Diskusi 1
Sistem ekonomi adalah cara suatu negara untuk mengatasi beberapa persoalan seperti
mengatur barang apa yang dihasilkan, bagaimana cara menghasilkan barang tersebut dan
bagaimana pendistribusiannya kepada masyarakat. Penentuan sistem ekonomi tidak dapat
dilepaskan dari ideologi yang diyakini oleh negara. Pada dasarnya sistem ekonomi ada 2
yaitu sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi sosialis, namun banyak dari negara
didunia yang tidak dapat menjawab persoalan ekonomi yang ada dengan 2 sistem ekonomi
tersebut sampai akhirnya munculan sistem ekonomi campuran.
Sistem ekonomi kapitalis muncul pada abad ke -17 di eropa yang dipelopori oleh Adam
Smith (1760) dengan ideologi kapitalismenya . Sistem ekonomi kapitalis didasarkan pada
pandangan liberalisme, individualisme, rasionalisme atau intelektualisme, materialisme dan
humanisme. Adapun ciri-ciri Sistem Ekonomi Kapitalis adalah :
Sistem ekonomi sosialis muncul pada abad ke -16 di eropa dengan nama Sosialisme Utopis.
Sistem ekonomi sosialis memberikan kesenjangan yang sangat terasa antara si kaya dan si
miskin sehingga memunculkan banyak kiritik pada saat itu. Tokoh-tokoh Pemikir
sistem ekonomi sosialis yang cukup terkenal yakni Robert Owen, Henri de Saint-Simon, Karl
Marx, dan Vladimir Lenin.
Ciri-ciri Sistem Ekonomi Sosialis adalah :
Sistem Ekonomi Campran merupakan penyatuan kebaikan sistem ekonomi kapitalis dan
sistem ekonomi sosialis yang dicetuskan oleh John Maynard Keynes karena menurutnya
Sistem Ekonomi Sosialis dan Kapitalis dianggap terlalu ekstrim. Pencampuran dua sistem
ekonomi ini selain mendatangkan manfaat juga menimbulkan ekses yang tidak diinginkan,
oleh karenanya negara berfungsi menangani ekses pengangguran dan pendapatan yang tidak
merata. Sistem Ekonomi Campuran telah melahirkan negara kesejahteraan (welfare state)
seperti yang dipraktikkan negara-negara Eropa Barat saat ini. Welfare State adalah negara
yang ingin menciptakan demokrasi seluas-luasnya seperti kesempatan mendapatkan
pekerjaan, pendidikan, penguasaan teknologi dsb.
Dalam sistem ini tindakan yang dilakukan negara dapat dikelompokkan menjadi 3 hal
diantaranya :
- Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa yang digunakan untuk
operasional Negara
- Penarikan pajak, biasanya yang dikenakan adalah pajak progresif
- Subsidi yang diberikan kepada pihak yang membutuhkan
Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1997-1998 yang membawa perubahan drastis pada
perekonomian, hal tersebut ditandai dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US dollar. Krisis
moneter yang dialami oleh Indonesia disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Dimana faktor
internal adalah defisit transaksi berjalan Indonesia yang cenderung membesar dari tahun ke tahun
dengan tingkat inflasi yang sangat tinggi dan utang luar negeri Indonesia yang terlalu banyak
sehingga terjadi outflow negatif. Sementara faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya krisis
moneter adalah pergerakan finansial di tiga kutub dunia (AS, Eropa dan Jepang).
Pada saat itu Indonesia harus melaksanakan reformasi ekonomi dengan beberapa cara diantaranya :
- Memperbaiki fundamental ekonomi yang bertitik tolak pada pemerataan ekonomi
- Melakukan tindakan yang tegas dalam menentukan sistem kurs
- Menciptakan kestabilan politik dan keamanan
- Melakukan reformasi institusi hukum dan birokrasi serta melakukan pemutihan utang luar
negeri.
Reformasi ekonomi tersebut dapat dilakukan jika para pemegang keputusan ekonomi mengubah
paradigma liberal menjadi paradigma kerakyatan yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945.
Melalui sistem ekonomi kerakyatan diharapkan pemerataan ekonomi dapat berjalan sehingga
fundamental ekonomi bertumpu pada kemampuan sendiri dan tidak bertumpu pada negara lain.
Kemiskinan dan praktik KKN dapat ditekan karena semua pihak dilibatkan dalam perekonomian
tersebut.
Saat ini Indonesia menganut Sistem Ekonomi Pancasila (SEP). Badan Pembinaan Ideologi
Pancasila (BPIP) menjelaskan bahwa SEP merupakan sistem ekonomi yang sesuai dengan
nilai kebangsaan seperti gotong royong dan saling menguatkan. Sistem Ekonomi Pancasila
telah tercantum dalam UUD 1945 pasal 33. Dalam pasal tersebut dijelaskan terkait susunan
perekonomian dan wewenang negara yang mengatur kegiatan ekonomi.
