Anda di halaman 1dari 98

BAB 1

PENGERTIAN AKUNTANSI BIAYA

PENGERTIAN Akuntansi BIAYA


Akuntansi biaya yang akan dipelajari secara umum adalah pencatatan
yang mempunyai tujuan memberikan informasi biaya manajemen untuk
menentukan harga pokok produksi pada perusahaan manufaktur. Informasi
biaya ini akan bermanfaat dalam pengambilan keputusan (decision maker).
Apa yang dimaksud dengan biaya ? Biaya adalah pembayaran kas atau
ekuivalennya atau komitmen untuk membayar kas di masa depan dengan
tujuan memperoleh pendapatan. Sedangkan Akuntansi Biaya merupakan
obyek yang dicatat, digolongkan, diringkas dan disajikan menjadi laporan
keuangan. Ada empat unsur pokok dalam akuntansi biaya :
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2. Diukur dalam satu satuan uang
3. Yang telah terjadi atau yang secara potensi akan terjadi
4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu
Untuk membedakan pengertian biaya dalam arti luas, dalam arti sempit
biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam
rangka memperoleh penghasilan. pengorbanan sumber ekonomi untuk
memperoleh aktiva yang lebih sering disebut dengan istilah Harga Pokok.
Istilah harga pokok juga digunakan untuk menunjukkan pengorbanan
sumber ekonomi dalam pengolahan bahan baku menjadi sebuah produk.
Pengorbanan ekonomi dapat menghasilkan dan dapat pula tidak
menghasilkan manfaat, Apabila dalam pengorbanan sumber ekonomi
tersebut menghasilkan manfaat, maka pengorbanan tersebut disebut laba
dan sebaliknya disebut rugi.
KONSEP AKUNTANSI BIAYA
Akuntansi biaya berfungsi untuk menilai suatu pengorbanan untuk
menghasilkan pendapatan dengan memperhitungkan seluruh biaya dalam
kegiatan usaha dan berapa besar laba yang mampu diperoleh sehingga

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 1


menghasilkan selisih yang dapat menunjukkan laba atau rugi dari suatu
kegiatan usaha. Konsep utama adalah berasala dari informasi biaya
disajikan dalam akuntansi biaya adalah merupakan suatu sistem, seperti
yang disajikan pada gambar 1.1 berikut ini :

INPUT PROSES OUTPUT


Dokumen - Penentuan Informasi
Transaksi biaya Biaya
- Pencatatan dan
penggolongan
biaya
- Analisis biaya
- Pelaporan biaya
Gambar 1.1. Sistem informasi akuntansi biaya
Konsep akuntansi biaya dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
1. Perencanaan (Planning)
Yaitu suatu proses yang dilaksanakan manajemen, ketika dihadapkan
dengan suatu masalah khusus, mengevaluasi setiap alternatif untuk
dapat mencapai suatu keputusan tentang tindalkan yang akan
dilakukan di masa mendatang.
2. Pengendalian (controlling)
Kegiatan ini mencakup pengawasan sistemastis pelaksanaan pekkerjaan
menentukan sejauh mana sasaran-sasaran telah dicapai. Hasil- hasil
sesungguhnya harus selalu diukur dengan menggunakan patokan,
standar seperti misalnya anggaran, biaya standar, standar waktu dan
sebagainya yang telah ditentukan sebelumnya untuk segala kegiatan
dalam bidang produksi, pemasaran, keuangan dan aktivitas lainnaya
dalam perusahaan. Setiap penyimpangan yang cukup berarti terhadap
standar tersebut akan dapat segera diketahui dan pihak manajemen
dapat segera mengambil tindakan perbaikan.
Konsep akuntansi biaya ini sanagat diperlukan dalam penyusunan
laporan keuangan, agar supaya jelas pengeluaran mana yang akan
masuk pada biaya produksi dan pengeluaran yang masuk pada biaya
operasional.

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 2


AKUNTANSI BIAYA MERUPAKAN BAGIAN DARI AKUNTANSI
KEUANGAN DAN AKUNTANSI MANAJEMEN
Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan dan
akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen
mempunyai dua kesamaan, yaitu keduanya merupakan sistem pegolahan
informasi yang menghasilkan informasi keuangan dan keduanya
merupakan penyedia informasi keuangan yang bermanfaat bagi manajemen
untuk pengambilan keputusan. Manajemen membutuhkan informasi
akuntansi biaya untuk pemilihan alternatif atas kenyataan keuangan yang
dihadapinya. Sedangkan perbedaan antara akuntansi manajemen dan
akuntansi keuangan adalah sebagai berikut ;
Akuntansi Manajemen Akuntansi Keuangan

1. Pemakai laporan Manajer puncak dan Manajer berbagai jenjang


pihak diluar dari suatu perusahaan.
perusahaan.
2. Lingkup Informasi Perusahaan keseluruhan Bagian perusahaan
3. Fokus Informasi Berorientasi ke masa Berorientasi pada masa
lalu. yang akan datang.
4. Rentang waktu Kurang fleksibel, biasa Fleksibel, bervariasi dari
nya jangka waktu harian, mingguan,
triwulan, semester atau bulanan tergantung
tahunan. kebutuhan perusahaan.

5. Kriteria informasi Dibatasi oleh prinsip Tidak ada batasan,


akuntansi. akuntansi yang lazim kecuali manfaat yang
dan diawasi organisasi dapat diperoleh oleh
yang berwenang seperti manajemen atas infor-
IAI. masi yang dihasilkan.
6.Disiplin sumber Ilmu ekonomi Ilmu ekonomi dan
psikologi sosial.
7. Isi laporan Laporan merupakan Laporan berifat rinci
rang kuman kegiatan tentang bagian perusa
keselu ruhan haan.
perusahaan.
8. Sifat informasi Ketepatan informasi Unsur taksiran dalam
merupakan hal yang informasi adalah besar.
penting.

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 3


Proses akuntansi biaya dapat ditujukan untuk pihak luar perusahaan
dengan memperhatikan karakteristik dari akuntansi keuangan. Dengan
demikian akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan.
Sedangkan proses akuntansi biaya dapat ditujukan pula untuk memenuhi
kebutuhan pemakai perusahaan maka akuntansi biaya harus
memperhatikan karakteristik akuntansi manajemen.
Akuntansi biaya menjadi dasar dalam menyajikan data biaya untuk
akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen, seperti pada gambar 1.2.
berikut ini :

PELAPORAN KEPADA PELAPORAN KEPADA


PIHAK EKSTERN MANAJEMEN

AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MANAJEMEN

AKUNTANSI BIAYA

Gambar 1.2. Hubungan Akuntansi Biaya , akuntansi manajemen dan


akuntansi keuangan

TUJUAN AKUNTANSI BIAYA


Tujuan akuntansi biaya dikhususkan agar dapat menyediakan
informasi tentang pendapatan dan biaya yang relevan dengan kebutuhan
manajemen perusahaan, akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok
yaitu :
1. Penentuan harga pokok produk.
Akuntansi biaya mencatat, menggolongkan dan meringkas biaya-biaya
pembuatan produk atau penyerahan jasa. Biaya yang dikumpulkan dan

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 4


disajikan adalah biaya yang telah terjadi di masa yang lalu atau biaya
historis.
2. Pengendalian biaya.
Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang
seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan produk. Jika
biaya yang seharusnya telah ditetapkan, akuntansi biaya bertugas untuk
memantau apakah pengeluaran biaya yang sesungguhnya sesuai
dengan biaya yang dianggarkan perusahaan, maka diadakan analisis
selisih biaya yang dapat dievaluasi penyebab dan penyimpangan yang
sangat dibutuhkan manjemen untuk pengambilan keputusan.
3. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan menyangkut masa yang akan datang
membutuhkan informasi yang relevan. Akuntansi biaya untuk
pengambilan keputusan mengembangkan berbagai konsep informasi
biaya seperti : Biaya kesempatan (opportunity cost), biaya hipotesis
(hypothetical cost), biaya tambahan (incremental cost), biaya terhindarkan
(avoidable cost) dan pendapatan yang hilang (forgone revenue).
PENGGOLONGAN BIAYA
Akuntansi biaya mempunyai tujuan untuk memberikan informasi biaya
yang akan digunakan untuk berbagai tujuan. Karena dalam penggolongan
biaya ada beberapa macam dasar penggolongan biaya, maka dalam
penggolongan biaya disesuaikan dengandasar tujuannya (keperluan).
Berikut adalah beberapa penggolongan biaya menurut :
1. Obyek pengeluaran
Dalam cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan
dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah
biaya gaji dan upah maka semua obyek pengeluaran yang berhubungan
dengan bertambah dan berkurangnya jumlah gaji dan upah digolonkan
pada obyek pengeluaran tersebut.
2. Fungsi pokok dalam perusahaan.

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 5


Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok yaitu fungsi
produksi, fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi &
umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur biaya dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok ;
1. Biaya produksi
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya produksi dibagi
menjadi menurut obyek pengeluarannya yaitu :
- Biaya bahan baku, bahan adalah barang yang akan
diproses/diolah menjadi produk.
- Biaya tenaga kerja langsung, adalah balas jasa yang diberikan
kepada karyawan yang manfaatnya langsung dapat
diidentifikasikan pada produk tertentu yang dihasilkan
perusahaan.
- Biaya overhead pabrik, adalah biaya produksi selain biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung. Seperti :
a. Biaya bahan penolong
b. Biaya tenaga kerja tidak langsung
c. Penyusutan aktiva tetap
d. Reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap
e. Biaya listrik , air
f. Biaya asuransi
2. Biaya pemasaran
Merupakan biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan
pemasaran produk.
3. Biaya administrasi dan umum
Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi
dan pemasaran produk.

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 6


3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam
hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu :
1. Biaya langsung (direct cost)
Adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah
karena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung
terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
2. Biaya tidak langsung ( indirect cost).
Adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu
yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan
produk disebut dengan istilah biaya overhead pabrik. Biaya ini
tidak mudah diidentifikasikan dengan produk tertentu.

4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan


Biaya dapat digolongkan menjadi :
1. Biaya variabel (Variable Cost)
Adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sebanding dengan
volume kegiatan. Misalnya untuk memproduksi 1 unit produk
membutuhkan bahan baku 1 Kg seharga $ 30, apabila memproduksi
10 unit maka membutuhkan bahan baku 10 Kg dan biaya sebesar
$ 3.000. Dengan demikian semakin besar kegiatan produksi semakin
besar biaya variable dan semakin kecil kegiatan produksi maka
semakin kecil biaya variabel.
2. Biaya tetap
Adalah biaya yang jumlahnya tetap dalam kisar volume kegiatan
tertentu. Maksudnya besar kecilnya tetap sama tidak terpengaruh
pada volume kegiatan.
3. Biaya semivariabel
Adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah namun perubahannya
tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Misalnya

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 7


apabila perusahaan menginginkan volume penjualan barang
dagangan bertambah, maka perusahaan akan memberikan komisi
penjualan dengan ketentuan apabila produk terjual lebih dari 10
unit maka akan diberikan komisi $ 10, apabila produk terjual lebih
dari 20 unit maka akan diberikan komisi $ 20.
5. Jangka waktu manfaatnya
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dibagi menjadi 2 :
1. Pengeluaran modal (capital expenditures)
Adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode
akuntansi (biasanya satu periode akuntansi adalah 1 tahun).
Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai
harga pokok aktiva dan dibebankan dalam tahun-tahun yang
menikmati manfaatnya dengan cara depresiasi, amortisasi atau
deplesi.
2. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures)
Adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode
akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya
pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan
dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran
biaya tersebut.

6. Kegiatan operasional
Biaya operasional digolongkan menjadi 2 golongan yaitu :
1. Biaya produksi yang terdiri dari :
a. Biaya bahan baku (Direct material)
b. Biaya tenaga kerja (Direct Labour)
c. Biaya Tak langsung (Factory overhead)

2. Biaya non produksi


a. Biaya penjualan (Selling Cost)
b. Biaya administrasi dan umum (Administration cost)

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 8


PROSES PRODUKSI
Umumnya dalam memahami akuntansi biaya diterapkan pada
perusahaan manufaktur. Akuntansi biaya tidak hanya diterapkan dalam
perusahaan manufaktur tetapi dapat juga diterapkan pada perusahaan jasa
seperti perhotelan, transportasi dan telekomunikasi. Dalam suatu
perusahaan managemen mengatur fungsi-fungsi kegiatan untuk saling
berinteraksi agar dapat bekerja sama dalam menghasilkan suatu produk
barang ataupun jasa. Koordinasi kegiatan perusahaan dituangkan dalam
struktur organisasi yang menggambarkan wewenang dan tanggung jawab
dari tiap bagian seperti bagian produksi, bagian pemasaran, bagian
akuntansi dan bagian administrasi dan umum.
Salah satu tujuan akuntansi biaya adalah untuk menentukan harga pokok
produk. Untuk dapat menentukan harga pokok produk maka perlu
memahami proses pembuatan produk. Dalam menghitung biaya produksi,
akuntansi biaya harus mengikuti proses pengolahan bahan baku menjadi
produk jadi. Setiap tahap pengolahan bahan baku memerlukan
pengorbanan sumber ekonomi, sehingga akuntansi biaya harus mengikuti
proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Setiap pengolahan
bahan baku memerlukan pengorbanan sumber ekonomi, sehingga akuntansi
biaya digunakan untuk mencatat setiap sumber ekonomi yang dikorbankan
dalam setiap tahap pengolahan tersebut, untuk menghasilkan informasi
biaya produksi yang dikonsumsi dalam menghasilkan produk.

METODE PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI


Merupakan metode harga pokok produksi dengan cara
memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi
dengan menggunakan dua pendekatan yaitu:
Full costing
Merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja lansung

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 9


dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap.
Komponen unsur biaya produksi dengan pendekatan metode full costing
adalah sebagai berikut;
Biaya bahan baku xx
Biaya tenaga kerja langsung xx
Biaya overhead pabrik variabel xx
Biaya overhead pabrik tetap xx
Harga pokok produksi xx

Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri
dari unsur harga pokok produksi ditambah dengan biaya non produksi.
Biaya non produksi yaitu biaya pemasaran dan biaya administrasi & umum.
Variabel costing
Merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
memperhiungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga
pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik variabel.
Komponen unsur biaya produksi dengan pendekatan metode variabel
costing adalah ;
Biaya bahan baku xx
Biaya tenaga kerja langsung xx
Biaya overhead pabrik variabel xx
Harga pokok produksi xx

Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan variabel costing


terdiri dari unsur harga pokok produksi variabel ditambah dengan biaya
non produksi variabel. Biaya non produksi yaitu biaya pemasaran variabel
dan biaya administrasi & umum variabel dan biaya tetap/periode. Biaya
periode yaitu biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap dan biaya
administrasi dan umum tetap.
LAPORAN LABA RUGI
Laporan keuangan merupakan rangkuman catatan dari seluruh
proses kegiatan produksi dan proses akuntansi. Kegiatan perusahaan
manufaktur terdiri dari pengolahan bahan baku menjadi produk jadi dan
penjualan produk jadi tersebut kepada konsumen atau perusahaan

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 10


manufaktur lain. Kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi
terdiri dari 3 kelompok pengorbanan ekonomi : a. Pengorbanan bahan baku,
b.Pengorbanan jasa tenaga kerja dan c. Pengorbanan jasa fasilitas.
Dalam menyajikan laporan laba rugi perusahaan produksi atau manufaktur,
pengorbanan yang dikeluarkan dikelompokkan kedalam 3 golongan :
1. Pengorbanan sumber ekonomi untuk mengolah bahan baku menjadi
produk jadi, kelompok ini disebut dengan biaya produksi .
2. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan pemasaran produk jadi,
kelompok ini disebut dengan biaya pemasaran.
3. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan selain produksi dan
pemasaran produk, kelompok ini disebut dengan biaya administrasi
dan umum.

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 11


Contoh laporan laba-rugi perusahan manufaktur.
PT. MANUFAKTURKU
Laporan Laba rugi per 31 Desember 2004
Pendapatan penjualan Rp 1.000.000
Harga pokok penjualan
Persediaan produk jadi Rp 50.000
Harga pokok produksi
Persediaan awal produk dalam proses Rp 20.000
Biaya Produksi :
Biaya bahan baku Rp 100.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 120.000
Biaya overhead pabrik Rp 150.000
Rp 370.000
Rp 390.000
Persediaan akhir produk proses (Rp 30.000)
Harga pokok produksi Rp 360.000
Harga pokok produk yang tersedia untuk dijual Rp 410.000
Persediaan akhir produk jadi (Rp 40.000)
Harga pokok penjualan Rp 370.000
Laba bruto Rp 630.000
Biaya Usaha :
Biaya administrasi & umum Rp 112.000
Biaya pemasaran RP 350.000
Rp 462.000
Laba bersih usaha Rp 168.000

Pendapatan di luar usaha Rp 80.000


Biaya diluar usaha Rp 38.000
Rp 42.000
Laba bersih sebelum pajak Rp 210.000
Pajak penghasilan 35 % Rp 73.500
Laba bersih setelah pajak Rp 136.500

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 12


SIKLUS AKUNTANSI BIAYA DALAM PERUSAHAAN
MANUFAKTUR
Siklus akuntansi biaya dalam suatu perusahaan sangat dipengaruhi
oleh siklus kegiatan usaha perusahaan tersebut. Siklus akuntansi biaya
dalam perusahaan manufaktur digunakan untuk mengikuti proses
pengolahan produk, sejak dari dimasukkannya bahan baku ke dalam proses
produksi sampai dengan dihasilkan produk jadi dari proses produksi
tersebut. Hubungan antara siklus pembuatan produk dan siklus akuntansi
biaya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
SIKLUS SIKLUS
PEMBUATAN PRODUK AKUNTANSI BIAYA

Pembelian dan Penentuan harga


penyimpanan pokok bahan baku
bahan baku yang dibeli

Biaya tenaga Penentuan Biaya


kerja harga pokok overhead
Pengolahan bahan langsung bahan baku pabrik
baku menjadi yang dipakai
produk jadi

Pengumpulan
biaya
produksi

Penyimpanan
produk jadi
Penentuan
dalam gudang
harga pokok
produk jadi

Gambar 1.3. Siklus pembuatan produk dan siklus akuntansi biaya

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 13


Siklus akuntansi biaya dapat pula digambarkan pada rekening-rekening
yang ada dalam buku besar. Untuk menampung biaya dikeluarkan dalam
pengolahan bahan baku menjadi produk jadi.
Persediaan bahan baku Barang dalam proses Persediaan produk jadi

Gaji dan upah

Biaya overhead pabrik

Gambar 1.4. Aliran biaya produksi dalam rekening buku besar

METODE PENGUMPULAN HARGA POKOK


Pelaksanaan dari metode pengumpulan harga pokok pada suatu
perusahaan tergantung paad sifat dan karakteristik pengolahan bahan
menjadi produk selesai, dimana pada metode pengumpulan harga pokok
dikelompokkan menjadi:
1. Metode Harga Pokok Pesanan ( Job order cost method)
Pada metode ini produk yang dihasilkan bentuknya tergantung dari
spesifikasi pemesan, oleh karena itu besarnya harga pokok untuk
setiap pesanan belum dapat diperhitungkan pada awal periode tetapi
dapat dihitung pada saat akan diserahkan produk pada pemesan.
Namun dengan menggunakan dasar perhitungan data masa
sebelumnya dapat diperhitungkan untuk menerima atau menolak
pesanan.

