yang bernomor genap akan meresume salah satu materi di Modul
2/4/6/8.

Jawab :

Resume Modul 7

“Kemiskinan dan Pengangguran di Indonesia”

KEMISKINAN DI INDONESIA

Persoalan kemiskinan masih menjadi hal yang menakutkan bagi dunia termausk Idonesia.
Sejak merdeka pada tahun 1945 kemiskinan masih menjadi masalah bangsa Indonesia. Jika
dulu hampir semua penduduk Indonesia miskin (share poverty), saat ini kemiskinan terjadi di
tengah-tengah sebagian masyarakat yang berlimpah (affluent society). Kemiskinan yang
terjadi saat ini disebabkan oleh kesenjangan pendapatan dalam masyarakat sehingga ada
perbedaan akses untuk terlibat dalam aktivitas ekonomi. Masalah kemiskinan disebabkan
oleh lingkaran setan kemiskinan (the vicious circle of poverty).

(source : kompasiana.com)

Ada berbagai indikator yang diajukan untuk mengukur garis kemiskinan, yaitu kemiskinan
relative, kemiskinan absolut, kemiskinan kultural, dan kemiskinan struktural. Perbedaan
tersebut seringkali membawa kebingungan pembuat kebijakan. Namun tingkat kemiskinan
mutlak di Indonesia sudah menurun drastis, terutama dalam dua dasawarsa sebelum krisis
ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997-1998.

Kemiskinan di Indonesia lebih banyak disebabkan oleh soal-soal struktural seperti, keijakan
ekonomi yang tidak berkomiten terhadap penanggulangan kemiskinan, dan hanya mengejar
pertumbuhan ekonomi tidak dapat langsung menyelesaikan persoalan kemiskinan. Selama ini
kebijakan pembangunan dan penanggulangan kemiskinan yang telah dilakukan masih
mengandung beberapa kelemahan dimana selama ini program pengentasan kemiskinan hanya
dilakukan secara terpusat, maka dari itu sudah seharusnya diubah menjadi bottom up serta
pola pikir ekonomi yang hanya mengutamakan kepentingan pribadi diubah menjadi tindakan
ekonomi juga didasarkan pada moral dan etika.

Satu kekeliruan serius pada penanggulanagan ekonomi dapat menimbulkan masalah


pengangguran. Pengangguran di negara-negara industri maju selalu dianggap masalah serius
karena penganggur adalah “korban” perekonomian yang lesu, yang tidak tumbuh, atau
tumbuh pada tingkatan rendah. Di Indonesia dan banyak negara berkembang lain,
kesempatan kerja yang lebih besar adalah kesempatan kerja mandiri (self-employment) bukan
kesempatan kerja dengan upah (wage-employment).

Kebijakan ketenagakerjaan Indonesia harus menjawab tiga persoalan mendasar, yaitu

1. Terus menciptakan kesempatan kerja baru sehingga dapat mengimbangi laju pertambahan
angkatan kerja yang ada, serta dapat menyerap angkatan kerja yang saat ini masih
menganggur.

2. Memberikan tingkat upah yang layak untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia

3. Meningkatkan produktivitas dari para pekerja yang ada, sehingga dapat menghasilkan
produk yang kompetitif, sehingga mendorong produksi lanjut.

Saat Indonesia sedang mengupayakan segala untuk mengatasi kemiskinan yang ada setalah
adanya krisis moneter, Indonesia kembali dihadapkan pada pandemi Covid-19 yang
mengakibatkan kelumpuhan pada ekonomi dunia.

Kemiskinan dimasa pandemi covid-19

Covid-19 yang muncul pada tahun 2019 silam sangat mengacaukan dunia, terutama ekonomi.
Covid-19 menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia dan menyebabkan kematian massal.
Dampak terhadap ekonomi sangat besar dan menyebabkan resesi global. Jutaan orang
disleuruh dunia jatuh ke dalam jurang kemiskinan, termasuk Indonesia.

Perekonomian Indonesia telah memasuki krisis sejak triwulan kedua 2020. Hal yang menjadi
alasan utama krisis ini adalah semakin banyak populasi yang terinfeksi Covid-19 yang
mengurangi kemampuan rumah tangga untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari
terutama bagi rumah tangga yang terdampak langsung oleh pandemi, serta adanya
pembatasan sosial yang diterapkan pemerintah membuat perekonomian tidak beroperasi
100% dari kapasitas optimalnya karena sebagian usaha harus ditutup dan sebagian pekerja
terpaksa dirumahkan.

Terkait krisis ekonomi, salah satu indikatornya adalah angka pertumbuhan ekonomi. Pada 5
Mei 2021, Badan Pusat Statisitik (BPS) merilis laporan bahwa perekonomian Indonesia
tumbuh sebesar -0,74% pada triwulan pertama 2021. Kondisi perekonomian pada triwulan
pertama 2021 tersebut jauh lebih rendah dibandingkan kondisi sebelum pandemi meski
menunjukkan perbaikan bila dibandingkan dengan kondisi pada 2020. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia masih berada dibawah kondisi normal sebelum
terjadi pandemi. Pada saat yang sama, juga turun sebesar 3,15% pada 2020. Artinya, terjadi
penurunan tingkat kesejahteraan rumah tangga Indonesia selama 2020 dibandingkan 2019.