Konstitusi ekonomi Indonesia adalah sistem ekonomi Pancasila dengan arah kebijakan
ekonomi yang mengutamakan kemakmuran masyarakat daripada kemakmuran individu. Hal
ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi bukan hanya tertuju pada individu atau
golongan tertentu, tetap secara merata.
Source : ESPA4314/Modul1/1.5-1.18
Reply Diskusi 1
Bagaimana krisis ekonomi bisa terjadi? Apa saja dampaknya bagi sebuah negara?
Krisis ekonomi dapat terjadi dikarenakan adanya penurunan kemampuan belanja pemerintah,
jumlah pengangguran melebihi 50% dari jumlah tenaga kerja, penurunan konsumsi, kenaikan
harga bahan pokok yang tidak terbendung, penurunan nilai tukar yang tajam dan tidak
terkontrol, penurunan PDB (Produk Domestik Bruto), harga properti, dan saham anjlok, dan
lain sebagainya.
Kejadian ini dapat dikategorikan sebagai krisis ekonomi jika berlangsung dalam waktu yang
lama yang terjadi dalam hitungan tahun hingga dekade. Dalam jangka panjang, masyarakat
bisa mengalami keresahan dan kekacauan sosial. Kondisi paling buruknya, negara bisa
mengalami kejatuhan di bidang penegakan hukum dan ketertiban.
Krisis ekonomi memiliki dampak negatife bagi sebuah negara daintaranya banyak perusahaan
yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada karyawannya. Hal ini dilakukan
karena perusahaan tidak memiliki cukup uang untuk memberikan gaji pada mereka.
Setelah PHK dapat dipastikan angka pengangguran akan semakin meningkat dan angka
kemiskinan juga merajalela karena orang-orang tidak memiliki pemasukan.
Pemerintah juga akan merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan belanja negara. Harga
kebutuhan akan naik secara tajam, dan ini menyebabkan masalah baru. Daya beli atau
konsumsi akan semakin rendah karena masyarakat kesulitan memenuhi kehidupannya sehari-
hari.
Diskusi 2
1. Menurut saudara, kebijakan apa yang ampuh untuk meningkatkan kesejahteraan petani?
Jelaskan alasan dan analisis saudara.
Dengan adanya hal tersebut diharuskan adanya kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan
kesejahteraan petani. Peran pemerintah sangat diperlukan disini walaupun kadang kebijakan
yang dibuat pemerintah memperburuk kesejahteraan petani.
1. Kebijakan harga
Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani melalui perbaikan dasar
tukar (term of trade), stabilitas harga di sektor pertanian, dan memberi petunjuk pada jumlah
produksi.
2. Kebijakan pemasaran
Kebijakan ini dilakukan untuk membantu petani dalam memasarkan produk pertanian untuk
tujuan ekspor, dan pengaturan distribusi sarana produksi bagi petani.
3. Kebijakan struktural
Selain dari 3 kebijakan tersebut sudah sepatutnya pembangunan pertanian diadakan untuk
mensejahterakan petani karena tanpa petani sangat sulit bagi Indonesia untuk mendapatkan
bahan-bahan pokok makanan harian. Mubyarto (2000) mengatakan bahwa kebijakan
pembangunan pertanian ini untuk penaggulanan kemiskinan yang sering dihadapkan para
petani karena musim panen yang tidak terjadwal dengan baik. Beberapa kebijakan komoditi
pertanian yang berorientasi pada kesejahteraan petani sbb :
3. Pembaruan kebijakan pertanian tebu dan industri gula yang bersifat menyeluruh
source : ESPA4314/Modul2/2.5-2.14
Diskusi 3
Bandingkan kondisi Perbankan Indonesia saat terjadinya krisis ekonomi 1998 dengan kondisi
perbankan sekarang tahun 2020 ketika dilanda Covid 19. Silahkan dikemukakan pendapatnya
masing masing, jika perlu dukung dengan tabel atau gambar yang menguatkan pendapat
tersebut.
Pada periode sebelum krisis moneter yaitu tahun 1983-1997 terdapat 2 kebijakan deregulasi
perbankan, diantaranya :
Krisis moneter di Indonesia merupakan dampak dari dari krisis moneter yang terjadi di Asia
pada tahun 1997. Krisis moneter Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 1997-1998 yang
melahirkan perdebatan publik khususnya tindakan apa yang harus diambil oleh pemerintah
Indonesia saat itu. Krisis moneter berdampak luas dan lama terhadap perekonomian dan
khususnya perbankan di Indonesia.