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 14


2. Metode Harga Pokok Proses (Process cost method)
Pada metode ini mempunyai karakter bahwa produk yang dihasilkan
bentuknya homogen tanpa dipengaruhi oleh spesifikasi yang diminta
oleh pembeli. Oleh karena itu penentuan harga pokok produk tidak
begitu sulit dibandingkan dengan harga pokok pesanan.

Pada prakteknya suatu perusahaan dapat mengkombinasikan kedua metode


tersebut tergantung kemampuan dari manajemen dalam menghasilkan
suatu produk.

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 15


BAB 2
BIAYA BAHAN BAKU

UNSUR BIAYA PEMBENTUK HARGA POKOK BAHAN BAKU


Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh
produk jadi. Untuk memperoleh bahan baku, perusahaan tidak hanya
mengeluarkan biaya sejumlah pembelian bahan baku saja, tapi juga
mengeluarkan biaya-biaya pembelian, pergudangan dan biaya perolehan
lainnya .
Sistem pembelian terdiri dari prosedur-prosedur sebagai berikut :
1. Prosedur permintaan pembelian bahan baku
Jika persediaan bahan baku yang ada di gudanga sudah mencapai
jumlah tingkat minimum pemesanan kembali, bagiana gudang
kemudiana membuata surat permintaaan pembelian untuk dikirimkan
ke bagian pembelian.
2. Prosedur order pembelian
Bagian pembelian melaksanakan pembelian dari bagian gudang.
Bagian pembelian menentukan pemasok yang dianggap mampu
memenuhi kriteria bahan baku yang di-inginkan.
3. Prosedur penerimaan bahan baku
Pemasok mengirimkan bahan baku kepada perusahaan sesuai dengan
surat order yang diterima. Bagian penerimaan bertugas menerima
barang, mencocokkan kualitas, kuantitas, jenis serta spesifikasi bahan
baku yang diterima dari pemasok. Bagian ini membuat laporan
penerimaan barang.
4. Prosedur pencatatan bahan baku di bagian gudang
Bagian penerimaan menyerahkan bahan baku yang diterima dari
pemasok kepada bagian gudang. Bagian gudang menyimpan bahan
baku tersebut dan mencatat jumlah bahan baku yang diterima dalam
kartu stock.

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 16


Menurut Prinsip akuntansi yang lazim, semua biaya yang terjadi untuk
memperoleh bahan baku dan untuk menempatkannya dalam keadaan siap
diolah, merupakan unsur bahan baku yang dibeli. Harga pokok bahan baku
terdiri dari harga beli (harga yang tercantum dalam faktur pembelian)
ditambahkan dengan biaya-biaya pembelian dan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku tersebut dalam keadaan siap
untuk diolah. Harga beli dan biaya angkutan merupakan unsur yang mudah
diperhitungkan sebagai harga pokok bahan baku, sedangkan biaya-biaya
pesan (order Costs), biaya penerimaan, biaya pembongkaran, pemeriksaan,
asuransi pergudangan dan biaya akuntansi bahan baku, merupakan unsur
biaya bahan baku yang dibeli. Apabila di dalam pembelian bahan baku,
pemasok memberikan potongan tunai (Cash discount), maka potongan tunai
ini diperlukan sebagai pengurang terhadap harga pokok bahan baku yang
dibeli.
Apabila biaya angkutan diperlukan sebagai tambahan harga pokok
bahan baku yang dibeli, maka alokasi biaya angkutan kepada masing-masing
bahan baku yang dibeli dapat didasarkan pada :
a. Perbandingan kuantitas Tiap jenis bahan baku yang dibeli.
Pembagian biaya angkutan atas dasar perbandingan kuantitas tiap
jenis bahan baku yang dibeli hanya dapat dilakukan jika bahan baku
tersebut mempunyai satuan ukurannya dapat disamakan.
Misalnya :
Perusahaan membeli 4 macam bahan baku dengan jumlah harga
dalam faktur sebesar $ 1.200. Biaya agkutan yang dibayarkan adalah
sebesar Rp 360.000. Kuantitas bahan baku A = 150 kg, B = 200 kg, C =
300 kg, D= 50 Kg maka alokasi biaya bahan baku adalah sebagai
berikut :
Bahan baku Kg % Alokasi
A 150 25 $ 90
B 120 20 $ 72
C 300 50 $ 180
D 30 5 $ 18
600 100 $ 360

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 17


b. Perbandingan harga faktur tiap jenis bahan baku yang dibeli
Misalnya :
Harga faktur dari masing-masing jenis bahan A = $ 100, B = $ 150, C=
$ 225 dan D = $ 125 maka alokasi biaya angkut adalah sebagai
berikut :
Maka biaya pembagian biaya angkut = $ 360 = 0.3
$ 1.200

Bahan baku Faktur x 0,3 Alokasi


A $ 200 $ 60 $ 260
B $ 300 $ 90 $ 390
C $ 450 $ 135 $ 585
D $ 250 $ 75 $ 325
$1.200 $ 360 $ 1.560
c. Biaya angkutan diperhitungkan dalam harga pokok Bahan baku yang
dibeli berdasarkan Tarif yang ditentukan di muka. Perhitungan tarif
ditentukan dengan menaksir biaya angkutan yang akan dikeluarkan
dalam tahun anggaran tertentu. Taksiran biaya angkutan ini
kemudian dibagi dengan dasar yang akan digunakan untuk
mengalokasikan biaya angkutan tersebut.
d. Biaya angkutan tidak diperhitungkan sebagai tambahan harga pokok
bahan baku yang dibeli, tetapi deiperlakukan sebagai unsur biaya
overhead pabrik.

PENENTUAN HARGA POKOK BAHAN BAKU DIPAKAI PRODUKSI


Karena dalam satu periode akuntansi sering sekali terjadi fluktuasi harga,
maka harga beli bahan baku juga berbeda dari pembelian pertama dengan
pembelian berikutnya, sehingga bahan baku yang ada di gudang mempunyai
harga pokok satuan yang berbeda-beda maka hal tersebut dapat
menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok bahan baku yang
dipakai dalam produksi. Terdapat dua metode pecatatan persediaan bahan
baku yaitu :
a. Metode mutasi persediaan

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 18


Setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu persediaan. Metode ini
cocok digunakan dalam penentuan biaya bahan baku dalam
perusahaan yang harga pokok produksinya dikumpulkan dengan
metode harga pokok pesanan.
b. Metode pesediaan fisik
Hanaya tambahan bahan baku dari pembelian yang dicatat,
sedangkan mutasi berkurangnya bahan baku karena pemakaian tidak
dicatat dalam kartu persediaan. Untuk mengetahui berapa biaya
bahan baku yang dipakai dalam produksi, harus dilakukan dengan
cara menghitung sisa persediaan bahan baku yang masih ada di
gudang pada akhir periode.
Harga pokok persediaan awal bahan baku ditambah dengan harga
pokok bahan baku yang dibeli selama periode dikurangi dengan
harga pokok persediaan bahan baku yang masih ada pada periode
yang bersangkutan.
Metode ini cocok digunakan dalam penentuan biaya bahan baku
dalam perusahaan yang harga pokok produksinya dikumpulkan
dengan metode harga pokok proses.
Dalam penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi
harus mengetahui aliran harga bahan baku yang dipakai dalam produksi
yaitu :
1. Metode identifikasi khusus (Specific Identification Method)
Dalam metode ini, setiap jenis bahan baku yang ada digudang harus
diberi tanda pada harga pokok persatuan pada setiap bahan baku. Tiap-
tiap jenis bahan baku yang ada di gudang, harus jelas identitas bahan
pokoknya, sehingga setiap pemakaian bahan baku dapat diketahui harga
pokok satuannya secara tepat. Metode ini merupakan metode yang
paling teliti dalam penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai
dalam produksi namun metoode ini dianggap kurang praktis karena
dalam penyimpanan bahan baku membutuhkan beberapa tempat yang
terpisah.

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 19


2. Metode masuk pertama keluar pertama ( First-in, First- out) - MPKP
Metode MPKP menentukan biaya bahan baku dengan anggapan bahwa
harga pokok per satuan bahan baku pertama masuk dalam gudang,
digunakan untuk menentukan harga bahan baku yang pertama kali
dipakai. Untuk menentukan biaya bahan baku, anggapan aliran biaya
tidak harus sesuai dengan aliran fisik bahan baku dalam produksi.
Misalnya :
Persediaan bahan baku terdiri dari : 600 kg @ $ 2,4 = $ 1.440
400 kg @ $ 2,5 = $ 1.000
transaksi pembelian dan pemakaian bahan baku selama blan Januari
sebagai berikut :
Tgl Transaksi Kuantitas Harga beli/kg
4/1 Pemakaian 700
10/1 Pembelian 800 $ 2.,7
22/1 Pembelian 200 $ 3
28/1 Pemakaian 600

Jika perusahaan menggunakan metode mutasi persediaan dalam


mencatat persediaannya, pembelian bahan baku tersebut dicatat juga
dalam kartu persediaan (sebagai buku pembantu persediaan) sebagai
berikut :
Tgl keterangan Pembelian Pemakaian Sisa
Kg $ Jml Kg $ JmL Kg $ Jml
1/1 Saldo awal 600 2,4 $ 1.440
400 2,5 $ 1.000
1.000 $ 2.440
4/1 Pemakaian 600 2,4 $ 1.440 300 2,5 $ 750
100 2,5 $ 250
700 $ 1.690
10/1 Pembelian 800 2,7 $ 2.160 300 2,5 $ 750
800 2,7 $ 2.160
1.100 $ 2.910
22/1 Pembelian 100 3 $ 300 300 2,5 $ 750
800 2,7 $ 2.160
100 3 $ 300
1.200 $ 3.210
28/1 Pemakaian 300 2,5 $ 750 500 2,7 $ 1.350
300 2.7 $ 810 100 3 $ 300
600 $ 1.560 600 $ 1.650
Jml pembelian 900 kg $ 2.760
Jml pemakaian 1.300 kg $ 3.250
Sisa akhir 600 kg $ 1.650

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 20


Jika perusahaan menggunakan metode persediaan fisik dalam
pencatatan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksinya maka
terdapat perhitungan sebagai berikut :
Persediaan awal 1.000 kg $ 2.440
Pembelian 900 kg $ 2.460
Jumlah bahan baku yang tersedia untuk diolah $ 4.900
Persediaan akhir (dengan MPKP)
500 @ $ 2,7 $ 1.350
100 @ $ 3 $ 300
($ 1.650)
Biaya bahan baku bulan januari $ 3.250

3. Metode masuk terakhir keluar pertama (Last-in, First-Out) MTKP


Metode MTKP menentukan biaya bahan baku dengan anggapan bahwa
harga pokok per satuan bahan baku yang terakhir masuk dalam gudang,
digunakan untuk menentukan harga bahan baku yang pertama kali
dipakai.
Maka apabila menggunakan metode mutasi persediaan dari contoh
diatas dapat dibuat kartu persediaan sebagai berikut :
Tgl keterangan Pembelian Pemakaian Sisa
Kg Rp Jml Kg Rp JmL Kg Rp Jml
1/1 Saldo awal 600 2,4 $ 1.440
400 2,5 $ 1.000
1.000 $ 2.440
4/1 Pemakaian 400 2,5 $ 1.000 300 2,4 $ 720
300 2,4 $ 720
700 $ 1.720
10/1 Pembelian 800 2,7 $ 2.160 300 2,4 $ 720
800 2,7 $ 2.160
1.100 $ 2.880
22/1 Pembelian 100 3 $ 300 300 2,4 $ 720
800 2,7 $ 2.160
100 3 $ 300
1.200 $ 3.180
28/1 Pemakaian 100 3 $ 300 300 2,4 $ 720
500 2.7 $ 1.350 300 2,7 $ 810
600 $ 1.650 600 $ 1.530
Jml pembelian 900 $ 2.460
Jml pemakaian 1.300 $ 3.370
Sisa akhir 600 $ 1.530

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 21


Jika perusahaan menggunakan metode persediaan fisik dalam
pencatatan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksinya maka
terdapat perhitungan sebagai berikut :
Persediaan awal 1.000 kg $ 2.440
Pembelian 900 kg $ 2.460
Jumlah bahan baku yang tersedia untuk diolah $ 4.900
Persediaan akhir (dengan MPKP)
300 @ $ 2,4 $ 1.350
300 @ $ 2,7 $ 810
($ 1.530)
Biaya bahan baku bulan januari $ 3.370

4. Metode rata-rata bergerak ( average )


Dalam metode ini persediaan bahan baku yang ada di gudang dihitung
harga pokok rata-ratanya, dengan cara membagi total harga pokok
dengan jumlah satuannya. Setiap kali terjadi pembelian yang harga
pokok satuannya berbeda dengan harga pokok rata-rata per satuan yang
ada di gudang, harus dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata per
satuan yang baru. Maka apabila menggunakan metode mutasi
persediaan dari contoh diatas dapat dibuat kartu persediaan sebagai
berikut :
Tgl keterangan Pembelian Pemakaian Sisa
Kg Rp Jml Kg Rp JmL Kg Rp Jml
1/1 Saldo awal 600 2,4 $ 1.440
400 2,50 $ 1.000
1.000 2,44 $ 2.440
4/1 Pemakaian 700 2,44 $ 1.720 300 2,44 $ 720

10/1 Pembelian 800 2,7 $ 2.160 300 2,44 $ 720


800 2,70 $ 2.160
1.100 2,62 $ 2.880
22/1 Pembelian 100 3 $ 300 1.100 2,62 $ 2.880
100 3,00 $ 300
1.200 2,65 $ 3.180
28/1 Pemakaian 600 2,65 $ 1.650 600 2,65 $ 1.590

Jml pembelian 900 $ 2.460


Jml pemakaian 1.300 $ 3.370
Sisa akhir 600 $ 1.590

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 22


Jika perusahaan menggunakan metode persediaan fisik dalam
pencatatan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksinya maka
terdapat perhitungan sebagai berikut :
Persediaan awal 1.000 kg $ 2.440
Pembelian 900 kg $ 2.460
Jumlah bahan baku yang tersedia untuk diolah $ 4.900
Persediaan akhir (dengan Rata-rata)
600 @ $ 2,65 ($ 1.590)
Biaya bahan baku bulan januari $ 3.370

MASALAH - MASALAH KHUSUS BAHAN BAKU


Dalam bagian in diuraikan akuntansi baiaya bahan baku, jika terjadi
sisa bahan (scrap materials), produk cacat (defectif goods) dan produk rusak
(spoiled goods).
a. Sisa Bahan (Scrap materials)
Di dalam proses produksi, tidsak semua bahan baku dapat menjadi
bagian produk jadi. Bahan yang mengalami kerusakan di dalam proses
pengerjaannya disebut sisa bahan. Perlakuan terhadap sisa bahan
tergantung pada harga jual sisa bahan tersebut. Apabila harga jual rendah
maka dicatat sampai saat pejualannya. Tetapi jika harga jual sisa bahan
tinggi, perlu dicatat jumlah dan harga jual sisa bahan tersebut dalam kartu
persediaan pada saat sisa bahan diserahkan ke gudang.
Apabila dalam proses produksi terdapat sisa bahan, masalah yang timbul
adalah bagaimana memperlakukan hasil penjualan sisa bahan tersebut
yaitu dengan :
1. Pengurang biaya bahan baku yang dipakai dalam pesanan yang
menghasilkan sisa bahan tersebut.
Kas/piutang xx
BDP-BBB xx

2. Pengurang terhadap biaya overhead pabrik yang sesungguhnya


terjadi.
Kas/piutang xx
BOP sesungguhnya xx

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 23


3. Penghasilan di luar usaha
Kas/piutang xx
Hasil penjualan sisa bahan xx

b. Produk cacat (Defectif goods)


Produk cacat adalah produk yang tidak memnuhi standar mutu yang
telah ditentukan tetapi dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali
untuk memperbaikinya. Produk tersebut secara ekonomis dapat
disempurnakan lagi menjadi produk jadi yang baik. Masalah yang timbul
adalah bagaimana memperlakukan biaya tambahan untuk mengerjakan
kembali produk cacat tersebut.
Apabila produk cacat bukan merupakan hal yang biasa terjadi dalam
proses produksi, tetapi karena karakteristik pengerjaan pesanan tertentu,
maka biaya pengerjaan kembali produk cacat dapat dibebankan sebagai
tambahan biaya produksi pesanan yang bersangkutan.
Misalnya
PT. KAYU menerima pesanan 100 satuan produk x Biaya produksi yang
dikeluarkan untuk mengolah produk tersebut adalah : BBB $ 40, BTK
langsung $ 25 dan BOP dibebankan atas dasar tarif sebesar 200 % dari
BTK langsung. Setelah pengolahan 100 satuan produk selesai, ternyata
terdapat 10 satuan produk cacat yang secara ekonomis masih dapat
diperbaiki lagi. Biaya pengerjaan 10 satuan produk cacat tersebut terdiri
dari BTK langsung $ 5 Dan BOP pada tarif yang biasa dipakai.
Maka jurnalnya adalah sebagai berikut :
1. Mencatat biaya produsi 100 satuan produk
BDP BBB $ 40
BDP BTK- langsung $ 25
BDP BOP $ 5
Persediaan Bahan baku $ 40
Gaji dan upah $ 25
BOP yang dibebankan $ 5

2. Mencatat biaya pengerjaan kembali produk cacat jika biaya tersebut


dibebankan sebagai tambahan biaya produksi pesanan yang
bersangkutan.