Pandemi Covid-19 juga membuat tingkat kemiskinan nyaris tidak berubah. Pada 15 Juli
2021, BPS merilis laporan bahwa pada Maret 2021 sebesar 10,14% atau sebanyak 27,54 juta
penduduk Indonesia berstatus miskin. Tingkat kemiskinan Maret 2021 ini sedikit turun dari
September 2020 namun masih lebih tinggi dibandingkan kondisi sebelum pandemi pada
September 2019. Jika dilihat berdasarkan jumlah orang miskin, sejak September 2019 jumlah
orang miskin meningkat sebesar 1,12 juta individu dengan peningkatan terbesar terjadi di
wilayah perkotaan sebesar 1 juta dan perdesaan sebesar 120 ribu orang.
(source : BPS)

Salah satu ukuran kesejahteraan adalah tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita.
Pengeluaran rumah tangga dapat menggambarkan daya beli rumah tangga yang
sesungguhnya atau kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Sementara penurunan tingkat kesejahteraan rumah tangga salah satunya disebabkan oleh
turunnya pendapatan rumah tangga. Hal tersebut secara tidak langsung menyatakan pada
masa pandemic Covid-19 Indonesia mengalami penurunan tingkat kesejahteraan yang
diakibatkan banyaknya PHK massal yang berakibat pada rumah tangga.

Untuk mencukupi kebutuhan hidup selama pandemi, beberapa strategi diterapkan oleh rumah
tangga diantaranya dengan menjual atau menggadaikan barang, mengurangi pengeluaran
nonmakanan, meminjam uang kepada kerabat, mengurangi pengeluaran makanan, dll.
Banyak faktor memengaruhi kemampuan rumah tangga dalam mengatasi krisis salah satunya
adalah adanya tabungan atau barang yang mudah dijual atau digadaikan. Pemerintah juga
telah menyalurkan sejumlah program perlindungan sosial baik dalam bentuk subsidi maupun
uang tunai atau bantuan sosial (bansos) sebagai bagian dari Program Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN). Empat program besar berupa bantuan tunai, yakni Program Keluarga
Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT), BLT Dana Desa (BLT DD), dan
Bantuan Sosial Tunai (BST), digunakan untuk memudahkan penghitungan dalam mengukur
kecukupan nilai program bantuan. Empat program tersebut mencakup setidaknya 35 juta atau
50% rumah tangga.
(source : BaktiNews.com)

PENGANGGURAN DI INDONESIA

Jika dilihat dari kacamata pemerintah, pengangguran adalah beban ekonomi, dan
perekonomian yang memiliki banyak pengangguran harus menyediakan dana yang amat
besar bagi mereka. Pengangguran terjadi hampir di setiap negara, baik negara maju dan
negara berkembang.

Tipe-tipe Pengangguran

Tipe-tipe pengangguran dapat dibedakan dari sebab-sebab timbulnya dan dari segi
pendayagunaan tenaga kerja, diantaranya :

1. Pengangguran friksional (penangguran transisi/frictional unemployment)


Jenis pengangguran yang timbul sebagai akibat dari adanya perubahan di dalam
masyarakat kerja.
2. Pengangguran structural (structural unemployment)
Jenis pengangguran yang disebabkan oleh adanya perubahan struktur di dalam pasar
tenaga kerja yang menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian antara permintaan dan
penawaran tenaga kerja.
3. Pengangguran Alamiah (Natural unemployment)
Tingkat pengangguran yang terjadi pada kesempatan kerja penuh.
4. Pengangguran Konjungtur (pengangguran siklis/cyclical unemployment)
Jenis pengangguran yang terjadi akibat merosotnya kegiatan ekonomi suatu negara.
Tipe pengangguran dilihat dari pendayagunaan tenaga kerja

1. Pengangguran terbuka/open unemployment 


Tidak sedang bekerja, baik secara sukarela maupun terpaksa.
2. Setengah pengangguran/underemployment
Tenaga kerja yang bekerja dalam jam yang terbatas
3. Mereka yang tidak produktif (the underproductive)
Mereka yang sesungguhnya memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan-
pekerjaan produktif tetapi tidak memiliki sumber daya yang memadai.
4. Pencari Kerja
Mereka yang sedang mencari kerja.

Data pengangguran di Indonesia 2014-2021

(source : bps.go.id)

Data pengangguran pada masa pandemic 2021-2022

Jumlah angkatan kerja berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Agustus
2022 sebanyak 143,72 juta orang, naik 3,57 juta orang dibanding Agustus 2021. Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) naik sebesar 0,83 persen poin. Penduduk yang bekerja
sebanyak 135,30 juta orang, naik sebanyak 4,25 juta orang dari Agustus 2021.

Lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan terbesar adalah Sektor Pertanian,


Kehutanan, dan Perikanan (1,57 juta orang). Hanya Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah, dan Daur Ulang yang mengalami penurunan, yaitu sebesar 0,05 juta orang.
Sebanyak 55,06 juta orang (40,69 persen) bekerja pada kegiatan formal, naik 0,14 persen
poin dibanding Agustus 2021. Persentase setengah pengangguran dan pekerja paruh waktu
mengalami penurunan, masing-masing sebesar 2,39 persen poin dan 1,77 persen poin
dibandingkan Agustus 2021. Persentase pekerja komuter Agustus 2022 sebesar 5,97 persen,
mengalami peningkatan 0,37 persen poin dibanding Agustus 2021.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2022 sebesar 5,86 persen, turun sebesar 0,63
persen poin dibandingkan dengan Agustus 2021. Terdapat 4,15 juta orang (1,98 persen)
penduduk usia kerja yang terdampak COVID-19. Terdiri dari pengangguran karena COVID-
19 (0,24 juta orang), Bukan Angkatan Kerja (BAK) karena COVID-19 (0,32 juta orang),
sementara tidak bekerja karena COVID-19 (0,11 juta orang), dan penduduk bekerja yang
mengalami pengurangan jam kerja karena COVID-19 (3,48 juta orang).

Sumber Referensi :

- ESPA4314/Modul7/7.5-7.36
- bps.go.id

Anda mungkin juga menyukai