Sejak dibuatnya Pakto 1988 sudah dapat terindikasi lemahnya perbankan Indonesia. Ciri-ciri
yang memperkuat indikasi tersebut antara lain :
Dampak terbesar krisis moneter bagi perbankan Indonesia adalah menurunnya kepercayaan
masyarakat terhadap bank. Hal tersebut terjadi karena dalam sektor perbankan mengalami
kelumpuhan sehingga sangat berpengaruh dalam kegiatan ekonomi masyarakat, terutama
yang menggunakan fasilitas bank. Pemerintah pada saat itu langkah pengetatan moneter
sebagai reaksi merosotnya nilai rupiah terhadap valuta asing. BI juga melakukan penghentian
transaksi Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), menarik dana BUMN dan menaikkan suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Pemerintah juga membuat upaya untuk menyehatkan kembali dunia perbankan, beberapa hal
yang dilakukan pemerintah diantaranya :
- Likuidasi Bank
Kebijakan likuidasi terjadi pada November 1997 namun hal ini tidak berjalan sesuai
dengan apa yang diinginkan pemerintah
- Penggabungan Bank (Merger)
Merger dilakukan setelah likuidasi bank tidak berjalan lancer. Merger dilakukan
untuk membuat bank lebih efektif sehingga akan muncul bank yang kuat terhadap
goncangan ekonomi
- Restrukturisasi Perbank.an
Mengubah bank yang tidak sehat menjadi bank yang sehat dengan berbagai strategi
- Rekapitulasi Perbankan
Bank diwajibkan dapat mencapai CAR tidak kurang dari 25%
Bank terus-menerus melakukan segala usaha untuk keluar dari krisis moneter sampai pada
akhirnya ditahun 2004 dimana perbank Indonesia memasuki pertumbuhan yang tinggi
Pada pandemi Covid yang melanda dunia di tahun 2019 dan mulai masuk ke Indonesia pada
tahun 2020 tentunya membuat semua sektor tidak memiliki perisapan begitupun pada sektor
perbankan Indonesia. Untuk mengatasi semakin luasnya penyerbaran Covid, pemerintah
melakukan beberapa upaya seperti work from home, psbb, tutupnya beberapa pusat
perbelanjaan dan toko-toko, serta beberapa bank yang harus mengurangi aktifitas mereka.
Pada saat itu perbankan Indonesia mengalami beberapa permasalahan ekonomi diantaranya :
1. Inflasi
Inflasi terkendali dan rendah di kisaran sasaran 3±1%. Berdasarkan Survei
Pemantauan Harga pada minggu ke 4 Mei 2020, inflasi Mei 2020 diperkirakan
sebesar 0,09% (mtm) atau secara tahunan sebesar 2,21% (yoy), lebih rendah dari
tahun sebelumnya.
2. Defisit Transaksi
Pada Triwulan I 2020 defsitit transaski membaik sehingga ketahanan
eksternal terjaga. Defisit transaksi berjalan sebesar 3,9 miliar dolar AS (1,4% dari
PDB), jauh lebih rendah dari defisit pada triwulan sebelumnya yang mencapai 8,1
miliar dolar AS (2,8% dari PDB).
3. Aliran modal asing kembali masuk
Aliran modal asing mencatat inflow pada SBN sebesar Rp6,15 triliun pada minggu II
Mei 2020, meningkat dibandingkan dengan minggu I Mei 2020 yang
tercatat inflow sebesar Rp2,97 triliun.
4. Yield SBN 10 tahun menurun
Yield SBN yang diperdagangkan di pasar sekunder mengalami penurunan sejalan
dengan peningkatan confindence dan meningkatnya inflow.
5. Nilai tukar Rupiah bergerak stabil dan cenderung menguat ke level fundamental.
Nilai tukar (27/5) ditutup menguat Rp14.670 per dollar AS atau menguat Rp60
perdolar dan hari ini (28/5) diperdagangkan stabil pada level Rp14.700.
6. Cadangan devisa
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2020 sebesar 127,9 miliar dolar
AS, meningkat dibandingkan dengan posisi akhir Maret 2020 sebesar 121,0 miliar
dolar AS. Cadangan devisa diperkirakan akan meningkat pada akhir bulan Mei 2020.
source :
- https://www.bi.go.id
Diskusi 4
Jawab :
Investasi disebut juga penanaman modal. Investasi dapat juga diartikan sebagai pengeluaran
penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal atau
perlengkapanperlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-
barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Investasi adalah merupakan
komponen penting pertumbuhan ekonomi.
Dalam pembangunan ekonomi, investasi mempunyai dua peran penting, yaitu pengaruhnya
terhadap permintaan agregat yang akan mendorong meningkatnya output dan kesempatan
kerja. Serta efeknya terhadap pembentukan kapital.