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 24


BDP BTK $ 5
BDP BOP $ 10
Gaji dan upah $ 5
BOP yang dibebankan $ 10

3. Mencatat harga pokok produk selesai.


Persediaan produk jadi $ 115
BDP BBB $ 40
BDP BTK langsung $ 25
BDP BOP $ 50

Apabila produk cacat merupakan hal yang biasa terjadi dalam proses
produksi, maka biaya pengerjaan kembali dapat dibebankan kepada
seluruh produksi dengan cara memperhitungkan biaya pengerjaan
kembali tersebut ke dalam tarif BOP.
Misalnya dari soal diatas biaya pengerjaan dibebankan kepada produk
secara keseluruhan. Maka jurnalnya adalah sebagai berikut :
1. Mencatat biaya pengerjaan kembali produk cacat jika biaya tersebut
dibebankan kepada produk secara keseluruhan.
BOP sesungguhnya $ 15
Gaji dan upah $ 5
BOP yang dibebankan $ 10

2. Mencatat harga pokok produk selesai.


Persediaan produk jadi $ 130
BDP BBB $ 40
BDP BTK langsung $ 30
BDP BOP $ 60

c. Produk rusak (Spoiled goods).


Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang
telah ditetapkan yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi
produk yang baik. Produk rusak merupakan produk yang teah menyerap
biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Perlakuan produk rusak adalah tergantung dari sifat an sebab terjadinya :
1. Jika produk rusak terjadi karena sulitnya mengerjakan pesanan
tertentu atau faktor luar biasa yang lain, maka harga pokok produk

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 25


rusak dibebankan sebagai tambahan harga pokok produk yang baik
dalam pesanan yang bersangkutan. Jika produk rusak tersebut masih
laku dijual, maka hasil penjualannya diperlakukan sebagai pengurang
biaya produksi pesanan yang menghasilkan produk rusak tersebut.
Misalnya : untuk memenuhi pesanan 1000 buah, perusahaan
memproduksi 1100 buah dengan biaya produksi : BBB $ 75, BTK
langsung $ 175 dan BOP dibebankan berdasarkan tarif sebesar 150 %
dari BTK langsung. Pada saat pesanan tersebut dibuat ternyata
terdapat 100 satuan produk yang rusak yang secara ekonomis tidak
dapat diperbaiki. Produk rusak tersebut diperkirakan laku dijual $
0,35 per satuan. Seandainya produk tidak ada yang rusak , maka
harga pokok produk adalah $ 5.125 : 1.100 = $ 4,66. Harga pokok
produk karena ada 100 produk rusak Rp 5.125 : 1.000 = $ 5,125.
Mencatat nilai jual produk rusak dikurangkan dari biaya produksi
pesanan yang bersangkutan.
Biaya Biaya produksi Biaya per satuan HPP rusak
(1.100 ) (100)
Bahan baku $ 75 $ 68 $ 6,8
Tenaga kerja $ 175 $ 159 $ 15,9
Overhead Pabrik $ 262,5 $ 239 $ 23,9
$ 512,5 $ 466 $ 46,6

Nilai jual produk rusak = $ 0, 35 x 100 = $ 35


Harga pokok produk rusak $ 46,6
Kerugian produk rusak $ 11,6
Jurnal pencatatan produk rusak dan kerugiannya adalah sebagai
berikut :
Persediaan produk rusak $ 35
BOP sesungguhnya $ 11,6
BDP BBB $ 6,8
BDP BTK $ 15,9
BDP BOP $ 23,9

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 26


Jurnal pencatatan produk jadi adalah:
Persediaan produk jadi $ 466
BDP BBB $ 68
BDP BTK $ 159
BDP BOP $ 348

2. Jika produk rusak merupakan hal yang normal terjadi dalam proses
pengolahan produk, maka kerugian yang timbul sebagai akibat
terjadinya produk rusak dibebankan kepada produksi secara
keseluruhan, dengan cara memperhitungkan kerugian tersebut di
dalam tarif BOP.
Mencatat nilai jual produk rusak dikurangkan dari biaya produksi
pesanan yang bersangkutan.
Nilai jual produk rusak = $ 0, 35 x 100 = $ 35

Nilai jual produk rusak $ 35


= = 75 %
Harga pokok produk rusak $ 46,6

Pembagian nilai jual produk rusak :


BDP – BBB 75 % x $ 6,8 = $ 5,1
BDP – BTK L 75 % x $ 15,9 = $ 11,925
BDP – BOP 75 % x $ 23,9 = $ 17,925

Jurnal pencatatan produk rusak adalah:


Persediaan produk rusak $ 34,95
BDP – BBB $ 5,1
BDP – BTK L $ 11,925
BDP – BOP $ 17,925

HP produk jadi $ 512,500 – $ 35 = Rp 477,5


BBB 75 – 5,1 =$ 69,9
BTK 175 – 11,925 = $ 163,075
BOP 262,5 – 17,925 = $ 244,.575

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 27


Jurnal pencatatan produk jadi adalah:
Persediaan produk jadi $ 477.500
BDP BBB $ 69.900
BDP BTK $ 163.075
BDP BOP $ 244.575

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 28


BAB 3
BIAYA TENAGA KERJA

Biaya tenaga kerja merupakan salah satu biaya konversi, disamping


BOP yang merupakan salah satu biaya untuki mengubah bahan baku menjadi
produk jadi.
Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan
untuk mengolaha produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan
unutk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut.
Penggolongan kegiatan dan biaya tenaga kerja pada perusahaan dapat
dilakukan sebagai berikut :
1. Penggolongan menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan.
Organisasi dalam perusahaan manufaktur dibagi kedalam tiga fungsi
pokok yaitu produksi, pemasaran dan administrasi. Oleh karena itu
biaya tenaga kerja digolongkan menjadi biaya tenaga kerja produksi,
biaya tenaga kerja pemasaran dan tenaga kerja administrasi dan umum.
2. Penggolongan menurut kegiatan departemen-departemen dalam
perusahaan.
Misalnya departemen produksi suatu perusahaan cat terdiri dari tiga
departemen yaitu bagian cairan, bagian warna dan bagian pengemasan.
Begitu pula bagian administrasi terbagi menjadi bagian akuntansi dan
bagian keuangan. Penggolongan semacam ini dilakukan untuk
memudahkan pengendalian terhadap biaya tenaga kerja yang dalam tiap
departemen yang dibentuk perusahaan.
3. Penggolongan menurut jenis pekerjaan.
Dalam suatu departemen produksi, tenaga kerja digolongkan menurut
sifat pekerjaanya, misalnya operator, mandor dan penyelia. Dengan
demikian biaya tenaga kerjanya.
4. Penggolongan menurut hubungannya dengan produk.
Dalam hubungannya dengan produk, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga
kerja langsung dan tenaga kerja tak langsung. Dimana tenaga kerja

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 29


langsung adalah semua karyawan yang secara langsung ikut serta
memproduksi produk jadi. Biaya tenaga kerja langsung diperhitungkan
sebagai unsur biaya produksi. Sedangkan untuk upah tenaga kerja tak
langsung dibebankan kepada produk secara tidak langsung tetapi
melalui tarif BOP yang ditentukan di muka.

AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA


Ada berbagi macam cara perhitungan upah karyawan dalam
perusahaan. Salah satu cara adalah dengan mengalikan tarif upah dengan jam
kerja karyawan. Dengan demikian untuk menentukan upah seorang
karyawan perlu dikumpulkan data jumlah jam kerjanya selama periode
waktu tertentu. Untuk perusahaan yang menggunakan metode harga pokok
pesanan, dokumen yang digunakan sebagai dasar untuk mengumpulkan
waktu kerja karyawan adalah waktu hadir (untuk mencatat jam kehadiran)
dan kartu jam kerja (untuk mencatat pemakaian waktu hadir karyawan
pabrik dalam mengerjakan berbagai pekerjaan produksi). Akuntansi biaya
gaji dan upah dilakukan dalam empat tahap pencatatan berikut :
Misalnya perusahaan UKIR memperkerjakan 2 Orang karyawan yaitu Ali dan
Badu. Berdasarkan kartu hadir minggu pertama bulan september 2005, bagian
pembuat daftar gaji dan upah membuat daftar gaji dan upah untuk periode
yang bersangkutan. Menurut kartu hadir, karyawan Ali bekerja selama 40 jam
dengan upah per jam Rp 1.000, sedangkan karyawan Badu selama periode
yang sama bekerja selam 40 jam dengan tarif upah Rp 750 per jam. Menurut
kartu jam kerja, penggunaan jam hadir tiap karyawan adalah sebagai berikut :
Penggunaan waktu kerja Ali Badu
Untuk pesanan 110 15 jam 20 jam
Untuk pesanan 115 20 jam 10 jam
Untuk menunggu persiapan pekerjaan 5 jam 10 jam
Maka distribusi upah tenaga kerja langsung adalah :
Distribusi Biaya tenaga kerja Ali Badu
Dibebankan biaya tenaga kerja langsung :
Pesanan 110 Rp 15.000 Rp 15.000

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 30


Pesanan 115 Rp 20.000 Rp 7.500
Dibebankan sebagai BOP Rp 5.000 Rp 7.500
Jumlah upah minggu I bulan september 2005 Rp 40.000 Rp 30.000
Pph yang dipotong perusahaan 15 % Rp 6.000 Rp 4.500
Jumlah upah bersih yang diterima karyawan Rp 34.000 Rp 25.500

Akuntansi biaya gaji dan upah atas dasar diatas dilakukan sebagai berikut :
Tahap 1 : Jurnal distribusi gaji dan upah
BDP BTK Rp 57.500
BOP Rp 12.500
Gaji dan upah Rp 70.000
Tahap 2 : Jurnal untuk membuat bukti kas keluar.
Gaji dan upah Rp 70.000
Utang Pph karyawan Rp 10.500
Utang gaji dan upah Rp 59.500
Tahap 3 : Jurnal pembayaran Gaji dan upah
Utang Gaji dan upah Rp 59.500
Kas Rp 59.500
Tahap 4 : Jurnal pembayaran Pph ke kas negara
Utang Pph karyawan Rp 10.500
Kas Rp 10.500

Insentif
Dalam hubungannya dengan gaji dan upah, perusahaan memberikan
insentif kepada karyawan agar dapat bekerja lebih baik. Insentif dapat
didasarkan atas waktu kerja, hasil yang diproduksi atau kombinasi antara
keduanya. Ada beberapa cara pemberian insentif seperti :

1. Insentif satuan dengan jam minimum


Karyawan dibayar atas dasar tarif per jam untuk menghasilkan
jumlah satuan keluaran (ouput) standar. Untuk hasil produksi yang

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 31


melebihi jumlah jam standar tersebut karyawan menerima jumlah
upah tambahan sebesar jumlah kelebihan satuan keluaran di atas
standar kali tarif upah per satuan. Tarif upah per satuan dihitung
dengan cara membagi upah standar per jam dengan satuan keluaran
standar per jam.
Misalnya menurut pengamatan langsung dibutuhkan waktu 5 menit
untuk menghasilkan sebuah produk, maka jumlah keluaran standar
per jam adalah 12 produk. Jika upah pokok sebesar Rp 600 per jam,
maka tarif upah per satuan adalah (Rp 600 : 12) Rp 50. Karyawan
yang tidak dapat menghasilkan jumlah standar per jam, tetap dijamin
mendapatkan upah Rp 600 per jam. Tetapi bila ia dapat
menghasilkan 14 satuan per jam maka upahnya menjadi :
Upah dasar per jam Rp 600
Insentif 2 x Rp 50 Rp 100
Upah yang diterima pekerja per jam Rp 700
2. Taylor diffential piece rate plan
Cara pemberian insentif ini adalah semacam metode diatas yang
menggunakan tarif tiap potong untuk jumlah keluaran rendah per
jam dan tarif tiap potong yang lain untuk jumlah keluaran tinggi per
jam.
Misalnya karyawan yang menerima upah Rp 4.200 per hari (untuk 7
jam kerja), dimana rata-rata menghasilkan 12 satuan per jam sehingga
upah per satuan Rp 50. Perusahaan menetapkan tarif upah Rp 45 per
satuan untuk karyawan yang menghasilkan 12 satuan per jam atau
kurang, dan Rp 65 per satuan untuk karyawan yang menghasilkan
produk lebih dari 12 satuan. maka apabila karyawan menghasilkan 16
satuan maka upah per jam karyawan dihitung sebagai berikut ; Rp 65
x 16 = Rp 1.040 per jam. Sedangkan bila karyawan menghasilkan 12
satuan per jam maka upah per jam dihitung RP 45 x 12 = Rp 540.
Premi lembur

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 32


Dalam perusahaan, jika karyawan bekerja lebih dari 40 jam satu
minggu, maka mereka berhak menerima uang lembur dan premi lembur,
misalnya dalam satu minggu seorang karyawan bekerja selama 44 jam
dengan tarif upah ( dalam jam kerja biasa maupun lembur) Rp 600 per jam
Premi lembur dihitung sebesar 50 % dari upah. Upah karyawan dihitung
sebagai berikut :
Jam biasa 40 x Rp 600 Rp 24.000
Lembur 4 x Rp 600 Rp 2.400
Premi lembur 4 x Rp 300 Rp 1.200
Jumlah upah karyawan 1 minggu Rp 27.500

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 33


BAB 4
BIAYA OVERHEAD PABRIK

Untuk penentuan harga pokok produk pada metode harga pokok


pesanan biaya overhead pabrik harus dibebankan kepada setiap pesanan atas
dasar tarif yang ditentukan di muka, begitu pula pada metode harga pokok
pesanan dalam keadaan atau kondisi tertentu diperlukan pula tarif biaya
ovehead pabrik untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk.
Manfaat tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan dimuka dapat
memberikan manfaat kepada manajemen sebagai berikut :
1. Dapat dipakai sebagai alat untuk membebankan BOP kepada produk
dengan teliti, adil dan cepat dalam rangka menghitung harga pokok
produk.
2. Dapat dipakai sebagai alat untuk mengadakan perencanaan terhadap
BOP, khususnya apabila tarif biaya overhead pabrik dipisahkan ke
dalam tarif tetap dan tarif variabel.
3. Dapat dipakai sebagai alat pengambilan keputusan terutama dalam
rangka menyajikan informasi biaya relevan.
4. Dapat dipakai sebagai alat pengendalian biaya overhead pabrik, untuk
itu tarif biaya overhead pabrik harus dikelompokkan ke dalam tarif
tetap dan tarif variabel.

Untuk menentukan tarif biaya overhead pabrik maka untuk dapat


menentukan tarif harus dipisahkan antara biaya tetap dan biaya variabel
dengan cara :
1. Metode titik tertinggi dan titik terendah
2. Metode biaya bersiap
3. Metode grafik statistik
4. Metode metode kuadrat terkecil untuk beberapa variabel bebas
5. Analisa hubungan statistika

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 34


Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan Tarif BOP yang
dapat dipakai sebagai dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada
produk adalah sebagai berikut :
1. Pemilihan dasar pembebanan biaya overhead pada produk, misalnya:
a. Satuan produksi
Tarif BOP yang didasarkan pada satuan produksi dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
BBOP
T=
BP

T = Tarif BOP
BBOP = Budget BOP dalam periode tertentu
BP = Budget produksi dalam periode yang bersangkutan

Misalnya : perusahaan ingin menentukan tarif BOP, Budget BOP


sebesar Rp 300.000, Budget produksi 10.000 buah, maka tarif biaya
BOP adalah : Rp 300.000 = Rp 30 Per buah
10.000

Apabila dalam bulan januari diproduksi sebanyak 800 buah produk


maka BOP yang dibebankan sebesar = 800 x Rp 30 = Rp 24.000
b. Biaya bahan baku
Tarif BOP yang didasarkan pada Biaya bahan baku dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
BBOP
T= x 100 %
BBBB

T = Tarif BOP
BBOP = Budget BOP dalam periode tertentu
BBBB = Budget biaya bahan baku periode yang bersangkutan

Misalnya : perusahaan ingin menentukan tarif BOP, Budget BOP


sebesar Rp 300.000, Budget biaya bahan baku Rp 500.000, maka tarif
biaya BOP adalah : Rp 300.000 x 100 %= 60 % dari BBB
Rp 500.000

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 35


Apabila dalam bulan januari diproduksi sebanyak 800 buah produk
maka BOP yang dibebankan sebesar = Rp 20.000 x 60% = Rp 12.000
c. Biaya tenaga kerja langsung
Tarif BOP yang didasarkan Biaya tenaga kerja langsung pada
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
BBOP
T= x 100 %
BTKL

T = Tarif BOP
BBOP = Budget BOP dalam periode tertentu
BTKL = Budget biaya tenaga kerja langsung periode yang
bersangkutan

Misalnya : perusahaan ingin menentukan tarif BOP, Budget BOP


sebesar Rp 300.000, Budget biaya tenaga kerja Rp 400.000, maka tarif
biaya BOP adalah : Rp 300.000 x 100 %= 75 % dari BTK
Rp 400.000

d. Jam kerja langsung


Tarif BOP yang didasarkan jam kerja langsung pada dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
BBOP
T= x 100 %
BJKL

T = Tarif BOP
BBOP = Budget BOP dalam periode tertentu
BJKL = Budget jam kerja langsung periode yang bersangkutan

Misalnya : perusahaan ingin menentukan tarif BOP, Budget BOP


sebesar Rp 300.000, Budget jam tenaga kerja langsung Rp 40.000 jam,
maka tarif biaya BOP adalah :
Rp 300.000 = Rp 75 dari jam kerja langsung
Rp 40.000
e. Jam mesin

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 36


Tarif BOP yang didasarkan jam mesin pada dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
BBOP
T=
BJM

T = Tarif BOP
BBOP = Budget BOP dalam periode tertentu
BTKL = Budget jam Mesin yang bersangkutan

Misalnya : perusahaan ingin menentukan tarif BOP, Budget BOP


sebesar Rp 300.000, Budget jam mesin 30.000 jam, maka
tarif biaya BOP adalah : Rp 300.000 = Rp 10 dari jam mesin
Rp 30.000

2. Tingkat aktivitas atau kegiatan yang dipakai untuk menentukan tarif


BOP, meliputi :
a. Kapasitas teoritis adalah kapasitas pabrik atau suatu departemen
untuk menghasilkan produk pada kecepatan penuh tanpa berhenti
selama jangka waktu tertentu.
b. Kapasitas praktis adalah kapasitas teoritis dikurangi dengan
kerugian-kerugian waktu yang tidak dapat dihindari karena
hambatan-hambatan intern perusahaan.
c. Kapasitas normal adalah kemampuan perusahaan untuk
memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang.
d. Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan adalah kapasitas
sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat dicapai dalam tahun
akan datang. Cara menentukan besarnya kapasitas yaitu didasarkan
pada taksiran jumlah produksi sesungguhya yang diharapkan terjadi
untuk periode tahun yang akan datang.
KSD = { BPj + (BP2 – BP1 ) } K
KSD = kapasitas sesungguhnya yang diharpkan
BPJ = Budget atau ramalan penjualan periode yang akan datang
BP1 = Budget persediaan produk awal periode
BP2 = Budget persediaan produk akhir periode

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 37


K = Kapasitas yang diperlukan untuk mengolah satu satuan produk,
misalnya dalam bentuk jam kerja langsung atau jam mesin atau
dasar lainnya.
3. Diikutsertakan atau tidaknya elemen BOP tetap dalam perhitungan tarif,
dapat dipakai konsep penentuan harga pokok, yaitu :
a. Harga pokok penuh atau diserap
Pada metode ini semua elemen biaya produksi, baik elemen biaya
tetap maupun elemen biaya variabel diperhitungkan ke dalam harga
pokok produk.
BBOPV + BBOPT
T=
BK

T = Tarif BOP
BBOPV = Budget BOP variabel
BBOPT = Budget BOP tetap
BK = Budget kapasitas
b. Harga pokok variabel atau langsung
Pada metode ini elemen biaya produksi hanya yang bersifat variabel
diperhitungkan ke dalam harga pokok produk. Sedangkan biaya
produksi tetap diperlakukan sebagai biaya waktu (period cost) yang
langsung dimasukkan ke dalam rekening rugi laba.
BBOPV
T=
BK

T = Tarif BOP
BBOPV = Budget BOP variabel
BBOPT = Budget BOP tetap
BK = Budget kapasitas
4. Penggunaan satu tarif atau beberapa tarif di dalam pabrik
a. Satu tarif untuk seluruh pabrik
Langkah-langkah penentuan dan penggunaan satu tarif untuk
seluruh pabrik adalah :

1. Penentuan besarnya tarif BOP

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 38


Dalam penentuan tarif BOP meliputi langkah-langkah sebagai
berikut :

a. Penetuan budget anggaran BOP


b. Penentuan dasar pembebanan dan tingkat kapasitas
c. Perhitungan tarif BOP
Contoh perhitungan tarif BOP pada perusahaan menggunakan
dasar pembebanan tarif atas dasar jam kerja langsung dengan
kapasitas normal 10.000 jam.
PT X
Budget dan perhitungan BOP tahun xx
Kapaitas normal 10.000 JKL
Biaya Biaya Biaya Total Tarif Tarif Tarif
Variabel Tetap Biaya Variabel Tetap Total
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Bahan penolong 80.000 - 80.000 8 - 8
TK tak langsung 70.000 30.000 100.000 7 7 10
Penyusutan - 50.000 50.000 - 5 5
aktiva tetap

Reparasi dan 25.000 10.000 35.000 2,5 1 3,5


pemeliharaan

Bahan bakar dan 20.000 5.000 25.000 2 0,5 2,5


listrik

Asuransi - 5.000 5.000 - 0,5 0,5


Lain-lain 5.000 - 5.000 0,5 - 0,5

200.000 100.000 300.000 20/ 10/ Rp 30


JKL JKL per JKL
KN = Kapasitas normal
2. Pembebanan BOP kepada produk atau pesanan
Produk atau pesanan yang diolah dibebani BOP sebesar kapasitas
yang diserap oleh produk atau pesanan dikalikan dengan tarif
BOP yang ditentukan dimuka, secara matematis dapat dinyatakan
dengan rumus.
BOPB = KS x T
Dimana BOPB = BOP dibebankan

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 39


KS = Kapasitas sesungguhnya
T = Tarif BOP
Misalnya perusahan mempunyai kapasitas sesungguhnya sebesar
9.800 jam kerja langsung, maka rekapitulasi pembebanan Bop
adalah 9.800 jam x Rp 30 = Rp 294.000
Jurnal pembebanannya adalah :
BDP – BOP Rp 294.000
BOP dibebankan Rp 294.000
3. Pengumpulan BOP yang sesungguhnya
BOP sesungguhnya yang terjadi dalam periode penggunaan tarif
akan ditampung didalam rekening BOP sesungguhnya dengan
mendebit rekening tersebut setiap kali terjadiBOP dan mengredit
rekening yang menimbulkan biaya.
PT . X
BOP sesungguhnya tahun xx

Elemen Biaya Jumlah


Bahan penolong Rp 88.200
Tenaga kerja tidak langsung Rp 93.500
Penyusutan aktiva tetap Rp 50.000
Reparasi dan pemeliharaan Rp 26.000
Bahan bakar dan listrik Rp 24.600
Asuransi Rp 5.000
Lain-lain Rp 5.700
Total Rp 293.000
Jurnal untuk mencatat BOP sesungguhnya adalah :
BOP sesunggunya Rp 293.000
Berbagai rekening yang dikredit Rp 293.000
4. Perhitungan, analisa dan perlakuan selisih BOP
Perhitungan selisih BOP
Setelah pada akhir periode diketahui besarnya BOP sesungguhnya
dengan BOP dibebankan, apabila biaya sesungguhnya lebih besar
dibanding biaya dibebankan disebut selisih BOP dibebankan lebih

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 40


kecil atau disebut underapplied factory overhead yang sifatnya
tidak menguntungkan atau rugi, sebaliknya apabila biaya
sesungguhnya lebih kecil dibanding biaya dibebankan disebut
selisih BOP dibebankan lebih besar atau disebut overapplied
factory overhead yang sifatnya menguntungkan atau laba.
Pada perusahaan X besarnya selisih Bop dapat dihitung sebagai
berikut :
PT X
Perhitungan selisih Bop Tahun xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp 293.000
Biaya overhead pabrik dibebankan
9.800 x Rp 30 Rp 294.000
Selisih BOP dibebankan (laba) Rp 1.000

Jurnal menutup rekening BOP dibebankan ke rekening BOP


sesunggunya :
BOP dibebankan Rp 294.000
BOP sesungguhnya Rp 294.000
Jurnal yang dibuat atas selisih yang terjadi
BOP sesungguhnya Rp 1.000
Selisih BOP Rp 1.000
Analisa Selisih BOP
a. Selisih anggaran
Atau disebut juga selisih budget yaitu perbedaan antara BOP
sesungguhnya dibandingkan dengan budget BOP pada
kapasitas sesungguhnya. Selisih ini berhubungan denga BOP
variabel, sebab BOP tetap pada umumnya tidak berubah dari
yang dibudgetkan.
Selisih anggaran dapat dihitung sebagai berikut :
SA = BOP s – FBKS atau
SA = BOP s – [BTB + (KS x TV)]
BOP s – [(KN xTT) + (KS x TV)] atau

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 41


SA = [BOP s – (KN xTT) ] - (KS x TV)

Dimana :
SA = Selisih anggaran
FBKS =Fleksibel Budget BOP pada kapasitas sesungguhnya
BTB = BOP tetap yang dibudgetkan
TV = Tarif BOP variabel
KN = Kapasitas normal
KS = Kapasitas sesungguhnya
TT = Tarif BOP tetap

Selisih anggaran pada PT.X adalah :


SA = Rp 293.000 – [(10.000 x Rp 10) + (9.800 x Rp 20)]
= Rp 293.000 – Rp 296.000 = Rp 3.000 laba
Atau
SA = [Rp 293.000 – [(10.000 x Rp 10)] + (9.800 x Rp 20)
= Rp 193.000 – Rp 196.000 = Rp 3.000 laba
Atau
BOP sesungguhnya Rp 293.000
Budget fleksibel kapasitas sesungguhnya
Tetap = Rp 10.000 x Rp 10 = Rp 100.000
Variabel = Rp 9.800 x Rp 20 = Rp 196.000
Rp 296.000
Selisih anggaran (Laba) Rp 3.000
b. Selisih kapasitas
Sering juga disebut kapasitas menganggur karena umumnya
sebagian kapasitas yang ada tidak dapat digunakan secara
penuh meskipun pada suatu periode mungkin terjadi kapasitas
terlampaui (Over capacity). Cara menghitung selisih kapasitas
adalah ;
SK = FBKS - BOPB Atau
SK = [(KN x TT) + (KS x TV)] – (KS x T)
= [(KN x TT) + (KS x TV)] – [(KS x TT) + (KSxTV)]
= (KN x TT) – (KS x TT)
SK = (KN - KS) TT

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 42


Dari data perusahaan X maka selisih kapasitas adalah sebagai
berikut :
SK = [ (10.000 x Rp 10) + (9.800 x Rp 20) ] –(9.800 x Rp 30) =
Rp 2.000 Rugi
Atau
SK = (10.000 – 9.800) Rp 10 = Rp 2.000 Rugi
Atau
Budget fleksibel pada kapasitas sesungguhnya Rp 296.000
BOP dibebankan 9.800 x Rp 30 Ro 294.000
Selisih kapasitas (Rugi) Rp 2.000

Dalam menganalisa selisih BOP tersebut dapat dianalisa sbb :


PT . X
Analisa selisih BOP tiap elemen biaya tahun xx

Elemen BOP se- Total KSxTV FBKS KS x T Selisih Selisih Total


biaya sungguh BOP BOP di Anggar Kapasi selisih
nya Tetap bebankan an tas
Bahan 88.200 - 78.400 78.400 78.400 9.800(R) - 9.800 (R)
penolong

TK tak 93.500 30.000 68.600 98.600 98.000 5.100(L) 600(R) 4.500 (L)
langsung
50.000 50.000 - 50.000 49.000 - 1.000(R) 1.000(R)
Penyusutan
aktiva tetap
26.000 10.000 24.500 34.500 34.300 8.500(L) 200(R) 8.300(L)
Reparasi dan
pemeliharaan
24.600 5.000 19.600 24.600 24.500 - 100(R) 100 (R)
Bahan bakar
dan listrik
5.000 5.000 - 5.000 4.900 - 100 (R) 100 (R)
Asuransi
5.700 - 4.900 4.900 4.900 800(R) - 800(R)
Lain-lain
293.000 100.000 196.000 296.000 294.000 3.000(L) 2.000(R) 1.000(L)

DEPARTEMENTALISASI BIAYA OVERHEAD PABRIK


Departemenisasi BOP , tari BOP dihitung untuk setiap departemen
produksi dengan dasar pembebanan yang berbeda diantara departemen-
departemen produksi yang ada. Oleh karena itu departementalisasi BOP
memerlukan pembagian perusahaan ke dalam departemen-departemen

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 43


untuk memudahkan pengumpulan BOP yang terjadi.Departemen ini
merupakan pusat-pusat biaya yang merupakan tempat dibandungkan biaya
dengan prestasi yang dihasilkan oleh departemen tersebut.
Departementalisasi Bop bermanfaat untuk pengendalian biaya dan ketelitian
penentuan harga pokok produk. Pengendalian BOP dapat lebih mudah
dilakukan dengan cara menghubungkan biaya dengan pusat terjadinya.
Sehingga dengan demikian akan memperjelas tanggungjawab setiap biaya
yang terjadi dalam departemen tertentu. Dengan digunakannya tarif BOP yng
berbeda-beda untuk tiap departemen, maka pesanan atau produk yang
melewati suatu departemen produksi akan dibebani dengan BOP sesuai
dengan tarif departemen yang bersangkutan. Hal ini dapat sangat membantu
ketelitian penentuan harga pokok produk.
Langkah-langkah penentuan tarif BOP per departemen
1. Penyusunan anggaran BOP per departemen
Jika produk diolah melalui beberapa tahap proses produksi, biasanya
membentuk lebih dari satu departemen produksi dan lebih dari satu
departemen pembatu. Penyusunan anggaran per departemen dibagi
menjadi empat tahap utama berikut ini :
a. Penaksiran BOP langsung departemen atas dasar kapasitas yang
direncanakan untuk tahun anggaran.
b. Penaksiran BOP tak langsung departemen.
c. Distribusi BOP tak langsung departemen ke departemen yang
menikmati manfaatnya.
d. Penjumlahn BOP per departemen (baik BOP langsung maupun tidak
langsung) untuk mendapatkan anggaran BOP per departemen (baik
departemen produksi maupun departemen pembantu)
2. Alokasi BOP departemen pembantu ke departemen produksi. Ada dua
macam metode alokasi BOP departemen pembantu.
a. Metode alokasi langsung
BOP departemen pembantu dialokasikan ke tiap-tiap departemen
produksi yang menikmatinya. Metode alokasi langsung digunakan

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 44


apabila jasa yang dihasilkan oleh departemen pembantu hanya
dinikmati oleh departemen produksi saja. Tidak ada departemen
pembantu yang memakai jasa departemen pembantu yang lain.
Misalnya PT.CETAK mengolah produk melalui dua departemen
produksi: departemen A dan departemen B, ditunjang oleh tiga
departemen pembantu : departemen X, Y dan Z. Anggaran BOP per
departemen adalah sbb:

PT.CETAK
Anggaran BOP per departemen

Jenis Depart. produksi Depart. pembantu


BOP Jumlah A B X Y Z
BOP langsung depart :
Biaya bahan penolong 1.450 550 750 50 75 25

Biaya bahan bakar 1.000 1.000

Biaya TK tak langsung 2.000 750 800 200 150 100

Biaya kesejahteraan
Karyawan 655 250 300 50 30 25

Biaya reparasi & pemeli


haraan 1.375 400 500 300 100 75

Jumlah BOP langsung 6.480 1.950 2.350 600 1.355 225


departemen

BOP tak langsung


Biaya depresiasi gedung 400 100 120 76 40 64

Biaya asuransi gedung 500 125 150 95 50 80

Jumlah BOP tak langsung 900 225 270 171 90 144


departemen
Jumlah BOP 7.380 2.175 2.620 771 1.445 369

Dasar distribusi BOP


Departemen yang Luas lantai (m2) Proporsi luas lantai
Menikmati manfaat biaya
Departemen A 2.000 25 %
Departemen B 2.400 30 %
Departemen X 1.520 19 %
Departemen Y 800 10 %
Departemen Z 1.280 16 %
8.000 100 %

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 45


Taksiran jasa departemen pembantu yang dipakai oleh departemen produksi .
PT. CETAK
Taksiran jasa depertemen-departemen pembantu
Yang dipakai oleh departemen produksi

Departemen Pembantu Departemen produksi A Departemen produksi B


Departemen pembantu x 75 % 25 %

Departemen pembantu y 45 % 55 %

Departemen pembantu Z 60 % 40 %

Alokasi BOP departemen pembantu ke departemen produksi dengan


menggunakan metode alokasi langsung.
PT.CETAK
Anggaran BOP per departemen

Jenis Depart. produksi Depart. pembantu


BOP A B X Y Z
BOP langsung depart :
Jumlah BOP langsung dan
tak langsung 2.175 2.620 771 1.445 369

Alokasi BOP departemen Z 276,75 92,25

Alokasi BOP departemen Y 650,25 794,75 (1.445)

Alokasi BOP departemen X 462.60 308,40 (771)

Jumlah BOP langsung 1.389,60 1.1952,40 0 0 0


departemen

Jumlah Biaya departemen


produksi setelah menerima 3.564,60 3.815,40
alokasi biaya dari depart pembantu

b. Metode alokasi bertahap


Metode ini digunakan apabila jasa yang dihasilkan departemen
pembantu tidak hanya dipakai oleh departemen produksi saja, tetapi
digunakan pula oleh deprtemen pembantu yang lain.
Metode alokasi bertahap yang memperhitungkan transfer jasa timbal
balik antar departemen pembantu, yaitu :
(1) Metode alokasi kontinyu

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 46


BOP langsung dan tak langsung departemen-departemen
pembantu dan produksi selama tahun anggaran xx diperkirakan
sbb:
Departemen produksi
Departemen A Rp 9.000.000
Departemen B Rp 15.000.000

Departemen pembantu
Departemen X Rp 3.000.000
Departemen Y Rp 5.000.000

Jasa yangdihasilkan departemen pembantu dibagikan menurut


proporsi yang disajikan :
Dipakai di
Departemen pembantu Departemen produksi
Dept x Dept Y Dept A Dept B

Departemen pembantu x 10 % 65 % 25 %

Departemen pembantu y 20 % 55 % 35 %

Alokasi BOP departemen pembantu ke departemen pembantu dengan


metode alokasi kontinyu :

Departemen X Departemen Y
BOP langsung dan tak langsung depart Rp 3.000.000 Rp 5.000.000
Alokasi BOP departemen X (Rp 3.000.000) Rp 300.000
Rp 5.300.000
Alokasi BOP departemen Y Rp 1.060.000 (Rp 5.300.000)
Rp 1.060.000 Rp 0
Alokasi BOP departemen X (Rp 1.060.000) Rp 106.000
Rp 0 Rp 106.000
Alokasi BOP departemen Y Rp 21.200 (Rp 106.000)
Rp 21.200 Rp 0
Alokasi BOP departemen X (Rp 21.200) Rp 2.120
Rp 0 Rp 2.120
Alokasi BOP departemen Y Rp 424 (Rp 2.120)
Rp 424 Rp 0

Alokasi BOP departemen Y (Rp 424) Rp 42


Rp 0 Rp 42

Alokasi BOP departemen X Rp 8 (Rp 42)

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 47


Rp 8 Rp 0

Alokasi BOP departemen X (Rp 8) Rp 1


Rp 0 Rp 1

Jumlah BOP departemen X setelah menerima alokasi biaya dari


departemen adalah sebesar Rp 4.081.623 ( Rp 3.000.000 + Rp 1.060.000+Rp
21.200 + Rp 424 + Rp 8).Sedangkan jumlah Bop departemen Y setelah
menerima alokasi biaya dari departemen X adalah sebesar Rp 5.408.163 ( Rp
5.000.000 + Rp 300.000+Rp 106.000 + Rp 2.120 + Rp 42 + Rp 1)

(2) Metode alokasi aljabar


Dalam metode ini, jumlah biay tiap-tiap departemen pembantu
dinyatakan dalam persamaan aljabar.
Misalnya dari soal diatas :
X = jumlah biaya departemen X setelah menerima alokasi biaya
dari departemen Y
Y = jumlah biaya departemen Y setelah menerima alokasi biaya
dari departemen X
Oleh karena itu :
X = 3.000.000 + 0,20 y
Y = 5.000.000 + 0,10 x
Maka dapat diselesaikan menjadi :
X = 3.000.000 + 0,20 (5.000.000 + 0,10 X)
X = 3.000.000 +1.000.000 + 0,02 X
X – 0,20 X = 4.000.000
0,98 X = 4.000.000
X = 4.000.000/0,98 = 4.081.633
Y = 5.000.000 + 0,10 X
5.000.000 + 408.163 = 5.408.163

Departemen pembantu Departemen produksi


Dept X Dept Y Dept A Dept B

BOP langsung dan

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 48


tak langsung Departemen Rp 3.000.000 Rp 5.000.000 Rp 9.000.000 Rp 15.000.000

Alokasi BOP departemen X ( 4.081.632) 408.163 2.653.061 1.020.508

Alokasi BOP departemen Y 1.081.632 (Rp 5.408.163) 2.433.673 1.892.857

Rp 0 Rp 0 Rp14.086.734 Rp 17.913.265

Metode alokasi bertahap yang tidak memperhitungkan transfer


jasa timbal balik antar departemen pembantu, yaitu :
(3) Metode urutan alokasi yang diatur.
Karakteristik metode alokasi yang diatur adalah sebagai berikut :
1. BOP departemen pembantu dialokasikan secara bertahap
2. Alokasi BOP departemn pembantu diatur urutannya
sedemikian rupa sehingga arus aloksi menuju kesatu arah.
3. Pedoman umum didalam mengatur urutan alokasi BOP
departemen pembantu adalah sebagaiberikut :
a. BOP departemen pembantu yang jasanya paling banyak
dipakai oleh departemen-departemen lain, dialokasikan
pada urutan yang pertama.
b. Urutan alokasibiaya dapat didasarkan pada urutan
besarnya BOP dalam masing-masing departemen
pembantu.
4. Selama melakukan alokasi BOP harus berpedoman pada :
a. Tidak diadakan alokasi BOP ke dalam departemen yang
BOP nya telah habis dialokasikan ke departemen lain.
b. Departemen-departemen pembantu yang saling
memberikan jasa, bila jumlahnya tidak material dan saling
mengkompensasi, tidak diadakan alokasi BOP
kedalamnya.