Secara teoritik ada 3 faktor utama yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk
melakukan investasi yaitu revenues (pendapatan), cost (biaya), dan expectations (harapan-
harapan). Pertimbangan utama dari investor untuk melakukan investasi atau tidak adalah
keuntungan (return) atau dikenal juga dengan istilahnya firms invest to earn profit.
Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang diharapkan akan berdampak pada penciptaan
lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan, salah satu kebijakan yang penting yang
diambil pemerintah adalah meningkatkan nilai investasi. Investasi dilakukan melalui
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA)
Sejak Orde Baru hingga tahun 2004, terjadi fluktuasi nilai investasi. Pada masa dimulainya
Orde Baru, nilai investasi di Indonesia terjadi tren yang meningkat, namun sejak terjadinya
krisis moneter pada 1997-1998 nilai investasi Indonesia menurun. Pelaksanaan otonomi
daerah sejak 2001 dan juga dualism kebijakan ekonomi telah memperburuk iklim investasi di
Indonesia. Selama ini pemerintah terlalu focus memberi kemudahan pada industri besar
sehingga ekonomi rakyat tidak berkembang dengan baik.
Masalah struktural yang dihadapi investasi di Indoenesia adalah sentralisasi kekuasaan yang
menyebabkan pembangunan hanya dinikmati oleh sebagian bangsa saja. Selain itu, investasi
pada sumber daya manusia sangatlah rendah sehingga tidak dapat mendukung pembangunan
ekonomi.
Penyebaran investasi ditanah air menunjukkan ketimpangan yang tinggi, dimana berfokus
pada daerah-daerah tertentu saja. Hal tersebut tidak lepas dari adanya sentralisasi kebijakan
dan kuatnya dominasi pusat atas daerah yang mengakibatkan timbulnya ketergantungan yang
tinggi dari daerah-daerah kepada Pusat. Selain itu mahalnya harga tanah dan tingginya
tingkat upah serta kebutuhan hidup lainnya, menyebabkan biaya produksi yang makin tinggi
(high cost production), sehingga berakibat tidak kompetitifnya produk yang dihasilkan
Situasi tersebut hendak diubah oleh pemerintah dengan melaksanakan otonomi daerah sejak
2001. Menurut UU No. 22 tahun 1999 dan UU No.25 tahun 1999, otoritas daerah untuk
mengurus daerahnya semakin luas.
Kebijakan investasi yang digariskan oleh pemerintah hingga saat ini masih menampik bagi
investasi yang ditujukan untuk ekonomi rakyat. Pemerintah belum menyusun peraturan yang
mendorong terjadinya investasi rakyat. Hingga saat ini pelaku ekonomi rakyat masih
kesulitan mendapatkan bantuan modal dari bank dan pemerintah, kebijakan kemitraan
terbukti belum membuat perubahan yang berarti.
Suatu kajian yang dilakukan oleh KPPOD pada tahun 2002 menghasilkan tujuh variabel yang
dijadikan tolok ukur daya tarik investasi regional, yaitu keamanan, potensi ekonomi, budaya
daerah, sumber daya manusia, keuangan daerah, infrastruktur, dan peraturan daerah.
John Medeley menyatakan bahwa para penganjur perdagangan bebas beranggapan bahwa
perdagangan bebas dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk dunia. Perdagangan bebas
adalah kebijakan pemerintah untuk tidak melakukan diskriminisai terhadap eskport dan
import. Perdagangan bebas memberikan kebebasan bagi para pengusaha untuk menjual
produknya keluar negeri tanpa adanya hambatan perdagangan. Hambatan yang sering
muncul dalam perdagangan bebas diantaranya, kebijakan pemerintah suaru negara mengenai
pajak, kuota import, bea cukai, dan lainnya. Perdagangan bebas juga bisa disebut
perdagangan internasional karena dilakukan seluruh pengusaha didunia. Peran perdagangan
internasional cukup penting, sehingga mendorong sejumlah negara khususnya negara-negara
eksportir, termasuk Indonesia untuk berusaha mencari seluas-luasnya pasar yang potensial
untuk dikembangkan menjadi negara tujuan ekspor.
Globalisasi dalam perdagangan internasional saat ini sudah menjadi liberalisasi perdagangan.
Telah dihapuskannya berbagai hambatan perdagangan secara signifikan, baik hambatan yang
berwujud bea cukai, pelarangan impor, kuota, lisensi impor, dsb. Liberalisasi ekonomi
memasukkan sektor jasa dalam ekonomi dunia sebagai implementasi General Agreement on
Trade and Services (GATS), yang semakin menyudutkan posisi banyak negara berkembang
salah satunya Indonesia sangat lemah dalam sektor jasa.
Semakin terbukanya perekonomian kita, maka sektor jasa seperti angkutan, asuransi, dan
keuangan, akan semakin terancam. Hal yang sama juga terjadi pada beberapa sektor
pertanian. Sektor pertanian, terutama pertanian pangan, masih diproteksi cukup kuota. Jika
sektor ini nantinya juga ikut dibebaskan, maka petani-petani yang masih belum efisien
menurut standar dunia akan sangat dirugikan.
source : ESPA4314/Modul4/4.5-4.25
Diskusi 5
Analisislah kemiskinan di Indonesia, terutama di masa pandemi covid seperti ini. Anda bisa
menyertakan data atau literatur pendukung lainnya.
Jawab :
Persoalan kemiskinan masih menjadi hal yang menakutkan bagi dunia termausk Idonesia.
Sejak merdeka pada tahun 1945 kemiskinan masih menjadi masalah bangsa Indonesia. Jika
dulu hampir semua penduduk Indonesia miskin (share poverty), saat ini kemiskinan terjadi di
tengah-tengah sebagian masyarakat yang berlimpah (affluent society). Kemiskinan yang
terjadi saat ini disebabkan oleh kesenjangan pendapatan dalam masyarakat sehingga ada
perbedaan akses untuk terlibat dalam aktivitas ekonomi. Masalah kemiskinan disebabkan
oleh lingkaran setan kemiskinan (the vicious circle of poverty).
(source : kompasiana.com)
Ada berbagai indikator yang diajukan untuk mengukur garis kemiskinan, yaitu kemiskinan
relative, kemiskinan absolut, kemiskinan kultural, dan kemiskinan struktural. Perbedaan
tersebut seringkali membawa kebingungan pembuat kebijakan. Namun tingkat kemiskinan
mutlak di Indonesia sudah menurun drastis, terutama dalam dua dasawarsa sebelum krisis
ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997-1998.
Kemiskinan di Indonesia lebih banyak disebabkan oleh soal-soal struktural seperti, keijakan
ekonomi yang tidak berkomiten terhadap penanggulangan kemiskinan, dan hanya mengejar
pertumbuhan ekonomi tidak dapat langsung menyelesaikan persoalan kemiskinan. Selama ini
kebijakan pembangunan dan penanggulangan kemiskinan yang telah dilakukan masih
mengandung beberapa kelemahan dimana selama ini program pengentasan kemiskinan hanya
dilakukan secara terpusat, maka dari itu sudah seharusnya diubah menjadi bottom up serta
pola pikir ekonomi yang hanya mengutamakan kepentingan pribadi diubah menjadi tindakan
ekonomi juga didasarkan pada moral dan etika.
1. Terus menciptakan kesempatan kerja baru sehingga dapat mengimbangi laju pertambahan
angkatan kerja yang ada, serta dapat menyerap angkatan kerja yang saat ini masih
menganggur.
2. Memberikan tingkat upah yang layak untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
3. Meningkatkan produktivitas dari para pekerja yang ada, sehingga dapat menghasilkan
produk yang kompetitif, sehingga mendorong produksi lanjut.
Saat Indonesia sedang mengupayakan segala untuk mengatasi kemiskinan yang ada setalah
adanya krisis moneter, Indonesia kembali dihadapkan pada pandemi Covid-19 yang
mengakibatkan kelumpuhan pada ekonomi dunia.
Covid-19 yang muncul pada tahun 2019 silam sangat mengacaukan dunia, terutama ekonomi.
Covid-19 menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia dan menyebabkan kematian massal.
Dampak terhadap ekonomi sangat besar dan menyebabkan resesi global. Jutaan orang
disleuruh dunia jatuh ke dalam jurang kemiskinan, termasuk Indonesia.
Perekonomian Indonesia telah memasuki krisis sejak triwulan kedua 2020. Hal yang menjadi
alasan utama krisis ini adalah semakin banyak populasi yang terinfeksi Covid-19 yang
mengurangi kemampuan rumah tangga untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari
terutama bagi rumah tangga yang terdampak langsung oleh pandemi, serta adanya
pembatasan sosial yang diterapkan pemerintah membuat perekonomian tidak beroperasi
100% dari kapasitas optimalnya karena sebagian usaha harus ditutup dan sebagian pekerja
terpaksa dirumahkan.