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 49


BAB 5
HARGA POKOK PESANAN

Metode harga pokok pesanan digunakan pada perusahaan yang


produksinya berdasarkan pesanan. Pada metode ini biaya produksinya
dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per satuan
dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut
dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
Karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan
adalah sebagai berikut :
1. Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus. Jika pesanan
yang satu selesai dikerjakan, proses produksi dihentikan dan mulai
dengan pesanan berikutnya.
2. Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh
pemesan. Dengan demikian pesanan yang satu dapat berbeda dengan
pesanan yang lain.
3. Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi
persediaan di gudang.

Sedangkan karakteristik metode harga pokok pesanan adalah sebagai


berikut :
1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan
spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok
produksinya secara individual.
2. Biay produksi harus golongan berdasarkan hubunganya dengan produk
menjadi dua kelompok berikut ini : Biaya produksi langsung dan biaya
produksi tidak langsung.
3. Biaya poduksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut
dengan istilah biaya overhead pabrik.

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 50


4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi
pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi,
sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga
pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
5. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai
diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang
dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang
dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.

MANFAAT INFORMASI HARGA POKOK PRODUKSI PER PESANAN


Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan,
informasi harga pokok produksi per pesanan bermanfaat bagi manajemen
untuk :
1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan
Dengan demikian pengertian biaya mencakup pula pada biaya yang
akan datang, yang akan dikorbankan untuk tujuan tertentu. Perusahaan
yang produksinya berdasarkan pesanan memproses produknya
berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh pemasan, oleh karena itu
biaya produksinya tergantung dari spesifikasi produk dan harga jual
yang dibebankan pada pemesan sangat ditentukan oleh biaya yang
dikeluarkan sesuai dengan spesifikasi pemesan. Untuk hal ini digunakan
taksiran biaya produksi seperti dalam menentukan harga jual sebagai
berikut :
Taksiran biaya produksi untuk pesanan xx
Taksiran biaya nonproduksi yang dibebankan kepada pemesan xx
Taksiran total biaya pesanan xx
Laba yang diinginkan xx
Taksiran harga jual yang dibebankan kepada pemesan xx

Dengan melihat pada taksiran biaya produksi yang akan dikeluarkan


untuk memproduksi pesanan yang diinginkan oleh pemesan dipakai

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 51


sebagai salah satu dasar untuk menentukan haaga jual yang akan
dibebankan kepada pemesan.

2. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan


Pada saat menerima suatu pesanan suatu produk, kadangkala harga jual
telah terbentuk di pasar, sehingga keputusan yang perlu dilakukan oleh
manajemen adalah menerima atau menolak pesanan. Agar dapat
memberi keputusan tersebut maka manajemen harus mengetahui
informasi total harga pokok pesanan yang dapat diperhitungkan dengan
unsur biaya berikut :
Biaya produksi pesanan :
Taksiran biaya bahan baku xx
Taksiran biaya tenaga kerja xx
Taksiran biaya overhead pabrik xx
Taksiran total biaya produksi xx
Biaya non produksi :
Taksiran biaya administrasi & umum xx
Taksiran biaya pemasaran xx
Taksiran biaya non produksi xx
Taksiran total harga pokok pesanan xx

3. Memantau realisasi biaya produksi


Informasi taksiran biaya produksi pesanan tertentu dapat dimanfaatkan
sebagai salah satu dasar untuk menetapkan harga jual yang akan
dibebankan pada pemesan, apabila manajemen telah menetapkan
menerima suatau pesanan maka manajemen membutuhkan informasi
atas realisasi biaya yang dikeluarkan pada saat berproduksi sehingga
dapat diketahui besarnya total biaya sesungguhnya seperti berikut :
Biaya bahan baku sesungguhnya xx
Biaya tenaga kerja sesungguhnya xx
Taksiran biaya overhead pabrik xx
Total biaya produksi sesungguhnya xx

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 52


4. Menghitung laba atau rugi tiap pesanan
Agar dapt mengetahui apakah pesanan mampu menhasilkan laba atau
rugi maka manajemen membutuhkan laporan laba atau rugi tiap
pesanan yang diperlukan untuk mengetahui kontribusi tiap pesanan
dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba atau rugi
seperti berikut :
Harga jual yang dibebankan ke pemesan xx
Total Biaya produksi pesanan (xx)
Laba bruto xx

5. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam


proses disajikan dalam neraca.
Manajemen membuat laporan pertanggungjawaban secara periodik yang
disajikan dalam neraca dan lapran laba rugi, Manajemen harus memiliki
catatan biaya produksi tiap pesanan, sehingga dapat menentukan biaya
produksi yang melekat pada pesanan yang telah selesai diproduksi,
namun pada tanggal neraca belum diserahkan pada pemesan.
Disamping itu, berdasarkan catatan tersebut, manajemen dapat
menentukan biaya produksi yang masih menjadi bagian dari pesanan
yang belum selesai diproduksi. Biaya produksi yang demikian disajikan
dalam neraca sebagai harga pokok persediaan produk dalam proses.

REKENING KONTROL DAN REKENING PEMBANTU


Akuntansi biaya menggunakan banyak rekening pembantu untuk
merinci biaya-biaya produksi. Rekeing pembantu ini diawasi ketelitiannya
dengan menggunakan rekening kontrol di dalam buku besar. Untuk
mencatat biaya, di dalam akuntansi biaya digunakan rekening kontrol
dengan rekening pembantu berikut ini :
Rekening Kontrol Rekening Pembantu
Persediaan bahan baku Kartu persediaan
Persedian bahan penolong Kartu persediaan
Barang dalam proses Kartu harga pokok
Biaya Overhead pabrik sesungguhnya Kartu biaya

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 53


Biaya administrasi dan umum Kartu biaya
Biaya pemasaran Kartu biaya
Persediaan Produk Jadi Kartu persediaan

Untuk mencatatat biaya produksi, di dalam buku besar dibentuk rekening


kontrol dalam proses. Rekening ini dapat dipecah lebih lanjut menurut
unsur biaya produksi, sehingga ada tiga macam rekening barang dalam
proses berikut ini :
Barang dalam proses – Biaya bahan baku
Barang dalam proses – Biaya tenaga kerja langsung
Barang dalam proses – Biaya overhead pabrik

Untuk mencatat pemakaiana bahan baku yang dipakai dalam


pembuatan suatu produk, jurnal yang dibuat adalah :

Barang dalam proses xx


Persediaan bahan baku xx

Kartu harga pokok merupakan catatan yang penting dalam metode harga
pokok pesanan. Kartu harga pokok ini berfungsi sebagai rekening
pembantu, yang digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi tiap
pesanan produk.
Biaya produksi dipisahkan menjadi 2 yaitu :
a. Biaya produksi langsung, dicatat dalam kartu harga pokok pesanan
yang bersangkutan secara langsung.
b. biaya produksi tidak langsung, dicatat dalam kartu harga pokok
berdasarkan suatu tarif tertentu.
ALIRAN BIAYA DALAM METODE HARGA POKOK PESANAN
Aliran biaya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan
Pengadaan Produksi Persediaan Penjualan
Persediaan BB BDP – BBB Persediaan produk HPP
selesai

xx xx xx xx xx xx xx xx

Biaya gaji & upah BDP-TK langsung Persediaan Produk


dalam proses

xx xx xx xx xx xx

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 54


BOP BOP BDP –BOP
Sesungguhnya Dibebankan

xx xx xx xx xx xx

Selisih BOP
xx xx

PROSEDUR METODE HARGA POKOK PESANAN


Prosedur akuntansi biaya pada metode harga pokok pesanan adalah
sebagai berikut :
1. Prosedur akuntansi biaya bahan
2. Prosedur akuntansi tenaga kerja
3. Prosedur akuntansi biaya overhead pabrik
4. Prosedur akuntansi produk selesai dan produk dalam proses akhir
periode
5. Prosedur akuntansi penjualan dan penyerahan produk pada pemesan.

Penerapan metode harga pokok pesanan dalam contoh soal berikut:


PT.CETAKKAN dalam melakukan usahanya berdasarkan spesifikasi dari
pemesan dan biaya produksi dikumpulkan menurut pesanan yang diterima.
Pada bulan agustus 2004 menerima pesanan dari PT.MESEN untuk
mencetak undangan 12.000 dengan harga Rp 3.000 per lembar. Dalam bulan
yang sama menerima pesanan untuk mencetak Karcis pertunjukkan musik
sebanyak 10.000 lembar dari PT.MUSIC dengan harga Rp 1.000 per lembar.
Berikut kegiatan produksi yang dilakukan oleh PT. CETAKKAN untuk
memenuhi kedua pesanan tersebut :
1. Pembelian bahan baku dan bahan penolong.
Bahan baku : Kertas jenis O 85 rim @ Rp 10.000 Rp 850.000
Kertas jenis N 10 roll @ Rp 350.000 Rp 3.500.000
Tinta jenis H 5 Kg @ Rp 100.000 Rp 500.000
Tinta jenis W 25 Kg @ Rp 25.000 Rp 625.000

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 55


Jumlah bahan baku yang dibeli Rp 5.475.000
Bahan Penolong : Bahan penolong A 17 kg @ Rp 10.000 Rp 170.000
Bahan penolong B 60 Ltr @ Rp 5.000 Rp 300.000
Jumlah bahan penolong yang dibeli Rp 470.000
Jumlah bahan yang dibeli Rp 5.945.000

Jurnal untuk mencatat pembelian bahan baku dan bahan penolong:


Persediaan Bahan Baku Rp 5.475.000
Utang dagang Rp 5.475.000

Persediaan Bahan Penolong Rp 470.000


Utang dagang Rp 470.000

2. Pemakaian bahan baku


Untuk dapat mencatat bahan baku yang digunakan dalam tiap pesanan,
perusahaan menggunakan bukti permintaan barang dari bagian
produksi dan pengeluaran barang gudang dari bagian gudang.
Pencatatan pemakaian bahan baku dalam metode harga pokok pesanan
dilakukan dengan mendebit rekening Barang dalam proses ini diikuti
dengan pencatatan rincian bahan baku yang dipakai dalam kartu harga
pokok pesanan yang bersangkutan.

Bahan baku untuk membuat pesanan PT . MESEN


Kertas jenis O 85 rim @ Rp 10.000 Rp 850.000
Tinta jenis H 5 Kg @ Rp 100.000 Rp 500.000 Rp 1.350.000

Bahan baku untuk membuat pesanan PT . MUSIC

Kertas jenis N 10 roll @ Rp 350.000 Rp 3.500.000


Tinta jenis W 25 Kg @ Rp 25.000 Rp 625.000 Rp 4.125.000
Rp 5.475.000
Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku :
Barang dalam proses- biaya bahan baku Rp 5.475.000
Persediaan bahan baku Rp 5.475.000

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 56


Bahan Penolong
Bahan penolong A 10 kg @ Rp 10.000 Rp 100.000
Bahan penolong B 40 liter @ Rp 5.000 Rp 200.000
Rp 300.000
Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan penolong adalah berikut :
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 300.000
Persediaan bahan penolong Rp 300.000

3. Pencatatan biaya tenaga kerja


Dipisahkan pencatatan antara upah tenaga kerja langsung yang dicatat
dengan mendebit barang dalam proses, dan tenaga kerja tidak langsung
dicatat dengan mendebit rekening Biaya overhead Pabrik
sesungguhnya.

Upah langsung untuk PT.MESEN 1.250 jam @ Rp 4.000 Rp 5.000.000


Upah langsung untuk PT.MUSIC 1.000 jam @ Rp 4.000 Rp 4.000.000
Upah tidak langsung Rp 1.000.000
Gaji karyawan adm & umum Rp 4.000.000
Gaji karyawan Bagian pemasaran Rp 7.500.000
Jumlah biaya tenaga kerja Rp 21.000.000

Pencatatan biaya tenaga kerja dilakukan melalui 3 tahap berikut :


a. Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang perusahaan.
Gaji dan upah Rp 21.000.000
Utang gaji dan upah Rp 21.000.000
b. Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja langsung dibebankan pada pesanan yang
bersangkutan dengan mendebit
rekening barang dalam proses
dan pencatatan pada kartu harga
pokok pesanan yang pemesan.

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 57


Biaya tenaga kerja nonproduksi merupakan unsur biaya non
produksi dan dibebankan ke
dalam rekening biaya adm dan
umum atau biaya pemasaran.

BDP – Biaya tenaga kerja langsung Rp 9.000.000


BOP sesungguhnya Rp 1.000.000
Biaya adm & umum Rp 4.000.000
Biaya Pemasaran Rp 7.500.000
Gaji dan upah Rp 21.000.000
c. Pencatatan pembayaran gaji dan upah
Utang gaji dan upah Rp 21.000.000
Kas Rp 21.000.000
4. Pencatatan biaya overhead pabrik
Pencatatan biaya overhead pabrik dibagi menjadi dua :
a. Pencatatan Biaya Overhead pabrik dengan menggunakan tarif
yang ditentukan dimuka.
Misalnya tarif yang ditentukan sebesar 150 % dari biaya tenaga
kerja langsung maka BOP yang dibebankan adalah :
PT.MESEN 150 % x Rp 5.000.000 = Rp 7.500.000

PT.MUSIC 150 % x Rp 4.000.000 = Rp 6.000.000


Rp 13.500.000

BDP – BOP Rp 13.500.000


BOP yang dibebankan Rp 13.500.000

b. Pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi


Terjadi biaya overhead pabrik yang sesungguhnya selain bahan
penolong yaitu :
Biaya depresiasi mesin Rp 1.500.000

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 58


Biaya depresiasi gedung Rp 2.000.000
Biaya asuransi gedung & mesin Rp 500.000
Biaya pemeliharaan mesin Rp 1.000.000
Biaya pemeliharaan gedung Rp 500.000
Rp 5.500.000
BOP sesungguhnya Rp 5.500.000
Akumulasi depresiasi mesin Rp 1.500.000
Akumulasi depresiasi gedung Rp 2.000.000
Persekot asuransi Rp 500.000
Persediaan suku cadang Rp 1.000.000
Persediaan bahan bangunan RP 500.000

c. Untuk mencatat apakah BOP yang dibebankan berdasarkan


tarif menyimpang dari BOP sesungguhnya terjadi, saldo BOP
yang dibebankan ditutup ke rekening BOP sesungguhnya.
BOP yang dibebankan Rp 13.500.000
BOP sesungguhnya Rp 13.500.000

d. Mencatat selisih BOP yang dibebankan ke produk dengan BOP


yang sesungguhnya dalam suatu periode akuntansi yang
ditentukan dengan menghitung saldo BOP sesungguhnya
setelah BOP dibebankan ditutup ke BOP sesungguhnya.
BOP sesungguhnya :

Dari Bahan penolong Rp 300.000


Dari Upah tidak langsung Rp 1.000.000
Dari Berbagai rekening yang dikredit Rp 5.500.000
Rp 6.800.000
Dari pembebanan BOP Rp 13.500.000
Selisih Rp 6.700.000

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 59


BOP sesungguhnya Rp 6.700.000
Selisih BOP Rp 6.700.000

5. Pencatatan harga pokok produk jadi


Pesanan yang telah diproduksi ditransfer ke bagian gudang oleh bagian
produksi. Maka perlu dihitung dari biaya produksi masing-masing
pesanan:
PT.MESEN Harga pokok pesanan telah selesai diproduksi :
Biaya bahan baku Rp 1.350.000
Biaya tenaga kerja Rp 5.000.000
Biaya overhead pabrik Rp 7.500.000
Rp 13.850.000

Jurnal untuk mencatat produk jadi tersebut adalah :


Persediaan produk jadi Rp 13.850.000
BDP – Biaya bahan baku Rp 1.350.000
BDP – Biaya Tenaga kerja langsung Rp 5.000.000
BDP - Biaya Overhead Pabrik Rp 7.500.000

6. Pencatatan harga pokok produk dalam proses


Pada akhir periode kemungkinan ada pesanan yang belum selesai
diproduksi, biaya yang telah dikeluarkan dapat dilihat pada kartu
harga pokok pesanan yang bersangkutan.
PT. MUSIC Harga pokok pesanan yang masih dalam proses:
Persediaan Produk dalam proses Rp 14.125.000
BDP – Biaya bahan baku Rp 4.125.000
BDP – Biaya Tenaga kerja langsung Rp 4.000.000
BDP - Biaya Overhead Pabrik Rp 6.000.000

7. Pencatatan harga pokok produk yang dijual

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 60


Harga pokok penjualan Rp 13.850.000
Persediaan produk jadi(undangan) Rp 13.850.000

Harga pokok penjualan Rp 14.125.000


Barang dalam proses(karcis) Rp 14.125.000

8. Pencatatan pendapatan penjualan produk


Pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk kepada pemesan
dicatat dengan mendebit rekening piutang dagang dan mengkredit
rekening hasil penjualan.
Dari pesanan PT.MESEN hasil penjualan adalah :
I2.000 undangan x Rp 3.000 = Rp 36.000.000
Piutang dagang Rp 36.000.000
Pendapatan penjualan Rp 36.000.000

SISA BAHAN, PRODUK RUSAK DAN PRODUK CACAT PADA


HARGA POKOK PESANAN
Dalam pengolahan produk untuk melayani pesanan, kemungkinan
timbul sisa bahan (scrap material), produk rusak(spoiled product) maupun
produk cacat (defective product). Maka perlakuan akuntansi yang atas
peristiwa tersebut adalah :
1. Tidak Laku dijual
Sisa bahan, produk rusak maupun produk cacat yang tidak laku dijual
timbul masalah akuntansi apabila untuk membuang atau memusnahkan
sisa bahan dibutuhkan biaya. Apabila sisa bahan, produk rusak maupun
produk cacat terjadinya karena pengerjaan pesanan tertentu, biaya
pembuangan atau pemusnahan sisa bahan, produk rusak maupun
produk cacat dapat unuk menambah elemen biaya bahan baku pesanan
yang bersangkutan. Namun apabila sisa bahan, produk rusak maupun
produk cacat secara normal terjadinya maka dapat diperlakukan sebagai
biaya overhead pabrik sesungguhnya.