Terkait krisis ekonomi, salah satu indikatornya adalah angka pertumbuhan ekonomi. Pada 5
Mei 2021, Badan Pusat Statisitik (BPS) merilis laporan bahwa perekonomian Indonesia
tumbuh sebesar -0,74% pada triwulan pertama 2021. Kondisi perekonomian pada triwulan
pertama 2021 tersebut jauh lebih rendah dibandingkan kondisi sebelum pandemi meski
menunjukkan perbaikan bila dibandingkan dengan kondisi pada 2020. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia masih berada dibawah kondisi normal sebelum
terjadi pandemi. Pada saat yang sama, juga turun sebesar 3,15% pada 2020. Artinya, terjadi
penurunan tingkat kesejahteraan rumah tangga Indonesia selama 2020 dibandingkan 2019.
Pandemi Covid-19 juga membuat tingkat kemiskinan nyaris tidak berubah. Pada 15 Juli
2021, BPS merilis laporan bahwa pada Maret 2021 sebesar 10,14% atau sebanyak 27,54 juta
penduduk Indonesia berstatus miskin. Tingkat kemiskinan Maret 2021 ini sedikit turun dari
September 2020 namun masih lebih tinggi dibandingkan kondisi sebelum pandemi pada
September 2019. Jika dilihat berdasarkan jumlah orang miskin, sejak September 2019 jumlah
orang miskin meningkat sebesar 1,12 juta individu dengan peningkatan terbesar terjadi di
wilayah perkotaan sebesar 1 juta dan perdesaan sebesar 120 ribu orang.
(source : BPS)
Salah satu ukuran kesejahteraan adalah tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita.
Pengeluaran rumah tangga dapat menggambarkan daya beli rumah tangga yang
sesungguhnya atau kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Sementara penurunan tingkat kesejahteraan rumah tangga salah satunya disebabkan oleh
turunnya pendapatan rumah tangga. Hal tersebut secara tidak langsung menyatakan pada
masa pandemic Covid-19 Indonesia mengalami penurunan tingkat kesejahteraan yang
diakibatkan banyaknya PHK massal yang berakibat pada rumah tangga.
Untuk mencukupi kebutuhan hidup selama pandemi, beberapa strategi diterapkan oleh rumah
tangga diantaranya dengan menjual atau menggadaikan barang, mengurangi pengeluaran
nonmakanan, meminjam uang kepada kerabat, mengurangi pengeluaran makanan, dll.
Banyak faktor memengaruhi kemampuan rumah tangga dalam mengatasi krisis salah satunya
adalah adanya tabungan atau barang yang mudah dijual atau digadaikan. Pemerintah juga
telah menyalurkan sejumlah program perlindungan sosial baik dalam bentuk subsidi maupun
uang tunai atau bantuan sosial (bansos) sebagai bagian dari Program Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN). Empat program besar berupa bantuan tunai, yakni Program Keluarga
Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT), BLT Dana Desa (BLT DD), dan
Bantuan Sosial Tunai (BST), digunakan untuk memudahkan penghitungan dalam mengukur
kecukupan nilai program bantuan. Empat program tersebut mencakup setidaknya 35 juta atau
50% rumah tangga.
(source : BaktiNews.com)
source :
- ESPA4314/Modul7/7.5-7.15\
- bps.go.id
Diskusi 6
Jawab :
Otonomi daerah lahir karena adanya sentralisasi dalam keuangan, seperti sentralisasi sistem
perpajakan dengan alasan efisiensi. Sentralisasi kebijakan tersebut tidak hanya dalam
kebijakan fiskal, namun juga pada hampir semua bidang, termasuk dalam perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi nasional relatif tinggi, namun pola
pertumbuhannya timpang. Ketimpangan tersebut berupa ketimpangan antara kota dan desa,
Jawa dan luar Jawa, serta antara Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Kawasan Barat
Indonesia (KBI).
Penelitian ilmiah menunjukkan pentingnya pemberian peran yang lebih besar bagi daerah
dalam melaksanakan pembangunan ekonomi di daerahnya. Pendelegasian sebagian
kewenangan pemerintah pusat kepada provinsi dan kabupaten/kota dapat dilakukan tanpa
mengganggu kepentingan ekonomi nasional. Oleh karena itu Wuryanto pada tahun 1996
merekomendasikan reformasi kebijakan fiskal yang berlaku yang diarahkan pada sistem
desentralisasi fiskal, termasuk di dalamnya merestrukturisasi pembagian kewenangan di
antara pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten/kota dalam hal penerimaan dan
pengeluarannya.
Kebijakan tersebut menghasilka tiga misi utama yaitu, meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanan publik dan kesejahteraan rakyat, menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan
sumber daya daerah, dan memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam proses pembangunan.
- Memberikan peluang yang lebih besar bagi daerah untuk mengembangkan sistem
ekonomi kerakyatan yang diharapkan mampu meratakan kesejahteraan.