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 61


2. Laku dijual
Sisa bahan, produk rusak maupun produk cacat yang laku dijual timbul
masalah akuntansi atas perlakuan hasil pendapatan penjualan. Hasil
penjualan sisa bahan, produk rusak maupun produk cacat diperlakukan
sebagai pengurang biaya overhead pabrik yang sesungguhnya dengan
terlebih dahulu ditentukan besarnya budget penghasilan sisa bahan,
produk rusak maupun produk cacat yang akan mengurangi budget BOP,
sehingga tarif BOP sudah memperhitungkan hasil sisa bahan. Hasil
penjualan sisa bahan dapat pula diperlakukan sebagai penghasilan lain-
lain.

Latihan soal:
PT.X yang berproduksi berdasarkan pesanan, menghitung tarif BOP sebesar
Rp 1.500 per jam mesin. Dalam suatu bulan perusahaan tersebut
memproduksi 3 pesanan dengan waktu kerja sbb :
Pesanan a 200 jam mesin
Pesanan b 150 jam mesin
Pesanan c 400 jam mesin
Dalam bulan tersebut jumlah BOP yang sesungguhnya terjadi adalah
sebagai berikut :
Biaya tenaga kerja tidak langsung Rp 370.000
Biaya bahan penolong Rp 350.000
Biaya depresiasi gedung Rp 200.000
Biaya depresiasi mesin Rp 150.000
Jumlah Rp 1.070.000

Atas dasar data tersebut diatas buatlah jurnal dan hitung selisih BOP.

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 62


BAB 6
HARGA POKOK PROSES

Pada metode harga pokok proses, biaya produksi dikumpulkan untuk


setiap proses selama jangka waktu tertentu dan biaya produksi per satuan
dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam proses tertentu,
selama periode tertentu dengan jumlah satu satuan produk yang dihasilkan
dari proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.
Metode pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh karakteristik proses
produksi perusahaan. Dalam perusahaan yang berproduksi massa,
karakteristik produksinya adalah sebagai berikut :
1. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.
2. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama
3. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi
berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.
Perbedaan antara metode harga pokok proses dengan metode harga pokok
pesanan, terletak pada :
No Karakteristik Metode Harga Metode Harga
Pokok Pesanan Pokok Proses
1 Pengumpulan biaya Menurut pesanan Per produksi per
produksi periode akuntansi

2 Perhitungan harga Total biaya yang Total biaya produksi


pokok produksi per dikeluarkan dalam yang dikeluarkan sela
satuan produksi pesanan dibagi ma periode tertentu
jumlah satuan produk dengan jumlah satuan
pesanan yang dihasilkan produk yang dihasilkan
selama periode yang
bersangkutan.
3 Penggolongan biaya Biaya produksi harus Tidak perlu membeda
produksi dipeisahkan antara kan biaya produksi
biaya langsung dengan
biaya tidak langsung.
4 Unsur biaya yang Terdiri dari biaya Dibebankan atas dasar
dikelompokkan selain biaya bahan tarif yang ditentukan
dalam biaya baku dan biaya tenaga dimuka.
overhead pabrik. kerja langsung.

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 63


MANFAAT INFORMASI HARGA POKOK PRODUKSI
Informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangkan waktu
tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk :
1. Menentukan Harga Jual Produk
Dalam menetapkan harga jual produk,biaya produksi per unit
merupakan salah satu data yang dipertimbangkan di samping data biaya
lain serta data non biaya.
Taksiran biaya produksi dalam jangka waktu tertentu xx
Taksiran biaya nonproduksi dalam jangka waktu tertentu xx
Taksiran total dalam jangka waktu tertentu xx
Jumlah produk yang dihasilkan untuk jangka waktu tertentu xx : (dibagi)
Taksiran harga pokok produk per satuan xx
Laba per unit produk yang diinginkan xx
Taksiran harga jual per unit yang dibebankan kepada pembeli xx
2. Memantau realisasi biaya produksi
Rencana produksi untuk jangka waktu tertentu telah diputuskan untuk
dilaksanakan, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang
sesungguhnya dikeluarkan di dalam pelaksanaan rencana produksi
tersebut. Oleh karena itu akuntansi biaya digunakan untuk memantau
apakah proses produksi mengkonsumsi total biaya produksi sesuai
dengan yang diperhitungkan sebelumnya.
3. Menghitung laba atau rugi periode tertentu.
Untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran
perusahaan dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto
atau rugi bruto, manajemen membutuhkan informasi tersebut untuk
mengetahui kontriusi produk dalam menutup biaya noproduksi dan
menghasilkan laba atau rugi.
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam
proses yang disajikan dalam neraca.

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 64


Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban
keuangan periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan
berupa neraca dan laporan laba-rugi.

PROSEDUR METODE HARGA POKOK PROSES


1. Laporan harga pokok produksi digunakan untuk mengumpulkan,
meringkas dan menghitung harga pokok baik total maupun satuan atau
per unit. Apabila produk diolah melalui beberapa tahap atau
departemen, laporan harga pokok disusun setiap departemen dimana
produk diolah.
2. Biaya produksi periode tertentu dibebankan pada produk melalui
rekening BDP yang diselenggarakan untuk setiap elemen biaya. Apabila
produk diolah lebih dari satu departemen, rekening BDP disamping
diselenggarakan untuk setiap elemen biaya harus diselenggarakan untuk
setiap departemen dimana produk diproses.
3. Produksi dikumpulkan dan dilaporkan untuk satuan waktu atau periode
tertentu. Apabila produk melalui beberapa tahap, laporan produksi
tersebut dibuat untuk setiap departemen.
4. Produksi ekuivalen (equivalent production) digunakan untuk
menghitung harga pokok satuan. Produksi ekuivalen adalah tingkatan
atau jumlah produksi dimana pengolahan produk dinyatakan daolam
ukuran produk selesai.
Unit ekuivalensi = jumlah produk jadi + ( Tingkat penyelesaian x Barang
dalam proses akhir)
5. Untuk mengitung harga pokok satuan setiap elemen biaya produksi
tertentu, maka elemen biaya produksi tertentu ( Misalnya biaya bahan )
tersebut dibagi dengan produksi ekuivalen untuk elemen biaya yang
bersangkutan ( Produksi ekuivalen bahan).
6. Harga pokok yang diperhitungkan untuk mengetahui elemen-elemen
yang menikmati biaya yang dibebankan, berapa yang dinikmati produk
selesai dari departemen tertentu atau pengolahan yang dipindahkan ke

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 65


gudang atau ke departemen berikutnya dan berapa harga pokok dalam
proses akhir.
7. Apabila dalam proses pengolahan produk timbul produk hilang, produk
rusak, produk cacat dan tambahan produk maka akan diperhitungkan
pengaruhnya dalam perhitungan harga pokok produk.
METODE HARGA POKOK PROSES TANPA MEMPERHITUNGKAN
PERSEDIAAN PRODUK DALAM PROSES AWAL
I. Metode Harga Pokok Proses – Produk diolah melalui satu departemen
produksi
Penerapan dalam contoh soal berikut :
PT. KAYU mengolah produknya secara masa melalui satu departemen
produksi. Jumlah biaya yang dikeluarkan selama satu bulan adalah
sebagai berikut:
Biaya bahan baku Rp 5.000.000
Biaya bahan penolong Rp 7.500.000
Biaya tenaga kerja Rp 11.250.000
Biaya overhead pabrik Rp 16.125.000
Total biaya produksi Rp 39.875.000
Produk jadi 2.000 kg
Produk masuk proses 2.500 Kg
Produk dalam prose akhir 500 kg
Produk dalam proses pada akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian
sebagai berikut :
Biaya bahan baku : 100% : Biaya bahan penolong 100 % ; Biaya tenaga kerja
: 50 % : Biaya overhead pabrik : 30 % .
Pembahasan :
Untuk menghitung biaya per satuan yang dikeluarkan perusahaan
tersebut perlu dihitung unit ekuivalensi sebagai berikut :
a. Biaya bahan baku, menghasilkan 2.000 kg produk dan 500 kg BDP
dengan tingkat penyelesaian 100 %. Maka unit ekuivalensi biaya
bahan baku adalah : 2.000 + (100 % x 500) = 2.500

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 66


b. Biaya bahan penolong, menghasilkan 2.000 kg produk dan 500 kg BDP
dengan tingkat penyelesaian 100 %. Maka unit ekuivalensi biaya
bahan baku adalah : 2.000 + (100 % x 500) = 2.500
c. Biaya tenaga kerja , menghasilkan 2.000 kg produk dan 500 kg BDP
dengan tingkat penyelesaian 50 %. Maka unit ekuivalensi biaya bahan
baku adalah : 2.000 + (50 % x 500) = 2.250
d. Biaya overhead pabrik , menghasilkan 2.000 kg produk dan 500 kg
BDP dengan tingkat penyelesaian 30 %. Maka unit ekuivalensi biaya
bahan baku adalah : 2.000 + (30 % x 500) = 2.150

Setelah biaya produksi per satuan dihitung, maka harus diperhitungkan


harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dan harga pokok
persediaan produk dalam proses.

PT.KAYU
Laporan Biaya Produksi Bulan .. thn ..
Data Produksi :
Produk masuk proses 2.500 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 2.000 kg
Produk dalam proses akhir 500 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 2.500 kg

Biaya yang dibebankan


Biaya Jumlah Ekuivalensi Harga pokok satuan
Bahan baku Rp 5.000.000 2.500 Rp 2.000
Bahan penolong Rp 7.500.000 2.500 Rp 3.000
Tenaga kerja Rp 11.250.000 2.250 Rp 5.000
Overhead pabrik Rp 16.125.000 2.150 Rp 7.500
Rp 39.875.000 Rp 17.500

Perhitungan biaya
Harga pokok produk jadi
2.000 x Rp 17.500 Rp 35.000.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses :

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 67


- BBB 100 % x 500 x Rp 2.000 = Rp 1.000.000
- BBP 100 % x 500 x Rp 3.000 = Rp 1.500.000
- BTK 50 % x 500 x Rp 5.000 = Rp 1.250.000
- BOP 30 % x 500 x Rp 7.500 = Rp 1.125.000
Rp 4.875.000
Jumlah biaya produksi Rp 39.875.000

1. Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku


BDP – BBB Rp 5.000.000
Persediaan Bahan baku Rp 5.000.000
2. Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong
BDP – BBP Rp 7.500.000
Persediaan Bahan baku Rp 7.500.000
3. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja
BDP – BTK Rp 1.250.000
Gaji dan upah Rp 1.250.000
4. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik
BDP – BOP Rp 16.125.000
Berbagai rekening yg dikredit Rp 16.125.000
5. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang.
Persediaan produk jadi Rp 35.000.000
BDP – BBB Rp 4.000.000
BDP – BBP Rp 6.000.000
BDP – BTK Rp 10.000.000
BDP – BOP Rp 15.000.000
6. Jurnal untuk mencatat persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diproses.
Persediaan produk jadi Rp 4.875.000
BDP – BBB Rp 1.000.000
BDP – BBP Rp 1.500.000
BDP – BTK Rp 1.200.000

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 68


BDP – BOP Rp 1.125.000

II. Metode Harga Pokok Proses – Produk diolah melalui lebih dari satu
departemen produksi
Jika produk diolah melalui lebih dari satu departemen poduksi,
perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh
departemen produksi pertama sama dengan penyelesaian diatas.
Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh
departemen setelah departemen pertama adalah merupakan perhitungan
yang bersifat kumulatif, karena produk yang dihasilkan oleh departemen
setelah departemen pertama telah merupakan produk jadi departemen
sebelumnya, yang membawa biaya produksi dari departemen produksi
sebelumnya tersebut, maka harga pokok produk yang dihasilkan oleh
departemen setelah departemen pertama terdiri dari :
1. Biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumya.
2. Biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah
departemen pertama.

Penerapan dalam contoh soal berikut :


PT. KAYU mengolah produknya secara masa melalui dua departemen
produksi. Data produksi dan biaya dari dua departemen tersebut adalah :
Departemen A Departemen B
Produk masuk proses 35.000 kg
Produk ditransfer ke depart B 30.000 kg
Produk selesai 24.000 kg
Produk dalam proses 5.000 kg 6.000 kg
Biaya yang dikeluarkan
- Biaya Bahan baku Rp 70.000
- Biaya Tenaga kerja Rp 155.000 Rp 270.000
- Biaya Overhead pabrik Rp 248.000 Rp 405.000

Tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir :

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 69


- Biaya bahan baku 100 %
- Biaya konversi 20 % 50 %

Pembahasan
Untuk menghitung biaya per satuan yang dikeluarkan perusahaan
tersebut perlu dihitung unit ekuivalensi dari departemen A sebagai
berikut :
1. Biaya bahan baku, yang dikeluarkan oleh departemen A menghasilkan
30.000 kg produk dan 5000 kg BDP dengan tingkat penyelesaian 100
%. Maka unit ekuivalensi biaya bahan baku adalah : 30.000 + (100 % x
5.000) = 35.000.
2. Biaya konversi, yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik yang dikeluarkan departemen A, menghasilkan
30.000 kg produk dan 5000 kg BDP dengan tingkat penyelesaian 20 %.
Maka unit ekuivalensi biaya bahan baku adalah : 30.000 + (20 % x
5.000) = 31.000.

Laporan biaya produksi departemen A.


PT.KAYU
Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan .. thn ..
Data Produksi :
Produk masuk proses 35.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke depart B 30.000 kg
Produk dalam proses akhir 5.000 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 35.000 kg
Biaya yang dibebankan Pada Departemen A
Biaya Jumlah Ekuivalensi HP satuan
Bahan baku Rp 70.000 35.000 Rp 2
Tenaga kerja Rp 155.000 31.000 Rp 5
Overhead pabrik Rp 248.000 31.000 Rp 8
Rp 473.000 Rp 15
Perhitungan biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke departemen B

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 70


30.000 x Rp 15 Rp 450.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses :
- BBB 100 % x 5.000 x Rp 2 = Rp 10.000
- BTK 20 % x 5.000 x Rp 5 = Rp 5.000
- BOP 20 % x 5.000 x Rp 8 = Rp 8.000
Rp 23.000
Jumlah biaya produksi Rp 473.000

1. Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku


BDP – BBB Departemen A Rp 70.000
Persediaan Bahan baku Rp 70.000
2. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja
BDP – BTK Departemen A Rp 155.000
Gaji dan upah Rp 155.000
3. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik
BDP – BOP Departemen A Rp 248.000
Berbagai rekening yg dikredit Rp 248.000

4. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke


departeman B.
BDP – BBB departemen B Rp 450.000
BDP – BBB depart A Rp 60.000
BDP – BTK depart A Rp 150.000
BDP – BOP depart A Rp 240.000

5. Jurnal untuk mencatat persediaan produk dalam proses yang belum


selesai diproses di departemen A.
Persediaan BDP depart B Rp 23.000
BDP – BBB depart A Rp 10.000
BDP – BTK depart A Rp 5.000
BDP – BOP depart A Rp 8.000

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 71


Untuk menghitung biaya per satuan yang dikeluarkan perusahaan
tersebut perlu dihitung unit ekuivalensi dari departemen B sebagai berikut
:
Biaya konversi, yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya overhead
pabrik yang dikeluarkan departemen B, menghasilkan 24.000 kg produk
dan 6000 kg BDP dengan tingkat penyelesaian 20 %. Maka unit ekuivalensi
biaya bahan baku adalah : 24.000 + (50 % x 6.000) = 27.000

Laporan biaya produksi departemen B.


PT.KAYU
Laporan Biaya Produksi Departemen B Bulan .. thn ..
Data Produksi :
Produk dari departemen A 30.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 24.000 kg
Produk dalam proses akhir 6.000 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 30.000 kg
Biaya kumulatif yang dibebankan Pada Departeman B
Jumlah HP satuan
Harga pokok dari departemen A Rp 450.000 Rp 15
Biaya yang ditambahkan di depart B
Ekuivalensi
Biaya Tenaga kerja Rp 270.000 27.000 Rp 10
Biaya overhead pabrik Rp 405.000 27.000 Rp 15
Rp1.125.000 Rp 40
Perhitungan biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
24.000 x Rp 40 Rp 960.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Harga pokok dari departemen A
Rp 15 x 6.000 Rp 90.0000
Biaya yang ditambahkan pada depart B
BTK 50 % x 6.000 x Rp 10 = Rp 30.000

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 72


BOP 50 % x 6.000 x Rp 15 = Rp 45.000
Rp 165 .000
Jumlah biaya produksi Rp1.125.000

1. Jurnal untuk mencatat penerimaan produk dari departemen A


BDP – BBB departemen B Rp 450.000
BDP – BBB depart A Rp 60.000
BDP – BTK depart A Rp 150.000
BDP – BOP depart A Rp 240.000

2. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja


BDP – BTK Departemen B Rp 270.000
Gaji dan upah Rp 270.000
3. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik
BDP – BOP Departemen B Rp 405.000
Berbagai rekening yg dikredit Rp 405.000
4. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang.
Persediaan produk jadi Rp 960.000
BDP – BBB dept B Rp 360.000
BDP – BTK dept B Rp 240.000
BDP – BOP dept B Rp 360.000
5. Jurnal untuk mencatat persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diproses di departemen A.
Persediaan BDP departemen B Rp 165.000
BDP – BBB dept B Rp 90.000
BDP – BTK dept B Rp 30.000
BDP – BOP dept B Rp 45.000

III. Pengaruh Terjadinya produk yang hilang pada awal proses terhadap
perhitungan harga pokok

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 73


Produk yang hilang pada awal proses dianggap belum menyerap biay
roduksi yang dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan,
sehingga tidak diikut sertakan dalam perhitungan-perhitungan unit
ekuivalensi produk yang dihasilkan dalam departemen tersebut.
Produk yang hilang pada awal proses menyebabkan dua hal :
1.) Menaikkan harga pokok produksi per satuan produk yang diterima
dari departemen produksi sebelumnya
2.) Menaikkan harga pokok produksi per sauan yang ditambahkan
dalam departemen produksi setelah departemen produksi yang
pertama.

Penerapan dalam contoh soal berikut :


PT. KAYU mengolah produknya secara masa melalui dua departemen
produksi. Data produksi dan biaya dari dua departemen tersebut adalah :
Departemen A Departemen B
Produk masuk proses 1.100 kg
Produk ditransfer ke departemen B 700 kg
Produk selesai 400 kg
Produk dalam proses :
Tingkat penyelesaian :
BBB & BBP 100 %, biaya konversi 50 % 300 kg

BBP 60 %, biaya konversi 40 % 100 Kg


Produk yang hilang awal proses 100 kg 200 kg
Biaya yang dikeluarkan
- Biaya Bahan baku Rp 25.000
- Biaya bahan penolong Rp 20.000 Rp 11.500
- Biaya Tenaga kerja Rp 34.000 Rp 22.000
- Biaya Overhead pabrik Rp 42.500 Rp 24.200
Rp 121.500 Rp 67.700

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 74


Pembahasan
Laporan biaya produksi departemen A.
PT.KAYU
Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan .. thn ..
Data Produksi :
Produk masuk proses 1.100 kg
Produk jadi yang ditransfer ke depart B 700 kg
Produk dalam proses akhir 300 kg
Produk yang hilang pada awal proses 100 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 1.100 kg

Biaya yang dibebankan Pada Departemen A


Biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi HP satuan
Bahan baku 700+ (100 % x 300)=1.000 Rp 25.000 Rp 25
Bahan penolong 700+ (100 % x 300)=1.000 Rp 20.000 Rp 20
Tenaga kerja 700+ (50 % x 300)=850 Rp 34.000 Rp 40
Overhead pabrik 700+ (50 % x 300)=850 Rp 42.500 Rp 50
Rp121.500 Rp 135

Perhitungan biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke departemen B
700 x Rp 135 Rp 94.500
Harga pokok persediaan produk dalam proses :
- BBB 100 % x 300 x Rp 25 = Rp 7.500
- BBP 100 % x 300 x Rp 20 = Rp 6.000
- BTK 50 % x 300 x Rp 40 = Rp 6.000
- BOP 50 % x 300 x Rp 50 = Rp 7.500
Rp 27.000
Jumlah biaya produksi Rp 121.500

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 75


Laporan biaya produksi departemen B.
PT.KAYU
Laporan Biaya Produksi Departemen B Bulan .. thn ..
Data Produksi :
Produk masuk proses 700 kg
Produk jadi yang ditransfer ke depart B 400 kg
Produk dalam proses akhir 100 kg
Produk yang hilang pada awal proses 200 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 700 kg

Biaya yang dibebankan pada Departemen B


Harga pokok dari departemen A Rp 94.500 Rp 135
Biaya yang ditambahkan di depart B
Biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi HP satuan
Bahan penolong 400+ (60 % x 100)=460 Rp 11.500 Rp 25
Tenaga kerja 400+ (40 % x 100)=440 Rp 22.000 Rp 50
Overhead pabrik 400+ (40 % x 100)=440 Rp 24.200 Rp 55
Rp1 52.200 Rp 130
Jumlah biaya produksi kumulatif Rp 247.000 Rp 265

Perhitungan biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
400 x Rp 265 Rp 106.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses :
Harga pokok dari departemen A
100 x Rp 135 Rp 13.500
Biaya yang ditambahkan pada depart B
BBP 60 % x 100 x Rp 25 = Rp 1.500
BTK 40 % x 100 x Rp 50 = Rp 2.000
BOP 40 % x 100 x Rp 55 = Rp 2.200
Rp 19 .200

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 76


Jumlah biaya produksi Rp 125.200

IV. Pengaruh terjadinya produk yang hilang pada awal proses terhadap
perhitungan harga pokok
Produk yang hilang pada akhir proses sudah ikut menyerap biaya
produksi yang dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan,
sehingga harus diperhitungkan dalam penentuan unit ekuivalensi
produk yang dihasilkan oleh departemen tersebut. Baik pada
departemen pertama maupun pada departemen berikutnya.

Penerapan dalam contoh soal berikut :


PT. KAYU mengolah produknya secara masa melalui dua departemen
produksi. Data produksi dan biaya dari dua departemen tersebut adalah :
Departemen A Departemen B
Produk masuk proses 1.100 kg
Produk ditransfer ke departemen B 700 kg
Produk selesai 400 kg
Produk dalam proses :
Tingkat penyelesaian :
BBB & BBP 100 %, biaya konversi 40 % 300 kg

BBP 60 %, biaya konversi 50 % 100 Kg


Produk yang hilang awal proses 100 kg 200 kg
Biaya yang dikeluarkan
- Biaya Bahan baku Rp 33.000
- Biaya bahan penolong Rp 22.000 Rp 16.500
- Biaya Tenaga kerja Rp 32.200 Rp 26.000
- Biaya Overhead pabrik Rp 36.800 Rp 32.500
Rp 124.000 Rp 75.000

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 77


Pembahasan
Laporan biaya produksi departemen A.
PT.KAYU
Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan .. thn ..
Data Produksi :
Produk masuk proses 1.100 kg
Produk jadi yang ditransfer ke depart B 700 kg
Produk dalam proses akhir 300 kg
Produk yang hilang pada akhir proses 100 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 1.100 kg

Biaya yang dibebankan Pada Departemen A


Biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi HP satuan
Bahan baku 700+(100 % x 300)+100=1.100 Rp 33.000 Rp 30
Bahan penolong 700+(100 % x 300)+100=1.100 Rp 22.000 Rp 20
Tenaga kerja 700+(40 % x 300)+100=920 Rp 32.200 Rp 35
Overhead pabrik 700+(40 % x 300 +100=920 Rp 36.800 Rp 40
Rp124.000 Rp 125

Perhitungan biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke departemen B
700 x Rp 125 Rp 87.500
Penyesuaian karena adanya produk yg hilang akhir proses
100 x Rp 125 Rp 12.500
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B Rp 100.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses :
- BBB 100 % x 300 x Rp 30 = Rp 9.000
- BBP 100 % x 300 x Rp 20 = Rp 6.000
- BTK 40 % x 300 x Rp 35 = Rp 4.200
- BOP 40 % x 300 x Rp 40 = Rp 4.800

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 78


Rp 24.000
Jumlah biaya produksi Rp 124.000

Laporan biaya produksi departemen B.


PT.KAYU
Laporan Biaya Produksi Departemen B Bulan .. thn ..
Data Produksi :
Produk masuk proses 700 kg
Produk jadi yang ditransfer ke depart B 400 kg
Produk dalam proses akhir 100 kg
Produk yang hilang pada akhir proses 200 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 700 kg
Biaya yang dibebankan pada Departemen B
Harga pokok dari departemen A Rp 100.000 Rp 142,86
Biaya yang ditambahkan di depart B
Biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi HP satuan
Bahan penolong 400+(60 %x100)+200=660 Rp 16.500 Rp 25
Tenaga kerja 400+(50 %x100)+200=650 Rp 26.000 Rp 40
Overhead pabrik 400+(50 %x100)+200=650 Rp 32.500 Rp 50
Rp 75.000 Rp 130
Jumlah biaya produksi kumulatif Rp 175.000 Rp 257,86

Perhitungan biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
- Harga pokok dari departemen A 400 x 142,86 Rp 57.144
- Harga pokok yang ditambahkan di depart B 400 x 130 Rp 52.000
- Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses
200 x 257,86 Rp 51.572
Rp160.716
Harga pokok persediaan produk dalam proses :
Harga pokok dari departemen A
100 x Rp 142.86 Rp 14.286
Biaya yang ditambahkan pada depart B
BBP 60 % x 100 x Rp 25 = Rp 1.500
BTK 40 % x 100 x Rp 40 = Rp 1.600

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 79


BOP 40 % x 100 x Rp 50 = Rp 2.000
Rp 5.100
Jumlah biaya produksi Rp 165.816

Metode harga pokok proses yang telah memperhitungkan harga


pokok persediaan produk dalam proses awal periode dalam departemen
produksi yang bersangkutan. Harga pokok persediaan produk dalam proses
awal periode ini akan mempunyai pengaruh dalam penentuan pokok produk
selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang apabila
harga pokok tidak sama (terjadi perubahan harga bahan pada awal proses).
Terdapat dua metode penentuan harga pokok produk yaitu :
1. Metode rata-rata tertimbang
Dalam metode ini, harga pokok persediaan produk dalam proses awal
ditambahkan pada biaya produksi sekarang dan jumlahnya kemudian
dibagi dengan unit ekuivalensi produk yang mendapatkan harga pokok
rata-rata tertimbang
Rumus perhitungan harga pokok per unit produk departemen pertama
dengan menggunakan metode harga pokok rata-rata tertimbang adalah
sebagai berikut :

BBB yang melekat pada BBB yang dikeluarkan


BBB perunit = produk dalam proses awal + dalam periode sekarang
Unit Ekuivalensi BBB

BTK yang melekat pada BTK yang dikeluarkan


BTK perunit = produk dalam proses awal + dalam periode sekarang
Unit Ekuivalensi BTK

BOP yang melekat pada BOP yang dikeluarkan


BOP perunit = produk dalam proses awal + dalam periode sekarang
Unit Ekuivalensi BOP

Penerapan dalam contoh soal berikut :


PT. GENTENG mengolah produknya secara masa melalui dua departemen
produksi. Data produksi dan biaya dari dua departemen tersebut adalah :

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 80


PT.GENTENG
Data Produksi dan Biaya Produksi Bulan .. thn ..
Departemen A Departemen B
Data produksi
Produk dalam proses :
BBB 100 %, biaya konversi 40 % 4.000 kg
BTK 20 %, BOP 60 % 6.000 kg
Produk masuk proses 40.000 kg
Produk diterima di departemen A 35.000 kg
Produk ditransfer ke departemen B 35.000 kg
Produk selesai 38.000 kg
Produk dalam proses akhir
BBB 100 %, biaya konversi 40 % 9.000 kg
BTK 20 %, BOP 60 % 3.000 kg
Harga pokok produk dalam proses awal
Harga pokok dari departemen A Rp 11.150.000
Biaya Bahan baku Rp 1.800.000
Biaya tenaga kerja Rp 1.200.000 Rp 1.152.000
Biaya Overhead pabrik Rp 1.920.000 Rp 4.140.000
Rp 4.920.000 Rp 16.442.000
Biaya Produksi
Biaya Bahan baku Rp 20.200.000
Biaya tenaga kerja Rp 29.775.000 Rp 37.068.000
Biaya Overhead pabrik Rp 37.315.000 Rp 44 .340.000
Pembahasan
Atas data diatas dibuat perhitungan biaya produksi per departemen

Unsur Yang melekat Yang dikeluarkan Total Ekuivalensi Biaya /kg


Pada Produk dalam periode Biaya
Dalam Proses Sekarang
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 81


BBB 1.800.000 20.200.000 22.000.000 44.000 500
BTK 1.200.000 29.775.000 30.975.000 41.300 750
BOP 1.920.000 37.315.000 39.235.000 41.300 950

(100 % x 35.000) + (100 % x 9.000) = 44.000


(100 % x 35.000) + (70 % x 9.000) = 41.300

Laporan biaya produksi departemen A.


PT.GENTENG
Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan .. thn ..
Data Produksi :
Produk masuk proses awal 4.000 kg
Dimasukkan dalam proses 40.000 kg
Jumlah produk 44.000 kg
Produk jadi yang di transfer ke dapart B 35.000 kg
Produk dalam proses akhir 9.000 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 44.000 kg
Biaya yang dibebankan pada Departemen A
Biaya Total HP satuan
Bahan penolong Rp 22.000.000 Rp 500
Tenaga kerja Rp 30.975.000 Rp 750
Overhead pabrik Rp 39.235.000 Rp 950
Biaya produksi dibebankan depart B Rp 92.210.000 Rp 2.250
Perhitungan biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke dept B
35.000 x Rp 2.250 Rp 77.000.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses :
BBB 100 % x 9.000 x Rp 500 = Rp 4.500.000
BTK 40 % x 9.000 x Rp 750 = Rp 4.725.000
BOP 40 % x 9.000 x Rp 950 = Rp 5.985.000
Rp 15 .210.000
Jumlah biaya yang dibebankan pada departemen A Rp 92.210.000

Unsur Yang melekat Yang dikeluarkan Total Ekuivalensi Biaya /kg


Pada Produk dalam periode Biaya
Dalam Proses Sekarang
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Dept A 11.150.000 77.000.000 88.150.000 41.000 2.150
BTK 1.152.000 37.068.000 38.220.000 39.200 975

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 82


BOP 4.140.000 44.340.000 48.480.000 40.400 1.200

(100 % x 38.000) + (100 % x 3.000) = 41.000


(100 % x 35.000) + ( 40 % x 3.000) = 39.200
(100 % x 38.000) + ( 80 % x 3.000) = 40.400

Laporan biaya produksi departemen B.


PT.GENTENG
Laporan Biaya Produksi Departemen B Bulan .. thn ..
Data Produksi :
Produk masuk proses awal 6.000 kg
Dimasukkan dalam proses 35.000 kg
Jumlah produk 41.000 kg
Produk jadi yang di transfer ke dapart B 38.000 kg
Produk dalam proses akhir 3.000 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 41.000 kg
Biaya yang dibebankan pada Departemen B
Biaya Total HP satuan
Yang berasal dari dept A Rp 88.150.000 Rp 2.150
Yang ditambahkan dlam depart B
Tenaga kerja Rp 30.975.000 Rp 975
Overhead pabrik Rp 48.480.000 Rp 1.200
Biaya produksi dibebankan depart B Rp 92.210.000 Rp 4.325
Perhitungan biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
38.000 x Rp 4.325 Rp 164.350.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
Yang bersal dari depart A Rp 6.450.000
Yang ditambahkan di depart B
BTK 40 % x 9.000 x Rp 750 = Rp 1.170.000
BOP 40 % x 9.000 x Rp 950 = Rp 2.280.000
Rp 10 .500.000
Jumlah biaya yang dibebankan pada departemen B Rp 174.850.000

2. Metode masuk pertama keluar pertama

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 83


Menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali digunakan
untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam
proses, baru kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang
dimasukkan dalam proses dalam periode sakarang. Oleh karena itu dalam
perhitungan unit ekuivalensi, tingkat penyelesaian persediaanproduk
dalam proses awal harus diperhitungkan.
Apabila dari contoh soal metode rata-rata tertimbang diterapkan dengan
metode MPKP maka pembahasannya adlah sebagai berikut :
a. Unit ekuivalensi BBB departemen A.
Persediaan produk dalam proses awal 0
Produk selesai yang ditransfer ke depart B 31.000
Produk dalam proses akhir 100 % x 9.000 9.000
40.000
b. Unit ekuivalensi BTK departemen A.
Persediaan produk dalam proses awal 2.400
Produk selesai yang ditransfer ke depart B 31.000
Produk dalam proses akhir 70 % x 9.000 6.300
39.700

Laporan biaya produksi departemen A.


PT.GENTENG
Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan .. thn ..
Data Produksi :
Produk masuk proses awal 4.000 kg
Dimasukkan dalam proses 40.000 kg
Jumlah produk 44.000 kg
Produk jadi yang di transfer ke dapart B 35.000 kg
Produk dalam proses akhir 9.000 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 44.000 kg

Biaya yang dibebankan pada Departemen A


Biaya Total Ekuivalensi HP satuan
HPP proses awal Rp 4.920.000
Bahan baku Rp 20.200.000 40.000 Rp 505

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 84


Tenaga kerja Rp 29.775.000 39.700 Rp 750
Overhead pabrik Rp 37.315.000 39.700 Rp 940
Jumlah biaya produksi Rp 92.210.000 Rp 2.195

Perhitungan biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke dept B Rp 4.920.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses :
BTK 60 % x 4.000 x Rp 750 = Rp 1.800.000
BOP 60 % x 4.000 x Rp 940 = Rp 2.256.000
Rp 8.976.000
Harga pokok produk dari produksi sekarang
31.000 x 2.194,9 Rp 68.042.000
Rp 77.018.000
Harga pokok produk dalam proses akhir :
BBB Rp 4.545.000
BTK Rp 4.725.000
BOP Rp 5.922.000
Rp 15.192.000
Jumlah biaya yang dibebankan pada departemen A Rp 92.210.000

Terlebih dahulu harus mengetahui unit ekuivalensi untuk mencari biaya


produksi departemen B :
a. Untuk harga pokok produk yang ditransfer ke dept B, unit
ekuivalensinya adalah jumlah produk yang ditransfer yaitu 35.000 kg.
b. Unit ekuivalensi Biaya tenaga kerja
{(100%-20%) x 6.000} + 32.000 + (40 % x 3.000)} = 38.000
c. Unit ekuivalensi Biaya overhead pabrik
{(100%-60%) x 6.000} + 32.000 + (80 % x 3.000)} = 36.800

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 85


Laporan biaya produksi departemen B.
PT.GENTENG
Laporan Biaya Produksi Departemen B Bulan .. thn ..
Data Produksi :
Produk masuk proses awal 6.000 kg
Dimasukkan dalam proses 35.000 kg
Jumlah produk 41.000 kg
Produk jadi yang di transfer ke dapart B 38.000 kg
Produk dalam proses akhir 3.000 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 41.000 kg
Biaya yang dibebankan pada Departemen B
Biaya Total Ekuivalensi HP satuan
HPP proses awal Rp 16.442.000
HPP yg diterima dari dept A Rp 77.018.000 35.000 Rp 2. 201
Tenaga kerja Rp 37.068.000 38.000 Rp 975
Overhead pabrik Rp 44.340.000 36.800 Rp 1. 205
Jumlah biaya produksi Rp 174.868.000 Rp 4.381
Perhitungan biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang Rp 16.442.000
Biaya penyelesaian produk dalam proses awal
BTK 80 % x 6.000 x Rp 975 Rp 4.683.000
BOP 40 % x 6.000 x Rp 1.205 Rp 2.892.000
Rp 24.017.000
Harga pokok produk dari produksi sekarang :
32.000 x Rp 4.380,8 Rp 140.186.000
Rp 164.203.000
Harga pokok produk dalam proses akhir :
BBB dari depart A 3.000 x Rp 2.201 =Rp 6.603.000
BTK 40 % x 3.000 x Rp 975 =Rp 1.170.000