- Meningkatkan efisiensi promosi
- Meratanya pembangunan daerah tertinggal
Source : ESPA4314/Modul8/8.12-8.21
Diskusi 7
Jawab :
source : ESPA4314/Modul9/9.5-9.15
Reply Diskusi 7
Jawab :
Dampak yang dihasilkan bisa bersifat positif dan negatif. Dampak positif tentunya
berpengaruh baik bagi kondisi negara, sementara dampak negatif akan merugikan negara.
Sumber Referensi :
ESPA4314/Modul9/9.9-9.11
Diskusi 8
Pada diskusi terakhir ini mahasiswa diminta membuat resume materi, bisa dipilih salah satu
materi apa saja yang ada di BMP Perekonomian Indonesia, mulai modul 1 sampai modul 9.
Mahasiswa yang bernomor ganjil membuat resume dari modul yang ganjil (modul 1/3/5/7/7).
Sedangkan mahasiswa yang bernomor genap akan meresume salah satu materi di Modul
2/4/6/8.
Jawab :
Resume Modul 7
KEMISKINAN DI INDONESIA
Persoalan kemiskinan masih menjadi hal yang menakutkan bagi dunia termausk Idonesia.
Sejak merdeka pada tahun 1945 kemiskinan masih menjadi masalah bangsa Indonesia. Jika
dulu hampir semua penduduk Indonesia miskin (share poverty), saat ini kemiskinan terjadi di
tengah-tengah sebagian masyarakat yang berlimpah (affluent society). Kemiskinan yang
terjadi saat ini disebabkan oleh kesenjangan pendapatan dalam masyarakat sehingga ada
perbedaan akses untuk terlibat dalam aktivitas ekonomi. Masalah kemiskinan disebabkan
oleh lingkaran setan kemiskinan (the vicious circle of poverty).
(source : kompasiana.com)
Ada berbagai indikator yang diajukan untuk mengukur garis kemiskinan, yaitu kemiskinan
relative, kemiskinan absolut, kemiskinan kultural, dan kemiskinan struktural. Perbedaan
tersebut seringkali membawa kebingungan pembuat kebijakan. Namun tingkat kemiskinan
mutlak di Indonesia sudah menurun drastis, terutama dalam dua dasawarsa sebelum krisis
ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997-1998.
Kemiskinan di Indonesia lebih banyak disebabkan oleh soal-soal struktural seperti, keijakan
ekonomi yang tidak berkomiten terhadap penanggulangan kemiskinan, dan hanya mengejar
pertumbuhan ekonomi tidak dapat langsung menyelesaikan persoalan kemiskinan. Selama ini
kebijakan pembangunan dan penanggulangan kemiskinan yang telah dilakukan masih
mengandung beberapa kelemahan dimana selama ini program pengentasan kemiskinan hanya
dilakukan secara terpusat, maka dari itu sudah seharusnya diubah menjadi bottom up serta
pola pikir ekonomi yang hanya mengutamakan kepentingan pribadi diubah menjadi tindakan
ekonomi juga didasarkan pada moral dan etika.
1. Terus menciptakan kesempatan kerja baru sehingga dapat mengimbangi laju pertambahan
angkatan kerja yang ada, serta dapat menyerap angkatan kerja yang saat ini masih
menganggur.
2. Memberikan tingkat upah yang layak untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
3. Meningkatkan produktivitas dari para pekerja yang ada, sehingga dapat menghasilkan
produk yang kompetitif, sehingga mendorong produksi lanjut.
Saat Indonesia sedang mengupayakan segala untuk mengatasi kemiskinan yang ada setalah
adanya krisis moneter, Indonesia kembali dihadapkan pada pandemi Covid-19 yang
mengakibatkan kelumpuhan pada ekonomi dunia.
Covid-19 yang muncul pada tahun 2019 silam sangat mengacaukan dunia, terutama ekonomi.
Covid-19 menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia dan menyebabkan kematian massal.
Dampak terhadap ekonomi sangat besar dan menyebabkan resesi global. Jutaan orang
disleuruh dunia jatuh ke dalam jurang kemiskinan, termasuk Indonesia.
Perekonomian Indonesia telah memasuki krisis sejak triwulan kedua 2020. Hal yang menjadi
alasan utama krisis ini adalah semakin banyak populasi yang terinfeksi Covid-19 yang
mengurangi kemampuan rumah tangga untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari
terutama bagi rumah tangga yang terdampak langsung oleh pandemi, serta adanya
pembatasan sosial yang diterapkan pemerintah membuat perekonomian tidak beroperasi
100% dari kapasitas optimalnya karena sebagian usaha harus ditutup dan sebagian pekerja
terpaksa dirumahkan.
Terkait krisis ekonomi, salah satu indikatornya adalah angka pertumbuhan ekonomi. Pada 5
Mei 2021, Badan Pusat Statisitik (BPS) merilis laporan bahwa perekonomian Indonesia
tumbuh sebesar -0,74% pada triwulan pertama 2021. Kondisi perekonomian pada triwulan
pertama 2021 tersebut jauh lebih rendah dibandingkan kondisi sebelum pandemi meski
menunjukkan perbaikan bila dibandingkan dengan kondisi pada 2020. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia masih berada dibawah kondisi normal sebelum
terjadi pandemi. Pada saat yang sama, juga turun sebesar 3,15% pada 2020. Artinya, terjadi
penurunan tingkat kesejahteraan rumah tangga Indonesia selama 2020 dibandingkan 2019.
Pandemi Covid-19 juga membuat tingkat kemiskinan nyaris tidak berubah. Pada 15 Juli
2021, BPS merilis laporan bahwa pada Maret 2021 sebesar 10,14% atau sebanyak 27,54 juta
penduduk Indonesia berstatus miskin. Tingkat kemiskinan Maret 2021 ini sedikit turun dari
September 2020 namun masih lebih tinggi dibandingkan kondisi sebelum pandemi pada
September 2019. Jika dilihat berdasarkan jumlah orang miskin, sejak September 2019 jumlah
orang miskin meningkat sebesar 1,12 juta individu dengan peningkatan terbesar terjadi di
wilayah perkotaan sebesar 1 juta dan perdesaan sebesar 120 ribu orang.
(source : BPS)
Salah satu ukuran kesejahteraan adalah tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita.
Pengeluaran rumah tangga dapat menggambarkan daya beli rumah tangga yang
sesungguhnya atau kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Sementara penurunan tingkat kesejahteraan rumah tangga salah satunya disebabkan oleh
turunnya pendapatan rumah tangga. Hal tersebut secara tidak langsung menyatakan pada
masa pandemic Covid-19 Indonesia mengalami penurunan tingkat kesejahteraan yang
diakibatkan banyaknya PHK massal yang berakibat pada rumah tangga.
Untuk mencukupi kebutuhan hidup selama pandemi, beberapa strategi diterapkan oleh rumah
tangga diantaranya dengan menjual atau menggadaikan barang, mengurangi pengeluaran
nonmakanan, meminjam uang kepada kerabat, mengurangi pengeluaran makanan, dll.
Banyak faktor memengaruhi kemampuan rumah tangga dalam mengatasi krisis salah satunya
adalah adanya tabungan atau barang yang mudah dijual atau digadaikan. Pemerintah juga
telah menyalurkan sejumlah program perlindungan sosial baik dalam bentuk subsidi maupun
uang tunai atau bantuan sosial (bansos) sebagai bagian dari Program Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN). Empat program besar berupa bantuan tunai, yakni Program Keluarga
Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT), BLT Dana Desa (BLT DD), dan
Bantuan Sosial Tunai (BST), digunakan untuk memudahkan penghitungan dalam mengukur
kecukupan nilai program bantuan. Empat program tersebut mencakup setidaknya 35 juta atau
50% rumah tangga.
(source : BaktiNews.com)
PENGANGGURAN DI INDONESIA
Jika dilihat dari kacamata pemerintah, pengangguran adalah beban ekonomi, dan
perekonomian yang memiliki banyak pengangguran harus menyediakan dana yang amat
besar bagi mereka. Pengangguran terjadi hampir di setiap negara, baik negara maju dan
negara berkembang.
Tipe-tipe Pengangguran
Tipe-tipe pengangguran dapat dibedakan dari sebab-sebab timbulnya dan dari segi
pendayagunaan tenaga kerja, diantaranya :
(source : bps.go.id)
Jumlah angkatan kerja berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Agustus
2022 sebanyak 143,72 juta orang, naik 3,57 juta orang dibanding Agustus 2021. Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) naik sebesar 0,83 persen poin. Penduduk yang bekerja
sebanyak 135,30 juta orang, naik sebanyak 4,25 juta orang dari Agustus 2021.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2022 sebesar 5,86 persen, turun sebesar 0,63
persen poin dibandingkan dengan Agustus 2021. Terdapat 4,15 juta orang (1,98 persen)
penduduk usia kerja yang terdampak COVID-19. Terdiri dari pengangguran karena COVID-
19 (0,24 juta orang), Bukan Angkatan Kerja (BAK) karena COVID-19 (0,32 juta orang),
sementara tidak bekerja karena COVID-19 (0,11 juta orang), dan penduduk bekerja yang
mengalami pengurangan jam kerja karena COVID-19 (3,48 juta orang).
Sumber Referensi :
- ESPA4314/Modul7/7.5-7.36
- bps.go.id