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 86


BOP 80 % x 3.000 x Rp 1.205 =Rp 2.893.000
Rp 10.666.000
Jumlah biaya yang dibebankan pada departemen A Rp 174.869.000

PENCATATAN PADA METODE HARGA POKOK PROSES


Pada akuntansi biaya untuk metode harga pokok proses biaya
produksi digolongkan sebagai berikut :
1. Biaya bahan
Jurnal proses pengolahan produk melalui satu tahap pengolahan :
BDP Biaya bahan xx
Persediaan bahan xx
Apabila produk diproses melalui departemen A dan departemen B,
dimana bahan dipakai di departemen A maka jurnalnya :
BDP Biaya bahan Depart A xx
Persediaan bahan xx
Apabila bahan dipakai di departemen A dan departemen B, maka
jurnalnya :
BDP Biaya bahan Departemen A xx
BDP Biaya bahan Departemen B xx
Persediaan bahan xx

2. Biaya Tenaga kerja


Dalam metode harga pokok proses tidak dibedakan antara biaya
tenaga kerja langsung dan dan biaya tenaga kerja tidak langsung.
Apabila produk diolah melalui satu tahap pengolahan, maka semua
biaya tenaga kerja pabrik digolongkan sebagai elemen biaya tenaga
kerja, maka jurnalnya adalah sebagai berikut :
BDP Biaya tenaga kerja xx
Biaya Gaji dan upah xx

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 87


Dari daftar gaji dan upah departemen produksi, misalnya
departemen A dan departemen B maka jurnalnya adalah :
BDP Biaya tenaga kerja Departemen A xx
BDP Biaya tenaga kerja Departemen B xx
Biaya Gaji dan upah xx

3. Biaya overhead pabrik


Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi selain biaya bahan
dan biaya tenaga kerja ditambah semua biaya di departemen
pembantu yang ada di pabrik.
a. Apabila produk diolah melalui satu tahapan produksi maka
untuk mencatat BOP yang sesungguhnya dimana dihitung
berdasarkan tarif dibuat jurnal :
BOP sesungguhnya xx
Kas xx
Persediaan suplies pabrik xx
Persediaan suku cadang xx
Persekot biaya xx
Akumulasi penyusutan xx
Hutang biaya xx
Berbagai rekening yang dikredit xx

Pembebanan BOP kepada produk dibuat jurnal sebagai


berikut :
BDP BOP xx
BOP dibebankan xx

Pada akhir periode dalam menghitung semua biaya yang


dibebankan ditutup ke rekening BOP sesungguhnya dengan
jurnal :

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 88


BOP dibebankan xx
BOP sesungguhnya xx
b. Apabila produk diolah melalui beberapa tahapan produksi
maka untuk mencatat BOP yang sesungguhnya dimana
dihitung berdasarkan tarif dibuat jurnal :

BOP sesungguhnya departemen A xx


BOP sesungguhnya departemen B xx
Kas xx
Persediaan suplies pabrik xx
Persediaan suku cadang xx
Persekot biaya xx
Akumulasi penyusutan xx
Hutang biaya xx
Berbagai rekening yang dikredit xx
Pembebanan BOP kepada produk dibuat jurnal sebagai
berikut :
BDP BOP departemen A xx
BDP BOP departemen B xx
BOP dibebankan departemen A xx
BOP dibebankan departemen B xx
Pada akhir periode dalam menghitung semua biaya yang
dibebankan ditutup ke rekening BOP sesungguhnya dengan
jurnal :
BOP dibebankan departemen A xx
BOP dibebankan departemen B xx
BOP sesungguhnya departemen A xx
BOP sesungguhnya departemen B xx

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 89


MASALAH-MASALAH KHUSUS DALAM PERHITUNGAN HARGA
POKOK PROSES
Berikut ini akan dibahas secara bertahap masalah-masalah yang timbul di
dalam perhitungan harga pokok produk pada metode harga pokok proses
yang menghasilkan satu jenis produk :
1. Pengolahan produk melalui satu tahap, semua biaya dibebankan
berdasarkan biaya sesungguhnya.
2. Pengolahan produk melalui satu tahap, BOP dibebankan berdasarkan
tarif yang ditentukan dimuka.
3. Pengolahan produk melalui beberapa tahap, produk selesai dari
departemen tertentu langsung dipindah ke departemen berikutnya.
4. Pengolahan produk melalui beberapa tahap, produk selesai dari
departemen permulaan dimasukkan ke gudang produk selesai, dimana
sebagian akan diproses di dalam departemen lanjutan dan sebagian
langsung dijual.
5. Pengolahan produk melalui beberapa tahap sebagian produk hilang
dalam pengoalahan.
6. Pengolahan produk mengalami produk cacat atau produk rusak dalam
pengolahan.
7. Penambahan bahan pada departemen lanjutan yang dapat menambah
jumlah produk yang dihasilkan.
8. Produk diolah melaui beberapa tahap, terdapat produk dalam proses
pada awal periode dengan metode harga pokok rata-rata, metode masuk
pertama keluar pertama dan metode masuk terakhir keluar pertama.

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 90


BAB 7
PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK BERSAMA
DAN PRODUK SAMPINGAN

Dalam proses produksi perusahan tertentu, seringkali kita jumpai


pengolahan satu atau beberapa macam bahan baku dalam satu proses
produksi dapat menghasilkan dua jenis produk atau lebih. Pada perusahaan
semacam ini, karena berbagai produk yang dihasilkan tersebut berasal dari
proses pengolahan bahan baku yang sama, timbul masalah pengalokasian
biaya bersama (joint cost) kepada berbagai produk yang dihasilkan tersebut.
Biaya bersama ini dikumpulkan dengan metode harga pokok proses atau
metode harga pokok pesanan, tergantung dari sifat produksinya. Alokasi
biaya bersama kepada produk bersama ini terutama ditujukan untuk
penentuan laba dan penentuan harga pokok persediaan.
BIAYA BERSAMA
Biaya bersama dapat diartikan sebagai Biaya overhead bersama yang
harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang
kegiatan produksinya berdasarkan pesanan maupun kegiatan produksinya
berdasarkan massal. Biaya produk bersama merupakan biaya yang
dikeluarkan sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat
berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya produk
bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik.
Biaya bersama dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi
berbagai macam produk yang dapat berupa produk bersama (joint products),
produk sampingan (by product) dan produk sekutu (co product). Produk
bersama adalah dua produk atau lebih yang diproduksi secara serentak
dengan serangkaian proses atau dengan proses gabugan. Nilai jual (kuantitas
kali harga jual per satuan) masing-masing produk bersama ini relatif sama,
sehingga tiak ada di antara produk-produk yang dihasilkan tersebut
dianggap sebagai produk utama ataupun produk sampingan.

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 91


Produk sampingan adalah satu produk atau lebih yang harga jualnya relatif
rendah, yang diproduksi bersama dengan produk lain yang nilai jualnya lebih
tinggi.
Produk sekutu adalah dua produk atau lebih yang diproduksi pada waktu
yang bersamaan, tetapi tidak dari kegiatan pengolahan yang sama atau tidak
berasal dari bahan baku yang sama.
AKUNTANSI PRODUK BERSAMA
Biaya bersama dapat dialokasikan kepada tiap-tiap produk bersama
dengan menggunakan salah satu dari empat metode dibawah ini :
1. Metode nilai jual relatif
Metode ini banyak digunakan untuk mengalokasikan biaya bersama
kepada produk bersama. Dasar pikiran metode ini adalah bahwa
harga jual suatu produk merupakan perwujudan biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam mengolah produk tersebut. Jika salah satu produk
terjual lebih tinggi dari pada produk yang lain, hal ini karena biaya
yang dikeluarkan untuk produk tersebut lebih banyak dibandingkan
dengan produk yang lain.
Misalnya biaya bersama yang dikeluarkan oleh Perusahaan selama
satuperiode akuntansi berjumlah Rp 750.000. Jumlah dan harga jual
per satuan produk yang dihasilkan perusahaan sebagiai berikut :

Alokasi biaya bersama dengan metode nilai jual relatif.


Produk Jml.Produk Harga Nilai jual Alokasi Biaya Harga pokok
Bersama Yang dihasilkan Jual/kg Nilai jual Relatif bersama bersama per Kg
A 15.000 kg Rp 10 Rp 150.000 15 % Rp 112.500 Rp 7,50
B 20.000 kg Rp 17,5 Rp 350.000 35 % Rp 262.500 Rp 13,13
C 25.000 kg Rp 12 Rp 300.000 30 % Rp 225.000 Rp 9
D 10.000 kg Rp 20 Rp 200.000 20 % Rp 150.000 Rp 15
70.000 kg Rp 1.000.000 100 % Rp 750.000

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 92


Perhitungan persentase laba bruto tiap produk
Produk
A B C D
Satuan yang terjual 10.000 15.000 20.000 8.000
Hasil penjualan (Rp) 100.000 262.500 240.000 160.000
Harga pokok 75.000 196.875 180.000 120.000
penjualan (Rp)

Laba bruto (Rp) 25.000 65.625 60.000 40.000


% laba bruto dari 25 % 25 % 25 % 25 %
penjualan

2. Metode satuan fisik


Metode satuan fisik mencoba menentukan harga pokok produk
bwersama sesuai dengan manfaat yang ditentukan oleh masing-
masing produk akhir. Dalam metode ini biaya bersama dialokasikan
kepada produk bersama atas dasar koefisien fisik yaitu kuantitas
bahan baku yang terdapat pada masing-masing produk. koefisien
fisik ini dinyatakan dengan satuan berat, volume atau ukuran yang
lain. Dengan demikian metode ini menghendaki bahwa produk
bersama yang dihasilkan harus dapat diukur dengan satuan ukuran
produk yang sama.
Misalnya pada hasil pengolahan tiap 10.000 barel minyak mentah
Produk Kuantitas Persentase
Gasoline 2.600 26,52
Bensin 200 2,04
Kerosin 1.000 10,21
Minyak pelumas 300 3,06
Minyak bakar 5.000 51,03
Gas 300 3,06
Produk yang lain 400 4,08
Jumlah 9.800 100
Jumlah yang hilang dalam
Proses 200
10.000

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 93


Alokasi biaya bersama dengan Metode satuan fisik

Produk Kuantitas Persentase Alokasi Harga pokok


Gasoline 2.600 26,52 Rp 3.978.000
Bensin 200 2,04 306.300
Kerosin 1.000 10,21 1.531.500
Minyak pelumas 300 3,06 459.000
Minyak bakar 5.000 51,03 7.645.500
Gas 300 3,06 459.000
Produk yang lain 400 4,08 512.000
Jumlah 9.800 100 Rp 15.000.000

3. Metode rata-rata biaya per satuan


Metode ini hanya dapat digunakan bila produk bersama yang
dihasilkan diukur dalam satuan yang sama. Pada umumnya metode
ini digunakan oleh perusahaan yang menghasilkan beberapa macam
produk yang sama dari satu proses bersama tapi mutunya berlainan.
Dalam metode ini harga pokok masing-masingproduk dihitung
sesuai dengan proporsi kuantitas yang diproduksi.
Misalnya perusahaan penggergajian kayu menghasilkan berbagai
macam mutu kayu. Data kegiatan perusahaan selama satu periode
akuntansi sebagai berikut :
a. Jumlahproduksi 762.000 m3
b. Biaya bersama Rp 22.860.000
c. Rata-rata biaya per 1.000 m3 Rp 30.000 (22.860.000 : 762)
Alokasi biaya bersama dengan metode rata-ata per satuan :
Mutu Kayu Kuantitas yang Rata2 Biaya per Harga Pokok
diproduksi (m3) 1000 m3 (Rp) Produk (Rp)
Utama 76.200 30.000 2.286.000
No. 1 381.000 30.000 11.430.000
No. 2 152.400 30.000 4.572.000
No. 3 152.400 30.000 4.572.000
762.000 22.860.000
Jumlah 762.000 22.860.000

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 94


4. Metode rata-rata tertimbang
Jika dalam metode rata-rata biaya per satuan dasar yang dipakai
dalam mengalokasikan dalam mengalokasian biaya bersama adalah
kuantitas produksi maka dalam metode rata-rata tertimbang
kuantitas produksi ini dikalikan dulu dengan dulu denga angka
penimbang dan hasil kalinya baru dipakai sebagi dasr alokasi.
Penentuan agka penimbang untuk tiap-tiap produk didasarkan pada
jumlah bahan yang dipakai, sulitnya pembuatan produk, waktu yang
dikonsumsi dan pembedaan jenis tenaga kerja yang dipakai untuk
tiap jenis produk yang dihasilkan. Maka alokasi biaya bersama
dengan metode rata-rata tertimbang adalah sebagai berikut :
Jml yg Alokasi Biaya
diproduksi x Bersama
Angka {(3):215.00} x
Jml yg Angka Penimbang 64.500.000
diproduksi Penimbang (1) x (2) (Rp)
Produk (1) (2) (3) (4)
A 40.000 3 120.000 36.000.000
B 35.000 2 70.000 21.000.000
C 25.000 1 25.000 7.500.000
215.000 64.500.000

AKUNTANSI PRODUK SAMPINGAN


Metode akuntansi yang digunakan untuk memperlakukan produk
sampingan dapat dibagi menjadi dua golongan :
a. Metode-metode yang tidak menghitung harga pokok produk sampingan
atau persediaannya, tetapi memperlakukan pendapatan penjualan produk
sampingan sebagai pendapatan atau pengurang iaya produksi. Metode ini
biasa disebut metode-metode tanpa harga pokok (non cost methods).
Metode perlakuan terhadap pendapatan penjualan produk sampingan :
1. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai
penghasilan di luar usaha.

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 95


Dalam metode ini pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk
sampingan dikurangi dengan penjualan returnya dicatat dalam
rekening pendapatan penjualan produk sampingan, dan pada akhir
periode akuntansi ditutup ke rekening rugi laba.
Rekening pendapatan penjualan produk sampingan dicantumkan
dalam laporan rugi laba dalam penghasilan diluar usaha.(other
income)
Penyajian pendapatan penjualan produk sampingan sebagai
penghasilan di luar usaha.
Pendapatan penjualan produk utama (25.000 @ Rp 4) Rp 100.000
Harga pokok penjualan :
Biaya produksi bersama (30.000 unit @ Rp 2) Rp 60.000
Harga pokok persediaan akhir (5.000 unit @ Rp 2) Rp 10.000
Rp 50.000
Laba bruto Rp 50.000
Biaya Usaha :
Biaya Pemasaran Rp 20.000
Biaya Adminisrasi dan umum Rp 10.000
(Rp 30.000)
Laba bersih usaha Rp 20.000
Penghasilan di luar usaha :
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 4.000
Laba bersih sebelum Pph Rp 24.000

2. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai


tambahan pendapatan penjualan produk utama.
Metode ini merupakan variasi metode pertama diatas. Semua biaya
produksi dikurangkan dari pendapatan penjualan semua produk (
baik produk utama maupun sampingan).

Pendapatan penjualan produk utama (25.000 @ Rp 4) Rp 100.000


Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 4.000
Rp 104.000

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 96


Harga pokok penjualan :
Biaya produksi bersama (30.000 unit @ Rp 2) Rp 60.000
Harga pokok persediaan akhir (5.000 unit @ Rp 2) Rp 10.000
Rp 50.000
Laba bruto Rp 54.000

Biaya Usaha :
Biaya Pemasaran Rp 20.000
Biaya Adminisrasi dan umum Rp 10.000
(Rp 30.000)
Laba bersih usaha Rp 24.000

3. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai


pengurang harga pokok penjualan.
Dalam metode ini pendapatan penjualan sampingan sebesar Rp 4.000
dikurangkan dari harga pokok penjualan sehingga menghasilkan laba
bruto Rp 54.000. Laba bersih sebelum pajak tetap sebesar Rp 24.000.

4. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai


pengurang total biaya produksi.
Pendapatan penjualan produk utama (25.000 @ Rp 4) Rp 100.000

Harga pokok penjualan :


Biaya produksi bersama (30.000 unit @ Rp 2) Rp 60.000
Dikurangi hasil penjualan produk sampingan Rp 4.000
Biaya produksi produk utama Rp 56.000
Dikurangi persedian akhir produk utama
(56.000 :30.000 =1,87) 5.000 x Rp 1,87 = Rp 9.350
Rp 45.650
Laba bruto Rp 53.350

Biaya Usaha :
Biaya Pemasaran Rp 20.000
Biaya Adminisrasi dan umum Rp 10.000
(Rp 30.000)
Laba bersih usaha Rp 23.350

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 97


b. Metode-metode yang mencoba mengalokasikan sebagian biaya bersama
kepada produk sampingan dan menentukan harga pokok persediaan
produk atas dasar biaya yang dialokasikan tersebut. Metode ini dikenal
dengan metode-metode harga pokok (cost methods).
Metode biaya pengganti (replacement cost method)
Metode ini biasanya digunakan dalam perusahaan yang produk
sampingannya dipakai dalam pabrik sebagai bahan baku dan bahan
penolong. Harga pokok yang diperhitungkan dalam produk sampingan
adalah sebesar harga beli atau biaya pengganti yang berlaku di pasar.
Jumlah ini kemudian dikreditkan pada rekening BDP – BBB, sehingga
mengurangi biaya produksi produk utama ini akan mengakibatkan harga
pokok persediaan produk utama menjadi lebih rendah.
Misalnya diketahui data berikut :
Jumlah biaya produksi untuk 18.000 kg produk utama Rp 27.000
Pendapatan penjualan produk utama 15.000 x Rp 3 Rp 45.000
Biaya pengganti produk sampingan yang digunakan
dalam pengolahan produk utama Rp 1.800
Biaya pemasaran administrasi dan umum Rp 4.000
Persediaan akhir produk utama 3.000 kg
Maka laporan laba ruginya adalah sebagai berikut :

Pendapatan penjualan produk utama Rp 45.000

Harga pokok penjualan :


Biaya produksi 18.000 x Rp 1,50 Rp 27.000
Dikurangi biaya pengganti produk sampingan Rp 1.800
Biaya produksi produk utama Rp 25.200
Dikurangi persedian akhir
(25.200 : 18.000 =1,40) 3.000 x Rp 1,40 = Rp 4.200
Rp 21.000
Laba bruto Rp 24.000
Biaya Usaha :
Biaya Pemasaran dan Adminisrasi & umum (Rp 4.000)
Laba bersih usaha Rp 20.000

AKUNTANSI BIAYA – Sari Rahmadhani,S.E,M.Si,Ak 98

Anda mungkin juga menyukai